-->

GEGAP GEMPITA CHICK DAY 2024

 

CHICK Day 2024, Sukses Digelar Dengan Meriah
(Foto : CR)


PT Ceva Indonesia selaku salah leading company dalam bisnis kesehatan hewan sukses melangsungkan acara tahunannya yakni CHICK DAY 2024. Terasa lebih spesial, acara tersebut sekaligus merayakan 20 tahun kiprah Ceva di Indonesia.

CHICK DAY 2024 berlangsung di Trembesi Hotel, BSD, Tangerang Selatan pada Rabu 12 Juni 2024 yang lalu. Dalam sambutannya Country Director PT Ceva Animal Health Indonesia Drh Eddy Purwoko mengatakan bahwa CHICK DAY adalah event tahunan dimana Ceva mengapresiasi pelanggan serta berbagi perkembagan teknologi dan inovasi baru di bidang perunggasan.

Tema yang diusung dalam CHICK 2024 kali ini “Navigating the future hatchery vaccination solution through sustainable innovations”. Sejalan dengan tema tersebut, Eddy menyatakan kebanggaannya dapat menjadi partner bagi para stakeholder perunggasan di Indonesia.

“Tidak terasa dimulai sejak 2006 kami memperkenalkan konsep hatchery vaccination. Inovasi kami tidak berhenti sampai disitu, kami juga berinovasi dalam efisiensi di hatchery nantinya aka nada vaksinasi in ovo dan teknologi lain yang dapat meningkatkan efisiensi,” tutur Eddy.

Inovasi Yang Efisien Nan Ramah Lingkungan

Acara dibuka dengan talkshow yang membahas mengenai inovasi berkelanjutan pada aspek vaksinasi di hatchery dalam mendukung produktivitas flok. Dalam mencapai hal tersebut Dr Mustafa Seckin Sandikli selaku Global Marketing Manager Ceva memaparkan secara ringkas.

“Industri perunggasan yang baik harus dapat memberi dampak positif bagi aspek sosial, ekonomi, serta lingkungan. Isu lingkungan beberapa waktu belakangan kerap kali dibicarakan, oleh karenanya kami mendukung hal tersebut. Dimana kami menciptakan produk yang bermanfaat, bagi hewan, manusia dan lingkungan,” tutur Mustafa.

Ia melanjutkan, bahwa pengejawantahan dari inovasi dan Solusi yang ditawarkan oleh Ceva yakni melalui produk dan teknologi yang mereka miliki. Produk vaksin dan equipment milik Ceva sangat efisien sehingga berdampak besar dan menjadi game changer dalam industry perunggasan.

“Yang menjadi nilai tambah dari produk kami adalah efisiensi. Misalnya dalam hal vaksinasi, kami menawarkan konsep Less is More yang mana dapat menyederhanakan program vaksinasi pada ayam sehingga meminimalisir stress dan meningkatkan performanya,” tutur Mustafa.

Sukses Mengendalikan Penyakit Penting di Indonesia

Drh Ayatullah M Natsir selaku Poultry Business Unit Manager PT Ceva Animal Health Indonesia menjabarkan mengenai keadaan penyakit unggas di Indonesia dalam Talkshow sesi kedua.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Ceva melalui program GPS-nya, ada 5 penyakit yang mendominasi yakni CRD, CRD kompleks, IB, ND, dan koksidiosis. Kesemuanya masih sering ditemui oleh tim Ceva di berbagai peternakan di penjuru nusantara.

“Infectious Bronchitis (IB) misalnya, secara diam – diam ternyata kasusnya cukup banyak terjadi di Indonesia baik di peternakan broiler komersil maupun breeding farm. Tentu ini merupakan ancaman yang harus dihadapi oleh para peternak,” tutur Ayatullah.

Hal tersebut diamini oleh Dr Marcelo Paniago karena IB merupakan kasus yang paling banyak dilaporkan di Asia. Tentunya penyebaran IB semakin cepat pula karena karakteristik dari industry perunggasan sendiri Dimana fasilitas produksi yang jaraknya terlalu dekat, sehingga memudahkan penyebarannya. Selain itu Marcelo juga mengatakan bahwa IB akan memperparah kondisi ayam yang terinfeksi AI dari jenis H9N2.

“Kita butuh strategi yang cermat dalam program vaksinasi IB, Vaksinasi di hatchery menggunakan IB Massachusett atau IB klasik tidak cukup memberikan proteksi untuk tantangan IB yang ada saat ini di Indonesia yang meliputi beberapa serotipe,” tutur dia.

Selain itu kata Marcelo diperlukan pendekatan heterolog yaitu pemberian vaksinasi IB yang sifatnya broad spectrum. Ceva saat ini memilik vaksin IB Massachusett dan IB varian yaitu Cevac IBird® yang diaplikasikan di hatchery.

Penggunaan Cevac IBird® dan IB Massachusett bersamaan mampu memberikan proteksi terhadap berbagai serotipe IB yang ada di indonesia. Cevac IBird ® juga mampu mengurangi jumlah virus yang ada di lapangan, menurunkan kematian dan meningkatkan FCR.

Lain IB lain ND, penyakit yang masih menjadi momok bagi perunggasan sejak zaman baheula tersebut nampaknya masih kerasan di Indonesia. Menurut Dr Mustafa Seckin, ada tiga hal yang harus diaplikasikan secara apik untuk mengendalikan ND yakni biosekuriti, vaksinasi, dan manajemen pemeliharaan.

Selain itu karakteristik virus ND cukup menyulitkan karena pada saat dilakukan vaksinasi ada intervensi antara passive immunity (Maternal Antibody) dengan vaksin konvensional yang menurunkan kinerja dan efektivitas vaksin.

“Ceva sendiri sejak tahun 2018 sudah membuktikan bahwa Produk vaksinnya yakni Vectormune® ND, vaksin vektor yang menggabungkan virus donor yaitu ND. Kemudian protein F yang berasal dari donor disisipkan di virus vektor, yang menggunakan Herpes Virus Turkey (Marek) telah berhasil mengendalikan ND di Indonesia sejak 2018,” tutur Mustafa.

Diperkuat oleh data yang dibeberkan Ayatullah, Ceva pernah melakukan penelitian pada 5 ayam yang memiliki antibodi maternal cukup tinggi, kecuali kelompok kelima semuanya divaksinasi di hatchery. Kelompok pertama menggunakan ND killed genotipe VII dan ND/IB live, kelompok kedua concentrated ND killed dan ND/IB live, kelompok ketiga Vectormune® ND dan ND/IB live, serta kelompok keempat ND/IB live.

Pada umur 25 hari diuji tantang dengan virus ND genotipe VII. Hasilnya kelompok Vectormune® ND memberikan proteksi jauh lebih tinggi dibanding vaksin ND killed, memberikan reaksi antibodi dan kekebalan lebih cepat.

Hal itu disebabkan Vectormune® ND memiliki Cellular Mediated Immunity. Sehingga ketika ayam terinfeksi ND, sel-selnya di dalam tubuh ayam dirusak maka virus yang dikeluarkan dari tubuh ayam semakin berkurang sehingga mencegah shedding.

Selain IB dan ND, Gumboro alias Infectious Bursal Disease (IBD) juga masih menjadi ancaman karena seringkali bersfiat subklinis, hal tersebut disampaikan oleh Ayatullah. Selain aspek agen penyebab, IBD juga kerap kali sulit dikendalikan karena karekteristik vaksin yang ada di pasaran berbeda dan bisa dibilang “keras” untuk ayam. Ceva sendiri memiliki vaksin IBD dengan teknologi immune complex yang bernama Transmune®.

“Tidak semua vaksin imun kompleks itu sama. Masing-masing memberikan waktu proteksi yang berbeda-beda dan Transmune® memiliki proteksi cukup cepat. Namun ketika menggunakan vaksin yang memberikan klaim lebih cepat harus hati-hati terhadap keamanannya terutama untuk ayam dengan antibodi maternal rendah,” ujar Ayatullah.

Vaksin lainnya yang memberikan proteksi lebih cepat ternyata merusak bursa lebih cepat. Tidak menguntungkan karena sel B yang ada di bursa akan rusak, memberikan efek negatif pada penggunaan vaksin lainnya terutama vaksin ND.

Transmune® mampu memberikan proteksi terhadap semua strain virus IBD yang ada di dunia. Mampu memberikan kontrol terhadap sub klinis dan juga klinis dari IBD. Terbukti aman ketika diberikan bersamaan dengan Vectormune® ND.

Tidak berhenti sampai disitu, selain Transmune® Ceva juga telah mengeluarkan inovasi produk terbaru dalam mengendalilan IBD yakni Nextmune® sejak 2023 yang lalu. Nextmune® adalah vaksin beku imun kompleks IBD dari Strain Winterfield 2512 terikat dengan antibodi spesifik yang disebut Virus Protecting immunoglobulins yang dapat dilakukan di hatchery dengan aplikasi in-ovo atau subkutan.

Beberapa keuntungan yang didapat dengan menggunakan Nextmune® yakni melindungi ayam dari semua strain IBD, mencegah tantangan dari siklus ke siklus, serta memutus shedding virus di lapangan.

Dari segi equipment inovasi Ceva juga tak kalah mumpuni. Disampaikan oleh Chalermchai Skulphuek selaku Vaccination Services and equipment Manager Ceva Asia, bahwa vaksinasi di hatchery telah membawa dampak yang signifikan di seluruh dunia.

“Lebih efisien, ekonomis, keseragaman yang baik, serta memberikan kekebalan yang baik. Hal ini yang makin membuat kami bersemangat berinovasi di sektor ini,” tuturnya.

Kedepannya menurut Chalermchai, teknologi vaksin in-ovo milik Ceva diharapkan bakal menjadi masa depan dalam industry perunggasan yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Ceva juga tak akan berhenti untuk menelurkan inovasi selanjutnya dalam vaksinasi di hatchery.

Industri Perunggasan Berkelanjutan

Salah satu narasumber yang hadir dalam CHICK Day 2024 yakni Prof Ali Agus, guru besar Fapet UGM yang diwakili oleh Moh Sofi’ul Anam. Dalam pemaparannya ia menyebut industry perunggasan sebagai industry penghasil protein hewani mayoritas di Indonesia. Namun begitu masih banyak kendala di dalamnnya.

“Dari sisi ekonomi, disparitas harga produksi dan harga jual masih menjadi isu. Dari segi sosial, isu resistensi antimikroba juga disoroti, sedangkan dari sisi lingkungan tak jarang terjadi konflik antara warga dengan peternakan ayam. Hal ini hanya bisa diatasi apabila terjadi kolaborasi yang apik dari semua stakeholder,” tuturnya.

Oleh karenanya ia mengimbau kepada seluruh stakeholder perunggasan agar menjalin Kerjasama yang apik dan saling menguntungkan, mengingat pentingnya sektor ini dalam berkontribusi bagi negeri dalam menyumbang protein hewani dalam membangun bangsa. (INF)















GRATIS, IKUTI WEBINAR NASIONAL RISNOV TERNAK #4

Bapak/Ibu/Saudara/i dalam rangka menyemarakkan Hari Susu Nusantara, segera daftar WEBINAR NASIONAL RISNOV TERNAK #4 “Konsumsi Susu Meningkat, Pengembangan Ternak Perah Terhambat?”

Kolaborasi Majalah INFOVET bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

  • Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juni 2024
  • Waktu : 09.00 - 11.30 WIB
  • Sambutan dari BRIN:
    Dr. Puji Lestari (Kepala OR Pertanian dan Pangan)
    Dr. drh. Herdis, M.Si. (Plt. Kepala Pusat Riset Peternakan)

Narasumber & Topik:

  1. Bapak Dedi Setiadi "Tantangan dan Peluang Usaha Sapi Perah"
  2. Ir. Lisa Praharani, M.Sc., Ph.D (Peneliti BRIN) "Pengembangan Sapi Perah"
  3. Ir. Dwi Yulistiani, M.Sc., Ph.D. (Peneliti BRIN) "Budidaya Kambing Perah Berbasis Pakan Lokal"
  4. Moderator: Ir. Anneke Anggraeni, M.Si., Ph.D.( Peneliti BRIN)

Info pendaftaran klik : https://bit.ly/webinarINFOVET_BRIN

BABINSA BUKIT DATUK SOSIALISASIKAN PMK KE PETERNAK

Serda Andri Widodo Bersama Peternak
(Foto : Istimewa)


Kamis, 20 Juni 2024, Babinsa Kelurahan Buluh Datuk, Kecamatan Dumai Selatan, Serda Andri Widodo, melaksanakan sosialisasi pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di kandang ternak milik Rudi di RT 28. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Koramil-01/Dumai - Kodim 0320/Dumai untuk menjaga kesehatan ternak di wilayah tersebut.

 

Dalam sosialisasi tersebut, Serda Andri Widodo menekankan pentingnya menjaga kebersihan kandang agar ternak tetap sehat dan terhindar dari penyakit.

 

"Kebersihan kandang adalah kunci utama dalam mencegah penyebaran PMK," kata Serda Andri Widodo.

 

Ia juga memberikan berbagai tips praktis kepada peternak untuk memastikan lingkungan kandang selalu bersih dan steril.Serda Andri Widodo juga mengingatkan Rudi dan peternak lainnya untuk rutin memeriksa kesehatan ternak mereka.

 

"Pemeriksaan rutin sangat penting untuk mendeteksi gejala PMK sedini mungkin sehingga bisa segera ditangani," tambahnya.

 

Ia menyarankan agar peternak segera melaporkan ke pihak terkait jika menemukan tanda-tanda penyakit pada ternak mereka. Koramil-01/Dumai - Kodim 0320/Dumai telah berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai PMK kepada para peternak di wilayahnya.

 

"Kami akan terus mendampingi peternak dalam menjaga kesehatan ternak mereka, karena kesehatan ternak berdampak langsung pada perekonomian warga," ujar Serda Andri Widodo.


Rudi, pemilik kandang di RT 28, menyambut baik kegiatan sosialisasi ini.

 

"Kami sangat terbantu dengan adanya sosialisasi dari Babinsa. Ini menambah pengetahuan kami tentang cara mencegah penyakit dan menjaga ternak tetap sehat," kata Rudi.

 

Kegiatan sosialisasi ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, di mana para peternak dapat berkonsultasi langsung dengan Babinsa mengenai masalah kesehatan ternak yang mereka hadapi.

 

"Interaksi langsung seperti ini sangat efektif dalam menyampaikan informasi, karena peternak bisa langsung mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka," tutup Serda Andri Widodo. (INF)

 

    DIARE GANAS SAPI BISA MENGGANAS

    Anak sapi bisa mengalami infeksi persiten BVDV dari induk terinfeksi. (Foto: Dok. Sulaxono)

    Penyakit diare ganas pada sapi (DGS) atau bovine viral diarrhea (BVD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus BVD. Penyakit viral ini bisa menyerang pada semua jenis dan ras sapi pada semua tingkatan umur dan jenis kelamin.

    Penyakit ini masih menimbulkan wabah pada beberapa daerah di Indonesia, terutama pada saat sapi mengalami stres karena perubahan cuaca atau akibat perjalanan jauh.

    Infeksi BVDV menyebabkan kerugian ekonomi akibat kematian dan penurunan harga jual sapi saat terjadi wabah. Penurunan harga terjadi karena kepanikan peternak, ketakutan peternak terhadap kematian sapi, sehingga dimanfaatkan oleh pedagang yang membeli dengan harga murah.

    Bila terjadi infeksi BVDV saat sapi betina bunting akan menyebabkan penularan vertikal pada fetus. Kematian bisa terjadi pada fetus atau kecacatan pada pedet. Infeksi BVDV saat sapi betina bunting menyebabkan terjadinya infeksi persisten pada pedet yang lahir.

    Virus BVD merupakan pestivirus yang termasuk keluarga flaviviridae. Sapi yang terinfeksi BVDV akan mengalami diare profus atau diare encer, lemas, dan mati. Kematian akan terjadi karena sapi mengalami kekurangan cairan elektrolit akibat diare hebat.

    Penyakit cepat menular di antara populasi sapi pada satu area padang penggembalaan. Beberapa sapi akan menunjukkan gejala klinis yang sama yaitu diare profus, diare dengan tinja encer, dan pada tahap akhir diikuti bau busuk, berwarna gelap, bahkan bercampur darah akibat kerusakan lapisan mukosa usus dan kerusakan pada vili-vili usus.

    BVDV menimbulkan infeksi persisten pada sapi karena virus dapat menular ke fetus sapi saat induk terinfeksi virus ini dalam kondisi bunting. Fetus sapi terinfeksi melalui plasenta induk dan infeksi pada induk yang bunting berpotensi menimbulkan adanya infeksi persisten pada pedet (Jaruvan K. et al., 2007; Camilia C. M, et al., 2016).

    Beberapa hasil penelitian mengungkap bahwa BVDV masih bisa ditemukan pada pedet walaupun sudah mendapatkan kolostrum dari induknya. Virus BVD ditemukan juga pada pedet-pedet yang terlahir dari induk bunting yang terinfeksi. Kondisi ini yang disebut dengan terjadinya infeksi persisten, tertular dari induk ke anaknya.

    Infeksi BVDV pada sapi bisa berdampak pada reproduktif sapi, disamping terjadinya kematian pada sapi terserang dan penularan pada sapi lain yang sehat. Infeksi BVDV juga bisa mengakibatkan terjadinya keguguran atau keluron pada sapi bunting. Keluron pada sapi bunting dapat mencapai angka hingga 22% (Brownlie J. et al., 1998). Kerugian ekonomi pada sapi potong akibat infeksi BVDV mencapai angka 18-40% (McGowan M. A. et al., 1995).

    Infeksi BVDV bisa mengakibatkan munculnya infeksi skunder bakterial atau terganggunya hasil vaksinasi penyakit lainnya karena sifat imunosupresif seperti penyakit Jembrana. Kegagalan vaksinasi penyakit lain, tidak terbentuknya kekebalan hasil penyakit lainnya akibat dari adanya infeksi BVDV, imunitas vaksinasi penyakit lain bisa gagal karena adanya infeksi BVDV, menekan terbentuknya antibodi hasil vaksinasi.

    Kenali Gejala Klinis
    Berbeda dengan penyakit Jembrana yang hanya menyerang sapi Bali dan juga sama-sama ditandai dengan terjadinya diare, infeksi BVDV menyerang... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024.

    Ditulis oleh:
    Ratna Loventa Sulaxono
    Medik Veteriner Pertama, Loka Veteriner Jayapura
    &
    Sulaxono Hadi
    Medik Veteriner Madya, purna tugas di Kota Banjarbaru

    UNGGAS DI PASAR ESTONIA TERINFEKSI BAKTERI SUPER, MENURUT SEBUAH PENELITIAN

    Daging unggas impor di pasar Estonia terkontaminasi bakteri campylobacter yang resisten terhadap antibiotik dan berpotensi membahayakan konsumen, demikian laporan seorang peneliti.

    “Studi saat ini mengungkapkan bahwa daging ayam broiler asal Lituania dan Latvia yang dijual di toko ritel Estonia terkontaminasi oleh Campylobacter spp yang sangat resisten,” kata Triin Tedersoo, peneliti dari Estonian University of Life Sciences.

    Temuan penelitian ini mengkhawatirkan: 90,2% strain Campylobacter yang diisolasi dari daging ayam broiler pada tahun 2018-2019 resisten terhadap satu atau lebih antimikroba. Artinya, sebagian besar unggas di pasar Estonia berpotensi membahayakan konsumen. Sebaliknya, isolat Campylobacter dari daging ayam broiler segar asal Estonia sensitif terhadap semua antimikroba yang diuji, sehingga menyoroti perlunya praktik yang lebih baik dalam industri unggas.

    Profil AMR isolat daging ayam broiler Lituania tumpang tindih dengan profil AMR yang diisolasi dari manusia di Estonia.

    Tedersoo menyimpulkan bahwa daging ayam broiler Lithuania dan Latvia yang dijual di toko ritel Estonia terkontaminasi Campylobacter spp yang sangat resisten. Tidak hanya daging ayam yang ditemukan terinfeksi bakteri super, namun penelitian tersebut mengungkapkan bahwa babi adalah pembawa C. coli yang resistan terhadap antimikroba, meskipun para peneliti belum mengatakan apa pun tentang asal usul produk yang terinfeksi tersebut.

    Peringatan ilmuwan tersebut jelas: mengonsumsi unggas yang terkontaminasi bakteri resisten antibiotik dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Hal ini menjadi perhatian publik dan harus segera diatasi.

    “Bakteri yang resisten terhadap antimikroba dalam makanan dapat menjangkau konsumen dan menimbulkan ancaman bagi kesehatan mereka. Untuk mengurangi kejadian resistensi antimikroba pada Campylobacter spp., sangat penting untuk mematuhi pedoman pengobatan untuk manusia dan hewan, serta menerapkan praktik yang benar di tingkat peternakan,” kata Tedersoo.

    Organisasi industri unggas Latvia dan Lituania belum bereaksi terhadap hasil penelitian tersebut.

    Bakteri super merupakan masalah yang semakin meningkat dalam industri peternakan global, dan terkait erat dengan isu penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab.

    Sebanyak 127,840 kasus campylobacteriosis manusia yang dikonfirmasi dilaporkan pada tahun 2021, dengan tingkat pemberitahuan 41,1 per 100,000 orang di UE. Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli adalah spesies Campylobacter utama yang masing-masing menyebabkan 80% dan 10% infeksi pada manusia. Mayoritas Campylobacter spp. infeksinya ringan dan dapat disembuhkan dengan sendirinya.

    Namun, hal ini dapat mengakibatkan penyakit sistemik yang parah atau kematian pada anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan individu dengan sistem kekebalan yang lemah, Tedersoo memperingatkan.

    DINAS PETERNAKAN KALTIM BERIKAN BANTUAN AYAM GRATIS UNTUK ENTASKAN KEMISKINAN

    Memelihara Ayam Kampung Diharapkan membantu Perekonomian Masyarakat
    (Sumber : Istimewa)


    Sebagai bagian dari upaya untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU),  Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memberikan bantuan ayam ternak kepada masyarakat setempat. 

    Hal ini disampaikan Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian PPU Ristu Pramula. 

    "Bantuan ayam ternak harus dipelihara sampai berkembang biak, tidak boleh langsung dijual," kata  Pramula  melansir dari Antaranews.com Rabu (19/6/2024).

    Bantuan yang diberikan itu berupa ayam ternak jenis ayam kampung berusia empat minggu, serta kandang, dan pakan ayam.

    Selanjutnya Dinas Pertanian PPU bakal menyalurkan bantuan kandang dan pakan ayam terlebih dahulu kepada keluarga penerima manfaat. 

    "Setelah itu, tahap kedua disalurkan bantuan ayam ternak sebanyak 25 ekor untuk masing-masing warga penerima bantuan," ujarnya.

    Bantuan diberikan kepada sebanyak 40 kepala keluarga (KK) sesuai data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Dinas Sosial PPU. Ditargetkan bantuan yang bersumber dari Pemerintah Kalimantan Timur itu bisa dibagikan pada akhir Juni 2024.

    "Setelah Iduladha bantuan itu kami salurkan kepada penerima manfaat dan paling lambat ditarget akhir bulan Juni 2024 sudah dilakukan penyaluran bantuan," sebut Pramula lagi

     "Bantuan itu diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan ekstrem secara permanen, kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dengan mengelola batuan secara baik," pungkasnya. (INF)

    RENCANA PEMKAB SIGI BANGUN RPH

    Rumah Pemotongan Hewan, Sarana Pemenuhan Daging yang ASUH
    (Foto : Istimewa) 


    Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), meningkatkan nilai produksi peternak di wilayah itu dengan menjual daging beku keluar daerah atau kabupaten/kota di Sulteng.

    "Alhamdulillah tahun ini kami melalui proyeksi Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Sigi mendapatkan pembangunan dua rumah potong hewan (RPH) untuk sapi, sehingga kedepannya pemerintah daerah tidak lagi menjual ternak hidup lagi melainkan dalam bentuk daging beku," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sigi Ihsan, Selasa.

    Ia menuturkan saat ini pihaknya sedang melakukan proses lelang untuk pembangunan rumah potong hewan di wilayah itu.

    "Kami lagi berusaha untuk melengkapi fasilitas di rumah potong hewan di Kabupaten Sigi, Insya Allah setelah terbangun maka akan segera dilengkapi fasilitas untuk ruang pendinginnya guna mencetak daging beku," ujarnya.

    Dia menambahkan, dengan menjual daging beku maka dapat meningkatkan nilai produk ternak di Kabupaten Sigi.

    "Kedepannya kita berharap tidak lagi mengirim ternak hidup entah itu daging sapi maupun daging babi, jadi yang dikirim adalah daging beku sehingga lama penyimpanannya itu lebih awet," sebutnya.

    Adapun daging beku itu nantinya perlahan akan masuk ke swalayan dan mini market di Kota Palu dan kabupaten sekitarnya. 

    "Bisa jadi daging-daging beku ini akan masuk ke swalayan yang ada di Kota Palu dan kabupaten lainnya di Sulteng, karena memang saat ini pasokan daging beku di Sulteng masih dari luar daerah, " tuturnya. 

    Menurutnya, dana alokasi khusus untuk perbaikan dan pembangunan rumah potong hewan di Sigi sebesar Rp2 miliar.

    "Pasca bencana 2018 silam mengakibatkan rumah potong hewan yang ada rusak dan tahun ini ada alokasi DAK untuk rehabilitasi RPH itu masing-masing rumah potong hewan sebesar Rp2 miliar, sehingga totalnya Rp4 miliar dan dana itu fokus memperbaiki sarana prasarana tempat pemotongan tersebut, " ujarnya.

    Ia berharap akhir tahun 2024 rumah potong hewan di Sigi sudah dapat kembali beroperasi.

    "Untuk pembelian mesin pembeku daging masih terus diusahakan apakah menggunakan dana APDB atau dilengkapi pada tahun 2025, pada dasarnya untuk kelengkapan rumah potong hewan ini sudah final tahun ini," kata Ihsan. 

    Sebelumnya diketahui rumah potong hewan sapi itu berada di Desa Beka, Kecamatan Marawola dan pemotongan hewan jenis babi di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru. (INF)

    CIRI-CIRI DAGING AYAM KAMPUNG

    Daging ayam kampung mempunyai beberapa ciri khas tersendiri. Untuk lebih memudahkan mengenali ciri-ciri daging ayam kampung, berikut ini adalah perbandingan ciri daging ayam kampung dengan daging ayam broiler.

    Tekstur

    Daging ayam kampung mempunyai tekstur yang lebih liat, lebih keras, apalagi jika ayamnya berusia tua. Sedangkan daging ayam broiler lebih lunak. Perbedaannya terasa sekali jika daging kedua jenis ayam tersebut dipegang dan ditekan.

    Tekstur kulit ayam kampung juga lebih liat dan lebih tidak mudah sobek, juga rendah lemak. Sedangkan kulit ayam broiler lebih lembek dan lebih mudah sobek, lemaknya juga lebih tinggi.

    Warna

    Warna daging ayam kampung lebih gelap dibanding daging ayam broiler yang lebih terang. Karena hemoglobin pada ayam kampung lebih tinggi, yaitu protein yang mengandung zat besi yang memberi warna merah pada darah.

    Bentuk dan Ukuran Tubuh

    Dibanding ayam broiler ukuran tubuh ayam kampung lebih langsing. Tulangnya lebih panjang sehingga tubuhnya juga lebih panjang. Bentuk atau posturnya juga lebih tegap atau lebih gagah.

    Sedangkan tubuh ayam broiler lebih gemuk, tampak lebih besar. Juga lebih pendek karena tulangnya lebih pendek. Karena itu posturnya juga terkesan pendek gemuk.

    Dada dan Ceker

    Ciri daging ayam kampung juga bisa dilihat cukup jelas dari daging dadanya. Ayam kampung bagian dadanya lebih kurus karena daging dadanya lebih tipis. Sedangkan ayam broiler daging dadanya lebih tebal sehingga terlihat lebih penuh.

    Sedangkan ceker ayam kampung lebih panjang dari ceker broiler.

    MEMILIH SUKSES: NABUNG CEMPE ATAU MEMULAI DARI 10 INDUKAN

    Usaha peternakan kambing. (Foto: Istimewa)

    Ladang usaha di bidang peternakan dari dulu hingga ke depan masih tetap menjanjikan keuntungan. Selama orang masih mau konsumsi daging dan telur, usaha peternakan akan tetap ada. Asal mau bekerja keras, ulet, dan pantang menyerah, usaha sektor ini bisa dijadikan ladang rezeki yang berlimpah.

    Bagi yang masih takut membuka usaha ternak ayam petelur atau pedaging broiler, karena harga sering jatuh-bangun, maka usaha ternak kambing dan domba bisa jadi pilihan.

    Untuk pemula, banyak peternak yang sudah berhasil menyarankan memulainya dari ternak penggemukan. Menjadi breeder atau penyedia bibit sebaiknya dilakukan pada tahap berikutnya, karena banyak seluk-beluk dan risiko yang menghadang.

    Di media sosial saat ini muncul tren istilah “Nabung Cempe”, artinya menabung anak kambing. Di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, sudah banyak masyarakat yang menjalani nabung cempe. Dengan memelihara anak kambing umur sekitar lima bulan, lalu dijual kembali setelah ternak berumur satu tahun, hasilnya cukup besar. Dengan modal 10 ekor cempe harga Rp 500 ribu/ekor, dalam waktu tiga tahun bisa jadi jutawan. Bagaimana bisa?

    “Hitungan sederhananya begini. Modal saya Rp 5 juta untuk 10 ekor cempe, cari harga cempe yang rata-rata Rp 500 ribu. Dibesarkan selama enam bulan, bisa dijual Rp 1 juta per ekor dan hasilnya Rp 10 juta. Uang ini saya belikan lagi 20 ekor cempe, setelah enam bulan bisa dijual semua Rp 20 juta. Begitu seterusnya, asal uangnya terus diputar dan jangan diambil dulu, insyaallah hasilnya besar,” ujar Mardani, warga Banyuwangi yang kini sudah membuktikan nabung cempe, kepada Infovet.

    Sekilas terlihat sepele, namun hitungan nabung cempe ini sangat masuk akal. Tentu saja untuk bisa mencapai hasil ratusan juta, peternak harus memiliki lahan yang cukup untuk kebutuhan kandang dan ladang rumput. Akan lebih baik jika di sekitar lokasi kandang banyak tersedia rumput liar.

    Menurut Mardani, di kotanya nabung cempe sudah mulai banyak dijalani. Butuh kesabaran, keuletan, dan kerja keras untuk bisa nabung cempe yang sukses. Kedisiplinan untuk tidak menggunakan uang hasil penjualan kambing juga harus ditanamkan, agar perputaran uang tidak terganggu.

    “Makanya ini akan berhasil kalau dijadikan usaha sampingan dulu. Kita harus punya penghasilan utama, biar nabung cempenya berhasil. Hambatan yang paling berat biasanya peternak tidak bisa mengelola uang, karena ada kebutuhan uang lalu dipakai,” tambahnya.

    Mulai dari 10 Ekor
    Untuk menjadi peternak kambing yang berhasil, tidak harus dengan modal besar. Asal ada niat untuk sukses, memulia dari 10 ekor kambing pun bisa menjadi peternak besar. Dengan memulai dari jumlah sedikit, jika terjadi kegagalan tidak akan terasa berat menanggung kerugiannya.

    Secara bertahap, sembari mempelajari seluk-beluk kesehatan dan teknik beternak yang baik, maka proses berkembangnya bisa menjanjikan. Seperti yang dilakoni oleh Sudarmaji, warga Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. Pria yang dikenal ulet dan pekerja keras ini tergolong sukses menjadi peternak kambing dan domba.

    Ia memulai usaha ternaknya dari 10 ekor kambing pada 2017 silam. Kini jumlah kambing dan domba di el Farm miliknya sudah mencapai ratusan ekor. Jiwa kreatif pria yang akrab disapa Gojis ini terus mencuat, ketika peternakan miliknya sudah berkembang dan dikenal, ia menjadikan eL Farm bukan sekadar peternakan biasa, tapi juga sebagai wahana wisata edukasi.

    Ada yang unik dari perjalanan usaha ternak yang ditekuni Gojis. Meski latar belakangnya ilmu teknik sipil, ia tertarik dengan dunia peternakan. Lingkungan sekitar kampungnya menginspirasi pria alumnus FNT Jurusaan Teknik Sipil UGM angkatan 1992 ini.

    Ia baru memulai bisnisnya beternak kambing secara serius beberapa tahun lalu. Dengan perjuangannya yang gigih dan pantang menyerah, usahanya berbuah manis. “Intinya, beternak kambing itu harus ulet dan pantang menyerah, karena banyak seluk-beluk yang harus dipelajari,” ujarnya.

    Prinsip Hidup Mandiri
    Sebenarnya dunia Gojis tidak jauh dari dunia konstruksi. Sejak di bangku kuliah ia sangat menyukai ilmu yang dipelajarinya. Bahkan begitu diwisuda pada 1996, ia langsung merantau ke Jakarta dan diterima bekerja di Grup Ciputra.

    Pada 2012, ia memutuskan balik ke kampung halaman, karena sejak awal merantau ia sudah merencanakan sebelum usia 40 tahun sudah harus balik dan hidup mandiri. Untuk menyambung hidupnya ia memulai usaha kontraktor kecil-kecilan, dengan modal tabungannya selama bekerja di Jakarta.

    Beberapa tahun kemudian Gojis mulai terlibat dengan kelompok warga di desanya yang beternak kambing. Lama-lama ia sendiri ingin juga memelihara kambing secara serius, namun kendalanya saat itu ia belum punya kandang sendiri.

    “Waktu itu saya juga berpikir mengenai kebutuhan pakan basah berupa rumput segar yang tidak gampang diperoleh di sini,” katanya.

    Gojis kemudian sering main dan banyak belajar kepada para peternak kambing di seputaran Yogyakarta. Kesimpulannya, memelihara kambing itu tidak sulit. Ia juga jadi tahu ada solusi pakan kering untuk substitusi pakan basah yang susah diperoleh, yaitu kangkung kering bisa dibeli dari wilayah Jawa Timur dan kulit kacang ijo kering dari Grobogan.

    Setelah ilmunya dirasa cukup, pada Oktober 2017 pembangunan tahap pertama kandang dimulai, di lahan 1.000 m2 milik kakak Gojis tepat di depan rumahnya yang disewanya.

    “Kapasitas kandang sebenarnya cukup untuk 100 kambing, tapi karena modal terbatas saya isi 10 kambing dulu,” kenangnya.

    Sejak awal Gojis memang ingin beternak kambing secara non-konvensional, sehingga kandangnya dibikin modern. Listriknya menggunakan tenaga surya. Instalasinya menggunakan 8 panel dan 6 accu, menghasilkan daya listrik 1.500 watt yang mampu mencukupi kebutuhan listrik sehari-sehari. Suatu terobosan yang sangat menghemat pengeluaran biaya operasional kandang.

    Pelan-pelan Gojis mengembangkan usaha peternakannya yang diberi nama eL Farm. Dari hanya 10 kambing berkembang menjadi ratusan. Dengan kandang yang tak mampu lagi menampung jumlah kambing yang ada, perluasan kandang dilakukan secara vertikal atau dibuat bertingkat.

    “Nah, karena tetap tidak mencukupi juga, saya menyewa tanah saudara seluas 400 meter persegi. Lokasinya tidak jauh dari tempat kandang pertama ke arah utara. Sekarang ada dua lokasi peternakan dengan kandang kapasitas 600 kambing dan berisi sekitar 400-an kambing dewasa dan anakan,” ungkapnya.

    Dari 400-an kambing yang dimiliki Gojis tersebut terdiri dari bermacam jenis. Untuk jenis kambing ada Jawa Randu, PE (Peranakan Etawa), dan Sapera (persilangan antara kambing Saanen dan PE). Ada juga jenis domba Garut dan Merino.

    Menurut Gojis, merawat kambing itu gampang termasuk merawat kesehatannya. Ia dan anak buahnya mampu menyuntik sendiri untuk mengobati cacing, anti-parasit, dan kadang-kadang antibiotik. Untuk faktor kendalanya nyaris tidak ada, kecuali untuk pengadaan anakan kambing yang sementara ini belum mencukupi dan harus mendatangkan dari daerah Jawa Barat.

    Breeding & Milking 
    Bisnis Gojis lewat eL Farm saat ini meliputi penggemukan kambing untuk diambil dagingnya. Pelanggannya yang rutin adalah rumah jagal dan warung-warung sate. Kalau yang sifatnya insidentil konsumen membeli kambingnya untuk akikah dan kurban.

    Selain usaha penggemukan, peternak ini juga melakukan breeding dan milking. Untuk pembibitan ia menjual cempe atau anakan kambing, sedangkan untuk milking adalah menjual susu kambing yang sudah diperah. Ada juga produk sampingan yang sanggup mendulang pundi-pundi uang, yaitu menjual limbah kotoran kambing yang diolah jadi pupuk kandang.

    Lelaki ini termsuk peternak cerdas, suka berpikir out of the box. Melihat kondisi kandangnya yang bagus dan bersih, serta lingkungannya dikelilingi pertanian yang subur, ia menemukan ide baru yang inovatif. Ia membuka wisata edukasi untuk anak-anak PAUD dan SD.

    Anak-anak kecil tersebut diajari pengenalan pertanian dan peternakan, seperti bagaimana memberi makan ternak, memberi susu untuk bayi kambing, melihat pemerahan susu, serta pencukuran bulu domba dan lainnya. Ternyata banyak lembaga pendidikan yang tertarik untuk membawa anak didiknya ke peternakan eL Farm.

    Peternak ini tampaknya memiliki hati mulia. Ia mengaku ilmu yang didapatnya saat awal memulai usahanya dulu prosesnya nyaris tanpa mengeluarkan biaya. Karena itu setelah suksespun ia juga murah hati untuk berbagi ilmu.

    “Kalau ada yang ingin belajar beternak kambing dengan senang hati saya dan tim siap berbagi ilmu dan pengalaman,” pungkasnya.

    Peternak ini berpesan, untuk siapapun yang ingin memulai usaha ternak, jangan takut untuk memulai dan jangan takut gagal. Kuncinya ada pada mau bekerja keras, tekun, dan pantang menyerah. ***


    Ditulis oleh:
    Abdul Kholis
    Koresponden Infovet daerah Depok,
    Konsultan media dan penulis buku,
    Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
    Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

    KOLABORASI PERTAMINA DAN PEMKAB BANYUWANGI BERDAYAKAN PETERNAK KAMBING

    Pertamina dan Pemkab Banyuwangi Berkolaborasi Berdayakan Peternakan Kambing
    (Foto : Istimewa) 


    Dusun Pancoran, Desa Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, telah menjadi pusat perhatian berkat program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang dijalankan oleh PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus. Melalui kolaborasi dengan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Pertamina telah mengubah lanskap ekonomi lokal dengan fokus pada pengembangan kelompok ternak.

    Kelompok Ternak Sinar Abadi, yang awalnya hanya memiliki 22 ekor kambing, kini berhasil meningkatkan jumlahnya menjadi lebih dari 100 ekor. Program ini, yang dikenal dengan nama PELITA (Pemberdayaan Ekonomi Lingkungan Lingkar Ketapang), tidak hanya berusaha untuk memperluas jumlah ternak, tetapi juga mendorong inovasi dalam pemanfaatan limbah kotoran hewan sebagai pupuk organik.

    "Kami bangga dapat memberdayakan Kelompok Ternak Sinar Abadi melalui program ini," kata Alia Anggraini dari Pertamina Integrated Tanjung Wangi. "Kolaborasi ini tidak hanya tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membangun masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan." katanya. 

    Program ini tidak hanya memberikan bantuan dalam bentuk ternak dan infrastruktur, tetapi juga melatih masyarakat dalam pengelolaan bisnis dan pemasaran. 

    Produk pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran hewan telah menjadi sukses dalam pasaran lokal, bahkan sampai ke Pulau Bali.

    Suparman, Ketua Kelompok Ternak Sinar Abadi, mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap Pertamina dan pemerintah setempat. 

    "Kami tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami berkomitmen untuk menjaga dan mengembangkan program ini sebagai contoh bagi desa-desa lain." ucapnya 

    Program ini juga mencerminkan komitmen Pertamina terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dan prinsip Environmental, Social, & Governance (ESG). Dengan fokus pada SDG ke-8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi) dan ke-17 (kemitraan untuk mencapai tujuan), Pertamina menjalankan tanggung jawabnya dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar. (INF)

    UPAYA DISNAK JATIM MEMASTIKAN KESEHATAN HEWAN KURBAN

    Petugas Dinas Peternakan Melakukan Pemeriksaan Hewan Kurban
    (Sumber : Istimewa)


    Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Indyah Aryani memastikan hewan kurban untuk Idul Adha 2024 di Jatim dalam kondisi yang sehat. Pihaknya telah melakukan sejumlah upaya sebelum hewan ternak disembelih untuk kurban.

    "Kami melakukan pemeriksaan lalu lintas khusus ternak bagi perangkat daerah di kabupaten dan kota. Kami sudah mengaluarkan surat edaran Kepala Dinas dan juga standar operasional prosedur (SOP) terkait dengan lalu lintas dan pemeriksaan hewan ternak," kata Indy, sapaan karibnya, Senin (17/6).

    Indy menambahkan pihaknya juga menerjunkan ribuan petugas untuk memastikan hewan kurban Jatim bebas penyakit.

    "Kami sudah melakukan sosialisasi kepada perangkat daerah mengenai pergerakan hewan ternak ke kabupaten satu ke kabupaten lainnya melalui beberapa prosedur. Salah satunya surat rekomendasi penerimaan baik dari kabupaten pengirim dan penerima. Kemudian selanjutnya diikuti dengan sertifikat veteriner yang dikeluarkan oleh petugas terkait, serta dilengkapi dengan vaksin hewan ternak minimal satu kali,” terangnya,

    Lebih lanjut Indy mengatakan pihaknya juga memastikan bahwa hewan kurban yang ada di Jatim terbebas dari penyakit seperti Penyakit Mulut dan Kulit (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD).

    Menurutnya seluruh hewan ternak yang dikurbankan dipastikan harus sehat dan bebas dari penyakit.

    “Untuk menjamin keamanan dan kesehatan hewan kurban, dikerahkan sebanyak 153 petugas pemeriksa hewan kurban. Jadi hewan kurban ini menjalani pemeriksaan ante mortem dan post mortem,” tegasnya.

    Dinas Peternakan Jatim mencatat ada sebanyak 30.229 lokasi pemotongan hewan yang tersebar di 38 kabupaten/kota.

    Rinciannya tempat pemotongan hewan tersebut, sebanyak 131 Rumah Potong Hewan (RPH) dan 30.168 tempat di luar RPH yang telah mendapatkan izin dari pejabat berwenang di kabupaten/kota setempat untuk melakukan penyembelihan hewan.

    Karena selain RPH, pemotongan hewan kurban juga biasanya dilakukan di sejumlah pesantren dan masjid. (INF)

    ORKESTRA BAGI KOKSIDIA

    Bentukan koksidia seperti sporozoit atau merozoit sebelum berhasil menginfeksi dinding usus, maka bentukan koksidia tersebut harus berjuang mengatasi suatu orkestra sistem pertahanan lokal pada jaringan usus (mucosal immunity) yang sangat kompleks, yaitu: 1) Microbiological barrier pada lapisan lendir yang encer atau thin mucus layer. 2) Chemical barrier pada lapisan lendir yang kental alias thick mucus layer. 3) Mechanical barrier berupa deretan sel-sel epitelium mukosa usus plus TJ proteins. 4) Immunological barrier berupa innate immunity dan adaptive immunity.

    Perjalanan patogen seperti koksidia dalam mencapai sel atau jaringan target di dalam tubuh induk semang faktanya tidaklah berjalan mulus, harus menghadapi satu orkestra sistem pertahanan tubuh inang yang penuh dengan onak dan duri alias rintangan. Tulisan kali ini tidak saja menjadi pelengkap tulisan sebelumnya (Seni Perang Koksidia) dan membahas tentang orkestra tersebut, tetapi juga meneropong jenis beserta interaksi sejumlah kompartemen atau barier yang membentuk orkestra tersebut, yang harus dilalui oleh bentukan koksidia sebelum dapat menginfeksi dan memperbanyak diri di dalam sel epitelium usus ayam modern.

    Orkestra Saluran Cerna
    Situasi pada permukaan saluran cerna ayam modern, khususnya usus, ibarat sebuah orkestra yang menghasilkan suatu simfoni yang sangat dinamis dari waktu ke waktu. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkait kehidupan suatu makhluk, terutama pada tataran molekuler, baik biologi molekuler (induk semang = ayam) atau mikrobiologi molekuler (patogen ataupun komensal), maka wawasan terkait pola-pola interaksi antara sistem imunitas tubuh ayam dengan sistem mikrobiota komensal saluran cerna ayam (mikrobiom) dan aktivitas patogen tertentu termasuk koksidia telah menjadi lebih terang benderang (Mc Cracken dan Lorenz, 2001; Lu et al., 2021).

    Dalam menghadapi ancaman dari eksternal alias terpaan bibit penyakit, sistem pertahanan mukosa (mucosal immunity) saluran cerna memang sangat unik dan sangat kompleks. Sebanyak lebih dari 70% sel-sel imun ditemukan berlokasi di sekitar saluran cerna ayam (Casteleyn et al., 2010; Abbas et al., 2017). Terdiri atas empat buah kompartemen atau barier (Lu et al., 2021) yang saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu:

    • Barier mikrobiologis (microbiota barrier)
    • Barier kimiawi (chemical barrier)
    • Barier fisik (physical atau mechanical barrier)
    • Barier sistem imunitas (immunity barrier)

    Barier Mikrobiologis (Microbiota Barrier)
    Barier mikrobiologis merupakan barier bagian terluar dari permukaan mukosa saluran cerna ayam modern. Mikrobiota tersebut mendapatkan habitat dan berkolonisasi pada lapisan mukus yang encer (thin mucus layer), menggunakan nutrisi dari dalam lumen usus, serta berinteraksi antar sesama mikrobiota, patogen, dan sel-sel mukosa usus via mekanisme quorum sensing (efek aktivasi atau stimulasi) atau quorum quenching (efek penghambatan atau inhibisi). Interaksi kompleks ini sangatlah dinamis dari waktu ke waktu yang juga dipengaruhi oleh status nutrisi, faktor stres, dan komponen pakan (Hooper et al., 1998; Moncada et al., 2003; Collier et al., 2008; Rajput et al., 2013; Memon et al., 2020).

    Pada beberapa penelitian ilmiah mengindikasikan bahwa infeksi koksidia pada ayam selain sangat dipengaruhi oleh infektivitas koksidia yang ada, juga dipengaruhi oleh komposisi mikrobiota secara langsung ataupun tidak, terutama jika terjadi disbiosis, dimana terganggunya homeostasis atau ekuilibrium permukaan usus ayam (Choi dan Kim, 2022).

    Di lain pihak, infeksi koksidia secara signifikan dapat mereduksi… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024

    Ditulis oleh:
    Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI)

    KAZAKHSTAN MENUNTASKAN RENCANA UNTUK MENGHENTIKAN IMPOR AYAM BROILER DARI AS

    Pemerintah Kazakhstan telah menyetujui rencana untuk meningkatkan produksi unggas dalam negeri sebesar 200.000 ton hingga tahun 2026 berkat perluasan 4 peternakan ayam broiler besar. Langkah ini akan mengakhiri ketergantungan selama satu dekade terhadap pasokan unggas asing, terutama dari Amerika.

    Berdasarkan rencana tersebut, Bank Pembangunan Kazakhstan akan memberikan pinjaman lunak kepada peternakan unggas terkemuka Canadian Chicken Limited, Alel Agro, Prima Kus, dan Aitas KZ untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka pada tahun 2025 dan 2026.

    “Produksi unggas di Kazakhstan mencapai 328.000 ton per tahun. Tambahan 200.000 ton ini akan membantu menyelesaikan masalah ketergantungan impor dan memulai ekspor,” kata kantor perdana menteri Kazakhstan dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa Bank Pembangunan Kazakhstan akan mendanai 14 proyek di sektor pertanian senilai hampir 285 miliar tenge (US$640 juta) secara total.

    Selama beberapa tahun terakhir, Kazakhstan telah menunjukkan komitmen teguh terhadap industri unggasnya, secara konsisten meningkatkan bantuan kepada peternak unggas dan mendorong dunia usaha untuk memperluas produksinya.

    Pada tahun 2023, misalnya, 21,7 miliar tenge (US$49 juta) dibelanjakan dari anggaran nasional untuk mendukung industri unggas, termasuk 21,4 miliar tenge (US$48 juta) untuk mengganti sebagian biaya sepanjang rantai nilai dan 336,8 juta tenge (AS $1 juta) untuk pembelian day old breeding.

    Tujuan pemerintah Kazakhstan untuk menjadikan negaranya swasembada daging unggas didorong oleh kebutuhan untuk menjamin keamanan pangan dan menstabilkan harga dalam menghadapi gejolak harga di negara-negara tetangga. Di Rusia, yang memiliki pasar yang sama dengan Kazakhstan dalam Uni Ekonomi Eurasia, pasar unggas telah mengalami gejolak sejak tahun 2023, kata ekonom lokal Tulegen Askarov. Meskipun unggas Rusia hanya menguasai sebagian kecil impor Kazakh, pasar Kazakhstan sangat bergantung pada dinamika harga mitra dagangnya di wilayah utara.

    2 VAKSIN FLU BURUNG EFEKTIF, UJI COBA DILANJUTKAN DENGAN VAKSIN KETIGA

    2 vaksin flu burung efektif melawan flu burung pada ayam. Demikian kesimpulan setelah mengolah hasil uji lapangan pertama di 2 peternakan unggas Belanda. Sementara itu, pemerintah Belanda sedang mempertimbangkan untuk mengambil langkah selanjutnya dengan vaksin lain.

    Vaksin ketiga belum diuji dalam uji lapangan saat ini, namun diperkirakan akan disetujui untuk pasar Eropa dalam jangka pendek.

    Menteri Pertanian Belanda Pieter Adema mengatakan persetujuan Eropa merupakan syarat penting untuk melaksanakan uji coba setelah uji coba lapangan. Vaksin ketiga merupakan vaksin vektor, sama seperti 2 vaksin yang berhasil diuji coba di lapangan. Belum ada kesepakatan bahwa proses pengujian akan dilanjutkan dengan 2 vaksin pertama. Adema mengatakan, akan dikaji apakah nantinya akan digunakan pada uji coba.

    Hasil uji coba lapangan pertama yang dimulai pada 15 September 2023 menunjukkan bahwa anak ayam umur sehari yang divaksinasi dengan salah satu dari 2 vaksin tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit setelah 8 minggu. Selain itu, tidak mengeluarkan virus apa pun dan tidak mengembangkan respons kekebalan terhadap virus tersebut. Pada kelompok kontrol yang tidak divaksinasi, virus menyebar setelah adanya infeksi tantangan.

    Selama 18 bulan ke depan, 3 tes transmisi lagi akan dilakukan. Dengan cara ini, efektivitas vaksin dapat diperiksa sepanjang siklus bertelur. Wageningen UR, Royal GD, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Utrecht dan organisasi unggas Avined terlibat dalam uji coba lapangan. Efektivitas kedua vaksin tersebut sebelumnya telah dibuktikan dalam penelitian laboratorium di Wageningen Bioveterinary Research.

    Belanda memilih pendekatan langkah demi langkah. Namun, langkah-langkah tersebut mungkin tumpang tindih. Uji coba di beberapa peternakan ayam petelur diperkirakan akan dimulai segera setelah musim panas, jauh sebelum uji coba lapangan selesai. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mendapatkan pengalaman vaksinasi dalam kondisi praktis. Banyak perhatian juga diberikan pada penerapan program surveilans untuk mendeteksi kontaminasi secepat mungkin di perusahaan tempat vaksinasi dilakukan.

    Selain itu, upaya juga dilakukan untuk menghilangkan hambatan perdagangan produk dari hewan yang divaksinasi. Adema menulis bahwa diskusi telah dilakukan antara lain dengan pemerintah di Jepang, AS, dan Inggris. Diskusi ini akan berlanjut pada pertemuan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia.

    Hasil pertama dari uji coba ini diharapkan dapat diperoleh pada paruh pertama tahun 2025, setelah itu langkah-langkah lebih lanjut menuju vaksinasi skala besar akan dipertimbangkan.

    PRANCIS KHAWATIR DENGAN PETERNAKAN UNGGAS RAKSASA UKRAINA DI KROASIA

    Organisasi industri unggas Perancis, Anvol, telah ‘memberikan peringatan’ atas rencana 2 perusahaan Ukraina untuk membangun peternakan unggas raksasa di Kroasia. Proyek ini akan menambah produksi tahunan sebesar 45 juta unggas dari produksi Kroasia saat ini sebesar 235 juta ekor.

    Di bawah tekanan dari para peternak unggas, khususnya di Perancis, UE baru-baru ini memberlakukan kembali pembatasan jumlah ayam yang dapat diimpor bebas bea dari Ukraina. Namun batasan tersebut tidak berlaku untuk unggas yang diproduksi oleh perusahaan Ukraina di negara UE. Dengan kata lain, dengan membangun peternakan unggas skala besar di Kroasia, mereka dapat memperoleh keuntungan penuh dari pasar internal yang bebas.

    “Proyek-proyek di Kroasia tidak diragukan lagi akan mengarah pada gelombang ayam yang bertentangan dengan harapan konsumen dan semua prinsip Uni Eropa. Unggas-unggas ini, yang berasal dari jenis peternakan unggas yang tidak ada di Eropa, merupakan ancaman bagi produksi Perancis dan model peternakan keluarga di Eropa. Selain itu, persaingan biaya rendah di pasar nasional Prancis akan menjadi kendala lebih lanjut terhadap kedaulatan pangan negara kita,” kata Anvol.

    Rencana tersebut dikembangkan oleh 2 perusahaan agro besar Ukraina, MHP dan PCC. MHP ingin membangun 200 kandang yang menampung 8 juta ekor ayam. Lokasi yang terintegrasi penuh ini juga memiliki tempat penetasan, pabrik pakan, rumah potong hewan, akomodasi pekerja dan fasilitas lainnya. Organisasi Perancis tidak memberikan rincian tentang proyek lainnya.

    Menjelang pemilu Eropa, Anvol meminta otoritas UE serta calon parlemennya untuk tidak mengalokasikan dana Eropa untuk proyek-proyek ini. Organisasi Perancis tersebut menyatakan bahwa sejak tahun 2008, MHP telah menerima total €400 juta dari Bank Pembangunan Eropa untuk pembangunan di Ukraina sendiri.

    INISIATIF UNTUK MENGATASI KEKURANGAN PAKAN DI AFRIKA

    Pasokan pakan ternak dan makanan ternak terbatas di banyak wilayah di Afrika. Kenya dan Uganda, misalnya, saat ini masing-masing bergulat dengan defisit pakan tahunan sekitar 60%. Krisis ini, seperti diberitakan oleh banyak media di Afrika, disebabkan oleh kekeringan, dampak Covid-19, dan konflik Rusia-Ukraina.

    Akibat kekeringan, hilangnya ternak di kawasan Tanduk Afrika dalam setahun terakhir ini sangatlah parah, dengan hampir 9 juta hewan hilang (lebih dari 2 juta hewan saja di Kenya). Tingkat kematian hewan ini tidak hanya membahayakan mata pencaharian dan kehidupan manusia, namun juga mencerminkan hilangnya genetika berharga yang dikembangkan selama beberapa dekade oleh peternak kecil yang memproduksi sebagian besar daging dan susu untuk masyarakat Afrika.

    Namun, program percontohan kini sedang dilakukan untuk mengatasi kekurangan pakan ternak dan pakan ternak. Proyek Resilient African Feed and Fodder Systems (RAFFS), yang didanai oleh Komisi Uni Afrika dan Yayasan Bill dan Melinda Gates, kini dimulai di Kenya, Uganda, Somalia, Zimbabwe, Nigeria, dan Kamerun. RAFFS “menekankan perlunya pendekatan yang terkoordinasi, inklusif dan strategis untuk memberikan dampak jangka panjang pada sektor ini dan kehidupan jutaan orang yang bergantung padanya.”

    Selain itu, African Union-InterAfrican Bureau for Animal Resources mendukung ‘Perempuan Afrika dalam Jaringan Peternakan dan Agribisnis Sumber Daya Hewan’, yang bertujuan untuk memastikan partisipasi signifikan perempuan dalam sub-sektor pakan dan pakan ternak.

    Ada juga perubahan legislatif yang diharapkan akan mendukung pengembangan industri pakan. Pada bulan Februari 2024 misalnya, pemerintah Uganda mengesahkan RUU Pakan dengan komponen yang dirancang untuk memastikan standar minimum produksi pakan. Setiap entitas yang ingin terlibat dalam produksi, penyimpanan dan penjualan pakan ternak harus mengajukan izin. Undang-undang baru ini melarang adanya kontaminan dalam pakan dan juga menguraikan langkah-langkah keamanan untuk pengangkutan pakan. Di antara item tambahan lainnya, kini juga terdapat persyaratan pengujian yang diperlukan untuk ekspor pakan dengan daftar laboratorium pengontrol pakan ternak yang disetujui akan segera tersedia.

    Dr Wamalwa Kinyanjui, Pakar Kesehatan Hewan di 'Pusat Kawasan Pastoral dan Pengembangan Peternakan' (ICPALD) Otoritas Antarpemerintah untuk Pembangunan di Nairobi Kenya, mencatat bahwa peraturan penting untuk pengendalian kualitas. “Meskipun pada awalnya mungkin memperlambat segalanya, RUU Feed ini akan menyederhanakan operasional dan melindungi investor yang beretika dari investor yang tidak bermoral (produk palsu) serta melindungi konsumen,” katanya. “Jika hal ini terjadi, maka hal ini akan menguntungkan semua pihak.”

    Sementara itu, Koordinator Proyek RAFFS Dr Sarah Ashanut Ossiya mencatat bahwa, meskipun RAFFS masih dalam tahap awal, implikasi dari reformasi kebijakan dan peraturan baru-baru ini, serta memetakan solusi potensial dan mengkaji peluang bisnis dan investasi “adalah arah dari pergerakan proyek ini."

    Ossiya juga menunjukkan bahwa rekomendasi mendesak untuk menangani krisis kekurangan pakan di benua baru baru-baru ini dipresentasikan pada KTT Uni Afrika. Hal ini termasuk rencana untuk meningkatkan tanggap darurat dalam sektor pakan dan pakan ternak, pembentukan 'Aliansi Afrika dari Asosiasi Multi-Pemangku Kepentingan Pakan dan Makanan Ternak' untuk memandu pertumbuhan sistem pakan dan pakan ternak di Afrika yang lebih kuat, dan pembentukan sistem pemantauan dan kerangka akuntabilitas timbal balik yang menghasilkan laporan status tahunan. Pada KTT tersebut, juga direkomendasikan agar pedoman dibuat untuk membantu mendukung pengembangan sektor pakan dan pakan ternak.

    KAJIAN LIMBAH TUNGGUL JAMUR SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN AYAM PEDAGING

    Lebih dari 90.000 mt limbah tunggul jamur dihasilkan setiap tahun dari produksi jamur kancing. Limbah tunggul mencakup hampir 30% dari total berat jamur. Bisakah produk sampingan pertanian ini mengurangi limbah dan menurunkan biaya pakan bagi produsen ayam pedaging?

    Pennsylvania adalah pemimpin dalam produksi ayam broiler dan jamur kancing di Amerika Serikat, sehingga tampaknya tepat jika tim peneliti Penn State melakukan penelitian untuk lebih memahami bagaimana penambahan pakan broiler dengan limbah tunggul jamur mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ayam.

    Pada saat panen, kepala jamur kancing dipisahkan dan digunakan untuk konsumsi manusia, sedangkan tunggulnya dijadikan kompos sebagai hasil samping pertanian. “Sekitar 93.264 metrik ton tunggul jamur kancing dibuat kompos setiap tahunnya,” kata ketua tim peneliti John Boney, Anggota Fakultas Nutrisi Unggas Vernon E. Norris di Fakultas Ilmu Pertanian.

    Boney menambahkan, “Tunggulnya berserat dan mengandung senyawa bioaktif terapeutik dengan aktivitas antimikroba dan antioksidan. Karena kandungan nutrisi dan obatnya, limbah tunggul jamur dapat menjadi bahan pakan yang layak.”

    Sebanyak 480 ekor ayam broiler dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi 6 perlakuan pakan. Kelompok kontrol tidak mendapat suplementasi jamur sedangkan kelompok lainnya diberi pakan dengan limbah tunggul jamur 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Tunggul jamur dikeringkan dalam pengering butiran kecil dan digiling untuk dimasukkan ke dalam pakan unggas.

    Tim peneliti menguji kemampuan ayam dalam mencerna 17 asam amino dalam penelitian tersebut. Pertumbuhan dan kesehatan ayam dilacak.

    Setelah uji coba selama 21 hari, para peneliti Penn State melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi hingga 3% limbah tunggul jamur tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan ayam dalam penelitian yang tidak menerima suplementasi jamur, dan pencernaan mereka tidak terpengaruh. Mereka mencatat bahwa tingkat suplementasi yang lebih tinggi, yaitu 4% dan 5%, mengakibatkan pertumbuhan melambat dan mengganggu pencernaan asam amino, atau senyawa organik yang digunakan untuk membuat protein pada ayam.

    ARTIKEL POPULER MINGGU INI

    Translate


    Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
    About | Kontak | Disclaimer