-->

KABUPATEN SIGI BUKA SPR BARU UNTUK TINGKATKAN PRDOUKSI TERNAK

Peternak Memberi Makan Sapi - Sapi di SPR Baru Kabupaten Sigi 
(Foto : Istimewa)

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi Sulawesi Tengah (Sulteng), meningkatkan produksi peternakan dengan penambahan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di wilayah itu.

"Dinas Peternakan Sigi tentunya segera melakukan program pembentukan SPR baru dan pembenahan UPT perbibitan," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sigi Ihsan di Sigi, Selasa (21/5) yang lalu.

Ia mengemukakan salah satu cara menambah produksi peternakan yaitu pemenuhan sarana pengolahan pakan ternak secara tepat.

"Pemenuhan sarana pengolahan pakan yang sangat dibutuhkan kelompok serta masyarakat peternakan sehingga usaha ternak di Sigi dapat berhasil dan menghasilkan sapi serta kambing berkualitas, " ucapnya.

Kata dia, keberhasilan usaha peternakan di Sigi ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas pakan ternak tersebut.

"Sekitar 85 persen keberhasilan usaha peternakan di pengaruhi oleh ketersediaan pakan serta pembentukan tim reaksi cepat penanggulangan penyakit hewan," ujar dia.

Ia menambahkan saat ini jumlah Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di Kabupaten Sigi sebanyak tiga terletak di Marawola, Dolo Selatan dan Palolo.

"SPR di Sigi masih ada tiga yaitu di Dolo Selatan, Marawola dan Palolo. Tahun ini rencana dibuka di Kecamatan Sigi Biromaru, " tuturnya.

Menurut dia, sektor peternakan di Kabupaten Sigi berperan membantu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

"Pemerintah daerah setiap tahun memberikan bantuan sosial ternak kepada masyarakat setiap tahun minimal 1.000 ekor ternak terdiri dari 500 ekor sapi, 300 ekor kambing dan 200 babi," kata Ihsan.

Bantuan itu diberikan ke masyarakat sebagai bentuk upaya pemerintah membantu meningkatkan produktivitas peternakan di kabupaten itu

"Ini adalah salah satu upaya dari pemerintah bisa memberikan stimulan kepada masyarakat karena memang warga di Sigi banyak mau beternak sebab potensi sumber daya alam cukup mendukung untuk peternakan," ucapnya. (INF)

PELATIHAN PJTOH ANGKATAN XXVI DIGELAR HYBRID DI SURABAYA

Pelatihan PJTOH angkatan XXVI hari pertama dan kedua yang berlangsung di Surabaya. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PPJTOH) kembali digelar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) untuk angkatan XXVI, dilaksanakan pada 21-22 Mei 2024, di Surabaya secara hybrid diikuti sekitar 90-an peserta.

“Mengingat pentingnya tugas dan tanggung jawab PJTOH, maka ASOHI hampir setiap tahun mengadakan pelatihan ini. Sejak berlakunya pelarangan penggunaan AGP sejak 2018, kesadaran para dokter hewan dan apoteker terhadap pentingnya pelatihan ini semakin meningkat. Semoga dengan kesadaran ini implementasi peraturan bidang obat hewan semakin baik,” ujar Ketua ASOHI, Drh Irawati Fari.

Pada hari pertama pelatihan menampilkan pembicara Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Drh Ni Made Ria Isriyanthi yang membahas mengenai regulasi obat hewan, izin usaha, pedoman CPOHB, registrasi, penyediaan, peredaran, dan pengawasan obat hewan, serta tugas dan tanggung jawab PJTOH.

Dijelaskan oleh Ria, tugas dan tanggung jawab PJTOH yakni untuk menjaga mutu, khasiat, dan keamanan obat hewan wajib menempatkan dokter hewan dan/atau apoteker sebagai penanggung jawab teknis pada perusahaan obat hewan.

Di antaranya dengan memberikan informasi peraturan perundangan obat hewan kepada direktur perusahaan; memberikan saran dan pertimbangan teknis obat yang berhubungan dengan farmakodinamik, farmokinetik, farmakoterapi, toksikologi, serta imunologi; mempersiapkan kelengkapan dokumen izin usaha dan dokumen pendaftaran; menyetujui penyediaan dan peredaran obat hewan sesuai undang-undang atau menolak apabila tidak sesuai peraturan perundangan obat hewan.

“PJTOH harus menolak penyediaan dan peredaran obat hewan ilegal; bertanggung jawab memberikan pertimbangan teknis; laporan tertulis tentang penyediaan dan peredaran obat hewan kepada Ditjen PKH cq Ditkeswan sesuai ketentuan yang berlaku; serta evaluasi terhadap khasiat, keamanan, dan efek samping obat hewan yang telah dipasarkan di lapangan,” jelas Ria.

“Seorang PJTOH bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan produksi, importir/eksportir, apabila ada obat hewan ilegal dan pemalsuan adalah tanggung jawab seorang PJTOH.”

Selain itu, pemaparan dilanjutkan dengan materi dari narasumber Prof Budi Tangendjaja yang mengupas soal feed additive dan feed supplement, kemudian oleh Badan Karantina mengenai kebijakan karantina hewan, dan oleh Drh Widiarto mengenai peran PPNS dalam penanganan obat hewan ilegal.

Peserta PJTOH yang ikut secara daring. 

Sementara pada hari kedua menampilkan Direktur Pakan Ternak, Drh Nur Saptahidhayat yang membahas mengenai isu resistansi antimikroba (AMR), keamanan pakan, pakan terapi (medicated feed), dan PJTOH pakan.

Dijelaskan bahwa pentingnya PJTOH pakan di antaranya mengendalikan obat dalam pakan, sebab pakan merupakan hal krusial dalam budi daya ternak. “Penggunaan antimikroba harus sesuai dosis, sesuai lama pemberian, mengendalikan penjualan pakan terapi, dan mencegah penggunaan antimikroba sebagai growth promoter,” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, PJTOH pakan juga ikut mengawasi penyimpangan penggunaan obat hewan, mengawasi distribusi pakan terapi di lapangan, serta menjaga pabrik sesuai standar cara pembuatan pakan yang baik (CPPB). Hal tersebut menurutnya agar penanggung jawab teknis di suatu perusahaan ikut menjamin pakan yang tersebar aman. Adapun pembahasan lain mengenai regulasi pakan terapi, nomor pendaftaran pakan (NPP).

Pembahasan kemudian dilanjutkan oleh Ketua Komisi Obat Hewan, Prof Widya Asmara, tentang obat hewan biologik, farmasetik, dan obat alami. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Ketua Tim Kerja Pelayanan Pengujian Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH), M. Syaefurrosad, mengenai rantan dingin (cold chain), tata cara pengiriman obat hewan yang baik dan prosedur pengiriman sampel ke BBPMSOH.

Bahasan semakin lengkap dengan hadirnya narasumber dari tim CPOHB, Drh Ketut Karuni, yang membawakan materi CPOHB dan tata cara pembuangan limbah obat, dan Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Drh M. Munawaroh, mengenai tata cara pengurusan SIPT, kemudian Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Noffendri Roestam, soal tata cara pengurusan SIPA, serta Ketua ASOHI, Drh Irawati Fari, tentang peran ASOHI dalam pembinaan anggota dan Sekretaris sekaligus anggota Dewan Kode Etik ASOHI, Peter Yan, soal kode etik AOSHI. (RBS)

PUBLIC EXPOSE TAHUN BUKU 2023 PT MALINDO FEEDMILL TBK

PT Malindo Feedmill Tbk yang bergerak dalam bidang produksi dan penjualan pakan ternak, pembibitan dan distribusi anak ayam usia sehari ras pedaging, pembibitan dan penjualan anak ayam usia sehari ras parent stock serta peternakan ayam ras pedaging, pengolahan makanan, RPU, dan juga memiliki restoran cepat saji Sunny Chick, pada 21 Mei 2024 mengadakan Public Expose Tahun Buku 2023 di Jakarta.

Penjualan bersih Malindo mengalami peningkatan 8,6% menjadi Rp 12,1 triliun dari Rp 11,1 triliun di tahun 2022. Kinerja penjualan pakan menjadi kontributor paling besar pada penjualan bersih yaitu sebesar 65,0%, disusul penjualan ayam pedaging sebesar 16,9%, anak ayam/itik usia sehari sebesar 13,8%, makanan olahan sebesar 1,0% dan lain-lain sebesar 3,3%.

Penjualan pakan mengalami peningkatan 9,5% menjadi sebesar Rp 7,8 triliun di tahun 2023 dari Rp 7,1 triliun di tahun 2022. Penjualan ayam pedaging mengalami peningkatan 17,4% menjadi sebesar Rp 2,0 triliun di tahun 2023 dari Rp 1,7 triliun di tahun 2022. Penjualan produk makanan olahan meningkat 0,4% menjadi sebesar Rp 116,1 miliar di tahun 2023 dari Rp 115,6 miliar ditahun 2022. Penjualan lain-lain meningkat 4,1% menjadi sebesar Rp 398 miliar di tahun 2023 dari Rp 382,3 miliar di tahun 2022. Sedangkan penjualan anak ayam/itik usia sehari turun 2,5% menjadi sebesar Rp 1,6 triliun di tahun 2022 dari Rp1,7 triliun di tahun 2022.

Perolehan laba kotor tahun 2023 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2022 yaitu meningkat 36,6% menjadi Rp 947,8 miliar. Laba tahun berjalan tahun 2023 sebesar Rp 63,1 miliar, meningkat 140,9% dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 26,2 miliar di tahun 2022. Jumlah laba komprehensif pada tahun 2023 adalah sebesar Rp 65,1 miliar, meningkat 141,0 % dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 27,0 miliar.

Jumlah aset pada tahun 2023 adalah sebesar Rp 5,5 triliun, yaitu lebih rendah 4,0% atau Rp 229,7 miliar dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 5,7 triliun. Hal ini terutama dipengaruhi oleh penurunan aset lancar sebesar 4,4% atau Rp 130,9 miliar dan penurunan aset tidak lancar sebesar 3,5% atau Rp 98,8 miliar.

Jumlah liabilitas pada tahun 2023 adalah sebesar Rp 3 triliun, yaitu lebih rendah 9,9% atau Rp 331,2 miliar dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 3,3 triliun. Hal ini terutama dipengaruhi oleh penurunan liabilitas jangka pendek sebesar 5,6% atau Rp 141,8 miliar dan penurunan liabilitas jangka panjang sebesar 22,9% atau Rp 189,4 miliar.

Penjualan bersih Malindo pada kuartal I 2024 meningkat sebesar Rp 568,1 miliar atau sebesar 21,2%. Penjualan pakan ternak naik sebesar 17,7% atau Rp 316,7 miliar, peningkatan penjualan anak ayam/itik usia sehari sebesar 46,5% atau sebesar Rp 147,3 miliar dari Rp 316,7 miliar menjadi Rp 464 miliar di periode Maret 2024. Penjualan ayam pedaging naik sebesar Rp 88,3 miliar atau 19,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan makanan olahan naik 8,8% atau sebesar Rp 2,6 miliar, penjualan lain-lain naik 13,8% atau sebesar Rp 12,9 miliar. Secara keseluruhan setiap penjualan produk mengalami peningkatan yang signifikan.

Laba kotor pada kuartal I 2024 naik sebesar Rp 323,1 miliar atau 517,4% dari Rp 62,4 miliar menjadi Rp 385,5 miliar. Peningkatan laba kotor ikut mendorong peningkatan laba (rugi) bersih dari negatif Rp 143,9 miliar di kuartal I 2023 menjadi positif sebesar Rp 143,5 miliar di akhir Maret 2024 atau naik sebesar Rp 287,4 miliar atau 199,8%. Faktor utama peningkatan ini adalah kenaikan harga DOC dan broiler, yang juga disertai dengan peningkatan volume penjualan.

Dalam menjalankan operasinya Malindo menghadapi kendala meliputi krisis ekonomi global yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, stabilitas harga jual DOC dan ayam broiler sepanjang tahun, dan ketersediaan dan kestabilan harga bahan baku pakan.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dilakukan kebijakan strategis sebagai berikut:

  • Menunda belanja modal.
  • Meningkatkan efisiensi produksi dan melakukan penghematan di setiap lini produksi dan operasional.
  • Melakukan manajemen pembelian bahan baku dan penyesuaian harga jual yang tepat.
  • Mendukung program pemerintah untuk menyeimbangkan antara permintaan dan penawaran khususnya di industri peternakan.
  • Meningkatkan penjualan ekspor.

DISPARITAS HARGA TINGGI, PEMBELI LANGSUNG BELI HEWAN KURBAN DARI PETERNAK

Peternak Kambing Memberi Pakan Kambingnya
(Foto : Istimewa)

Harga hewan kurban jenis kambing menjelang Hari Raya Idul Adha di peternakan dengan pedagang memiliki selisih harga yang cukup lumayan. Kondisi tersebut mendorong warga masyarakat memilih untuk membeli langsung di peternakan.

Peternak kambing milik Ratim di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah dalam satu minggu terakhir didatangi para calon pembeli. Mereka mencari kambing untuk kurban dan kebutuhan sedekah bumi atau apitan salah satunya Sikin.

"Saya beli dua ekor kambing di peternak karena kambingnya bagus dan terawat serta pakan terjamin dan terjaga. Jika beli di pasar saya ndak tahu kesehatan serta pakannya bagaimana. Saya sudah menjadi langganan, harganya juga masih terjangkau," kata Sikin.

Alasan Sikin membeli di peternakan, selain karena harganya terjangkau dan tidak terlalu mahal. Menurutnya, bentuk dan jenis hewan pun tak terlalu besar untuk kebutuhan daging maksimal saat di potong.Selain itu,  warga memilih membeli hewan kurban ke kepeternakan karena kesehatannya terjamin dan bobot daging juga standar. Biaya perawatan di tanggung peternak dan  diantar menjelelang hari raya kurban.

"Kalau harga kambing kurban tahun ini naiknya rata-rata 100 ribu. Alhamdulilah banyak masyarakat yang mulai berdatangan baik yang membeli untuk acara sedekah bumi dan juga untuk kurban. Saya kasih bonus perawatan untuk pembeli dan saya antar pada hari H lebaran," ungkap Sikin pemilik peternakan hewan jenis kambing di Desa Kracak Ajibarang itu.

Seminggu terakhir, Ratim mengakui peternak sudah menjual lebih dari 20 ekor kambing yang rata-rata pembelinya berasal dari sekitar wilayah Banyumas. Kenaikan harga kambing rata-rata Rp 100 ribu per ekor dari tahun sebelumnya Rp 2,5 juta naik menjadi Rp 2,6 juta dengan usia kambing 1,5 tahun.

Sebagai upaya mencegah masuknya berbagai penyakit pada kambingnya, Ratim memeriksakan kesehatan ternaknya secara intensif. "Pakan teratur, kesehatan ternak terjamin serta daging dipastikan enak dan tidak susut,"pungkas Ratim. (INF)


PELOPOR PETERNAKAN KAMBING PERAH DI SAMARINDA

Memerah Kambing, Menjadi Wisata Alternatif Bagi Anak Usia SD
(Foto : Istimewa)

Sudah besar niat Gusti Addy Rijani untuk mengembangkan peternakan kambing perah di Kota Tepian. Walau sempat dicibir, itu bukan soal. Setelah ilmunya dirasa cukup, empat ekor kambing etawa dia ternakkan. Dua tahun sudah, kini sedikitnya 50 ekor kambing perah siap memenuhi kebutuhan pasar.

Susu kambing memang tidak setenar susu sapi. Namun, hal itu yang justru ingin Gusti edukasi. Dari segi kesehatan, manfaatnya begitu banyak. Dia pun bertolak ke Jawa untuk belajar mengenai peternakan kambing perah. Ingin dia aplikasikan di Samarinda.

“Dari awal ya ada saja yang memadamkan semangat. Padahal, keinginan untuk ternak kambing perah itu besar. Ya dibilang kalau di Kalimantan, kambing perah itu enggak bakal bisa hidup. Soalnya, memang dari segi suhu, kambing perah itu cocoknya di suhu agak dingin,” jelasnya.

Sebelum memutuskan membangun peternakan pada 2022, berbagai riset dilalui Gusti. Peluang dari segi ekonomi menurutnya besar. Sebab, kambing yang banyak ditemui di Samarinda adalah kambing potong.

“Minum susu kambing juga termasuk dari sunah Rasulullah. Jadi, dari awal berdiri juga niatnya edukasi, bahkan sampai sekarang. Di Samarinda ini, yang saya lihat benar-benar fokus peternakan kambing perah itu cuma saya. Ada tapi enggak fokus dan enggak rutin,” lanjutnya.

Usaha yang dia beri nama Abah Antung Farm itu memiliki rumah produksi di Jalan M Said, Loa Bahu Samarinda. Sedangkan kandangnya, berada di Km 8 Loa Janan. Beragam jenis kambing dia ternakkan selain etawa.
“Yang mencibir atau nyinyir enggak hanya yang di Samarinda, tapi juga orang di Jawa. Soalnya, memang dari segi perawatan enggak segampang kambing potong. Ada perhatian khusus. Tapi alhamdulillah, jadi bukti kalau sekarang usaha saya berjalan sudah dua tahun,” beber pria kelahiran 1985 itu.

Dalam perjalanannya juga diakui tak mudah. Meski begitu, usahanya dalam edukasi mulai berbuah. Kini peminat produknya tak hanya dari Samarinda. “Balikpapan dan Berau ini permintaan cukup banyak. Jadi baru-baru ini ada agen di sana. Di Tarakan sudah jalan,” sambungnya.

Ada dua jenis susu fresh yang diproduksi. Yakni raw milk dan pasteurisasi. Dengan berbagai ukuran mulai 200 mililiter (ml) hingga 1 liter. Saat ini juga mulai merambah produk susu bubuk. Segala peralatan sudah siap untuk produksi.

“Ini tinggal tunggu proses dari BPOM untuk layak edar yang susu bubuk. Kapasitas produksi dari 50 ekor kambing itu belum semua bisa diperah. Soalnya kan hanya untuk kambing yang menyusui. Yang produktif itu ada 15 ekor, 5-10 liter per hari. Nah yang 35 ini lagi proses, alhamdulillah ada yang siap kawin, ada yang lagi hamil, ada yang masih menyusui. Jadi, ke depan bisa lebih siap untuk memenuhi kebutuhan pasar yang perlahan mulai naik,” paparnya.

Masa laktasi kambing perah pun hingga satu tahun. Tentu dengan perawatan khusus. Berdasarkan pengalaman, perlahan Gusti juga mulai bisa menemukan celahnya. Semua cibiran berhasil dia tepis. Kambing perah miliknya terbukti menghasilkan.

Saat ini, diakui yang perlu pembenahan adalah penjualan. Sebab, stigma susu kambing masih dianggap hanya untuk pengobatan atau orang tua. Sehingga kebanyakan, pelanggannya adalah mereka yang memang tahu manfaat susu kambing.

Peluang pasar yang tinggi, Gusti juga membuka peluang untuk siapa saja yang tertarik memiliki usaha serupa. Sehingga, nantinya bisa membangun ekosistem peternakan kambing perah di Samarinda.

“Ambil kambing, ambil pakan bisa dari saya. Nanti dibantu untuk pengembangannya. Tantangannya juga masih di mindset, ternak kambing potong kan lebih gampang jadi sedikit yang melirik kambing perah. Harapannya memang semoga semakin teredukasi,” sebutnya.

Bahkan di awal, Gusti sempat ragu untuk promosi. “Soalnya, takut permintaan banyak tapi ketersediaan sedikit. Sekarang sudah sesuai lah antara kebutuhan dan stoknya,” tutup dia. (INF)

IMBUHAN PAKAN DAN KLASIFIKASINYA

Imbuhan pakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. (Foto: Istimewa)

Imbuhan pakan berbeda dengan pelengkap pakan. Menurut Kepmen No. 240/Kpts/OT.210/4/2003, imbuhan pakan (feed additive) didefinisikan sebagai suatu zat yang secara alami tidak terdapat dalam pakan, yang tujuan pemakaiannya terutama sebagai pemacu produksi ternak. Sedangkan pelengkap pakan (feed supplement) adalah suatu zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan, tetapi jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan.

Jadi pelengkap pakan adalah bahan sumber zat gizi yang ditambahkan ke dalam pakan untuk melengkapi kekurangan zat gizi yang ada di dalam pakan. Sebagai contoh asam amino sintetis seperti DL Metionin, vitamin atau mineral mikro (trace element) yang kesemuanya merupakan zat gizi untuk ternak. Sedangkan imbuhan pakan merupakan bahan tambahan dalam pakan (bukan sumber zat gizi), yang berguna meningkatkan pemanfaatan dan penerimaan pakan oleh ternak atau bermanfaat untuk kesehatan/metabolisme ternak/meningkatkan daya guna pakan. Jadi, imbuhan pakan bukan hanya berfungsi sebagai pemacu produksi ternak.

Klasifikasi Imbuhan Pakan
Menurut fungsinya imbuhan pakan dibagi dalam empat kelompok:

1. Imbuhan yang memengaruhi kestabilan pakan, proses produksi pakan dan sifat-sifat pakan. Imbuhan ini ditujukan untuk mempertahankan pakan lebih awet untuk disimpan/tidak cepat mengalami kerusakan. Contohnya bahan pengawet antijamur dan antioksidan. Bahan lainnya yakni imbuhan yang meningkatkan kapasitas/kemampuan dalam produksi pakan, contoh untuk menghasilkan pellet yang lebih baik ditinjau dari kekuatannya, seringkali pabrik pakan menggunakan bahan pengikat pellet untuk meningkatkan nilai PDI (Pellet Durability Index). Disamping itu untuk mengurangi kesusutan produksi karena rendahnya kadar air dalam pakan, pabrik pakan dapat menambahkan imbuhan lain yang dapat meningkatkan kadar air tanpa menimbulkan pengaruh negatif terhadap daya simpan dan bersamaan waktunya mengurangi pemakaian energi karena imbuhan pakan yang ditambahkan mempunyai sifat “pelumas” sehingga proses pemeletan lebih mudah dikerjakan.

2. Imbuhan yang memperbaiki pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan, metabolisme dan penampilan ternak. Dahulu yang termasuk dalam kelompok ini adalah AGP (antibiotic growth promoter) untuk mencegah penyakit bakteri di saluran pencernaan sehingga memperbaiki efisiensi penggunaan pakan. Dengan munculnya aturan pelarangan AGP dalam pakan, maka berbagai alternatif dikembangkan. Disamping itu penggunaan senyawa hormon yang dapat memengaruhi metabolisme dalam tubuh hewan sehingga memengaruhi deposisi protein dan lemak dalam karkas, juga dijual di pasaran dengan tujuan memperbaiki kualitas karkas, seperti mengurangi tebal lemak/meningkatkan otot sehingga karkas lebih memenuhi permintaan konsumen.

3. Imbuhan yang memengaruhi kesehatan ternak. Imbuhan kelompok ini umumnya berupa obat yang digunakan untuk memperbaiki kesehatan ternak, sehingga dapat berproduksi secara optimal. Contoh imbuhan kelompok ini adalah obat koksi dan obat cacing. Penyakit koksi merupakan penyakit umum pada ayam broiler karena bibit penyakitnya (Eimeria sp.) terdapat dimana-mana dan sulit dihilangkan, padahal ayam dipelihara dalam kandang yang tidak dapat steril manakala makan/minum dan pengeluaran kotoran di lokasi yang sama. Oleh karenanya penyakit koksi akan selalu muncul, maka pakan ditambahkan anti-koksi maupun berupa bahan kimia. Selain itu, penambahan obat cacing juga sering dilakukan secara berkala dalam pakan untuk menekan perkembangan parasit ini. Pada pakan untuk pembibitan, obat cacing diberikan terus-menerus agar cacing tidak berkembang dalam usus.

4. Imbuhan yang memengaruhi penerimaan konsumen. Imbuhan jenis ini ditujukan agar konsumen yang mengonsumsi daging, susu, telur mempunyai senyawa yang lebih bermanfaat. Salah satu contoh adalah telur omega yang dihasilkan dari petelur yang pakannya mengandung asam lemak omega 3 tinggi, sehingga omega 3 dapat dipindahkan ke dalam telur dan dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Dalam pemasaran telur juga banyak konsumen yang menghendaki agar kuning telur berwarna kuning cerah sehingga menarik. Untuk menghasilkan telur dengan warna lebih cerah/kuning/sedikit kemerahan, maka di dalam pakan ayam petelur ditambahkan imbuhan pakan alami maupun sintetis yang dapat masuk ke dalam kuning telur sehingga warnanya memikat hati konsumen.

Sifat Imbuhan Pakan
Umumnya imbuhan pakan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

• Jumlahnya kecil. Imbuhan pakan umumnya diberikan dalam jumlah kecil (5 kg/ton pakan). Pemberian yang terlalu banyak akan menggangu formulasi pakan, karena ruangan formula pakan total hanya 100%, sehingga penambahan imbuhan dalam jumlah besar akan mengurangi pemakaian bahan baku pakan yang umumnya diberikan dalam jumlah besar.

• Hasil sintesa kimia/fermentasi/ekstrak bahan alami. Imbuhan pakan banyak dihasilkan dari proses fermentasi untuk menghasilkan bahan aktif seperti enzim atau mikrobanya itu sendiri sebagai probiotik. Beberapa imbuhan pakan merupakan hasil ekstraksi dari tanaman, dimana bahan aktif tanaman digunakan sebagai imbuhan pakan. Beberapa imbuhan pakan merupakan hasil sintesa bahan kimia seperti antioksidan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, imbuhan pakan seharusnya mengandung bahan aktif yang memang memberikan daya guna bagi pakan. Imbuhan pakan yang tidak diketahui bahan aktifnya/komponen utamanya akan sulit didaftarkan dan sulit diterima peternak/pabrik pakan.

Dari Van Der Klis, 2019.

• Bentuknya tepung atau cairan. Karena penggunaan imbuhan pakan adalah dicampur ke dalam ransum, maka untuk memudahkan pencampuran, imbuhan pakan diproduksi dalam bentuk tepung sehingga dapat dicampur dengan premix lain dan dimasukkan ke dalam mixer besar. Kadang kala imbuhan pakan juga diproduksi dalam bentuk cair dan dimasukkan ke dalam mixer dengan cara penyemprotan melalui nozzle.

• Stabil dalam penyimpanan. Untuk dapat digunakan dalam pakan, imbuhan harus mempunyai kestabilan selama penyimpanan sebelum digunakan. Perusahaan imbuhan pakan harus memberikan patokan mengenai penyimpanan.

• Keamanan selama pemakaian. Material Safety Data Sheet (MSDS) harus dikeluarkan oleh pabrik imbuhan pakan karena MSDS memberikan petunjuk mengenai keamanan dan penanggulangan ketika terjadi “kecelakaan” dalam pemakaian/menangani imbuhan pakan tersebut yang ditujukan untuk pekerja.

Keamanan Konsumen
Keamanan pakan merupakan bagian dari keamanan untuk melindungi konsumen, baik pada ternaknya maupun konsumen yang mengonsumsi hasil ternak. Masalah residu akibat ternak diberi pakan yang mengandung imbuhan pakan perlu dibuktikan dengan penelitian. Imbuhan pakan seperti halnya antibiotika bahan aktifnya dapat tersimpan dalam organ ternak, bahkan dapat menimbulkan residu dalam daging, susu maupun telur. Perlu dikemukakan bahwa produk alami dari tanaman juga tidak semuanya aman digunakan. Semua bahan alami dari tanaman juga merupakan bahan kimia yang dapat memengaruhi kesehatan ternak atau manusia yang mengonsumsi hasil ternak. Keamanan imbuhan pakan akan dipengaruhi konsentrasi, lama pemakaian, metabolisme dalam tubuh ternak, bahkan mungkin interaksi dengan bahan lain. Sudah banyak diteliti bahwa suatu senyawa kimia dalam tanaman akan memberi pengaruh positif pada konsentrasi rendah, tetapi ketika konsentrasinya dinaikan menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki.

Untuk mencegah timbulnya efek samping imbuhan pakan pada ternak, maka peraturan pemakaiannya harus diikuti secara ketat. Peraturan biasanya dibuat atas dasar fakta dari penelitian. Di Indonesia peraturan dari Ditjen Produksi Ternak bisa dilihat dalam Ringkasan Imbuhan Pakan edisi II. Apabila ingin mengikuti aturan di Amerika dan Canada bisa dilihat dalam Feed Additive Compendium yang diterbitkan setiap tahun oleh Miller Publ.Co. untuk Eropa, atau Annex. 1 dari Official Journal of the European Economic Community.

Pemakaian Dalam Pakan
Sebelum imbuhan pakan digunakan dalam pembuatan pakan, maka pabrik pakan terlebih dahulu harus mengikuti kaidah-kaidah tertentu seperti Good Manufacturing Practice (GMP) atau Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) beserta traceability-nya. Pedoman cara pembuatan pakan yang baik sudah diatur dalam Kepmentan No 240/Kpts/OT.210?4/2003. Pada prinsipnya Kepmentan atau GMP mengatur berbagai hal berupa bangunan, higiene dan sanitasi, bahan baku, proses pembuatan pakan, pengendalian mutu, audit dan personalia dalam menghasilkan pakan termasuk konsentrat yang bermutu dan memenuhi standar sesuai tujuannya dan melindungi konsumen dari kerugian. Sayangnya Kepmentan No. 240 kurang merinci mengenai proses produksi yang menggunakan imbuhan pakan.

GMP merupakan keharusan dalam menggunakan imbuhan pakan. (Foto: Istimewa)

Dalam membuat peraturan pemakaian imbuhan pakan, maka beberapa informasi di bawah ini sangat diperlukan:

• Uraian produk
• Metode analisis produk
• Stabilitas penyimpanan maupun dalam proses pembuatan pakan
• Resistensi terhadap bakteri
• Penelitian input-output (balance studies), penyerapan dan metabolisme
• Penelitian residu dalam ternak dan produk metabolitnya
• Mekanisme kerja imbuhan pakan (misalnya menghambat sintesa protein atau pembelahan sel dan lain sebagainya)
• Pengaruhnya terhadap lingkungan
• Dosis pemberian
• Kontraindikasi

Informasi tersebut harus disediakan produsen imbuhan pakan ketika bahan tersebut didaftarkan untuk diedarkan. Bagi perusahaan yang akan memproduksi imbuhan pakan dalam negeri, maka segala informasi harus disiapkan. Informasi di atas harus ditunjang dengan data penelitian yang dibuat sesuai dengan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan. ***


Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

MEMANFAATKAN SEDIAAN HERBAL & MINYAK ESENSIAL UNTUK KESEHATAN TERNAK

Kunyit, salah satu herbal “langganan” digunakan untuk ternak. (Foto: Istimewa)

Ada sekitar 40 ribu spesies tanaman di dunia dan sekitar 30 ribu diantaranya ada di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Sekitar 9.600-an spesies tanaman tadi telah terbukti memiliki khasiat sebagai obat. Sedangkan 1.000-an diantaranya dimanfaatkan sebagai obat herbal tradisional (jamu) oleh masyarakat Indonesia.

Di Indonesia obat herbal lebih akrab disapa dengan sebutan jamu. Sejak zaman nenek moyang dulu, masyarakat Indonesia telah lama memanfaatkan herbal sebagai obat. Dari pengertiannya, obat herbal adalah obat yang zat aktifnya dari tanaman (daun, batang, akar, kayu, buah, ataupun kulit kayu). Obat herbal terkadang juga sering disebut sebagai jamu. Bahkan bisa dibilang jamu merupakan salah satu identitas bangsa ini.

Di masa kini tren gaya hidup manusia semakin berubah, termasuk dalam hal kesehatan. Manusia kini menganut tren back to nature alias kembali ke alam, sehingga banyak diantaranya yang mengonsumsi obat herbal dan jamu demi menunjang kesehatan. Begitupun dengan hewan khususnya ternak, kenyataannya sediaan herbal juga dapat digunakan sebagai terapi dalam kesehatan hewan ternak.

Herbal Bukan Cuma Jamu
Jamu memang sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia. Penggunaannya pun juga tidak terbatas hanya pada manusia saja, tetapi juga pada hewan. Seringkali didengar bahkan melihat ada kontes ternak, karapan sapi, atau event sejenisnya, pemilik hewan kerap memberikan jamu agar lebih prima kondisi ternaknya pada saat kontes.

Nah, sebenarnya sediaan herbal tradisional bukan cuma jamu, ada beberapa kategori sediaan berdasarkan pengelompokkannya. Seperti diutarakan dosen mata kuliah farmasi veteriner FKH IPB, Rini Madyastuti. Menurut Rini, obat herbal di Indonesia terdiri atas tiga golongan, yakni jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

Jamu merupakan obat bahan alam yang sediaannya masih berupa bentuk aslinya (daun, rimpang, batang dan lainnya). Setelah lolos uji pra-klinik, jamu naik kelas menjadi Obat Herbal Terstandar (OHT). Tingkat paling tinggi disebut sebagai fitofarmaka, dimana kemanan dan khasiat obat bahan alam sudah lolos uji pra-klinik dan uji klinik serta bahan baku dan produk jadinya sudah terstandarisasi. Namun begitu, pembagian tersebut hanya ada pada sediaan obat manusia.

“Untuk hewan mungkin sepertinya belum, tetapi saya lihat semakin kemari kayaknya makin banyak sediaan herbal, apalagi untuk ternak unggas. Tentunya ini indikasi positif untuk sediaan herbal, semoga semakin bergairah juga untuk industrinya menggunakan sediaan herbal,” tutur Rini.

Selain jamu, beberapa jenis tanaman dapat menghasilkan minyak esensial (essential oil) yang juga dapat digunakan dalam menjaga kesehatan manusia dan hewan. Minyak esensial inilah yang juga kemudian dimanfaatkan manusia sebagai sediaan obat maupun imbuhan pakan yang dikenal hingga sekarang ini.

Herbal dan Minyak Esensial (Semakin) Berkembang
Dilarangnya penggunaan antibiotik sebagai growth promoter (AGP) beberapa tahun lalu menyebabkan para produsen dan distributor obat hewan berpikir keras untuk menemukan alternatif penggantinya. Di sisi lain, beberapa jenis sediaan herbal dan minyak esensial dapat digunakan.

Perkembangan jenis produk herbal dan minyak esensial seperti dipaparkan Kasubdit POH, Ditjen PKH, Kementerian Pertanian (Kementan), Drh Ni Made Ria Isriyanthi. Hal ini ditandai dengan merebaknya produk herbal untuk ternak di pasaran. Ia menyebut, kini produsen obat hewan resmi di Indonesia mencapai 106 produsen.

Empat perusahaan telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB) untuk obat alami, sembilan perusahaan memproduksi farmasetik, delapan perusahaan memproduksi sediaan biologik, satu perusahaan memproduksi bahan baku, dan 35 perusahaan memproduksi premiks.

“Obat alami di Indonesia sangat melimpah, selain karena AGP dilarang di Indonesia, penggunaan obat herbal seperti sudah menjadi budaya,” jelas Ria.

Namun begitu, ia mengingatkan agar peternak tetap menggunakan obat hewan herbal yang resmi yang sudah tersertifikasi di Kementan. Sebab obat herbal yang tersertifikasi dan melalui serangkaian uji, serta terbukti secara ilmiah dapat memberikan khasiat. Tak lupa Ria juga mengimbau agar produsen dan distributor obat hewan untuk melakukan registrasi terlebih dahulu sebelum menjual produknya di pasaran. Ia dan segenap pejabat di Kementan telah berkomitmen untuk mempermudah alur registrasi obat hewan herbal.

Sisi Bisnis Obat Herbal
Tidak bisa dipungkiri sisi bisnis juga bergairah dengan tumbuhnya pasar obat herbal untuk hewan di Tanah Air. Pengembangan produk herbal untuk hewan telah lama dijalankan oleh produsen obat hewan Indonesia. PT Medion Farma Jaya adalah satu diantara banyak produsen yang mengembangkan produknya secara progresif.

Medion mulai meluncurkan produk herbalnya sejak 2012, jauh sebelum pemerintah memutuskan palarangan penggunaan  AGP dalam pakan ternak. Pemasaran produk herbal tersebut dilatarbelakangi tren di banyak negara maju, seperti di Benua Biru dan Amerika Serikat yang sudah mulai melarang penggunaan antibiotic.

Corporate Communications & Marketing Distribution Director PT Medion Farma Jaya, Peter Yan, saat dihubungi Infovet mengakui bahwa penjualan produk herbal meningkat tajam dari 2017 hingga 2019, atau semenjak diberlakukannya pelarangan AGP pada 2018, dengan segmentasi konsumen lebih banyak digunakan pada ayam broiler.

Meskipun begitu bisnis tidak selalu berjalan mulus, Peter mengaku menemui berbagai kendala yang dihadapi Medion. Kendala mengenai ketersediaan bahan baku, standardisasi bahan baku dan registrasi.

Peter mengatakan bahwa sekitar 70% bahan baku untuk produk herbal didapatkan dari produksi dalam negeri, sisanya berasal dari impor. Hal ini disebabkan masih terbatasnya kajian ilmiah dari bahan baku yang digunakan tersebut. Selain itu, ketersediaan bahan baku dari dalam negeri belum sepenuhnya mampu mencukupi permintaan, sehingga impor terpaksa dilakukan.

Tantangan ini mengharuskan Peter dan timnya bekerja ekstra untuk mengekstrak dan menguji bahan baku secara mandiri. Faktor ini pula yang turut andil dalam memperpanjang masa pengembangan maupun produksi dari produk herbal yang dimiliki Medion.

Hal senada juga diungkapkan oleh Drh Akhmad Harris Priyadi dari ASOHI. Dirinya mengungkapkan, perlu ada kolaborasi dari tiga pilar untuk pengembangan produk herbal dan minyak esensial.

“Perguruan tinggi, swasta dan pemerintah harus berkolaborasi memajukan produk herbal, sehingga peternak bisa mendapatkan manfaat. Jadi, pengembangan produk herbal ini seperti proyek keroyokan, tapi semuanya dapat memetik manfaat,” kata Harris.

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan menurut Harris, harus memberikan bantuan berupa dana maupun teknis kepada pihak lain yang mengembangkan sediaan herbal dan minyak esensial. Pengembangan produk herbal untuk sektor perunggasan di Indonesia memang masih memerlukan usaha dari berbagai pihak secara sistematik. Hal ini membutuhkan waktu lama, namun jika semua pihak terlibat berkeinginan kuat, maka Indonesia akan menjadi negara terdepan dalam riset maupun produksi produk herbal perunggasan untuk pasar di dalam maupun luar negeri.

Mengenai tren dari pasar imbuhan pakan, termasuk di dalamnya sediaan herbal atau fitogenik, dalam suatu webinar Drh Ahmad Wahyudin selaku Product Manager Kemin Asia Pasifik, menyebutkan total market size industri imbuhan pakan di seluruh dunia pada 2012 mencapai sekitar US$15 triliun dan diperkirakan akan tumbuh lebih besar pada 2020-2025. Ahmad mengatakan bahwa adoption rate dari feed additive fitogenic di indonesia sebesar 50%.

“Kami memperkirakan bahwa market size fitogenic feed additive di Indonesia sebesar US$17 juta. Angka yang cukup besar untuk diseriusi,” kata dia.

Berdasarkan analisis SWOT yang dipaparkan Ahmad, salah satu peluang tumbuhnya fitogenik di Indonesia yaitu kesadaran masyarakat terhadap bahaya residu antibiotik dan kesadaran akan pencemaran lingkungan.

Sementara, tantangan yang dihadapi yaitu keraguan konsumen akan efikasi sediaan fitogenik bagi ternak, harga dari sediaan fitogenik yang tidak terjangkau dan riset untuk pemanfaatan sumber daya.

“Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah untuk dijadikan produk fitogenik, namun kelemahannya yaitu dari segi teknologi dan riset belum memadai,” tukasnya.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

HALAL BIHALAL DAN VET GATHERING PDHI JABAR 2


Halal Bihalal PDHI Cabang Jawa Barat 2 Memperkokoh Silaturahmi Antar Anggota
(Foto : Afdi)

Bertempat di Ruang Mulia Grand Ballroom, Hotel Bigland Bogor, Sabtu 18 Mei 2024 lalu telah diselenggarakan kegiatan Halal Bihalal dan Vet Gathering bagi anggota Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Barat 2.

Acara tersebut dihadiri oleh 157 peserta yang terdiri atas anggota PDHI Cabang Jawa Barat 2. Selain itu hadir juga tamu undangan yakni Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), Perhimpunan Istri Dokter Hewan Indonesia (PIDHI), Lansia Veteriner, serta institusi dan stakeholder lainnya.

Pelaksanaan Halal Bihalal dan Vet Gathering bertujuan sebagai momentum silaturahmi bagi anggota PDHI Cabang Jawa Barat 2 pasca hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Selain itu juga diadakan seminar mengenai perizinan praktik dokter hewan di wilayah kerja PDHI Cabang Jawa Barat 2.

Seminar tersebut difasilitasi oleh narasumber dari Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Bogor dan DPMPTSP Kota Bogor sebagai dinas pengampu urusan perizinan. Dimana dalam seminar tersebut para peserta dapat beratanya dan melakukan pengaduan terkait masalah perizinan praktik dokter hewan di daerah lingkup PDHI Cabang Jawa barat 2. (Afdi)


PENYEBAB AYAM KURUS TAPI BANYAK MAKAN

Penyebab ayam kurus tapi banyak makan

Apa penyebab ayam kurus tapi banyak makan? Padahal ayam makannya lahap tapi pertambahan bobotnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Ayam Cacingan

Meskipun ayam makannya banyak tapi jika di dalam saluran pencernaannya terdapat cacing. Maka nutrisinya akan diserap oleh cacing, sehingga ayam tidak gemuk karena nutrisi yang diserap tubuhnya minim sekali. Bahkan jika ayam diberi pakan berkualitas sekalipun juga tidak begitu membantu pertambahan bobotnya.

Ayam cacingan salah satunya disebabkan oleh kandang yang kotor. Karena itu penting untuk selalu menjaga kebersihan kandang.

Untuk mengatasi ayam cacingan bisa menggunakan obat atau herbal. Patuhi aturan pemberian obat cacing. Sedangkan herbal yang bisa digunakan contohnya adalah daun pepaya.

Jangan lupa juga untuk membersihkan kandang. Agar ayam yang sudah sembuh dari cacingan tidak terserang cacing lagi.

Terlalu Banyak Bergerak

Ketika ayam terlalu banyak bergerak maka makin banyak energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi pada ayam yang dipelihara diumbar tanpa kandang. Bisa juga terjadi pada ayam yang dikandang namun kandangnya terlalu luas. Solusinya diberi kandang yang ideal di mana ayam leluasa bergerak namun tidak berlebihan.

Ayam Sakit

Bisa jadi ayam sedang sakit, sehingga kemampuan mencerna makanan dan menyerap nutrisi berkurang. Sehingga makan banyak sekalipun badannya tetap kurus.

Pakan yang Jelek

Kualitas pakan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ayam. Jika ayam diberi pakan yang tidak berkualitas maka akan sulit bobotnya tercapai sesuai target.

Sebaiknya jangan cepat tergiur dengan harga pakan yang murah, teliti dulu apakah kandungan nutrisinya seimbang sesuai kebutuhan ayam. Pakan yang bagus biasanya lebih mahal, namun hasilnya juga akan sepadan.

Pemberian pakan juga bisa berpengaruh, misalnya jadwal pemberian pakan yang tidak teratur. Selain itu penting untuk memberi pakan sesuai dengan fase pertumbuhan ayam.

Faktor Genetik

Jika ayam memang potensi genetiknya misalnya maksimal bobotnya 1 kg. Maka diberi pakan sebagus apapun dan dipelihara sebaik apapun, bobotnya tidak akan melebihi potensi genetiknya.

Sebaliknya ayam yang potensi genetiknya bobotnya bagus juga bisa kurus jika DOC yang digunakan untuk bibit kualitasnya jelek. Misalnya membeli DOC dari pembibit rumahan yang kurang memahami bagaimana menghasilkan DOC yang bagus. Berbeda dengan DOC dari perusahaan pembibitan yang umumnya kontrol kualitasnya bagus.

KICK OFF FAT 2024, FMPI BERIKAN BANTUAN TELUR KEPADA MASYARAKAT BOGOR UNTUK MENCEGAH STUNTING

Penyerahan Bantuan Telur Ayam dari FMPI Kepada Masyarakat Bogor
(Foto : CR)

Festival Ayam dan Telur (FAT) 2024 resmi dimulai. Acara yang digelar rutin oleh Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) tersebut melangsungkan kick - off di pelataran Masjid Al - Kahfi, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat pada 18 Mei 2024. 

Dalam sambutannya Ruri Sarasono selaku pelaksana sekaligus Direktur PT Global Permata Perkasa menyampaikan bahwa kegiatan tersebut rutin dihelat semenjak 2011 yang lalu. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi daging dan telur ayam. Selain itu FAT juga dihelat dengan tujuan menekan angka dan mencegah kasus stunting alias kekurangan gizi pada masyarakat Indonesia. 

Yang spesial dalam event FAT di tahun ini adalah stakeholder di perunggasan akan membantu anak - anak penderita stunting di Kelurahan Curug Bogor melalui suplai telur ayam sebanyak 1 ton selama 3 bulan. Kemudian selama itu pula penderita stunting akan dipantau kondisinya, terutama perubahan fisik yang terjadi. 

”Kami ingin kegiatan FAT 2024 ini berdampak dan tepat sasaran yang berdasarkan data, karena itu kami memulai dengan intervensi pemberian telur pada anak penderita stunting di Kelurahan Curug Kota Bogor selama 3 bulan penuh dengan pemberian 2 butir telur per hari atau sekitar 1 ton telur selama 3 bulan” ungkap Ruri," tegas Ruri. 

Ruri melanjutkan, telur ayam dipilih karena merupakan sumber protein hewani yang kaya nutrisi dan memiliki kandungan asam amino yang diperlukan untuk tubuh. Telur juga elatif terjangkau dan mudah didapat dan diolah dalam banyak variasi menu makanan

Bicara mengenai stunting, di Kota Bogor sendiri berdasarkan data dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Bogor (DPPKB) pada sejak Agustus 2023 kasus stunting terus menurun. Dari 2363 menjadi 1849 kasus, turun sebanyak 514 kasus atau sekitar 21%, hal tersebut disampaikan oleh PJ Walikota Bogor Hery Antasari dalam sambutannya. 

Dirinya juga berterima kasih serta menyampaikan apresiasinya kepada pelaku usaha perunggasan dalam payung Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI).

”Penyelesaian permasalahan serta dampak stunting sangat kompleks. Oleh karenanya pendekatan kolaboratif menjadi kunci dalam upaya menekan prevalansi stunting. Kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat perunggasan yang langsung menyasar objek stunting kami harap bisa ditiru dan dilakukan oleh pelaku usaha dan masyarakat lainnya” papar Hery.

Ia juga menyebut bahwa pencegahan stunting merupakan salah satu aspek penilaian kinerja oleh pemerintah pusat. Dimana diharapkan tiap daerah dapat mencegah serta menurunkan kasus stunting tiap tahunnya, bila perlu dihapuskan atau tidak terjadi sama sekali kasus stunting

"Berdasarkan data yang ada, laju prevalansi stunting di Kota Bogor yang tahun ini ditargetkan turun diangka 14%. Kami punya target besar agar Kota Bogor terbebas alias zero stunting dalam beberapa tahun kedepan. Oleh karenanya kami mengajak untuk pelaku usaha lain untuk berkolaborasi meniru apa yang dilakukan FMPI, kalau kerjasama kita baik, Insya Allah kasus stunting dapat diminimalisir atau dihapuskan secepat mungkin," tutur Hery. 

Selain kegiatan pemberian  bantuantelur pada anak penderita stunting, rangkaian FAT tahun ini direncanakan akan menggelar beberapa kegiatan dalam bentuk edukasi dan sosialisasi pentingnya konsumsi daging ayam dan telur.  Seperti talkshow daging ayam dan telur PentING (pencegah stunting), promosi daging ayam dan telur serta bazzar pangan dan protein hewani. (CR)


ESTONIA MENCETAK REKOR PRODUKSI SUSU BARU

Meskipun para peternak sapi perah di beberapa negara tetangga hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, industri susu Estonia menunjukkan kinerja yang luar biasa.

Pada tahun 2023, Estonia memproduksi 895.000 ton susu mentah, 5% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Ini merupakan angka tertinggi dalam 31 tahun terakhir, menurut laporan Departemen Statistik Estonia.

“Terakhir kali produksi susu lebih tinggi dari sekarang adalah pada tahun 1992, namun produktivitasnya 3 kali lebih rendah. Kalau 30 tahun lalu 1 ekor sapi menghasilkan 3.500 kg susu per tahun, sekarang rata-ratanya 10.600 kg,” ungkap Anton Kardakov, analis senior Departemen Statistik. Produktivitas rata-rata tahun lalu juga meningkat sebesar 5%.

“Data produksi susu tahun 2023 untuk negara UE lainnya belum dipublikasikan. Dibandingkan dengan data tahun 2022, hasil Estonia pada tahun 2023 akan mengungguli negara-negara termasuk Denmark dan Belanda,” tegas Departemen Statistik.

Jarva county, yang menyumbang 17% produksi susu dan 16% sapi perah di negara ini, merupakan pemimpin dalam hal produktivitas, diperkirakan mencapai 11.200 kg per sapi per tahun.

Peningkatan produktivitas tahunan mencapai 486 kg susu, yang merupakan rekor selama 20 tahun terakhir, menurut para analis. Secara umum, hasil ini dicapai oleh beberapa pemimpin pasar. Misalnya, Kaiu LT, sebuah perusahaan susu terkemuka di Estonia, telah mencapai kinerja rata-rata 14.500 kg susu.

Industri susu Estonia tidak hanya berkembang pesat di dalam negeri namun juga berhasil meraih kesuksesan di kancah global. Pada tahun 2023, negara ini mengekspor sekitar 211.000 ton susu mentah dan krim untuk diproses lebih lanjut, sehingga memperkuat posisinya sebagai eksportir susu yang signifikan di kawasan ini. Perdagangan yang kuat ini menyumbang hampir seperempat pendapatan pertanian Estonia, dengan nilai produk susu yang diproduksi di negara tersebut mencapai €375 juta pada tahun lalu.

Pada tahun 2023, 241.000 ton produk susu diproduksi dari susu mentah yang dibeli di Estonia, termasuk 104.000 ton susu minum, 52.000 ton keju dan keju cottage, 36.000 ton produk susu fermentasi, dan 4.600 ton mentega, menurut Departemen Statistik. Sebagian besar produk susu juga diekspor, terutama ke negara-negara lain di Uni Eropa.

MENGENAL LEBIH DALAM DISINFEKSI KANDANG, BAGIAN PENTING BIOSEKURITI

Drh Ramdhany Iryanto, Sales Area Senior Manager, PT Sehat Cerah Indonesia, saat diwawancara Infovet mengatakan dalam 5 tahun terakhir peternak sudah sangat menyadari pentingnya biosekuriti dalam menunjang performa produksi. Termasuk pentingnya disinfeksi yang menjadi salah satu bagian dari biosekuriti.

“Peternak juga sudah menerapkan program disinfeksi yang cukup baik pada saat kosong kandang maupun pada saat produksi. Namun tetap dibutuhkan edukasi berkala mengenai kandungan disinfektan dan positioning-nya di farm,” kata Ramdhany.

Custom atau Broad Spectrum?

Raymundus Genty Laras, Head of Department – Technical PT Behn Meyer Chemicals, menjelaskan biasanya orang mendefinisikan disinfektan yang bagus artinya produk yang dikehendaki memiliki kemampuan broad spectrum dengan harga yang relatif murah. Namun broad spectrum kandungan bahan aktifnya biasanya lebih dari satu sehingga harganya lebih mahal dari yang mengandung satu bahan aktif saja.

Bila tidak keberatan dengan harga maka disinfektan broad spectrum bisa menjadi pilihan yang bagus. Namun jika memertimbangkan harga, disinfektan custom bisa menjadi pilihan karena disesuaikan dengan infektan yang dihadapi peternak di farm sehingga bisa lebih hemat.

Prosedur pemilihan disinfektan harus dilakukan berdasarkan diagnosa yang layak dan pantas mengenai keadaan farm. Baru kemudian bisa diputuskan untuk memilih produk disinfektan yang sangkil dan mangkus untuk kendala infektan yang dihadapi oleh farm tersebut.

Ada tiga pihak yang terlibat dalam penerapan disinfeksi sehingga didapatkan produk yang tepat. Pertama dokter hewan mendiagnosa infektan jenis apa saja yang ada di kandang. Juga kemungkinan infektan apa saja yang berasal dari lingkungan atau farm tetangga agar bisa menentukan disinfektan yang tepat.

Animal nutritionist/chemist betugas mendiagnosa klimat (suhu dan kelembaban), permukaan bangunan kandang (apakah banyak pori, sedikit pori, atau tidak berpori sama sekali), kualitas air (pH/air sadah, dll), keamanan kandang (vektor hewan, pekerja, logistik), keadaan lingkungan sekitar (sejarah penyakit, pakan, gudang pakan, dll), dan pendalaman terhadap produk (isi, bahan aktif, dll) agar bisa mencari disinfektan yang tepat.

Sedangkan animal production (farm manager/anak kandang/procurement) mendiagnosa di antaranya sapronak, higienisasi  karyawan, dan cost in price atau informasi produk di market agar menemukan disinfektan yang tepat.

Kemudian agar benar-benar mendapatkan disinfektan yang bagus maka bisa dilakukan cross check pada produk.

”Langkah sederhana, menurut saya, bisa dimulai dengan melihat rekomendasi dari DEFRA, sebuah badan pemberi sertifikasi dari UK bagi produk-produk disinfektan yang beredar di dunia saat ini.” Raymundus menjelaskan.

“Kemudian cek juga substansi-substansi bahan aktif di dalamnya. Bila memiliki hanya satu bahan aktif umumnya bersifat specific spectrum (custom), namun bila memiliki sekumpulan substansi bahan aktif maka cenderung tergolong ke dalam broad spectrum disinfectant. Langkah terakhir kenali apakah disinfektan itu tergolong residual atau non residual, agar tidak keliru saat menggunakan produk-produk tersebut.”

Disinfektan adalah Bagian dari Cuci Kandang

Tergantung tantangan infektan yang dihadapi oleh peternak, makin banyak infektan (bakteri, jamur, virus, dll) maka diperlukan lebih dari satu jenis disinfektan. Hal yang penting diingat adalah disinfeksi hanyalah bagian dari cuci kandang.

Menurut Raymundus, langkah-langkah penerapan biosekuriti cuci kandang yang tepat pada tatalaksana budidaya perunggasan, adalah sebagai berikut:

  • Dry clean (sapu ijuk, sapu lidi, kemoceng, kain lap, vacuum cleaner, dsb).
  • Alkaline foaming detergent (kain pel + obat pel, dsb).
  • Rinse (bilas). Setelah dibilas dicek kembali permukaan keringnya, bila ada debu/bahan organik yang masih menempel pada permukaan, maka kembali lakukan bilas ulang.
  • Saluran air minum diberi disinfektan non residual sesuai dosis yang dianjurkan, pastikan bersih dari biofilm juga.
  • Terapkan semprot basah (wet spray) menggunakan non residual disinfektan dengan dosis yang dianjurkan oleh pembuat produk.
  • Terapkan residual disinfektan untuk penutup, bisa juga dilakukan dengan metode thermal fog.

Hal yang harus diingat adalah gunakan non residual disinfektan terlebih dahulu sebelum menerapkan residual disinfektan untuk menghindari resistansi infektan pada kandang.

Residual Chemistry

Raymundus menjelaskan, “Residual chemistry berarti sisa netto atau jumlah bersih bahan aktif atau saya biasanya pakai istilah biosida, yakni chlorine bebas atau chloramine atau chlorine dioxide dan atau ozone yang menjadi residu setelah proses disinfeksi usai dilakukan. Fungsinya tentu untuk memastikan proses reinfeksi menjadi lama untuk terjadi kembali. Hanya saja sisa molekul bebas ini karena sudah menurun dosisnya maka keampuhannya menjadi berkurang seiring waktu, hal inilah yang di kemudian hari mengakibatkan resistensi pada infektan.”

Untuk menangani resistensi infektan Raymundus menyarankan agar mengaplikasikan penggunaan non residual disinfektan sebelum residual disinfektan, tidak boleh terbalik. Dengan cara tersebut, sisa residual akan segera lenyap mengikuti prose lenyapnya non residual saat penerapan disinfeksi di kandang. Kalau langkahnya terbalik, maka akan menimbulkan resistensi pada infektan.

Waktu yang Tepat Melakukan Disinfeksi dan Penanganan Airborne Disease

Pada dasarnya disinfeksi adalah bagian dari biosekuriti. Filosofinya ada tiga saat menerapkan disinfeksi. Yaitu sebisa dan seharus mungkin mengurangi paparan infektan, sebisa dan seharus mungkin mengurangi kontak antara inang/ternak yang dibudidaya dengan infektan, sebisa dan seharus mungkin meningkatkan ketahanan inang terhadap infektan.

Kapan waktu yang tepat untuk menghindari sakit? Tentu dengan selalu menjaga kesehatan. Konsep ini juga berlaku pada peternakan.

Meskipun banyak yang tidak menyarankan, namun bila infektan hadir di masa produksi maka wajib cari dan pilih disinfektan yang aman diterapkan di masa produksi sesuai dosis yang disarankan. Bila tidak menemukan maka harus diingat bahwa vaksinasi, isolasi, karantina, kendali vektor hama, program suplementasi dan adisi juga bagian dari filosofi biosekuriti. Produk disinfektan hanya satu dari sekian senjata yang harus ada dalam konsep filosofi biosekuriti.

Untuk menangani airborne disease disinfeksi bisa diterapkan pada ventilator atau saluran udara kipas dengan catatan ternak sudah kenyang makan dan minum. Bisa juga diterapkan saat aplikasi misting (pengembunan) dengan jarak dua meter di atas ternak, tidak di-misting langsung ke ternaknya. Bisa menggunakan cold cell pad dengan sirkulasi berkesinambungan. Serta bisa menerapkan misting atap alias dari atas kandang dua kali sehari saat ternak terpapar infektan.

Disinfektan Seperti Apa yang Diinginkan Peternak?

“Jika dilihat dari sudut pandang peternak, pasti yang peternak inginkan adalah disinfektan yang aman bagi peternak, ternaknya dan lingkungannya,” jelas Ramdhany.

“Serta aplikasi yang mudah namun sangat efektif, apalagi jika bicara harga yang terjangkau namun efektif peternak pasti sangat suka. Namun jika bicara idealisme secara teori dan praktik ini yang masih harus diedukasikan kepada peternak secara berkala. Dan ini menjadi tugas kita semua sebagai stake holder di dunia peternakan.”

Produk-produk disinfektan yang beredar saat ini sudah banyak yang ramah lingkungan dan aman bagi penggunanya. Salah satunya adalah produk yang didistribusikan oleh SCI yaitu Neogen® Viroxide Super. (NDV)

KENAPA AYAM KANIBAL DAN CARA MENGATASINYA

Kanibalisme ayam memang merupakan sifat alami dari ayam agar bisa bertahan hidup. Namun ayam kanibal di peternakan akan menjadi masalah.

Ayam akan saling mematuk dengan ayam lain dan bahkan memakan telurnya sendiri. Sehingga sering didapati ayam yang kanibal tubuhnya luka-luka. Di sisi lain telur akan rusak sehingga mengurangi produktivitas.

Kenapa ayam kanibal? Ada beberapa penyebab mengapa ayam kanibal dan cara mengatasinya, yaitu berikut ini:

Kepadatan Tinggi

Jika kepadatan ayam dalam kandang tinggi maka suhu meningkat. Ayam akan berusaha mendapatkan tempat yang nyaman yang suhunya lebih rendah dan bisa berebut satu sama lain. Ketika berebut ayam akan saling mematuk untuk mengusir dan mencegah ayam lain mendapatkan tempat tersebut.

Cara mengatasinya lakukan penjarangan sehingga tercapai jumlah ideal ayam per meter perseginya. Maka ayam akan lebih nyaman hidup di bagian kandang manapun.

Umur Tidak Seragam

Ayam yang lebih dewasa biasanya cenderung menyerang ayam yang lebih muda. Karena itu sebaiknya ayam dipisah berdasarkan umurnya agar lebih seragam. Selain menghindari kanibalisme juga menghindari dominasi yang bisa mengakibatkan ayam muda kesulitan mendapatkan makan dan minum.

Suhu Kandang Terlalu Tinggi

Sehingga ayam terkena heat stress dan mereka mengatasinya salah satunya dengan berebut mencari tempat yang nyaman. Penyebab suhu kandang tinggi selain kepadatan juga bisa karena ventilasi yang buruk, jumlah kipas kurang, dsb. Cara mengatasinya jaga agar suhu dan kelembaban kandang selalu sesuai dengan kebutuhan ayam sehingga ayam selalu nyaman.

Ayam Kekurangan Mineral

Akibatnya pada ayam broiler akan mematuk pial, bulu, dan jari kaki ayam lainnya untuk mendapatkan tambahan kalsium. Dalam kasus yang parah kanibalisme ini bisa menyebabkan kematian. Sedangkan pada ayam petelur akan mematuk telur untuk mendapatkan tambahan kalsium.

Cara mengatasinya beri ayam pakan dan minum sesuai kebutuhan, baik jumlahnya maupun nutrisinya yang seimbang.

Tempat Makan dan Minum Tidak Mencukupi

Baik jumlahnya maupun persebarannya. Sehingga memicu ayam untuk berebut dan berkelahi saling mematuk memperebutkan akses ke tempat makan dan minum. Cara mengatasinya tentu dengan menyediakan tempat makan dan minum yang cukup dan diletakkan merata di seluruh kandang.

Terkena Parasit

Parasit yang ada di tubuh ayam seperti pinjal, kutu, dan sejenisnya akan membuat ayam terasa gatal tubuhnya. Sehingga dia akan mematuki tubuhnya sendiri dan bisa hingga berdarah. Solusinya jaga kebersihan dan biosekuriti, jika ayam terlanjur terkena parasit konsultasikan pada ahli untuk dicarikan solusi mungkin dengan pengobatan, disinfeksi dan semacamnya.

Faktor Genetik

Jika induk ayam bersifat kanibal maka kemungkinan sifatnya itu bisa menurun pada anak-anaknya. Faktor genetik ini berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lain dari strain ayam yang sama, apalagi jika strain-nya berbeda. Cara mengatasinya adalah melakukan manajemen peternakan yang baik dan menjaga kandang selalu nyaman bagi ayam.

Jadwal Pemberian Pakan

Pemberian pakan yang tidak teratur waktunya bisa berpotensi membuat ayam menjadi kanibal. Salah satu sebabnya karena ayam bisa kelaparan, kekurangan nutrisi akibat jadwal makan yang berantakan. Solusinya tentu berikan ayam makan dan minum secara teratur sesuai rekomendasi ahli.

Selain beberapa solusi di atas juga ada cara lain untuk mengatasi dan mencegah ayam kanibal. Yatu potong paruh (debeaking), paruh ayam dipotong sedikit agar tidak melukai ayam lain ketika mematuk.

Debeaking juga untuk efisiensi pakan, dimana ayam makannya menjadi tidak berceceran pakannya. Lakukan debeaking dengan panduan ahli baik kapan waktunya dan seberapa paruh yang dipotong.

QATAR MENGOLAH LIMBAH MAKANAN UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN PADA PAKAN IMPOR

Sekelompok ilmuwan Qatar meluncurkan teknologi pengolahan sisa makanan, seperti buah-buahan dan sayuran, menjadi protein mikroba untuk industri pakan. Proyek ini merupakan secercah harapan bagi negara ini, yang sedang mencari cara untuk mengurangi ketergantungan pada pakan impor untuk industri peternakan yang sedang berkembang.

Dr Kashif Rasool, ilmuwan keberlanjutan dan lingkungan di Institut Penelitian Lingkungan dan Energi Qatar dan salah satu penggagas proyek menyatakan bahwa Qatar sangat membutuhkan sumber protein yang lebih berkelanjutan dan hemat biaya untuk produksi pakan ternak.

Dia menyatakan bahwa hampir sepertiga produk pangan dalam rantai pasokan global rusak sebelum sampai di meja bea cukai. Studi menunjukkan bahwa jumlah makanan yang dibuang oleh negara-negara kaya setara dengan total produksi pangan di Afrika dan Afrika Sub-Sahara.

Teknologi tersebut, yang pengembangannya didanai oleh Kementerian Kota dan Dana Penelitian Nasional Qatar, bertujuan untuk merevolusi praktik pengelolaan sampah dengan mengubah sampah organik menjadi pakan protein, katanya.

Solusi yang dikembangkan melibatkan penggunaan biogas sebagai substrat untuk fermentasi mikroba, mengubah biometana menjadi protein mikroba. Para ilmuwan belum memberikan rincian tambahan tentang teknologi mereka, termasuk jenis bakteri yang akan mereka gunakan.

“Dengan menggunakan metana sebagai bahan baku produksi protein mikroba, pendekatan ini mengatasi emisi dari pertanian dan menyediakan sumber protein yang berkelanjutan dan hemat biaya,” klaim Dr Rasool.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk bekerja dengan masyarakat lokal, perusahaan dan pemangku kepentingan di sepanjang rantai nilai untuk menyelesaikan teknologi dan meluncurkan penggunaan industri, tanpa memberikan kerangka waktu yang konkret.

Karena langkanya sumber air dan lahan kering, Qatar mengimpor 90% makanannya. Negara ini telah lama berjuang untuk menurunkan angka ini. Negara ini memperkenalkan Program Ketahanan Pangan Nasional Qatar pada tahun 2009 dengan tujuan meningkatkan swasembada dari 10% menjadi 70% pada tahun 2023. Ambisi diturunkan menjadi 40-60% pada edisi berikutnya dari rencana tersebut, namun target tersebut pun tidak tercapai. .

Dr Rasool juga menekankan bahwa proyek ini merupakan teknologi paling menjanjikan bagi industri pakan di Qatar.

Dr Fares Al-Momani, profesor teknik kimia di Universitas Qatar dan salah satu penggagas proyek tersebut, mengatakan bahwa hasil uji coba pertama cukup menjanjikan. Teknologi tersebut terbukti efektif dalam memproduksi bioprotein dari campuran limbah pertanian, antara lain buah-buahan dan sayuran busuk.

“Protein mikroba adalah sumber protein berkualitas tinggi yang mudah dicerna dan mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan hewan, yang berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka, sehingga menghasilkan produktivitas dan profitabilitas yang lebih baik,” kata Dr Fares Al-Momani.

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer