-->

HALAL BIHALAL PT GALLUS INDONESIA UTAMA




Masih dalam suasana Idul Fitri 1440 H, bertepatan dengan hari kerja pertama, PT Gallus Indonesia Utama selaku penerbit buku - buku di bidang peternakan termasuk Majalah Infovet, Info Akuakultur dan Cat & Dog melaksanakan halal bihalal. 

Bambang Suharno selaku Direktur Utama PT Gallus Indonesia Utama dalam sambutannya mengatakan bahwa momen idul fitri hendaknya agar dijadikan sebagai pelecut semangat dan motivasi bagi para karyawan agar lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari di kantor. Tidak lupa pula ia secara pribadi dan mewakili direksi memohon maaf sebesar - besarnya kepada para karyawan PT Gallus Indonesia Utama apabila dikala menjalankan pekerjaan sering terdapat kata - kata atau tindakan yang salah, menyakiti maupun menyinggung.

Acara kemudian ditutup dengan pembacaan do'a dan makan siang bersama. Tidak ketinggalan pula acara pengundian parcell (bagi - bagi parcell) untuk karyawan PT Gallus Indonesia Utama. (CR)


DIRJEN PKH: STOK PANGAN ASAL HEWAN SURPLUS

Kegiatan Bakpia yang dilaksanakan Dirjen PKH, Jumat (31/5/2019). (Foto: Infovet/Ridwan)

Kementerian Pertanian memastikan ketersediaan daging sapi, daging dan telur ayam ras mencapai surplus, sehingga kondisi saat hari besar keagamaan terbilang cukup aman. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita, berdasarkan perhitungan kebutuhan dan ketersediaan daging sapi/kerbau, daging dan telur ayam ras.

“Stoknya surplus, sehingga kondisinya sangat aman di Hari Raya Idul Fitri tahun ini,” kata Ketut pada acara Bincang Asik Pertanian Indonesia (Bakpia) di kantornya, Jumat (31/5/2019).

Kementan mencatat ketersediaan daging sapi/kerbau mencukupi dengan surplus sebanyak 2.450 ton. Adapun prediksi kebutuhan Nasional pada Mei-Juni 2019 sebanyak 123.105 ton yang akan dipenuhi oleh produksi sapi lokal 72.576 ton, stok persediaan 40.620 ton dan rencana pemasukan daging sapi impor dan jeroan pada Juni sekitar 12.359 ton.

Sementara untuk daging ayam, dengan menghitung potensi produksi dan kebutuhan pada Mei-Juni 2019, diprediksi surplus sebanyak 30.373 ton dan komoditas telur surplus sebanyak 153.761 ton. Hal ini berdasarkan angka kebutuhan telur sebanyak 326.329 ton, sedangkan stok persediaannya 480.090 ton.

“Untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan, pemerintah mewaspadai tiga aspek utama, yaitu kecukupan stok, distribusi dan kenaikan permintaan. Kementan selalu berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan penghitungan supply-demand (daging sapi/kerbau, daging ayam dan telur) secara periodik,” jelasnya. 

Khusus terkait pemantauan harga, pihaknya melalui Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) terus melakukan pemantauan data harga di 158 kabupaten/kota, utamanya untuk komoditas sapi hidup, ayam ras dan telur ayam ras di tingkat produsen. Adapun harga tingkat konsumen diperoleh melalui koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementrian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.

“Harga stok pangan Nasional bisa dibilang aman. Naik-turunnya harga yang terjadi saat Puasa dan Lebaran tidak terlalu tinggi. Kita upayakan kerjasama oleh swasta juga untuk penyediaan daging yang harganya terjangkau masyarakat,” sambung Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani.

Langkah strategis lainnya, Ditjen PKH telah menyampaikan Surat Edaran No. 02.022/TU.020/F5/05/2019 tanggal 2 Mei 2019 kepada dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di seluruh provinsi/kabupaten/kota untuk meningkatkan pengawasan keamanan dan peredaran pangan asal hewan, serta memastikan produk hewan yang beredar telah diproses, didistribusikan dan dipasarkan di fasilitas unit usaha yang telah terdaftar dan diakui otoritas berwenang setempat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi praktik penyimpangan dan pemalsuan produk hewan. (RBS)

OPERASI PASAR DAGING HINGGA H-1 LEBARAN

 Permintaan daging akan terus meningkat sampai menjelang Lebaran (Foto: liputan6.com)


Operasi Pasar daging di Jakarta masih dilakukan hingga H-1 Lebaran. Hal ini dikemukakan Sekjen Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (APJI), Diana Dewi

"Sejak awal Ramadan sampai dengan H-1 lebaran, Operasi Pasar daging sapi dan kerbau beku ini dilaksanakan di seluruh wilayah Jakarta ditambah dengan Depok, Bekasi dan Bogor dengan 100 titik lokasi," kata Diana dalam acara buka puasa bersama 1.000 anak yatim bertempat di Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.

Daging beku operasi pasar dijual dengan harga Rp70.000 per kilogram, sedangkan harga normal di pasar saat ini di kisaran Rp80.000 per kilogram.

Diana memperkirakan permintaan daging akan terus meningkat sampai menjelang lebaran. Apalagi berdasarkan data telah terjadi kenaikan daya beli masyarakat Jakarta sebesar 10 persen.

Lanjutnya, saat H-1 nanti melalui Toko Daging Nusantara di Kranggan Bekasi akan digelar pasar murah daging beku dengan harga Rp 65.000 per kilogram.

Imbuh Diana, untuk stabilitas harga daging sapi sulit untuk mengandalkan sapi dan kerbau lokal. Untuk itu pemerintah harus segera membuka keran impor khususnya dari Selandia Baru.

"Memang pemerintah tengah melaksanakan program pembiakan sapi lokal melalui inseminasi buatan, namun hasilnya baru akan terlihat dalam waktu dua atau tiga tahun mendatang," ujar Diana.

Menurut Diana, selama ini konsumsi daging di Indonesia rata-rata berkisar 2,5 kilogram per kapita. Namun biasanya menjelang Lebaran, konsumsi daging meningkat tiga kalinya. (Sumber: liputan6.com/INF)

APRESIASI FAO UNTUK DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN




Dr Stephen Rudgard selaku FAO Representative (kanan) bersama Dr James McGrane, Team Leader FAO Ectad Indonesia (kiri) menyerahkan hadiah untuk Dirjen PKH I Ketut Diarmita. (Foto: Humas Kementan)

Keberhasilan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) dalam penanggulangan penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) diapresiasi Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO).

“FAO telah mendukung program Pemerintah dalam pengendalian dan penanggulangan flu burung sejak tahun 2006. Sepanjang kerjasama selama 13 tahun ini, kami mengapresiasi angka kasus penyakit flu burung yang terus menurun,” kata Stephen Rudgard, FAO Representative untuk Indonesia dan Timor Leste di kantor Kementan, Jakarta, Rabu (28/5).

Kementerian Pertanian mencatat, angka tahunan kasus flu burung turun dari 2751 pada tahun 2007 ke 476 pada tahun 2018. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh, serta diketahui dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

Flu burung adalah penyakit yang dapat ditularkan ke manusia (Zoonosis). Indonesia tertular virus flu burung sejak tahun 2003 yang menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja. Dalam rangka melindungi kesehatan manusia dan produksi ternak unggas di Indonesia, pemerintah gencar melakukan program pengandalian dan penanggulangan flu burung.

Dalam kesempatan tersebut, Ketut menyampaikan apresiasi kepada FAO atas kontribusinya dalam program pengendalian penyakit flu burung di Indonesia. Banyak keberhasilan yang telah diperoleh dalam kerangka kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan FAO disertai dukungan USAID.

“Saat ini pengendalian dititikberatkan pada peningkatan biosekuriti pada peternakan dan sertifikasi kompartemen bebas AI. Selain itu, program ini juga memantau dinamika virus yang beredar di lapangan untuk tujuan produksi dan penggunaan vaksin yang efektif dalam melindungi peternakan,” terang Ketut, dalam keterangan resmi yang diterima Infovet, Kamis (29/5).

Implementasi strategi pemerintah berhasil menekan kasus flu burung di peternakan rakyat dan memberikan sertifikasi kompartemen bebas AI bagi peternakan komersial. Keberhasilan sertifikasi tersebut membuat produk unggas Indonesia dapat diekspor ke beberapa negara. “Negara seperti Jepang yang persyaratan kesehatan hewannya sangat tinggi, mau menerima produk unggas Indonesia sebagai bentuk pengakuan penjaminan keamanan dan kesehatan hewan Indonesia,” tambahnya.

James McGrane, Team Leader Unit Khusus FAO di Bidang Kesehatan Hewan (FAO ECTAD Indonesia), pada kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa kerjasama yang baik antara Pemerintah Indonesia dan FAO perlu diteruskan agar dapat memastikan dampak yang berkelanjutan.

“Keberlanjutan kerjasama internasional ini akan memperkuat kapasitas Indonesia dalam melindungi masyarakat dan mata pencahariannya dari bahaya penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia,” kata McGrane.

Ketut menyambut baik tawaran kerjasama lanjutan ini dan berharap akan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia. (NDV)

KEMENTAN GELAR SILATURAHMI DAN BUKA PUASA BERSAMA

Mentan Amran saat memberi santunan pada acara silaturahmi dan buka puasa bersama, Senin (27/5/2019). (Foto: Dok. Infovet)

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan kemuliaan yang banyak digunakan untuk saling berbagi rezeki. Kementerian Pertanian (Kementan) memanfaatkan momen tersebut dengan menggelar acara silaturahmi dan buka puasa bersama (Bukber), yang dilaksanakan di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian, Senin (27/5/2019).

Dalam sambutannya, Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih terhadap kinerja seluruh jajarannya yang telah berkontribusi dengan baik. “Terima kasih kepada semuanya yang sudah bekerja di bulan Puasa ini,” ujar Amran.

Ia menyebut, berkat kerja keras yang dilakukan pihaknya selama Ramadan, harga komoditas pertanian strategis bisa terjaga. “Harga pangan kita aman selama Ramadan, ini berkat kerja keras kita semua,” katanya.

Usai sambutan, Bukber bertajuk “Pererat Ukhuwah Islamiah di Era Industri 4.0” langsung disambung dengan tausiyah yang dibawakan Ustaz Yusuf Mansur dan sekaligus dilakukan pemberian santunan secara langsung oleh Mentan Amran kepada masyarakat yang membutuhkan. (RBS)

Pelatihan Manajemen dan Sistem Penjaminan Mutu RPH Ruminansia


NEW HOPE BANGUN TIGA PETERNAKAN BABI DI VIETNAM

Ilustrasi babi (Foto: Shutterstock)

Produsen pakan asal China New Hope Group sedang membangun tiga peternakan babi di Vietnam. Langkah ini dilakukan ketika penyakit flu babi yang tidak dapat disembuhkan menyebar di Asia Tenggara.

Dikutip dari Reuters, peternakan milik New Hope akan dibangun di Provinsi Thanh Hoa, Vietnam yang direncanakan akan selesai pada tahun 2021. Peternakan babi tersebut akan menghasilkan 930 ribu babi setiap tahun.

Investasi baru ini memperluas pangsa pasar New Hope di Asia Tenggara. Produsen babi dan pakan ini telah menginvestasikan lebih dari 1,1 miliar yuan atau setara dengan 163,51 juta dolar AS ke peternakan babi.

New Hope telah menandatangani perjanjian dengan otoritas Vietnam di China Forum Belt dan Road pada Kamis kemarin.

Menurut laporan tahunan perusahaan, New Hope Liuhe pada tahun 2018 telah menjual 2,55 juta babi dan 17,04 juta ton pakan.

Diketahui langkah ini dilakukan ketika flu babi Afrika menyebar ke setidaknya 17 provinsi di Vietnam Utara dengan 239 wabah.

Diketahui, China adalah produsen babi terbesar dunia yang saat ini sedang berjuang sendiri untuk melawan virus mematikan yang kini telah ditemukan di provinsi dan di wilayah daratan China termasuk pulau Hainan sejak Agustus 2018. (Sumber: suara.com)

DEKAN FKH IPB : TETAP TENANG HADAPI CACAR MONYET

Indonesia sempat digemparkan dengan penyakit cacar monyet beberapa waktu yang lalu. Meskipun  ditemukan di Singapura, keberadaan penyakit tersebut membuat Indonesia sebagai negara tetangga patut waspada.

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB), Prof. Drh Srihadi Agungpriyono menyebut bahwa penyakit cacar monyet alias Monkeypox merupakan penyakit yang eksotik. Sebabnya, penyakit ini belum pernah dilaporkan penyebarannya di Indonesia.

Penyakit ini (cacar monyet) belum pernah dilaporkan ada di Indonesia baik pada hewan maupun manusia. Sehingga penyakit ini dalam istilah kesehatan hewan dikategorikan sebagai penyakit eksotik," kata pria yang akrab disapa Pak Yoni, dalam keterangannya kepada wartawan.

Lebih lanjut ia menambahkan, cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan virus monkeypox masuk ke dalam genus Orthopoxvirus, family Orthopoxviridae. Penyakit ini seperti smallpox (cacar) pada manusia, disebabkan variola yang berkerabat dengan cacar monyet, tetapi bersumber pada hewan.

"Hewan yang peka terhadap cacar monyet di antaranya monyet, kera, rodensia, dan mamalia kecil. Sumber virus di hewan bisa berasal dari lesio kulit, urin, feses, eksudat dari mulut, hidung, dan konjungtiva, serta semua jaringan hewan terinfeksi," imbuhnya.

Penularan dari hewan ke hewan melalui kontak langsung dengan sumber virus misalnya melalui gigitan, cakaran, dan endusan. Penularan diduga juga dapat terjadi melalui rute aerosol atau kontak dekat.
Sedangkan penularan dari hewan ke manusia dapat melalui kontak langsung dengan lesio (kulit), darah, dan cairan (eksudat) hewan terinfeksi, gigitan dan cakaran, melalui aerosol saat kontak dekat dengan hewan terinfeksi, serta konsumsi daging hewan liar yang dikenal 'bush meat' merupakan kasus pada manusia di Afrika.
Dari aspek kesehatan hewan, maka otoritas veteriner perlu membuat kebijakan tentang tindakan-tindakan preventif terkait masuknya hewan-hewan, terutama rodensia dan 'exotic pet' dari negara endemik.
Cacar monyet, memicu kekhawatiran masyarakat Indonesia

"Ini penyakit zoonotik, maka perlu ada koordinasi antara bidang kesehatan, kesehatan hewan, satwa liar, dan instansi terkait, untuk segera membuat serta mengambil langkah tindakan preventif termasuk kesiapsiagaan darurat atau emergency preparedness terkait masuknya virus Monkeypox," ungkap dia.
Pria yang merupakan dosen anatomi tersebut pun berharap komunikasi, informasi dan edukasi harus segera disusun untuk meredam keresahan dan kekhawatiran masyarakat terkait virus tersebut.
"Para pakar di FKH IPB sepakat agar masyarakat tidak perlu khawatir yang berlebihan namum tetap perhatikan himbauan dan saran yang disampaikan oleh pemerintah melalui instansi terkait," tutupnya.

WASPADA, TEMUAN SAPI ANTRAKS DI GUNUNGKIDUL

Ternak sapi. (Foto: Infovet/Ridwan)

Baru-baru ini masyarakat Gunungkidul, Yogyakarta, digegerkan oleh temuan sapi yang terjangkit antraks, pada Rabu (22/5). Pasalnya kasus itu tidak hanya mengancam keselamatan ternak, namun juga mengancam kesehatan masyarakat.

Menurut laporan warga, terdapat 15 ekor sapi yang dipotong oleh jagal di Desa Bejiharjo, Gunungkidul, Yogyakarta, menderita antraks. 

Kejadian antraks pun dibenarkan pemerintah daerah setempat. Kepada Infovet , Jumat (24/5), Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Gunungkidul, Drh Retno Widyastuti, menjelaskan, hanya terdapat 5 ekor sapi yang disembelih, satu diantaranya mengidap antraks.

“Dari hasil pemeriksaan BBVet satu ekor sapi positif antraks. Kemudian dilakukan juga pengambilan sampel terhadap tanah dan material lain di kawasan sekitar penyembelihan untuk diperiksa,” kata Retno.

Temuan tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat wilayah tersebut sudah terbebas dari penyakit menular. Jumlah sapi yang positif antraks bukan merupakan indikator derajat bahaya dan ancaman terhadap manusia maupun hewan lain. Namun, infeksi tersebut mampu menyebar dalam suatu kawasan yang luas dan sangat cepat. Kasus serupa pada 2017 juga pernah terjadi di Kulonprogo dan Bantul, Yogyakarta.

Retno pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tak perlu takut untuk mengonsumsi daging sapi maupun komoditas tenak lainnya. “Pemerintah sudah mengambil langkah isolasi daerah terinfeksi dan sudah melakukan pengambilan sampel. Saat ini juga sudah diupayakan pelarangan lalu lintas ternak,” pungkasnya. (iyo)

STUDI BANDING PETERNAKAN SAPI PERAH ORGANIK DI DENMARK


Kawasan peternakan sapi organik di Kota Aarhus, Denmark (Foto: Lusia Kus Anna)

Delapan peternak sapi dari Indonesia terbang ke Denmark atas undangan PT Arla Indofood untuk mengikuti studi banding mengenai seluk beluk peternakan sapi perah organik dan konvensional yang berlangsung mulai tanggal 6 - 12 April 2019.

Denmark memang menjadi negara dengan jumlah peternakan sapi perah organik terbesar di dunia. Saat ini terdapat 300 peternak susu organik dengan standar sertifikasi yang ketat.

Menurut salah satu pemilik peternakan organik Laust Krejberg, para peternak susu organik di Denmak mengikuti tiga standar peternakan, yaitu yang ditetapkan oleh pemerintah Denmark, standar dari perserikatan Uni Eropa, dan juga standar dari Arla Foods, perusahaan susu internasional yang menampung hasil susu sapi tersebut.

 “Standar dari Arla lebih kompleks dan ditetapkan bersama oleh peternak susu lainnya. Seiring berjalannya waktu, terus dilakukan perbaikan dan peningkatan mutu standar,” kata Krejberg ketika menerima tim peternak Indonesia di Aarhus, Denmark.

Berbeda dengan di Denmark, di Indonesia memang belum ada peternakan susu sapi organik. Bahkan, standar peternakan organik sendiri belum dibuat. Saat ini problem terbesar yang dihadapi peternak sapi perah di Indonesia adalah keterbatasan lahan untuk pengembangan pakan yang berpengaruh pada rendahnya produksi susu.

Rata-rata produksi susu segar di tanah air 847.090 ton per tahun atau sekitar 21 persen dari kebutuhan susu tahun lalu yang mencapai 3,8 juta ton. Sisanya harus diimpor.

Itu sebabnya menurut Eva Marliyanti, ketua Koperasi Agro Niaga Jabung, Malang, Jawa Timur, mengembangkan peternakan sapi organik di Indonesia relatif sulit.

“Yang harus dibuat organik adalah pakan ternaknya dulu. Sapi-sapi itu juga harus dilepas dari kandang. Untuk peternakan di Indonesia belum memungkinkan karena lahan yang dimiliki peternak belum banyak,” kata Eva yang memiliki anggota 2.100 peternak ini. Di Denmark, satu hektar lahan bisa menghasilkan pakan untuk satu ekor sapi.

Sebagai perbandingan, di Indonesia satu hektar dibagi untuk 8 ekor sapi, sekitar 30 liter perhari. Jumlah itu sangat jauh jika dibandingkan dengan sapi perah di Denmark yang bisa menghasilkan rata-rata 38 liter untuk peternakan konvensional dan 33 liter di peternakan organik.

 “Saya rasa kita lebih perlu meningkatkan produktivitas susu baru melangkah ke peternakan organik,” ujarnya. (Sumber: kompas.com)


MARKET PROJECT UNTUK PERMUDAH PETERNAK DAN KONSUMEN

Pemukulan gong oleh Walikota Bogor, Bima Arya, saat membuka launching Market Project, Rabu (22/5/2019). (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam rangka memperpendek rantai pemasaran, meningkatkan efisiensi dan membangun saluran pemasaran baru dari peternak ke konsumen, pemerintah menginisiasi kegiatan Market Project (MarkPro).

“Kegiatan ini juga sebagai sarana pelaksanaan sosialisasi atau promosi peningkatan konsumsi pangan asal ternak, serta sosialisasi berbagai program kegiatan nasional,” kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Kementerian Pertanian (Kementan), Fini Murfiani, saat launching MarkPro di lapangan Kelurahan Baranangsiang Bogor, Rabu (22/5/2019).

Kegiatan tersebut atas kerjasama Kementan, Dinas Pertanian Bogor, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) dan Koperasi Pertanian Agrisatwa (Koperasi Takwa).

Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto, yang turut hadir dalam acara, menyatakan dukungannya atas penyelenggaraan MarkPro guna memotong rantai pasok pangan asal hewan. 

“Hal ini seiring dengan penduduk Kota Bogor yang memerlukan ketersediaan produk asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), untuk penguatan pemenuhan kebutuhan gizi protein hewani yang cukup tinggi,” ujar Bima.

Ia berharap, kegiatan MarkPro dapat berkelanjutan, sehingga rantai pasok dari tingkat peternak hingga konsumen dapat terjaga. “Tidak hanya menguntungkan bagi kesejahteraan peternak, namun juga meningkatkan asupan gizi bagi masyarakat,” tambahnya.

Sementara di tempat terpisah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, I Ketut Diarmita, mengungkapkan bahwa kegiatan MarkPRO merupakan salah satu upaya mendekatkan peternak dengan konsumen, sehingga peternak dapat menentukan margin price sesuai dengan biaya produksi dan konsumen dapat memperoleh harga yang realistis.

“Selain itu, MarkPro dapat dijadikan embrio saluran pemasaran baru bagi peternak untuk memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen, dimana produk yang dijual dapat berupa produk peternakan dan produk olahannya. Ini menjadi peluang bagi UMKM peternakan untuk mengembangkan diri mempromosikan dan memperkuat jalur market-nya,” kata Ketut.

Dalam kegiatan MarkPro, juga dilengkapi edukasi bagi masyarakat untuk pengenalan produk pangan asal hewan yang ASUH, melalui Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH) Bogor. Edukasi berupa pengenalan perbedaan karkas ayam sehat dengan karkas ayam mengandung formalin dan ayam bangkai. Kemudian cara membedakan telur ayam yang baik dan yang rusak, serta mengenali perbedaan daging sapi, kerbau dan babi hutan (celeng).

Fini Murfiani dan Dirkeswan Fadjar Sumping Tjatur Rasa (tengah) bersama Bima Arya (pojok kanan) didampingi peternak bogor meninjau bazaar murah di lokasi launching Market Project. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kegiatan yang juga dilakukan dibeberapa kabupaten dan kota lainnya ini juga menampilkan bazaar produk berupa karkas broiler dingin segar sebanyak 4.200 ekor, telur 2.100 kg dan produk lainnya. Selain itu, adapun partisipasi industri pengolahan susu yang memberikan susu gratis kepada masyarakat dan bazaar susu, diantaranya PT Indolakto, PT Frisian Flag Indonesia, PT Industri Susu Alam Murni, PT Fonterra Brands Indonesia, PT Sari Husada, PT Cisarua Mountain Dairy dan PT Greenfields Indonesia. (RBS)

SEMINAR KESEHATAN UNGGAS MENGUAK MISTERI PENURUNAN PRODUKTIVITAS UNGGAS

Foto bersama pembicara dan seluruh peserta. (Foto: Infovet)

Seminar Kesehatan Unggas diselenggarakan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) bekerjasama dengan majalah Infovet dan Gita Organizer, dengan mengusung tema “Menguak Misteri Penurunan Produktivitas Unggas”. Seminar yang dihadiri sekitar 50 peserta ini digelar pada Rabu (22/5) di Menara 165, Jakarta

Ketua Panitia Seminar Kesehatan Unggas, Drh Yana Ariana menuturkan selama dua tahun belakangan peternak masih dihantui penyakit 90-40-60 atau secara teknis disebut penyakit H9N2 yang membuat ayam layer gagal memproduksi telur.

Pada kesempatan yang sama Ketua ASOHI Drh Irawati Fari mengemukakan, menerapkan biosekuriti yang baik mutlak dilaksanakan.

"Farm yang sudah bagus manajemen maupun biosekuritinya, walaupun farm kecil sudah tidak ada masalah penurunan produksi," tegas Irawati.

“Penyebab penurunan produktivitas unggas masih penyakit klasik, tidakada hal baru,” kata Prof Charles Rangga Tabbu, selaku pembicara pertama. Selain permasalahan klasik, dijelaskan bahwa aspek manajemen yang tidak optimal salah satu faktornya adalah pencemaran mikotoksin dalam pakan.

Persoalan pakan masih berkaitan dengan sistem perkandangan seperti biosekuriti yang tidak maksimal. “Salah satunya adalah keberadaan vektor serangga, khususnya frenki yang tidak dibasmi secara maksimal,” imbuh Prof Charles.

Adanya pelarangan AGP, menurut Prof Charles, menjadi sebuah cambuk atau masukan berarti bagi peternak untuk lebih meningkatkan manajemen kesehatan unggas.

Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner, Dr Drh Nlp Indi Dharmayanti MSi hadir sebagai pembicara kedua banyak menguraikan perkembangan virus Avian Influenza (AI) dari tahun ke tahun.

Momen penyerahan plakat oleh Ketua ASOHI dan Ketua Panitia kepada pembicara.

Indi mengatakan, virus H5N1 clade 2.1.3 di Indonesia masih merupakan ancaman yang serius terutama terhadap populasi manusia. “Korban meninggal akibat virus ini masih disebabkan oleh virus H5N1 clade 2.1.3,” ujarnya.

Virus tersebut, lanjut Indi, berubah dengan beberapa cara selain mutasi juga dengan melakukan modifikasi genetik dengan pencampuran materi genetic berbeda yang disebut dengan reassorment. (NDV)

PERTAMA DI INDONESIA! NUGGET, SOSIS, DAN BAKSO AYAM KEMASAN SERBA Rp.10.000

Produsen makanan dan olahan beku PT Belfoods Indonesia, meluncurkan desain kemasan barunya dengan mengusung tema Fun and Happiness. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1999 ini berkomitmen untuk menghadirkan suasana yang menyenangkan di dapur keluarga Indonesia dengan memberikan makanan olahan berprotein yang berkualitas, nikmat dan aman untuk dikonsumsi.

Bersamaan dengan diluncurkannya kemasan baru ini, Belfoods juga tampil sebagai Pelopor kategori makanan berprotein olahan yang meluncurkan kemasan per 1 kali saji hanya dengan harga Rp10.000. Kemasan ini dihadirkan dalam memenuhi kebutuhan keluarga Indonesia dalam menikmati makanan olahan berprotein berkualitas dengan harga yang terjangkau. Ada tiga kategori produk favorit keluarga Indonesia dengan kemasan baru ini yaitu chicken nugget, sosis ayam dan bakso ayam. Selain itu, kemasan per 1 kali saji ini juga akan terdistribusi lebih luas ke daerah pelosok agar memudahkan keluarga Indonesia mendapatkannya.

Belfoods Luncurkan Produk Olahan Ekonomis 

Semua produk makanan berprotein olahan dari Belfoods diproses dengan teknologi terbaik dengan suhu penyimpanan yang mampu menciptakan produk higienis tanpa menambahkan bahan pengawet, dan Dijamin halal oleh MUI. Belfoods percaya bahwa faktor kualitas bahan baku, rasa yang enak serta jaminan produk yang halal dapat menjadi pilihan terbaik bagi orang tua untuk menghadirkan makanan yang menyenangkan bagi anak-anak dan keluarga. Belfoods juga merupakan perusahaan berbasis unggas pertama di Indonesia yang melakukan ekspor ke Jepang pada tahun 2018.

Hingga saat ini kemasan baru pada produk Belfoods sudah tersedia di semua supermarket toko-toko ritel di seluruh Indonesia mulai April 2019.

SIERAD - WAHYOO KEMBANGKAN BISNIS AYAM GORENG EKONOMIS KUALITAS FANTASTIS

Seiring dengan kenaikan taraf hidup dan pendapatan masyarakat Indonesia, konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia pun mengalami kenaikan, terutama tingkat konsumsi kelas menengah.

Bisnis restoran cepat saji berbasis daging ayam pun tumbuh sangat cepat, bukan hanya yang berafiliasi dengan merek global, tetapi juga tumbuh dengan pesat merek-merek lokal asli Indonesia. Cara pemasarannya pun beragam, mulai dari yang berbentuk restoran mewah dengan sasaran pasar kelas atas, hingga yang menjual di pinggir jalan.

Sesuai dengan misi perusahaan, yakni menyediakan sumber protein yang terjangkau bagi masyarakat dan dalam rangka penetrasi ke pasar ayam goreng tersebut, PT Sierad Produce Tbk sebagai salah satu produsen ayam terbesar di Indonesia, menjalin kerjasama dengan Wahyoo, untuk membuka outlet penjualan ayam goreng di Mitra warung Wahyoo di area Jabodetabek.

Sierad - Wahyoo Akan Bangun 1000 Outlet Ayam Goreng di Jabodetabek


Wahyoo sendiri adalah perusahaan start up berbasis teknologi yang mempunyai anggota ribuan mitra warung yang tersebar di Jabodetabek. Model bisnis Wahyoo yakni sebagai pemasok segala kebutuhan warung anggotanya, sangat mendukung model bisnis ayam goreng kios ini. Jumlah Mitra Wahyoo hingga kini mencapai 5000 anggota dan akan terus tumbuh secara eksponensial dan mendukung pengembangan bisnis ayam goreng ini.

Dengan didukung oleh Rumah Pemotongan Ayam yang modern, berpengalaman dan bersertifikasi halal membuat ayam goreng kios ini akan terjamin keamanan pasokannya, kualitasnya dan kehalalannya. tiga faktor ini merupakan hal yang penting bagi masyarakat Indonesia.Sierad Produce juga memiliki ahli nutrisi produk yang sangat berkompeten di bidangnya, sehingga mampu memformulasikan resep ayam goreng yang tidak hanya lezat tetapi juga terjamin dan keamanan pangannya.

Dengan dibangunnya 100 outlet awal di wilayah Jabodetabek pada tahap pertama, bisnis kios ayam goreng ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan bisnis Sierad secara keseluruhan. (CR)

TRIK JITU TANGANI SERANGAN PENYAKIT BAKTERIAL

Desinfektan celup kaki, contoh sederhana penerapan biosekuriti. (Sumber: viv.net)

Dalam dunia mikroorganisme, bakteri merupakan salah satu yang paling sering dibicarakan. Terutama bakteri yang bersifat patogen. Celakanya, dalam dunia peternakan khususnya unggas, bakteri-bakteri patogen kerap kali menjadi biang permasalahan.

Menjaga kesehatan ternak demi menuai performa yang produktif wajib hukumnya. Terlebih lagi dalam perunggasan, selain penyakit non-infeksius, penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri sering kali terdengar mewabah. Kadang wabah dari infeksi bakteri yang terjadi di suatu peternakan ayam dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Oleh karenanya dibutuhkan trik-trik jitu dalam menanganinya. 

Karena Bakteri jadi Merugi
Kesuksesan mengontrol bakteri patogen, menghindari kontaminasi, mencegah multifikasi dan menyebabkan penyakit, menurut Ensminger (2004) adalah salah satu kunci sukses dalam menjaga performa dan produksi ternak. Namun, tidak semua peternak mampu melakukan hal tersebut. Cerita datang dari Marzuki, peternak asal Tanah Tinggi, Tangerang. Pernah ia mengalami kerugian akibat wabah penyakit CRD (Chronic Respiratory Disease) kompleks beberapa tahun lalu.

Awal mula menjadi peternak broiler, ia mengira bahwa memelihara ayam mudah, hanya tinggal memberi pakan dan menunggu saja, walaupun kenyataannya tidak. Dirinya baru mengetahui bahwa ayamnya terserang Colibacillosis ketika ada staf technical service suatu perusahaan obat mendatangi kandangnya.

“Saya enggak tahu-menahu awalnya, yang saya tahu penyakit ayam kalau enggak tetelo atau flu burung,” kata Marzuki. Ia kemudian secara perlahan mempelajari mengenai manajemen pemeliharaan yang baik dan benar dari berbagai sumber. Ketika diserang Colibacillosis, kerugian ekonomi yang diderita Marzuki mencapai 50% dari total ayamnya.

Menurut Product Manager PT Sanbe Farma, Drh Dewi Nawang Palupi, infeksi bakteri sangat berbahaya dan merugikan. Ia menegaskan, penyakit bakterial seperti Colibacillosis ditentukan oleh manajemen kebersihan kandang. Terlebih jika manajemen kebersihan kandang buruk dan tidak menerapkan sanitasi dalam kandang dan air minum.

“Kematian sekitar 1-2%, dan bisa berlangsung lama bila tidak ditangani dengan baik. Jika terjadi di minggu pertama masa pemeliharaan ,kematian bisa mencapai 10-15%. Saya menduga jika kematian sampai 50% ada campur tangan penyakit lain (komplikasi),” jelas Dewi.

Kendati demikian, Dewi juga menjelaskan bahwa Colibacillosis seseungguhnya bukan penyakit yang serta-merta menyerang begitu saja. Kemungkinan jika ada kandang yang terserang Colibacillosis itu hanya dampak sampingan saja. “E. Coli itu bakteri komensal di usus dan organ pencernaan, jadi kalau tiba-tiba berubah jadi patogen pasti karena... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi Mei 2019

PROBIOTIK SEBAGAI PENCEGAH PENYAKIT BAKTERIAL

Dengan aplikasi probiotik secara terprogram dan pengontrolan tindakan biosekuriti yang ketat dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk mencegah sergapan penyakit bakterial. (Sumber: alibaba.com)

Pasca regulasi pelarangan antibiotik pemacu pertumbuhan di dalam Pakan (AGP), harus diakui bahwa persoalan yang masih meliputi adalah performa ayam yang menjadi kurang optimal, baik aspek pertumbuhan yang jauh dari seharusnya bahkan ada potensi kecenderungan kekerdilan, hasil program vaksinasi yang kurang optimal serta konversi pakan yang buruk.

Menurut Drh Rully Susetyawan, selaku pengelola produksi dan penanggung jawab perusahaan produksi ayam PT Januputro, mengungkapkan hal itu kepada Infovet. 

Ketika ditanya mengenai solusi terhadap persoalan tersebut, ia menjelaskan, sebenarnya problem kurang optimalnya pertumbuhan diduga karena tidak optimalnya hasil program vaksinasi. Sehingga memungkinkan infeksi sub-klinis yang disebabkan oleh agen penyakit viral yang juga berakibat pada sergapan agen penyakit bakterial.

“Potensi kekerdilan dan pertumbuan yang lambat bukan diakibatkan oleh kualitas pakan yang kurang baik, namun lebih disebabkan karena infeksi virus sub-klinis yang diperparah dengan infeksi sekunder dari agen penyakit bakterial,” ujar Rully.

Ia pun menyarankan pengaplikasian probiotik untuk mencegah agen penyakit bakterial, sebagai upaya menekan kerugian yang jauh lebih besar. Memang setelah dicermati secara seksama dalam beberapa periode pemeliharaan, terbukti hasilnya cukup baik. Meskipun upaya untuk membuat kekebalan terhadap sergapan penyakit bakterial tidak begitu maksimal.

“Memang untuk kekebalan hanya vaksinasi caranya. Meski demikian, dengan aplikasi probiotik secara terprogram dan pengontrolan tindakan biosekuriti yang ketat dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk menangani sergapan penyakit bakterial,” ungkap dia.

Selain itu, melalui program pemberian probiotik, lanjut Rully, memberikan dampak cukup baik terhadap lingkungan dan efisiensi pakan. “Kandungan amonia di dalam kotoran ayam menjadi jauh sangat rendah. Sehingga mampu membuat ayam tumbuh lebih baik dan infeksi saluran pernapasan sangat berkurang. Selain itu, konversi pakan semakin baik dan efeknya pertumbuhan optimal,” jelasnya.

Perlu diingat, bahwa pilihan aplikasi program probiotik sebagai upaya alternatif pengganti AGP... (iyo)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2019.

KOMUNITAS PETERNAK DAN TS OBAT HEWAN GELAR BAKTI SOSIAL

Komunitas Peternak dan TS berfoto bersama adik-adik di Yayasan Sayap Ibu (Foto: Istimewa)

Komunitas Peternak dan Technical Service (TS) Obat Hewan berkumpul mengunjungi adik-adik penyandang disabilitas di Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Tangerang Selatan, Sabtu (18/5).

Selain agenda buka puasa bersama, diadakan juga kegiatan santunan yang terkumpul dari sumbangsih anggota komunitas. 

Penyerahan santunan oleh Ketua Panitia acara Drh Catur Fajrie Diah Astuti kepada pihak perwakilan Yayasan Sayap Ibu.

Ketua Panitia, Drh Catur Fajrie menyerahkan santunan kepada pihak Yayasan Sayap Ibu

"Terima kasih untuk teman-teman yang turut datang dan berkenan menyisihkan rejekinya untuk kegiatan bakti sosial pada momen Ramadan tahun ini. Acara seperti ini sekaligus sebagai ajang lebih mendekatkan kita semua," pungkas Catur. (NDV)

SIERAD PRODUCE LUNCURKAN SUPER DOC

Menyediakan bahan pangan, terutama sumber protein hewani yang berkualitas bagi penduduk Indonesia merupakan masalah yang tidak mudah. semua pemangku kepentingan di bidang pangan berusaha keras meningkatkan efisiensi dan produktivitas, demikian pula industri perunggasan sebagai salah satu penyumbang protein hewani tertinggi di Indonesia.

Dalam industri perunggasan terutama broiler, kualitas bibit tentunya juga memegang peranan penting dalam lingkup budidaya. Dengan kombinasi manajemen pemeliharaan serta bibit dengan potensi genetik yang baik, pastinya akan dihasilkan daging ayam yang berkualitas dalam masa pemeliharaan yang singkat, tentunya ini akan menguntungkan bagi peternak.

Top Direksi PT Sierad Produce Tbk Saat Launching Super DOC


Dalam rangka menghadapi tantangan pasar tersebut, maka PT Sierad Produce Tbk meluncurkan Super DOC. produk ini merupakan produk bibit ayam daging terbaru yang didesain agar menghasilkan capaian potensi genetik yang maksimal dan melampaui harapan peternak.

Menurut Drh Sudirman salah satu Direktur PT Sierad Produce Tbk, kinerja Sierad dalam menghasilkan bibit ayam pedaging telah diakui dunia. Pada tahun 2019 ini, Sierad berhasil meraih Top Flock Award untuk wilayah Asia Pasifik dari pembibit ayam Cobb International.

Super DOC diproduksi melalui seleksi yang sangat ketat, mulai dari pemeliharaan induk dengan tingkat biosecurity yang tinggi serta penerapan good breeding practices. Dengan mengusung semboyan "Cepat Besar, Susah Mati" Super DOC diharapkan menjadi bibit ayam pedaging terbaik di kelasnya dan mendapatkan tempat tersendiri di hati peternak. (CR)

DIBAWAH MANAJEMEN BARU, SIERAD PRODUCE SEMAKIN BERSINAR


Meskipun keadaan ekonomi pada tahun 2018 mengalami ketidakpastian, terutama pada nilai tukar Rupiah yang melemah. Industri peternakan khususnya perunggasan mengalami pertumbuhan yang cukup baik walaupun fluktuatif.

Selain memburuknya nilai tukar Rupiah, salah satu kendala yang juga mempengaruhi bisnis perunggasan yakni dilarangnya penggunaan antibiotik sebagai growth promoter. kendala lainnya datang dari terbatasnya produksi jagung lokal yang mengakibatkan tingginya harga jagung sehingga harga pakan unggas beberapa kali dalam setahun. belum lagi beragam jenis penyakit unggas yang mengakibatkan turunnya produktivitas.

Namun begitu, ditengah kondisi industri yang penuh dengan tantangan tersebut PT Sierad Produce Tbk di bawah kepemimpinan manajemen baru yang dipimpin oleh Tomy Wattimena Widjaja selaku Direktur Utama menunjukkan kinerja positif sepanjang tahun 2018. Memang tidak mulus, di tahun 2017 kerugian PT sierad produce Tbk sebelum pajak yakni 237 miliar rupiah. Upaya turnaround yang dilakukan oleh perseroan membuahkan laba sebelum pajak yang naik sangat signifikan sebesar 33,9 miliar rupiah di tahun 2018 dengan penjualan bersih mencapai 3 koma 12 Triliun Rupiah, naik 27% dari tahun 2017.

Sierad Produce Berpeluang Mengulang Kesuksesan 2018 di Tahun 2019


Tentunya ini menjadi pencapaian yang baik bagi perseroan. tentunya pencapaian tersebut merupakan kontribusi dari berbagai segmen seperti penjualan pakan ternak, d o c, pangan olahan dan ayam potong. Kontribusi terbesar dari Lini bisnis perseroan datang dari sektor pakan ternak dengan pertumbuhan volume sebesar 22,21% sedangkan sektor pangan olahan mencapai pertumbuhan volume sebesar 41,31%. Dari sisi operasional internal perseroan, berbagai peningkatan berhasil diaktualisasikan diantaranya adalah Upaya perbaikan kualitas produk, kualitas tim sales, strategi pemasaran yang brilian serta internalisasi budaya kinerja sebagai tim yang berorientasi pada hasil. Perseroan terus meningkatkan penerapan biosekuriti yang konsisten dalam manajemen pemeliharaan ayam.

Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2019, yang diselenggarakan pada 9 Mei 2019 di The Energy Building Jakarta, dihasilkan beberapa keputusan penting diantaranya menerima laporan tahunan 2018, mengesahkan laporan keuangan tahun 2018, memberikan pembebasan sepenuhnya kepada direksi dan komisaris atas segala tindakan pengurusan dan pengawasan yang dilaksanakan pada tahun 2018, persetujuan penggunaan laba bersih perusahaan serta menyetujui kembali pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi. Susunan Dewan Komisaris dan Direksi berdasarkan RUPST 2019 yakni :



1.    Antonius Joenoes Supit sebagai Komisaris Utama Independen
2.    Sri Lestari Anwar sebagai Komisaris
3.    Setiawan Achmad sebagai Komisaris
4.    Tomy Wattimena Widjaja sebagai Direktur Utama
5.    Soh Ching Kher sebagai wakil Direktur Utama Independen
6.    Sri Sumiyarsi sebagai Direktur
7.    Wayan Sumantra sebagai Direktur

(CR)

BERBAGI KEBAHAGIAAN, PT GALLUS INDONESIA UTAMA DAN ASOHI SANTUNI ANAK YATIM

Foto bersama berbagi kebahagiaan di Asrama Yatim dan Dhuafa Mizan Amanah (Foto: Infovet/NDV)

PT Gallus Indonesia Utama (Majalah Infovet, Majalah Akuakultur, Majalah Cat&Dog) bersama Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) mengunjungi Asrama Yatim dan Dhuafa Mizan Amanah, Pasar Minggu pada Jumat 17 Mei 2019. Tim PT Gallus dan ASOHI disambut hangat oleh bapak Nasiri selaku pengurus asrama.

Sekretaris Jenderal ASOHI, Drh Harris Priyadi dalam sambutannya menyampaikan rasa senang dapat duduk bersama dengan anak-anak yatim piatu di Mizan Amanah, pada bulan Ramadan yang penuh keberkahan ini.

“Berada sedekat ini dan duduk bersama adik-adik semua, kami merasa ada kehangatan dan kebahagiaan. Kami diingatkan untuk tidak melupakan kewajiban-kewajiban berbagi kepada sesama,” tuturnya.


Ir Bambang Suharno (tengah) didampingi Drh Harris Priyadi (kanan) memberikan majalah Infovet kepada bapak Nasiri

Dalam kesempatan yang yang sama, Pimpinan Redaksi Majalah Infovet Ir Bambang Suharno mengatakan acara ini rutin diselenggarakan setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur dan implementasi tanggung jawab sosial perusahaan.

Pada akhir acara, dilakukan kegiatan penyerahan santunan untuk anak-anak Yatim serta memberikan secara simbolis bingkisan berupa alat tulis dan sembako. (NDV)

 

KEMENTAN PANTAU STOK TELUR AYAM SELAMA RAMADAN

Fini Murfiani ketika memantau telur di pasar tradisional. (Dok. Dirjen PKH)

Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa ketersediaan komoditas telur ayam ras mencukupi selama Bulan Ramadan dan Idul Fitri 2019. Hal itu berdasarkan perhitungan ketersediaan telur ayam ras Mei-Juni 2019 sebesar 480.090 ton. Sedangkan perkiraan kebutuhan masyarakat sebanyak 326.329 ton (surplus 153.761 ton).

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani, menjelaskan, memasuki pekan kedua Ramadan, berdasarkan informasi Petugas Pelayanan Informasi Pemasaran Dinas bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, untuk harga telur ayam ras per 14 Mei 2019 rata-rata di tingkat peternak di 32 provinsi mencapai Rp 19.426/kg, berada dikisaran harga acuan pemerintah Rp 18.000-20.000. 

Dibandingkan kondisi minggu pertama Mei 2019, kondisi rerata harga telur ayam ras tingkat produsen di beberapa sentra produksi cenderung meningkat 0,45%. Pada periode minggu kedua Mei 2019, harga mencapai Rp 20.820/kg dari sebelumnya Rp 20.726/kg.

Kendati demikian, di beberapa wilayah harga telur di tingkat peternak masih cenderung rendah. Berdasarkan data per 14 Mei 2019, harga telur di tingkat peternak Jawa Tengah (Rp 14.833/kg), Jawa Barat dan Jawa Timur (Rp 17.260/ kg).

“Kami secara rutin memantau agar harga yang diperoleh peternak terjaga, minimal sesuai dengan harga acuan, sehingga peternak tetap memperoleh keuntungan. Namun, pemerintah juga berperan agar harga di tingkat konsumen terjangkau,” kata Fini dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/5/2019).

Berdasarkan pantauan harga dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Fini mengemukakan, untuk produk telur ayam ras di pasar tradisional di 34 provinsi per 14 Mei 2019 mencapai Rp 26.045/kg, naik 1% dibanding harga sebelumnya 6 Mei 2019 sebesar Rp 25.791/kg. Sedangkan harga Konsumen berada pada level Rp 25.957/kg. “Kita harapkan harganya stabil terjangkau, jika naik pun tidak terlalu tinggi,” ucapnya.

Dengan menghubungkan antara peternak telur dengan Toko Tani Indonesia (TTI), Kementan telah melakukan Operasi Pasar di tujuh pasar di DKI Jakarta pada 8 Mei 2019. Fini mengungkapkan, saat ini dari 47 pasar tradisional DKI Jakarta, berdasarkan data Info Pangan Jakarta (14 Mei 2019) harga telur rata-rata Rp 24.670/kg. Harga terendah mencapai Rp 23.000 di Pasar Senen, Pasar Grogol, Pasar Cijantung dan Pasar Cempaka Putih, sedangkan harga tertinggi Rp 26.000/kg terjadi di Pasar Jembatan merah, Pasar Metro Atom, Pasar Pondok Labu, Tebet Barat dan Pasar Kalideres.

“Pemerintah mempersiapkan agar ketersediaan pasokan tetap terjaga, sehingga kebutuhan masyarakat dalam menghadapi hari besar terpenuhi dan menjadi tugas pemerintah pula untuk bersinergi menjaga agar kenaikan harga dapat terkendali,” tandasnya. (INF)

SIERAD PRODUCE GANDENG XL AXIATA KEMBANGKAN SMART POULTRY

PT Sierad Produce Tbk

PT Sierad Produce Tbk menjalin kerjasama dengan PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) dalam pengembangan Smart Poultry dengan menerapkan solusi IoT (Internet of Things) guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi unggas.

Solusi IoT dipilih karena mampu memberikan visibilitas real-time, mengotomatiskan proses manual, dan juga memberikan nilai tambah kepada peternakan unggas tersebut melalui analisa big data. Penandatanganan kerjasama kedua pihak dilakukan oleh Kirill Mankovski Chief Enterprise & SME XL Axiata  dan Tommy Wattimena selaku Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk di Jakarta, Kamis (9/5).

Kirill Mankovski mengatakan, bekerja bersama dengan Sierad merupakan peluang besar bagi XL Business Solutions sebagai penyedia teknologi IoT, untuk mengembangkan solusi berdasarkan situasi nyata yang dihadapi klien kami.

"Kami memberikan solusi end-to-end dan sensor yang menggunakan platform FlexIOT andalan kami untuk mendigitalisasi berbagai rangkaian proses dalam beternak ayam. Dengan harapan membuat bisnis semakin bertumbuh tidak hanya cepat melainkan juga lebih produktif dan efisien," katanya.

Tommy Wattimena menambahkan, solusi IoT sangat cocok untuk diterapkan di industri peternakan. "Digitalisasi dalam hal produksi perlu dilakukan oleh industri peternakan untuk meminimalisir jumlah kematian unggas serta meningkatkan kualitas dari unggas tersebut yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dari sebuah peternakan," terangnya.

Selama ini, metode yang digunakan peternak masih serba manual sehingga memerlukan banyak tenaga kerja dan memakan waktu. Dengan memanfaatkan fitur-fitur dan sensor IoT dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam serangkaian proses. Misalnya mulai dari memantau lingkungan, otomasi pemberian makan, hingga memastikan kondisi ternak. Jika hal buruk terjadi maka bisa segera dilaporkan untuk diambil tindakan yang diperlukan.

XL Axiata, melalui XL Business Solutions, menyediakan platform digital berbasis cloud, layanan integrasi IoT, termasuk integrasi antara sensor dan otomasi peralatan-peralatan di kandang ayam. Saat ini solusi Smart Poultry tersebut telah selesai diimplementasikan dan dan dalam masa uji coba.

Ada lima fitur utama pada dalam solusi Smart Poultry ini. Pertama, fitur real-time monitoring untuk mengetahui ketersediaan makanan, air minum, berat ayam, juga kondisi lingkungan menyangkut suhu, kelembaban, NH3, air velocity, dan intensitas cahaya. Kedua, controlling, yaitu kemampuan mengendalikan beragam peralatan dari jarak jauh secara terintegrasi.

Fitur selanjutnya adalah alerting/notification, yaitu kapabilitas memberikan notifikasi secara otomatis kepada pengelola bilamana terjadi suatu situasi tertentu. Kemudian ada juga fitur otomatis untuk menjaga stabilitas suhu dalam ruang. Lalu ada pula fitur Analytics untuk mengetahui hasil analisa atas produktivitas ternak.

Pengembangan proyek Smart Poultry ini telah dimulai sejak tahun lalu dan diharapkan uji coba tersebut akan selesai di periode Q2 2019, untuk selanjutnya siap diterapkan dalam skala komersial yang lebih besar. (Sumber: kontan.co.id)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer