-->

KONSUMSI TELUR, PERCEPAT KESEMBUHAN PASCA OPERASI

Ilustrasi telur rebus. (Foto: Shutterstock/Nelea33)

Kandungan protein tinggi dalam telur berkhasiat merekatkan lebih cepat jaringan kulit yang dijahit. Cocok untuk pasien pasca operasi atau yang memiliki luka sayatan.

Ini kisah nyata, yang terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Wajah Sri Haryati, pasien Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, siang itu tampak cerah. Senyumnya mulai tampak, setelah sebulan menjadi “penghuni” Ruang Rawat Cendrawasih. Tak seperti sebulan sebelumnya, wajahnya terlihat sayu, sedih, dan menahan rasa takut, saat menghuni ruang rawat menunggu kepastian jadwal operasi.

Awal November lalu, perempuan 53 tahun itu menjalani operasi tumor dan kista yang bersarang di ovarium. Tumor dan kista yang berukuran hampir sebesar kepala bayi berhasil diangkat oleh Tim Dokter Rumah Sakit Dr. Kariadi, setelah melalui lebih dari dua jam tindakan operasi.

Sebelum pulang, dr Edi Wibowo Ambari yang menangani tindakan operasi berpesan soal makanan kepada pasiennya itu. Pesannya, perbanyak konsumsi telur ayam selama proses pemulihan di rumah. Tentu, tetap konsumsi obat-obat yang sudah diresepkan dan menu makanan lainnya. “Ibu usahakan setiap hari makan telur ya, biar luka bekas jahitan di perut cepat kering,” ucap dr Edi.

Dokter spesialis Ongkologi Ginekologi ini juga memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa telur memiliki kandungan protein dan nutrisi baik lainnya yang cukup tinggi. Konsumsi telur bisa membantu percepatan proses penyembuhan luka bekas operasi.

“Enggak ada pantangan makanan lain, tapi usahakan konsumsi telur jangan ditinggalkan. Telur bagus buat dimakan orang yang sehat maupun yang dalam masa proses pemulihan, setelah operasi,” pesannya.

Sepulang dari rumah sakit, keluarga selalu menyiapkan dua butir telur rebus untuk pendamping sarapan. Setelah seminggu hasilnya mulai berasa, ibu rumah tangga ini mulai merasa lebih nyaman di bagian bekas operasi.

Pesan yang disampaikan dr Edi selaras dengan informasi nutrisi yang diposting di laman elektronik Vinmec International Hospital (Vietnam). Pada informasi nutrisi berjudul “What should you not eat when you have an open wound?” yang di-publish pada 2022, menyebutkan nutrisi memegang peranan sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Telur merupakan salah satu produk hewani yang mengandung nutrisi yang dimaksud.

Hanya saja, fakta di lapangan masih banyak masyarakat yang terpengaruh dengan informasi yang hanya bersumber pada “mitos”. Masih ada orang yang beranggapan bahwa konsumsi telur pada pasien yang memiliki luka bekas operasi atau luka sayatan, justru akan berakibat jadi borok.

Imronudin, suami dari pasien Sri Haryati, termasuk salah satu orang yang terpengaruh mitos tersebut. Kepada Infovet menceritakan, dirinya mendapat saran agar istrinya jangan konsumsi telur selama masa pemulihan.

“Ada yang bilang ke saya kalau punya luka terbuka, misalnya setelah operasi atau akibat sayatan, jangan makan telur dulu. Soalnya bisa bikin luka terbuka menjadi susah sembuh, bahkan bisa jadi borok,” ungkapnya.

Tiga Fase
Dalam postingan Vinmec International Hospital tadi dijelaskan, penyembuhan luka adalah proses yang kompleks yang terdiri dari tiga fase. Pertama, fase peradangan. Pada fase ini, pembuluh darah akan mengencang untuk mencegah kehilangan darah dan trombosit menggumpal menjadi gumpalan darah. Sel darah putih juga akan bergerak ke tempat cedera untuk menghancurkan bakteri dan alergen lainnya.

Kedua, fase fibrolas. Protein yaitu serat kolagen mulai tumbuh di dalam luka. Pertumbuhan kolagen akan membantu merangsang tepi luka untuk berkontraksi dan menutup. Di lokasi luka, pembuluh darah kecil terbentuk untuk menyuplai darah ke sel kulit yang baru terbentuk.

Ketiga, fase regeneratif. Tubuh terus mengisi kembali kolagen dan menghaluskan area yang terluka dan membantu memudarkan bekas luka.

Selain pengobatan dan perawatan luka yang tepat, nutrisi juga penting untuk penyembuhan luka terbuka. Bila mendapatkan nutrisi yang tepat selama proses penyembuhan luka, proses tersebut akan berlangsung cepat dan tidak meninggalkan bekas luka.

Salah satu nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka adalah protein. Nah, telur merupakan sumber protein yang baik. Nutrisi ini sangat penting untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh. Kekurangan protein justru akan menyebabkan penurunan perkembangan kolagen, sehingga memperlambat proses penyembuhan luka. Sebaliknya, kadar protein yang cukup akan membantu luka untuk sembuh secara optimal.

Asupan energi secara keseluruhan juga penting. Karena bila kebutuhan energi tidak terpenuhi, maka tubuh akan menggunakan protein untuk energi daripada untuk penyembuhan luka.

Susu dan Ikan Gabus
Masih terkait dengan khasiat telur untuk penyembuhan luka, dalam seminar tentang nutrisi di Jakarta yang didokumentasikan Infovet tiga tahun lalu, pakar gizi Universitas Indonesia, Saptawati Bardosono, menyarankan untuk mengonsumsi putih telur. Menurutnya, putih telur tinggi akan protein albumin.

“Satu butirnya mengandung 10 gram protein. Ini sangat bagus untuk mempersingkat proses penyembuhan luka,” katanya saat menjadi salah satu narasumber seminar tersebut.

Selain telur, untuk mempercepat proses penyembuhan pasca operasi, konsumsi ikan gabus juga baik dilakukan. Dalam 100 gram ikan gabus mengandung energi sebesar 80 kilokalori dan protein sebanyak 16,2 gram. Ikan gabus juga memiliki kandungan asam amino tinggi dan mikronutrien seperti zinc dan iron. Selain mempercepat kesembuhan, ini juga membantu meningkatkan kadar darah dalam tubuh. Sehingga mengembalikan lagi darah yang terbuang pasca operasi ke angka normal.

Kemudian, minum susu juga menjadi salah satu saran yang disampaikan ahli nutrisi ini. Menurutnya, susu bisa menjadi alternatif untuk dikonsumsi. Saptawati menjelaskan bahwa keduanya kaya akan protein dan enzim sehingga dapat mencegah penggumpalan darah pasca operasi.

Lalu, berapa lama harus konsumsi telur pasca operasi? Menurutnya, tidak ada patokan yang pasti, karena sangat tergantung dari kondisi pasien. Untuk berapa lamanya, terlepas dari pentingnya protein dalam proses penyembuhan luka, asupan protein dalam jumlah yang cukup juga penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Sehingga sangat disarankan untuk mengonsumsi protein dalam jumlah cukup setiap hari. Biasanya dokter akan menyarankan agar konsumsi makanan mengandung protein tinggi menjadi kebiasaan sehat sehari-hari.

Dengan demikian, kepercayaan sebagian orang yang mengatakan mengonsumsi telur bisa membuat luka menjadi borok adalah mitos. Mengonsumsi telur justru baik untuk penyembuhan luka.

Selain telur, sumber protein lainnya yang juga bisa dikonsumsi antara lain daging merah, ayam, ikan, produk susu (susu, keju, dan yoghurt), kacang kedelai, kacang-kacangan dan biji-bijian.

Yang Harus Dijaga
Proses pemulihan luka bekas operasi memang berbeda dengan luka lainnya. Menyimak kasus yang dialami oleh Sri Haryati, operasi yang dijalani hampir sama dengan operasi caesar pada ibu melahirkan atau persalinan.

Sebelum pulang dari rumah sakit, biasanya dokter akan mengedukasi kepada pasien tentang cara merawat luka operasi caesar atau sejenisnya. Agar luka sayatan tersebut cepat kering dan tidak menimbulkan komplikasi seperti infeksi, berikut adalah beberapa cara merawat luka operasi caesar yang perlu diperhatikan.

Pertama, hindari pakaian ketat. Mengenakan pakaian yang ketat dapat menyebabkan pasien mudah berkeringat yang berisiko mengenai luka operasi caesar dan menyebabkan iritasi. Di samping itu, pakaian yang ketat juga berpotensi menimbulkan gesekan dengan luka sehingga memicu peradangan.

Kedua, menghindari aktivitas berat. Setelah menjalani operasi, pasien disarankan untuk lebih banyak beristirahat dan membatasi aktivitas fisik yang berat agar tidak kelelahan. Sebab, aktivitas berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada area operasi. Dampaknya proses pemulihan bisa menjadi lebih lama. Hindari juga membawa barang berat selama beberapa waktu.

Ketiga, hindari memberikan tekanan berlebih pada perut. Ini jadi salah satu pantangan yang harus ditaati. Misalnya, jika ingin bersin atau batuk, pastikan untuk tidak bersin atau batuk terlalu keras agar perut tidak menegang. Hindari pula tertawa dengan keras karena dapat menyebabkan luka operasi terbuka kembali karena adanya tekanan berlebihan dari dalam perut.

Keempat, hindari mandi air panas dan air terlalu dingin. Meski begitu, pasien tetap bisa mandi seperti biasanya. Setelah terkena air, segera keringkan tubuh dengan handuk bersih.

Kelima, menjaga kebersihan area bekas luka. Tujuannya untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka. Cara membersihkan luka operasi caesar adalah dengan mengusap bagian luka di perut dengan kain yang sudah dibasahi air bersih. Setelah itu, keringkan dengan handuk bersih dengan cara menepuknya secara perlahan. Biasanya, dokter juga akan memberitahu cara yang tepat untuk membersihkan luka jahitan secara mandiri selama masa penyembuhan di rumah. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MELAWAN TRADISI “NGASREP” DENGAN TELUR

Telur ayam merupakan sumber gizi yang sangat baik dan dibutuhkan bagi kaum ibu yang baru melahirkan atau sedang masa menyusui. (Foto: Istimewa)

Ngasrep atau hanya makan nasi putih masih menjadi tradisi sebagian orang di desa-desa. Meski edukasi tentang nutrisi digencarkan, namun tak mudah menghilangkan lelakon yang sudah jadi tradisi.

Dina Nuraini merasa khawatir dengan kondisi bayinya yang baru berumur tiga bulan. Maklum sejak lahir, berat badan anaknya hanya bertambah 1 ons. Air susu ibu (ASI) yang diberikan tak terlalu banyak. Meski secara fisik terlihat sehat dan ia termasuk ibu muda, namun produksi ASI-nya tergolong kurang.

Usut punya usut, ternyata warga Kampung Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini sedang menjalani tradisi ngasrep. Tradisi yang hanya mengonsumsi nasi putih tanpa lauk sama sekali. Kalaupun ditambah lauk, porsinya sangat sedikit.

Kepada Infovet Dina menceritakan sudah tiga bulan lebih dirinya hanya makan nasi putih dan jarang sekali mengonsumsi lauk, baik ikan, daging, ataupun sayur-sayuran. Lelakon ngasrep ini ternyata bukan kemauan Dina sendiri. “Ini yang suruh ibu saya, masih ngikutin kebiasaan orang zaman dulu di kampung sini. Katanya sudah tradisi orang-orang di sini sejak dulu,” tuturnya.

Lantaran tak tahan tiap hari ngasrep, Dina mensiasati agar tetap bisa menikmati menu lainnya. Perempuan berusia 29 tahun ini mengaku sering “kucing-kucingan” dengan ibunya soal urusan makanan. Contohnya saat sang ibu tak ada di rumah, Dina kerap mengambil lauk dan memakannya.

Sebab ia mengaku sering lemas dan produksi ASI-nya tak sebanyak ibu-ibu lain yang juga baru melahirkan. Agar bayinya tak menangis karena haus, Dina memberikan susu formula sebagai tambahan. Ini pun juga atas saran dari sang ibu.

Penasaran dengan tradisi ngasrep, Infovet mencoba mengorek informasi dari warga lainnya di kampung tempat tinggal Dina. Ada seorang tukang pijat bayi, Sumiyati (70), yang menceritakan bahwa ngasrep sudah menjadi tradisi di lingkungannya untuk perempuan yang baru melahirkan. “Tapi enggak semua orang mau jalani tradisi ini. Ada juga yang makan bebas, enggak ada pantangan,” ujarnya.

Menurut perempuan yang sudah menekuni profesi tukang pijat bayi selama 10 tahun lebih ini, ngasrep tidak selalu hanya makan nasi putih saja. Tetapi bisa juga diganti dengan singkong atau ubi. Yang pasti tidak memakan lauk. “Orang zaman dulu nyebutnya mutih, makan makanan yang warna putih,” ungkapnya.

Sumiyati mengaku tidak tahu persis sejak kapan tradisi ngasrep berlaku di kampungnya. Ia hanya menyebut sudah turun-temurun. Meski demikian, seiring perkembangan zaman, tradisi ngasrep perlahan makin sedikit yang menjalaninya. Hanya orang-orang yang masih percaya saja yang melakoninya. “Sekarang zamannya beda, orang sekarang pada pinter soal urusan makanan. Tapi masih tetap ada yang jalani tradisi ini,” ucapnya.

Jika ditelisik asal mula tradisi ngasrep yang juga masih terjadi di beberapa daerah, ternyata ini ada kaitannya dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia. Banyak literatur yang menuliskan riwayat tradisi ngasrep.

Seperti diketahui, penjajah Belanda dikenal licik dalam mengelabuhi rakyat Indonesia. Konon, tradisi ngasrep merupakan taktik penjajah yang diterapkan kepada rakyat Indonesia. Setiap wanita yang baru melahirkan hanya disuruh makan nasi, singkong, atau ubi saja. Tidak diperbolehkan mengonsumsi sayuran atau makanan lainnya yang bergizi.

Tujuannya jelas, dengan ngasrep maka asupan gizi anak-anak pada masa itu sangat sedikit. Pertumbuhan anak hingga dewasa menjadi kurang dan tubuh menjadi lemah. Dengan begitu, generasi muda Indonesia pada masa itu mudah dikalahkan pasukan penjajah Belanda.

Sayangnya, taktik tersebut malah menjadi tradisi oleh sebagian masyarakat hingga sekarang. Mungkin saja ini ada kaitannya dengan orang-orang Indonesia zaman dulu yang sedang lelakon untuk ilmu yang berkaitan dengan supranatural. Untuk mencapai puncak kekuatan fisiknya (bisa dibilang sakti) salah satu syaratnya adalah puasa dan berbuka hanya dengan ngasrep. Puasa ngasrep, begitu orang zaman dulu menyebutnya.

Mitos Ngasrep
Yang pasti tradisi ngasrep ini sungguh miris. Di era yang sudah maju dan informasi seputar gizi mudah didapat, mengonsumsi makanan minim gizi masih berlaku bagi sebagian masyarakat. Semestinya masyarakat yang masih bersikeras menjalankan tradisi ini mulai sadar bahwa kebutuhan gizi tidak bisa dianggap sepele.

Apalagi bagi kaum ibu yang baru saja melahirkan, ini akan berbahaya bagi pertumbuhan sang anak yang membutuhkan asupan gizi cukup. Tradisi ngasrep ini tak cuma mengganggu pertumbuhan, namun bisa menimbulkan efek kesehatan bagi anak dan ibunya.

Anak bisa mengalami masalah stunting atau kekerdilan pertumbuhan. Daya tahan atau imun juga akan rendah karena terbatasnya asupan gizi. Sementara ibunya juga akan sedikit produksi ASI-nya.

Ada mitos kuat yang masih berlaku di kampung ini, tentang seorang ibu menjalani tradisi ngasrep. Sumiyati juga sempat menyebutkan dengan ngasrep maka bayinya akan keliatan putih bersih kulitnya.

Selain itu, jika sang ibu mengonsumsi telur dikhawatirkan anak akan bisulan. Begitu juga kalau makan lauk lainnya, seperti daging ayam, daging sapi, ikan, atau lauk lainya, akan berdampak buruk bagi bayinya. Ini benar-benar pemahaman yang sungguh keliru.

Telur dan daging ayam merupakan sumber gizi yang sangat baik dan dibutuhkan bagi kaum ibu yang baru melahirkan atau sedang masa menyusui. Fakta membuktikan, konsumsi telur ayam bagi wanita yang baru melahirkan membuat produksi ASI melimpah.

