![]() |
Rapat evaluasi dihadiri perwakilan peternak maupun pelaku usaha peternakan (Foto: Infovet) |
Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) dan
Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR) Indonesia, menyelenggarakan Rapat
Evaluasi Penyelamatan Perunggasan Nasional. Rapat tersebut diselenggarakan pada
Selasa (25/6/2019) di Ballroom IPB International Convention Center, Bogor.
Hadir dalam rapat tersebut adalah para pimpinan perusahaan perbibitan maupun pakan, pelaku peternakan mandiri, dan asosiasi peternak unggas.
Latar belakang diadakannya rapat ini, seperti disebut dalam
undangan yang diterima Infovet bertanggal 21 Juni 2019, adalah seminggu setelah
berjalannya instruksi Menteri Pertanian untuk memperbaiki harga ayam hidup
menuju harga referensi farm gate
dinilai belum berhasil.
Disebutkan kondisi saat ini terasa sangat berat bagi pelaku
perunggasan, sehingga patut dicari bersama jalan keluar untuk memperbaiki
kondisi bisnis perunggasan.
Rapat yang mengagendakan evaluasi dan solusi penyelamatan
perunggasan nasional ini, menghasilkan banyak buah pikir dari pesertanya.
Sugeng Wahyudi selaku Ketua Panitia menilai telah ada upaya
perbaikan harga melalui koordinasi tunda jual untuk pabrikan besar. Pada 30
Mei-1 Juni jumlah DOC FS sudah jauh lebih sedikit, maka seharusnya harga hari
ini dan esok sudah bisa naik. Dia juga mengungkapkan bahwa data dari pemerintah
produksi DOC mencapai 68 juta, sedangkan kebutuhannya hanya 60 juta.
Sementara itu temuan di lapangan, menurut Tarto dari Satgas
Pangan, kandang dan RPA full. Menurutnya, harga dipermainkan oleh broker. Akibatnya harga ayam di pasar di
tingkat konsumen tidak berbanding lurus dengan harga ayam hidup di tingkat
peternak yang terus menurun.
Tarto mengharapkan agar ada kesepekatan yang clear diantara pelaku bisnis
perunggasan. Dia juga menyarankan agar kunci harga ditahan dan pemotongan DOC
FS dilakukan secara proporsional.
Achmad Dawami, praktisi perunggasan yang dikenal juga
sebagai Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) mengatakan
harga adalah cerminan supply dan demand. Menurutnya, perlu untuk memotong
mata rantai, tidak melalui trader, agar terlihat cerminan pasar yang
sebenarnya.
“Tanggal 10 Juni GPPU diinstruksikan untuk menghitung over supply dan mengusulkan cutting. Jangka pendek melalui
pemotongan DOC FS melalui evaluasi,” ungkapnya.
Dasar populasi DOC harus merujuk data pemerintah, potensi
produksi 3,5 miliar DOC di tahun 2019. Target pemerintah di tahun 2020 adalah
merujuk angka 13,5 kg/kapita/tahun dengan rata-rata berat badan ayam 1,6
kg/ekor.
Pada tanggal 13 Juni diputuskan tim ahli 30%, sementara usulan
GPPU 20,8 % dalam bentuk anak ayam. Keputusan itu bagaimana pelaksanaannya?
Sampai tanggal 24 Juni kejelasan cutting
tidak ada kejelasan.
Sementara pelaku perunggasan lain menyatakan masalah ayam
saat ini sudah diluar normal. Turunnya harga sudah dimulai menjelang Idul
Fitri.
Pada rapat evaluasi ini dihasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
Harga referensi Live
Bird, Rabu 26 Juni 2019 (Ring 1)
0,8 kg – 1 kg : Rp 20.000
1,1 kg – 1,2 kg : Rp 19.000
1,2 kg – 1,4 kg : Rp 18.000
1,4 kg – 1,6 kg : Rp 17.000
1,6 kg – 1,8 kg : Rp 14.500
1,8 kg – 2 kg : Rp 13.500
2 UP : Rp. 11.000
Catatan:
-Harga Nett
-Wilayah Purwakarta, Subang, Karawang (Purwasuka) selisih Rp
1.000 dengan ring 1
-Harga berlaku mulai tanggal 26 Juni 2019
0 Comments:
Posting Komentar