-->

CARA BIJAK KONSUMSI JEROAN

Soto jeroan yang menggugah selera. (Foto: img.kurio.network)

Olahan soto iso dan babat sapi dengan kuah panas yang gurih memang menggugah selera. Namun, dibalik nikmatnya perlu waspada dengan risiko yang mengintai. Bagaimana cara bijak konsumsi jeroan?

Pernah mencicipi soto iso dan babat? Bagi penggemar masakan jeroan, makanan tersebut tentu terasa nikmat. Meski tak semua orang mau makan jeroan, namun warung makan penjual olahan jeroan ada di mana-mana. Penikmatnya, kadang rela antre untuk sekadar menikmati soto khas Nusantara ini.

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang sering melintas kawasan stasiun kereta listrik (KRL) Gondangdia, Jakarta Pusat, saat siang hari dipastikan akan melihat suasana dimana pembeli berjubel untuk berburu makan siang.

Salah satu warung makan yang banyak digemari pembeli adalah Warung Soto Babat Gondangdia. Tempatnya di sisi kanan stasiun, berhimpitan dengan rumah warga. Setiap hari, terutama waktu makan siang dan sore jam pulang kerja, warung ini selalu dipenuhi pembeli.

Soto babat dan iso adalah dua menu favorit di warung ini. Dengan kuah bening yang gurih dan taburan bawang goreng, kedua soto tersebut memang nikmat untuk santap siang. “Seminggu bisa tiga kali saya makan di sini,” tutur Sudirman kepada Infovet.

Karyawan salah satu perusahaan di sekitar Gondangdia ini termasuk penggemar soto iso dan babat. Saat jam istirahat siang tiba, lelaki asal Citayam, Bogor, itu mengaku suka makan siang di Warung Soto Babat Gondangdia.

Tidak takut kolesterol? “Iya, sih. Kadang khawatir juga. Tapi jujur aja, nikmat banget makan siang pakai soto iso babat, kuahnya gurih banget. Apalagi makan panas-panas,” ujarnya.

Sudirman hanyalah salah satu orang yang menyukai makanan olahan jeroan. Dipastikan masih banyak lagi orang yang memiliki kegemaran sama dengan Sudirman, menikmati soto iso dan babat.

Bagi sebagian orang, iso sapi mungkin masih awam. Iso adalah bagian usus sapi. Sama seperti babat, iso diketahui mempunyai kandungan gelatin dan probiotik yang sebenarnya baik untuk tubuh, selain juga mempunyai kandungan kalsium yang dapat membantu mencukupi asupan mineral.

Jeroan Tetap Ada Manfaatnya
Mengonsumsi jeroan dalam jumlah wajar sebenarnya dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan. Hal ini dikarenakan jeroan mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Mengutip penjelasan dari Buku 35 Resep Masakan Olahan Hati & Ampela Ayam (2010) oleh Lilly T. Erwin, jeroan merupakan bahan pangan yang mengandung cukup banyak gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Vitamin yang terdapat pada jeroan adalah vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin B12, dan asam folat. Untuk mineral, ada zat besi, kalsium, kalium, magnesium, fosfor, dan seng.

Kandungan vitamin B12 pada jeroan dipercaya dapat mengurangi potensi gangguan sistem kerja sel-sel saraf, sehingga mampu mengoptimalkan fungsi sel-sel tersebut. Termasuk menurunkan risiko terjadinya gangguan memori pada otak.

Sementara itu, kandungan seng dan vitamin A pada jeroan, khususnya hati, baik untuk memelihara kesehatan jaringan epitel, termasuk endothelium pembuluh darah. Kandungan asam folat dan zat besi juga menjadikan jeroan baik untuk mencegah anemia.

Risiko Jika Keseringan
Meski terbilang lezat dan banyak manfaat, jeroan sepatutnya tak disantap terlalu sering atau terlalu banyak. Menurut pakar gizi dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University, Dr Ir Budi Setiawan, mengonsumsi olahan berbahan baku jeroan jelas sangat tidak sehat untuk dikonsumsi, karena mengandung kolesterol cukup tinggi.

