-->

PRODUKSI HEWAN GLOBAL TUMBUH 14% DALAM DEKADE MENDATANG

Produksi pertanian hewan global, termasuk makanan laut, akan tumbuh sebesar 14% selama 10 tahun ke depan karena penduduk dunia diperkirakan akan mengonsumsi lebih banyak produk hewani, dengan pertumbuhan yang diantisipasi sebesar 6% per kapita.

Proyeksi ini telah dibuat oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam sebuah laporan tentang produksi dan permintaan pangan di masa mendatang hingga tahun 2034.

Konsumsi produk hewani akan meningkat, terutama di negara-negara berkembang dengan tingkat kemakmuran yang semakin meningkat. Namun, konsumsi ini akan tetap tertinggi di negara-negara berpenghasilan tinggi. Di wilayah termiskin, konsumsi produk hewani akan tetap rendah.

Diperkirakan bahwa selama 10 tahun ke depan, konsumsi daging, ikan, dan susu akan meningkat sebesar 14%. Sebagaimana konsumsi per kapita, pertumbuhan diperkirakan terutama terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah, di mana populasi dan kemakmuran meningkat tajam. Di negara-negara ini, separuh pertumbuhan disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, dan separuhnya lagi disebabkan oleh peningkatan konsumsi per kapita. Di negara-negara miskin, konsumsi per kapita tidak akan meningkat, tetapi konsumsi total akan meningkat akibat pertumbuhan penduduk.

Aspek lain yang mencolok dari analisis ini adalah meningkatnya transportasi pangan. Dalam 10 tahun, 22% dari seluruh kalori yang dikonsumsi akan diimpor dari luar negeri. Oleh karena itu, kebutuhan akan transportasi meningkat karena produksi semakin banyak dilakukan jauh dari tempat konsumsi. Para penulis laporan menekankan bahwa hal ini justru meningkatkan pentingnya kerja sama internasional.

Peningkatan produksi sebagian dicapai melalui peningkatan produktivitas per hewan dan per hektar. Teknologi baru, serta investasi modal dan penggunaan pupuk serta pakan tambahan yang lebih intensif, terutama di negara-negara menengah, dipandang sebagai pendorong utama. Namun, perluasan lahan pertanian juga diperkirakan akan terjadi, terutama di Afrika dan Asia Selatan, di mana akses terhadap teknologi modern masih terbatas.

Emisi gas rumah kaca dari pertanian primer diperkirakan akan meningkat sebesar 6%. Angka ini lebih rendah daripada pertumbuhan produksi. Emisi per kilogram produk akan menurun. Sementara itu, para ahli yakin masih ada ruang untuk perbaikan. Jika metode rendah emisi yang tersedia diterapkan, peningkatan produktivitas sebesar 15% dimungkinkan, dikombinasikan dengan pengurangan emisi sebesar 7%.

RUSIA: KERUGIAN FINANSIAL MEMICU KEMATIAN MASSAL DAN MEMICU KEKHAWATIRAN KESEJAHTERAAN UNGGAS

Peternak unggas di Rusia melakukan pemusnahan massal ayam petelur, terkadang menggunakan metode yang tidak konvensional dan tidak manusiawi. Krisis profitabilitas dalam industri telur dilaporkan telah mencapai titik didih, dengan sebagian besar peternakan telur beroperasi dengan kerugian.

Beberapa insiden kematian massal ayam petelur yang disebabkan oleh manusia telah mengejutkan masyarakat Rusia selama sebulan terakhir. Kasus pertama terjadi di sebuah peternakan di Krasnodar Krai, di bagian selatan Rusia bagian Eropa, di mana lebih dari 150.000 ayam petelur dibiarkan tanpa pakan karena perusahaan tidak lagi mampu mempertahankan operasi akibat utang yang sangat besar. Petugas veteriner menemukan bahwa, setelah dibiarkan tanpa pakan selama beberapa hari, ayam-ayam yang putus asa itu mulai menunjukkan perilaku kanibal.

Dalam kasus lain, seorang peternak tak dikenal di Republik Udmurtia telah meninggalkan sekitar 3.000 ayam di lahan terbuka, kemungkinan juga dalam upaya untuk menyingkirkan kawanan tersebut.

Kedua kasus tersebut menggambarkan krisis mendalam yang dialami industri telur Rusia selama beberapa tahun terakhir. Sebagian besar peternakan saat ini beroperasi dengan kerugian, karena harga grosir telur mencapai Rub 2 ($0,025) per unit pada bulan Juni, lebih dari dua kali lipat biaya produksi, menurut Ksenia Sumkova, wakil ketua asosiasi petani Rusia, People's Farmer. Meskipun harga sedikit pulih pada bulan Juli, harganya masih di bawah batas profitabilitas.

Sejak awal tahun, produksi telur Rusia melonjak hampir 1 miliar unit, yang telah mendorong pasar ke kondisi kelebihan pasokan, ujar Galina Bobyleva, direktur umum Persatuan Peternak Unggas Rusia.

Untuk mencegah situasi seperti ini terulang kembali, ia menyarankan agar pemerintah merestrukturisasi rantai pasokan dengan mendorong pedagang grosir untuk menandatangani perjanjian jangka panjang dengan peternak telur skala menengah dan kecil. Salah satu faktor kelebihan pasokan adalah peternakan telur yang gulung tikar akibat wabah flu burung yang sangat patogen tahun ini telah beroperasi secara bertahap, ujar Elena Lazareva, direktur umum Tavros, produsen telur terkemuka.

Sementara itu, komunitas perlindungan lingkungan Rusia telah mengintensifkan upayanya untuk meyakinkan pihak berwenang agar mengadopsi aturan kesejahteraan hewan yang ketat guna mencegah kasus-kasus yang baru-baru ini terjadi di industri telur.

Sebagaimana diungkapkan oleh Kirill Goryachev, seorang aktivis kesejahteraan hewan setempat, hewan ternak adalah "yang paling tidak terlindungi" di antara semua hewan di Rusia, dan para peternak bebas "memperlakukan mereka seperti sampah". Namun, sebuah rancangan undang-undang baru yang saat ini sedang disusun bekerja sama dengan Kamar Dagang Publik, sebuah badan konsultan di bawah pemerintah Rusia, dikatakan akan mengubah situasi ini.

MCDONALD AKAN MEMFASILITASI PRODUKSI AYAM BROILER BESAR DI ARAB SAUDI

McDonald telah menandatangani perjanjian kemitraan dengan Otoritas Pembangunan Saudi dan Al Tanmiah Food Company yang bertujuan untuk mendukung kualitas produksi unggas lokal dan memajukan sektor perunggasan di Kerajaan Saudi.

Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, McDonald dan Tanmiah Food Company telah bersatu untuk memperluas produksi ayam pedaging besar di Arab Saudi. Tanmiah, sebagai satu-satunya perusahaan unggas yang mampu memproduksi ayam pedaging besar di wilayah tersebut, berada di posisi yang tepat untuk tugas ini, sebagaimana dinyatakan dalam siaran pers mereka pada 24 Juli.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Tanmiah akan meningkatkan pasokan unggasnya ke restoran McDonald di Arab Saudi. Dengan sekitar 412 restoran di seluruh negeri, McDonald merupakan salah satu jaringan restoran cepat saji terbesar di Arab Saudi.

Membesarkan ayam pedaging besar merupakan tantangan yang umum dihadapi karena iklim yang keras dan kondisi pertanian yang sulit di Arab Saudi, perusahaan Saudi tersebut mengakui. Peternak unggas Saudi biasanya memelihara ayam pedaging yang relatif kecil, dengan bobot hidup rata-rata sekitar 1,4 kg dan bobot karkas rata-rata sekitar 1 kg. Siklus pertumbuhan ayam pedaging ini biasanya berkisar antara 28 hingga 35 hari. Ayam pedaging di Arab Saudi mengalami kenaikan berat badan rata-rata 48-54 gram per hari.

Beberapa faktor secara historis menyebabkan peternak unggas Saudi lebih memilih memelihara unggas yang lebih kecil. Misalnya, ayam pedaging yang lebih kecil membutuhkan ruang yang lebih sedikit per ekor, sehingga memungkinkan kepadatan ternak yang lebih tinggi dan memaksimalkan produksi di fasilitas yang tersedia. Selain itu, konsumen di Arab Saudi cenderung memilih unggas yang lebih kecil.

Untuk memelihara ayam pedaging besar, Tanmiah mengatakan pihaknya mengandalkan keahliannya di bidang peternakan unggas, pakan, kesehatan hewan, dan nutrisi.

Kemitraan baru ini ditandatangani sebagai bagian dari Visi Saudi 2030, sebuah program pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memperkuat swasembada pangan kerajaan.

"Kemitraan kami dengan Tanmiah mencerminkan visi bersama kami untuk melokalisasi produksi unggas sejalan dengan tujuan Visi Saudi 2030, dan komitmen berkelanjutan kami untuk memastikan standar kualitas, keamanan, dan keberlanjutan tertinggi di setiap tahap rantai pasokan," ujar Pangeran Majed Fahad Al Saud, Asisten CEO McDonald Arab Saudi.

PAKAN BEBEK PEDAGING AGAR CEPAT BESAR

pakan bebek pedaging agar cepat besar

Agar bebek pedaging cepat besar jenis pakan yang diberikan memang mempengaruhi. Namun juga diperlukan strategi formulasi pakan sehingga kebutuhan nutrisi bebek terpenuhi dengan baik.

Berikut jenis pakan bebek pedaging agar cepat besar:

Ampas tahu: Harganya murah dan mudah ditemukan terutama di daerah yang terdapat produsen tahu. Kandungan proteinnya cukup tinggi juga mengandung lemak dan nutrisi lainnya.

Bekatul: Mengandung karbohidrat sekaligus protein. Seperti diketahui pemenuhan kebutuhan protein harian penting untuk pertumbuhan bebek pedaging.

Dedak: Banyak digunakan peternak profesional maupun ternak skala rumah tangga. Mengandung protein, serat, dan lemak. Bagus sebagai sumber energi.

Jagung: Tinggi karbohidrat, bagus untuk sumber energi utama bebek.

Onggok: Merupakan limbah dari pembuatan tepung tapioka. Karena berasal dari singkong maka kandungan karbohidratnya tinggi.

Sorgum: Tinggi karbohidrat dan juga mengandung protein, lemak, serat, vitamin. Namun sayangnya harganya cukup tinggi.

Demikian beberapa jenis dari bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai pakan bebek agar cepat tumbuh besar. Tiap bahan mungkin diperlukan pengolahan lebih lanjut, dan masa simpannya juga berbeda-beda.

Namun sekali lagi, pakan bebek yang baik tidak hanya bergantung dari satu bahan namun memerlukan formulasi agar kebutuhan nutrisi bebek terpenuhi.

Untuk yang ingin praktis bisa menggunakan pakan komersial yang biasanya berbentuk curmble, pellet atau mash. Pakan komersial sudah diformulasikan oleh pabrikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian bebek.

Untuk yang kesulitan mendapatkan pakan komersial, atau karena alasan lain, bisa melakukan self mixing. Yaitu mencampur bahan-bahan pakan sendiri. Namun hal ini diperlukan pengetahuan tersendiri dan tidak bagus jika asal campur tanpa tahu ilmunya.

SUKSES GELAR MUNAS KE-V, HERRY DERMAWAN KEMBALI PIMPIN GOPAN

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, saat mengukuhkan kepengurusan GOPAN periode 2025-2030. (Foto: Dok. Infovet)

Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) resmi menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) ke-V di Bogor pada Rabu (6/8/2025). Kegiatan ini menjadi momen strategis untuk mengevaluasi perjalanan organisasi sekaligus merumuskan arah perjuangan lima tahun ke depan.

Beberapa agenda utama pun dibahas dalam forum tersebut, antara lain Laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Pusat (DPP); pembahasan dan pengesahan AD/ART; penyusunan dan pengesahan program kerja dan rekomendasi nasional, serta pemilihan Ketua Umum GOPAN periode 2025-2030.

Dalam Munas tersebut, Herry Dermawan kembali dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum GOPAN untuk masa bakti 2025-2030. Dirinya terpilih secara aklamasi dan dipercaya penuh oleh para anggota untuk meneruskan perjuangan organisasi dalam meningkatkan kesejahteraan peternak.

"Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas kepercayaan yang kembali diberikan kepada saya untuk memimpin GOPAN lima tahun ke depan. Kita harus kembali kepada tujuan awal berdirinya organisasi ini, yaitu meningkatkan kesejahteraan peternak ayam, yang dalam lima tahun terakhir justru mengalami degradasi," ujar Herry dalam sambutannya saat Munas dan Rembuk Peternakan Nasional, Kamis (7/8/2025).

Herry Dermawan. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam keterangannya, Herry juga menegaskan bahwa tim formatur yang telah terbentuk akan segera merumuskan strategi dan rekomendasi konkret guna menghadapi tantangan industri perunggasan ke depan.

Ia juga optimis terhadap masa depan peternak nasional, terlebih dengan adanya program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis yang diprediksi bisa meningkatkan permintaan ayam secara signifikan.

“Indonesia ke depan bukan gelap, justru sangat cerah bagi para peternak ayam. Kami berharap pemerintah bisa menggandeng peternak rakyat dalam program-program tersebut, dan GOPAN siap menjadi jembatannya,” ucapnya.

Terkait program kerja, Herry menyampaikan bahwa prioritas jangka pendek GOPAN adalah memperkuat konsolidasi internal dan sistem administrasi organisasi. Selain itu, pihaknya juga akan memperluas jejaring kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan akademisi, untuk memastikan kesejahteraan peternak dapat terwujud secara berkelanjutan.

"GOPAN akan berperan aktif dalam menangkal masuknya ayam impor ke pasar domestik demi melindungi kepentingan peternak lokal," tegasnya.

Dengan terselenggaranya Munas ke-V, GOPAN meneguhkan komitmennya sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan peternak ayam nasional. Kepemimpinan Herry Dermawan diharapkan dapat membawa semangat baru dan memperkuat konsolidasi organisasi dalam menghadapi dinamika industri perunggasan yang semakin kompleks, serta optimistis bahwa melalui kerja sama yang kuat dan berkelanjutan, cita-cita untuk menjadikan peternak sebagai pilar ketahanan pangan nasional dapat terwujud secara nyata.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, yang turut hadir memberikan apresiasinya kepada GOPAN. Ia menanggapi terpilihnya kembali Herry Dermawan menjadi ketua umum adalah hal yang tepat.

"Sudah sangat tepat Pak Herry menjadi Ketua GOPAN. Kami sangat apresiasi kepada GOPAN yang telah menyelenggarakan Munas dan Rembuk Peternakan Nasional. Kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk menyatukan visi dan menyusun rencana bersama dalam menghadapi dinamika industri perunggasan saat ini," katanya. (RBS)

FAKTOR PENURUNAN PRODUKSI TELUR

(Foto: Dok. Sanbio)

Produksi telur merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam usaha peternakan ayam petelur. Namun, tidak jarang peternak menghadapi masalah turunnya produksi telur yang dapat berdampak signifikan terhadap keuntungan usaha.

Penurunan produksi ini bisa bersifat sementara atau berkepanjangan, tergantung dari penyebabnya. Penurunan produksi telur terjadi akibat banyak sebab, mulai dari faktor infeksius ataupun non-infeksius.

Penyebab infeksius dapat terjadi karena virus dan bakteri. Penurunan produksi telur yang diakibatkan oleh faktor infeksius mengganggu keberlangsungan usaha bagi peternak ayam petelur. Penyebaran virus yang cepat tidak jarang dapat menyebabkan kematian tinggi, membuat peternak harus berpikir keras dalam melindungi kesehatan ternak unggasnya.

Beberapa faktor infeksius yang dapat menyebabkan penurunan produksi adalah:

Newcastle disease (ND)
Disebabkan oleh Avian paramyxovirus tipe-1 (APMV-1). Jika sudah terinfeksi akan berpengaruh pada produksi telur, terutama penurunan produksi, kualitas telur jelek, warna abnormal, serta bentuk dan permukaan kerabangnya abnormal.

Infectious bronchitis (IB)
Disebabkan oleh Coronavirus. Ayam  petelur dewasa yang terinfeksi akan mengalami penurunan produksi hingga mencapai 60% dalam kurun waktu 6-7 minggu dan selalu disertai dengan penurunan mutu telur berupa bentuk telur tak teratur, kerabang telur lunak, dan albumin (putih telur) cair.

Avian influenza (AI)
Terutama AI subtipe H9N2 dapat menyebabkan penurunan produksi. Virus AI subtipe H9N2 masuk kedalam low pathogenic avian influenza (LPAI) yang menyebabkan rusaknya saluran reproduksi ayam ditandai dengan ovarium dan oviduk kemerahan, kuning telur tampak seperti brokoli, dan yang sangat nampak terlihat adalah penurunan produksi yang sangat tajam (dapat mencapai 5-10% per hari).

Egg drop syndrome (EDS)
EDS disebabkan oleh Adenovirus tipe I. Ayam yang terinfeksi produksi telur akan memiliki kerabang tipis hingga tanpa kerabang. Pada umumnya terjadi pada awal periode bertelur, sehingga puncak produksi tidak tercapai.

Infectious coryza
Disebabkan oleh bakteri Avibacterium paragallinarum. Ayam yang terinfeksi mengalami gangguan pernapasan atas. Terlihat bengkak pada area wajah ayam dengan keluar eksudat dari hidung, anoreksia. Serta dapat terjadi pada semua umur dan dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 40%.

Selain penyakit infeksius di atas, penurunan produksi telur dapat terjadi akibat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025. (Muchammad Wildan Firdaus & Aprilia Kusumastuti)

MENCEGAH PENURUNAN PRODUKSI TELUR: STRATEGI CERDAS UNTUK PETERNAK

Ayam petelur modern. (Foto: Istimewa)

Produksi telur yang menurun adalah salah satu tantangan utama dalam peternakan ayam petelur. Penurunan ini dapat berdampak pada keuntungan peternak dan efisiensi produksi. Perlu dipelajari bagaimana profil ayam petelur modern saat ini dengan memahami peforma, berat badan, kebutuhan nutrisi, manajemen, dan standar produksi telur di setiap umurnya.

V. Arantes dari Hy-Line International USA pada Australian Poultry Science Symposium memaparkan tentang “Optimizing Nutrition and Management to Enhance Productivity in Modern Laying Hens: From Rearing to Peak Production” bahwa kemajuan genetika ayam petelur modern telah meningkatkan efisiensi produksi mereka secara signifikan, ditandai dengan peningkatan konversi pakan, produksi telur yang lebih tinggi, dan persistensi bertelur yang lebih lama.

Namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, terutama dalam komposisi manajemen dan nutrisi di lima minggu pertama. Hal ini dikarenakan tren penurunan berat badan pada layer modern, yang membutuhkan manajemen tepat untuk menghindari pertambahan berat badan yang berlebihan, terutama selama fase perkembangan utama. Menetapkan profil berat badan yang optimal, terutama pada minggu kelima sangat penting untuk membuka potensi produktivitas ayam petelur.

Faktor Nutrisi: Fondasi Produksi Telur
Nutrisi yang tidak seimbang adalah penyebab utama turunnya produksi telur. Kalsium dan fosfor pada ayam petelur merupakan nutrisi yang penting untuk pembentukan cangkang telur. Jika pasokan kalsium kurang atau rasio Ca : P tidak seimbang, produksi telur akan mengalami penurunan.

Defisiensi atau kelebihan energi, protein, dan asam amino esensial seperti metionin dan lisin sangat penting untuk produksi telur yang optimal. Kekurangan salah satu dari nutrisi ini dapat menurunkan jumlah produksi telur yang dihasilkan.

Selain itu proses pemilihan bahan baku yang baik dan analisis antinutrisi yang presisi akan mempermudah dalam melakukan pemberian aditif, contohnya penggunaan enzim untuk membantu kecernaan substrat pada bahan baku alternatif, toxin binder untuk mengikat mikotoksin (aflatoksin, DON, fumonisin) pada bahan baku yang menyebabkan stres fisiologi, menurunkan daya tahan tubuh, dan berdampak terhadap produksi telur. Manajemen waktu dan metode pemberian pakan yang tidak tepat bisa menyebabkan fluktuasi konsumsi nutrisi.

Kenyamanan Ayam Jadi Kunci
Manajemen kandang yang kurang optimal dapat menyebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025.

Ditulis oleh:
Drh Henri E. Prasetyo MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

AGAR PRODUKSI TELUR TAK MENGENDUR

Peternakan ayam petelur modern. (Foto: Istimewa)

Telur ayam merupakan sumber protein hewani termurah yang terjangkau bagi masyarakat. Patut dibanggakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil telur ayam terbanyak, namun hal tersebut jangan sampai membuat peternak lengah.

Mesin Biologis Canggih
Sejak dikembangkan kurang lebih 100 tahun lalu, kini ayam petelur/layer modern menjelma menjadi mesin biologis penghasil telur yang mumpuni. Bisa dibilang ayam petelur modern merupakan hasil seleksi tradisional dan teknologi genomik canggih, sehingga menghasilkan strain dengan produksi tinggi (300-500 telur/tahun), umur bertelur lebih panjang, dan adaptasi iklim yang baik.

Hal tersebut disampaikan oleh Technical Service Specialist, Southeast Asia, Hyline-Internasional, Drh Dewa Made Santana, dalam sebuah webinar. Menurut data yang diperoleh, ada perbedaan cukup menonjol antara ayam layer old fashion (sekitar 1992), dengan layer modern dengan data di 2021.

Berdasarkan data yang ada layer “versi lama” hingga umur 80 minggu menghasilkan sebanyak 321 butir telur, sedangkan layer modern sudah bisa memproduksi sebanyak 374 butir. Ada selisih 53 butir atau peningkatan sebanyak 16%. Jika dihitung dari segi berat, ayam petelur lama hanya mampu memproduksi telur sebesar 20,39 kg, sedangkan untuk ayam petelur modern sudah bisa memproduksi sebanyak 23,06 kg.

“Dari data itu saja terdapat selisih 2,67 kg atau ada peningkatan sebesar 13,09%. Belum lagi untuk FCR, kalau ayam lama rata-rata FCR-nya sebesar 2,37, ayam modern sebesar 2,07 terdapat selisih 0,30 atau ada penurunan 12,66%. Ini artinya konsumsi pakannya semakin irit, namun menampilkan produksi yang cukup tinggi,” kata Santana.

Kendati demikian, keunggulan genetik yang luar biasa itu tidak bisa berdiri sendiri, agar produksinya bisa optimal perlu dukungan menyeluruh dari tiap aspek pemeliharaan, seperti ketersediaan nutrisi yang baik dan cukup, manajemen pemeliharaan mumpuni, adanya pelayanan veteriner, serta penerapan biosekuriti yang baik.

“Kalau saya lihat di negara kita, mungkin tidak semua peternak bisa memaksimalkan potensi ini, mungkin hanya beberapa saja. Oleh karena itu, bila termanfaatkan 100%, produksi telur kita bisa lebih baik lagi pastinya,” ucapnya.

Nutrisi Baik, Performa Apik
Berbagai literatur mengatakan bahwa berhasilnya suatu usaha peternakan ditentukan oleh empat faktor, yaitu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025. (CR)

TAMPILKAN INOVASI PRODUK PETERNAKAN, STAND DISNAKKESWAN PROVINSI SUMBAR TARIK PERHATIAN

Tim Disnakkeswan Sumbar bersama Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Dr Ir Audy Joinaldy. (Foto­foto: Istimewa)

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) kembali hadir pada pameran Indo Livestock 2025 Expo & Forum yang berlangsung di Grand City Convex, Surabaya, 2-4 Juli 2025.

Menempati stand No. 10, Disnakkeswan Sumbar menampilkan berbagai produk UMKM olahan dari peternakan, seperti dadiah, rendang 3 in 1, rendang susu, hingga minuman sarang burung walet. Produk-produk unggulan dan inovasi di bidang peternakan yang dipamerkan ini menarik minat pengunjung Indo Livestock 2025.

“Inovasi terbaru yaitu rendang susu yang merupakan produk khas Sumbar,” ungkap Kepala Disnakkeswan Sumbar, Sukarli SPt MSi.

Sejak hari pertama penyelenggaran pameran, tim Disnakkeswan Sumbar banyak menerima pertanyaan seputar produk yang ditampilkan. Kepala Bidang Bina Usaha Disnakkeswan Sumbar, Nirmala SPt MSi, mengungkapkan banyak pengunjung yang tertarik untuk bekerja sama.

“Banyak sekali tamu atau pengunjung, baik dari perorangan maupun perusahaan ingin berkolaborasi. Mereka ingin mengetahui lebih banyak sekaligus membantu memasarkan produk terutama dadiah dan minuman sarang burung walet,” tutur Nirmala.

Produk unggulan seperti dadiah merupakan yogurt tradisional khas Minangkabau. Dadiah memiliki berbagai manfaat, antara lain meningkatkan kesehatan pencernaan, membantu menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, dadiah juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung probiotik alami.

Lebih lanjut Nirmala mengemukakan, inovasi lainnya yang juga banyak ditanyakan oleh pengunjung adalah rendang 3 in 1.

“Rendang 3 in 1 ini di dalamnya terdapat rendang daging sapi, rendang suir daging sapi, rendang ubi singkong. Produk yang sangat ekonomis dan banyak pengunjung pameran yang mencicipi dan responsnya positif,” ujar Nirmala.

Bersertifikasi dan Berdaya Saing

Kepala Disnakkeswan Sumbar (dua dari kiri) dan tim.

Produk-produk dari UMKM dan para pelaku usaha dari Sumatra Barat terjamin halal dan berkualitas baik karena telah memiliki sertifikasi halal dan PIRT.

Sertifikasi ini penting untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperluas jangkauan pasar.

“Kita memang menampilkan produk di pameran Indo Livestock masih dalam jumlah yang terbatas. Setelah melihat antuasias pengunjung, kami bergerak cepat untuk nantinya berkoordinasi dengan para pelaku usaha jadi akan kami follow up untuk menetapkan langkah promosi berikutnya,” tandas Nirmala.