Konsumsi telur ayam juga sangat diperlukan, khususnya untuk wanita yang baru saja melahirkan melalui bedah sesar. Fungsinya untuk mempercepat penyembuhan bekas luka jahit dan lainnya.

Harga telur ayam masih di bawah harga makanan lainnya yang kandungan gizinya sangat minim. (Foto: Dok. Infovet)

Mitos Bisul
Mitos tentang konsumsi telur bisa mengakibatkan bisul pada anak-anak juga terkadang diperparah oleh pendapat segelintir dokter anak yang “mengiyakan” mitos tersebut. Dokter anak yang masih menganut pemahaman keliru macam ini sudah selayaknya segera diluruskan.

Menurut dokter spesialis anak, dr Triza Arif Santosa, kekhawatiran munculnya bisul pada anak bukan semata-mata karena mengonsumi telur. Diakui, memang ada beberapa anak yang alergi terhadap telur. “Tapi bukan semata-mata karena konsumsi telur, lalu keluar bisul,” ujarnya dalam Diskusi secara online tentang “Pentingnya Nutrisi dan Pertumbuhan Anak”.

Ahli gizi ini menjelaskan, pemberian telur satu butir setiap hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan stunting. Penelitian dari Washington University, bayi-bayi dengan rentang usia tersebut yang diberikan satu butir telur setiap hari, kadar kolin dan DHA-nya lebih tinggi dibandingkan pada bayi-bayi yang tidak diberikan telur.

Konsumsi telur untuk ibu menyusui juga berkhasiat untuk menjaga daya tahan tubuh. Vitamin A, B12, dan selenium di dalam telur penting untuk sistem pertahanan tubuh. Nutrisi ini penting agar ibu menyusui tidak mudah sakit meski harus sering begadang mengurus bayi.

Di zaman yang sudah maju sekarang ini sudah seharusnya para orang tua tak lagi memercayai mitos-mitos yang tak jelas sumbernya. Sekali lagi, telur merupakan sumber nutrisi penting yang dibutuhkan oleh anak balita dengan harga terjangkau.

Jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga makanan lainnya yang kandungan gizinya sangat minim. Edukasi tentang pentingnya mengonsumsi telur dan daging ayam kepada masyarakat tampaknya masih harus terus digalakkan. Maraknya bergam jenis kuliner berbahan daging ayam dan telur mestinya menjadi media edukasi yang efektif. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

KONSUMSILAH TELUR, MAKA ASI AKAN BERLIMPAH

Kandungan protein dan omega 3 dalam telur yang tinggi sangat bagus untuk ibu yang sedang menyusui bayi. (Foto: Dok. Infovet)

Dua ibu muda ini punya pengalaman menarik, tentang konsumsi telur. Atas anjuran dokter anak yang mereka kunjungi sekali dalam sebulan, air susu ibu (ASI)-nya berlimpah setelah rutin konsumsi telur.

Belum ada tiga bulan seorang ibu muda, Winarti melahirkan anak kedua. Masa dimana kebutuhan ASI untuk buah hatinya masih tinggi. Sebagai ibu rumah tangga yang tahu pentingnya ASI bagi anak, maka sejak masa mengandung hingga sekarang, ia selalu mengonsumsi makanan bergizi. Daging ayam setidaknya ia konsumsi dua kali dalam seminggu, plus aneka sayuran.

Namun untuk konsumsi telur ayam, Winarti tak pernah melupakan. Setiap pagi sebelum sarapan nasi, ia merebus dua butir telur untuk makanan pembuka. Satu jam kemudian baru ia sarapan nasi beserta lauk seperti biasa.

Rutinitas mengonsumsi telur ayam setiap pagi ternyata bukan karena sekadar doyan. Winarti memiliki alasan dari sisi kesehatan dan kebutuhan nutrisi. Sebagai ibu muda, ia rajin membaca artikel atau mendengarkan video di media sosial yang mengulas tentang kesehatan ibu pasca melahirkan dan ASI bagi bayi.

“Saya sudah sering tanya ke dokter anak setiap kali saya kontrol. Kata dokter konsumsi telur ayam yang direbus secara rutin bukan hanya menyehatkan ibunya, tapi juga dapat memenuhi nutrisi bagi bayi melalui ASI yang diberikan,” tutur Winarti yang tinggal di Depok, Jawa Barat, kepada Infovet.

Ia memercayai kandungan protein dan omega 3 dalam telur yang tinggi sangat bagus untuk ibu yang sedang menyusui bayi. Awalnya ia enggan mengonsumsi telur rebus tiap hari. Selain mudah bosan, ia beralasan kadang berasa mual setelah konsumsi telur.

Namun setelah sering mendengar masukan dari dokter anak, ia menjadi yakin dan akhirnya konsumsi telur rebus setiap pagi. Hasilnya produksi ASI-nya cukup berlimpah. “Alhamdulillah anak saya sehat. Pas waktu lahir berat badannya 3,7 kg dan dalam tiga bulan naik menjadi 6 kg lebih,” ujarnya.

Pesatnya pertumbuhan sang bayi tentu bukan hanya telur yang ia konsumsi. Winarti juga rajin mengonsumi sayur dan buah. Susu berbahan kacang-kacangan juga menjadi pelengkap minumannya setiap hari. Namun menurutnya, konsumsi telur sangatlah dianjurkan agar ASI yang dihasilkan berkualitas.
  
Tingkat Kualitas ASI 
ASI menjadi satu-satunya makanan bernutrisi lengkap untuk bayi. Kualitas ASI yang baik dapat berpengaruh pada perkembangan otak si kecil. Untuk itu para ibu perlu mengonsumsi makanan tinggi protein, kalsium hingga omega 3 agar si kecil tetap sehat. Telur ayam adalah sumber omega 3 paling murah dari sisi harga.

Para ibu juga membutuhkan banyak kalori untuk menunjang produksi ASI. Pastikan konsumsi makanan dengan diet seimbang, dengan mengonsumsi karbohidrat, protein, lemak hingga vitamin yang berasal dari bahan makanan alami. Jangan lupa mengonsumsi beragam variasi makanan agar nutrisinya komplet.

Journal of Health, Population and Nutrition, sebuah jurnal kesehatan di Amerika Serikat, dalam salah satu ulasan artikelnya menyebut konsumsi telur saat hamil dan menyusui aman, asalkan benar-benar dimasak dengan baik. Tak disarankan mengonsumsi telur mentah atau setengah matang, karena kemungkinan tercemar bakteri berbahaya seperti salmonella.

Bakteri tersebut bisa berdampak buruk pada kesehatan ibu menyusui. Dengan memasak telur akan membunuh bakteri, sehingga akan mengurangi risiko keracunan bakteri salmonella saat hamil atau menyusui.

Menurut data dalam jurnal tadi, manfaat telur rebus untuk ibu hamil dan menyusui dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan kolin sekitar 550 mg. Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak dalam kandungan.

Mengonsumsi telur dalam jumlah yang cukup juga dapat membantu pertumbuhan janin dan bayi saat menyusui. Karena mengandung asam amino esensial yang tidak dapat disintetis oleh tubuh.

Kandungan vitamin D pada telur terkonsentrasi di kuning telur. Oleh karena itu, wanita hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin D dibanding wanita tidak hamil. Nutrisi ini penting untuk kesehatan, termasuk menjaga kesehatan tulang, mendukung fungsi kekebalan tubuh dan menstrimulasi perkembangan janin.

Dokter Jadi Rujukan
Nurkhikmah adalah ibu muda lain yang juga masih menyusui anaknya yang berumur satu tahun lebih enam bulan. Wanita asal Kota Pemalang, Jawa Tengah, ini juga tergolong rajin mengonsultasikan masalah kesehatan anaknya ke dokter anak yang sekali dalam sebulan ia kunjungi.

Masalah yang banyak ditanyakan ke dokter adalah nutrisi dan pentingnya ASI bagi sang buah hati. “Pokoknya setiap kali imunisasi anak ke dokter saya selalu manfaatkan untuk konsultasi. Kalau sudah dokter yang kasih masukan kan lebih yakin untuk kesehatan anak,” ungkapnya kepada Infovet.

Soal pemberian ASI, Nurkhikmah menuturkan, telur memiliki sederet kandungan gizi yang dibutuhkan ibu menyusui agar ASI yang dihasilkan berkualitas. Meski kecil, telur mengandung kalori tinggi sehingga termasuk makanan yang baik untuk sumber energi.

Bagi ibu menyusui, ini menjadi penting karena untuk menghasilkan ASI tubuh membutuhkan energi ekstra. Selain itu, kebutuhan energi sangat dibutuhkan mengingat proses menyusui sangat melelahkan.

Telur yang dikonsumsi ibu menyusui akan membantu menunjang kebutuhan energi yang dibutuhkan dalam meningkatkan produksi ASI. “Selain energi, kandungan protein, vitamin dan mineral yang terkandung dalam telur juga akan meningkatkan kualitas ASI,” kata Nurkhikmah menirukan penjelasan dokter.

Mengonsumsi telur juga dapat membantu proses pemulihan. Sebelum menyusui, tubuh wanita mengalami stres tinggi akibat hamil dan proses persalinan. Salah satu kandungan telur yang paling dominan adalah protein yang penting dalam pembangunan sel-sel tubuh.

“Dulu waktu setelah masa persalinan di rumah sakit selesai dan saya pulang ke rumah, dokter bilang dengan konsumsi telur yang kaya protein, proses pemulihan sel yang rusak dan pembentukan otot akan berjalan baik,” tambahnya.

Makan telur untuk ibu menyusui juga berkhasiat menjaga daya tahan tubuh. Vitamin A, B12 dan selenium di dalam telur juga penting untuk sistem pertahanan tubuh. Nutrisi ini penting agar ibu menyusui tidak mudah sakit meski harus sering begadang mengurus bayi.

Di balik besarnya manfaat konsumsi telur ayam bagi ibu hamil dan menyusui, masih ada sebagian orang yang takut makan telur setelah melahirkan. Khususnya para ibu muda yang tinggal di pedesaan masih ada yang dihantui mitos-mitos yang tak jelas asal usulnya.

Menurut Nurkhikmah, di kampungnya masih ada orang yang meyakini kalau ibu hamil tua yang mengonsumsi telur bisa berakibat kulit bayi belang seperti panu dan masih banyak keyakinan lainnya. “Tapi itu dulu, sekarang sudah mulai berkurang pemahaman seperti itu. Mungkin karena akses informasi di handphone sudah gampang,” ucapnya.

Ia juga mengaku pernah bertanya kepada dokter anak, intinya seberapa bahaya ibu yang menyusui tapi alergi dengan telur. Nurkhikmah mendapat jawaban yang cukup membuatnya lega. Ia katakan, ibu menyusui tidak memiliki pantangan untuk menghindari makanan yang memicu alergi seperti telur, karena tidak akan berdampak pada bayi.

Namun, perlu dihindari jika ibu yang memiliki alergi terhadap telur. Jadi intinya, selama ibu hamil tersebut tidak ada alergi terhadap telur, maka tak perlu khawatir. Sebab, ibu hamil yang mengonsumsi telur dapat meningkatkan asupan kolesterol baik dalam tubuh, sehingga bisa terhindar dari berbagai gangguan kesehatan yang memengaruhi jantung. (AK)

TELUR YANG SUDAH MENGINAP MESIN TETAS DIKONSUMSI, AMANKAH?

Terlur infertil dalam keadaan segar masih layak konsumsi, namun dilarang diperjual-belikan secara umum. (Foto: Dok. Infovet)

Telur infertil menjadi tidak sempurna dan busuk jika berada dalam suhu yang tidak cocok. Apakah telur ini masih boleh dikonsumsi?

Sugianto salah satu peternak tampak sibuk mengecek satu per satu telur ayam petelur yang sudah dimasukkan ke dalam mesin tetasnya. Dengan menggunakan lampu pijar yang berada di bagian atas mesin tetas otomatis, peternak ini meneropong dengan teliti seluruh telur.

Telur-telur tersebut sudah empat hari berada di mesin tetas berkapasitas 100 butir. Seperti biasa, di hari keempat Sugianto melakukan pengecekan kualitas telur, memastikan semua telur tersebut layak tetas (fertil) atau tidak (infertil).

Dengan menggunakan lampu pijar, telur yang tampak kemerahan dan ada semacam semburat berwarna merah (menyerupai bentuk akar tanaman) di dalam telur dimasukkan kembali ke dalam mesin tetas. Telur-telur tersebut dipastikan sebagai telur fertil atau telur yang dibuahi. Telur ini dipastikan bisa ditetaskan dengan baik.

Sedangkan telur yang tampak terang dan tak terlihat ada semburat warna merah di keluarkan dari mesin tetas. Beberapa telur yang infertil segera dipisahkan di keranjang. Telur infertil merupakan telur yang tidak dibuahi dan tidak dapat ditetaskan.

Karena baru empat hari di ruang mesin tetas, Sugianto lantas memasak telur-telur tersebut. Saat dipecahkan, kuning telur tampak masih utuh bulat. “Ini masih layak konsumsi, karena kuning telurnya masih utuh. Saya bikin telur mata sapi. Tapi kalau ada telur yang bagian kuningnya bercampur dengan bagian putihnya, langsung saya buang, karena biasanya sudah mulai busuk,” ujarnya.

Apa yang dilakukan Sugianto kemungkinan juga dilakukan para peternak lain. Telur infertil yang sudah empat hari masuk ke mesin tetas, belum mengalami perubahan komposisi kuning dan putih telurnya. Artinya telur masih aman untuk dikonsumsi. Sebab itu, banyak para peternak yang tak membuang telur yang baru empat hari berada di dalam mesin tetas.

Namun demikian, ada juga peternak yang memanfaatkan telur infertil yang sudah empat hari di mesin tetas sebagai sumber protein ayam indukan pejantan. Zulkarnain Nasution misalnya, peternak mandiri ayam kampung di Kota Asahan, Sumatra Utara, mengolah telur-telur infertil menjadi puding. Bukan untuk dimakan, tapi diberikan kepada ayam indukan pejantan. “Ini bisa jadi sumber protein yang bagus untuk ayam pejantan,” ujarnya kepada Infovet.

Selain telur infertil yang masih bagus, Zulkarnain juga membaurnya dengan telur yang sudah bercampur bagian kuning dan putihnya. Langkah ini tentu akan mengurangi biaya pakan. “Saya kan peternak, kalau jumlah telurnya yang infertil terlalu banyak enggak mungkin dimakan semua. Makanya sebagian saya jadikan puding dan dikasih ke ayam pejantan. Ayamnya lebih sehat,” ungkapnya.

Karakteristik Telur Infertil 
Masalah telur fertil dan infertil sempat menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Persoalan telur tetas yang kemudian dinyatakan sebagai infertil tak hanya menjadi masalah para peternak rakyat, namun juga peternak skala industri. Bisa dipahami, dalam skala besar jika jumlah telur tak layak jual akan menjadi beban kerugian perusahaan.

Di level industri, telur infertil merupakan telur yang berasal dari perusahaan pembibitan ayam broiler, yang tidak menetas atau memang sengaja tidak ditetaskan. Telur ini biasa disebut juga dengan telur HE (hatched egg) yang tidak layak dijual sebagai telur konsumsi, karena rentan menjadi tempat pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga menyebabkan telur cepat membusuk.

Telur ini sebenarnya bisa menetas dan menjadi anak ayam jika disimpan dalam suhu yang cocok. Namun, jika disimpan dalam suhu yang tidak cocok, pertumbuhannya tidak akan sempurna, sehingga menyebabkan telur pada akhirnya akan mati dan membusuk. Lantas, apakah telur ini layak dikonsumsi?

Telur infertil boleh dikonsumsi asal bebas bakteri. Telur infertil dan telur biasa memiliki perbedaan yang hanya bisa dilihat dengan cara meneropongnya guna melihat apakah di dalam telur terdapat embrio atau tidak. Bukan itu saja, telur infertil juga memiliki karakteristik berupa bercak tidak sempurna berwarna putih pada bagian kuning telur, yang berukuran sekitar dua milimeter. Untuk melihatnya secara gamblang, harus memutar kuning telur di permukaan tangan secara perlahan.

Dalam laman situs Kementerian Pertanian, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan penjelasan bahwa berbeda dengan telur infertil, telur biasa memiliki bercak yang bernama blastoderm yang berukuran lebih besar, yaitu sekitar 4-5 milimeter.

Pada dasarnya, mengonsumsi telur infertil tidak berbahaya, selagi telur masih dalam keadaan segar dan belum membusuk. Jika dibandingkan dengan telur biasa pun kandungan gizinya akan sama, karena keduanya memiliki kandungan protein tinggi. Yang membedakan keduanya adalah ada atau tidaknya sperma di dalamnya.

Bukan itu saja, telur ayam juga mengandung lemak dan berbagai macam vitamin, seperti vitamin A, B, D dan E. Selain itu, telur ayam juga mengandung berbagai mineral baik untuk tubuh, seperti zat besi, fosfor, selenium dan asam amino lengkap. Jadi, telur infertil aman dikonsumsi selagi masih segar dan bebas bakteri.

Kendati demikian, pemerintah mengeluarkan larangan dalam memperjual-belikan telur infertil. Hal tersebut diatur melalui Permentan No. 32/Permentan/PK.230/2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Melalui peraturan tersebut, para pengelola usaha dilarang memperjual-belikan telur untuk dikonsumsi secara umum, karena dikhawatirkan bahayanya.

Sekali lagi, Edukasi
Telur infertil yang tak jadi lanjut ke proses penetasan dan hanya menginap empat hari di mesin tetas, bisa dikonsumsi. Asalkan antara kuning telur dan bagian putihnya belum bercampur, kualitas telur masih aman dan layak dimakan. Telur-telur ini tetap bisa menjadi sumber protein hewani.

Menggalakkan konsumsi telur di tengah masyarakat juga perlu dilakukan. Selain harga terjangkau, kandungan sebutir telur sangat menopang kesehatan tubuh, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) yang digelar setiap tahun menjadi momentum tepat untuk makin mempopulerkan konsumsi telur dan daging ayam.

Untuk konsumsi daging ayam memang terlihat lebih menonjol di masyarakat. Banyaknya kedai ayam goreng dan masakan berbahan baku daging ayam menjadi salah satu indikatornya. Namun untuk konsumsi telur masih perlu ditingkatkan.

Edukasi konsumsi telur ayam kepada anak-anak yang paling efektif adalah melalui para dokter anak di berbagai layanan kesehatan. Sebab, biasanya apa saja yang dikatakan dokter akan dipatuhi pasiennya. Edukasi melalui dokter juga cukup efektif mengurangi maraknya mitos-mitos seputar efek buruk konsumsi telur pada anak balita.

Hanya saja, hingga sekarang masih ada dokter anak yang justru menyarankan pasiennya (anak balita) untuk tidak mengonsumsi telur karena berisiko alergi yang berlebihan. Pemahaman sebagian dokter yang seperti ini, kemudian berkembang menjadi mitos yang berdasar di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.

Para dokter anak yang masih menganut pemahaman tersebut sudah selayaknya segera diluruskan. Menurut dr Triza Arif Santosa, dokter spesialis anak ini menjelaskan kekhawatiran munculnya bisul pada anak bukan semata-mata karena mengonsumi telur. Diakui, memang ada beberapa anak yang alergi terhadap telur. “Tapi bukan semata-mata karena konsumsi telur lalu keluar bisul,” ujarnya.

Ahli gizi ini menjelaskan, pemberian telur satu butir setiap hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan stunting. Penelitian dari Washington University, bayi-bayi mulai usia 6-9 bulan yang diberikan satu butir telur setiap hari, kadar kolin dan DHA-nya lebih tinggi dibanding bayi-bayi yang tidak diberikan telur.

Dengan penjelasan detail dan ilmiah dari Triza ini sudah seharus para orang tua tak lagi mempercayai mitos-mitos yang tak jelas sumbernya. Telur merupakan sumber nutrisi penting yang dibutuhkan anak balita dengan harga terjangkau. Jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga kerupuk yang kandungan gizinya sangat minim. Namun faktanya, masih banyak orang tua yang justru memberikan kerupuk kepada anak balitanya sebagai lauk.

Edukasi tentang pentingnya mengonsumsi telur dan daging ayam kepada masyarakat tampaknya masih perlu terus digalakkan. Maraknya bergam jenis kuliner berbahan daging ayam dan telur ayam mestinya menjadi media edukasi yang efektif. (AK)

JANGAN SAMPAI ANAK BOSAN MAKAN TELUR

Olahan telur pindang atau yang sering disebut telur bumbu coklat. (Foto: Istimewa)

Jika anak bosan mengonsumsi telur ceplok, dadar, atau sambal balado, cobalah berganti dengan aneka olahan yang berbeda dari biasanya. Beda olahan, asupan gizi telur tetap didapat.

Masa pandemi COVID-19 yang masih terus terjadi, membuat siapapun merasa bosan. Bosan berdiam di rumah, tak bisa wisata kuliner atau sekadar menikmati suasana rekreasi lainnya. Kebosanan juga dirasakan oleh anak-anak yang terbiasa menikmati aneka santapan di luar rumah.

Namun bagi kaum ibu, memiliki kepiawaian tersendiri untuk menghilangkan kebosanan buah hatinya untuk urusan menu makanan. Untuk anak-anak mereka yang gemar memakan telur, banyak cara yang dilakukan para ibu rumah tangga yang “menyulap” sebutir telur menjadi menu yang menarik.

Siapapun tahu bahwa telur memiliki kandungan protein tinggi. Telur juga menjadi menu favorit bagi masyarakat untuk memenuhi asupan gizi setiap hari. Selain praktis dalam mengolahnya, protein hewani ini juga tak sulit untuk didapatkan. Di warung, minimarket, hingga supermarket menyediakan.

Kepintaran seorang ibu dalam menyajikan menu yang bervariasi menjadi kunci anak-anaknya tak mudah bosan mengonsumsi telur. Olahan telur yang monoton bukan hanya membuat anak bosan, namun juga memicu anak enggan menyantap dan mulai beralih ke menu makanan lain yang bisa jadi kandungan gizinya di bawah telur.

“Kalau anak sudah bosan dengan olahan telur dadar atau ceplok, saya biasanya cari resep lain yang anak belum pernah coba, tapi tetep pakai bahan telur,” tutur Rina Nurkhikmah, ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita yang pintar masak ini, banyak varian makanan yang bisa diolah dengan menggunakan telur sebagai bahannya. Dalam seminggu, setidaknya tiga hari ia menyiapkan menu telur untuk keluarganya. Olahnya berganti-ganti, mulai dari telur bulat sambal balado, dadar Jawa, kadang dibuat gulai telur.

“Sebisa mungkin saya resep olahan telur, biar anak saya enggak bosan, karena memang anak-anak suka makan telur,” tambahnya.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Prof Dr Ir Ali Khomsan, juga berpendapat sama. Variasi dalam mengolah telur penting dilakukan agar anak-anak tak mudah bosan mengonsumsi, seperti dibuat omelet, dicampur dengan bahan makanan lain, sehingga lebih nikmat dan tidak membosankan. Dengan cara membuat variasi sajian, maka asupan protein dari telur juga bisa menjadi lebih baik.

“Sesuatu yang dimakan secara rutin setiap hari memang membosankan, kecuali makan nasi. Tapi kalau makan telur setiap hari bisa bosan,” ujarnya.

Menurut Ali Khomsan, kebosanan konsumsi telur bisa dihindari jika diselingi dengan sumber protein lainnya. Misal, dalam seminggu divariasi dengan ikan, daging, atau sumber protein lainnya. Kuliner Indonesia cukup bagus dalam mengolah telur dengan variasi penyajiannya, sehingga tidak membosankan.

Banyak Varian 
Di zaman serba digital saat ini mencari informasi teknik membuat varian menu berbahan telur ayam tidaklah sulit. Cukup banyak portal wisata kuliner, bahkan media sosial, yang menyuguhkan tutorial lengkap memasak makanan berbahan baku telur. Kadang, dilengkapi dengan foto hasil olahan yang menggoda selera.

Misalnya, olahan telur pindang atau yang sering disebut telur bumbu coklat. Olahan ini memiliki kekhasan dalam rasa. Selain ada rasa gurih dari telurnya, juga ada rasa manis dari bumbu kecap dan aroma rempahnya.

Jika keluarga bosan dengan sajian telur yang itu-itu saja, tak ada salahnya jika mencoba berganti olahan ala menu negara luar. Misalnya, menu Masala asal India, Huevos Rancheroz dari Meksiko, atau Oeoufs Au Plat Bressane ala Perancis semacam roti yang dipanggang dengan krim dan telur.

Panduan teknik mengolahnya bisa didapatkan di internet. Cukup ketik “varian menu telur”, dijamin akan muncul puluhan resep pilihan. Dengan tutorial yang lengkap dan mudah, para ibu rumah tangga pasti mampu membuatnya.

Varian olahan telur semacam ini sudah barang tentu akan menarik perhatian anak untuk menyantapnya. Bentuk olahannya beda, namun kandungan gizi dalam telur tetap didapat.
Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, asupan gizi dari protein hewani dalam telur sangat dibutuhkan. Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana dengan orang dewasa, benarkah sebaiknya dibatasi mengonsumsi telur setiap hari? Bagi sebagian orang, mengonsumsi telur setiap hari tidak masalah. Namun ada juga yang khawatir terkena kolesterol. Menurut Ali Khomsan, meskipun nikmat, namun menikmati telur juga harus diperhatikan jumlahnya. “Kita mesti bijak dalam mengonsumsi,” katanya.

Menurut dia,  untuk orang Indonesia mengonsumsi telur lebih dari satu butir sehari tidak masalah, karena konsumsi pangan hewan lainnya seperti daging dan susu masih rendah. Oleh karena itu, konsumsi telur menjadi alternatif karena harganya lebih murah.

Kampanye Harus Gencar
Rendahnya tingkat konsumsi telur masyarakat Indonesia selama ini menjadi pemberitaan dari tahun ke tahun. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian pada 2016, menunjukkan rata-rata konsumsi telur ayam ras/kapita/tahun  99.796 butir.

Data lain menyebutkan pada 2017, konsumsi telur di Indonesia mencapai 18,44 kg/kapita/tahun. Tahun 2018 mencapai 17,73 kg/kapita/tahun, pada 2019 mencapai 17,77 kg/kapita/tahun. Namun terjadi peningkatan cukup signifikan pada 2020, yakni mencapai 28,16 kg/kapita/tahun.

Menurut Ali Khomasan, upaya peningkatan konsumsi telur ayam (termasuk daging ayam) harus jadi upaya semua pihak secara massif, terstruktur dan terpadu. Sebab itu, kampanye konsumsi telur perlu ditingkatkan lagi.

“Di level masyarakat kampanye ini bisa dilakukan melalui posyandu (pos pelayanan terpadu), di level nasional paling tidak Dirjen Peternakan atau Menteri Pertanian yang menyuarakan,” ujarnya.

Kampanye gizi dan edukasi kepada masyarakat harus digencarkan. Publik perlu terus diedukasi bahwa telur dan daging ayam merupakan sumber protein hewani yang ekonomis. Jika dilihat perbandingan harga per gram protein antara daging ayam dan telur ayam terhadap daging sapi, susu, domba, kambing, ikan dan lainnya, maka telur dan daging ayam lebih murah harganya. (AK)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer