Dampak wabah flu burung di Lituania dan Polandia masih terasa di pasar telur regional dan, menurut para pelaku pasar lokal, dapat memicu krisis baru.
Meskipun harga telur eceran di Lituania telah meningkat secara moderat selama beberapa minggu terakhir, harga grosir mengalami pertumbuhan dua digit, ungkap Aleksandrs Izgorodins, analis di Citadele Bank. Disparitas ini menunjukkan bahwa pelaku usaha belum sepenuhnya membebankan kenaikan biaya kepada konsumen, karena permintaan masih relatif lemah.
Namun, tren ini kemungkinan besar tidak akan berlangsung lama. "Jika harga grosir terus meningkat dalam jangka waktu yang panjang, kenaikan harga telur eceran selanjutnya tidak akan terelakkan," ujar Izgorodins.
Situasi harga di pasar telur kawasan Baltik sebagian besar didorong oleh kekhawatiran akan kekurangan, karena wabah flu burung baru-baru ini telah membunuh ratusan ribu ayam di Lituania dan jutaan di Polandia. Meskipun demikian, Lituania masih dapat memenuhi permintaan telurnya sendiri, tegas Gytis Kauzonas, direktur Asosiasi Unggas Lituania. Industri ini memiliki kapasitas untuk memproduksi 800-880 juta telur pada tahun 2025, tambahnya.
“Angka ini benar-benar dapat memenuhi kebutuhan Lithuania sepenuhnya, terutama karena sejumlah besar telur diekspor ke luar Lithuania, termasuk ke Latvia. Banyak produk telur olahan diekspor ke seluruh Eropa, bahkan mencapai Amerika atau Jepang,” ujar Kauzonas.
0 Comments:
Posting Komentar