Sementara itu, Sukarli menambahkan, Indo Livestock 2025 merupakan pameran internasional terkemuka di industri peternakan, pengolahan hasil ternak, dan kesehatan hewan yang selalu sukses digelar dan tentu memberikan dampak positif untuk Sumbar.

Melalui Indo Livestock 2025, produk peternakan Sumbar hingga hilirisasinya bisa semakin dikenal dan memiliki pasar lebih luas. Tak hanya lokal, namun nasional hingga internasional. Selain itu juga berdampak pada kemajuan UMKM.

Ikon Bukittinggi

Stand Disnakkeswan Sumbar dipadati pengunjung pameran.

Selain aneka ragam produk olahan hasil peternakan khas Provinsi Sumbar, booth Disnakkeswan Sumbar juga menampilkan hiasan ikon Kota Bukittinggi yaitu Jam Gadang dan Rumah Gonjong.

Tim Disnakkeswan Sumbar sekaligus turut serta mempopulerkan Kota/Kabupaten Provinsi Sumbar, serta dengan senang hati menyambut kedatangan perusahaan dan instansi-instansi lain untuk berkolaborasi.

Untuk berinteraksi maupun menjalin kerjasama, dapat mengunjungi https://disnak.sumbarprov.go.id/ dan Instagram @disnakkeswan_sumbar. (ADV)

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA PRODUKSI TELUR

Penurunan produksi bisa disebabkan secara tunggal atau kolektif dari beberapa faktor. (Foto: Istimewa)

Sudah merupakan kebiasaan di komunitas peternak ayam petelur jika ada masalah dengan penurunan produksi telur yang tidak biasa, hampir selalu dikaitkan dengan gangguan kesehatan akibat serangan penyakit. Padahal penurunan produksi bisa merupakan penyebab tunggal atau kolektif dari beberapa faktor.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi selain infeksi penyakit, adalah karena nutrisi, cahaya, usia, stres, dan kondisi lingkungan. Nutrisi yang tepat, terutama kalsium, protein, dan energi, sangat penting untuk pemeliharaan produksi telur yang konsisten. Kemudian juga pencahayaan, terutama paparan cahaya siang hari yang berperan dalam merangsang siklus reproduksi dan hari yang pendek dapat mengurangi produksi telur.

Selain itu, faktor usia turut memengaruhi produksi telur, dengan penurunan alami seiring bertambahnya usia induk ayam. Serta kondisi stres dan faktor lingkungan seperti suhu dan ventilasi juga berperan serta dalam produksi dan kualitas telur yang dihasilkan.

Pemberian Nutrisi
Ayam betina membutuhkan diet seimbang dengan cukup protein, kalsium, dan energi untuk bertelur. Jangan juga abaikan kebutuhan air minum, karena kebanyakan dari peternak lupa bahwa air juga termasuk nutrisi yang utama. Hampir 80% telur terdiri dari air, bila kebutuhan air minum tidak tercukupi otomatis produksi berjalan tidak tidak optimal. Oleh karena itu, hindari pemberian nutrisi yang tidak memadai.

Kalsium sangat penting untuk pembentukan kerabang telur, bisa dikatakan kalsium merupakan nutrisi spesifik, bila terjadi kekurangan dalam pakan dapat menyebabkan kerabang telur menjadi tipis. Menggunakan pakan layer yang lengkap berarti menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk produksi telur yang optimal. Standar nutrisi untuk ayam petelur adalah ME 2.750-2.800 Kcal dengan protein 17.5-18.00%, kalsium 3.50% dengan feed intake/hari/ekor 115-120 gram (Lohmann Brown Classic Manual Guide).

Pencahayaan
Meningkatnya pemberian intensitas cahaya harian, cenderung meningkatkan produksi telur. Pencahayaan tambahan dapat membantu mempertahankan atau meningkatkan produksi telur ayam pada saat ayam hanya mendapat periode cahaya harian normal yang pendek. Memastikan intensitas dan durasi cahaya yang cukup dapat berdampak positif pada produksi telur.

Pada masa usia produksi ayam petelur secara umum mendapatkan cahaya sebanyak maksimal... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi Perunggasan

AKAR GANGGUAN PRODUKSI TELUR

Peternak layer kini tengah berhadapan dengan ayam yang terus berpenampilan “gaya baru”. (Foto: Istimewa)

Oleh:
Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Slogan 
more eggs less feed tampaknya sudah melekat dengan karakteristik umum ayam petelur/layer modern. Sadar atau tidak, sekarang para peternak layer tengah berhadapan dengan ayam yang terus berpenampilan “gaya baru”.

Keengganan mengikuti perubahan tata laksana pemeliharaan seiring dengan perkembangan genetik layer modern tersebut tentu akan memengaruhi penampilan (performance) akhir ayam yang dipelihara. Ujungnya, tak hanya menyebabkan keuntungan melayang, tetapi juga dapat menjadi faktor pencetus masalah baru yang kompleks dan terkesan misterius.

Gangguan produksi telur layer modern pada sindroma obesitas yang diikuti “yolk peritonitis” misalnya, adalah contoh paling representatif dan sering terjadi di lapangan.

Latar Belakang
Perkembangan genetik ayam petelur modern dalam lima dekade terakhir memang sangat spektakuler. Jika diikuti perbaikan tata laksana pemeliharaan yang sesuai, maka layer modern mampu menghasilkan paling tidak 220 butir telur pada era 1960, menjadi 500 butir telur selama 700 hari pada 2019 (Martin, 1960; Anderson, 2019).

Itu saja tidak cukup, bobot telurnya pun lebih besar, yang tadinya berkisar 56-62 gram/butir menjadi 60-68 gram/butir. Perbaikan penampilan fenotipe ini tentu menuntut kualitas pullet yang baik, dimana perkembangan bobot badan (pertumbuhan seimbang antara fleshing dan framing) serta keseragaman ayam selama masa pullet harus seiiring berkembang (Bain et al., 2016; Wang et al., 2017; Underwood et al., 2021).

Dasar Produksi Prima
Salah satu sifat ayam petelur modern yang sangat menonjol adalah progres pembentukan dasar konformasi tubuh yang seimbang (antara kerangka/framing dan perototan/fleshing) yang sangat dominan paling telat sampai ayam berumur enam minggu.

Itulah sebabnya pada saat layer modern berumur empat minggu, maka bobot badan harus mencapai bobot minimal berdasarkan standar strain yang ada dan dengan keseragaman yang harus di atas 80%. Melalui timbang bobot badan dan “grading” seratus persen pada umur empat minggu tersebut, maka peternak hanya mempunyai kurun waktu dua minggu untuk memperbaikinya, karena puncak pertumbuhan hiperplasia untuk organ-organ visceral terjadi antara 4-6 minggu.

Gangguan pertumbuhan pada fase ini berarti menghambat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025. (toe)

MEMBERANTAS GANGGUAN HAMA YANG MENGURAS KEUNTUNGAN

Peternakan layer rentan terhadap hama tikus. (Foto: Pixabay)

Hewan pengerat kecil yang satu ini sudah sangat familiar dalam aspek kehidupan manusia. Karena sifat alami dan potensinya dalam menyebabkan gangguan, hewan ini selalu menjadi musuh bagi manusia termasuk dalam peternakan unggas.

Tikus merupakan hewan yang kerap dijumpai di berbagai tempat, termasuk di peternakan ayam. Secara alamiah hewan pengerat ini memakan apa saja, seperti tumbuhan, hewan kecil, bahkan sesama tikus (kanibal).

Celakanya, tikus dapat mengonsumsi dan mengontaminasi pakan ternak dan hewan lain, bahkan pangan manusia. Keberadaan tikus di suatu peternakan akan memakan, merusak, dan menimbulkan kerugian mencapai sekitar $25 padi-padian tiap tahun (USDA 2012). Kemampuan beradaptasi dan ketangkasannya membuat hewan ini sulit dibasmi. Tikus mampu berjalan pada permukaan vertikal, berjalan di kabel, berenang, bahkan dengan mudah melompat dengan ketinggian hingga 30 cm dari suatu permukaan yang datar.

Unggul Hampir dalam Segala Hal
Tikus, celurut, maupun mencit sangat potensial dalam berkembang biak. Di bawah kondisi ideal, sepasang tikus bisa menghasilkan 20 juta ekor keturunan dalam waktu tiga tahun. Begitu juga dengan mencit dan celurut yang dapat bereproduksi lebih cepat. Satu ekor mencit atau celurut betina dewasa dapat melahirkan 5-10 kali dalam setahun, yang menghasilkan 5-6 ekor tiap kelahirannya. Masa buntingnya 19-21 hari. Tikus akan dewasa kelamin pada umur 6-10 minggu dan rata-rata tikus betina mampu hidup hingga sembilan bulan. Satu tikus betina bisa memproduksi 22 betina dalam satu tahun (berdasarkan perbandingan jantan dan betina = 50 : 50 keturunan) dimana akan dewasa pada tiga bulan setelah proses kelahiran.

Para perusak kecil ini memiliki penglihatan lemah namun tajam pada indra penciuman, indra perasa, dan indra pendengarannya. Tikus tidak menyukai area terbuka, mereka lebih menyukai kontak terhadap dinding atau objek lain. Tikus juga tidak akan pergi jauh dari sarangnya, maksimal jaraknya 45 m (tikus) dan 9 m (mencit dan celurut).

Selain itu, tikus juga sangat peka terhadap objek yang baru dan akan menghindarinya untuk beberapa hari. Sebaliknya, mencit dan celurut akan lebih cepat menerima objek baru. Hal ini menjadi penting saat akan mendesain perangkap atau umpan.

Mengapa Tikus Harus Dibasmi?
Layaknya hama seperti kutu, benalu, dan lainnya, tikus perlu dikendalikan. Selain menyebabkan gangguan secara ekonomis, juga mengganggu manusia secara psikologis. Menurut Sofwah (2007), beberapa kerugian yang dapat disebabkan oleh tikus di antaranya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025. (CR)

SEKTOR PERUNGGASAN INDIA MENDESAK IMPOR PAKAN REKAYASA GENETIKA DI TENGAH MELONJAKNYA BIAYA

Sektor perunggasan India berada di persimpangan jalan karena melonjaknya biaya pakan mengancam profitabilitas dan keberlanjutan. Dengan negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung dengan AS, para pemimpin industri mendesak akses ke pakan rekayasa genetika (GM) untuk meringankan beban. Namun, proposal tersebut telah memicu perdebatan sengit mengenai tarif, ketahanan pangan, dan dampak jangka panjang terhadap pertanian domestik.

Seiring India semakin dekat untuk menyelesaikan kesepakatan dagang dengan AS, perdebatan semakin intensif mengenai tarif untuk produk-produk pertanian utama. Peternak unggas di India mendesak pihak berwenang untuk mempertimbangkan membuka pasar bagi impor produk rekayasa genetika (GM) dari AS dalam upaya untuk meningkatkan profitabilitas industri yang sedang terpuruk, Ricky Thaper, Sekretaris Bersama Federasi Unggas India, mengatakan kepada media berita lokal Asian Agribiz.

Melonjaknya biaya pakan tetap menjadi perhatian utama bagi peternak unggas India. Pada tahun pemasaran 2025/2026, industri ini diproyeksikan mengalami penurunan profitabilitas rata-rata 50% akibat kenaikan tajam harga jagung dan kedelai, demikian menurut Crisil Rating, sebuah lembaga konsultan lokal, dalam sebuah laporan berdasarkan survei terhadap 30 peternakan unggas pada Februari 2025.

EFSA: RISIKO PENYEBARAN FLU BURUNG KE EROPA MELALUI PERDAGANGAN

Migrasi musiman burung liar dan impor produk-produk tertentu dari AS – seperti produk yang mengandung susu mentah – dapat menjadi jalur potensial untuk memasukkan genotipe flu burung yang sangat patogen (HPAI) yang saat ini menyerang sapi perah AS ke Eropa, menurut laporan baru yang dirilis oleh EFSA (European Food Safety Authority).

Para ilmuwan EFSA menyoroti bahwa persinggahan utama di Eropa dengan populasi burung yang padat, seperti Islandia, Inggris, Irlandia, Skandinavia barat, dan lahan basah yang luas seperti Laut Wadden di pesisir Belanda, Denmark, dan Jerman, akan menjadi tempat yang bermanfaat untuk deteksi dini virus selama migrasi musiman burung liar.

Laporan tersebut juga mempertimbangkan potensi masuknya virus ke Eropa melalui perdagangan, menyimpulkan bahwa impor produk yang mengandung susu mentah dari daerah terdampak di AS tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan dan oleh karena itu dapat menjadi jalur potensial. Impor sapi perah dan daging sapi juga dapat menjadi jalur potensial untuk masuknya virus. Namun, virus ini jarang terdeteksi pada daging, impor hewan sangat terbatas, dan peraturan perdagangan yang ketat diberlakukan untuk daging dan hewan hidup yang masuk ke Uni Eropa.

Laporan EFSA juga memberikan gambaran umum situasi di AS, di mana 981 peternakan sapi perah di 16 negara bagian terdampak flu burung antara Maret 2024 dan Mei 2025. Setelah ditinjau oleh otoritas AS, laporan tersebut menyoroti bahwa pergerakan ternak, biosekuriti yang rendah, dan penggunaan peralatan peternakan bersama berkontribusi terhadap penyebaran virus. Pada akhir tahun, EFSA akan menilai potensi dampak genotipe HPAI ini yang memasuki Eropa dan merekomendasikan langkah-langkah untuk mencegah penyebarannya.

BISAKAH RUSIA MENCAPAI 1 JUTA TON EKSPOR DAGING DAN UNGGAS PADA TAHUN 2025?

Perluasan ekspor daging broiler diperkirakan akan mendorong ekspor daging dan unggas Rusia melampaui angka signifikan 1 juta ton tahun ini.

Selama 6 bulan pertama tahun 2025, ekspor daging dan hewan hidup Rusia menunjukkan pertumbuhan yang solid, yang juga menandakan potensi peningkatan lebih lanjut di akhir tahun, ungkap Sergey Dankvert, kepala badan veteriner negara Rusia Rosselhoznadzor, dalam sebuah acara industri di Moskow.

“Tahun lalu, angka ekspor adalah 860.000 ton, tetapi kami sudah mampu mengekspor 1 juta ton daging dan produk jadi, jeroan, hewan hidup, dan produk asal hewan pada tahun 2025,” kata Dankvert.

Eksportir daging dan unggas terkemuka Rusia juga meluncurkan rencana ambisius untuk meningkatkan ekspor tahun ini. Pada tahun 2025, Cherkizovo, produsen daging terbesar Rusia, memproyeksikan peningkatan penjualan sebesar 25% kepada pelanggan asing, ungkap Sergey Mikhailov, CEO Cherkizovo, dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg. Tahun lalu, ekspor, yang 70%-nya berupa daging broiler, menghasilkan 9% dari pendapatan perusahaan.

Selain itu, ekspor kalkun dari Rusia sedang booming, Mikhailov mengindikasikan. “Dinamika ekspor kalkun sangat baik. Pada kuartal pertama tahun 2025, pengiriman dalam bentuk fisik dan moneter meningkat lebih dari 60%. Dari semua kategori produk kami, ini adalah pertumbuhan yang paling mengesankan,” ujarnya.

Cherkizovo terutama mengekspor produknya ke Tiongkok, Kazakhstan, Kirgistan, Azerbaijan, dan Belarus. Tahun lalu, penjualan ke Arab Saudi melonjak 350% dan ke Uzbekistan 200%.

PASAR TELUR IRAN TERJEBAK DALAM BAKU TEMBAK PERANG DENGAN ISRAEL

Produksi telur di Iran tidak mengalami kerusakan langsung selama perang 12 hari dengan Israel, tetapi logistik dan penjualan ke konsumen menghadapi gangguan jangka pendek yang signifikan, ujar Mohammad Moradi, CEO Serikat Peternak Unggas Pusat, kepada pers setempat.

Laporan berkala menunjukkan bahwa pengiriman makanan ke beberapa kota di Iran mengalami kekacauan selama fase aktif konflik. Dalam beberapa kasus, kekurangan produk memicu gejolak harga. Menurut Moradi, peristiwa serupa terjadi di pasar telur.

“Selama beberapa hari ini, masalah penjualan produk menjadi topik yang sangat memprihatinkan karena kami berjuang untuk mencegah potensi “penyalahgunaan” situasi yang ada. Rekan-rekan kami di serikat dan produsen telur telah melakukan yang terbaik agar produk mencapai konsumen akhir tepat waktu, bahkan di kota-kota yang mengalami peningkatan kemacetan,” kata Moradi, seraya mencatat bahwa terlepas dari tantangan ini, produksi telur di Iran tetap berjalan tanpa gangguan.

Produsen telur Iran terutama mengaitkan gejolak harga di pasar selama perang dengan pengecer yang tidak bermoral. "Sayangnya, dalam situasi seperti itu, beberapa orang mungkin memanfaatkannya, dan itu tidak mengada-ada," tambah Moradi.

Namun, Moradi menekankan, masalah awal terkait transportasi dan logistik telur relatif singkat.

Meskipun kesepakatan damai telah dicapai, industri telur Iran sedang bersiap menghadapi eskalasi konflik baru. "Bahkan jika ada tantangan baru, langkah-langkah yang diperlukan telah diambil untuk memastikan pasokan bahan baku, transportasi, dan produksi yang berkelanjutan," kata Moradi.