Jeroan memiliki banyak macamnya, mulai dari babat, usus, jantung, hati, dan lainnya. Bagian jeroan juga memiliki kandungan lemak lebih tinggi. Tetapi jeroan juga memiliki kandungan mineral yang dibutuhkan tubuh.

“Yang menjadi masalah kadang-kadang jeroan babat dan usus terdapat kotoran yang masih melekat di bagian dalamnya. Ini yang harus penuh kehati-hatian saat mengolahnya,” ujar Budi kepada Infovet.

Menurutnya, mengolah jeroan tidak sampai bersih, meskipun sudah dimasak, mikroba di dalam usus dan babat kemungkinan akan terbawa dalam bentuk makanan olahan. Dalam beberapa referensi, ada sejumlah bahaya yang dihadapi jika sering mengonsumsi olahan jeroan.

Pertama, sebabkan kolesterol tinggi. Selain nutrisi yang telah disebutkan di atas, jeroan terbukti mengandung juga kolesterol tinggi. Dikutip dari Buku Dasar-Dasar Gizi Kuliner (1998) oleh C. Soejoeti Tarwotjo, jeroan adalah sumber zat kolesterol. Asupan kolesterol dari makanan yang berlebihan bisa memicu masalah kolesterol tinggi. Jumlah kolesterol yang terlalu banyak di dalam darah dapat menyebabkan pembuluh darah mengeras atau menyempit (aterosklerosis). Apabila aliran darah menuju jantung sampai terganggu, maka dapat terjadi penyakit jantung. Jika tak segera diobati, kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi berbahaya berupa serangan jantung. Beberapa studi bahkan menemukan hubungan linier antara hiperkolesterolemia dan risiko hiperurisemia (penyakit asam urat). Sebab itu, konsumsi jeroan harus dipantang oleh penderita asam urat.

Kedua, jeroan bisa memicu asam urat. Selain kolesterol, jeroan juga terbukti mengandung senyawa purin yang tinggi. Mengutip penjelasan dalam Buku Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat (2012) oleh Lanny Lingga PhD, semua jeroan mengandung purin yang sangat tinggi. Karena itu, konsumsi jeroan akan menambah purin dalam jumlah banyak sehingga mengganggu keseimbangan purin dalam serum. Bagi seseorang yang kebal terhada purin sekali pun, jeroan berpotensi micu peningkatan asam urat.

Ketiga, jeroan dapat memicu diabetes mellitus. Masih dalam bukunya, Lanny Lingga juga menyebut bahwa jeroan adalah sumber lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh hewani yang berlebihan dapat menekan ketersediaan omega-3 bagi tubuh karena menghambat kinerja enzim desaturase dan elongase yang bertugas mengubah omega-3 ALA menjadi DHA dan EPA. Defisiensi omega-3 menyebabkan peningkatan kadar asam urat sekaligus memicu serangan gout atau penyakit asam urat. Asupan lemak jenuh terlalu banyak juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2.

Keempat, konsumsi jeroan membebani aktivitas kerja organ ginjal. Konsumsi protein hewani yang memiliki nilai cerna rendah dan pH rendah seperti jeroan bisa membebani aktivitas kerja organ ginjal. Konsumsi protein hewani akan mereproduksi asam urat yang dibuang atau diekskresi lewat ginjal karena terjadi persaingan antara keton dan asam urat, sehingga kadar asam urat serup dapat meningkat.

Kelima, konsumsi jeroan bisa memicu obesitas. Jeroan sarat kalori sehingga kelebihan kalori dikhawatiran menyebabkan obesitas atau kegemukan.

Cobalah Beralih ke Telur
Bagi penggemar olahan produk berbahan jeroan, jika sulit mengurangi porsinya, ada baiknya secara perlahan mengganti dengan olahan telur ayam. Selain lebih murah, dengan olahan yang sama telur jauh lebih sehat dibanding jeroan.

Memang ada anggapan konsumsi telur berdampak pada naiknya kolesterol dan penyakit jantung. Namun, tidak ada korelasi positif antara kegemaran mengonsumsi telur ayam dengan peluang mendapatkan serangan jantung. Penelitian ilmiah secara intensif yang berakhir pada 1996 oleh Harvard School of Public Health Amerika telah membuktikan hal tersebut.

Dalam narasi artikel yang ditulis Tony Unandar selaku Anggota Dewan Pakar, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), disebutkan andai kata telur tidak mengandung kolesterol, tentu saja tidak akan ada kontroversi antara konsumsi telur dengan kesehatan manusia.

Yang jelas menurut National Academy of Sciences (NAS) Amerika, sebutir telur ayam ras yang besar mengandung kira-kira 215 miligram (mg) kolesterol atau sama dengan duapertiga dari total kebutuhan kolesterol manusia dewasa perhari, yaitu sekitar 300 mg.

Tiap butir telur mengandung kira-kira 6 gram protein dan 5 gram senyawa lemak. Kira-kira 50% dari total protein telur terdapat dalam bentuk albumin (putih telur), sedangkan senyawa lemak umumnya terdapat dalam kuning telur dengan komposisi lemak tidak jenuh lebih dari 50%. Protein telur merupakan protein ideal bagi manusia, karena terdiri atas asam-asam amino esensial yang seimbang.

Selain itu, telur juga mengandung zat besi (Fe), riboflavin, asam folat, vitamin B12, D, dan E. Hampir serupa dengan daging, zat besi yang terkandung dalam kuning telur terbukti mempunyai bioaviabilitas tinggi, dengan demikian merupakan asupan penting bagi anak yang sedang bertumbuh.

Walaupun tidak mengandung vitamin C, telur merupakan sedikit jenis makanan yang mengandung vitamin D cukup tinggi. Cukup kaya nutrisi bukan?

Namun, para penggemar olahan jeroan juga tak perlu gundah. Meskipun ada sederet bahaya yang mengancam kesehatan, namun menurut Budi Setiawan, jika olahan jeroan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar sebetulnya tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Jadi, tetap harus bijak saat makan jeroan. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MENAIKKAN “DERAJAT” JEROAN JADI CAMILAN ISTIMEWA

Usus ayam bisa dijadikan camilan istimewa dan enak. (Sumber: sweetrip.id)

Jeroan ayam (terutama usus) yang oleh sebagian orang dianggap sepele, bisa diolah jadi camilan istimewa. Bahkan bagi yang mau “berkeringat”, usus ayam bisa jadi ladang usaha yang beromzet jutaan rupiah. Tertarik?

Pagi itu suasana Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, nampak padat para calon penumpang. Jarum jam tangan masih menunjuk pukul 7 lewat 14 menit, Infovet yang akan terbang ke Jakarta masih harus menunggu jadwal penerbangan sekitar 1 jam lebih. Sembari menunggu, Infovet masuk ke salah satu toko oleh-oleh yang berada di lantai dua ruang tunggu.

Beragam macam camilan tersedia di sini. Dari beragam macam roti hingga keripik ada. Dari sekian banyak olahan kuliner, ada satu camilan yang menarik. Kripik usus ayam dengan kemasan lumayan mewah. Harganya sudah pasti mahal. Kemasan 250 gr harganya Rp 77.500.

Entah karena kemasannya yang mewah atau karena lokasi tokonya di bandara yang menjadikan camilan usus ayam krispi ini mahal. Bisa jadi karena dua-duanya. Namun, setelah dicoba, memang rasanya luar biasa nikmat, terasa gurih, tidak ada bau amis, dan benar-benar renyah.

Infovet berkesimpulan, ternyata usus ayam yang banyak disepelekan orang, bahkan sebagian orang merasa jijik dengan jeroan ini, bisa menjadi camilan istimewa dan enak. Kuncinya, kemampuan mengolah dan mengemasnya.

Fakta ini bisa menginspirasi banyak orang yang mau bekerja keras untuk mendulang rupiah dari usaha berbahan baku usus ayam. Setidaknya itulah yang sudah dilakukan Winarti, warga Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat. Bermula dari coba-coba, ibu rumah tangga ini meneruskan olahan usus renyahnya menjadi usaha skala rumahan.

“Awalnya agak ribet ngolah usus ayam jadi camilan. Selain bau anyir waktu mentah, prosesnya agak lama, enggak seperti ngolah daging ayam,” ujar Winarti.

Ia belum lama menjalani usaha usus renyah. Baru setahun lebih dan pemasarannya hanya sebatas tetangga dan teman-temannya. Omzetnya juga masih kecil, karena memang belum ditekuni secara serius. “Belum jadi usaha yang serius, karena lebih sering buat camilan sendiri,” ucapnya.

Di Sawangan, menurutnya, warga yang menekuni usaha camilan usus renyah terbilang banyak. Masing-masing memiliki pelanggan dan jaringan warung tempat menitip produknya, dengan label sesukanya. Meski hanya skala rumahan dan kapasitas produksinya masih di bawah 10 kg per minggu, namun cukup membantu keuangan keluarga.

“Di sini kan dekat sama Pasar Parung. Mungkin usus mentahnya lebih banyak yang ambil ke sana. Kalau saya biasanya pesan sama tukang sayur, jadi enggak perlu ke pasar,” kata dia.

Tak Sulit Mengolahnya
Bagi ibu rumah tangga yang enggan menjadikan ladang usaha, olahan usus renyah bisa dijadikan camilan untuk keluarga. Bisa juga dijadikan lauk. Menurut Winarti, sebenarnya tak terlalu sulit mengolah usus ayam menjadi camilan renyah. Namun perlu kehati-hatian dalam proses pengolahannya.

Mengutip dari jurnal unwdha.ac.id, usus ayam adalah bahan makanan hewani yang banyak mengandung protein. Usus ayam merupakan organ bagian dalam ayam yang berfungsi sebagai organ pencernaan, sehingga banyak bakteri yang bersarang di dalam usus.

Winarti pun berbagi resep dan cara mengolah usus renyah kepada Infovet. Bahan-bahan yang disiapkan antara lain usus ayam, air perasan jeruk nipis, tepung terigu, dan tepung maizena. Sedangkan untuk bumbu disiapkan bawang putih, kemiri, kunyit, ketumbar, kaldu bubuk, garam, dan merica. Takaran bumbu disesuaikan dengan banyaknya usus renyah yang akan dibuat.

Cara membuatnya cuci bersih usus di air mengalir sampai benar-benar bersih. Potong-potong usus kurang lebih 3-4 cm sesuai selera masing-masing. Rendam usus yang sudah dipotong dengan perasan jeruk nipis dan garam secukupnya selama 15 menit agar bau amis menghilang.

Supaya lebih bersih dan benar-benar steril, cuci kembali usus, lalu tiriskan dan lumuri dengan bumbu halus, kemudian diamkan selama 15 menit agar bumbu meresap. Panaskan minyak, lumuri usus dengan campuran tepung sambil ditekan-tekan. Goreng usus sampai kekuningan dengan api kecil supaya hasilnya renyah, kriuk, dan awet, pastikan minyak benar-benar panas saat menggoreng.

“Jangan lupa masukkan usus krispi ke toples kedap udara supaya tetap awet seharian. Mudah kok,” ujar Winarti.

Khasiat Usus Ayam
Bagi sebagian orang, mengonsumsi jeroan ayam memang pantangan, karena memicu asam urat atau penyakit lainnya. Dalam berbagai literatur kesehatan, jeroan ayam mengandung kadar purin yang cukup tinggi, sehingga jumlah konsumsinya harus dibatasi.

Purin merupakan unsur yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah. Jika tidak dikontrol, tingginya purin dapat menyebabkan terbentuknya kristal pada sendi yang merupakan cikal bakal penyakit asam urat.

Wajar jika masih banyak yang takut mengonsumsinya. Namun demikian, jika konsumsinya tak berlebihan dipastikan aman. Bahkan, mengonsumsi jeroan dalam batas yang wajar menyehatkan. Laman Medical News Today, pernah memuat satu artiket berjudul Are Organ Meats Good for You? pada 2020 lalu.

Media online khusus kesehatan berkantor redaksi di Amerika Serikat ini mengulas sejumlah manfaat konsumsi jeroan ayam. Makanan yang sering kali dipandang menjijikan ini ternyata mengandung sejumlah vitamin dan mineral yang baik bagi tubuh.

Pertama, mengandung vitamin. Jeroan ayam mengandung tinggi vitamin A yang baik bagi sistem kekebalan tubuh, karena dapat merangsang pertumbuhan sel darah putih. Selain itu, jeroan juga mengandung vitamin B12 yang berperan sebagai pendukung kesehatan bagi sistem saraf tubuh.

Kedua, mengandung seng dan zat besi. Tak hanya vitamin A yang dibutuhkan dalam menjaga sistem imunitas tubuh, begitupun seng dan zat besi. Tak hanya mendukung sistem imunitas tubuh terjaga dengan baik, kedua kandungan tersebut juga berperan dalam membantu penyembuhan luka lebih cepat.

Ketiga, mengandung protein. Protein dengan kandungan yang pas terkandung dalam jeroan ayam. Protein merupakan salah satu kandungan terpenting yang harus ada dalam tubuh. Selain membantu tubuh dalam memenuhi kebutuhan energi, protein juga berperan dalam mengisi sel-sel yang nantinya akan membentuk otot dan jaringan pada tubuh.

Keempat, kandungan kalori rendah. Seperti tidak mungkin jika jeroan mengandung kalori yang rendah, bukan? Faktanya, kalori rendah memang terkandung pada bagian usus ayam, jika dibandingkan dengan bagian jeroan yang lain. Tak hanya rendah kalori, bagian usus yang juga mengandung zat penting lainnya, seperti zat besi, vitamin A, fosfor, vitamin B, dan kalsium.

Kelima, mencegah penyakit. Anemia merupakan kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat, atau kondisi ketika sel darah merah dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Seperti yang telah dijabarkan, jeroan mengandung zat besi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia.

Nah, bagi Anda yang punya keinginan menjadikan jeroan ayam ini untuk ladang usaha, segera memulai. Di luar sana sudah banyak kisah sukses dari usaha olahan usus ayam. Dari yang semula iseng-iseng, akhirnya dijadikan ladang usaha dengan omzet jutaan.

Anda bisa memproduksi usus renyah dengan varian rasa, mulai dari original, pedas, barbeku, dan pilihan rasa lainnya yang menarik pembeli. Buatlah kemasan yang menarik agar pembeli tertarik dan harga jadi lebih tinggi. Dengan desain kemasan yang mewah, camilan jeroan ayam ini bisa jadi produk istimewa. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis
Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

SOSIS ISI JEROAN? WASPADALAH, MESKIPUN NIKMAT!

Konsumsi sosis jangan berlebihan. (Foto: iStock)

Dua kemasan sosis dengan ukuran dan bentuk yang sama, tapi beda merek, selisih harga keduanya bisa jauh. Benarkah sosis yang murah itu hanya berisi jeroan?

Terlihat dahi Sutrinah mengernyit saat memilih sosis yang berada di freezer sebuah minimarket tak jauh dari rumahnya. Ia memperhatikan dengan seksama dua kemasan sosis dengan merek berbeda, namun ukurannya sama. Tetapi selisih harganya lumayan jauh. Sosis yang pertama seharga Rp 55.000 isi 10 pcs, sedangkan harga sosis kedua hanya Rp 27.500 dengan isi yang sama.

Sekilas tak terlihat bedanya antara kedua kemasan sosis tersebut. Berwarna kecokelatan dan dikemas plastik secara vakum. “Kenapa bisa beda jauh begini harganya? Jangan-jangan...,” Sutrinah menebak-nebak.

Karena ragu, ia pun tak jadi membeli sosis. Ia beralih membeli daging ayam segar ke warung sebelah minimarket tersebut. Dengan uang Rp 50.000, ia sudah mendapat satu karkas daging ayam dan uang kembalian.

Apa yang dialami Sutrinah bisa juga pernah dialami banyak orang. Untuk konsumen yang jeli, ia akan benar-benar teliti sebelum akhirnya ambil keputusan untuk membeli sosis. Perbedaaan harga pada merek yang berbeda bisa memunculkan kecurigaan konsumen terhadap isi sosis.

Sudah menjadi rahasia umum, perbedaan harga sosis kemasan yang kelewat “jomplang” menunjukkan akan kualitas isi dari sosis. Sudah lama beredar di tengah masyarakat, bahwa sosis kemasan yang murah bukan berisi daging walaupun di kemasan tertulis “sosis daging”. Melainkan berisi olahan jeroan dari sapi maupun ayam. Paling tidak bahan campuran antara jeroan dan daging.

Karena sudah diolah melalui proses giling, maka sulit membedakan mana sosis berbahan daging asli dan yang berbahan jeroan. Jika isi sosis hanya berisi jeroan yang diolah dengan bahan campuran lainnya, tetapi dalam kemasan tertulis sosis daging, maka jelas ini adalah penipuan terhadap konsumen.

“Itu makanya saya suka hati-hati kalau beli sosis. Lihat-lihat harga dan saya bandingkan antara merek yang satu dengan merek yang lain,” ujar Sutrinah.

Sementara Pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Ir Budi Setiawan, mengungkapkan adanya produk sosis yang dijual di pasaran tidak menggunakan bahan baku daging yang berkualitas karena ingin murah, bahkan bahan jeroan mungkin digunakan oleh para produsennya.

Menurutnya, konsumen tidak akan tahu apakah daging yang digunakan adalah daging berkualitas atau tidak. Bahkan konsumen juga tidak akan tahu jika ternyata sosis dibeli hanya berisi jeroan dan campuran bahan lainnya. Sebab, bahan baku yang digunakan sudah dihaluskan dan tertutup.

Sosis yang menggunakan bahan baku jeroan jelas sangat tidak sehat untuk dikonsumsi, karena mengandung kolesterol cukup tinggi. Jeroan memiliki banyak macamnya, mulai dari babat, usus, jantung, hati, dan lainnya. Bagian jeroan juga memiliki kandungan lemak lebih tinggi. Tetapi jeroan juga memiliki kandungan mineral yang dibutuhkan tubuh.

“Yang menjadi masalah kadang-kadang jeroan babat dan usus terdapat kotoran yang masih melekat di bagian dalamnya. Ini yang harus penuh kehati-hatian saat mengolahnya. Karena kalau tidak bersih, kotoran tersebut masih ada dalam proses memasak. Mikroba di dalam usus dan babat kemungkinan akan terbawa dalam bentuk makanan jadi,” ujar ahli gizi dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB ini.

Proses pembuatan sosis memerlukan filler atau bahan pengisi seperti halnya bakso. Bakso juga terdapat beberapa pilihan, ada yang dagingnya banyak dan sedikit. Ada juga yang berani menamakan bakso, padahal hanya berbahan tepung tanpa menggunakan daging.

“Ini yang akhirnya menyulitkan para ahli gizi untuk melakukan penamaan. Masalahnya di produsen kita resepnya tidak standar. Terbukti meski sama-sama sosis, namun kandungan nutrisinya berbeda,” ungkap Budi.

Hal itu disebabkan karena untuk membuat sosis bisa menggunakan daging dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Jika sosis dengan daging sedikit, konsekuensinya adalah tambahan tepung harus lebih banyak. Sebaliknya, jika dagingnya banyak maka tepungnya lebih sedikit.

Ada Positifnya
Apakah sosis berisi jeroan selalu buruk? Tentu saja tidak. Menurut Budi, jeroan sebagai isi sosis juga ada sisi positifnya. Karena jeroan itu alot, maka dengan proses giling menjadi sosis, konsumen hanya tinggal mengonsumsi tanpa bersusah payah mengunyahnya.

Budi menyakinkan, jika sosis dikonsumsi dalam jumlah wajar sebetulnya tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. “Jangankan mengonsumsi sosis yang berkualitas rendah, kita konsumsi sosis berkualitas tinggi kalau berlebihan juga akan tetap berbahaya bagi kesehatan,” jelasnya.

Jika membandingkan secara langsung antara daging dan jeroan, tentu saja akan ada perbedaannya.  Dari sisi kandungan gizi, jeroan memiliki kandungan kolesterol dan lemak lebih tinggi ketimbang daging. Tetapi, daging juga ada yang memiliki kandungan lemak tinggi dan ada pula yang sedikit. Selain kolesterol dan lemak, jeroan juga memiliki purin yang cukup tinggi atau yang lebih dikenal dengan asam urat.

“Tapi lagi-lagi, kalau kita hanya mengonsumsi dalam batas wajar, hanya makan satu atau dua potong sosis, maka tidak perlu khawatir. Intinya, untuk makan apapun, baik daging maupun jeroan, tidak boleh berlebihan karena bisa berdampak kepada kesehatan,” kata Budi.

Lebih lanjut dikatakan, sosis yang menggunakan bahan baku daging berkualitas tak baik pula apabila dikonsumsi secara berlebihan. Sebab, proses pembuatan sosis menggunakan bahan pengawet yang jika dikonsumsi dalam jumlah banyak akan berbahaya bagi tubuh. 

Proses pembuatan sosis memang bertujuan untuk mengawetkan daging segar dan untuk bisa menghasilkan daging yang awet diperlukan bahan pengawet berupa nitrit atau nitrat.

Lantas, seberapa perlu khawatir masyarakat mengonsumsi sosis? Dijelaskan Budi, penggunaan bahan pengawet memiliki aturan menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jika penggunaannya sesuai dengan aturan BPOM, maka tidak terlalu bahaya.

Yang membuat khawatir adalah jika dalam proses pembuatan sosis yang melebihi standar karena ingin lebih awet. Artinya, produsen akan menambahkan bahan pengawet melebihi batas ketentuan, sehingga berbahaya bagi kesehatan yang mengonsumsinya.

Dengan demikian, selama penggunaan bahan pengawet masih sesuai aturan BPOM, konsumen tak perlu fobia terhadap makanan yang dibeli. “Yang penting makan dalam jumlah yang wajar, jangan berlebihan. Bagi yang suka makan olahan jeroan, akan lebih baik jika direbus, pepes, atau ditumis, bukan digoreng,” imbuh Budi.

Proses Produksi Sosis
Ada informasi menarik tentang sosis. Dikutip dari tulisan Prof DR Made Astawan dari Departemen Teknologi Pangan dan Gizi IPB, seputar kandungan nutrisi dalam sosis, menyebutkan bahwa sosis dibagi menjadi enam kelas. Tulisan ini pernah dirilis di Kompas.com pada 2008.

Dijelaskan, sosis terbagi menjadi enam kategori berdasarkan metode pembuatan yang digunakan oleh pabrik, yaitu sosis segar, sosis asap-tidak dimasak, sosis asap-dimasak, sosis masak, sosis fermentasi, dan daging giling masak.

Sosis segar dibuat dari daging segar yang tidak dikuring. Penguringan adalah suatu cara pengolahan daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam natrium klorida (NaCl), natrium-nitrit, natrium-nitrat, gula, serta bumbu-bumbu.

Kemudian sosis segar-tidak dimasak. Biasanya juga tak diasapi, sehingga sebelum dikonsumsi sosis harus dimasak. Sedangkan sosis masak dibuat dari daging yang telah dikuring sebelum digiling. Sosis jenis ini dimasak dan biasanya diasapi. Daya simpannya lebih lama daripada sosis segar.

Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada sosis juga ditambahkan bahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat. Lemak sering ditambahkan pada pembuatan sosis sebagai pembentuk permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur konsistensi produk, meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein.

Untuk mensubtitusi daging, pada pembuatan sosis sering juga ditambahkan isolat protein. Selain itu, pada pembuatan sosis juga ditambahkan karbohidrat sebagai bahan pengisi sosis. Tapi untuk sosis yang beredar di pasaran dan djual dengan harga murah, kemungkinan besar bukan daging sebagai bahan utamanya. Produsen ada yang mencampurkan dengan jeroan untuk menekan biaya produksi.

Memang banyak jika mengurai detail pembuatan sosis yang kini makin bervariasi dan murah harganya. Namun sebagai konsumen yang cerdas, kehati-hatian dalam memilih bahan makanan wajib dilakukan. Kesehatan keluarga menjadi taruhan jika sembarangan dalam memilih makanan berbahan daging olahan.

Agar kesehatan keluarga terjaga, lebih aman beralih ke karkas daging ayam atau telur. Selain lebih murah, telur dan daging ayam sudah jelas kandungan nutrisinya. Tak ada rasa was-was dan tetap nikmat. (AK)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer