Memelihara ayam KUB (Kampung Unggul Balitbangtan) semakin diminati peternak di berbagai daerah. Ayam hasil rekayasa genetik dari Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) ini dikenal memiliki banyak keunggulan dibanding ayam kampung biasa. Tapi pertanyaannya, apakah betul memelihara ayam KUB cepat memberikan keuntungan?
Ayam KUB dan Keunggulannya
Beberapa informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan bahwa ayam KUB merupakan ayam lokal hasil pemuliaan yang dikembangkan oleh Balitbangtan dengan tujuan meningkatkan produktivitas ayam kampung. Memiliki keunggulan utama di antaranya cepat bertelur mulai usia lima bulan, produktivitas telur tinggi bisa mencapai 180-200 butir/tahun, rasa daging seperti ayam kampung tetapi pertumbuhan lebih cepat, dan tingkat kematian rendah, cocok untuk peternakan skala kecil (rumahan) maupun besar.
Beberapa informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan bahwa ayam KUB merupakan ayam lokal hasil pemuliaan yang dikembangkan oleh Balitbangtan dengan tujuan meningkatkan produktivitas ayam kampung. Memiliki keunggulan utama di antaranya cepat bertelur mulai usia lima bulan, produktivitas telur tinggi bisa mencapai 180-200 butir/tahun, rasa daging seperti ayam kampung tetapi pertumbuhan lebih cepat, dan tingkat kematian rendah, cocok untuk peternakan skala kecil (rumahan) maupun besar.
Perbandingan Ayam KUB dan Ayam Kampung.
Aspek |
Ayam
KUB |
Ayam
Kampung |
Umur
Bertelur |
5-5,5
bulan |
6-7
bulan |
Produksi
Telur |
160-180
butir/tahun |
60-100
butir/tahun |
Konversi
Pakan |
Lebih
efisien |
Kurang
efisien |
Daya
Tahan |
Cukup
tinggi |
Tinggi |
Harga
Jual Telur |
Rp 1.800-2.200/butir |
Rp 2.000-2.500/butir |
Karena keunggulan inilah ayam KUB dianggap sebagai solusi modern bagi peternak ayam kampung. Adapun kelebihan lainnya yakni dari sisi efisiensi biaya produksi. Dari estimasi kasar untuk memulai usaha 100 ekor ayam KUB petelur, peternak pemula bisa mengawalinya dengan membeli bibit (DOC) ayam KUB (Rp 2,5 juta); persiapan kandang dan peralatan (Rp 3 juta); pakan tiga bulan awal (Rp 3,5 juta); vaksin dan obat-obatan (Rp 500 ribu). Namun begitu, angka di atas bisa lebih murah tergantung daerah dan kesiapan jika kandang sudah tersedia atau menggunakan bahan lokal.
Dari situ keuntungan bisa diperoleh ketika ayam KUB mulai bertelur saat usia 5-6 bulan. Dalam satu tahun seekor ayam KUB bisa menghasilkan rata-rata 180-200 butir telur. Jika diambil contoh dari 100 ekor ayam KUB produksi telurnya 100 ekor x 180 telur = 18.000 butir/tahun, harga jual rata-rata telur ayam kampung Rp 2.000/butir, sehingga omzet per tahun bisa mencapai Rp 36 juta. Dikurangi biaya pakan dan operasional tahunan sekitar Rp 15-18 juta, maka peternak bisa memperoleh laba bersih hingga Rp 15-20 juta/tahun bahkan lebih jika pemasaran dilakukan dengan baik atau menjual bibit DOC.
Dengan manajemen yang baik, BEP bisa dicapai dalam waktu 7-8 bulan, bahkan lebih cepat jika peternak menjual telur secara langsung ke konsumen, menjual ayam afkir (usia 1-1,5 tahun) sebagai ayam potong, dan bisa menghasilkan bibit DOC dari indukan sendiri. Ini artinya, memelihara ayam KUB tergolong menguntungkan.
Sementara untuk simulasi beternak 100 ekor ayam KUB betina membutuhkan modal awal sekitar Rp 4,8 juta dengan rincian bibit ayam KUB umur 1 bulan Rp 10.000 x 100 = Rp 1 juta, pakan tiga bulan (1 kg/ekor/bulan, harga Rp 7.000/kg) 300 kg x Rp 7.000 = Rp 2,1 juta, kandang sederhana dan peralatan Rp 1,5 juta, serta obat/vaksin Rp 200 ribu. Adapun pendapatan dari panen telur per tahun 100 ekor x 160 telur = 16.000 butir, harga jual rata-rata Rp 2.000/butir = Rp 32 juta/tahun. Keuntungan kotor tahunan Rp 32 juta dikurangi modal Rp 4,8 juta = Rp 27.200.000.
Angka tersebut di atas belum termasuk biaya operasional tambahan, tenaga kerja, atau risiko penyakit. Namun secara kasar, dalam waktu enam bulan peternak sudah bisa mulai balik modal dan meraih keuntungan bersih secara berkelanjutan.
Tips Memelihara Ayam KUB
Agar sukses dalam memelihara ayam KUB, berikut ada beberapa langkah-langkah panduan praktis untuk memulai usaha ayam KUB dari awal:
• Tentukan tujuan peternakan: Apakah ingin fokus ke petelur, pedaging, atau pembibitan (DOC). Menentukan tujuan sejak awal akan membantu dalam menyusun rencana pakan, pemilihan kandang, dan target pasar.
• Siapkan lokasi kandang: Pastikan lokasi memiliki sirkulasi udara yang baik, jauh dari pemukiman padat, serta memiliki akses air bersih. Buat kandang dengan sistem terbuka atau semi intensif untuk memaksimalkan kenyamanan ayam.
• Beli bibit yang berkualitas: Pilih bibit Ayam KUB dari sumber terpercaya, misalnya Balitbangtan, UPT Dinas Peternakan, atau peternak mitra yang tersertifikasi.
• Manajemen pakan yang efisien: Gunakan kombinasi pakan pabrikan dan pakan lokal seperti dedak, jagung giling, ampas tahu, dan daun pepaya untuk menekan biaya.
• Perhatikan kesehatan dan vaksinasi: Buat jadwal vaksinasi sejak awal (misalnya untuk vaksinasi ND, AI, gumboro) serta siapkan obat-obatan umum untuk diare, pilek, atau luka.
• Monitoring dan catat data harian: Catat jumlah telur, konsumsi pakan, dan kondisi ayam setiap hari. Data ini sangat penting untuk evaluasi dan pengambilan keputusan.
• Pasarkan hasil ternak secara cerdas: Manfaatkan grup di media sosial, lingkungan sekitar, ataupun komunitas peternak lokal untuk menjual telur, DOC, maupun ayam afkir. Buat nama brand kecil untuk meningkatkan kepercayaan.
Walau demikian, ada beberapa tantangan yang harus diwaspadai di antaranya harga pakan yang fluktuatif, kebutuhan perkandangan, hingga serangan penyakit seperti Newcastle disease (ND). Namun dengan menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik dan menjaga kebersihan kandang, serta vaksinasi yang tepat, hal tersebut bisa diminimalisir.
Keuntungan memelihara ayam KUB telah dirasakan oleh Sumarno, salah satu peternak ayam KUB di Sleman, DIY. Ia mengaku bisa balik modal dalam waktu enam bulan pemeliharaan.
“Dulu saya coba 50 ekor ayam KUB, sekarang sudah 300 ekor. Dalam waktu enam bulan saja saya sudah bisa balik modal. Yang penting disiplin kasih pakan dan jaga kebersihan kandang,” katanya.
Memelihara ayam KUB bisa cepat menguntungkan terutama jika dikelola dengan baik dan efisien. Dalam waktu 6-7 bulan, peternak sudah bisa menikmati hasil panen telurnya. Kombinasi antara produktivitas tinggi, efisiensi pakan, dan harga jual yang menarik menjadikan ayam KUB pilihan cerdas di tengah permintaan pasar akan produk ayam kampung yang sehat dan alami.
Gambaran peternak ayam KUB lainnya yakni Arif Santoso di Boyolali, Jawa Tengah, yang memelihara 500 ekor ayam KUB petelur semi-intensif dengan sumber pakan kombinasi pabrikan dan dedaunan lokal mencapai hasil yang menggiurkan. Produksi telur per bulan sekitar 7.000 butir dengan harga jual rata-rata Rp 2.000/butir. Omzet bulanan yang diperoleh mencapai sekitar Rp 14 juta. Laba bersih setelah dikurangi biaya-biaya operasional antara Rp 6-7 juta/bulan.
Kunci keberhasilan menurut Arif, “Yang penting konsisten. Kandang bersih, ayam sehat, pakan cukup, dan pemasaran harus kreatif. Saya juga sering ikut pelatihan dari dinas peternakan.”
Peluang Masih Terbuka
Permintaan ayam kampung di Indonesia terus meningkat karena masyarakat semakin sadar akan kualitas gizi dan rasa daging yang alami. Ayam KUB yang memiliki karakter ayam kampung menjadi solusi cerdas untuk memenuhi permintaan tersebut.
Pasar potensial untuk produk ayam KUB berasal dari telur yang banyak diminati untuk konsumsi rumah tangga dan terapi herbal, dagingnya yang juga banyak digemari baik untuk hidangan restoran, katering, dan hajatan, hingga DOC-nya yang juga banyak dicari oleh peternak pemula.
Selain pasar lokal, beberapa wilayah di Indonesia bagian timur bahkan kekurangan suplai ayam kampung dengan genetik unggul. Ini menjadi peluang besar jika peternak siap memperluas distribusi.
Oleh karena itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Dinas Peternakan setempat harus terus mendorong program pembibitan ayam KUB sebagai solusi ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi pedesaan. Beberapa bentuk dukungan seperti pelatihan dan pendampingan peternak, bantuan bibit dan pakan awal, kemitraan dengan koperasi peternakan, serta program kredit usaha rakyat (KUR) khusus peternakan bisa lebih digencarkan. Peternak yang aktif mengikuti program tersebut berpeluang mendapatkan fasilitas dan akses pasar yang lebih luas.
Sebab, ayam KUB bukan hanya unggul dalam hal produksi, tetapi juga memiliki daya tahan dan nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, peternak juga bisa memanfaatkan hal lainnya seperti membuat pupuk organik dari kotoran ayam, mengolah telur retak menjadi telur asin atau telur herbal, hingga menjual pakan fermentasi buatan sendiri kepada peternak lain. Upaya tersebut dilakukan agar peternakan tidak hanya mengandalkan satu sumber pendapatan saja, tetapi menciptakan ekosistem usaha yang berkelanjutan.
Bagi yang ingin memulai usaha peternakan dengan modal relatif ringan tapi hasil cukup menjanjikan, beternak ayam KUB bisa menjadi pilihan karena peluang pasarnya masih terbuka lebar. Asal, dikelola dengan manajemen yang baik, pakan yang efisien, dan strategi pemasaran yang aktif. ***
Ditulis oleh:
Sudjono, pengamat peternakan
Dirangkum kembali oleh Tim Redaksi Infovet
0 Comments:
Posting Komentar