Sementara itu, Moradi menyuarakan kekhawatiran bahwa konsumsi telur, yang terhambat oleh krisis ekonomi umum negara itu selama beberapa tahun terakhir, dapat menurun lebih jauh dalam beberapa bulan mendatang. Ia mencatat bahwa industri telur Iran bersiap menghadapi penurunan konsumsi telur musiman selama bulan-bulan musim panas, dan penjualan telur diperkirakan akan menurun selama 2 bulan ke depan. "Dalam situasi seperti ini, pemerintah diharapkan mendukung produsen agar mereka tidak mengalami kerugian jika terjadi kelebihan pasokan," ujar Moradi.

Iran saat ini memproduksi sekitar 115.000 ton telur per bulan, melebihi permintaan di pasar domestik. Menurut Moradi, ekspor telur tampaknya tidak tersentuh oleh perang dengan Israel. Ia memperkirakan bahwa sejak awal tahun, negara tersebut telah mengekspor sekitar 27.000 ton telur. Iran mengekspor telur terutama ke negara-negara tetangga di Timur Tengah.


BRASIL DESAK TIONGKOK DAN UNI EROPA UNTUK CABUT LARANGAN IMPOR UNGGAS

Para pejabat tinggi pemerintah Brasil telah mengadakan perundingan dengan Tiongkok dan Uni Eropa untuk mendapatkan kembali akses ke pasar penjualan utama yang hilang akibat wabah flu burung.

Tiongkok sedang mempertimbangkan untuk mencabut larangan impor daging ayam dari Brasil, yang diberlakukan pada Mei 2025 menyusul wabah flu burung di sebuah peternakan unggas komersial di wilayah Rio Grande do Sul, Menteri Pertanian Brasil Carlos Favaro menjelaskan, saat berbicara di KTT BRICS di Rio de Janeiro.

Sebelum larangan tersebut, Brasil menyumbang hampir setengah dari impor daging ayam Tiongkok, yang diperkirakan mencapai 495.000 ton pada tahun 2024.

Favaro tidak memberikan rincian lebih lanjut, hanya menyatakan bahwa Presiden Lula da Silva memimpin negosiasi atas nama Brasil.

HARGA TELUR DI KAWASAN BALTIK MASIH TERTEKAN

Dampak wabah flu burung di Lituania dan Polandia masih terasa di pasar telur regional dan, menurut para pelaku pasar lokal, dapat memicu krisis baru.

Meskipun harga telur eceran di Lituania telah meningkat secara moderat selama beberapa minggu terakhir, harga grosir mengalami pertumbuhan dua digit, ungkap Aleksandrs Izgorodins, analis di Citadele Bank. Disparitas ini menunjukkan bahwa pelaku usaha belum sepenuhnya membebankan kenaikan biaya kepada konsumen, karena permintaan masih relatif lemah.

Namun, tren ini kemungkinan besar tidak akan berlangsung lama. "Jika harga grosir terus meningkat dalam jangka waktu yang panjang, kenaikan harga telur eceran selanjutnya tidak akan terelakkan," ujar Izgorodins.

Situasi harga di pasar telur kawasan Baltik sebagian besar didorong oleh kekhawatiran akan kekurangan, karena wabah flu burung baru-baru ini telah membunuh ratusan ribu ayam di Lituania dan jutaan di Polandia. Meskipun demikian, Lituania masih dapat memenuhi permintaan telurnya sendiri, tegas Gytis Kauzonas, direktur Asosiasi Unggas Lituania. Industri ini memiliki kapasitas untuk memproduksi 800-880 juta telur pada tahun 2025, tambahnya.

“Angka ini benar-benar dapat memenuhi kebutuhan Lithuania sepenuhnya, terutama karena sejumlah besar telur diekspor ke luar Lithuania, termasuk ke Latvia. Banyak produk telur olahan diekspor ke seluruh Eropa, bahkan mencapai Amerika atau Jepang,” ujar Kauzonas.

INVESTIGASI GLOBAL MENGUNGKAP PENYALAHGUNAAN YANG MELUAS DI PETERNAKAN TELUR INDUSTRI

Aktivis kesejahteraan hewan mengklaim bahwa investigasi terbesar di dunia terhadap peternakan telur industri telah menyoroti kondisi kandang yang kotor.

Investigasi oleh Open Wing Alliance – sebuah koalisi yang terdiri dari hampir 100 organisasi yang didirikan oleh The Humane League – mengamati kondisi di 35 negara. Investigasi tersebut menemukan penyalahgunaan yang meluas terhadap ayam petelur yang terjebak di kandang yang penuh sesak dengan bukti unggas yang terluka, bangkai yang membusuk, dan kondisi yang rentan terhadap penyakit.

Meskipun sebagian besar perusahaan makanan, seperti The Hershey Companby, Hormel Foods, dan Barilla, setuju untuk menghapus kandang dari rantai pasokan telur mereka dan beralih ke status bebas kandang, perusahaan lain lebih lambat dalam berubah.

Laporan tersebut menyatakan bahwa perusahaan makanan seperti Walmart, Zensho Holdings, Aeon, dan Inspire Brands terus mendapatkan keuntungan dari pengadaan telur dari ayam di kandang yang sudah ketinggalan zaman, yang mendorong investigasi untuk berfokus pada dari mana keempat pemimpin industri ini mendapatkan telur dari kandang.

KOPERASI PRANCIS MELUNCURKAN RENCANA AMBISIUS UNTUK SEKTOR UNGGAS

Koperasi pertanian Prancis Maïsadour meningkatkan komitmennya untuk menyusun sektor unggas yang berkelanjutan dan menguntungkan yang berakar di wilayahnya. Koperasi tersebut meluncurkan rencana untuk mendorong terciptanya dan berkembangnya bangunan peternakan dan mendukung generasi peternak baru.

Maïsadour, yang berpusat di area pertanian barat daya, adalah koperasi multi-segi yang terlibat dalam unggas, jagung, benih tanaman pangan, sayuran, produksi bebek untuk industri foie gras, serta budidaya ikan trout dan salmon.

Dengan proyek unggasnya, perusahaan tersebut menanggapi meningkatnya konsumsi unggas. Rencana pengembangan baru untuk sektor tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan produksi langsung, khususnya untuk memasok lokasi pemrosesan Fermiers du Sud-Ouest, sambil meletakkan dasar bagi kebangkitan berkelanjutan sektor tersebut. Untuk tujuan ini, Koperasi berencana membangun 150 kandang ‘Liberté’ baru untuk 450.000 unggas, 15 bangunan standar pada tahun 2029 untuk 3 juta ayam, dan 50 bangunan terbuka untuk 700.000 unggas tambahan.

IKA FAPET UNPAD BERI MASUKAN TENTANG PERUBAHAN RUU PKH

Ikatan Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (IKA Fapet Unpad) memberikan masukan tentang perubahan RUU Peternakan dan Kesehatan Hewan, melalui Daftar Inventarisasi Masalah.

IKA Fapet Unpad berharap agar Daftar Inventarisasi Masalah dapat menjadi pijakan bagi para pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan yang tepat, efektif, dan berkelanjutan. Kebijakan tersebut diharapkan mampu mendorong kemajuan sektor peternakan nasional yang mandiri dan berdaya saing.

Beberapa hal penting yang menjadi perhatian IKA Fapet Unpad dalam Daftar Inventarisasi Masalah adalah sebagai berikut:

  1. RUU PKH, sebaiknya dipisahkan antara RUU Peternakan dengan RUU Kesehatan Hewan, karena bidang Kesehatan Hewan sangat luas, jika terdapat dalam RUU PKH, menjadi sangat terbatas fungsi dan manfaat dari UU Kesehatan Hewan tersebut.
  2. Kebijakan Umum dan Strategis Pemerintah: Keterkaitan RUU dengan Program Pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), RUU Peternakan perlu memperkuat peran program pemerintah sebagai pemicu produksi peternakan dalam negeri. Tanpa pengaturan yang jelas, kebijakan ini berisiko mendorong investasi berbasis impor dan kontraproduktif terhadap upaya penguatan sektor peternakan nasional.
  3. Rasio Impor vs Produksi Domestik (contohnya TKDN/Tingkat Komponen dalam Negeri): RUU harus mengatur komitmen terhadap penggunaan produk peternakan lokal dengan mekanisme keterlibatan komponen dalam negeri sebagai bentuk keberpihakan terhadap peternak dan industri dalam negeri.
  4. Teknologi dan Inovasi: Smart Farming dan Transformasi Digital, dalam RUU perlu pasal khusus mengenai adopsi teknologi digital (IoT, AI, big data, blockchain) dalam sistem peternakan, perlindungan data, dan standardisasi sistem manajemen peternakan presisi.
  5. Pengembangan Terknologi (contohnya Kultur Sel dan Bioteknologi): RUU perlu mengatur terkait dukungan teknologi dalam pengembangannya tanpa mengabaikan aspek etika, keamanan pangan, mutu, labelisasi dan kehalalan. (seperti produk hasil kultur sel/daging buatan).
  6. Rekayasa Genetik dan Biosafety: RUU perlu mengatur tentang ternak GMO (Genetically Modified Organism), kloning, atau paten plasma nutfah. RUU harus mengatur terkait etika, biosafety, dan evaluasi risiko terhadap lingkungan serta kesehatan manusia.
  7. Kelembagaan Profesi: Pemisahan Kewenangan Profesi, RUU harus mengatur batas kewenangan yang jelas antara dokter hewan dan sarjana peternakan/insinyur peternakan sesuai ruang lingkup dan bidang keahliannya.
  8. Penguatan Peran Profesi Peternakan: RUU harus mengatur pengakuan dan pengaturan hukum bagi profesi keinsinyuran peternakan dalam institusi pemerintah, perusahaan, dan kelembagaan lainnya.
  9. Lingkungan dan Kesejahteraan: RUU harus mengatur terkait perubahan Iklim dan peternakan berkelanjutan melalui pengaturan mitigasi emisi ternak, pengelolaan limbah, pengukuran jejak karbon dan insentif bagi peternakan ramah lingkungan (strategi net-zero).
  10. Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare): RUU harus memuat standar internasional merujuk pada aturan seperti Five Freedoms dan OIE/WOAH.
  11. Ekonomi Peternakan dan Perlindungan Pelaku usaha peternakan: RUU harus mengatur kesejahteraan peternak melalui jaminan atas pendapatan layak, perlindungan harga, akses terhadap asuransi dan jaminan sosial, serta mekanisme pengawasan ketimpangan kemitraan dan praktik pasar yang merugikan.
  12. Perlindungan serta Pemberdayaan Peternak Mandiri dan UMKM: RUU perlu memuat pasal khusus tentang kemitraan yang adil, akses input, perlindungan harga dasar, dan keberpihakan anggaran untuk peternak kecil dan UMKM.
  13. Industri Hilir dan Ekspor: RUU harus mengatur terkait penguatan aspek hilirisasi, standar produk olahan, branding, insentif, dan fasilitasi ekspor, termasuk pusat logistik, sertifikasi halal internasional, dan sistem traceability.
  14. Ketahanan dan Krisis Pangan: Resiliensi Sistem Pangan Nasional, RUU perlu mengatur cadangan protein hewani nasional, sistem alarm dini, dan strategi ketahanan pangan menghadapi disrupsi global.
  15. Perlindungan Pemanfaatan lahan; RUU harus mengatur tentang pemanfaatan lahan desa, lahan ex-tambang, perkebunan dan lahan tidur untuk peternakan.
  16. Perlindungan Terhadap Plasma Nutfah Ternak Asli Indonesia: Sebagai komitmen pemerintah dalam upaya melestarikan plasma nutfah ternak asli Indonesia yang telah diakui dan ditetapkan sebagai rumpun agar bisa tetap lestari.
  17. Penguatan SDM Peternakan: RUU perlu menegaskan bahwa profesi peternakan harus hadir secara aktif dan berkontribusi dalam semua intitusi/kelembagaan yang terkait dengan sektor peternakan.
  18. Advokasi dan Perlindungan Peternak: RUU perlu mengatur tentang perlindungan khusus berupa kebijakan afirmatif, insentif, hingga dan subsidi langsung kepada peternak rakyat
  19. Tatakelola Logistik: RUU harus mendorong sistem distribusi dan tata niaga yang transparan, adil, serta melindungi peternak dari praktik kartel atau permainan harga, seperti pada komoditas ayam dan telur.
  20. Peran Pemerintah dari Hulu ke Hilir: RUU perlu memperkuat peran negara dalam mendukung peternakan rakyat secara menyeluruh: dari bibit, budidaya, hingga hilirisasi dan pemasaran.

Berdasarkan serangkaian daftar inventarisasi pokok-pokok permasalahan tersebut, IKA Fapet Unpad berharap agar RUU Peternakan yang tengah disusun dapat menjadi landasan hukum/instrumen yang adaptif, aplikatif, responsif, dan implementatif terhadap perkembangan zaman, serta berpihak pada peternak rakyat, pelaku usaha peternakan nasional, dan keberlanjutan lingkungan. Penyusunan regulasi yang komprehensif dan visioner merupakan kunci untuk memperkuat kedaulatan pangan, mewujudkan kesejahteraan masyarakat peternakan, serta mendukung pencapaian Indonesia Emas 2045. (Rilis)


TAK PERLU SUSU FORMULA, CUKUP RAJIN KONSUMSI TELUR

Konsumsi telur rebus sangat dianjurkan bagi ibu hamil atau menyusui. (Foto: Pixabay)

Nutrisi dalam telur ayam, menurut para ahli gizi, mampu memacu produksi air susu ibu (ASI). Lupakan banyaknya mitos soal konsumsi telur ayam yang justru menyesatkan.

Di era serba digital sekarang ini, ternyata masih banyak mitos menakutkan di tengah masyarakat. Terutama di masyarakat pedesaan yang cenderung masih memegang “tradisi kebiasaan” orang tua mereka di zaman dulu. Salah satu mitosnya, mengonsumsi telur setiap hari dianggap membahayakan kesehatan ibu hamil dan setelah anak lahir.

“Kata orang tua sih, kalau lagi hamil jangan kebanyakan makan telur, nanti bayinya banyak bisulan. Air susu ibunya juga jadi amis,” tutur Siti Ruminah, warga Kampung Pegiringan, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, kepada Infovet.

Ibu muda ini baru saja melahirkan anak kedua. Umur bayinya masih sekitar tiga bulan. Oleh orang tuanya, Ruminah dilarang makan telur setiap hari. Dia hanya diizinkan makan telur seminggu sekali, sekadar untuk lauk, dan itupun hanya sebutir. Selebihnya, ibu dari Ruminah hanya menyarankan makan sayur dan tempe-tahu. Makan ikan pun jarang, karena dianggap lebih amis dibandingkan telur.

Arahan orang tua semacam ini rupanya sudah menjadi “tradisi” di kampung tersebut. Padahal, lokasi kampung ini tidak berada di pelosok atau pegunungan. Masih dalam jarak sekitar 15 km dari pusat Kota Pemalang. Tapi sebagian masyarakatnya masih memegang teguh mitos dalam urusan makan telur.

Berbeda dengan yang dialami Ruminah, wanita lainnya yakni Rina Nurkhikmah justru sebaliknya. Ia rajin konsumsi telur rebus selama masa kehamilan dan setelah melahirkan. Warga Desa Bantarbolang, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang ini juga melahirkan anak kedua. Bahkan, setiap hari ia mengaku makan telur dua butir.

“Tiap pagi saya makan dua telur rebus. Kadang buat sarapan, kadang juga buat nyemil sambil minum teh,” katanya kepada Infovet.

Alasan ibu muda ini rutin mengonsumsi telur ayam setiap pagi menginspirasi banyak wanita sebaya di kampungnya yang juga ikut mengonsumsi telur. Terutama teman-teman dekatnya. “Kata dokter kandungan protein dan omega 3-nya tinggi, bagus buat ibu-ibu yang sedang menyusui bayi. Termasuk yang lagi hamil,” sebutnya.

Tak Perlu Sufor
Saat ini, Rina memang masih memiliki anak yang baru berumur sekitar enam bulan lebih beberapa hari. Awalnya, ia enggan mengonsumsi telur rebus tiap hari. Selain bosan, kadang berasa mual setelah konsumsi telur.

Namun setelah mendengar penjelasan dari dokter kandungan dan dokter anak, setiap kali kunjungan pemeriksaan, ia pun menjadi rutin mengonsumsi telur. Menurut dokter anak, kandungan telur sangat bagus untuk produksi air susu ibu (ASI).

Dan ternyata benar, produksi ASI ibu muda ini cukup berlimpah sejak mengonsumsi telur rebus tiap pagi. “Alhamdulillah anak saya sehat. Saya tidak perlu nambahin pakai sufor (susu formula),” ungkapnya.

Tentu saja bukan hanya telur yang ia konsumsi, Rina juga rajin mengonsumi sayur dan buah. Susu berbahan kacang-kacangan juga menjadi pelengkap minumannya setiap pagi. Namun, konsumsi telur sangatlah dianjurkan agar ASI yang dihasilkan berkualitas.

Menirukan pesan dokter, menurut Rina, telur ayam sumber protein yang harganya murah. Untuk mendapatkannya pun tak sulit, tak perlu jauh-jauh ke pasar. “Saya biasanya beli di warung dekat rumah,” tambahnya.

ASI Semakin Berkualitas
Menurut praktisi kesehatan anak, dr Triza Arif Santosa SpA, makan telur saat hamil dan menyusui aman, asalkan benar-benar dimasak dengan baik. Tak disarankan mengonsumsi telur mentah atau setengah matang, karena kemungkinan tercemar bakteri berbahaya seperti salmonela.

Bakteri tersebut bisa menyebabkan keracunan. Memasak telur sampai matang sempurna akan membunuh bakteri, sehingga akan mengurangi risiko keracunan bakteri salmonela saat hamil atau menyusui.

Journal of Health, Population, and Nutrition, menuliskan bahwa manfaat telur rebus untuk ibu hamil dan menyusui dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan sekitar 550 mg kolin.

Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan. Mengonsumsi telur dalam jumlah yang cukup dapat membantu pertumbuhan janin dan bayi yang menyusu ASI. Karena mengandung asam amino esensial yang tidak dapat disintetis oleh tubuh.

Menurut jurnal tersebut, kandungan vitamin D pada telur terkonsentrasi di kuning telur, jadi makan telur utuh sangat dianjurkan, bukan hanya bagian putih telurnya. Wanita hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin D dibandingkan wanita tidak hamil. Nutrisi ini penting untuk kesehatan, termasuk menjaga kesehatan tulang, mendukung fungsi kekebalan tubuh, dan menstimulasi perkembangan janin. Hanya dalam satu kapsul “ajaib” kebutuhan nutrisi ibu dan janin sudah terpenuhi.

ASI menjadi satu-satunya makanan bernutrisi lengkap untuk bayi. Kualitas ASI yang baik juga dapat berpengaruh pada perkembangan otak si kecil. Untuk itu, para ibu perlu mengonsumsi makanan yang tinggi protein, kalsium, hingga omega 3 agar bayi tetap sehat. Telur ayam adalah sumber omega 3 yang paling murah dari sisi harga dan mudah didapatkan.

Lupakan Mitos Soal Telur
Cukup banyak mitos seputar makan telur bagi ibu hamil yang masih beredar di masyarakat hingga sekarang, di antaranya ibu hamil yang makan telur khawatir kulit anaknya saat lahir akan belang seperti panu dan bisulan.

Ada juga mitos bahwa ibu hamil yang makan telur mentah atau setengah matang dapat mempermudah proses persalinan. Menurut banyak ahli nutrisi, menyebutkan mitos ini yang paling berisiko secara medis. Telur mentah atau setengah matang justru dapat membahayakan ibu hamil karena berisiko terkontaminasi bakteri salmonela yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan komplikasi lainnya.

Gejala yang akan muncul akibat infeksi bakteri ini adalah demam tinggi, muntah, sakit perut, sakit kepala, diare, dan dehidrasi. Pada beberapa kasus, tingkat keparahan gejala bisa sangat berat hingga menyebabkan persalinan prematur bahkan keguguran.

Jika seorang ibu hamil sedang mengidam atau ingin makan telur, sebaiknya hindari menyajikan telur setengah matang atau telur mentah. Jangan pernah ambil risiko di saat hamil dengan makanan yang masih belum sempurna kematangannya.

Selain memperhatikan tingkat kematangan telur, sebaiknya ibu hamil juga segera mengonsumsi telur setelah dimasak untuk menghindari kontaminasi bakteri. Terlalu lama membiarkan makanan, terlebih yang tidak diolah dengan baik, dapat memicu tumbuhnya bakteri penyebab penyakit listeriosis. Jika terjadi pada ibu hamil, infeksi ini berisiko tinggi menyebabkan keguguran bahkan bayi meninggal dalam kandungan atau stillbirth.

Berikut beberapa panduan dalam memilih dan menyajikan telur yang perlu ibu hamil pahami, di antaranya hindari membeli telur yang cangkangnya retak dan kotor, cuci telur sampai bersih dan keringkan cangkangnya, simpan telur dalam lemari es pada tempat yang terpisah dengan makanan lain, hindari konsumsi telur mentah atau setengah matang, sajikan telur dengan cara digoreng dan direbus sampai benar-benar matang, cuci tangan sebelum dan setelah memasak telur, serta pastikan telur sudah benar-benar matang, biarkan telur di dalam air mendidih hingga kira-kira 10-12 menit sewaktu merebus telur.

Telur sangat bermanfaat bagi perkembangan janin jika disajikan dengan cara yang baik dan benar. Bagi para ibu hamil, khususnya yang tinggal di pedesaan, sangat penting untuk sadar nutrisi. Lupakan mitos-mitos yang menyeramkan dan tidak benar terkait konsumsi telur. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

KUPAS TUNTAS PENYAKIT PERNAPASAN DI CHICK DAY 2025

Penyakit merupakan salah satu hambatan dalam budi daya perunggasan. Terlebih lagi penyakit infeksius yang menyerang saluran pernapasan, jika tidak diatasi secara tepat efeknya akan sangat merugikan.




BIOBON: YEAST-BASED MYCOTOXIN BINDER

4-in-1 protection: Detox, degrade toxin, strengthen immunity, and keep birds triving. Targets mycotoxins without touching essential nutrients.



MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BABI INDUKAN MELALUI SINKRONISASI BERAHI

Suasana Webinar Ceva 
(Sumber : CR)

Wabah African Swine Fever (ASF) yang melanda Indonesia beberapa tahun lalu dampaknya masih terasa hingga kini. Salah satu dampak yang paling kentara adalah sulitnya mendapatkan stok bibit babi untuk penggemukan.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas indukan dalam menghasilkan bibit yang berkualitas, tentunya dibutuhkan manajemen pemeliharaan dan trik tertentu agar indukan dapat menghasilkan bibit yang berkualitas secara berkelanjutan.

Ceva Animal Health Indonesia selaku pelaku industri obat hewan mencermati isu ini dengan baik. Mereka mengadakan webinar mengenai produktivitas babi indukan yang berjudul Reproductive Management Through Synchronization of Gilts melalui Zoom Meeting pada Selasa (22/7) yang lalu. Dalam acara tersebut yang bertindak sebagai pembicara adalah Dr Irawin Nimmansamai, Swine APAC Vet Service Manager Ceva Animal Health dan  dimoderatori oleh Drh Bintang Mas Kamdoro.

Dalam presentasinya, Dr Irawin menyampaikan bahwa produktivitas indukan dipengaruhi oleh berbagai hal mulai dari pakan, manajemen pemeliharaan, hingga status kesehatan. Selain itu ia juga menekankan bahwa potensi genetik babi saat ini sangat luar biasa, di Eropa bahkan dalam setahun indukan babi dapat melahirkan 35-40 ekor anakan. Sementara di beberapa negara Asia yang maju seperti Cina, 30-35 ekor anakan adalah hal yang lumrah. 

"Untuk mencapai itu, selain manajemen pemeliharaan yang baik juga tentunya harus dilakukan trik agar siklus kehamilan dan melahirkan dari indukan berjalan dengan baik. Karena jika terlalu lama dibiarkan non produktif, peternak juga akan rugi dari segi pakan dan tempat," tutur dia. 

Dr Irawin mengatakan bahwa salah satu trik yang dapat digunakan dalam mengakali hal ini adalah sinkronisasi berahi. Sinkronisasi berahi adalah upaya manipulasi atau pengaturan siklus reproduksi hewan betina agar berahi (estrus) terjadi secara serempak dalam suatu kelompok. Pada ternak babi, yang memiliki sistem reproduksi poliestrus (birahi sepanjang tahun), sinkronisasi berahi sangat berguna terutama pada peternakan skala menengah hingga besar yang menerapkan sistem batch mating atau kawin kelompok.

Siklus estrus babi betina (gilt dan sow) umumnya berlangsung selama 18–24 hari, dengan rata-rata 21 hari. Namun dalam kondisi normal, waktu berahi antar-individu tidak selalu bersamaan. Hal ini menyulitkan manajemen reproduksi, terutama penjadwalan inseminasi buatan (IB) dan pemanenan hasil ternak secara serempak. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi sinkronisasi berahi.

Dr Irawin mengatakan bahwa sinkronisasi berahi dapat dilakukan dengan penggunaan sediaan hormonal yang berupa progrsteron sintetis misalnya alternogest. Sediaan tersebut telah banyak digunakan di berbagai negara untuk melakukan sinkronisasi berahi pada babi indukan. 

Tujuan dari sinkronisasi berahi selain menyamakan waktu birahi antar-individu dalam satu kelompok, tentunya juga dapat meningkatkan efisiensi reproduksi dengan menurunkan waktu dan tenaga dalam deteksi birahi harian.

"Ini tentunya akan memudahkan pengaturan logistik dan sumber daya (seperti penyediaan semen beku, jadwal tenaga kerja, vaksinasi, dan pakan laktasi). Meningkatkan produktivitas dan profitabilitas secara keseluruhan dalam sistem peternakan babi komersial," tutur Dr Irawin. 

Dari webinar tersebut dapat disimplkan bahwa sinkronisasi berahi merupakan teknologi penting dalam sistem reproduksi babi modern. Meskipun metode hormonal membutuhkan biaya tambahan, manfaat jangka panjang berupa efisiensi, konsistensi produksi, dan keuntungan ekonomi membuatnya layak dipertimbangkan terutama pada skala usaha menengah hingga besar. Kombinasi antara teknologi dan manajemen yang baik akan mendukung keberhasilan program reproduksi dan meningkatkan daya saing industri peternakan babi. (CR)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer