-->

MENCERMATI RAGAM PENYAKIT TAHUN INI DAN BAGAIMANA PREDIKSINYA

Vaksinasi memastikan ayam tetap sehat. (Foto: Istimewa)

Penyakit merupakan salah satu hambatan dalam industri peternakan unggas khususnya sektor budi daya. Penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi sebab kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Perunggasan, sebagai industri terbesar di sektor peternakan Indonesia tentu yang paling menjadi sorotan. Perlu dicatat bahwa Indonesia merupakan produsen telur terbesar sedunia dan produsen broiler nomor 11 di dunia, selain itu diperkirakan lebih dari empat juta orang bekerja di sektor perunggasan (Dirkeswan, 2021).

Oleh karena itu, segala macam hambatan termasuk penyakit harus bisa dikendalikan agar dapat memaksimalkan produksi. Tiap tahunnya, kejadian penyakit selalu terjadi dan jenisnya pun beragam, baik infeksius maupun non-infeksius.

Maklum saja, sebagai Negara tropis Indonesia memang menjadi tempat yang nyaman bagi berbagai jenis mikroorganisme patogen. Tentu para stakeholder yang berkecimpung mau tidak mau, suka tidak suka, harus berusaha untuk bisa survive dari hambatan ini.

Yang perlu digarisbawahi adalah penyakit akan berhubungan dengan performa dan produktivitas, kemudian kedua aspek itu akan langsung terkait pada nilai keuntungan yang didapat. Jadi, siapa saja yang dapat mencegah terjadi penyakit di suatu peternakan, apapun peternakannya, sudah pasti mendapat keuntungan lebih baik. Penyakit memiliki benang merah dengan manajemen beternak yang diaplikasikan, serta aspek biosekuriti.

AI Cetak Rekor di Negara Barat
Diam-diam virus Avian influenza (AI) kembali menyeruak di dunia, bahkan kali ini AI meluluh-lantakan perunggasan negeri Paman Sam. Berdasarkan catatan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), sekitar… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2022. (CR)

PASOKAN DAGING GLOBAL AKAN MENINGKAT

Pasokan daging global akan meningkat untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan meningkat, mencapai 377 Mt pada tahun 2031. China diproyeksikan bertanggung jawab atas sebagian besar peningkatan produksi daging, diikuti oleh Amerika Serikat, Brasil, dan India. Sebaliknya, produksi daging di Uni Eropa diperkirakan turun selama periode tersebut karena meningkatnya biaya domestik dan lingkungan serta berkurangnya peluang ekspor.

Peningkatan produksi daging dunia ini akan dipengaruhi terutama oleh pertumbuhan sektor perunggasan, dengan jumlah unggas meningkat menjadi 31 miliar ekor. Akibatnya, emisi gas rumah kaca oleh sektor daging diproyeksikan meningkat sebesar 9% pada tahun 2031. Pengecualian penting adalah Afrika di mana emisi akan meningkat sebesar 24%, sebagian besar sejalan dengan peningkatan produksinya. (via Poultryworld)

UNGGAS DIPERKIRAKAN MENGAMBIL HAMPIR SETENGAH DARI PASAR DAGING GLOBAL PADA TAHUN 2031

Unggas akan terus menjadi daging dengan pertumbuhan tercepat selama dekade berikutnya dan pada tahun 2031 akan menguasai 47% pasar, menurut OECD/FAO Agricultural Outlook terbaru.

Pergeseran jangka panjang ke unggas akan terus menguat, sebagian karena preferensi daging putih di antara negara-negara berpenghasilan tinggi. Ini karena unggas dianggap mudah dimasak, lebih sehat, dan dianggap sebagai pilihan yang lebih baik. Di negara berpenghasilan menengah dan rendah, unggas dipandang sebagai alternatif yang lebih murah dibandingkan daging lainnya. Akibatnya, Outlook memperkirakan ketersediaan protein dari unggas akan meningkat sebesar 16% pada tahun 2031 dan pada saat itu akan menjadi 47% protein yang dikonsumsi dari sumber daging, diikuti oleh daging babi, domba, dan sapi.

Konsumsi daging unggas telah meningkat di hampir semua negara dan wilayah dengan konsumen yang tertarik dengan harga yang lebih rendah, konsistensi dan kemampuan beradaptasi produk, serta kandungan protein/rendah lemak yang lebih tinggi. Konsumsi daging unggas diperkirakan akan meningkat secara global menjadi 154 mt selama periode yang diproyeksikan, yang mencerminkan peran penting yang dimainkannya dalam makanan nasional beberapa negara berkembang berpenduduk padat, seperti Cina, Indonesia, India, Malaysia, Pakistan, Peru, dll.

Akan tetapi, di negara-negara berpenghasilan tinggi, di mana konsumsi per kapita sudah tinggi, permintaan diperkirakan akan menurun atau cenderung menurun. Di negara-negara berpendapatan rendah, pertumbuhan populasi dan pendapatan akan memacu konsumsi secara keseluruhan, meskipun dari tingkat dasar per kapita yang jauh lebih rendah. (via Poultryworld)

PENYAKIT VIRAL PADA UNGGAS DULU, KINI DAN PREDIKSINYA

Penyakit merupakan salah satu hambatan yang menjadi penyebab kerugian dalam industri perunggasan. (Foto: Poultry world)

Perjalanan industri perunggasan dari tahun ke tahun memiliki tantangan tersendiri di setiap tahunnya. Pada 2022, dapat dikatakan perjalanan industri perunggasan tidak mudah dengan segala hiruk pikuknya, mulai dari ketersediaan bahan baku, harga, supply dan demand, serta tantangan lingkungan dan wabah penyakit.

Penyakit merupakan salah satu hambatan yang menjadi penyebab kerugian dalam industri perunggasan. Apalagi perunggasan menjadi salah satu industri terbesar di sektor peternakan, sehingga selalu menjadi sorotan. Kejadian penyakit pada unggas tentu menjadi tantangan yang selalu menarik untuk dicerna karena selalu muncul setiap tahunnya. Hal ini dipengaruhi juga oleh kondisi Indonesia sebagai negara tropis yang rentan terhadap perubahan iklim, sehingga berdampak terhadap tingkat penyakit pada unggas.

Menurut Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS, 2010) bahwa perubahan cuaca dan iklim (temperatur, curah hujan, angin, banjir besar atau kekeringan dan kenaikan permukaan air laut) dapat memengaruhi penyakit pada ternak yang ditularkan melalui vektor.

Meski terdapat tantangan penyakit pada unggas, tidak menjadi alasan industri ini untuk surut. Penyakit pada unggas akan selalu mengintai, sehingga untuk dapat tetap hidup berdampingan dengan tantangan penyakit, pelaku industri perlu mempelajari perjalanan penyakit dan prediksinya. Hal ini sangat bermanfaat supaya peternak dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit di tahun yang akan datang.

Penyakit pada unggas khususnya pada layer dan broiler yang mendominasi dari tahun ke tahun kurang lebih trennya sama, yaitu seputar penyakit pernapasan dan pencernaan. Diantara banyak penyakit yang sering ditemukan pada unggas, penyakit viral adalah salah satu bagian yang menjadi penting untuk diurai. Penyakit viral masuk dalam golongan penyakit infeksius yang sangat mengganggu performa dan produktivitas, tentunya ini berdampak kerugian bagi peternak.

Sepanjang 2022, fenomena penyakit viral paling banyak ditemukan pada ayam layer dan broiler yang notabene paling mendominasi populasi perunggasan di Tanah Air. Berbagai upaya telah dilakukan stakeholder untuk memberantas penyakit viral, namun hingga saat ini masih tetap eksis. Virus sebagai makhluk hidup, melakukan evolusi untuk tetap lestari salah satunya dengan merubah materi genetiknya agar tetap dapat merespon setiap hal yang mengancam kehidupannya. Salah satu contohnya… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2022.

Ditulis oleh:
Ir Syamsidar SPt MSi IPM
Marketing Support PT Sanbio Laboratories

DISABILITAS BUKAN HALANGAN UNTUK BERKONTRIBUSI DI SEKTOR PETERNAKAN

Sulaeman (37), Disabilitas Bukan Halangan Baginya Untuk Berkarya

Keterbatasan tak jadi penghalang untuk Sulaiman membangun bisnis berkelanjutan yang memiliki dampak untuk masyarakat. Awalnya, ia mencoba membuat peternakan ayam kampung sederhana pada tahun 2019 di Desa Matompi, Kecamatan Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Bermodal kandang bambu dan sepetak lahan di belakang rumah, ia telaten menggeluti usaha tersebut. "Saya memang suka memelihara ayam, harapannya dengan usaha ini juga dapat membantu warga sekitar," kata dia.

Kemudian pada pertengahan tahun 2022 , ia mendapatkan bantuan sarana berupa kandang, Day Old Chicken (DOC), dan pelatihan dari PT Vale Indonesia Tbk melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) untuk membuat peternakan ayam kampung organik. Melalui bantuan ini, pria yang karib disapa Eman ini kemudian membentuk sebuah kelompok usaha yang terdiri dari 12 orang bernama Kelompok Pemuda Woliko.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 4 orang merupakan penyandang disabilitas. "Kami dapat bantuan kandang, 500 DOC, dan pelatihan dari Vale Indonesia yang sekarang masih kami jalankan," ujar Eman. Ia menjabarkan, ada beberapa hal berbeda yang perlu dilakukan agar peternakan ayamnya dapat masuk kategori organik. Untuk pakan, ia menggunakan campuran konsentrat, dedak gabah, dan minyak khusus.

Kalau sedang tidak musim panen padi, Eman akan menggunakan ampas tahu sebagai pengganti dedak gabah. Selain itu, ada juga cairan mikro organisme lokal (MOL) yang digunakan sebagai disinfektan alami yang terbuat dari daun bambu kering, air kelapa, dan nasi sisa. Disinfektan ini berguna untuk menghilangkan bakteri pembusuk di kandang. Selain itu, untuk dapat disebut sebagai peternakan ayam organik, Eman tidak menggunakan vaksin untuk ayam. Gantinya, ia meracik sendiri jamu yang diberikan kepada ayam sebanyak 2 minggu sekali.

"Jamu ini terbuat dari tanaman herbal seperti jahe, temulawak, dan kencur. Jamu ini juga bisa diminum oleh manusia," ujar dia.

Dengan menggunakan sistem organik ini, Eman mengaku rasio pada DOC yang bisa mencapai dewasa jauh lebih besar. Bahkan, ia menyebut, jumlah rasio ayam yang mati hanya 2-3 persen. "Itu juga karena terjepit, salah penanganan, jadi bukan karena penyakit," ujar dia.

Dari segi usia, ayam kampung organik ini dapat dipanen pada usia 70 hari. Sementara, ia bilang, ayam kampung konvensional membutuhkan waktu hingga 5-6 bulan untuk dapat dipanen. Ayam kampung yang diternak dengan organik juga tidak banyak memunculkan bau seperti kandang ayam pada umumnya. Pun, setelah jadi daging, dari jeroan ayam kampung organik menguar bau rempah hasil jamu tadi. Sedikit catatan, harga untuk ayam hidup per kilonya dibanderol dengan harga Rp 65.000. Per bulan, peternakan ini bisa menjual hingga 300 ekor atau lebih tergantung permintaan.

Dengan begitu omzet peternakan Eman per bulan sekurang-kurangnya bisa mencapai Rp 20 juta. Bendahara dari Kelompok Woliko Istiqamal menceritakan, semula kelompok usaha ini bermula dari teman-teman yang hobi nongkrong. Suatu ketika, Eman merangkul mereka untuk dapat lebih produktif.

"Jadi kami ini ada yang teman, sepupu, teman nongkrong yang sekadar kumpul lalu membentuk Kelompok Pemuda Woliko," ujar dia. Istiqamal sendiri selain bertugas di bagian keuangan juga bertanggung jawab untuk mengolah pakan di peternakan ayam ini.

Sedangkan, anggota Kelompok Woliko lainnya bernama M. Taufik bertugas untuk mengurus kotoran ayam dan diolah menjadi pupuk kompos. Nantinya, kompos olahan dari peternakan ini digunakan pada lahan tanaman sayuran yang ada di dekat kandang peternakan. Tak jauh dari rumah Eman, Kelompok Woliko ini juga mengelola sebuah lahan penanaman sayuran organik seperti selada dan kangkung.

 Biasanya, sayuran di sini dijual dengan harga sekitar Rp 5.000 untuk ukuran tertentu. Dengan metode akuaponik, lahan ini dapat disatukan dengan kolam nila di bawahnya. Dengan begitu, ada nilai tambah yang dapat dirasakan. Omzet dari lahan sayuran ini kurang lebih dapat mencapat Rp 1 juta per bulan. Sebagian hasil dari peternakan dan penanaman sayur organik ini dibeli oleh PT Vale Indonesia Tbk guna memenuhi kebutuhan pangan di area tambang mereka.

Lebih lanjut, pendamping dari Yayasan Aliksa Organic Sri Konsultan, Azam menjelaskan, nantinya lahan sayuran organik ini akan diperluas dengan penanaman kangkung, kacang panjang, selada, sawi, dan terong ungu. "Itu semua jenis sayuran rekomendasi dari PT Vale Indonesia yang memang dibutuhan untuk konsumsi," tandas dia. (INF)


ADHPI SULSEL SOWAN KE DINAS PETERNAKAN DAN KESWAN PROVINSI SULSEL

ADHPI Wilayah Sulsel Diterima Kepala Dinas Peternakan dan Keswan Provinsi Sulsel


Pengurus Wilayah Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan (ADHPI) Sulawesi Selatan berkunjung ke Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Sulawesi Selatan. Kunjungan perwakilan ADHPI Wilayah Sulsel diwakili oleh Drh Subaedy Yusuf dan Drh Faisal diterima langsung oleh Kepala Dinas Drh Nurlina Saking, M.H., M.Kes didampingi Sub Kordinator Kesehatan Hewan Drh Sahrini Rauf di ruang kerja Kepala DPKH Provinsi Sulsel jalan Veteran Selatan.

Unggas adalah komoditas hewan pangan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dimana daging ayam diperkirakan menjadi daging yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Selain penyebaran populasi mengikuti sebaran kebutuhan pasar, sebagian lainnya karena perubahan rantai pasok daging babi yang disebabkan oleh penyakit Demam Babi Afrika (African swine fever disease).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi daging ayam ras nasional mencapai 3,43 juta ton pada 2021 dimana jumlah tersebut meningkat 6,43% dibanding produksi tahun sebelumnya. Dari jumlah produksi tersebut, sebanyak 860,16 ribu ton berasal dari para peternak di Provinsi Jawa Barat. Angka tersebut porsinya mencapai 25,11% dari total produksi nasional. Sementara Provinsi Sulawesi Selatan menyumbang angka 90,03 ribu ton atau 2,63% dari total produksi Nasional dan berada diperingkat kesepuluh.

Selain daging ayam ras, provinsi Sulawesi Selatan mencatatkan populasi ayam ras petelur sebanyak 12.982.642 ekor dan proyeksi produksi telur ayam ras tahun ini sebanyak 188.248 ton. Dengan jumlah penduduk sebanyak 9.022.300 orang, asumsi kebutuhan telur tahun 2022 sebesar 175.033 ton sehingga terdapat surplus sebesar 13.215 ton. Surplus inilah yang digunakan sebagai bufferstock sebanyak 264 ton (2%) dan didistribusikan keluar Pulau Sulawesi, seperti ke Kalimantan, NTT, Maluku dan Papua sebanyak 733 ton (5,55%) per tahun. Berbekal dua komoditi unggas tersebut, provinsi Sulawesi Selatan menjadi daerah yang sangat potensial di bidang perunggasan. Komoditas unggas lainnya dalam skala kecil-menengah yang juga berkembang adalah ayam lokal persilangan, itik, dan puyuh.

Proses produksi bahan pangan asal unggas adalah hubungan yang rumit antara perusahaan pembibitan primer, pembenihan, produsen, pabrik pakan, peternak dan pabrik pengolahan hasil. Semuanya terkait dengan bidang biologi, industri, kesehatan masyarakat, kesejahteraan, dan politik. Pada bagian inilah yang menyenangkan sekaligus bagian yang paling menantang menjadi dokter hewan perunggasan. Menjadi penghubung antara proses input, budidaya hingga pengolahan bahan pangan menjadi makanan siap saji, from farm to table.

Para dokter hewan yang mengembangkan minat dan karir di bidang perunggasan bergabung dalam kelompok profesional yang terstruktur dari pusat, wilayah hingga ke rayon di beberapa daerah di Indonesia melalui Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) sekaligus asosiasi ini menjadi organ non teritorial dari organisasi induk Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).

Dokter hewan perunggasan bekerja sangat erat dengan produsen, biasanya sebagai techical support, membantu dengan diagnosa ketika ada wabah penyakit di peternakan, dan yang lebih penting, dengan pengobatan pencegahan untuk membantu menghentikan penyakit.

Di sisi veteriner hal ini dicapai dengan bekerja sama multielemen antara stake holder perunggasan mulai dari produsen input bagian hulu, peternak yang melakukan proses budidaya, dan produsen di hilir serta pemerintah sebagai regulator dan penyelia keamanan pangan untuk menerapkan praktik peternakan, biosekuriti yang baik, mengembangkan program vaksinasi dan pengobatan, serta melakukan surveilans penyakit secara rutin di peternakan.

Hal ini dilakukan untuk menjamin ketersediaan pangan dan yang penting pula adalah kemananan bahan pangan. Ketika sinergitas ini didukung, maka ini keuntungan besar bagi industri perunggasan dan akan mempertahankan sustainabilitas sektor pangan strategis ini.

Nurlina sangat mengapresiasi pertemuan ini, sebagaimana arahan Pimpinan Pemerintahan dalam hal ini Gubernur Sulawesi Selatan untuk selalu mendorong kolaborasi dan sinergitas seluruh pihak dalam melayani masyarakat. Masukan profesional tentang pencegahan penyakit sangat penting karena para peternak unggas telah hadir dengan potensi yang sangat besar untuk pertumbuhan ekonomi daerah. Pencegahan penyakit penting untuk kesejahteraan ternak unggas, ekonomi produksi, dan efisiensi biaya produksi. Kehadiran sektor perunggasan ini menjadi kekuatan ekonomi kita di daerah-daerah sentra komoditas perunggasan baik itu ayam layer dan broiler termasuk ternak unggas lainnya.

“Kerjasama antar elemen ini menjadi pondasi kita dalam menghadapi tantangan-tantangan yang kita hadapi di sektor perunggasan, dan pemerintah menjadi sentral karena pengawasan dan pendampingan harus dilakukan agar tercipta kondisi yang baik untuk semua” kata Nurlina yang juga aktif membina berbagai Kelompok Ternak di Sulawesi Selatan.

Senada dengan itu, Sahrini juga mengungkapkan harapannya agar kemitraan multielemen ini dapat betul terjalin dengan maksimal agar ke depannya kita dapat menyelesaikan setiap kendala yang ada di masyarakat peternakan, khususnya di perunggasan.

“Banyak hal yang perlu dikordinasikan dengan baik, kita memiliki banyak petugas yang siap melakukan monitoring bahkan bisa terlibat aktif dalam sektor ini. Dengan sinergi ini, kedepannya informasi-informasi di lapangan dapat dikordinasikan dengan kami di pemerintahan agar kita dapat mengambil langkah-langkah bersama untuk menyelesaikan… dengan kordinasi yang baik, pemerintah juga mengetahui dan akan mengambil langkah teknis” ujar Sahrini yang saat ini menjadi kordinator penanganan penyakit strategis yang ada di Sulsel.

Selain membicarakan sinergi asosiasi dan pemerintah, pertemuan kali ini juga membahas outlook penyakit hewan di peternakan unggas komersil menghadapi tahun 2023. Penyakit virus Avian influenza (Flu Burung), yang merebak tahun ini perlu dibahas secara komprehensif antar elemen yang terkait dengan aktifitas perunggasan.

Perkembangan virus di lapangan, ketersediaan vaksin, biosecurity, lalu lintas ternak menjadi bahasan penting. Melalui ADHPI, persoalan ini akan dibahas melalui kegiatan bertajuk Seminar Nasional Perunggasan yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2022 di Makassar. Kegiatan ini menhadirkan pakar imunologi dan virologi dari berbagai kalangan mulai dari Akademisi UGM, Unair dan Unhas, Balai Diagnostik Veteriner milik Pemerintah Balai Besar Veteriner Maros, Dinas Provinsi dan Kabupaten, serta kalangan Profesional dan akan dihadiri oleh praktisi perunggasan dari berbagai perusahaan, peternak dan mahasiswa dari berbagai kampus di Makassar.

“Avian influenza adalah wabah yang sudah terjadi dalam kurun waktu hampir dua dekade, harusnya kita mampu melewati hambatan teknis yang menyertai kejadian ini. Pengalaman kita bersama selama ini menjadi pelajaran terbaik bagi kita semua, tetapi kalau kondisinya terus meningkat apa yang harus kita benahi? Mungkin regulasi ketersediaan vaksin yang cocok dengan virus lapangan, atau mungkin pola mitigasi kita yang perlu diperbaiki. Kerjasama kita semua, akan memnguatkan kita untuk menyelesaikan ini..” ungkap Nurlina.

Seminar yang akan digelar ADHPI, mungkin menjadi titik awal untuk membangun kerja kolektif. Kolaborasi multipihak menjadi pilar penting di masa depan untuk menghasilkan produk pangan yang aman, sehat, utuh, melimpah dan membawa masyarakat perunggasan menjadi sejahtera. (INF)


FROZEN FOOD SOLUSI BISNIS UNGGAS PASCAPANEN

Frozen food seperti nugget ayam digemari masyarakat sejak sebelum pandemi terlebih lagi di masa pandemi. (Foto: Istimewa)

Frozen food merupakan produk makanan hasil penerapan teknologi pengawetan. Dengan cara menurunkan temperatur di bawah titik beku air, sehingga air di dalam bahan pangan diubah menjadi kristal es.

“Teknologi ini otomatis akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas enzim. Bahkan beberapa mikroorganisme dengan teknologi frozen food ini akan mati,” kata Dr Ir Endang Sri Hartati MS, dalam webinar yang diselenggarakan Prodi Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Lebih lanjut Endang yang menjadi dosen Prodi Peternakan UMM menjelaskan bahwa dengan menggunakan teknologi frozen food, umur simpan produk akan diperpanjang. Sehingga meminimalkan kerugian akibat kerusakan produk peternakan yang merupakan bahan makanan mudah rusak.

Teknologi pengawetan makanan dengan pembekuan juga bisa mempertahankan kualitas produk dari segi nutrisi dan organoleptik (aroma, rasa dan sebagainya). Meski demikian ada beberapa bahan pangan yang jika dibekukan kualitasnya sedikit menurun.

Hampir semua produk pangan yang mempunyai kadar air bisa dibekukan seperti daging, ayam, ikan, buah, sayur, snack dan produk olahan. Ini adalah peluang untuk menekan kerusakan dan kerugian ekonomis pascapanen.

Endang mengatakan nilai jual produk unggas dari waktu ke waktu mengalami fluktuasi terutama untuk live bird. Tentu sangat berpengaruh terutama pada peternak mandiri. Sehingga kadang mengalami kerugian cukup tinggi akibat harga panen yang sangat turun.

Untuk menghindari keterpurukan harga maka perlu ada pilihan diversifikasi usaha, sebagai perpanjangan untuk keberlanjutan usaha. Jadi tidak hanya mengandalkan budi daya.

“Di budi daya pun juga masih banyak menimbulkan permasalahan. Misalnya harga jual yang rendah pada waktu panen, atau supply melimpah sehingga harga jual turun, atau sebab-sebab lain yang membuat harga jual unggas hidup rendah terutama ayam pedaging,” papar Endang.

“Mau kita pertahankan juga butuh memberikan pakan yang cukup sehingga bisa terjadi pemborosan biaya atau kerugian dalam hal pakan.”

Karena itu dibutuhkan diversifikasi usaha atau perpanjangan lini usaha, yang mungkin dilakukan untuk ayam pedaging adalah pemotongan ayam dan diikuti dengan produk olahan ayam.

Bisa berbentuk bahan mentah misalnya fillet, atau ready to cook seperti ayam yang dimarinasi dengan bumbu tertentu, maupun ready to eat yaitu produk yang sudah dimasak matang dan bisa disantap yang mungkin perlu dipanaskan sebentar. Sehingga bisa menaikkan harga jual dan menambah keuntungan.

Peluang dan Persaingan Frozen Food
Frozen food berbasis ayam digemari masyarakat sejak sebelum pandemi terlebih lagi di masa pandemi. Konsumen menyukai kepraktisannya dan kecepatan penyajiannya, hanya perlu dikukus atau digoreng sebentar saja. Digemari oleh ibu rumah tangga yang hanya punya sedikit waktu untuk memasak.

Keunggulan lain adalah rasanya enak, aman dikonsumsi dan tahan lama disimpan. Konsumen tidak merasa rugi yang disebabkan oleh faktor kerusakan makanan. “Permintaan frozen food di masa pandemi dari yang saya baca dan lihat statistiknya itu meningkat pesat. Ada tren makanan beku sebagai stok andalan,” kata Endang.

“Masa simpan makanan yang relatif panjang ini menjadikan permintaan frozen food meningkat. Bisa saja disimpan sebulan, dua atau tiga bulan, bahkan setahun tergantung jenis produknya.”

Untuk memulai usaha frozen food bekal utamanya adalah kualitas dan inovasi. Bahan baku sangat penting, karena produk olahan terutama yang dibekukan jika bahan bakunya kurang baik akan menghasilkan produk berkualitas buruk dengan daya simpan yang pendek. Peternak mempunyai keunggulan di segi ini, karena bahan bakunya berasal dari peternak itu sendiri.

Persaingan perdagangan makanan beku cukup tinggi sehingga harus berinovasi. Agar mampu bersaing dengan berbagai brand yang sudah ada. Inovasi bisa dilakukan secara sederhana misalnya dengan menggunakan bumbu-bumbu tradisional yang selama ini menjadi ikon masakan Indonesia.

Produk frozen food yang dibuat sebaiknya mempunyai keunikan tersendiri. Kemudian terapkan branding misalnya dengan konsep makanan sehat tanpa pengawet, makanan sehat dengan pengawet alami, atau makanan sehat yang fungsional.

Target pasar harus ditetapkan sejak awal agar pembuatan produk dan pemasaran lebih tepat sasaran. Apakah menargetkan balita, anak muda, ibu rumah tangga, restoran, atau lainnya.

Endang menyarankan, “Kalau kita memulai harus punya komitmen, karena untuk memulai itu tidak semudah yang kita bayangkan, kita harus betul-betul bekerja keras.”

Untuk memasarkan produk selain mengandalkan penjualan offline, sebaiknya juga mengikuti tren online. Di manakah target konsumen banyak berkumpul? Apakah di media sosial, marketplace, atau lainnya.

Pro Kontra Makanan Beku
Ada hal-hal yang mungkin dikhawatirkan konsumen misalnya penggunaan pengawet. Memang bisa jadi ada produk yang menggunakan pengawet, namun sebenarnya dengan dilakukannya pembekuan hal itu sudah bisa mengawetkan bahan pangan.

Kemudian hilangnya vitamin tertentu, memang dalam kasus tertentu perlakukan awal sebelum pembekuan seperti pencucian, bisa mengurangi atau menghilangkan kandungan vitamin B dan C.

Konsumen juga tidak menyukai berubahnya bau dan rasa setelah produk dicairkan. Memang terjadi namun pada sebagian produk saja. Umumnya rasa dan bau tidak ada bedanya dengan produk yang belum dibekukan.

Endang juga mengangkat beberapa mitos seperti frozen food adalah makanan yang tidak sehat. Faktanya adalah nilai biologis frozen food tidak jauh berbeda dengan makanan yang belum dibekukan.

Dipercaya mencairkan (thawing) frozen food di suhu ruang adalah aman. Sebenarnya membiarkan frozen food mencair sendiri di suhu ruangan tidak aman. Karena selama prosesnya kemungkinan bakteri yang belum mati saat pembekuan akan bisa hidup kembali.

Thawing yang direkomendasikan adalah menaruh produk di dalam kulkas (refrigerator) agar mencair dengan sendirinya. Atau dengan memasukkan produk yang masih dalam kemasan ke dalam air dingin atau air mengalir.

Mitos lain adalah bolehnya mencairkan frozen food menggunakan air panas. Padahal pada waktu dimasak, pemasakannya menjadi tidak merata dan akan menimbulkan masalah pada keamanan pangan.

Banyak orang juga menganggap membekukan kembali frozen food yang sudah dicairkan tidak aman. Jika proses thawing tidak tepat memang berbahaya. Tapi apabila thawing dilakukan dengan baik tentu akan aman, walau terkadang dapat menurunkan kualitas nutrisi dan aroma.

Di akhir presentasinya Endang menekankan pentingnya pengemasan yang baik. Salah satu bentuk kerusakan dari makanan beku adalah oksidasi lemak, karenanya dibutuhkan pengemasan kedap air dan udara disamping syarat-syarat lainnya. (NDV)

PETERNAK RUSIA DISARANKAN UNTUK MENJAUH DARI VAKSIN DAN OBAT-OBATAN HEWAN IMPOR

Kementerian Pertanian Rusia telah menyarankan peternak untuk mempercepat transisi ke obat dan vaksin hewan yang diproduksi secara lokal, karena impor mungkin tidak tersedia di bawah peraturan hewan baru.

Mulai 1 Juli 2023, peraturan kedokteran hewan baru dari pengawas Rusia, Rosselhoznadzor, dijadwalkan mulai berlaku, di mana semua jenis vaksin impor harus disimpan di lembaga ilmiah Rusia. Jika pemasok menolak memberikan jenis vaksinnya kepada ilmuwan Rusia, Rosselhoznadzor berjanji akan melarang impor produknya.

Kementerian Pertanian Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa industri peternakan Rusia mengalami penurunan yang stabil dalam pangsa vaksin impor dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, Rosselhoznadzor memperkirakan bahwa selama 10 bulan pertama tahun 2022, Rusia mengimpor 19 miliar unit obat hewan, termasuk vaksin, jauh lebih banyak dibandingkan dengan 14 miliar pada tahun 2021.

Rosselhoznadzor memperkirakan pangsa vaksin impor di industri perunggasan Rusia sebesar 43%. Angka ini mencapai 53% di industri babi dan di peternakan sapi sebesar 71%.

Otoritas Rusia menjelaskan bahwa aturan baru akan mencegah pemasok asing menambahkan unsur terlarang ke obat hewan mereka. Pada November 2022, pemeriksaan rutin menunjukkan adanya fragmen virus Newcastle Disease dalam vaksin impor untuk laryngotracheitis unggas, kata Rosselhoznadzor, menjelaskan bahwa dengan tidak adanya strain asli, otoritas veteriner Rusia tidak dapat mendeteksi manipulasi seperti itu atau memastikan keamanan obat. (via Poultryworld)

CETAK PULLET BERKUALITAS DARI PETERNAKAN SENDIRI

Pullet umur empat bulan di kandang produksi Aan. (Foto: Dok. Aan)

Ayam petelur dengan performa baik dihasilkan dari pullet berkualitas. Untuk mendapat pullet berkualitas baik, dibutuhkan perawatan sejak fase DOC yang baik pula. Gagal tangani DOC akan berpengaruh pada performa produksi seumur hidup ayam. Lantas, bagaimana mencetak pullet berkualitas dari peternakan sendiri?

Pullet adalah sebutan untuk ayam muda yang sudah melewati masa pertumbuhan, tetapi belum mencapai kematangan organ reproduksi sehingga belum siap bertelur secara sempurna. Standar minimal usia bertelur bisa berbeda untuk setiap ayam, tergantung jenis atau strain yang diternakkan. Umumnya, pullet berusia di bawah satu tahun atau sekitar 15-22 minggu. Namun, ayam berusia 13 minggu juga lazim dijual untuk pullet petelur.

Sering kali peternak lebih memilih membeli pullet yang sudah siap berproduksi dibanding merawat ayam dari DOC untuk menghemat waktu dan tenaga. Tentu saja, biaya pengadaan pullet menjadi relatif lebih mahal. Tak hanya itu, terdapat faktor lain yang harus dihadapi peternak yaitu stres, penurunan berat badan dan waktu adaptasi yang dibutuhkan ayam di tempat baru.

Tujuan peternak menjual atau membeli ayam di bawah umur 15-22 bulan yaitu untuk mempermudah penyeragaman berat badan, melancarkan stimulasi perkembangan, serta agar ayam bisa lebih beradaptasi di kandang baru. Pada umumnya, pullet membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk beradaptasi. Pada saat bersamaan, ayam mengalami penurunan berat badan akibat stres berada di lingkungan baru. Hal ini menjadi salah satu alasan utama pullet dipanen lebih awal sehingga bisa mempercepat adaptasi dan mengejar berat badan yang “hilang” agar sesuai target standar.

Penurunan berat badan ayam bisa menjadi masalah lebih serius bagi peternak rakyat, yang menggunakan kandang model terbuka ataupun semi terbuka. Selain harus beradaptasi dengan lingkungan, ayam juga lebih berisiko terpapar iklim serta cuaca di tempat baru sehingga dibutuhkan waktu adaptasi lebih lama. Hal ini bisa dihindari jika sejak kecil ayam sudah terbiasa dengan lingkungan, iklim dan cuaca di lokasi produksi. Waktu adaptasi dan stres yang ditimbulkan akibat adaptasi bisa ditekan.

Persiapan Kandang dan Peralatan
Pembesaran DOC menjadi pullet merupakan proses krusial, yang menentukan produktivitas ayam petelur ke depannya. Minggu pertama pemeliharaan merupakan periode pertumbuhan paling intensif karena organ dalam tubuh ayam berkembang pesat pada periode ini. Kondisi ayam selama minggu pertama sangat memengaruhi performa dan produktivitas ayam seumur hidupnya. Tak heran, untuk menghindari risiko, banyak peternak memilih jalan pintas dengan membeli ayam yang sudah memasuki usia pullet.

Perawatan ekstra memang dibutuhkan DOC agar bisa berkembang dengan sempurna. Jika mengetahui ilmunya, peternak tak perlu khawatir untuk mengadakan pullet sendiri. Bahkan, kandang dan peralatan yang disediakan tidak perlu muluk-muluk. Peternak bisa membuat sendiri kandang penghangat DOC dengan bermodalkan seng, atap asbes, serta beberapa buah lampu untuk penghangat.

Seperti yang dilakukan Ahmad Najib Taufiq Ihsan, atau akrab disapa Aan, seorang peternak ayam petelur skala rakyat di Banjarsari, Rejotangan, Tulungagung. Pria yang juga menjabat Direktur Pelaksana SIT Insantama Blitar ini memberi contoh... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2022. (MFR/RA)

TIPS AGAR PENGGUNAAN ANTIBIOTIK EFEKTIF

Asesmen pencegahan dan pengobatan antibiotik.

Dalam menaggulangi penyakit infeksius yang menyerang unggas, tentu saja digunakan sediaan antibiotik. Pasalnya, penggunaan antibiotik dalam budi daya perunggasan dinilai masih kurang efektif. Jadi, bagaimana agar penggunaan antibiotik sebagai terapi kuratif dapat berjalan efektif?

Menyamakan Persepsi
Hal pertama yang harus dipahami seorang dokter hewan yakni penggunaan antibotik adalah sebagai tindakan kuratif. Sementara, banyak orang mengatakan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai suatu tindakan pencegahan, sehingga dari situ timbul perdebatan, apakah bisa?

Sebelumnya mari samakan persepsi, di beberapa farm biasanya ayam diberikan antibiotik ketika chick in atau beberapa hari setelah chick in. Ada yang bilang tujuannya untuk mencegah infeksi penyakit, ada juga yang bilang tujuannya adalah flushing, jadi mana yang benar?

Memberikan antibotik beberapa hari setelah chick in sah-sah saja, adalah betul tujuannya untuk pencegahan. Hal yang kerap terjadi di lapangan misalnya begini, beberapa hari setelah chick in ayam diberikan antibotik amoxicillin via air minum. Lalu dalam konteks “pencegahan” tadi, maka diberikanlah setengah dari dosis yang dibutuhkan. Kamudian ada juga farm yang melakukan hal sama, namun dosis yang digunakan adalah full dose alias dosis terapeutik.

Dari kedua contoh di atas, mana kiranya konteks pencegahan yang benar? Dalam konteks pencegahan yang dimaksud, yang benar adalah tidak mengurangi dosis alias flushing, tujuannya untuk mengeliminir bakteri patogen yang mungkin masuk ke dalam tubuh ayam di beberapa hari pertama sejak tiba di kandang. Jadi perlu dipahami bahwa pencegahan yang dimaksud adalah pemberian antibiotik tanpa mengurangi dosis yang seharusnya.

Tepat Dosis = Tepat Guna
Antibiotik umumnya diberikan kepada… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2022.

Oleh: Drh Jumintarto Oyim (Praktisi Perunggaan)
Dirangkum kembali oleh: Cholillurrahman

POTENSI LASER PADA KANDANG BROILER DITELITI

Isu seputar mobilitas ayam yang buruk pada tahap akhir kehidupan telah membayangi sektor ayam pedaging dalam beberapa tahun terakhir. Kini, para peneliti mengklaim bahwa penggunaan laser dapat meringankan masalah kaki dan meningkatkan kualitas daging.

Penelitian dari Iowa State University menunjukkan bahwa secara berkala memproyeksikan lampu laser seukuran titik yang bergerak secara acak di lantai kandang ayam pedaging merangsang naluri pemangsa ayam, mendorong mereka untuk menjadi lebih aktif.

Elizabeth Bobeck, profesor asosiasi ilmu hewan, dan Anna Johnson, profesor perilaku dan kesejahteraan hewan, bermitra dengan Signify, perusahaan penerangan ternak, untuk membuat perangkat laser baru generasi kedua untuk penelitian ini.

Didukung oleh Asosiasi Unggas dan Telur AS, Departemen Pertanian AS dan Institut Pangan dan Pertanian Nasional, mereka melakukan penelitian untuk menilai bagaimana perangkat ini memengaruhi perilaku hewan. Ukuran dan pergerakan perangkat laser baru meniru serangga kecil yang secara alami ingin dikejar ayam.

Bobeck mengatakan ada kekhawatiran bahwa laser akan mendorong ayam untuk beraktivitas lebih banyak, menjadi lebih kecil dan menurunkan berat badan, tetapi sebaliknya, mereka menghabiskan lebih banyak waktu di tempat makan dan minum, menambah berat badan dan meningkatkan efisiensi pakan.

Meskipun aktivitasnya meningkat, ayam dalam kelompok perlakuan tidak mengalami lebih banyak luka, goresan atau lecet di kaki atau tubuhnya.

Studi selanjutnya untuk mengukur berbagai aspek kinerja ayam pedaging, kualitas daging dan stres ditemukan dalam percobaan bahwa tingkat kortikosteron serum – hormon stres yang ditemukan dalam darah ayam pedaging – lebih rendah ketika ayam terkena perangkat laser. (via Poultryworld)

SELAIN DAGINGNYA NIKMAT, OTAK KELINCI JUGA BAIK UNTUK KESUBURAN?

Mengonsumsi daging kelinci diklaim bisa meningkatkan kesuburan. (Foto: Istimewa)

Untuk khasiat tersebut semula hanya mitos di kalangan penyuka panganan berbahan kelinci. Ternyata sudah ada penelitiannya. Tertarik untuk mencoba?

Makan siang Raffi kali ini agak berbeda. Sang ibu menyuguhkan gulai daging istimewa hasil olahannya di dapur siang itu. Anak semata wayang yang masih duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar itu tampak lahap menyantap gulai dengan sepiring nasi. Sudah separuh lebih makan, ia menemukan tulang iga berukuran kecil di mangkuk gulainya.

Raffi pun penasaran, karena biasanya tulang iga pada gulai yang ia makan beberapa waktu sebelumnya berukuran agak besar, karena itu adalah iga kambing atau sapi. Namun kali ini berukuran kecil, hampir seukuran jari kelingkingnya yang mungil. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, ia bertanya kepada ibunya, daging apa yang barusan dimasak?

Raffi mendadak berhenti makan, ketika sang ibu menjawab bahwa daging gulai yang ia santap adalah daging kelinci. Entah apa yang ada dibenak sang anak, tiba-tiba saja Raffi enggan melanjutkan makannya.

Melihat gelagat anaknya tak mau makan lagi, sang ibu pun segera menjelaskan bahwa daging kelinci itu halal dan mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan anak-anak seperti Raffi. Orang tua Raffi kebetulan bekerja di Klinik Kesehatan Tumbuh Kembang Anak di Bogor, wajar jika ia juga pintar dalam menjelaskan soal kandungan gizi kepada anaknya. Raffi pun kemudian melanjutkan makannya setelah dibujuk sang ibu.

Apa yang di alami orang tua Raffi, mungkin saja juga pernah terjadi pada keluarga lainnya. Anak-anak memang terkadang merasa tidak tega melihat daging kelinci menjadi menu makanan. Hewan yang imut dan sering dijadikan teman bermain, kerap membuat anak-anak merasa kasihan kelinci dipotong dan dimakan dagingnya.

Berbeda dengan anak-anak, bagi orang dewasa menikmati daging kelinci merupakan kenikmatan tersendiri. Apalagi daging hewan yang tergolong jenis pengerat ini memiliki tekstur lembut dan gurih saat diolah menjadi sate atau gulai. Pemburu menu daging kelinci biasanya akan mencari tahu di mana warung makan yang menyediakan sate atau gulai kelinci.

Beberapa tahun lalu Infovet pernah mengunjungi warung sate kelinci Kang Ibing di Bogor, Jawa Barat. Jika Anda tinggal Kota Hujan ini akan menemukan banyak warung sate yang menyediakan sate kelinci. Warung Sate Kelinci Kang Ibing lokasinya di Jalan Veteran, Panaragan, Pasir Kuda. Warung sate ini cukup terkenal di seputaran wilayah Bogor.

Selain menyajikan menu sate kelinci, di warung Kang Ibing juga menyediakan sate kambing, ayam, sop kelinci dan sop kambing. Selain warung sate Kang Ibing, ada juga Saung Indira yang lokasinya di Jalan Raya Sindang Barang, Bogor Barat. Warung yang satu ini mempunyai menu andalan antara lain sate kelinci, bakso kelinci dan nugget kelinci. Nah, bagi penggemar daging kelinci, bisa mencoba mengunjungi mereka.

Sumber Protein
Pamor sate kelinci memang tak setenar sate kambing. Di Indonesia, menu olahan ini masih belum familiar. Wajar jika ada yang tidak “berani” menikmati sate kelinci. Bukan lantaran rasanya yang tak enak, namun ada rasa tak “tega” menyantap, mengingat kelinci merupakan hewan yang imut dan menggemaskan.

Banyak macam olahan daging kelinci yang disajikan di warung-warung penyedia menu daging kelinci, mulai dari sate, gulai, dendeng, abon, hingga diolah menjadi nugget. Harga seporsi sate kelinci masih sebanding dengan harga seporsi sate kambing. Kisarannya antara Rp 30.000-40.000, berisi 10 tusuk sate.

Daging kelinci sebenarnya bisa menjadi alternatif sumber protein hewani, khususnya jika harga-harga daging ternak lainnya meningkat atau sulit didapat. Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad, Prof Dr Husmy Yurmiati, dalam laman unpad.ac.id, menyebutkan dari segi kesehatan daging kelinci memiliki banyak manfaat. Tekstur daging kelinci hampir sama dengan daging ayam, bertekstur halus dan berwarna putih.

Daging kelinci memiliki kadar protein yang sama dengan daging ayam, namun memiliki kadar kolesterol yang rendah. Cocok dikonsumsi bagi penderita darah tinggi, jantung dan kolesterol. Daging ini juga bisa diolah menjadi sajian apa saja, seperti sate, bakso, burger, nugget, tongseng, bakso tahu, hingga abon.

“Daging kelinci memiliki rasa yang enak. Setiap jenis kelinci pedaging memiliki cita rasa tersendiri dan membutuhkan resep pembuatan yang khas,” ungkapnya dalam laman tersebut.

Kelinci juga bisa menjadi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia. Ahli gizi ini pernah melakukan penelitian tentang hewan ini. Ada lima potensi yang bisa dihasilkan dari seekor kelinci, yakni food (makanan), fur (kulit bulu), fancy (binatang hias), fertilizer (pupuk) dan laboratory (penelitian).

Dibandingkan dengan daging hewan lainnya, daging kelinci mengandung lemak yang lebih sedikit. Daging kelinci juga mengandung lebih sedikit kalori dibandingkan dengan daging lain. Daging kelinci mengandung kadar garam atau sodium yang sedikit. Namun, kandungan kalsium dan fosfornya lebih banyak dibandingkan dengan daging hewan lainnya.

Secara fisik, jika mempertimbangkan rasio tulang dan daging, kelinci memiliki lebih banyak daging yang bisa dimakan jika dibandingkan dengan ayam. Daging kelinci memiliki rasa yang enak dan aroma yang tak terlalu kuat seperti daging kambing atau sapi.

Jadi, selain memiliki banyak kelebihan di atas, daging kelinci juga bermanfaat untuk kesehatan. Daging kelinci cukup sehat untuk dikonsumsi karena mengandung lebih sedikit lemak, kolesterol dan garam.

Pasien Penyakit Jantung
Sebuah penelitian yang dilakukan para ahli US Departement of Agriculture 10 tahun lalu, juga menyebutkan hal serupa. Daging kelinci tergolong sebagai daging putih memiliki kadar lemak rendah dan glikogen tinggi. Rendahnya kandungan kolesterol dan natrium membuat daging kelinci sangat dianjurkan sebagai makanan untuk pasien penyakit jantung atau kolesterol, usia lanjut dan bagi mereka yang bermasalah dengan kelebihan berat badan.

Dalam penelitian tersebut juga diungkap bahwa daging kelinci baik dikonsumsi anak dalam masa pertumbuhan karena kandungan protein memaksimalkan pertumbuhan anak. Tak hanya itu, daging kelinci juga dianggap baik dikonsumsi bagi orang lanjut usia untuk menjaga kesehatan masa menuju tua.

“Kandungan daging kelinci dapat menyembuhkan penderita asma karena senyawa molekul pada bagian organ hati kelinci bisa meredakan atau melenyapkan penyakit asma dengan cara pengolahan direbus untuk dapat mempertahankan kandungan gizi dari hati kelinci tersebut,” papar hasil penelitian tersebut.

Di luar hasil penelitian itu, ada juga yang menyebutkan bahwa bagi wanita yang mengalami rendah kesuburan, kandungan bagian otak daging kelinci dikabarkan baik untuk kesuburan wanita. Bahkan ada juga yang menyebutkan kandungan bagian otak daging kelinci baik untuk vitalitas pria, berfungsi sebagai penguat pada jumlah protein yang diserap sehingga menghasilkan energi.

Ada juga yang menyebutkan bahwa daging kelinci dapat menjadi salah satu obat bagi penderita asma. Penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril, disertai serangan sesak napas akut secara berkala, mudah tersengal-sengal dan batuk (dengan bunyi khas).

Penyebutan di alenia terakhir masih sebatas informasi yang belum terbukti keabsahannya berdasar hasil penelitian. Namun demikian, pengalaman sebagain masyarakat terkadang menjadi pembenaran akan khasiat suatu makanan. Jika tak terbukti, berarti itu hanya sebatas mitos. (AK)

UNJUK RASA DESAK PEMBUATAN RPP PERLINDUNGAN PETERNAK RAKYAT AYAM RAS

Aksi unjuk rasa peternak ayam hari ini Selasa (13/12/2022) di Jakarta. (Foto:Istimewa) 

Peternak UMKM mandiri mendesak Kemenko Bidang Perekonomian segera membuat draft Rancangan Peraturan Presiden tentang Perlindungan Peternak Rakyat Ayam Ras. Hal ini disampaikan Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN), Alvino Antonio kepada awak media di Jakarta, Selasa (13/12/2022).

Hari ini sekitar 100 peternak ayam juga yang juga tergabung dalam KPUN menggelar aksi unjuk rasa di beberapa titik lokasi diantaranya di kantor Kementerian Perdagangan, Kemenkoekuin, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan Ombudsman RI.

Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN), Alvino Antonio mengatakan, naiknya harga ayam karkas mencapai Rp 40.000 per kg di pasar tidak diiringi dengan kenaikan harga ayam hidup (livebird) ditingkat peternak UMKM mandiri yang masih rendah. 

“Hampir 5 bulan ini peternak masih menderita kerugian, yang ditandai dengan bertahannya harga ayam hidup masih dibawah Harga Pokok Produksi (HPP) yakni Rp 19.500 – 20.000 per kg,” kata Alvino, dikutip dari keterangan resminya. 

Posisi harga ayam hidup di kandang saat ini mencapai Rp 18.500 – 19.000 per kg, sementara Harga Acuan Pemerintah (HAP) Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan No. 5 Th. 2022) Rp 21.000 – 23.000 per kg. “Jadi harga ayam hidup keluar jalur HAP. Sampai saat ini tidak ada perlindungan dari pemerintah secara regulasi,” tegas Alvino.

Lanjut dia, peternak rakyat sudah 12 tahun ini berdarah-darah mengalami kerugian tetapi tidak ada perlindungan pasti dari pemerintah. Meskipun peraturan tingkat Menteri sudah ada, tetapi pelaksanaan dan pengawasannya masih tidak berjalan efektif. Misalnya Peraturan Menteri Pertanian No.32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Pasal 16 menegaskan, pembagian porsi DOC FS paling rendah 50 persen dikuasai oleh pelaku usaha peternak mandiri, koperasi dan peternak. Sedangkan 50 persen lainnya dikuasai oleh industri. Faktanya peternak rakyat, mandiri/koperasi memegang peranan 20 % dari total yang dijanjikan oleh pemerintah sebesar 50 %.

“Karena itu, kami menuntut kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengevaluasi aturan yang dibuat oleh Dirjen PKH Kementan. Juga meminta kepada KPPU untuk melakukan investigasi adanya potensi kartelisasi dan monopoli dibidang perunggasan. Kalau memang tidak ada kartelisasi/monopoli kenapa industri semakin menguntungkan, sedangkan peternak rakyat semakin buntung,” ujar Alvino yang juga seorang peternak Asal Bogor ini.

Kendati Permentan sudah ada, tapi faktanya harga ayam hidup di level peternak masih terombang-ambing sedangkan di level industri masih tenang dan sangat menguntungkan. Artinya ada potensi permainan monopoli bisnis yang sangat kuat oleh industri. “Padahal kami sama-sama melakukan bisnis yang sama yakni sama-sama ayam ras. Tetapi kenapa kami masih mengalami kerugian yang cukup panjang. Sehingga kami mendesak kepada KPPU dan Ombudsman untuk bersama-sama melakukan investigasi atas kekacuan bisnis yang ada di industri perunggasan,” tegasnya.

Kepada Ombudsman RI, untuk segera melakukan investigasi potensi adanya pelanggaran maladministrasi carut marut bisnis perunggasan. Terutama membuka atau transparansi data penguasaan bisnis GPS, PS, dan FS. 

Pemerintah masih memberikan komando afkir dini bersama-sama dengan industri melalui aturan yang dibuat yakni Surat Edaran (SE) Dirjen yang berjilid-jilid. Karena afkir dini dinilai cenderung mengelabui peternak. Faktanya harga DOC bukan semakin murah, tetapi semakin mahal. Sama halnya dengan harga pakan cenderung meningkat. “Ini ada anomali di bisnis perunggasan,” imbuh Alvino.

Kerugian yang bertahun-tahun peternak masih rugi dan bertahan untuk tetap menjalankan usahanya. KPUN meminta kepada Kemenko, KPPU dan Ombudsman untuk melindungi peternak rakyat atas ancaman dan memperkarakan seluruh peternak mandiri yang masih terlilit hutang oleh sejumlah pabrik pakan ternak di pengadilan. (NDV/INF)

PASAR UNGGAS IRAN MUNGKIN DALAM MASALAH

Ekspor unggas Rusia mungkin dapat membantu Iran mengisi celah di pasar domestik di mana permintaan diperkirakan akan turun pada tahun 2022 karena meroketnya harga bahan pakan.

Produksi unggas diperkirakan turun dari 2,18 juta ton pada 2021 menjadi 2,1 juta ton pada 2022, menurut Food and Agriculture Organization's Food Outlook terbaru. Dengan latar belakang ini, impor diperkirakan akan meningkat dari 70.000 ton menjadi 105.000 ton, sedangkan ekspor turun dari 33.000 ton menjadi 16.000 ton.

Di sisi lain, Pusat Statistik Iran memperkirakan bahwa produksi unggas pada bulan November lalu turun 19% dibandingkan tahun-ke-tahun. (Via Poultryworld)

FLU BURUNG MENYEBAR DI AMERIKA SELATAN

Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkonfirmasi bahwa flu burung yang sangat patogen telah menyebar ke setidaknya 4 negara di Amerika Selatan.

Kolombia, Peru, Ekuador, Venezuela dan Chili telah melaporkan kasus flu burung, dengan total sekitar 25 wabah. Dari jumlah tersebut, 22 wabah terjadi di Kolombia antara 19 Oktober dan 30 November 2022 di berbagai daerah pedesaan.

Hanya ada 1 kasus yang tercatat di masing-masing dari 4 negara lainnya, semuanya melibatkan pelikan. Di Peru lebih dari 13.000 pelikan telah mati akibat pandemi.

Kemajuan pesat burung-burung yang bermigrasi telah menunjukkan bahwa negara-negara seperti Chili dan Argentina dapat menjadi negara berikutnya, serta Brasil, meskipun Pegunungan Andes yang tinggi dapat menjadi hambatan fisik terhadap proses tersebut.

Meski begitu, negara-negara ini setidaknya telah mengaktifkan rencana darurat untuk melindungi ternak komersial mereka. Argentina dan Brasil, serta Paraguay, Bolivia, dan Uruguay, sejauh ini belum mencatat wabah.

Dalam catatan bersama, PAHO dan WHO merekomendasikan agar negara anggota memperkuat koordinasi antar sektor yang terlibat dalam menyiagakan dan menanggapi peristiwa zoonosis. Ini berarti otoritas kesehatan harus menerapkan semua tindakan yang diperlukan dan tepat untuk menahan munculnya patogen yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

PAHO dan WHO juga memperingatkan bahwa, menurut pola musiman wabah saat ini, jumlah kasus akan meningkat selama beberapa bulan mendatang. Dengan demikian, WHO juga menegaskan bahwa negara-negara mempertahankan dan memperkuat layanan pengawasan dan tindakan biosekuriti mereka di peternakan. (via Poultryworld)

100 PETERNAK AYAM KPUN UNJUK RASA BESOK

Demo peternak ayam di Jawa Timur, Oktober 2022 lalu. (Foto: Istimewa)

Selasa, (13/12/2022) sebanyak 100 peternak ayam yang tergabung dalam Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) berencana menggelar aksi unjuk rasa di Jakarta. Ketua KPUN, Alvino Antonio kepada redaksi Infovet, Senin (12/12/2022) mengemukakan kegiatan ini dilakukan demi upaya memperbaiki tata niaga ayam ras pedaging.

Alvino Antonio

"Saat ini harga sarana pokok produksi sangat tinggi, bahkan tidak sesuai dengan harga harga jual ayam hidup itu sendiri," kata Alvino. 

Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN)

Ada 10 tuntutan yang akan disampaikan peternak. Salah satunya mendesak Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sekaligus Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian segera dicopot. 

Peternak juga menuntut pemerintah mencabut izin integrator yang tidak taat kepada peraturan Bapanas Nomor 5 Tahun 2022 mengenai harga acuan ayam hidup. 

Dalam tuntutannya, peternak juga meminta perusahaan integrasi tidak menjual ayam hidupnya ke pasar becek dan berharap pemerintah bergerak aktif untuk memonitoring sebagai langkah pasti untuk menurunkan harga pakan ternak.

Para peternak mandiri ini juga menuntut lembaga Ombudsman RI dibubarkan, karena dinilai tidak bisa menindak pejabat negara yang tidak kompeten menjalankan undang-undang.

Sementara Harry Widyantoro selaku Koordinator Lapangan menyebutkan para peternak melakukan serangkaian aksi unjuk rasa di depan kantor Kementerian Perdagangan, Kemenkoekuin, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan Ombudsman RI. (NDV)

LET'S SPEAK POULTRY INDONESIA SUKSES DIGELAR

Foto Bersama Para Peserta


PT Boehringer Ingelheim Indonesia mengadakan perhelatan akbar bernama Let's Speak Poultry Indonesia di Swissotel Pantai Indah Kapuk pada 6 - 7 Desember 2022 yang lalu. Acara seminar tersebut bertemakan "What You Do At The Hatchery Matters : Establishing A strong Immune Foundation".

Peter O. Martinez selaku Animal Health Director PT Boehringer Animal Health Indonesia mengungkapkan kegembiraannya dalam sambutannya terkait dihelatnya acara tersebut. Ia juga memahami betapa sulitnya industri perunggasan Indonesia kini, terutama dari segi ekonomi dan juga tentu dari sisi teknis yang berupa tantangan penyakit.

"Kami paham betul akan tantangan ini, namun begitu bukan berarti kita harus menyerah dan lengah dalam proteksi penyakit. Kami siap menjadi partner terbaik anda, dan tentu saja kami akan selalu hadir memberikan solusi dengan produk yang bernilai tinggi, dan menghubungkan para praktisi perunggasan agar tetap produktif ditengah berbagai tantangan," kata Peter.

Potret Perunggasan Lokal dan Global

Bicara perunggasan juga pasti terkait dengan ekonomi, sekelumit tren industri perunggasan Indonesia di tahun ini dipresentasikan oleh Drh Meytha Tiaranita Brand Manager Livestock PT Boehringer Ingelheim Indonesia. 

Berdasarkan data yang didapatnya, perunggasan Indonesia di tahun 2022 masih mengalami over supply ayam hidup. Meskipun begitu ini masih bisa menjadi keunggulan bagi Indonesia karena ada kekhawatiran krisi pangan yang akan melanda dunia.

Selain itu menurutnya, perunggasan Indonesia kedepannya harus terus berkolaborasi dan bersinergi antar stakeholder agar tetap berkembang kearah yang positif. 

"Beberapa waktu yang lalu kita sempat mengekspor produk ke Singapura, ini bisa diteruskan asal kita konsisten menjaga kualitas produk, efisien dalam cost, dan terjadi sinergitas yang baik antara seluruh stakholder yang berkecimpung di dalamnya, nah disini kami akan senantiasa membantu dalam aspek memaksimalkan performa di sisi hulu," tutur Meytha.

Hal yang hampir serupa disampaikan oleh Bernadette Borha Head of Poultry ASEAN, South Korea, Australia, and New Zealand. Ia menyampaikan bahwa kenaikan permintaan daging ayam merupakan yang tertinggi dibanding komoditas protein hewani lainnya. 

"Banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, namun yang penting untuk dipehatikan adalah efisiensi dan cost. Karena sebanyak apapun produksinya, jika tidak diimbangi dengan efisiensi dan cost, produk akan kalah bersaing dengan kompetitor lainnya," tukas dia.

Bernadette juga mengatakan bahwa daging dan telur ayam merupakan sumber protein hewani dengan harga paling murah di pasaran. Pertumbuhannya juga sangat cepat ketimbang komoditi lainnya, dimana benua Asia memiliki potensi menjadi produsen terbaik dari komoditas ini. Sehingga ini sangat menjanjikan bagi negara - negara produsen daging dan telur ayam untuk bersaing di pasar global dalam memenuhi kebutuhan protein hewani.

Pentingnya Performa Sistem Kekebalan Ayam

Bukan hanya masalah ekonomi, acara tersebut juga membahas masalah teknis. Bukan kaleng - kaleng, materi teknis salah satunya dibawakan oleh konsultan perunggasan, Tony Unandar. Dalam presentasinya Tony mengingatkan kepada para peserta akan pentingnya peran sistem imun ayam agar memiliki performa yang maksimal.

Ia mengatakan bahwa sejatinya sistem imun ayam didapat dari antibodi maternal yang ditransfer oleh indukan melalui telur. Hal ini tentu berfungsi agar anak ayam terlindungi dari mikroba patogen pada 1 - 2 minggu pertana kehidupannya. Namun begitu, setelah anibodi maternal habis, maka disitulah sistem kekebalan ayam akan diuji dari berbagai macam jenis patogen. 

Tony kemudian menyinggung masalah vaksinasi pada ayam, dimana hal tersebut merupakan upaya manusia dalam membantu menggertak sistem imun ayam agar bekerja lebih maksimal. Dan tentunya waktu pemberian vaksin harus diperhatikan agar tidak terjadi immunity gap sehinga terjadi kegagalan vaksinasi. 

"Vaksin ini adalah upaya memberikan kekebalan pada ayam dari patogen, dan sebaiknya diberikan sedini mungkin. Jadi pemilihan vaksinasi di hatchery dibanding vaksinasi di kandang merupakan salah satu langkah terbaik, apalagi ditakutkan terjadinya immunity gap dimana potensi infeksi sangat besar," tutur dia.

Menurutnya melakukan vaksinasi di hatchery akan lebih memberikan perlindungan lebih baik karena lebih memberikan perlindungan pada ayam. Upaya tersebut sudah terbukti dapat meningkatkan jumlah dan kinerja dari sel dendritik dalam tubuh ayam, sehingga sistem kekebalan tubuh ayam bekerja lebih maksimal dalam menangkal patogen dari luar.

"Tentunya dengan syarat kualitas vaksin yang baik, teknis vaksin yang benar, serta waktu vaksin yang tepat, bila dilakukan dengan benar, maka performa sistem imun tubuh ayam akan lebih baik karena jumlah sel dendritik yang berperan melindungi ayam dari patogen tercukupi sehingga performa sistem kebalnya maksimal," tutur dia.

Mencegah Penyakit Infeksius Pada Ayam

Setelah diajak memahami lebih lanjut mengenai sistem imun ayam, Dr Stephane Lemiere selaku salah satun anggota EBVS (European Board Veterinary Specialization) yang juga peneliti di Boehringer Ingelheim berbicara mengenai penyakit unggas yang menyerang sistem kekebalan. 

Menurutnya penyakit causa virus seperti Infectious Bursal Disease (IBD) dan Marek merupakan momok bagi breeding farm di seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan imunosupresi yang dapat ditimbulkan dari kedua virus tersebut.

Selain kedua penyakit tersebut Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis juga kerap mampir di peternakan - peternakan ayam Indonesia. Kesemuanya tentunya membutuhkan penanganan khusus, terutama dari sisi pencegahan, karena penyakit viral tidak ada obatnya.

Oleh karenanya teknik vaksinasi serta vaksin yang berkualitas dibutuhkan dalam pencegahan kesemua penyakit tersebut. Dalam presentasinya Dr Stephane pun juga memaparkan bahwa biosekuriti memegang peranan penting dalam mencegah penyebaran penyakit infeksius (CR).



SERUAN UNTUK ATURAN KESEJAHTERAAN UNGGAS YANG LEBIH KUAT DI SELURUH EROPA

Kelompok kampanye kesejahteraan hewan, Eurogroup for Animals, menyerukan undang-undang kesejahteraan hewan yang lebih baik di seluruh Uni Eropa untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi sebagai akibat dari beberapa praktik peternakan ayam pedaging yang intensif.

Dengan undang-undang kesejahteraan hewan UE saat ini dalam proses revisi, kelompok kampanye mengatakan sekarang adalah waktu kritis bagi Eropa untuk mengambil sikap yang lebih jelas menjelang keputusan akhir yang diperkirakan akan dibuat tahun depan.

Mereka meminta agar standar ayam pedaging diperbarui untuk memasukkan standar kesejahteraan yang lebih tinggi yang setidaknya sejalan dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Komitmen Ayam Eropa. Standar tersebut meliputi, antara lain, kepadatan tebar maksimum yang lebih rendah, penggunaan breed yang menunjukkan hasil kesejahteraan yang lebih tinggi, dan penyediaan cahaya alami, tempat bertengger, dll.

Reineke Hameleers, kepala eksekutif Eurogroup for Animals, berkata, “Kecuali struktur pabrik peternakan diubah dan baik perusahaan maupun pembuat kebijakan di seluruh UE berkomitmen untuk standar kesejahteraan hewan yang lebih tinggi, tidak hanya hewan yang tidak bersalah akan terus menderita, tetapi kesehatan kita dan planet ini akan terus berada dalam risiko.” (Via Poultryworld)

SMART MINI CLOSED HOUSE TINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI

Kegiatan 'Diseminasi Matching Fund IPB 2022' hari ini. (Foto: Istimewa)

 

Jumat (9/12) digelar kegiatan ‘Diseminasi Matching Fund IPB 2022’ di IPB International Convention Center, Bogor. Acara ini merupakan kerjasama Sekolah Vokasi (SV) IPB dan PT Tri Satya Mandiri, salah satu unit usaha Tri Group serta didukung Kementerian Pendidikan Kebudayan Riset dan Teknologi

PT Tri Satya Mandiri (TSM) mengembangkan model perkandangan Smart Mini Closed House (“SMART PRO”). Perkandangan yang berbasis closed house ini diharapkan mampu menjawab tantangan budidaya ayam broiler dan meningkatkan efisiensi produksi. 

Prof Dr Arief Daryanto selaku Dekan Sekolah SV IPB mengemukakan, “Peran sekolah vokasi sangat strategis dalam upaya mendukung ketahanan pangan baik ketersediaan maupun keterjangkauan. Ditengah ketidakpastian perunggasan nasional, efisiensi menjadi keniscayaan, perkandangan Smart Mini Closed House ini diharapkan mampu menjawab tantangan ini melalui pemanfaatan “SMART PRO” sebagai teaching dan riset factory.”

Direktur PT Tri Satya Mandiri, Ramadhana Dwi Putra Mandiri menyatakan “SMART PRO” merupakan pengembangan perkandangan Mini Closed House yang sudah ada dengan pengembangan inovasi bersama SV IPB. 

“Pengembangan pada “SMART PRO” ini berupa pengembangan perangakat Internet of Things (IoT) serta manure system. Diharapkan dengan pengambangan ini tercapai efisiensi produksi yang pada akhirnya memberikan keuntungan bagi peternak,” terang Ramadhana. 

Dalam kesempatan yang sama, Dr Inna Novinaty Ssi MSi dan Sofiyanti Indriasari S Kom, M Kom, anggota tim “SMART PRO” mengatakan salah satu inovasi pada “SMART PRO” yakni dukungan IoT dalam pengambilan keputusan produksi. Melalui IoT data-data seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, amoniak dan tingkat cahaya dapat diakses secara real time dan dapat diakses dimana saja. Disamping itu juga dilengkapi manure system, sehingga lebih mudah dalam pengelolaan kotoran.   

“Selain dapat menjadi pusat penelitian, kami harap “SMART PRO” menjadi trigger dan bermanfaat khususnya bagi pelaku usaha budidaya broiler UMKM”. Terlebih inovasi ini juga merupakan gagasan dari lintas program studi SV IPB, kami yakin banyak manfaat dan transfer pengetahuan yang akan memberi keuntungan bagi peternak,” ujar Prof Dr Erika Budiarti Laconi, Wakil Rektor Bidang Inovasi dan Bisnis IPB University.

Danang Priyambodo SPt MSi selaku Ketua Tim “SMART PRO” SV IPB menjelaskan kegiatan ini merupakan kolaborasi antar program studi SV IPB diantaranya program studi Teknologi dan Manajemen Ternak, Teknologi Rekayasa Komputer, serta Teknologi dan Rekayasa Perangkat Lunak. 

Pembangunan ini dilatarbelakangi teknologi closed house yang diketahui sebagai salah satu model perkandangan yang mampu mencapai efisiensi produksi, namun dari segi pembiayaan mahal. 

“Berkolaborasi dengan TSM yang sudah lebih dulu mengembangkan mini closed house yang relatif pembiayaannya terjangkau, kami kembangkan model yang didukung perangkat IoT dan manure system,” pungkas Danang. (Jefri/NDV)


GHANA MENGUMUMKAN KEBIJAKAN UNTUK MEMBATASI IMPOR UNGGAS

Menyusul pidato nasional oleh Presiden Akufo Addo di mana dia menguraikan langkah-langkah yang harus diambil untuk merevitalisasi ekonomi Ghana, Bank of Ghana telah menarik dukungan devisa kepada pelanggan untuk impor unggas dan barang lain yang sekarang diklasifikasikan sebagai tidak kritis.

Kebijakan ini mulai berlaku pada 17 November 2022, dan diperkirakan akan berlaku hingga Mei 2023. Selain unggas, komoditas lain yang terkena dampak kebijakan ini antara lain beras, minyak sayur, pasta, jus buah, dan air kemasan.

Mata uang Ghana, cedi, telah menurun nilainya lebih dari 40% pada tahun 2022. Selain itu, cadangan devisa menipis dengan cepat dengan inflasi lebih dari 37%, dan kemampuan Ghana untuk membayar pinjaman dan membayar kewajiban pemerintah berada di bawah tekanan berat. Bank of Ghana mengharapkan tindakan ini bisa untuk mengurangi tingginya permintaan dolar AS dan mata uang perdagangan utama lainnya dan memperlambat depresiasi cedi. Juga berharap akan mendorong produksi domestik dan konsumsi substitusi impor. Tercatat bahwa importir unggas dan barang-barang yang terdaftar tidak dihentikan impornya, tetapi Bank of Ghana tidak akan mendanai impornya.

Anggota Asosiasi Makanan dan Minuman Ghana dan Asosiasi Importir dan Eksportir Ghana memperkirakan situasi ketahanan pangan yang sulit pada kuartal pertama tahun 2023 jika kebijakan tidak mendanai impor unggas dan beras ini bertahan seperti yang direncanakan hingga Mei 2023. Namun, asosiasi tersebut yakin bahwa seruan publik tentang kenaikan harga lebih lanjut akan menyebabkan pencabutan kebijakan ini. (Via Poultryworld)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer