![]() |
Suasana di peternakan ayam "Rise and
Shine Pastured Eggs" di Finniss, Australia Selatan |
(Foto : Istimewa)
Sebuah peternakan di Kota
Finniss, Australia Selatan, memiliki misi untuk memberikan lapangan pekerjaan
tetap kepada orang-orang dengan disabilitas. Pegawai Rise and Shine Eggs, Jinda
Holland, mengidap Sindrom Waardenburg dan tuli pada telinga kirinya. Awal-awal
bekerja di peternakan itu, ia sebenarnya tidak suka berada di sekitar
ayam.
“Seiring waktu, giliran
kerja saya semakin banyak di peternakan ini. Saya pun mulai menyukai ayam-ayam
ini,” kata Holland.
Ia sebelumnya bekerja di
industri pariwisata dan di sebuah pabrik, tapi tidak bertahan lama.
“Mereka tidak memahami
disabilitas saya, pendengaran saya, penglihatan saya, dan itu menjadi sebuah
tantangan,” kata Holland tentang pekerjaannya dulu.
Gabi Kinsley juga pegawai
Rise and Shine Eggs yang memiliki disabilitas. Cukup lama ia memilih untuk
tidak memberi tahu atasannya mengenai disabilitas yang ia miliki. Alasannya,
agar tidak diperlakukan secara berbeda. “Yang jelas mereka tidak bilang ‘kami
tidak ingin [mempekerjakan]mu karena kamu punya disabilitas’, tapi saya merasa
seperti itu,” ungkapnya.
Keraguan Kinsley untuk
mengakui disabilitasnya secara terbuka tidak mengherankan bagi Tracey Davis,
seorang staf pembantu.
“Sungguh membuat frustrasi
bahwa kita memperlakukan orang-orang dengan disabilitas dengan sangat tidak
hormat,” ungkap Davis.
Perlakuan buruk dan
sedikitnya kesempatan bagi kelompok disabilitas mendorong pemilik Rise and
Shine Eggs untuk membuat perubahan. Mereka mempekerjakan beberapa pegawai
dengan disabilitas untuk mengerjakan berbagai tugas, dari membuat pagar,
merapikan taman, hingga mengumpulkan, membersihkan, menyeleksi dan mengantarkan
telur ke kota-kota sekitar.
Kakak-beradik Heather dan
Alistair Pearce adalah pemilik peternakan tersebut. Heather adalah seorang
terapis okupasi, sementara Alistair memiliki pengalaman di industri pertanian
selama puluhan tahun.
“Saya rasa yang menjadi
faktor penting adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak banyak
dipekerjakan, orang-orang yang tidak punya pekerjaan padahal bisa bekerja dan
dipekerjakan, tapi tidak pernah benar-benar diberi kesempatan sebelumnya,”
imbuh Heather.
Bisnis peternakan mereka
sangat sukses, bahkan berencana membuka yang kedua. “Nanti kami ingin mereka
bisa melatih orang lain yang ingin bergabung dalam program ini dan menjalankannya
melalui semacam program selama 12 minggu, jadi saya rasa ke sanalah tujuan
kami,” kata Pearce.
Bagi orang dengan
disabilitas seperti Holland, bekerja di peternakan telah mengubah hidupnya.
“Pekerjaan ini memberi saya harapan, memberi saya pekerjaan, memberi saya
sesuatu untuk dinantikan setiap harinya ketika pergi bekerja,”
pungkasnya. (INF)