-->

KEMATIAN TERNAK BABI DI DAIRI MASIH DISELIDIKI PEMERINTAH



Ilustrasi babi (Foto: Pixabay)


Penyebab kematian ternak babi yang terjadi di Sumatera Utara masih dalam proses penyelidikan Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjar Sumping Tjatur Rasa.

Termasuk, atas laporan kematian puluhan ternak babi di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Saat ini, kata Fadjar, pemerintah masih menunggu hasil uji laboratorium. Fadjar menegaskan, kewaspadaan harus ditingkatkan karena saat ini sedang merebak virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika di sejumlah negara di dunia, termasuk Asia Tenggara. 

"Upaya yang bisa dilakukan adalah biosekuriti dan vaksinasi. Kecuali, jika ASF suda masuk, tidak ada vaksinnya. Sampai saat ini, kami belum bisa menyatakan akibat ASF karena dari hasil pengujian masih ada positif Hog Cholera. Seperti kejadian di Minahasa, ternyata karena Hog Cholera. Namun, meski demikian, kita harus waspada karena ASF sudah masuk di Filipina, yang dekat ke Sulawesi Utara," kata Fadjar, Minggu (13/9).

Sementara itu, Ditjen PKH Kementan telah mengadakan pelatihan termasuk analisis risiko kepada Dinas Kabupaten di seluruh Sumatera Utara pada 7-8 Oktober 2019.

"Mengingat urusan kesehatan hewan sudah menjadi otonomi dan kewenangan daerah, kami hanya bisa melalui pemerintah daerah (dinas yang membidangi PKH). Meski demikian, kami selalu berkoordinasi dan bekerja bersama pemda, melalui dinas yang menangani kesehatan hewan. Khusus Provinsi Sumatera Utara dan pemerintah kabupaten/ kota, kami telah bersama-sama melakukan upaya untuk membantu para peternak babi yang terkena musibah kematian ternak," tutur dia.

Saat ini masih terus dilakukan pemantauan serta telah dikirimkan bantuan tambahan disinfektan, alat semprot, alat pelindung diri (APD), serta membentuk tim untuk di lapangan.

 "Kami masih menunggu konfirmasi hasil laboratorium dan nanti rapat dengan komisi ahli kesehatan hewan. Jadi, intinya terhadap kasus kematian babi ini harus segera dilakukan upaya biosekuriti dan pengawasan lalu lintas ternak babi dan produknya. Serta, menjaga tidak ada penyebaran penyakit ke daerah lainnya. Sambil mewaspadai ASF yang sulit dikendalikan karena belum ada vaksinnya,” terang Fadjar.  

Apalagi, virus ASF sangat tahan dan bisa terbawa oleh hewan, produk hewan segar dan olahan, terbawa sepatu, baju dan alat alat peternakan, serta alat angkut/kendaraan yang keluar masuk peternakan atau daerah tertular ASF," kata Fadjar. (Sumber: Investor Daily)



OPTIMALISASI KONSEP ONE HEALTH DALAM PENCEGAHAN FOOD BORNE DISEASE

Pembicara seminar pada kegiatan RAP 2019 yang dilaksanakan di Bogor. (Foto: Infovet/Sadarman)

Himpunan Profesi (Himpro) Ruminansia, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor (IPB), menyelenggarakan kegiatan Ruminant Action Project (RAP), pada Minggu (13/10/2019), di salah satu pusat perbelanjaan di Bogor, bertajuk “Optimalisasi Konsep One Health dalam Pencegahan Food Borne Disease”.

Ketua Panitia Pelaksana RAP, Sri Wahyuni, menyebutkan bahwa pelaksanaan RAP 2019 sengaja dilakukan di pusat perbelanjaan karena diakhir kegiatan diadakan kegiatan lomba memasak. “Ada lomba memasak dan pesertanya kebanyakan dari pengunjung dan dari kelompok-kelompok mahasiswa,” ujar Yuni kepada Infovet ditemui disela-sela acara.

Sementara Ketua Himpro Ruminansia FKH IPB, Agung Nulhakim, menyatakan acara tahunan ini menjadi mega program kerja (mega proker) dari Himpro Ruminansia. “Tahun lalu kita sukses mengedukasi masyarakat pedesaan, tahun ini kita kembali mengedukasi masyarakat perkotaan. Tentunya tema acara disesuaikan dengan kebutuhan mereka,” kata Agung.

Terkait tema acara, Dekan FKH IPB yang diwakili oleh Dr Drh Sri Rahmatul Laila, menyebut bahwa konsep OH sejatinya adalah mencegah penyakit hewan menular, ternak ke manusia dan sebaliknya, yang melibatkan semua stakeholders, baik pemerintah, akademisi dan pihak lainnya yang berkaitan dengan Kesmavet. 

Ia pun turut memberi apresiasi terhadap kegiatan tersebut. “Salut dan bangga dengan mereka dalam mendesain acara ini dan perlu dicontoh oleh Himpro lainnya,” kata Sri Rahmatul Laila yang juga dosen FKH IPB.

Kegiatan menghadirkan narasumber diantaranya Ketua Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (Askesmaveti), Drh Sri Hartati dan dosen Kesmavet FKH IPB, Dr Drh Herwin Pisestyani.

Tampil sebagai pembicara pertama, Sri Hartati memaparkan materi food borne disease, bahaya dan cara pencegahannya. Menurutnya, produk ternak seperti daging, susu dan telur merupakan bahan pangan tinggi protein, sehingga mudah terpapar mikroba. “Bahan pangan asal hewan harus Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), sehingga fungsinya bukan hanya mengenyangkan, namun juga dapat menyehatkan,” jelasnya.

Agar produk ternak yang dihasilkan menyehatkan bagi konsumen, kata dia, diawali dengan manajemen pemeliharaan yang baik hingga manajemen pemotongan yang higienis, untuk menjamin produk ternak tidak terpapar mikroba maupun bahan cemaran lainnya.

Sementara pembicara kedua, Herwin Pisestyani, menjelaskan mengenai bahaya penyakit bawaan pangan asal hewan. Ia menyebut, resiko food borne disease sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan asal ternak, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap orang berisiko terpapar penyakit tersebut. “Penyakit asal bahan pangan cukup banyak, pada 2018 tercatat ada sekitar 61 kasus fatal akibat food borne disease,” kata Herwin. Rata-rata awal mula kasus dari kebiasaan buruk individu yang terlibat dalam menangani dan memproses produk ternak itu sendiri.

Ia mengimbau, konsumen tetap mewaspadai kondisi bahan pangan yang akan atau sudah dibeli, terutama terkait dengan penanganan dan penyimpanannya. (Sadarman)

FAPET UGM DAN PEMKAB TANA TIDUNG KEMBANGKAN APLIKASI RECORDING TERNAK ONLINE

Tim Fapet UGM saat mensosialisasikan ke masyarakat perihal software recording ternak online di Kabupaten Tana Tidung. (Foto: Dok. UGM)



Aplikasi recording atau pencatat hewan ternak Sipedet (Sistem Pengembangan Peternakan dan Kesehatan Hewan Terpadu) dikembangkan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara.

Sipedet merupakan sistem informasi pertama di Indonesia yang membantu pendataan ternak di wilayah Kabupaten Tana Tidung. Aplikasi ini dapat diakses melalui komputer atau HP tanpa harus membuka web browser karena telah didukung fitur progressive webapp.

Menggunakan aplikasi Sipedet, peternak dapat menyimpan berbagai data mengenai ternak, antara lain data identitas ternak, distribusi ternak, stock opname ternak, kesehatan ternak, dan undang-undang mengenai peternakan.

Galuh Adi Insani SPt MSc, dosen Fapet UGM selaku salah satu tim pengembangan aplikasi Sipedet mengatakan, aplikasi ini dibuat karena kondisi kelompok ternak di Kabupaten Tana Tidung tersebar dan lokasinya sangat berjauhan, sehingga untuk melaporkan hasil recording ke dinas mengalami banyak kendala secara geografis dan tidak bersifat real time.

Ketika data ternak telah diinput secara lengkap, peternak dapat mengetahui data silsilah ternak secara otomatis, mengetahui lokasi keberadaan ternak unggul (yaitu melalui data sebaran kelompok ternak yang dihubungkan dengan data kepemilikan ternak), mengetahui persebaran dan mutasi ternak, menentukan lokasi kelompok ternak yang dapat dijadikan target pemberian bantuan dan lokasi penyuluhan peternakan, otomatisasi surat ternak, dan yang  saat ini sedang dikembangkan adalah menentukan perangkingan ternak berdasarkan data performa yang telah diinputkan ke dalam sistem.

Ada beberapa fitur utama dalam Sipedet, yaitu Sikambing (Sistem Informasi Perkembangan Recording), Sisapi (Sistem Informasi Sarana Pelayanan Dan Distribusi), Siopname (Sistem Informasi Stock Opname), Sidomba (Sistem Informasi Dokumentasi Barang) Sikawan (Sistem Pelayanan Perizinan Peternakan Dan Kesehatan Hewan), dan Sipudang (Sistem Informasi Perundang-undangan).

Software ini telah diperkenalkan oleh Ir Nanung Agus Fitriyanto SPt MSc PhD IPM selaku wakil dari Direktur Pengabdian Kepada Masyarakat dan Dekan Fakultas Peternakan UGM pada 3 Oktober 2019 dalam acara puncak kegiatan Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2019 Kabupaten Tana Tidung.

Deskripsi mengenai aplikasi Sipedet dapat dilihat di https://youtu.be/RhXJUm_erl4. (Rilis/INF)




PEMERINTAH DORONG MAHASISWA KEMBANGKAN PETERNAKAN

Foto bersama pada kegiatan Konsolidasi Nasional Mahasiswa Peduli Pertanian Indonesia di Kementan. (Foto: Humas Ditjen PKH)

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), mendorong mahasiswa berpartisfasi aktif dalam kegiatan pengembangan pertanian, termasuk peternakan. Sehingga akademisi dan peternak bisa bersinergi dalam mengembangkan sektor peternakan Indonesia.

“Kontribusi mahasiswa dapat disampaikan melalui riset-riset atau kajian ilmiah yang hasilnya dapat ditindaklanjuti pemerintah untuk meningkatkan produksi dan kualitas peternakan Indonesia,” ujar Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, melalui keterangan tertulisnya pada kegiatan Konsolidasi Nasional Mahasiswa Peduli Pertanian Indonesia di Gedung Auditorium D, Kantor Pusat Kementan, Rabu (9/10/2019).

Ia menegaskan, peserta didik harus bangga menjadi mahasiswa peternakan. Pasalnya sektor peternakan merupakan bidang yang sangat menjanjikan serta dibutuhkan masyarakat, karena berhubungan dengan pemenuhan asupan protein hewani yang terus diupayakan dan ditingkatkan.

Menurutnya, mahasiswa sebagai generasi penerus diharapkan mampu memberikan kontribusi terbaiknya dalam mengembangkan sektor pertanian dan peternakan melalui pemanfaatan teknologi, agar berdaya saing menjadi bangsa yang berdaulat dalam hal ketersediaan protein hewani.

“Mahasiswa-mahasiswa bidang peternakan harus mampu melakukan berbagai terobosan  dan inovasi dalam pemenuhan kebutuhan protein bangsa dari keanekaragaman sumber protein. Sebab kalian generasi milenial penerus bangsa, yang diharapkan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih maju dan tangguh,” tegasnya.

Seperti halnya yang terus diupayakan pemerintah untuk menjaga kedaulatan pangan asal hewan melalui berbagai program terobosan, yakni program upaya khusus sapi indukan wajib bunting (Upsus Siwab), pengembangan sapi Belgian Blue, Galacian Blonde dan sapi Wagyu, serta penambahan sapi indukan impor, peningkatan status kesehatan hewan melalui pengendalian penyakit, penjaminan keamanan pangan asal ternak dan melakukan pelarangan pemotongan sapi betina produktif. Sementara untuk program pendukung diantaranya skim pembiayaan, investasi dan asuransi ternak, peningkatan kualitas bibit melalui introduksi, perbaikan mutu pakan, pengendalian penyakit dan ketersediaan air.

Sementara untuk industri perunggasan, yang sedang bergejolak, pemerintah telah melakukan public hearing terhadap rancangan revisi Permentan No. 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaraan, Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi pada 7 Oktober 2019, dengan tujuan agar lebih tertatanya usaha perunggasan, baik layer maupun broiler.

“Pemerintah telah mendapat masukan dan koreksi dari seluruh stakeholder perunggasan, yang pada gilirannya persepsi terhadap substansi revisi Permentan tersebut dapat diterima dari berbagai aspek, sehingga diharapkan peraturan tersebut mampu menjawab dan menyelesaikan persoalan pengembangan industri ayam ras secara nasional dan meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat,” tandas Ketut. (INF)

FORMAT GELAR SEMINAR KEHUMASAN

Foto bersama peserta Seminar Kehumasan Peternakan (Foto: Dok. Infovet)

Berlangsung di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Kamis (19/9), Forum Media Peternakan (Format) di arena ILDEX (International Livestock, Dairy, Meat Processing and Agriculture Exposition) 2019, menggelar Seminar Kehumasan Peternakan dengan tajuk “Peran Kehumasan dalam Mencapai Tujuan Perusahaan/Lembaga di Era Digital.”

Kegiatan diikuti oleh 25 peserta stakeholder peternakan dari kalangan mahasiswa, perwakilan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, hingga para eksekutif bisnis sarana produksi peternakan yang menangani bidang kehumasan dan media bidang peternakan.

Bambang Suharno, yang menyajikan materi perdana tentang bagaimana menjadi penyampai informasi melalui tulisan dalam bentuk artikel untuk dimuat di media penerbitan baik online maupun publikasi hardcopy. Ia menyampaikan teknis penulisan baik untuk keperluan kehumasan maupun artikel untuk menggunakan model piramida terbalik.

“Dari sisi konten gaya penyajian artikel piramida terbalik akan lebih menarik dan to the pint, tidak bertele-tele namun memulai tulisan dari inti bahasan dan solusinya, kemudian baru disusul keterangan pendukung lainnya yang kian ke bawah fungsinya hanya sekadar pelengkap saja,” jelas Pemimpin Redaksi Majalah Infovet itu.

Bambang menambahkan, agar penulis artikel kehumasan memiliki kualitas yang baik harus memperhatikan konten terkail hal-hal yang menyangkut aktualitas, sistematika dan gaya penulisan yang baik, serta memiliki bahan/materi pendukung yang terpercaya.

Sementara itu Redaktur Tabloidsinartani.com, Gesha Yuliani, memaparkan bahwa di era generasi milenial, praktisi kehumasan banyak berurusan dengan kerja digital seperti bagaimana memanfaatkan media online.

Dalam suatu lembaga pada praktek kehumasan, seseorang penanggungjawab institusi kehumasannya perlu memiliki keterampilan dalam membuat press release (siaran pers) sehingga dipandang layak ditampilkan di media online. Menurut Gesha, siaran pers kehumasan  bisa dijadikan senjata untuk menyiarkan hak jawab perusahaan/institusi. Maka penulisannya harus spesifik disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai suatu institusi untuk dipahami publik. (DS)


PROSPEK AGRIBISNIS LEBAH MADU

Pelatihan Manajemen Produksi dan Logistik Lebah Madu Tropika (Foto: Istimewa)

Indonesia memiliki kekayaan alam dan  potensi besar untuk pengembangan usaha perlebahan. Sebanyak 6 dari 7 spesies lebah madu di dunia ada di Indonesia, dan sebagian sudah dimanfaatkan masyarakat baik untuk panen madu maupun lilin. Dengan luas daratan Indonesia sekitar 200 juta hektar, 40% di antaranya berpotensi menghasilkan pakan lebah (bee forage). "Dari total areal tersebut dapat menghasilkan sekitar 80.000-200.000 ton dalam setahun," kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dr Asnath M Fuah dalam sebuah pelatihan tentang Manajemen Produksi dan Logistik Lebah Madu Tropika yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus Fakultas Peternakan IPB, Kampus Darmaga Bogor pada 8-9 Oktober 2019.

Potensi pengembangan bisnis madu di Indonesia sangat prospektif. Asnath memaparkan, jika dibandingkan dengan negara lain, konsumsi madu di Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi madu masyarakat Jepang mencapai 200-300 gram/kapita/tahun atau paling tinggi di negara-negara Asia. Di Eropa, terutama Swiss dan Jerman konsumsinya lebih tinggi, yaitu 800-1500 gram/kapita/tahun. "Di Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis konsumsi madu bahkan telah mencapai 1000 -1600 gram/kapita/tahun," katanya.

Bandingkan dengan konsumsi madu di Indonesia yang baru mencapai 10-15 gram/kapita/tahun. Penyebab rendahnya konsumsi madu Indonesia antara lain yakni madu hanya dikonsumsi sebagai suplemen; harga madu asli relatif mahal, daya beli kurang, dan rendahnya pengetahuan tentang madu.

Potensi besar budidaya ternak lebah juga ditunjukkan oleh data dari Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) yang akngka konsumsi madu Indonesia berkisar 7.000 - 15.000 ton per tahun. Padahal, produksi madu lokal Indonesia saat ini baru mencapai 4.000 - 5.000 ton per tahun, yang berarti Indonesia kekurangan produksi madu lokal sebanyak 3.500-11.000 ton/tahun. "Terjadi gap antara suplai dan demand madu," kata Asnath.

Adapun potensi jenis lebah madu yang prospektif untuk dibudidayakan di Indonesia antara lain yakni lebah hutan Apis dorsata, lebah lokal Apis cerana, lebah impor Apis mellifera, dan lebah lokal Trigona. Prospek bisnis ternak lebah tidak hanya madu saja, namun juga produk ikutan lain bee pollen, royal jelly, propolis, sengat lebah, lilin lebah, ratu lebah, koloni lebah, dan peralatan budidaya lebah.

Ruang lingkup agribisnis lebah madu juga terbentang luas, mulai dari potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana prasarana, modal usaha, penerapan teknologi panen dan pasca panen, produk hulu-hilir yang dihasilkan, logistik dan supply chain produk lebah. Potensi besar agribisnis lebah madu ini harus dimanfaatkan secara optmimal sehingga Indonesia diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan madu dan produk ikutannya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. (AS)

RAGAM PILIHAN KANDANG AYAM

Salah satu pilihan kandang panggung yang dibangun di atas kolam. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam memelihara ternak ayam, tentunya hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat kandang yang berfungsi sebagai tempat tinggalnya. Hunian ayam bisa dibuat sederhana dengan tetap memperhatikan prinsip keamanan, kenyamanan dan pembiayaan.

Peternak harus pandai-pandai dalam memilih tipe kandang yang baik. Kandang berbahan kayu pun bisa digunakan, apalagi ditambah dengan sentuhan teknologi tentu tidak menjadi masalah, tergantung pada kemampuan ekonomi peternak tersebut.

Pada artikel kali ini, secara garis besar kandang dibagi menjadi dua tipe. Pertama, tipe kandang dengan ventilasi biasa (naturally ventilated housing) diantaranya kandang panggung (slat), kandang postal, kandang kombinasi (slat dan postal), kandang bertingkat dan kandang baterai. Kedua, tipe kandang dengan Ventilasi yang bisa dikontrol (enviromentally controlled housing) yakni kandang tertutup (closed house) terdiri dari kandang tunnel ventilation system dan kandang cooling pad system, serta kandang tertutup bergandengan.

• Kandang panggung, tipe kandang panggung biasa dipakai di daerah banjir, daerah berawa, pedalaman yang tidak aman dari binatang buas atau daerah beriklim panas. Kandang panggung cocok dibangun di dataran rendah, daerah berawa. Konstruksi rangka kandang bisa dibuat dari kayu, bambu, atau kayu dolken. Kandang panggung juga bisa dibangun di atas kolam ikan atau disebut longyam, yang banyak dibangun di daerah Priangan Timur. Kotoran ayam dan tumpahan pakan bisa dimanfatkan ikan menjadi pakan. Peternak pun memperoleh keuntungan ganda dari produksi ayam dan ikan.

• Kandang postal, tipe kandang postal bisa digunakan pada pemeliharaan ayam bibit (breeder) atau komersial, baik ayam pedaging maupun petelur. Sirkulasi udara kandang postal tidak sebaik kandang panggung, karena aliran udara pada kandang panggung diperoleh juga dari kolong kandang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, bila membangun kandang postal, yakni atap perlu diberi monitor agar sirkulasi udara dalam kandang berjalan baik, gunakan bahan penutup atap kandang yang minim dalam menyerap dan melepaskan panas (asbes, genteng atau rumbia), bangun kandang di atas areal lahan terbuka sehingga sirkulasi udara berjalan lancar, lebar kandang minimal 7 m agar sirkulasi udara berjalan cepat dan terhindar dari penumpukan udara panas dalam kandang, kepadatan harus lebih rendah daripada kandang panggung yaitu 6-7 ekor/m2 untuk ayam pedaging komersial atau 2,5-3 ekor untuk breeder ayam pedaging.

• Kandang kombinasi (slat-postal), kandang ini biasa dipakai untuk pembibitan, yaitu 2/3 bagian slat dan 1/3 bagian postal dari lebar kandang. Keungulan tipe kandang kombinasi slat-postal dapat menampung jumlah ayam lebih banyak, slat secara tidak langsung dapat menyalurkan naluri bertengger ayam, pakan dan air minum yang tertumpah tidak dikonsumsi lagi oleh ayam karena feses jatuh ke penampungan di bawahnya, slat membuat temperatur kandang lebih dingin disamping kondisi dalam kandang lebih bersih. Tinggi tiang sisi kiri-kanan kandang dari lantai sampai atap terendah 2,4 m. Untuk daerah dataran rendah/panas disarankan 3 m, agar sirkulasi udara lancar dalam membuang tumpukan panas dan gas amonia. Kemudian kanopi kiri-kanan kandang berjarak 1,5 m dari dinding luar kandang untuk melindungi bagian dalam kandang dari tampias air hujan dan sorotan sinar matahari, bahan baku dan konstruksi kandang bisa disesuaikan dengan kemampuan ekonomi peternak. Untuk memenuhi kenyamanan ayam bisa dipakai bahan kayu, bambu atau besi. Kemudian lantai kandang cukup dengan plester semen agar memudahkan pencucian dan sanitasi, serta arah kandang disarankan sejajar dengan garis khatulistiwa atau arah Barat-Timur sehingga sinar matahari tidak langsung menyorot ke bagian panjang kandang.

• Kandang bertingkat, tipe kandang bertingkat biasa dipakai untuk pemeliharaan ayam broiler/pejantan/kampung pedaging komersil, dengan lahan terbatas/sempit agar tetap bisa memproduksi lebih banyak dalam satu siklus. Lantai dasar kandang diplester semen serta lantai atas dan selanjutnya terbuat dari kayu/bambu yang dilapisi papan atau bilik, semua lantai memakai sistem litter. Untuk mencapai lantai atas disediakan tangga kayu.

• Kandang baterai, kandang ini bisa digunakan untuk kepentingan penelitian dan komersial, terutama untuk ayam petelur, atau untuk breeding ayam petelur maupun pedaging dengan perkawinan Iseminasi Buatan. Keunggulan dari kandang ini antara lain menghemat penggunaan lahan, mudah menyeleksi ayam unggul, telur lebih bersih, terhindar dari kanibalisme, mudah mengisolasi ayam yang sakit, meminimalisir penghisapan gas amonia, menekan persaingan konsumsi pakan. Bahan kandang bisa menggunakan bambu, kayu atau kawat (campuran besi dan alumunium). Kandang baterai juga bisa ditempatkan dan memakai ruangan tertutup (closed house). Kawat kandang baterai harus merupakan hasil campuran 70% alumunium dan 30% besi agar elastis, karena bila prosentase campuran besinya terlalu banyak akan mengakibatkan banyak telur yang retak/pecah pada saat keluar dari ayam, termasuk telur yang berkulit tebal sekalipun. Dari pengalaman, penulis pernah meninjau salah satu layer komersial farm berkapasitas 50.000 ekor di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pernah memakai kandang baterai yang salah pilih, campuran besinya terlalu tinggi ternyata kerugian akibat telur retak/pecah bernilai jutaan rupiah per minggunya, sehingga harus mengganti kandang dan kerugian menjadi berkali lipat.

• Kandang tertutup dengan tunnel ventilation system. Tipe kandang ini cocok digunakan di daerah dataran tinggi yang berhawa dingin (karena menggantungkan suhu pada lingkungan luar), dimana system tunnel hanya menyedot udara luar dengan menggunakan exhaust fan melalui inlet kemudian dibuang keluar melalui bagian sisi kandang yang lain. Biaya kandang ini sedikit lebih mahal dari kandang terbuka.

• Kandang tertutup dengan colling pad system. Kandang ini sarat dengan teknologi tinggi dimana peralatannya cukup mahal, karena kecepatan aliran udara, pergantian udara, sekat udara, lubang masuk udara dan lain-lain diperhitungkan dan diatur sedemikian rupa. Model kandang ini cukup mahal dan biasa dipakai oleh industri perunggasan yang berpopulasi puluhan ribu ekor.

• Kandang tertutup bergandengan. Adalah kandang tertutup yang tidak memiliki jarak antara masing-masing kandang serupa dengan kandang disampingnya (bergandengan), ini dimaksudkan untuk menghemat lahan dan biaya instalansi listrik, biasa dipakai oleh industri perunggasan besar. Kelemahan kandang model ini, kontaminasi antar kandang mudah terjadi bila terjadi kebocoran udara. (SA)

PAKAN PRODUKSI MAHASISWA UNISLA INI TINGKATKAN BOBOT TERNAK

Pakan PelletKu produksi mahaasiwa Fapet UNISLA (Foto: Istimewa)



Mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Islam Lamongan (UNISLA) berinovasi dengan membuat produk pakan ternak unggul dengan brand "PelletKu".

PelletKu merupakan pakan ternak produk mahasiswa Fapet UNISLA yang diikutsertakan dan dinyatakan lolos dalam seleksi Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) 2019, program Kementerian Riset dan Teknologi yang diikuti seluruh mahasiswa Indonesia.

"Ide bisnis dari mahasiswa kami salah satunya adalah memproduksi pellet untuk pakan sapi dan kambing dengan label PelletKu,” ungkap Kaprodi Fapet UNISLA, Wahyuni SPt, MSi, dihubungi Redaksi Infovet, Selasa (8/10/2019).

Pekan lalu, Didin Harianto mahasiswa Fapet UNISLA beserta rekan satu kelompok mensosialisasikan PelletKu di hadapan para peternak Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan.

(Dari kiri ke kanan) Didin Harianto, Kades Tenggulun, Nova Dinda Natasyah.

Konsentrat pakan ini memiliki keunggulan membuat ternak sehat dan bobot meningkat dengan cepat. Selain itu, ternak tidak perlu lagi diberi pakan tambahan, karena PelletKu sudah termasuk complete feed atau sudah memenuhi kebutuhan gizi ternak dan formulasinya sudah lengkap.

“Keunggulan lainnya adalah pakan ini tidak berdebu, sehingga pakan yang diberikan tidak mempengaruhi kesehatan ternak,” kata Wakil Dekan Fapet UNISLA, Dyanovita (Novi) Al Kurnia SPt, MAgr, Selasa (8/10/2019). 

Lebih lanjut dijelaskan Novi, PelletKu diolah dengan bahan baku dedak, kedelai, pollard molasses (silase jerami jagung) dan berbagai limbah pertanian lain yang mudah diperoleh di kawasan Lamongan.  

“Rencananya, pakan ini akan diproduksi dalam jumlah banyak dan nantinya di-trial oleh mahasiswa Fapet semester akhir,” ungkap Novi.

Novi berharap, ke depan usaha mahasiswa Fapet UNISLA ini tetap berjalan dan terus mengembangkan jangkauan ke pasar yang lebih luas.

Kelompok mahasiswa Unisla yang mengikuti KBMI 2019 ini diketuai Didin Harianto dengan Abdullah Fanani, Nur Khasanah, Arya Adhi Prasetyo dan Nova Dinda Natasyah sebagai anggota. (NDV)



REVISI PERMENTAN No.32 TAHUN 2017 SIAP DISAHKAN

Senyum lega Dirjen PKH setelah public hearing selesai
Setelah melalui proses yang alot dalam diskusi dan public hearing yang berlangsung Senin (7/10) yag lalu, Permentan No. 32/2017 yang telah direvisi siap disahkan oleh Menteri Pertanian. Peraturan tersebut mengatur tentang Penyediaan Peredaraan Pengawasan Ayam Ras dan Telur konsumsi.

Ditemui setelah public hearing selesai, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita berharap agar Permentan tersebut dapat menyelesaikan semua persoalan yang ada di lapangan selama ini. 

"Saya lega, sudah berkali - kali rapat akhirnya kini bisa dibilang kita satu tahap lebih maju agar ini bisa di tandatangani Pak Menteri, setelah review dari Itjen, baru nanti kita undangkan ke Menkumham" tuturnya.Sebelumnya memang Permentan 32/2017 ini dibuat untuk mengakomodir penyediaan ayam ras dilakukan berdasarkan rencana produksi nasional sesuai keseimbangan supply dan demand. Namun begitu memang ada beberapa poin yang harus direvisi agar terjadi keseimbangan antara perusahaan besar dan peternak mandiri.

Salah satu poin yang dimaksud misalnya tentang RPHU, pelaku usaha, diwajibkan memiliki RPHU dalam tempo 3 tahun. Lalu pelaku usaha juga wajib melakukan pemotongan ayam hidup (livebird) di RPHU dengan fasilitas rantai dingin yang memenuhi persyaratan. Khusus untuk perusahaan besar, RPHU harus memiliki kapasitas sebesar 100% produksi livebird Internal, yang harus dipenuhi secara bertahap. Pada tahun pertama paling rendah 20%, tahun kedua paling rendah 60% dan tahun ketiga 100%.

Dalam Revisi Permentan ini juga terdapat perbaikan pengaturan untuk distribusi Parent Stock (PS). Nantinya 25% dialokasikan untuk perusahaan PS eksternal dan tidak terafiliasi. DOC PS yang beredar juga wajib memiliki sertifikat benih/bibit yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk dan sertifikat SNI untuk DOC FS.

Terdapat juga hal yang berkaitan dengan penambahan dan pengurangan produksi ayam ras dalam revisi Permentan tersebut. Dimana nantinya tindakan tadi dapat dilakukan apabila terjadi ketidakseimbangan supply dan demand. Penambahan dan pengurangan dilakukan oleh tim analisa penyediaan dan kebutuhan ayam ras berdasarkan SK Menteri Pertanian. 

Pelaku usaha atau perusahaan dalam melakukan kegiatan penyediaan dan peredaran ayam ras wajib pula melaporkan produksi dan peredarannya kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota, hal tadi dilakukan paling tidak satu bulan sekali setelah selesai kegiatan penyediaan dan peredaran ayam ras.Namun jika terjadi ketidak seimbangan supply dan demand laporan tadi juga dapat diminta sewaktu-waktu.

Anggota Tim Ahli Kementan, Trioso Purnawarman meminta kepada seluruh perusahaan agar jujur dalam pelaporan. “Jika ada perusahaan yang tidak jujur dalam laporannya Pemerintah, dalam hal ini Ditjen PKH dan Kementan akan memberikan sanksi, mungkin bisa berupa pemberhentian izin impor atau bahkan penutupan usaha, oleh karenanya mari kita saling jujur agar data yang kita miliki vaild dan tercipta iklim usaha yang baik,” tukasnya.

Selain  distribusi PS dan FS ayam ras, revisi rancangan Permentan ini juga akan mengatur tentang Industri pakan. Produsen pakan juga wajib menyediakan pakan yang sesuai persyaratan mutu dan keamanan pakan untuk kepentingan peternak. Mudah – mudahan, dengan direvisinya Permentan ini menjadi angina segar bagi industri perunggasan yang selama ini carut – marut karena adanya ketidakseimbangan supply dan demand. (CR)

PANAS! DITJEN PKH GELAR PUBLIC HEARING PERMENTAN PERUNGGASAN

Salah satu peserta sedang diskusi menanggapi panelis. (Foto: Infovet/CR)

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar public hearing terkait revisi Permentan No. 32/2017 tentang Penyediaan, Distribusi dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Dari pantauan Infovet, acara yang sedianya berlangsung pukul 08:00 WIB baru dimulai pada pukul pukul 09:00 WIB. Public hearing dihadiri stakeholder bidang perunggasan, asosiasi perunggasan, peternak kecil dan integrator, termasuk Biro Hukum Kementan.

Dihadapan para undangan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono, mewakili Dirjen PKH, membacakan revisi dari Permentan No. 32/2017. Acara dilanjutkan dengan mendengar tanggapan dari para stakeholder dan pelaku perunggasan terkait isi rencana dari revisi Permentan tersebut.

Jalannya diskusi pun memanas dan diwarnai beberapa kali debat kusir, saling sindir, tuding-menuding dan serang pendapat antar stakeholder perunggasan, buah dari pro-kontra yang terjadi.

Misalnya saja pada salah satu pasal yang menyatakan dimana integrator diwajibkan membuat rumah pemotongan unggas (RPU) dengan tenggat waktu paling lama lima tahun. Aturan tersebut ditanggapi kecewa oleh mantan Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia, Drh Hartono.

Menurut Hartono, pada demonstrasi 26 September lalu, seharusnya tenggat waktu tersebut telah disetujui maksimal dua tahun. “Kok jadi lima tahun? Padahal waktu tanggal 26 kemarin kan dua tahun, kami keburu mati kalau begini,” pungkas dia.

Hingga berita ini diturunkan, diskusi masih berlanjut dan belum membuahkan hasil. (CR)

WABAH DEMAM BABI AFRIKA SUDAH SAMPAI TIMOR LESTE


Sejauh ini belum ada vaksin yang dapat mencegah penularan virus demam babi Afrika (Foto: Pixabay)


Kematian ratusan babi akibat wabah demam babi Afrika, Kamis (3/10/2019) melanda Timor Leste. Sejak kasus pertama dilaporkan pekan lalu, penyakit tersebut kini sudah merenggut nyawa 405 ekor babi milik peternak rumahan di Dili.

Berdasarkan data sensus pada 2015, jumlah babi yang diternak di wilayah terjangkit wabah mencapai 44.000 ekor. Hingga saat ini, pihak kementerian belum menemukan bagaimana wabah tersebut bisa masuk Timor Leste.

Demam babi Afrika merupakan virus yang tidak berbahaya bagi manusia, tetapi mematikan untuk babi. Sejauh ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah penularan virus tersebut.

Untuk kasus Asia, virus itu pertama kali menjangkit Tiongkok lebih dari satu tahun yang lalu. Wabah kemudian meluas ke Kamboja dan Vietnam.

Tiongkok, produsen daging babi terbesar dunia, jadi salah satu negara yang cukup parah terdampak wabah. Virus itu tidak hanya mengganggu produksi babi di Negeri Tirai Bambu, tetapi juga komoditas lain yang menjadi pakan babi seperti jagung dan bungkil kedelai (soymeal)

Kementerian pertanian Timor Leste menyatakan telah bekerja sama dengan mitranya dari Australia untuk menyelidiki penyebaran penyakit ini.

“Sejak 19 September, kementerian telah mengumpulkan informasi tentang kematian 400 ekor babi,” katanya.

Virus ini tidak berbahaya bagi manusia tetapi menyebabkan demam berdarah pada babi yang hampir selalu berakibat fatal. Belum ada obat penawar atau vaksin dan satu-satunya cara yang diketahui untuk mencegah penyebaran penyakit adalah pemusnahan massal ternak yang terkena dampak.

Bulan lalu, Korea Selatan melaporkan kasus demam babi Afrika yang pertama, sementara ternak babi Tiongkok turun sekitar 40%. Kekurangan pasokan babi telah mendorong harga daging pokok negara itu naik setidaknya setengahnya.

Satu laporan Rabobank memperingatkan Tiongkok bisa kehilangan 200 juta ekor babi selama epidemi. Awal tahun ini, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan hampir lima juta babi di Asia telah mati atau dimusnahkan karena penyebaran penyakit tersebut. (Sumber: beritasatu.com) 




DIRJEN PKH: DORONG PEMBANGUNAN PETERNAKAN UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN

Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, saat menghadiri Kontes Ternak dan Festival B2SA di Kabupaten Dompu. (Sumber: Humas PKH)

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) meyakini bahwa saat ini merupakan momentum yang tepat untuk menggerakkan seluruh potensi dalam pembangunan peternakan nasional agar lebih efektif dan berdampak pada upaya pengentasan kemiskinan.

Hal itu disampaikan Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, saat menghadiri Kontes Ternak dan Festival Pangan Lokal Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), tingkat Kabupaten Dompu, Kamis, 3 Oktober 2019.

Dihadapan Bupati Dompu, Bambang M. Yasin berserta jajarannya, bersama instansi terkait bidang peternakan dan kesehatan hewan tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Kabupaten Dompu, serta peternak dan para tokoh, Ketut mengajak masyarakat untuk mengetahui waktu yang tepat untuk menjual ternak sapinya, agar memiliki nilai jual tinggi yang dapat mengangkat kesejahteraan peternak. 

“Kontes ternak seperti yang dilaksanakan di Dompu merupakan salah satu sarana untuk penyebaran informasi dan publikasi tentang capaian yang sudah diraih di bidang peternakan. Adanya kontes ternak ini sebagai upaya untuk mendorong peningkatan kualitas ternak di wilayah ini, disamping sebagai penghargaan bagi para peternak,” kata Ketut melalui siaran persnya, Jumat (4/10/2019).

Ia menjelaskan, kegiatan optimalisasi reproduksi masih merupakan salah satu fokus kegiatan utama bagi pihaknya. Hal tersebut dikemas dalam bentuk Program Upaya Khusus Sapi dan Kerbau Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab).

“Strategi yang ditempuh dengan cara memastikan sapi/kerbau betina dewasa sebagai target akseptor dapat terlayani perkawinannya dan menjadi bunting. Kegiatan ini merupakan salah satu langkah nyata pemerintah bersama masyarakat untuk mengakselerasi pertumbuhan populasi sapi/kerbau dalam negeri,” jelas dia.

Lebih lanjut disampaikan, Upsus Siwab yang telah dilaksanakan sejak 2017 sampai dengan 26 September 2019, telah menghasilkan realisasi pelayanan inseminasi buatan (IB) sapi/kerbau sebanyak 10.716.809 akseptor dari target 10 juta akseptor, dengan pelaporan kebuntingan sebanyak 5.610.587 ekor dari target 7,2 juta ekor dan telah menghasilkan kelahiran pedet sebanyak 4.232.354 ekor dari target 5,76 juta ekor.

Untuk kinerja Upsus Siwab di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan salah satu daerah pemasok sapi, per 26 September 2019 tercatat realisasi akseptor yang sudah di IB sebanyak 77.443 dosis (110,63%) dari target 70.000, ternak yang telah bunting sebanyak 45.647 ekor (93,16%) dari target 49.000 ekor dan kelahiran pedet sudah mencapai 41.193 ekor (105,08%) dari target 39.200 ekor.

Selain kegiatan Upsus Siwab, lanjut Ketut, pemerintah juga telah memberikan fasilitas bantuan ternak untuk Provinsi NTB, termasuk Kabupaten Dompu. Sejak 2016-2018, bantuan ternak untuk Provinsi NTB sebanyak 135 ekor sapi potong, 36 ekor kerbau dan 60 ekor kambing. Pada tahun ini Provinsi NTB menerima alokasi bantuan ternak sapi potong  sebanyak 220 ekor, termasuk untuk Kabupaten Dompu sebanyak 10 ekor. (INF)

HARGA TELUR ASIN ANJLOK



Ilustrasi telur asin (Foto: Google Image)


Peternak bebek petelur di Kelurahan Pesurunganlor, Kecamatan Margadana, Kota Tegal mengeluhkan harga telur asin yang anjok. Hal tersebut diungkapkan Agus (55), salah satu peternak yang memiliki 600 ekor bebek petelur.

Standarnya per butir telur dari peternak bebek seharga Rp 2 ribu. Namun saat ini mengalami penurunan jadi Rp 1.500 per butir.

"Penjualan telur asin sedikit. Harga telur dari peternak ikut turun," kata Agus, Rabu (2/9/2019).

Menurut Agus, situasi sekarang ini banyak rekan-rekannya sesama peternak bebek petelur yang gulung tikar karena harga pakan ternak dan penjualan telur tidak sebanding.

Agus menyebutkan, tiap hari hasil kotor dari penjualan 400 butir telur senilai Rp 600 ribu. Namun untuk membeli pakan beras aking, bekatul, dan ikan sehari capai Rp 400 ribu.

Tiap hari, Agus mengaku menerima bersih per hari Rp 200 ribu. "Dahulu pada 2010 hingga 2013 ada 100 orang peternak bebek petelur di Kelurahan Pesurunganlor."

"Banyak yang gulur tikar. Sekarang yang tersisa sekira 50 orang," ungkapnya.

Agus mengatakan, para peternak masih bisa merasakan harga normal di musim mudik dan musim  banyaknya hajatan. (Sumber: tribunnews.com)

PRINSIP PEMBERIAN PAKAN SAPI PEDAGING

Ternak sapi pedaging (Sumber: Istimewa)

Dalam penggemukan sapi, pakan yang diberikan harus memenuhi jumlah tertentu dengan kandungan energi dan protein yang cukup, sehingga menghasilkan pertambahan berat badan (PBB) sesuai yang diharapkan.

Pakan ternak sapi pedaging di Indonesia saat ini sebagian besar masih menggunakan bahan pakan lokal. Hijauan sebagai sumber bahan pakan utama masih menjadi andalan peternak mencukupi kebutuhan energi ternak. Namun demikian, ketersediaan dan kualitas hijauan merupakan masalah utama dalam penyediaan pakan di Indonesia.

Pada musim hujan ketersediaan hijauan di Indonesia cukup berlebih, namun pada musim kemarau hijauan menjadi langka. Pada saat ketersediaan hijauan berlebih, peternak mestinya memanfaatkannya dengan mengolah menjadi hay (hijauan kering), silase atau pengolahan lainnya, sehingga dapat disimpan dan dimanfaatkan pada saat kelangkaan hijauan terjadi. Namun, keterampilan peternak masih sangat rendah sehingga hanya sebagian kecil saja yang dapat melakukannya.

Menurut Dr Idat Galih Permana dari Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam sebuah pelatihan tentang pakan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) di Bogor pada September 2019 lalu, menyatakan bahwa di samping ketersediaan hijauan yang fluktuatif, kualitas hijauan di Indonesia masih relatif rendah. Seperti halnya di daerah tropis, pertumbuhan hijauan untuk mencapai fase generatif sangat cepat, sehingga hijauan yang dipanen cenderung mengandung protein yang rendah dengan kandungan serat kasar tinggi. Rendahnya penggunaan pupuk pada lahan hijauan semakin menyebabkan menurunnya kualitas hijauan. Disamping itu, sebagian besar peternak masih sangat mengandalkan hijauan alam atau rumput alam, sehingga kualitasnya sama sekali tidak dapat dikontrol.

Sementara pemakaian konsentrat untuk ransum ternak ruminansia di Indoensia masih didominasi oleh bahan baku lokal. Hal tersebut terjadi karena ternak ruminansia tidak terlalu menuntut bahan baku dengan kandungan tinggi nutrien. Beberapa bahan baku yang umum digunakan dalam konsentrat ternak ruminansia diantaranya onggok, dedak padi, polar dan jagung sebagai sumber energi, serta bungkil sawit, bungkil kelapa dan ampas tahu sebagai sumber protein. Kendati demikian, permasalahan yang juga terjadi dalam penyediaan konsentrat adalah fluktuatif dan kualitas bahan baku yang tidak stabil.

Program penggemukan atau feedlot pada sapi pedaging ditujukan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan dalam waktu 3-5 bulan pemeliharaan sapi bakalan. Dalam program tersebut sapi bakalan diberi pakan dalam jumlah tertentu dengan kandungan energi dan protein yang cukup, sehingga menghasilkan pertambahan berat badan (PBB) yang diharapkan.

Pertambahan berat badan sapi tergantung dari banyak hal, antara lain jenis sapi, kelamin, umur, kualitas pemeliharaan pada masa pertumbuhan, serta jenis dan cara pemberian pakan. Selain pakan hijauan, sapi pedaging juga harus diberikan konsentrat khusus untuk penggemukan. Sebagai acuan dalam pembuatan pakan konsentrat sapi pedaging, dapat digunakan SNI Konsentrat Sapi Potong (3148-2:2017).

Jenis-jenis Bahan Pakan
Bahan pakan secara umum dikategorikan dalam empat jenis, yaitu hijauan, konsentrat, pakan suplemen dan imbuhan (additive). Konsentrat merupakan bahan pakan yang mengandung energi dan protein tinggi, serta memiliki kandungan serat yang rendah. Terdiri dari biji-bijian/serealia, umbi-umbian, maupun limbah industri pertanian (agroindustry wastes). Kualitas bahan pakan konsentrat sangat ditentukan pada proses pengolahan, komposisi nutrisi, palatabilitas, kontaminasi dan proses penyimpanannya.

Bahan konsentrat yang berasal dari limbah industri pertanian pada umumnya berupa bungkil dan ampas. Bungkil adalah limbah hasil ekstrasi minyak dari suatu bahan, misalnya bungkil kedelai, bungki kelapa, bungkil inti sawit dan lain sebagainya. Bungkil bisa mengandung protein yang tinggi dan kaya akan mineral. Sedangkan ampas adalah limbah industri pertanian yang berasal dari proses ekstraksi sari pati suatu bahan, misalnya ampas singkong (onggok), ampas tahu, ampas sagu dan lain sebagainya. Kandungan nutrien ampas lebih rendah dari bungkil, bahkan memiliki serat yang lebih tinggi.

Proses pengolahan bungkil dan ampas ini sangat berpengaruh terhadap kulitas bahan pakan. Hal itu dikarenakan komposisi nutrisi bahan pakan yang pada akhirnya akan  menentukan kualitas bahan pakan tersebut. Kandungan nutrien yang digunakan dalam penentuan kualitas adalah nutrien makro seperti karbohidrat/energi, protein, lemak dan pati, disamping kandungan mineral (makro maupun mikro), serta vitamin.

Penentuan kandungan nutrien makro dapat dilakukan dengan analisis proksimat. Analisis proksimat terdiri dari bakan kering, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrat tanpa nitrogen (BETA-N). Adapun untuk serat kasar, berhubungan negatif dengan kualitas, semakin tinggi serat kasar maka kualitas bahan pakan semakin rendah.

Sedangkan untuk segi palatabilitas yang merupakan daya suka ternak terhadap suatu bahan pakan, bisa dipengaruhi oleh komposisi nutrisi, bentuk fisik, rasa, serta kandungan anti-nutrisi. Bahan pakan yang berkualitas baik akan memberikan palatabilitas tinggi dan sebaliknya bahan pakan yang palatabilitasnya rendah dianggap kurang berkualitas. Kandungan nutrisi tentu akan mempengaruhi palatabilitas. Pakan yang mengandung energi dan protein tinggi lebih disukai ternak dan sebaliknya kadar serat memberikan palatabilitas yang rendah.

Selain itu, bentuk fisik seperti tekstur, warna, bau, juga turut mempengaruhi palatabilitas. Ternak ayam misalnya, lebih menyukai butiran jagung yang berwarna cerah dibandingkan jagung dalam bentuk tepung dan berwarna pucat. Demikian juga dengan kandungan anti-nutrisi sangat mempengaruhi palatabilitas. Contohnhya adalah biji kedelai utuh yang mengandung tripsin inhibitor, memiliki palatabilitas yang rendah dibanding dengan bungkil kedelai, atau sorgum yang mengandung tanin yang tinggi akan dikonsumsi lebih rendah dibandingkan dengan sorgum yang mengandung tanin yang rendah. Pada level tertentu, anti-nutrisi juga akan mengganggu pencernaan dan kesehatan ternak.

Faktor lain yang juga mempengaruhi palatabilitas adalah kontaminasi benda asing. Onggok atau ampas singkong yang dipalsukan dengan pasir laut akan memiliki palatabilitas yang rendah, demikian juga dengan bungkil inti sawit yang banyak mengandung tempurung sawit atau dedak padi yang dicampur sekam, tingkat konsumsi atau palatabilitasnya akan rendah. Perhatikan juga dengan proses penyimpanan, apabila kurang baik sangat mempengaruhi kualitas konsentrat. Penyimpanan yang buruk seperti lembab, kotor, sirkulasi udara kurang baik akan menyebabkan bahan pakan menjadi rusak, berjamur, yang akhirnya mengubah kandungan nutrisinya. Hal ini tentu menurunkan kualitas bahan pakan.

Selain konsentrat, pakan utama yang terpenting untuk ternak ruminansia besar dan kecil adalah hijauan. Hijauan dapat terdiri dari rumput dan legum, baik yang dibudidayakan maupun dari alam. Rumput budidaya memiliki produksi dan kualitas yang relatif baik, dibandingkan hijauan alam yang kualitasnya bervariasi. Kualitas hijauan budidaya tergantung pada beberapa hal, antara lain umur pemanenan, kualitas lahan, varitas, palatabilitas, bulkiness dan laksatif efek.

Untuk mendapatkan performa sapi pedaging yang baik dalam masa pemeliharannya, bahan pakan yang tersedia harus diberikan dengan prinsip formulasi ransum yang benar. Maksudnya adalah teknik meramu atau mengombinasikan beberapa bahan pakan agar mencapai kandungan nutrien sesuai kebutuhan ternak dengan harga ekonomis. Ransum yang baik harus memenuhi seluruh nutrien yang dibutuhkan ternak. Pakan harus menggunakan berbagai bahan pakan, karena tidak ada satupun bahan pakan yang memiliki kandungan nutrien yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak. Jadi untuk mencukupi kebutuhan seekor ternak, berbagai bahan pakan harus dikombinasikan. Dan karena tidak ada bahan pakan yang sempurna, maka setiap bahan pakan dalam ransum peran masing-masing. Dengan mengombinasikan dengan bahan lain, maka akan terjadi supplementary effect atau efek saling melengkapi.

Idat Galih menegaskan, ransum yang baik adalah ransum yang seimbang dengan harga yang murah (balance least cost ration), yaitu ransum yang memiliki kandungan nutrien yang cukup, serta menggunakan bahan pakan yang seimbang dengan harga rendah. Untuk menghasilkan ransum yang seimbang dan murah, maka harus menggunakan bahan pakan yang tersedia, berkualitas dan relatif harganya murah. Ransum harus berharga relatif murah karena untuk menghasilkan produk ternak dengan biaya per unit produksi yang murah maka ternak harus diberi pakan yang relatif murah. Namun demikian yang dimaksud dengan murah bukan berarti “murahan”, karena untuk sekadar menyusun ransum dengan harga murah sangat mudah, namun untuk menyusun ransum yang baik dan seimbang serta murah tidak mudah.

Untuk melakukan formulasi ransum, seorang peternak atau ahli nutrisi pakan harus mengetahui beberapa hal, antara lain kebutuhan nutrien ternak, ketersediaan bahan pakan dan komposisi nutriennya, harga bahan pakan tersedia, serta batasan penggunaan bahan pakan. Ada banyak metode dalam menyusun ransum, mulai dari metode sederhana, metode coba-coba sampai dengan menggunakan komputer dengan bantuan software tertentu. Penggunaan sotware pada prinsipnya adalah dengan menggunakan metode linier, yaitu suatu metode optimasi dalam meminisasi harga atau mekasimumkan keuntungan. *** 

Andang S Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

HARGA AYAM BROILER KEMBALI TURUN, BAGAIMANA SAHAM EMITEN PERUNGGASAN?

Penurunan harga ayam broiler ditingkat peternak berdampak pada saham emiten perunggasan (Foto: Infovet)


Menutup bulan September, Senin (30/9), realisasi penjualan harga ayam broiler (livebird) di tingkat peternak kembali mengalami penurunan setelah pada hari Sabtu (28/9) dan Minggu (29/9) harga meningkat.

Penurunan berdampak pada harga saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang memerah pada sesi pertama perdagangan, Selasa (1/10).

Mengutip survei Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia, Selasa (1/10), misalkan di Jawa Tengah dan Yogyakarta harga broiler berada di rentang Rp 16.000 per kilogram (kg) - Rp 17.000 per kg.

Bila dibandingkan dengan harga pada hari Minggu (29/9), harga broiler berada direntang Rp 16.500 - Rp 17.700 per kg. Kemudian dibandingkan hari Sabtu (28/9) harga broiler berada di rentang Rp 16.500 - Rp 17.700 per kg. Penurunan harga ayam ditingkat peternak ini berdampak pada saham perusahaan ayam di Bursa Efek Indonesia.

Mengutip data RTI, pada perdagangan sesi pertama, Selasa (1/10), harga saham CPIN turun 1,87% ke posisi Rp 5.250 per saham. Tercatat 2,05 juta saham CPIN yang diperdagangkan dengan nilai perdagangan Rp 10,75 miliar.

Hal serupa juga terjadi di harga saham JPFA turun 1,90% ke posisi Rp 1.550 per saham. Tercatat sebanyak 3,86 juta saham JPFA yang diperdagangkan dengan nilai perdagangan Rp 5,98 miliar.

Pada perdagangan Senin (30/9), harga saham CPIN ditutup menguat 2,88% ke posisi Rp 5.350 per saham dan harga saham JPFA ditutup menguat Rp 3,95% ke level Rp 1.580 per saham.

Sementara itu, harga broiler di Jawa Timur berada di rentang Rp 16.000 - Rp 16.500 per kg./ Namun kekecualian di wilayah Madura harganya lebih tinggi di rentang Rp 17.800 - Rp 18.000 per kg.

Harga tersebut lebih rendah dibandingkan pada hari Minggu yang harga unggas di Jawa Timur berada di rentang Rp 16.800 - Rp 17.500 per kg. Sementara di Madura Rp 18.300 - Rp 18.500 per kg. Harga ayam broiler di Jawa Barat pada hari Senin berada di rentang RP 16.000 - Rp 18.500 per kg.

Harga tersebut turun dibandingkan harga pada hari Minggu yang berada di rentang Rp 17.000 - Rp 18.500 per kg. (Sumber: https://investasi.kontan.co.id)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer