-->

KEMENTAN DAN BPS SEPAKATI SATU DATA PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Ilustrasi peternakan ayam (Foto: Pixabay) 



Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) menggelar sosialisasi Kebijakan dan Petunjuk Teknis Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, di Depok, Jawa Barat pada 2 hingga 4 Desember 2019.

Dalam kesempatannya, Dirjen PKH I Ketut Diarmita mengatakan, data dan informasi sangat berperan penting dalam proses pembangunan, termasuk dalam pembangunan Subsektor Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Menurutnya, Kementan khususnya Ditjen PKH menyadari bahwa tantangan yang dihadapi subsektor peternakan dan kesehatan hewan ke depan cukup berat.

Berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) hasil SUPAS tahun 2015, penduduk Indonesia 2020 diperkirakan mencapai 269,60 juta jiwa dan pada 2035 diproyeksikan mengalami peningkatan menjadi 304,21 juta jiwa.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan pangan termasuk pangan asal ternak akan semakin meningkat.

"Peningkatan itu tidak hanya dari aspek kuantitas atau jumlahnya, namun termasuk juga peningkatan kualitas atau mutu pangan yang dihasilkan, serta pemenuhan persyaratan keamanan, kesehatan, dan kehalalan," ujar Ketut.

Tantangan-tantangan dalam pembangunan subsektor peternakan dan kesehatan hewan di masa yang akan datang ini lanjutnya, membutuhkan pemecahan atau solusi melalui proses perencanaan yang baik dan didukung oleh data hingga informasi yang berkualitas.

"Selain menjadi basis dalam perencanaan, data dan informasi juga menjadi ukuran keberhasilan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, seperti halnya kinerja peningkatan populasi dan produksi ternak serta kinerja pembangunan ekonomi Sub Sektor Peternakan dan Kesehatan Hewan seperti PDB/PDRB, NTP/NTUP, Investasi, Ekspor-Impor, Tenaga Kerja, dan lainnya," urai Ketut.

Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah menjelaskan bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia, dinyatakan bahwa Satu Data Indonesia adalah kebijakan tata kelola data pemerintah untuk menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dan dapat dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan dibagipakaikan antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah.

Sejalan dengan kebijakan satu data Indonesia tersebut, sebelumnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam arahannya menyatakan bahwa dalam 100 hari harus bisa menyeragamkan data.

Oleh karena itu dalam 100 hari kerja, Kementan akan melakukan upaya-upaya dalam rangka mewujudkan Satu Data Pertanian yaitu Membangun Komando Strategis Pertanian tingkat Kecamatan (Konstratani), Pengembangan Agriculture War Room (AWR), dan pengakurasian data utamanya lahan dan produksi.

Menindaklanjuti hal tersebut maka Ditjen PKH bekerja sama dengan Pusdatin Kementan, BPS RI, dan Politeknik Statistika STIS melakukan revisi atas Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 798/Kpts/OT.140/F/10/2012 tentang Petunjuk Teknis (juknis) Pengumpulan dan Penyajian Data Peternakan.

Juknis baru ini akan dijadikan sebagai standar prosedur baku dalam hal Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data Peternakan dan Kesehatan Hewan baik di pusat maupun Dinas yang Melaksanakan Fungsi Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan di provinsi maupun kabupaten/kota seluruh Indonesia yang memenuhi prinsip Satu Data Indonesia.

"Harapannya juknis ini juga dapat digunakan dalam proses pendataan ternak oleh Konstratani yang akan dibangun oleh Kementan," ungkap Habibullah. (Sumber: jpnn.com)

KOLABORASI TROUW NUTRITION INDONESIA DENGAN BPMSP DALAM MENJAMIN KEAMANAN DAN KUALITAS PAKAN

PT Trouw Nutrition Indonesia, menjadi partner BPMSP dalam uji kualitas pakan dan bahan baku pakan (Foto : CR)

Untuk menghasilkan pakan ternak yang berkualitas prima tentunya juga dibutuhkan kualitas bahan baku yang prima. Keamanan dan kualitas pakan tentunya akan terjamin melalui pengujian laboratorium. 

Atas dasar tersebut Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) berkomitmen bersama Masterlab Asia yang merupakan bagian dari PT Trouw Nutrition Indonesia untuk melangsungkan kerjasama. Secara simbolis penandatanganan MoU tersebut dilakukan di markas PT Trouw Nutrition Indonesia di Cibitung, Bekasi pada 3 Desember 2019. Kerjasama tersebut nantinya akan berjalan terhitung pada 1 Januari 2020 - 31 Desember 2020.

Ditemui oleh Infovet pada acara tersebut, Kepala BPMSP Irwandi mengatakan bahwa bisnis pakan ternak di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini kata Irwandi dapat dilihat dari bertambahnya sampel yang diujikan di BPMSP.

"Selama tahun 2018 lalu kita sudah menguji sekitar 3.888 sampel dengan 27.464 parameter uji, di tahun 2019 ini baru sampai bulan Oktober sampel yang masuk dan diujikan sudah mencapai 3.998 dengan 25.177 parameter uji," tukas Irwandi.

Ia juga menambahkan BPMSP sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam mengeluarkan sertifikasi pakan tentunya juga memiliki kekurangan. Oleh karenanya dalam mengatasi kekurangan dan juga meningkatkan kepuasan para pengguna jasa, BPMSP menggaet PT Trouw Nutrition Indonesia dalam hal ini.

"Kami sudah yakin dengan PT Trouw, lima tahun belakangan ini kami sudah bekerjasama, dan hari ini kami nyatakan komitmen bersama kami. Masterlab sudah memenuhi semua persyaratan, tim audit kami juga sudah melakukan audit dan hasilnya PT Trouw secara teknis memenuhi bahkan melampaui persyaratan. Saya berharap ini menjadi kerjasama yang baik dan saling menguntungkan," tutur Irwandi.

Sementara itu, Ivan Kupin Presdir PT Trouw Nutrition Indonesia menunjukkan rasa bangganya dapat menjadi partner lembaga sekelas BPMSP. Dirinya berharap dengan adanya kerjasama ini kualitas pakan dan bahan baku pakan ternak di Indonesia dapat lebih ditingkatkan.

"Saya ucapkan terima kasih kepada BPSMP sudah mempercayai kami. Tentunya kami juga akan melakukan yang terbaik untuk hal ini. Saya senang karena ini adala pengakuan bahwa PT Trouw Nutrition Indonesia adalah penyedia solusi yang profesional. Sekali lagi terima kasih atas epercayaan yang diberikan," kata Ivan.

Selesai acara penandatanganan MoU, Kepala BPSMP beserta undangan yang hadir diajak berkeliling laboratorium milik Masterlab Asia. Dengan dukungan teknologi canggih semacam Near Infra-Red (NIR), Atomic Absorption Spectofotometer serta peralatan lainnya, tentunya uji kualitas pakan serta bahan baku pakan akan terjamin akurasinya. Selain itu Masterlab Asia juga mengantongi akreditasi ISO 17025:2017, sehingga sistem manajemen mutu laboratorium sudah sesuai dengan standar internasional. (CR)




SEGERA DAFTAR, GRATIS BUKU DAN KALENDER BAGI PESERTA SEMINAR TONY UNANDAR


Berpengalaman sebagai Private Poultry Farm Consultant selama bertahun-tahun, Tony Unandar MSi telah banyak membantu breeding farm dan peternakan unggas komersial dalam meningkatkan kinerja peternakan unggas melalui manajemen kesehatan unggas modern.

Tony Unandar
Pengalamannya sebagai tenaga ahli di perusahaan multinasional dan pengalaman aktif di organisasi dan forum perunggasan internasional,  serta pendalaman ilmunya di berbagai scientific congress ditambah “jam terbang” dan reputasi menangani kasus-kasus lapangan membuat kemampuan analisanya semakin tajam. Tidak heran jika semakin banyak perusahaan mempercayakan Tony Unandar sebagai konsultan.

Artikelnya di Majalah Infovet yang berisi kajian kasus-kasus aktual selalu ditunggu-tunggu oleh para praktisi perunggasan maupun dunia akademis.

Majalah Infovet bersama Gita Event Organizer dan Gita Pustaka dengan bangga menyelenggarakan seminar “Manajemen Kesehatan Unggas Modern di Era Bebas AGP” yang secara khusus akan menghadirkan Tony Unandar.

Seminar ini sekaligus akan diisi dengan agenda launching buku karya Tony Unandar berjudul “Manajemen Kesehatan Unggas Modern” yang menguraikan bagaimana kiat-kiat implementasi manajemen kesehatan unggas modern, yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Yuk, segera daftar seminar ini yang diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal               : Jum’at, 20 Desember 2019
Pukul                           : 12.30 – 16.30 WIB
Tempat                        : Hotel Sahati, Ragunan Jakarta Selatan
Biaya Pendaftaran      : Rp 450.000/orang (kuota hanya untuk 100 orang)

Pendaftaran melalui email : adhes02.gita@gmail.com
WA  08777 829 6375 (Mariyam), SMS 0818 0659 7525 (aida)

Disarankan Pendaftaran online dengan klik link: http://bit.ly/SEMINAR-INFOVET


Buku Manajemen Kesehatan Unggas Modern karya Tony Unandar 
Peserta seminar mendapatkan gratis 1 eksemplar buku Manajemen Kesehatan Unggas Modern senilai Rp. 100.000 karya Tony Unandar dan Kalender Bisnis Pernakan - Infovet 2020  senilai Rp. 75.000. Nah, jangan sampai lewatkan kesempatan bernilai ini. Daftar segera!

PAKAN TERAPI, ALTERNATIF NAIKKAN PERFORMA?

Self-mixing harus senantiasa dibimbing. (Sumber: Istimewa)

Fenomena pakan terapi (medicated feed) muncul setelah larangan penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) diberlakukan setahun lalu. Kendati demikian, apakah penggunaan pakan terapi akan berpengaruh pada peningkatan performa ternak?

Pakan terapi merupakan pakan ternak yang dibuat khusus untuk mengobati ternak ketika terjadi penyakit yang ditemukan di kandang. Kandungan obat yang di masukkan dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi, baik yang disebabkan bakteri maupun karena Koksidia. Di beberapa negara, aplikasi pakan terapi dalam penanggulangan infeksi utamanya Koksidia pada ayam dara (pullet) telah banyak dilakukan. Di Indonesia sendiri, pakan terapi benar-benar hal baru, karena kebijakan ini beriringan dengan pelarangan AGP pada pakan.

Aspek Teknis
Karena sifatnya yang dikhususkan untuk terapi atau tindakan kuratif, maka dosis antibiotik atau obat-obatan yang diberikan harus sesuai dosis pengobatan. Oleh karenanya, penggunaan dan pembuatan pakan terapi ini harus diawasi oleh dokter hewan.

Namun beberapa kalangan peternakan masih mengkhawatirkan proses pengawasan tersebut, salah satunya peneliti dari Balitnak Ciawi, Prof Budi Tangendjadja. Menurutnya, pengawasan dokter hewan mungkin akan ketat pada perusahaan produsen pakan, namun bagaimana di tingkat peternak mandiri yang meracik pakannya sendiri?

“Kalau menurut saya it’s ok pemerintah juga sudah mengatur, untuk perusahaan besar enggak perlu diragukan lagi aspek teknisnya, selain mesin untuk mixing terjamin, sumber daya manusianya juga ada, di perusahaan besar dokter hewannya pasti ada. Tapi kalau self-mixing gimana? Di Jawa Timur banyak self-mixing, siapa yang mengawasi mereka? Dinas? Technical service? Dari dulu kita lemah dalam fungsi pengawasan ini,” ujar Budi.

Kekhawatiran beliau memang cukup beralasan, karena berdasarkan pengamatan kemampuan peternak dalam memproduksi pakan self-mixing masih minim. Budi menjelaskan, kebanyakan peternak menggunakan mixer vertikal yang dipakai untuk mencampur konsentrat, jagung giling dan dedak padi dengan proporsi 35, 45-50 dan 15-20%. Cara kerja mixer tersebut sangat berbeda dengan mixer horizontal yang dimiliki pabrikan pakan, sehingga kemampuan untuk mencampur bahan dalam jumlah kecil diragukan.

Meskipun beberapa peternak mencoba membuat premix (pre-mixing), yaitu campuran imbuhan pakan dalam jumlah kecil menjadi campuran yang lebih besar (misalnya 50 kg per ton), untuk kemudian dimasukkan dalam mixer utama. Tetapi kemampuan mengaduk secara merata dari mixer vertikal yang berkapasitas 1-2 ton jarang diuji, sehingga tidak diketahui apakah ransum yang dibuat sudah homogen. 

Selain itu, Budi juga menekankan aspek... (CR) Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2019.

FKH IPB GELAR SEMINAR OBAT HEWAN INDONESIA

Foto bersama kegiatan seminar nasional obat hewan Indonesia oleh Divisi Farmakologi dan Toksikologi FKH IPB. (Foto: Infovet/Sadarman)

Divisi Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB), menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Obat Hewan Indonesia” untuk lebih dalam menggali informasi dan prospek industri obat hewan di Indonesia.

“Kita semua adalah calon dokter hewan yang kelak akan bersinggungan dengan obat hewan. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya kita mengkaji bagaimana prospek bisnis obat hewan Indonesia ke depannya,” kata Ketua Pelaksana, Ilham Maulidandi Rahmandika, dalam sambutannya.

Menyambung sambutan ketua pelaksana, Ketua Divisi Farmakologi dan Toksikologi FKH IPB, Drh Huda S. Darusman, menyambut baik pelaksanaan kegiatan tersebut. “Seminar ini adalah akhir dari kegiatan atau aktivitas mahasiswa di Divisi Farmakologi dan Toksikologi, sehingga dapat saya katakan bahwa seminar nasional ini adalah cinderamata dari Divisi Farmakologi dan Toksikologi, yang dikerjakan langsung oleh mahasiswa,” kata Huda.

Sementara Dekan FKH IPB, Prof Drh Srihadi Agungpriyono, yang didaulat menyambut dan membuka kegiatan ini menyebut bahwa menjadi mahasiswa FKH harus aktif, tidak hanya dalam perkuliahan namun juga dalam kegiatan internal dan eksternal kampus.

Menurutnya, pelaksanaan seminar ini penting diketahui para calon dokter hewan ke depannya. Mengingat peluang kerja dokter hewan sangat beragam dan semua itu didasarkan atas kecakapan intelektual dan kemampuan dari masing-masing individu.

“Dokter hewan itu harus mengerti obat, karena obat dapat menyembuhkan dan bahkan dapat menjadi penyebab kematian jika tidak digunakan sesuai dengan dosis dan aplikasinya,” ucap Srihadi.

Acara yang diselenggarakan di Auditorium Andi Hakim Nasution Sabtu (30/11/2019), menghadirkan pembicara utama Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan), Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, dan pembicara lain diantaranya Drh Ni Made Ria Isriyanthi, Drh Lusianingsih Winoto (PT SHS), Drh Ayu Berlianti, Drh Mukhlas Yasi Alamsyah, Drh Beni Halaludin dan Ir Suaedi Sunanto.

Dalam paparannya, Fadjar Sumping menyampaikan mengenai perkembangan obat hewan Indonesia. Menurutnya dalam bisnis obat hewan, Indonesia memiliki aturan sebagai landasan dalam membuat, mengedarkan dan menggunakan obat hewan untuk kepentingan penyembuhan penyakit hewan dan ternak. Diantara aturan tersebut, obat hewan yang dibuat dan disediakan untuk diedarkan harus memiliki nomor pendaftaran, diuji dan disertifikasi agar dapat digunakan di bawah pengawasan dokter hewan berwenang, terutama untuk obat keras. (Sadarman)

TIGA SISTEM APLIKASI DITJEN PKH MENANG LOMBA INOVASI TIK 2019

Momen Mentan memberikan penghargaan (Foto: Humas Kementan)

SISCOBETI dan SIMREK Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian masing-masing mendapatkan peringkat II dan III kategori aplikasi layanan publik, sedangkan SIBETI mendapatkan peringkat III aplikasi layanan internal, Lomba Inovasi Teknologi informasi Komunikasi (TIK) 2019. Hal tersebut diumumkan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada saat Upacara Peringatan HUT KORPRI ke-48 di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, 29 November 2019.

Menurut Nasrullah, Sekretaris Ditjen PKH, SIMREK PKH adalah layanan rekomendasi dan perizinan bidang peternakan dan kesehatan hewan sedangkan aplikasi SISCOBETI dan SIBETI merupakan layanan yang dibangun oleh Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, sebuah unit pelaksana teknis dibawah Ditjen PKH. Pengembangan aplikasi-aplikasi tersebut lanjutnya, bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akurat serta mampu menjembatani pelayanan masyarakat.

“Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian terkait Pertanian Indonesia yang Maju, Mandiri dan Modern, Kami di Ditjen PKH berkomitmen untuk menjadi penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, dengan tolok ukur transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan melalui pemanfaatan teknologi,” ungkapnya.

Nasrullah kemudian menjelaskan bahwa SIMREK berbasis online untuk pelaku usaha peternakan yang membutuhkan berbagai surat rekomendasi, dalam bentuk dokumen perizinan seperti surat rekomendasi, surat persetujuan, dan surat keterangan terkait ekspor dan impor.

"Kami melayani 25 jenis izin rekomendasi yang bisa diajukan secara online, sehingga pemohon hanya perlu satu kali datang ke Kementan untuk validasi dokumen. Sistem ini terintegrasi dengan Indonesia National Single Window (INSW) di bawah naungan Kementerian Keuangan", ungkapnya.

Sementara itu, Kepala BET Cipelang, Oloan Parlindungan yang mendapatkan penghargaan E-Leadership Terbaik atas prestasinya dalam pemanfaatan inovasi teknologi dalam layanan BET pada Lomba Inovasi TIK 2019 ini menjelaskan bahwa aplikasi SISCOBETI dibangun untuk memudahkan seluruh stakeholder mendapatkan layanan yang ada di BET Cipelang secara online sehingga dapat diakses dimanapun dan kapanpun, sedangkan SIBETI merupakan aplikasi layanan internal adalah aplikasi internal BET Cipelang untuk memudahkan penanggung jawab kegiatan melakukan rekapitulasi dan analisis data teknis, sehingga pimpinan untuk mudah untuk me-monitor dan evaluasi kinerja balai. (Sumber: Rilis Kementan)

PASCA FREE AGP, KONSEKUENSI REGULASI DAN UPAYA MENJAGA PERFORMA AYAM DENGAN PAKAN TERAPI

Penggunaan antibiotik dalam pakan masih diperbolehkan melalui pakan terapi yang penggunaannya harus sesuai aturan pemerintah. (Foto: Dok. Infovet)

Kebijakan penggunaan antibiotik dalam dunia peternakan dua tahun terakhir ini benar-benar menjadi tema dan trending topik yang selalu seru untuk dikupas lebih rinci dan detail. Tidak hanya berdampak terhadap perubahan pola strategi dalam menyusun formula pakan, namun juga startegi tata cara pemeliharaan termasuk sistem biosekuritinya.

Zaman telah berubah, waktu berganti dan strategi untuk bisa bertahan hidup dengan efisiensi terbaikpun mengalami penyesuaian. Titik-tolak perubahan ini terjadi seiring dengan penegasan implementasi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan pada bagian kelima. Kriteria obat hewan yang dilarang tercantum dalam Pasal 15 ayat 1. Kebijakan tersebut sesuai amanat Undang-Undang No. 18/2009 juncto No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Secara tersurat, esensi dari Permentan No. 14/2017 mengatur penggunaan antibiotik yang dicampur dalam pakan tidak lagi diperbolehkan. Kendati demikian, pencampuran antibitoik dalam pakan saat ini hanya boleh digunakan dengan resep dokter hewan dan dalam monitoring yang ekstra ketat. Berbeda dengan era sebelumnya dimana antibiotik masih diizinkan sebagai pemicu pertumbuhan (Antibiotic Growth Promotor/AGP). Namun dengan adanya penegasan pemerintah terkait pelarangan penggunaan antibiotik, menjadi paradigma baru bagi industri peternakan khususnya untuk menyediakan produk-produk peternakan yang lebih ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).

Konsekuensi yang harus dihadapi dari hal tersebut terjadi tidak hanya di kalangan peternak, namun juga terjadi di semua stakeholder yang berhubungan dengan industri peternakan (feed mill, breeding farm, perusahaan obat hewan dan imbuhan pakan, perusahaan penyedia bahan baku pakan dan sebagainya). Sehingga tantangan kuman penyakit, baik virus ataupun bakteri harus disikapi dengan melakukan antisipasi lebih dini dan lebih serius dibandingkan sebelumnya. Jangan sampai bakteri menjadi kebal (resistant) terhadap berbagai jenis antibiotik, sehingga akan menjadi bom biologis yang membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia.

Isu Resistensi Antimikroba (AMR/Antimicrobial Resistance)
Pada Juli 2014 silam pernah diadakan pertemuan global “The Review on Antimicrobial Resistance” dimana dari hasil pertemuan tersebut menyatakan bahwa kasus infeksi bakteri yang kebal/resisten terhadap antimikroba meningkat sangat signifikan. Di Eropa dan Amerika Serikat saja lebih dari 50.000 nyawa hilang tiap tahunnya karena kasus resistensi ini pada kejadian infeksi sekunder bakteri penyakit malaria, HIV/AIDS dan TBC.

Dari pertemuan itu juga para ahli memperkirakan jumlah korban meninggal secara global di seluruh dunia mencapai sedikitnya 700.000 setiap tahun. Pada 2050, jumlah ini diprediksi naik mencapai 10 juta orang, jauh lebih tinggi dibandingkan korban meninggal akibat kanker, diabetes, kecelakaan lalu lintas, kolera, tetanus, measles, diarea dan kolera.

Dari total jumlah tersebut, korban terbesar sekitar 4 juta orang dari Afrika dan Asia. Bahkan prediksi biaya kesehatan untuk mengatasi kasus resistensi ini mencapai hingga 100 triliun dolar AS per tahun. Selain itu resistensi antibiotik juga turut meningkatkan risiko kematian yang secara langsung berpengaruh pada menurunnya usia harapan hidup suatu negara.

• Konsekuensi di Kalangan Peternak
Terbukti semua peternak berbenah diri. Bagi para peternak yang mempunyai anggaran cukup, tidak tanggung-tanggung langsung menyulap kandangnya dari open house (kandang terbuka) menjadi semi closed house (tunel) bahkan full closed house (kandang tertutup) dengan evaporative cooling system.

Tantangan kuman dari luar bisa ditekan karena kandang dalam kondisi tertutup 24 jam, dimana hanya area inlet (tempat udara masuk) saja yang dibuka. Harapannya jumlah kontaminan bibit penyakit bisa di tekan seoptimal mungkin. Tidak hanya itu, di kalangan peternak yang masih menggunakan sistem kandang terbuka pun tidak mau kalah. Mereka mencari... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2019.

Oleh: Drh Eko Prasetio
Private Commercial Broiler Farm Consultant

BUPATI BLORA TANDATANGANI KERJASAMA BIDANG PETERNAKAN DENGAN PT SURYA AGROPRATAMA

Bupati Blora Djoko Nugroho

Bupati Blora Djoko Nugroho menyambut baik peluncuran Program Kerjasama di Bidang Peternakan dengan Memberdayakan Peternakan Rakyat yang digelar di The Icon, Hotel Morrissey, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Program kerjasama ini merupakan diwujudkan melalui penandatanganan kerjasama antara PT Surya Agropratama (PT SAP) dengan Infrabanx, LPPM IPB, serta PT SAP dengan Kabupaten Blora.

Kerjasama dengan Kabupaten Blora berupa implementasi kemitraan dengan peternakan rakyat di wilayah tersebut.

Djoko mengemukakan Kabupaten Blora memiliki masyarakat peternakan yang besar dan menjadi salah satu kabupaten di  Jawa Tengah yang menjadi sentra pengembangan produksi sapi potong.

“Ada tiga jenis ternak yang diusahakan di Kabupaten Blora yaitu ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Sapi potong merupakan jenis ternak besar  terbanyak di di Kabupaten Blora,” kata Djoko. 

Setiap tahunnya, lanjut Djoko, jumlah sapi yang tersebar di wilayah Kabupaten Blora terus mengalami peningkatan cukup bagus. Tidak heran, jika Blora dikenal banyak orang dengan sebutan “Lumbung Ternak di Jawa Tengah.” 

Tahun 2019, jumlah sapi yang tersebar di semua wilayah Blora menembus angka 239.000 ekor. Sementara sebelumnya, di tahun 2017 jumlah sapi sebanyak 222.000 ekor, tahun 2018 sebanyak 231.000 ekor. (NDV)

PT SAP LUNCURKAN PROGRAM KERJASAMA PEMBERDAYAAN PETERNAKAN RAKYAT UNTUK SAPI POTONG

Foto Bersama Setelah Penandatangan Kerjasama (Foto: NDV/Infovet)

Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang digagas Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dr Muladno MSA, di tahun 2019 ini tercatat sebanyak 34 SPR-IPB yang telah dideklarasikan di 22 kabupaten di 10 provinsi. Perkembangan SPR yang pesat ini tak terlepas dari perwujudan kerjasama LPPM IPB dengan PT Surya Agropratama.

PT Surya Agropratama (SAP) adalah perusahaan agrobisnis yang memiliki peternakan sapi dan memproduksi susu segar yang berkomitmen untuk turut mensejahterakan peternakan rakyat.

Bernardi Rahaju


Untuk mewujudkannya, PT SAP membentuk struktur “konsorsium” guna mendukung peternakan rakyat yang terdiri dari pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, dan investor.

“Tujuan dari konsorsium ini untuk memberikan edukasi peternak rakyat menjadi kelompok peternak yang profesional, sekaligus mewujudkan kemitraan dalam rantai produksi yang teratur, sehingga secara keseluruhan rantai produksi sapi potong menjadi sustainable,” ungkap Bernardi Rahaju, Direktur PT Surya Agropratama dalam peluncuran Program Kerjasama di Bidang Peternakan Dengan Memberdayakan Peternakan Rakyat di Jakarta, (28/11/2019).

Pada acara peluncuran Program Kerjasama di Bidang Peternakan Dengan Memberdayakan Peternakan Rakyat turut hadir Darren S Dimoelyo, Direktur Utama PT Surya Jaya Abadi Perkasa (PT SJAP) sebagai Agriculture Sector Sponsor, Dr Ir Aji Hermawan MM selaku Kepala LPPM IPB, Prof Dr Muladno MSA Guru Besar Fakultas Peternakan IPB yang juga sebagai Penggagas Konsep Sekolah Peternakan Rakyat, serta Sebastian S Subba dari Master Agent Infrabanx INHC 103.

Penandatanganan kemitraan ini diwujudkan melalui penandatanganan beberapa kerjasama. Pertama, kerjasama antara Infrabanx dengan PT Surya Agro Pratama untuk pendanaan dan dukungan teknis investasi di bidang peternakan. Kedua, kerjasama antara PT SAP dengan LPPM IPB untuk Program Train of Trainers atas konsep SPR ke perguruan tinggi lainnya. Ketiga, kerjasama antara PT SAP dan Kabupaten Blora untuk implementasi kemitraan dengan peternakan rakyat di wilayah Kabupaten Blora. (NDV)

PT SUI GELAR PELATIHAN PEMELIHARAAN AYAM KUB DI NTT

Dr. Tike Sartika menjadi salah satu narasumber pelatihan (Foto : SUI)


PT Sumber Unggas Indonesia (SUI) selaku pembibit Ayam Kampung menggelar pelatihan pemeliharaan Ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak), di Kupang dan Atambua, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 27 – 30 November 2019. Sekitar 70 orang peserta akan menghadiri pelatihan di Kupang dan 50 orang lainnya di Atambua. Pelatihan tersebut sekaligus menjadi kegiatan introduksi Ayam KUB kepada peternak di NTT.

Ayam KUB sendiri merupakan Ayam Kampung asli Indonesia hasil seleksi Balai Penelitian Ternak Ciawi. Ayam KUB dapat tumbuh seberat 0,9-1 kg dalam waktu 70 hari. Selain itu Ayam KUB juga berpotensi sebagai Ayam Kampung petelur dengan produksi 160-180 butir perekor pertahun dengan puncak produksi mencapai 65-70%.

Denny Natsir, Direktur Marketing & Sales PT SUI menuturkan bahwa kandungan protein pada Ayam Kampung yang tinggi kiranya dapat menjadi dapat menjadi alternatif bagi masalah stunting di NTT. Selain itu ia juga berharap pelatihan ini juga dapat meningkatkan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat NTT.

“Harapannya agar dari pelatihan ini muncul peternak – peternak Ayam Kampung mandiri baru di NTT, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Target kita disini mudah – mudahan dapat mendistribusikan 10.000 ekor DOC Ayam Kampung per minggu,” tukas Denny.

PT SUI sendiri baru memperoleh izin menjadi penetasan Ayam Kampung di NTT pada tahun 2019. Meskipun begitu, PT SUI telah berpengalaman sejak 2011 sebagai perusahaan yang bergerak di ayam asli Indonesia dari hulu hingga ke hilir.

Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, PT SUI bermitra dengan Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (PRISMA) dan Dinas Peternakan Provinsi NTT, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu. (SUI/CR)


BOGASARI LEPAS EKSPOR PAKAN TERNAK



Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat melepas ekspor komoditas pertanian (Foto: Kementan)

PT Bogasari Flour Mills, anak usaha Indofood Sukses Makmur melepas ekspor wheat bran pellet untuk pakan ternak sebanyak 7.700 ton ke Filipina dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/11/2019). Nilai ekspor pellet tersebut mencapai Rp 132 miliar. Pellet merupakan produk sampingan gandum.

Direktur Indofood Sukses Makmur, Fransiscus Welirang, khusus tahun ini, total ekspor produk pakan ternak oleh Bogasari ke Filipina sejak awal tahun hingga November 2019 telah mencapai 58 ribu ton atau senilai Rp 158 miliar. Adapun, total ekspor pellet ke seluruh negara tujuan ekspor pellet pada periode yang sama mencapai 273 ribu ton dengan nilai diperkirakan tembus Rp 726 miliar. 

"Pellet ini menjadi salah satu bahan baku pakan ternak, pasar kita di Asia Timur. Selain Filipina, ada Jepang, Vietnam, Cina, Jepang, dan Korea. Timur Tengah khususnya Arab Saudi juga sudah," kata Fransiscus dalam pelepasan ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (27/11/2019).

Ia mengungkapkan, bahan baku pembuatan pellet untuk pakan ternak digunakan dari dedak gandum. Adapun dedak gandum merupakan sisa dari proses pengolahan gandum impor menjadi tepung terigu. 

Gandum impor yang diolah itu, sebanyak 75 persen menjadi tepung terigu dan sisanya, 25 persen yang menjadi dedak gandum dijadikan pellet sehingga seluruhnya menjadi barang yang bernilai. (Sumber: republika.co.id)


AKSI DAMAI PETERNAK AYAM DI KEMENDAG

Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri menerima peternak yang melakukan demonstrasi (Foto : CR)

Ratusan peternak ayam dari berbagai daerah yang tergabung Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) kembali menyuarakan kegelisahannya kepada instansi pemerintah. Kali ini mereka mendatangai Kementerian Perdagangan pada Rabu, (27/11).

Dalam aksinya kali ini, PPRN meminta agar pemerintah menetapkan regulasi terkait harga acuan ayam hidup (live bird). Salah satu koordinator aksi, Parjuni mengatakan bahwa dengan adanya harga acuan yang jelas dan pasti maka dapat melegakan nafas peternak.

"Kalau sudah ada regulasinya nanti peternak bisa lebih untung, enggak kaya sekarang, harga sudah ada acuan, tapi masih disuruh tetap turun. Yang rugi kan jadi peternaknya lagi," tuturnya.

Ia melanjutkan, sebenarnya dalam Permendag No. 96 tahun 2018 harga acuan memang telah diatur, namun begitu masih ada yang harus diperbaiki. 

"Di Permendag harga acuan live bird Rp. 18.000 - Rp. 20.000 perkilogram, untuk Pulau Jawa mungkin tidak ada masalah, namun rekan - rekan kami di Kalimantan misalnya, kan harga Sapronaknya juga berbeda (lebih mahal), makanya harga acuan itu harus diatur juga berdasarkan daerahnya," ungkap Parjuni.

Tuntutan lain yang disuarakan peternak yakni kestabilan harga bibit ayam umur sehari (DOC). Salah satu peserta aksi, Sugeng Wahyudi menuturkan bahwasanya saat ini acuan harga untuk DOC juga harus ditegaskan. 

"Harga DOC kan variatif ya, tergantung perusahaan breeding, ada yang murah (Rp.3.000-an) sampai yang mahal (Rp.5.000-an), nah ini harus diatur juga dan kami mohon agar Kemendag ikut andil dalam hal ini. 

Ia menambahkan bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi dan butuh campur tangan pemerintah untuk urusan perunggasan di hulu dan hilir. Karena menurut Sugeng, saat ini peternak rakyat yang selalu dirugikan dengan kondisi perunggasan yang carut - marut.

Aksi peternak ditanggapi oleh Sekretaris Direktorat Perdagangan Dalam Negeri, Syailendra. Ia mengajak perwakilan peternak dari tiap daerah untuk masuk dan berdiskusi.

"Saya rasa tuntutan peternak ini logis, dan kami juga akan berusaha untuk mengakomodir semua tuntutan tersebut. Saya harap aksi ini tetap berjalan baik dan damai, yakinlah bahwa pemerintah ada untuk rakyat," tukasnya.

Kemudian sekitar 15 orang perwakilan peternak dari berbagai daerah berdiskusi dengan pihak Kemendag. Diskusi digelar secara tertutup bersama Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga. Hingga berita ini diturunkan, hasil diskusi masih belum diumumkan. (CR)

KEMENTAN DORONG PENGUSAHA DI LINGGA UNTUK EKSPOR TELUR ASIN KE SINGAPURA

Telur asin (Foto: Pexels)


Nilai impor Singapura di tahun 2018 untuk telur bebek mencapai 16,3 juta dolar AS. Peluang besar ini harus ditangkap para pengusaha di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri).

Hal tersebut disampaikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian (Kementan), Fini Murfiani di Biz Hotel Batam, Senin (25/11/2019) usai hadir dalam acara “Temu Bisnis Sinergitas Antar Daerah Guna Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional”.

Lanjut Fini, Kementan mendorong pengusaha di Kabupaten Lingga untuk mengembangkan peternakan bebek dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar telur bebek di Singapura.

Selain letak geografis Lingga yang sangat menguntungkan karena berdekatan dengan Singapura, menurut Fini, aktivitas di Lingga juga terbilang masih lengang. Kondisi ini dinilai sangat mendukung untuk peternakan bebek, mengingat bebek termasuk ternak yang mudah stres apabila mendengar suara bising yang berlebihan.

"Singapura itu masuk dalam daftar lima besar sebagai negara pengimpor telur bebek di dunia. Karena itu, pengusaha Lingga harus menangkap peluang pasar ini," kata Fini.

Menurut Fini, nilai impor Singapura tahun 2018 untuk telur bebek yang masuk ke kategori preserve (yang sudah diawetkan) atau cooked (dimasak) mencapai 16,3 juta dolar AS.

Bahkan, angka impor ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

"Ini baru telur asin atau telur dalam keadaan preserve (yang sudah diawetkan) dan telur yang sudah diolah atau dimasak," jelasnya.

Fini melihat peluang pasar ekspor telur bebek dari bumi "Bunda Tanah Melayu" itu cukup potensial karena berdekatan dengan Singapura.

Apalagi selama ini, Singapura melakukan impor telur bebek dari Indonesia masih sangat terbatas, tentunya hal ini membuka peluang besar untuk pengusaha di Lingga.

"Bahan baku pakan banyak tersedia di Lingga. Jadi, tinggal menyiapkan pabrik pengolahannya. Sehingga harga pakan bisa bersaing," paparnya.

Bupati Lingga Alias Wello mengatakan cukup tertarik dengan informasi tersebut. Pria yang akrab disapa Awe ini berjanji akan meminta Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Lingga untuk mendalami peluang pengembangan peternakan bebek yang disarankan.

"Benar apa yang dikatakan Bu Fini, kami punya bahan baku pakan yang melimpah. Sagu kami banyak dan masih murah. Bahan pakan lainnya seperti dedak dan ikan, juga sudah tersedia di sini," terang Awe usai berbincang dengan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Kementerian Pertanian di Biz Hotel.

Awe menambahkan, secepatnya akan mengumpulkan pengusaha Lingga agar peluang bisnis ini cepat terealisasi di Lingga, sehingga selain penghasil Udang tambak terbesar se-Kepri, Lingga juga merupakan pengekspor telur asin terbesar ke Singapura. (Sumber: kompas.com)


ISPI PILIH 25 PESERTA UNTUK IKUTI PROGRAM PENYIAPAN SDM PETERNAKAN

Program pelatihan kerja untuk lulusan baru di bidang peternakan (Foto: Dok. ISPI)


Guna mempersiapkan kualitas sumber daya manusia peternakan di masa mendatang, Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) bekerjasama dengan Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector (Partnership) menyelenggarakan program pelatihan kerja untuk lulusan baru di bidang peternakan.

Program yang bertajuk “ISPI-Red Meat and Cattle Partnership Internship Program for Fresh Graduate” ini diselenggarakan pertama kalinya tahun 2019 ini dengan diikuti 25 orang sarjana peternakan dengan pengalaman kerja maksimal 2 tahun yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Peserta terpilih dari sekitar 140 pendaftar yang berasal dari 32 universitas di seluruh Indonesia melalui dua tahap seleksi, yaitu administrasi dan wawancara. Mereka ditempatkan selama tiga bulan disembilan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembiakan sapi dan sapi potong seperti PT Citra Agro Buana Semesta, PT Astra Menara Rachmat, PT Juang Jaya Abdi Alam, dan PT Buana Karya Bakti yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Muhsin Al Anas selaku Koordinator Program ISPI tersebut menyatakan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan teknis lulusan program studi peternakan terutama yang baru lulus (fresh graduate), sehingga memiliki pemahaman mengenai proses bisnis di industri peternakan secara nyata.

“Program ini merupakan kontribusi ISPI dalam menyiapkan SDM Indonesia Unggul sesuai dengan visi pembangunan Indonesia menuju negara maju 2045. Tidak hanya mempersiapkan sarjana unggul yang siap kerja di industri peternakan, kerja sama dengan Partnership ini diharapkan juga dapat meningkatkan daya saing dan pemikiran-pemikiran inovatif para sarja ini dalam menyiapkan sektor peternakan dalam revolusi industri 4.0 di Indonesia,” ungkap Muhsin. (AS)

APLIKASI SIMA MEMBANTU DUNIA USAHA MEMPERBAIKI SISTEM MANAJEMEN





Pernahkah Anda mengalami kesulitan mendapatkan file yang dibutuhkan segera karena staf sedang tidak di tempat ? Sulit mendapatkan file izin usaha dan dokumen sejenisnya? Mendapat data alamat customer tidak akurat dari bagian lain? Repot dengan banyaknya file dokumen yang harus disimpan?

Jika perusahaan tengah menjalankan sertifikasi semacam ISO , GMP dan sejenisnya, banyak dokumen berbagai level seperti SOP dan  Instruksi Kerja, yang harus  dikelola dengan baik sehingga pada tahap awal, karyawan yang terlibat kerap kali merasa mendapat beban baru yang merepotkan pekerjaan. Padahal sistem tersebut dimaksudkan untuk memperlancar semua proses pekerjaan.

Masalah-masalah tersebut kini mudah diatasi karena sudah ada aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIMA) buatan GITA CONSULTANT. SIMA merupakan aplikasi sistem manajemen untuk pelaku usaha maupun organisasi nirlaba. Aplikasi ini sangat memudahkan manajemen untuk mengakses data dan dokumen dari manapun dengan menggunakan laptop maupun telepon seluler.

Beberapa komponen yang disistematisasikan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan misalnya:
1.Data alamat customer
2.Data karyawan
3.Peraturan-peraturan  perusahaan
4.SOP (Standard Operating Procedure)
5.Alur kerja,
6.Instruksi kerja,
7.Formulir kerja
8.dan lain-lain

Dengan menyimpan dokumen dalam satu server maka karyawan sesuai tingkat kewenangannya dapat mengakses dokumen yang diperlukan secara online secara cepat dengan menggunakan password yang ditentukan. Selain itu formulir kerja bisa dibuat secara online dan bisa diisi melalui telepon seluler berbasis android.

Dengan sistem ini, organisasi/perusahaan akan lebih mudah untuk menuju sistem standar manajemen .Jika perusahaan sudah menerapkan standar manajemen, aplikasi ini akan membantu implementasi sistem sehingga sistem dapat berjalan lebih lancar dan tidak menambah beban kerja karyawan.

Hal ini karena segala catatan dan aturan sudah dikemas atau dikelola secara sistematis sebagaimana disyaratkan sistem manajemen. Adapun dokumen hardcopy cukup disimpan sebagai kontrol dan arsip.

Dengan menggunakan aplikasi SIMA maka perusahaan /organisasi mendapat  banyak manfaat antara lain:

1.Dokumen/data organisasi/perusahaan terintegrasi dan tersimpan rapi, aman dan mudah diakses oleh yang berwenang.
2.Data bisa diupdate setiap saat, misalkan data anggota organisasi, data klien/customer, data karyawan, data klien baru, data perubahan alamat klien/customer dan sebagainya.
3.Mudah mencari file perusahaan semudah menggunakan google search
4.Kordinasi antar bagian lebih mudah.
5.Jika ada karyawan yang resign, data customer/klien, data anggota organisasi tidak hilang atau sebagian hilang, karena sudah tersimpan di server.
6.Efisien waktu karena proses mencari dan mengisi form lebih cepat secara online
7.Efisien ruang, karena hardcopy tidak perlu banyak .
8.Efisiensi biaya, dan juga ramah lingkungan karena penggunaan kertas juga ikut berkurang.

Gambaran singkat aplikasi SIMA silakan lihat video di atas atau klik video pendek di sini  Info selengkapnya hubungi GITA Consultant 0816 482 7590 (Bambang), email : consultant.gita@gmail.com.

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer