Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Virus Corona | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KEMENTAN: EUKALIPTUS PENDEKATAN DALAM MENCEGAH VIRUS

Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry, saat wawancara mengenai potensi Eukaliptus dapat membunuh virus, Senin (11/5/2020). (Foto: Infovet)

Di tengah pandemi COVID-19, Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) tengah melakukan pendekatan melalui riset penemuan potensi antivirus melalui tanaman Eukaliptus.

Ekstrak tanaman tersebut diklaim memiliki potensi membunuh virus Influenza bahkan Corona, dengan akurasi 80-100%. “Berdasarkan penelitian kita di laboratorium, pengunaan Eukaliptus berpotensi membunuh virus yang ada di tenggorokan, bisa membunuh virus Influenza H5N1, Gamacorona, Betacorona, termasuk potensi membunuh virus COVID-19,” ujar Kepala Balitbangtan, Kementerian Pertanian, Fadjry Djufry, dalam petikan wawancaranya di televisi, Senin (11/5/2020).

Ia juga menyatakan, penggunaan Eukaliptus telah mendapat testimoni positif dari pasien terdampak COVID-19. “Kami telah mencoba menggunakannya kepada pasien COVID-19, dan ada testimoni bahwa penggunaan Eukaliptus ini melegakan sistem pernapasan. Kendati demikian ini baru testimoni saja,” tuturnya.

Menurutnya ke depan pihaknya akan melakukan uji klinis lebih mendalam terhadap potensi tanaman Eukaliptus untuk menangkal COVID-19. “Kami akan merapihkan data untuk segera dilakukan uji klinis. Ini aman digunakan karena tidak melalui oral (diminum) melainkan dihirup. Penghirupan selama 10-15 menit akan mampu membunuh virus,” terang dia.

Minyak atsiri Eukaliptus memiliki senyawa 1,8-cineole yang juga disebut eucalyptol, yang merupakan komponen utama dari minyak atsiri yang ditemukan dalam daun Eukaliptus. Senyawa 1,8-cineole memiliki aktivitas antivirus, anti inflamasi dan antimikroba.

Saat ini Kementan masih memproduksi secara terbatas produk yang mengandung Eukaliptus tersebut. Pengembangan beberapa prototipe produk yang dihasilkan antara lain berupa roll on, inhaler, balsam, minyak aromaterapi, dan kalung. (RBS)

PELATIHAN PENANGANAN DAGING SEGAR YANG BAIK

Daging sapi segar. (Sumber: Istimewa)

Di masa pandemi COVID-19 saat ini, daging sebagai produk hasil ternak menjadi salah satu bahan pangan yang paling dicari konsumen. Hal itu tidaklah mengherankan karena daging merupakan sumber protein hewani dengan nilai gizi yang sangat baik, memiliki komponen fungsional yang sangat diperlukan tubuh, memiliki citarasa yang lezat dan menunjukkan value dan prestise yang tinggi.

Dalam sebuah pelatihan online tentang cara penanganan dan pengolahan daging yang aman, sehat dan berkualitas bagi sektor rumah tangga, restoran dan katering maupun industri pengolahan di masa pandemi COVID-19, Pengajar Fakultas Peternakan IPB, Dr Tuti Suryati SPt MSi, menjelaskan tentang tahap-tahap penting penanganan dan pemilihan daging segar yang baik. 

Pelatihan diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada 4-5 Mei 2020. Kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk membangun kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan rantai pasok produk hasil ternak, khususnya sektor rumah tangga, hotel, restoran dan katering, serta industri pengolahan hasil ternak di Indonesia.

Lima prinsip utama penanganan daging segar yang baik yakni pilih daging yang sebelumnya diproses melalui pelayuan terlebih dahulu sebelum karkas di-deboning, pilih daging yang berwarna merah cerah, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, pilih yang teksturnya tidak terlalu kaku dan tidak terlalu lembek, pilih daging yang berbau khas daging segar, tidak berbau amis apalagi busuk.

“Hindari memilih daging melalui sentuhan langsung permukaan daging dengan jari atau tangan,” tandas Tuti Suryati. (IN)

BANTU TANGANI CORONA, PT MITRA ALAT TERNAK BERKONTRIBUSI DISTRIBUSIKAN ALKES

Donasi dari PT Mitra Alat Ternak untuk rumah sakit (Foto: Istimewa)

PT Mitra Alat Ternak, produsen peralatan kandang ayam turut berpartisipasi sebagai bentuk kepedulian terhadap negeri yang tengah dilanda pandemi corona (COVID-19). Sejak awal Maret lalu, Mitra Alat Ternak telah menyalurkan bantuan untuk para tenaga medis berupa masker, face shield, Alat Pelindung Diri (APD), desinfektan, sprayer kecil, handsanitizer serta sprayer gendong.

Perusahaan yang juga menyediakan jasa instalasi kandang closed house ini juga mendistribusikan paket sembako serta paket alat kesehatan untuk karyawan internal, driver ojek online sekaligus bagi supir truk dan kurir yang mengantar paket.                                                                                                         
“Semoga dengan sedikit bantuan dari kami dapat memberikan semangat untuk bersama-sama berjuang melewati krisis dunia. Kami juga ingin memotivasi orang lain untuk turut serta melakukan kebaikan- kebaikan yang bermanfaat, serta dapat meringankan kesusahan yang timbul sebagai dampak COVID 19,” ungkap Cindy Tanoto, selaku perwakilan PT Mitra Alat Ternak.

PT Mitra Alat Ternak dalam aksi sosial ini bekerjasama dengan PT Mitra Peternakan Sejahtera-Makasar, Ria Poultry-Jambi, dan Harapan Abadi-Lombok.

Kendala Teratasi 

Terkait dengan pemberlakuan PSBB, menurut Cindy memang sempat kru Mitra Alat Ternak mengalami kendala yang cukup besar dalam aspek pendistribusian peralatan ternak ke customer. Karena sebagian besar ekspedisi mengurangi sebagian jalur pengiriman ke daerah-daerah terpencil.

“Segenap kru dan personil kami tetap berusaha bekerjasama dengan baik seperti meningkatkan komunikasi dan bekerja lebih semangat dalam bongkar muat, sehingga persiapan menjadi lebih cepat dan kendala-kendala bisa diatasi,” terang Cindy dalam petikan wawancara dengan Infovet beberapa waktu lalu. (NDV)


FAPET UNISMA BERI BANTUAN ALAT PENYEMPROT DESINFEKTAN

Fapet Unisma salurkan bantuan sebagai wujud kepedulian pada bangsa yang dilanda pandemi Corona

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang (Unisma) mendistribusikan seperangkat alat penyemprot desinfektan kepada Karang Taruna Desa Wringinanom Poncokusumo Malang, Senin (6/4/2020). Melalui Ketua Tim Mahasiswa pengabdi Muhamad Ulin Nuha, donasi tersebut diberikan.

“Kami sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan Unisma tergerak melakukan penggalangan dana untuk membantu warga di Desa Wringinanom. Kepekaan sosial kami ditantang dalam keadaan seperti ini walaupun kami sendiri sebagai mahasiswa juga mengalami kesulitan yang sama,” kata Ulin.

Ketua Karang Taruna TRISULA Hari Hartono mengucapkan rasa terima kasihnya. “Unisma dan Fakultas Peternakan sangat membantu masyarakat di sini. Jadi sepertinya kami ini mempunyai ikatan batin dengan Unisma. Unisma sudah menyatu dengan langkah-langkah pemberdayaan masyarakat di Desa Wringinanom,“ ungkap Hari.

Lebih lanjut disampaikan bahwa alat bantuan penyemprotan desinfektan sangat membantu program desa dalam mencegah penyebaran virus Corona. Penyemprotan ini dilakukan seminggu sekali secara bergiliran di tiga dusun yang berbeda.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Drh Nurul Humaidah MKes yang akrab dipanggil Ida menyampaikan, Desa Wringinanom adalah Desa binaan Fakultas Peternakan Unisma sejak tahun 2017. (Sumber: timesindonesia.co.id/INF)

ASOHI RIAU SUMBANGKAN RATUSAN LITER DESINFEKTAN

Penyerahan bantuan desinfektan oleh ASOHI Riau. (Foto: Infovet/Sadarman)

Wabah pandemi COVID-19 telah memapari hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Wabah ini pun telah ditetapkan pemerintah sebagai wabah nasional, sehingga ajakan pemerintah untuk bersama melawannya patut diapresiasi dengan beragam kegiatan.

Himbauan seperti mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun, atau menggunakan hand sanitizer, melakukan desinfeksi, berdiam diri dan beraktivitas di rumah, digalakkan untuk menekan penyebaran virus. 

Saling bahu-membahu menjaga kebersihan lingkungan dari COVID-19 menjadi prioritas. Hal itu seperti yang dilakukan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Daerah Riau yang turut menyumbangkan desinfektan kepada Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Riau. Penyerahan bantuan dilakukan di Klinik Drh Syafiq Riyadi Kota Pekanbaru, Selasa (21/4/2020).

Pada kesempatan tersebut Ketua ASOHI Riau, Drh Musran, menyatakan bahwa COVID-19 merupakan kasus baru yang sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya dan obat yang digunakan belum spesifik. Sehingga himbauan untuk mengintensifkan tindakan pencegahan seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan, meningkatkan imun tubuh dengan makanan bergizi, mutlak harus dilakukan.

“Kita tidak bisa main-main dengan wabah ini, khususnya untuk orang yang punya riwayat penyakit pernapasan, jantung dan penyakit lainnya yang berada dalam kondisi minim imunitas tubuh, mereka adalah yang paling rawan terpapar COVID-19,” kata Musran.

ASOHI Riau sendiri telah menyumbangkan sebanyak 60 liter desinfektan yang dihimpun dari berbagai perusahaan obat hewan yang beroperasi di wilayah Riau dan sekitarnya.

Apresiasi pun disampaikan oleh Drh Syafiq kepada perusahaan obat hewan  yang telah ikut berpartisipasi mendukung Pemerintah Riau dalam melawan COVID-19. “PDHI akan menyalurkan sesuai dengan yang diamanatkan oleh ASOHI, sehingga desinfektan tersebut penyalurannya tepat sasaran,” katanya.

ASOHI Riau juga membagikan sekitar 40 liter desinfektan ke Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar pada hari berikutnya Rabu (22/4/2020). Kepala Desa Pandau Jaya, Firdaus Roza menerima secara keseluruhan bantuan tersebut. “Ini jelas bermanfaat dan semoga dapat menurunkan kasus COVID-19 di wilayah kami,” kata Firdaus.

Terkait dengan aplikasi di lapangan, Drh Musran juga memberi edukasi langsung mengenai tata cara pemakaian desinfektan terkait dosis dan lokasi-lokasi yang perlu didesinfeksi.

“Kami menghimbau untuk melakukan desinfeksi pada lokasi yang benar-benar sering bersentuhan dengan masyarakat, seperti fasilitas umum, pagar dan bagian pintu suatu bangunan atau spesifiknya rumah,” tandasnya. (Sadarman)

AVIAN INFLUENZA, BAGAIMANA RIWAYATMU KINI?

Walau serangan AI tidak seganas dulu, namun kewaspadaan terhadapnya harus selalu dilakukan. (Sumber: Istimewa)

Tiada hari tanpa Corona, setidaknya itulah yang masih menjadi headline di media massa beberapa waktu belakangan ini. Namun begitu, Indonesia pernah beberapa kali dikejutkan dengan adanya outbreak penyakit, yakni Avian Influenza (AI). Namun kini AI terasa menguap, kemanakah ia kini?

Sejak 2003 lalu AI telah eksis di Indonesia, saat itu terjadi wabah penyakit yang menyebabkan kematian mendadak pada unggas dengan gejala klinis seperti penyakit tetelo (Newcastle Disease/ND). Sampai akhirnya kemudian didalami bahwa wabah tersebut disebabkan oleh penyakit baru bernama AI dari subtipe H5N1.

AI memiliki sejarah panjang di Indonesia, jenisnya pun juga bervariasi bukan hanya subtipe H5N1 saja. Secara perlahan tapi pasti, AI menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Awalnya mungkin hanya virus dari subtipe H5N1, kemudian ada varian clade dari H5N1, hingga kini ada juga H9N2 yang disebut-sebut sebagai low pathogenic AI, dimana awalnya wabah H9N2 terjadi pada ayam petelur dan kini H9N2 juga “doyan” menginfeksi broiler.

Tak Seganas Dulu
Divisi Technical Education & Consultation PT Medion, Drh Christina Lilis, menyatakan bahwa penyakit AI H9N2 yang dulunya ditemukan di layer, sekarang sudah ditemukan di broiler. Biasanya memasuki umur 21 hari sampai puncak produksi, penyakit H9N2 ini akan menyerang. Ia juga menegaskan, di luar negeri virus AI H9N2 ini lebih menjadi momok ketimbang H5N1.

Lebih lanjut dijelaskan bahwasanya kejadian AI di Indonesia saat ini masih ada walaupun kasusnya tidak semarak dulu pada masa awal “kejayaan” AI.

“Kami ada beberapa laporan dari tim kami, di berbagai daerah ada, cuma tidak heboh seperti dulu, dan lagi kasusnya bisa dibilang cenderung turun, namun begitu kita tetap harus waspada,” tutur Lilis.

Hal senada juga disampaikan oleh salah satu peternak layer asal Blitar, Sunarto. Ia mengatakan bahwa AI masih ada di beberapa wilayah di daerahnya. Ia mengonfirmasi bahwa beberapa titik di Blitar masih dihantui AI, baik H5N1 maupun H9N2.

“Bukan di peternakan saya, tetapi di sekitaran sini masih ada, walaupun enggak banyak. Saya tahu itu AI karena ada hasil laboratoriumnya dan kata dokter hewannya begitu,” ujar Sunarto.

Ia juga menyebut bahwa kemunculan AI dikhawatirkan akibat adanya perubahan dari musim kemarau ke penghujan. Selain itu adanya heat stress yang muncul akibat cuaca panas yang mencapai suhu 36-39 °C yang terjadi beberapa bulan lalu, sehingga memicu munculnya penyakit AI di wilayah Blitar.

Kendati demikian, Sunarto juga mengonfirmasi bahwa kasus AI yang terjadi hanya tentatif saja. Karena ketika begitu para peternak mendengar ada populasi ayam yang mati mendadak atau turun produksinya, mereka langsung… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020) (CR)

EKSPOR PETERNAKAN TETAP BERGERAK, CAPAI RP 538 MILIAR

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpor, didampingi Dirjen PKH I Ketut Diarmita, saat melepas ekspor produk olahan ternak tahun lalu. (Foto: Infovet/Ridwan)

Di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, ekspor sub sektor peternakan terus bergerak.

“Pada April 2020 terdapat beberapa perusahaan sektor peternakan yang telah memastikan akan melaksanakan ekspor ke beberapa negara dengan total nilai Rp 538,12 miliar,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, Senin (6/4/2020).

Perusahaan-perusahaan yang telah melaporkan rencana ekspornya antara lain PT Sinar Indochem dan PT Charoen Pokphand Indonesia yang akan mengekspor pakan ke Timor Leste masing-masing sebanyak 240 ton dan 60 ton dengan nilai ekspor mencapai Rp 1,57 miliar.

Selain itu tercatat juga PT Greenfields Indonesia yang akan mengekspor susu dan produk olahan susu ke Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam sebanyak 417 ton dengan nilai mencapai Rp 5,67 miliar. Sementara PT Japfa Comfeed Indonesia akan mengekspor hatching egg sebanyak 625.000 butir ke Myanmar, serta day old chick (DOC) 18.000 ekor ke Timor Leste, dengan total nilai keduanya Rp 3 miliar.

Adapun perusahan yang memproduksi Sarang Burung Walet (SBW) yaitu PT Ori Ginalnest Indonesia juga akan mengekspor ke Amerika Serikat, China dan Australia sebanyak 780 kg dengan nilai sebesar Rp 24,96 miliar. 

Selain itu, ditambah juga beberapa perusahaan yang bergerak di industri obat hewan akan mengekspor vaksin dan biologik sebanyak 343.582.000 dosis, farmasetik dan premix sebanyak 23.922 ton ke China, Jepang, Australia dan ke lebih dari 30 negara lainnya. Nilai ekspor obat hewan tersebut mencapai Rp 502,66 miliar.

“Sesuai arahan Menteri Pertanian kita akan terus mendorong dan memfasilitasi ekspor. Berdasarkan data BPS, ekspor sub sektor peternakan pada Januari-Februari 2020 meningkat 30% dibandingkan tahun lalu pada bulan yang sama. Pada April ini terdapat beberapa perusahaan yang juga telah memastikan ekspor, diharapkan ini akan terus meningkat,” jelas Ketut. 

Sementara ditambahkan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani, walau pandemi COVID-19 menyebar secara masif di dunia, memang membuat beberapa negara terdampak mengeluarkan kebijakan pembatasan keluar-masuknya barang dan manusia, bahkan ada yang mengambil kebijakan lockdown, hal ini membuat aktivitas perdagangan pun mengalami tekanan.

“Namun melihat pencapaian kinerja ekspor sub sektor peternakan di awal tahun dan rencana ekspor pada April ini, sangat optimis ekspor produk sub sektor peternakan dapat bertahan dalam ketidakpastian perekonomian akibat pandemi COVID-19. (RBS)

WABAH COVID-19: KEMENTAN PERMUDAH DISTRIBUSI PANGAN

Menteri Pertanian beserta jajarannya melakukan kerja sama dengan Grab untuk mempermudah distribusi pangan ke masyarakat di tengah pandemi COVID-19. (Foto: Humas Kementan)

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, mengatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi sejumlah tantangan dalam memenuhi pangan masyarakat di tengah pandemi COVID-19.

Untuk mempermudah hal itu, Mentan Syahrul melakukan penandatanganan kerja sama dengan enam mitra peternakan sekaligus bersama Grab, di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (14/4/2020).

“Indonesia tengah mengalami pembatasan di sejumlah wilayah, untuk itu saya minta seluruh pihak terkait, kita tidak boleh diam, kalian butuh makan dan protein, kalian tidak bisa fight dengan virus yang dashyat ini tanpa pangan” kata Mentan Syahrul dalam kegiatan tersebut.

Dalam kerja sama itu Kementan menggandeng PT Charoen Pokphand Indonesia, PT Japfa Comfeed Indonesia, PT Tri Putra Panganindo, PT Cimory, PT Indoguna Utama dan PT Agro Boga Utama, serta pemasaran produk peternakan berbasis online dengan tiga start-up digital market place yakni Etanee, Tani Supply Indonesia dan SayurBox. Sementara kerja sama dengan Grab diharapkan melancarkan distribusi produk pangan hasil peternakan seperti daging sapi dan ayam, telur, susu dan olahan lainnya kepada masyarakat.

“Dibutuhkan kebersamaan dan nurani kebangsaan, harus ada keterpanggilan atas nama bangsa, kalau tidak maka siap-siap kita akan melihat ceceran masalah di depan mata kita” ucap dia.

Menurutnya, untuk mengurai permasalahan pangan di tengah pandemi COVID-19 ini dibutuhkan kerjasama dan sinergi yang kuat dari berbagai pihak. Ia pun memanggil seluruh  pelaku usaha bidang pertanian dan peternakan maupun mitra usaha bidang transportasi dan para generasi milenial untuk membantu memenuhi pangan bagi masyarakat Indonesia.

Pada kesempatan serupa, Presiden of Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, menyatakan dukungannya kepada pemerintah. Ia memastikan ratusan ribu driver Grab siap membantu mendistribusikan pangan bagi masyarakat khususnya produk peternakan dan olahannya. Mengingat kebijakan pemerintah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ataupun physical/social distancing untuk menekan angka penyebaran COVID-19 di Indonesia.

“Ini menjadi usaha yang luar biasa dari Grab dengan Kementan, bahkan Bapak Menteri sendiri turun tangan untuk menjamin ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat, seperti daging, telur ayam dan lain sebagainya. Kami harap layanan ini dapat menjangkau masyarakat yang saat ini tengah mengikuti protokol kesehatan di rumah,” pungkasnya. (INF)

TIM MEDION PEDULI KESEHATAN SALURKAN BANTUAN CEGAH PENYEBARAN COVID-19

Penyerahan bantuan antiseptik di RS Cahya Kawaluyan. (Sumber: Dok. Medion)

Sejak akhir 2019 sampai saat ini, virus COVID-19 telah mewabah ke seluruh dunia. Tidak hanya menyerang warga masyarakat umum, tim medis yang merawat pasien juga banyak yang tertular dan menjadi korban.

Kondisi ini menjadi perhatian pemerintah dan banyak pihak, termasuk Medion. Melalui program Medion Peduli Kesehatan, Medion ikut tergerak berpartisipasi menyalurkan bantuan berupa Alat Pelindung Diri (APD), antiseptik dan alat semprot untuk tim medis di rumah sakit Kota Bandung.

Melalui keterangan tertulis yang diterima Infovet, Senin (13/4/2020), penyerahan bantuan tersebut telah dilakukan sejak 23 Maret 2020 oleh perwakilan Tim Medion Peduli Kesehatan, Erik, yang juga General Affair Medion. Telah disalurkan bantuan kepada delapan rumah sakit di Kota Bandung, yaitu RS Hasan Sadikin, RS Dustira, RS Paru Rotin Sulu, RS Immanuel, RS Santo Borromeus, RS Cahya Kawaluyan, RS Cibabat dan RS Kebon Jati.

Sejauh ini Tim Medion Peduli Kesehatan telah memberikan bantuan sebanyak 151 set APD, 315 liter antiseptik dan 23 buah alat semprot. Bantuan ini akan terus disalurkan selama rumah sakit masih membutuhkan.

Selain membantu tim medis di rumah sakit, Medion bekerja sama dengan asosiasi peternakan di seluruh provinsi di Indonesia, juga telah memberikan bantuan lebih dari 150 liter desinfektan ke berbagai wilayah di Indonesia, diantaranya Jawa Barat, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra Selatan dan Sulawesi Selatan. Desinfektan tersebut digunakan untuk penyemprotan lingkungan perumahan warga setempat.

Tidak hanya memberikan bantuan berupa barang, Tim Medion Peduli Kesehatan juga melakukan edukasi melalui kampanye “Ayo Cegah Penyebaran COVID-19” pada media sosial Facebook dan Instagram (@medion.id).

Kampanye tersebut mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan pencegahan penyebaran COVID-19 dengan mengikuti protokol pencegahan COVID-19 yang telah dihimbau pemerintah.

Semua itu dilakukan sesuai dengan nilai Medion, Noble Spirit. Dan diharapkan pandemi COVID-19 segera berakhir. (INF)

CENGKRAMAN CORONA

Ilustrasi. (Istimewa)

Dunia sedang digemparkan dengan keunculan virus Corona baru (COVID-19) yang membuat seluruh dunia kalang-kabut dan berdampak pada penurunan neraca ekonomi yang kian hari kian mencemaskan. Bagi insan perunggasan, virus Corona bukanlah hal yang asing lagi karena setiap hari virus ini akan selalu menghantui peternak broiler, layer dan breeder. Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus ini, tetapi virus Corona yang dimaksud adalah gammacoronavirus yang khusus menginfeksi keluarga avian.

Sampai saat ini, IB masih merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat penting secara ekonomi bagi dunia perunggasan. Infectious Bronchitis Virus (IBV) pada breeder dan layer dapat menyebabkan penurunan pada kuantitas dan kualitas telur dan tentu saja meningkatkan mortalitas. Khusus pada breeder, penyakit ini akan menyebabkan penurunan fertilitas, baik jantan dan betina yang akan berimbas pada penurunan kemampuan penetasan telur (hatchability). Menariknya, pada broiler penyakit ini ibarat ada dan tiada. Seringkali para praktisi lapang tidak mendiagnosis IBV pada ayam. Gejala penyakit ini tersamarkan dengan kejadian penyakit lain seperti CRD, Snot dan Colibacillosis pada derajat penyakit yang serius. Penurunan average daily gain (ADG), peningkatan feed conversion ratio (FCR) dan gejala “cekrek” yang terus-menerus sehingga deplesi harian yang semakin meningkat, gejala klinis yang umum ini karena IB merupakan pintu gerbang bagi penyakit lain karena virus akan menempel pada reseptor saluran pernapasan, sehingga peluang infeksi sekunder akan terbuka luas.

Situasi epidemiologi IB di Asia pertama kali dilaporkan pada tahun 1950-an di Jepang oleh Nakamura et al (1954) dan di Thailand oleh Chindavanig (1962). Promkuntop (2016) melakukan review tentang strain IBV yang penting secara ekonomi yang ditemukan pada peternakan komersial di negara-negara Asia dan diklasifikasikan dalam strain Mass-type, Japanese/Taiwanese, Taiwanese, Middle East, Far East, Chinese, LX4, QX, QX-like varian dan isolat Korean/Chinese.

Sejak 2008-2018, Ceva melakukan riset internal dalam mengelompokkan strain IBV di negara-negara Asia melalui beberapa sampel organ pada peternakan broiler, breeder broiler, komersial layer dan ayam kampung yang mengalami gangguan pernapasan. Negara-negara tersebut antara lain Banglades, China, Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Sri Langka dan Vietnam. Sampel organ tersebut dikirim ke Ceva Scientific Support and Investigation Unit Laboratory (Ceva SSIU Lab) di Budapest, Hongaria. Dari hasil tersebut diketahui bahwa… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020).

Oleh: Drh Muhammad Abdillah
Veterinary Service PT Ceva Animal Health

PESAN MENTAN SYAHRUL: CORONA DAN PERINGATAN TUHAN

Mentan Syahrul Yasin Limpo. (Foto: Humas Kementan)

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menulis pesan singkat yang berisi renungan kehidupan. Pesan singkat itu ia tulis dengan judul Corona dan Peringatan Tuhan.
Dalam tulisannya, Mentan Syahrul mengajak semua manusia agar mau berusaha dan berserah diri kepada Tuhan. Penyebaran virus Corona baru (COVID-19), kata dia, harus disikapi dengan pikiran dan hati yang bersih.

“Saudaraku semua, terkhusus anak-anakku. COVID-19 rasanya menghantam semua dimensi kehidupan kita. Begitu dahsyat, bahkan luar biasa. Kehidupan sosial tercabik dan tentara aparat keamanan bersenjata, seakan kehilangan kekuatan menjaga negerinya. Politik babak belur. Banyak pemerintah seakan tak berdaya. Ekonomi semua negara anjlok. Bahkan, terjun bebas ke titik nadir,” tulis Mentan Syahrul dikutip dalam siaran persnya, Kamis (26/3/2020).

“Dari fenomena ini, Tuhan tampaknya sengaja mengingatkan. Juga memberikan peringatan bahwa duniamu sekarang telah berubah.”

Menurut Syahrul, kejadian ini adalah penanda bahwa Tuhan merupakan satu-satunya yang berkuasa dalam kehidupan. Tuhan adalah sang pencipta yang mengingatkan manusia akan pentingnya keimanan dan ketaqwaan.

“Sang Maha Kuasa ingin menunjukkan bahwa paradigma hidup telah berganti. Jangan hidup seperti kemarin. Itu jika tidak mau tergilas, lalu mati sia-sia. Your past succes quaranty nothing, if you not changes your day,” tegas dia.

“So, tangan kananmu jadikan simbol bahwa kamu bersih. Bersih di pikiranmu, bersih hatimu, bersih tubuhmu. Dan tangan kirimu, sebagai pertanda tetaplah menggapai materi duniamu, kerja keras dan tak pantang menyerah.”

Sebagai salah satu sikap syukur, Mentan Syahrul berharap masyarakat lebih banyak beribadah di rumah, bekerja dari rumah dan berbuat lebih baik dari rumah.

“Ganti metode atau cara kerjamu dengan digital (work from home). Itu berarti tidak ada lagi kerja tanpa artificial intelligence, tanpa internet of things (IoT). Dan lebih maju lagi, dengan robot yang dilengkapi kecerdasan buatan. On the spot? Bolehlah, tapi tak lebih dari validasi dan random samplingnya, untuk mengkolaborasi dengan kesesuaian fakta yang ada. Lalu, apa arti ini semua? Mari kita pikirkan bersama hikmah di balik virus Corona,” pungkasnya. (INF)

PEMERINTAH TEGASKAN COVID-19 TAK MENULAR MELALUI HEWAN KESAYANGAN

Penyebaran COVID-19 terjadi dari manusia ke manusia dan belum ada bukti yang kuat bahwa hewan, terutama kucing dan anjing dapat menyebarkan penyakit tersebut (Foto: Shutterstock)

Menyikapai pemberitaan dan informasi yang beredar di masyarakat tentang potensi penularan COVID-19 atau virus Corona baru dari hewan ke manusia, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada bukti kuat yang menunjukan bahwa hewan, khususnya hewan kesayangan sebagai sumber penularan COVID-19. 

“Sudah ditegaskan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE), bahwa penyebaran COVID-19 terjadi dari manusia ke manusia dan belum ada bukti yang kuat bahwa hewan dapat menyebarkan penyakit ini,” ujar Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, dalam keterangan persnya, Kamis (12/3/2020). 

Oleh karena itu, Ia berpesan agar masyarakat tidak khawatir untuk memelihara hewan kesayangan seperti kucing dan anjing, serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kesejahteraan hewan, seperti membuang atau menerlantarkannya. “Intinya saat menangani hewan pastikan mencuci tangan dengan air menggunakan sabun sebelum dan setelah kontak dengan hewan,” imbuhnya. 

Hal senada juga dikatakan Ketua Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan, Tri Sayta Putri Naipospos. Menurut dia berdasarkan laporan dari otoritas pemerintah yang membidangi kesehatan hewan di Hongkong, telah ditemukan kasus positif lemah pada anjing milik pasien positif COVID-19 dan anjing tersebut tidak menunjukan gejala sakit.

“Penularan COVID-19 saat ini terjadi dari manusia ke manusia, fakta awal yang menunjukkan keterkaitan dengan satwa liar, dalam hal ini kelelawar masih dalam penelitian lebih lanjut,” ucapnya.

Sementara Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLitvet) Kementan, NLP Indi Dharmayanti, menyampaikan juga bahwa masih perlu waktu untuk memastikan apakah virus penyebab COVID-19 (SARS CoV2) berasal dari hewan dan kemudian menulari manusia (bersifat zoonosis).

Ia membeberkan, BBLitvet telah bekerjasama dengan Ditjen PKH dan dinas terkait dalam memeriksa 13 sampel dari 2 anjing dan 1 kelinci milik pasien positif COVID-19 di Depok, hasilnya pun negatif pada bebeberapa kali pemeriksaan.

“Dari beberapa publikasi memang terdapat data yang menunjukan bahwa virus penyebab COVID-19 mempunyai kedekatan genetik dengan virus yang terdapat pada kelelawar. Namun masih perlu studi lebih lanjut untuk memastikan perannya dalam penularan,” tukasnya.

Ia pun menegaskan bahwa penularan antar manusia merupakan rute utama penyebaran COVID-19, namun penelitian di hulu (pada hewan) terkait potensi zoonosis tetap perlu dilakukan sebagai langkah kesiapsiagaan. (INF)

KEMENDAG LARANG IMPOR HEWAN HIDUP DARI CHINA, INI DAFTARNYA

Ilustrasi peternakan kalkun (Foto: USA Today)

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menerbitkan kebijakan untuk menghentikan sementara impor binatang hidup dari China atau impor binatang hidup yang telah transit di China, untuk mengantisipasi masuknya virus corona ke Indonesia.

Hal ini tertuang dalam Permendag Nomor 10 Tahun 2020 tentang Larangan Sementara Impor Binatang Hidup dari Tiongkok yang ditandatangani Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto.

“Pemerintah perlu mengambil langkah perlindungan bagi kesehatan masyarakat dan pencegahan penyebaran virus corona ke wilayah Indonesia," tulis Kementerian Perdagangan  dalam peraturan tersebut.

Adapun jenis binatang hidup yang dilarang sementara impornya dari China dalam Permendag ini adalah jenis pos tarif 01.01 seperti kuda, keledai, bagal dan hinnie hidup, dan lain-lain.

Selain itu, ada juga hewan pos tarif 01.02 atau bintang hidup jenis lembu seperti sapi, sapi jantan, oxen, kerbau, dan lain-lain. Selanjutnya, larangan impor hewan hidup dari pos tarif 01.03, yaitu babi hidup dengan berat kurang dari 50 kilogram atau berat 50 kilogram atau lebih.

Larangan juga berlaku bagi hewan di pos tarif 01.05 atau unggas hidup yaitu ayam dari spesies gallus domesticus, kalkun, bebek, angsa, ayam guinea, dan ayam sabung. Selain itu, larangan juga mencakup binatang hidup pos tarif 01.06 seperti primata, paus, lumba-lumba, porpise, manate dan dugong, anjing laut, singa laut, dan beruang laut.

Hewan-hewan unik seperti unta dan camelid, kelinci dan hare, binatang melata termasuk ular dan penyu, burung pemangsa, burung beo, burung parkit, burung macaw, dan Kakatua, burung unta, emu, lebah, dan serangga-serangga dari China juga sementara dilarang untuk masuk ke Indonesia. (NDV)

SIZE 2.0 APLIKASI TEPAT UNTUK DETEKSI DAN RESPON CEPAT PENYAKIT INFEKSI BARU

Tampilan antarmuka SIZE 2.0

Merebaknya wabah Coronavirus jenis baru (2019-nCoV), Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyatakan bahwa tindakan dini untuk mendeteksi dan mengendalikan penyakit menggunakan pendekatan One Health sangat diperlukan. 

"Belajar dari pengalaman sebelumnya, yakni wabah SARS dan MERS CoV, untuk mengendalikan penyakit infeksi baru (PIB) diperlukan adanya integrasi deteksi dan respons dari berbagai sektor terutama kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan satwa liar," jelas I Ketut Diarmita, Dirjen PKH di Jakarta, 07/02/2020. 

Menurutnya, walaupun memang belum ada kepastian bahwa 2019-nCoV ini berasal dari hewan, kewaspadaan terhadap kemungkinan ini harus tetap ditingkatkan. Ia menyatakan bahwa cara yang efektif dalam mencegah dan mengendalikan PIB atau Emerging Infectious Disease (EID) adalah dengan berbagi informasi secara real-time dengan data yang terintegrasi, sehingga respon terhadap penyakit dapat dilakukan tepat waktu, efisien, dan akurat oleh sektor terkait. 

"Kementan bersama dengan FAO Indonesia dan didukung oleh USAID telah memprakarsai pembangunan platform berbagi informasi One Health yang dikenal dengan SIZE 2.0 (Sistem Informasi Zoonosis dan EID versi 2.0)," tambahnya. 

Ketut menyatakan bahwa SIZE 2.0 akan memfasilitasi pertukaran data dan informasi serta komunikasi antara semua sistem pengawasan dari sektor kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan satwa liar. Integrasi sistem pelaporan ini memungkinkan adanya deteksi dan respon penyakit secara dini.

“SIZE 2.0 menghubungkan tiga sistem informasi yakni Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), Kemenkes dan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS) Kementan, serta Sistem Informasi Kesehatan Satwa Liar (SehatSatli), KLHK. SIZE 2.0 ini dikoordinasikan oleh Kemenko PMK,” imbuhnya.

Sementara, Ketua Tim Unit Khusus FAO di Bidang Kesehatan Hewan (FAO ECTAD) Indonesia, James McGrane mengatakan bahwa SIZE 2.0 menjawab kebutuhan akan sistem informasi pengawasan terintegrasi lintas sektoral.

“SIZE 2.0 menekankan pada peran petugas lapangan dari tiga sektor yang berbeda. Platform ini juga memfasilitasi kolaborasi lintas sektoral dan koordinasi dari petugas lapangan hingga pengambil keputusan, untuk berbagi data guna menghasilkan informasi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit infeksi dari hewan ke manusia atau zoonosis,” tambahnya.

James menerangkan bahwa SIZE 2.0 masih dalam tahap penyempurnaan dan sedang diujicobakan di empat kabupaten percontohan One Health di Indonesia, yaitu Minahasa di Sulawesi Utara, Ketapang di Kalimantan Barat, Boyolali di Jawa Tengah, dan Bengkalis di Riau.

Salah satu pengguna SIZE 2.0, yakni Afiani Rifdania, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali menyampaikan bahwa dengan adanya SIZE 2.0, maka berbagi data dan informasi sekarang menjadi lebih mudah 

"Satu klik dan kita bisa melihat kasus-kasus yang terjadi di sektor lain,” ujarnya. Afiani menaruh harapan bahwa ke depan SIZE 2.0 yang masih dalam proses penyempurnaan ini dapat digunakan di seluruh Indonesia, sehingga Pemerintah selalu siap untuk mencegah dan mengendalikan penyakit infeksi baru/berulang yang sebagian besar menular dari hewan ke manusia.

WABAH CORONA, KEMENTAN INSPEKSI LALU LINTAS PRODUK HEWAN


Mentan Syahrul Yasin Limpo (Foto: Dok. Kementan)

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, melakukan inspeksi pengawasan tindakan karantina berupa pemeriksaan pada lalu lintas hewan dan produknya di Bandara Soekarno Hatta, Senin (3/2/2020). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona yang saat ini tengah menjadi wabah global.

Sejalan dengan informasi dari lembaga kesehatan hewan dunia, OIE, penyakit pernapasan akut corona yang tengah mewabah ini akibat virus corona (2019-nCov). Di mana, data urutan genetiknya virus ini adalah kerabat dekat CoV lain yang ditemukan beredar di populasi kelelawar Rhinolophus (Kelelawar Horseshoe).

Untuk itu, Syahrul menilai perlu dilakukan pengetatan pengawasan terhadap lalulintas sumber hewan (termasuk spesiesnya) yang masuk ke Indonesia agar dapat mengantisipasi potensi dari reservoir hewan dalam penyakit ini.

"Ini yang menjadi perhatian, khususnya bagi jajaran Karantina Pertanian. Untuk terus memantau kondisi terkini dari organisai resmi dan mengantisipasi kesehatan dan keaamanan dari media pembawa  hama penyakit baik hewan dan tumbuhan. Pengawasan harus diperkuat,” kata Syahrul dalam keterangan resminya.

Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil menjelaskan bahwa  sama halnya seperti virus corona adalah keluarga virus RNA (asam ribonukleat). Mereka disebut coronavirus lantaran partikel virus menunjukkan karakteristik 'corona' (mahkota) protein lonjakan di sekitar amplop lipidnya.

Infeksi virus corona sering terjadi pada hewan dan manusia. Beberapa strain virus corona adalah Zoonosis, artinya mereka dapat ditularkan antara hewan dan manusia, tetapi banyak strain tidak Zoonosis. 

Pada manusia, virus ini dapat menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (disebabkan oleh MERS-CoV), dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Investigasi terperinci menunjukkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari musang ke manusia, dan MERS-CoV dari unta dromedaris ke manusia.

Jamil memaparkan kesiagaan yang disiapkan jajarannya yakni pertama, Kementerian Pertanian melalui seluruh unit kerja di Karantina Pertanian telah mengeluarkan instruksi kewaspadaan penyebaran CoV/2019-nCoV untuk melakukan pengawasan dan tindakan karantina terhadap lalulintas Media Pembawa yang berisiko tinggi sebagai penular virus tersebut berupa anjing, kucing, rodentia, kelelawar dan unggas. 

Kedua, tindakan karantina perlakuan yang dilakukan berupa desinfeksi terhadap hewan dan peralatan yang mentertai seperti kendang dll dengan menggunakan desinfektan berbahan aktif misalnya ether alcohol 75 persen, klorin, peroxyacetic acid dan chloroform. 

Ketiga, melakukan mitigasi risiko terhadap negara asal, negara transit, cargo manifest dan barang bawaan penumpang dalam rangka melakukan pencegahan terhadap masuknya virus corona melalui hewan yang berisiko tinggi tersebut. Selanjutnya, langkah keempat, dalam hal untuk mengetahui keberadaan virus di media pembawa.

Terakhir, lakukan uji peneguhan diagnosa dilakukan oleh laboratorium Kementerian Pertanian, (Balai Besar Veteriner, Balai Penelitian Veteriner Bogor, Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian) terhadap sampel yang diambil Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian. 

Dalam melakukan pengawasannya, Jamil mengatakan, Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian berkoordinasi dengan instansi terkait di pelabuhan dan bandara, dalam rangka pencegahan masuknya virus corona dari negara terjangkit melalui media pembawa yang berisiko tinggi. (Sumber: republika.co.id)


SATWA LIAR : BERPOTENSI MENULARKAN INFEKSI PENYAKIT BARU


Konsumsi Satwa Liar, Berpotensi Menularkan Zoonosis Jenis Baru

IPB University melalui Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS) menyoroti penyebaran virus korona, sekaligus strategi mitigasi penyakit yang mengkhawatirkan masyarakat. Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Drh Joko Pamungkas, mengatakan penyakit infeksi baru mulai bermunculan dalam beberapa dekade terakhir. Di antaranya virus Ebola, HIV, virus Nipah, virus Avian Influenza, SARS-CoV, MersCoV dan yang terakhir ialah virus korona (2019-nCoV) dari Kota Wuhan, Tiongkok.

"Hampir semua kejadiannya diketahui berjangkit lebih dahulu pada manusia. Setelah diteliti dan ditelusuri, baru diketahui wabah tersebut diindikasi kuat bersumber dari hewan atau satwa liar. Itu bersifat zoonotik dan lebih dari 70% berasal dari satwa liar sebagai reservoir atau inang alami," ujar Joko dalam diskusi bertema tema "Mengenal Lebih Jauh Virus Korona dan Strategi Mitigasi Dampak", melalui rilis yang diterima, Jum'at (31/1)
Dampak kerugian dan kematian yang ditimbulkan tentu tidak sedikit. Selain tingginya angka penularan dan korban kematian, segala upaya mitigasi saat wabah berjangkit pasti akan sangat besar dari aspek ekonomi. Itu belum menghitung dampak pada kegiatan sektor perdagangan dan pariwisata.
Joko menyarankan perlunya mengubah pendekatan praktik pola surveilans oleh kementerian teknis terkait. Persoalan kesehatan harus dilihat secara holistik dan ditangani secara bersama oleh kementerian terkait. Di antaranya, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Menurunya, pendekatan One Health sebagai jawaban atas masalah kesehatan yang berlangsung saat ini. Terutama, upaya pengendalian penyakit infeksius.
"Tidak seharusnya kita menunggu kejadian yang merugikan ini berjangkit pada manusia maupun hewan ternak, sehingga kerugian menjadi besar. Surveilans sentinel pada satwa liar secara periodik diharapkan memantau keberadaan virus dari satwa liar yang berpotensi ditularkan kepada manusia dan hewan ternak," tegasnya.
Hal senada disampaikan Kepala Divisi Patologi Fakultas Kesehatan Hewan (FKH), Bambang Pontjo Priosoeryanto. Dari sisi kesehatan hewan, merebaknya virus korona di Tiongkok dan sejumlah negara, menunjukkan penyebaran penyakit dapat berjalan dengan cepat. Virus yang berasal dari hewan liar maupun domestik dan kemudian berubah menjadi virus ganas, mengindikasikan peran hewan sebagai salah satu faktor utama.
"Fakta menunjukkan 60% dari penyakit patogen adalah zoonotik atau ditularkan dari hewan. Sekitar 80% adalah multi-host. Selain itu, 75% dari penyakit yang baru muncul berawal dari hewan. Hasil studi menunjukkan sejak 1940 ditemukan 335 penyakit, di mana 60,3% merupakan zoonosis dan 71,8% berawal dari satwa liar," jelas Bambang.
Kontak hewan liar dan berbagai spesies hewan dalam satu lokasi yang sangat intens, seperti pasar hewan yang sangat beragam, menjadi hal yang harus diperhatikan. Mengingat, adanya potensi dampak eksploitasi alam yang berlebihan, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan.(CR)

KELELAWAR BUAH BERPOTENSI JADI PENYEBAR VIRUS CORONA DI INDONESIA

Konsumsi Daging Kelelawar, Faktor Risiko Penularan Virus Corona


Ahli patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Prof Drh Agus Setiyono MS, PhD, APVet, menilai virus corona berpeluang menyebar di wilayah Indonesia lewat kelelawar pemakan buah. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil penelitian Prof Agus bersama Research Center for Zoonosis Control (RCZC), Hokkaido University, Jepang, tentang kelelawar buah. Dalam penelitian tersebut ditemukan enam jenis virus baru pada kelelawar buah dengan daerah sampel yaitu Bukittinggi, Bogor, Panjalu (Ciamis), Gorontalo, Manado, dan Soppeng (Sulawesi Selatan).

Enam virus tersebut adalah coronavirus, bufavirus, polyomavirus, alphaherpesvirus, paramyxovirus, dan gammaherpesvirus. Menurut Prof Agus, mengonsumsi kelelawar buah dapat berisiko terpapar virus corona bila preparasi kelelawar menjadi bahan makanan dilakukan secara kurang tepat. Virus corona dapat berada di dalam tubuh kelelawar tanpa menimbulkan persoalan medis bagi kelelawar dan virus ini tidak secara khusus hidup di dalam kelelawar buah. “Hewan lain juga memiliki kemungkinan menjadi induk semang virus ini,” ungkap Prof Drh Agus.

Ia menilai letak geografis kelelawar buah tidak menjadi penentu penyebaran virus karena virus ini secara umum terdapat pada kelelawar buah di mana pun berada. Prof Agus menilai penyebaran corona virus dari kelelawar buah di Indonesia terinfeksi virus corona. Menurut dia, kelelawar terbang sangat jauh dan dapat berpindah tempat tinggal (habitat) mengikuti musim buah sebagai makanan pokoknya. “Kelelawar memiliki sistem imun yang unik. Ada berbagai virus yang berdiam dalam tubuhnya dan bukan hanya virus corona, tapi banyak lagi patogen yang berpotensi zoonosis (penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya). Dan hal ini tidak 'dihalau' sebagai benda asing oleh kelelawar,” terang Prof Agus.

Coronavirus atau virus corona muncul di Wuhan, China, pada awal tahun 2020. Virus jenis baru ini telah menewaskan 80 orang dan telah menyebar ke berbagai negara. Spekulasi ataupun dugaan bermunculan mengenai penyebab asal virus tersebut. Salah satunya berasal dari sup kelelawar, sebuah makanan populer di Wuhan.

Prof Agus memberikan saran untuk dapat melakukan pencegahan terhadap serangan virus corona, yakni tidak bersentuhan dengan kelelawar, baik langsung maupun tidak langsung. Kedua, tidak memakan buah sisa masak pohon yang digerogoti kelelawar, meskipun biasanya ini yang paling manis.

Ketiga, sebaiknya bagi sebagian masyarakat dengan budaya mengonsumsi sayur atau lauk dari kelelawar mulai mempertimbangkan kembali untuk melanjutkan mengonsumsi kelelawar. “Masih banyak pangan fungsional yang baik dan menyehatkan,” tutupnya (CR).




KEMENTAN SIAGA MUNCULNYA PENULARAN VIRUS CORONA BARU

Kementan siaga kemunculan virus Corona (Foto: Dok. Kementan) 



Menindaklanjuti laporan kasus pneumonia (radang paru-paru) berat di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok beberapa waktu yang lalu, dan kemudian dikonfirmasi sebagai infeksi Coronavirus jenis baru (2019-nCoV), Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyampaikan perlunya langkah-langkah kewaspadaan di Indonesia.

"Kita harus terus waspada, karena berdasarkan data WHO sampai tanggal 28 Januari 2020, telah dikonfirmasi sebanyak 4593 orang terinfeksi virus ini, dan 106 di antara meninggal dunia," ungkap I Ketut Diarmita, Dirjen PKH di Jakarta, 29/01/2020. Selain Tiongkok tambahnya, infeksi 2019-nCoV ini telah dilaporkan di 14 negara yakni Thailand, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Nepal, Australia, Perancis, Jerman, Srilangka, Kamboja, dan Kanada.

Dijelaskan Ketut, analisa genetik dari virus ini menunjukkan adanya kedekatan kekerabatan dengan Coronavirus yang ditemukan pada kelelawar. Namun demikian, Ia menegaskan bahwa masih perlu investigasi lebih lanjut untuk dapat mengkonfirmasi bahwa hewan menjadi sumber penularan ke manusia.

"Sampai dengan saat ini, rute penularan yang dianggap paling berisiko adalah penularan dari manusia ke manusia," tambahnya.

Lebih lanjut Ketut menjelaskan bahwa berdasarkan hasil investigasi sementara menunjukkan hasil analisa genetik virus 2019-nCoV memiliki kedekatan dengan penyebab penyakit pernafasan yang sebelumnya mewabah yaitu SARS (severe acute respiratory syndrome) dan MERS-CoV (Middle East respiratory syndrome-related coronavirus).

"Sehingga perlu diwaspadai adanya indikasi bahwa penyakit ini berpotensi zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia," ucapnya.

Oleh karena itu, Ia menyampaikan beberapa langkah penting dari aspek kesehatan hewan di Indonesia sebagai kewaspadaan dini terhadap ancaman virus ini, yaitu agar setiap orang segera melapor jika terjadi peningkatan kasus penyakit pada hewan dan satwa liar, terutama jika berkaitan dengan adanya dugaan kasus 2019-nCoV pada manusia.

Ketut meminta agar unit pelaksana teknis (UPT) Kementan yaitu Balai Veteriner di seluruh Indonesia untuk melakukan investigasi terhadap laporan kasus penyakit pada hewan dan satwa liar yang berkaitan dengan kasus dugaan infeksi 2019-nCoV pada manusia.

Menurutnya selama ini Balai Veteriner sudah memiliki kemampuan untuk deteksi virus-virus yang baru muncul seperti Coronavirus, karena secara aktif telah bekerjasama dengan sektor kesehatan dan satwa liar dalam melakukan surveilans di satwa liar yang kontak dengan ternak dan manusia melalui pendekatan one health. Kegiatan ini didukung oleh FAO melalui fasilitasi dari USAID.

"Saya juga sudah perintahkan juga agar jajaran di sektor kesehatan hewan untuk berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Otoritas yang menangani satwa liar setempat terutama jika ada laporan kasus yang menunjukan gejala klinis pneumonia pada manusia," imbuhnya.

Dirjen PKH kemudian menekankan pentingnya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pada kelompok risiko tinggi seperti dokter hewan, paramedik, peternak, pedagang dan pemilik hewan yang menangani hewan hidup dan produknya, terutama satwa liar, dengan pesan kunci kemungkinan penularan 2019-nCoV dari hewan dan satwa liar kepada manusia dan cara pencegahannya.

"Ada banyak cara sederhana yang dapat dilakukan untuk pencegahan, antara lain dengan memperhatikan hygiene personal, seperti mencuci tangan dengan sabun dan penggunaan alat pelindung diri (APD) setiap kali kontak dengan hewan dan produknya," ujarnya.

Menurut Ketut, tak kalah penting adalah melaksanakan manajemen risiko terhadap pemasukan hewan dan produk hewan di tempat pemasukan dan berkoordinasi dengan Karantina Pertanian setempat. (Rilis Kementan)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer