Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Biosekuriti 3 Zona | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KEBERHASILAN APLIKASI BIOSEKURITI

Disinfeksi kaki bagian dari biosekuriti di peternakan. (Foto: Istimewa)

Ada peribahasa berbunyi “Ikhtiar menjalani, untung menyudahi”. Dalam semua aspek, sepertinya peribahasa ini akan berlaku, termasuk biosekuriti. Banyak hal baik yang didapat dari aplikasi biosekuriti yang konsisten dan berkesinambungan.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, bagaimanapun caranya. Dalam aplikasinya bisa dilakukan masing-masing peternak, namun karena alasan cuan rata-rata peternak kerap abai.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010), di antaranya kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, dan kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit diimplementasikan.

Hewan Tetap Produktif, Manusia Tetap Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Sebagai contoh Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di sana sedang menggalakkan biosekuriti tiga zona pada peternak layer.

Kusno Waluyo seorang peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya menerapkan aplikasi biosekuriti. Peternak berusia 46 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena Kusno memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya cukup baik, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya ikuti program FAO di sini, katanya ini bagus, maka saya coba ikuti saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Menurut Kusno salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (CR) 

BIOSEKURITI, MEMBERI BUKTI BUKAN JANJI

Pembagian tiga zona wilayah biosekuriti pada suatu farm.

Penyakit unggas berpengaruh secara negatif terhadap keuntungan peternak, bahkan terkadang membahayakan kesehatan manusia. Peternakan unggas selalu berisiko terserang oleh penyakit yang mengakibatkan berkurangnya produksi daging dan telur, tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Beberapa negara telah diserang penyakit-penyakit yang menyebabkan tingkat kematian pada unggas dan kerugian ekonomi tinggi.

Ketika unggas dipaparkan pada kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti panas berlebihan, kedinginan, kelembapan, amonia, suara bising, kekurangan air dan pakan, tingkat ketahanan mereka terhadap penyakit menjadi berkurang, membuat unggas rentan terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus dan jamur.

Untuk mengatasi atau mengurangi risiko, penerapan biosekuriti yang baik perlu dilakukan dalam suatu farm. Biosekuriti terdiri dari seluruh prosedur kesehatan dan pencegahan yang dilakukan secara rutin di sebuah peternakan, untuk mencegah masuk dan keluarnya kuman patogen yang menyebabkan penyakit.

Suatu peternakan ayam petelur maupun pedaging, hendaknya dibagi menjadi tiga area yang berbeda, yaitu area luar (zona merah), area bebas terbatas (zona kuning) dan area terbatas atau farm (zona hijau). Setiap area dipisahkan secara tegas dengan pagar sebagai barrier fisik dan mempunyai spesifikasi biosekuriti tertentu yang menuntut prosedur khusus untuk sanitasi dan disinfeksi. Biasanya diberi tanda peringatan berbentuk tulisan pada suatu papan agar dapat dibaca dengan mudah. Tujuan pembagian area adalah untuk mengisolasi peternakan dari agen kuman penyakit yang berasal dari lingkungan luar peternakan atau yang berada di lingkungan peternakan.

Penerapan dan penjelasan mengenai biosekuriti tiga zona bisa dilihat dalam penjelasan berikut:

• Zona Merah (Area Luar Peternakan). Area ini merupakan lokasi kuman penyakit berada, waspadai semua hal (orang, barang dan hewan) yang berasal dari area ini. Karena melalui area luar peternakan, kuman penyakit secara tidak langsung mampu terbawa oleh manusia. Jika kuman penyakit sampai terbawa ke area peternakan, maka akan membahayakan kelangsungan hidup unggas yang berada di dalam farm.

• Zona Kuning (Area Peralihan). Merupakan area... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

BIOSEKURITI, JADIKAN SEBUAH KEBIASAAN

Skema penerapan biosekuriti tiga zona. (Foto: Istimewa)

Biosekuriti bisa diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan maupun menyebar keluar peternakan. Penerapan yang disiplin dan konsisten akan sangat bermanfaat untuk menjaga ayam tetap aman dari serangan penyakit sehingga mampu berproduksi secara optimal.

Biosekuriti adalah proses panjang yang membutuhkan komitmen peternak dan seluruh tim yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, sudah selayaknya perlu diupayakan penerapan biosekuriti menjadi sebuah kebiasaan dalam pengelolaan peternakan.

Mengapa biosekuriti perlu dijadikan sebagai kebiasaan? Penerapan biosekuriti secara baik menjadi salah satu kunci untuk menjaga kesehatan ayam, selain vaksinasi dan pengobatan. Penerapan yang baik akan menurunkan tantangan bibit penyakit yang berada di lingkungan peternakan. Kesehatan yang terjaga akan mengoptimalkan produktivitas ayam, baik dari segi pertumbuhan maupun produksi telur. Hasil ternak pun menjadi berkualitas dan aman dikonsumsi manusia.

Biosekuriti Tidak Hanya Disinfeksi
Disinfeksi atau pemberian disinfektan dengan cara disemprot maupun pencampuran dalam air minum menjadi salah satu bagian dari serangkaian kegiatan biosekuriti. Tidak bisa hanya mengandalkan dari disinfeksi untuk melindungi ayam dari serangan penyakit. Tetapi harus dipadukan dengan serangkaian kegiatan lain, seperti isolasi dan kontrol lalu lintas untuk ayam, peralatan, sarana transportasi maupun personel yang ada di lingkungan peternakan.

Penerapan biosekuriti tiga zona bisa menjadi pedoman. Area dalam lokasi peternakan akan dibagi menjadi tiga zona, yaitu merah, kuning dan hijau. Zona merah merupakan area di luar peternakan. Zona ini boleh dikatakan sebagai zona yang perlu diperhatikan dengan lebih ketat, baik untuk ternak, barang, sarana transportasi maupun personel. Semua yang berada di zona merah pada saat akan memasuki lokasi peternakan harus melalui serangkaian proses pengecekan dan disinfeksi yang ketat.

Zona kuning merupakan area transisi atau peralihan. Di area inilah semua ternak, peralatan, sarana transportasi maupun personel harus melalui serangkaian proses disinfeksi untuk menurunkan konsentrasi bibi tpenyakit.

Sementara zona hijau menjadi area tempat hidup ternak. Area ini adalah area terbatas, tidak semua orang maupun peralatan yang bisa masuk ke area ini. Dengan pembagian zona ini diharapkan memudahkan dalam pengaplikasian konsep biosekuriti.

Konsep biosekuriti yang perlu diterapkan dalam pengaplikasian di peternakan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development PT Mensana

MENUAI HASIL BAIK BIOSEKURITI

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan. (Foto: Dok. Infovet)

Ada peribahasa yang berbunyi “Apapun yang kamu perbuat maka ia akan kembali kepadamu”. Dalam semua aspek tentu hal ini akan berlaku, termasuk biosekuriti. Banyak hal baik yang didapat dari pengaplikasian biosekuriti yang konsisten dan berkesinambungan.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, bagaimanapun caranya. Dalam aplikasinya diserahkan kepada masing-masing peternak, namun begitu karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010), yakni: (1) Kontrol lalu lintas. (2) Vaksinasi. (3) Recording flock. (4) Menjaga kebersihan kandang. (5) Kontrol kualitas pakan. (6) Kontrol air. (7) Kontrol limbah peternakan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Sebagai contoh Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di sana sedang menggalakkan sosialisasi biosekuriti tiga zona pada peternak layer.

Kusno Waluyo, seorang peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya hijrah dari sistem beternak konvensional menjadi rasional. Bisa menjadi salah satu rujukan jika ingin mengetahui efektivitas penerapan biosekuriti.

Peternak yang berusia 46 tahun tersebut memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayam-ayamnya. Hasilnya memang cukup memuaskan, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini. Dikatakan kalau ini bagus, makanya saya coba ikuti saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Kusno tak cerita banyak soal modal yang dikeluarkan dalam membangun bioskeuriti miliknya, tetapi dengan sejumlah uang yang ia gelontorkan menurutnya hasil yang diperoleh benar-benar menguntungkan.

Menurut Kusno, salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah ketika ayam peliharaannya… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022. (CR)

PERANAN KRUSIAL BIOSEKURITI

Gerbang peternakan milik Roby Susanto yang menerapkan biosekuriti tiga zona. (Foto: Dok. Infovet)

Sebagaimana yang sudah disebutkan pada artikelnya sebelumnya, bahwa peternak akan memandang biosekuriti adalah barang mahal. Padahal harga yang dibayar merupakan investasi jangka panjang dalam perbaikan manajemen peternakannya.

Biosekuriti Murah, Komitmennya yang Mahal
Kalau peternak seperti Gofur saja bisa menerapkan biosekuriti di peternakannya, seharusnya peternak dengan skala yang lebih kecil pun bisa. Hal tersebut disampaikan oleh National Technical Advisor FAO ECTAD Indonesia, Alfred Kompudu. Karena semakin sederhana suatu farm, kata Alfred, bisa disederhanakan juga konsep biosekuritinya.

“Kita punya konsep biosekuriti tiga zona yang sudah lama kita gaungkan, nah konsep ini yang selalu kita bawa ke peternak-peternak supaya mau aplikasikan dan kami juga kasih tahu mereka kalau ini enggak mahal biayanya, hitung-hitung investasi,” kata Alfred.

Alfred yang sudah kenyang makan asam garam biosekuriti tiga zona, mengatakan konsep biosekuriti tersebut merupakan salah satu cara efektif meningkatkan performa.

Seriously ini enggak mahal, yang mas waktu lihat kemarin di Lampung mungkin sedikit mewah, karena ada mesin dan sebagainya, tapi di Semarang, di Kendal dan di tempat lain ada peternak yang di sana kita bina, bisa dibilang lebih tradisional. Enggak banyak mesin dan budget yang dikeluarkan enggak sampai ratusan juta,” ungkapnya.

Sehingga menurutnya yang mahal bukanlah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022. (CR)

BIOSEKURITI SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF YANG TIDAK BOLEH DITINGGALKAN

Bak disinfeksi celup kaki untuk masuk dan keluar area peternakan yang diisi ulang secara periodik, salah satu langkah dalam penerapan biosekuriti. (Foto: Istimewa)

Biosekuriti merupakan salah satu langkah pencegahan terhadap penyakit di peternakan. Karena penyakit adalah tantangan yang berisiko menimbulkan kerugian besar, maka bisa dikatakan bahwa biosekuriti akan terus menjadi perangkat di peternakan yang tidak boleh ditinggalkan.

Sumber utama masuknya penyakit ke tubuh ayam adalah dari lingkungan. Lingkungan dapat berupa peralatan kandang, lingkungan kandang, alat transportasi yang keluar masuk peternakan, makhluk hidup lain di area peternakan dan juga area eksternal peternakan yang berpotensi kontak dengan peternakan. Agen penyakit akan menempel pada titik-titik risiko tadi dan masuk ke tubuh ayam melalui udara, luka, makanan, atau air minum ayam. Vitalitas tubuh ayam jelas diperlukan untuk melawan risiko agen infeksi yang masuk ke tubuhnya.

Walaupun demikian diketahui bahwa ayam rentan dengan stres akibat pola kandang yang membatasi gerak, kondisi lingkungan (misalnya suhu, kadar amonia, aliran udara dan lainnya) yang penuh tantangan, serta nutrisi yang tricky. Tentunya celah kontak antara agen penyakit dan vitalitas tubuh ayam yang turun bisa terjadi kapan saja. Efeknya adalah timbul gejala klinis yang mengganggu produksi dan memerlukan sumber daya lebih untuk mengatasinya.

Biosekuriti dapat dilakukan dengan pembagian area peternakan menjadi tiga zona (merah, kuning dan hijau). Peralatan dari luar, personel yang kontak dengan lingkungan luar peternakan dan kendaraan sebisa mungkin dibatasi hanya pada zona merah. Sementara itu disinfeksi dan pembersihan personel maupun peralatan dapat dilakukan di zona kuning. Zona hijau merupakan area peternakan ayam yang tidak boleh dimasuki tanpa adanya pembersihan di zona kuning terlebih dahulu. Pembatasan akses personel di zona hijau ini juga sangat diperlukan. Seirama dengan pembagian zona biosekuriti ini, pelaksanaan manajemen biosekuriti harus mendapat perhatian khusus. Beberapa contoh pelaksanaan manajemen biosekuriti tampak pada tabel di bawah:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022. (MENSANA-SANBIO/ADV)

PENGERTIAN BIOSEKURITI DI PETERNAKAN UNGGAS

Ilustrasi. (Sumber: Dok. IICA)

Apakah Biosekuriti Itu? (Bio = Hidup, Sekuriti = Perlindungan)
Biosekuriti terdiri dari seluruh prosedur kesehatan dan pencegahan yang dilakukan secara rutin di sebuah peternakan, untuk mencegah masuk dan keluarnya kuman yang menyebabkan penyakit unggas.

Biosekuriti yang baik akan berkontribusi pada pemeliharaan unggas yang bersih dan sehat dengan mengunakan sumber-sumber yang ada di peternakan, mengelola ternak unggas secara semestinya, menggunakan obat lebih sedikit, serta mengurangi kontaminasi.

Tujuan biosekuriti yang baik adalah untuk membangun dan mengintegrasikan beberapa usaha perlindungan yang dapat menjaga ternak unggas supaya tetap sehat. Biosekuriti yang baik menghasilkan kematian yang lebih sedikit pada unggas, penghematan yang cukup besar dalam biaya produksi serta pendapatan yang lebih tinggi bagi peternak unggas.

Selain itu penerapan biosekuriti juga untuk mengurangi risiko adanya penyakit di peternakan dengan cara memelihara higiene yang baik, keteraturan dan disiplin, memelihara lingkungan sekitar peternakan, mengendalikan hama, serta tindakan pencegahan lainnya.

Prosedur Biosekuriti Harus Baik
Penyakit unggas berpengaruh negatif terhadap keuntungan peternak dan bahkan kadang membahayakan kesehatan manusia. Peternakan unggas selalu berisiko terserang oleh penyakit yang mengakibatkan berkurangnya produksi daging dan telur, tergantung pada tingkat keparahan penyakit.

Ketika unggas dipaparkan pada kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti panas yang berlebihan, kedinginan, kelembapan, amonia, suara bising, kekurangan air dan/atau pakan, tingkat ketahanan mereka terhadap penyakit menjadi berkurang, membuat ayam rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.

Biosekuriti adalah penerapan yang sangat berguna yang berperan pada perlindungan menyeluruh terhadap industri unggas dari wabah dan penyakit eksotis. Hal yang penting diingat dalam penerapan Biosekuriti adalah:

• Manusia adalah penyebar utama penyakit
• Sebanyak 90% dari kejadian penyakit unggas disebarkan dari satu peternakan ke peternakan lainnya oleh manusia, peralatan dan kendaraan yang telah terkontaminasi.
• Tenaga penjual produk-produk kesehatan hewan, pasokan unggas, pakan, peralatan dan lain sebagainya, berpindah dari satu peternakan ke peternakan lain, berbicara dengan para peternak unggas yang berbeda dan sering kali tidak mengambil tindakan pencegahan dengan membersihkan pakaian, sepatu dan kendaraan.
• Waspadai kehadiran pembeli unggas hidup dan kehadiran pembeli kompos dari kotoran unggas.
• Waspadai para pekerja peternakan unggas komersial yang memiliki unggas di pekarangan rumahnya sendiri.
• Penjaga gerbang atau peternak yang tidak melakukan prosedur sanitasi terhadap pengunjung seperti yang telah ditetapkan oleh peternakan.
• Pemilik peternakan unggas yang mengunjungi peternakan unggas lainnya.
• Penggunaan ulang karung yang sudah kosong, alas kandang dan wadah obat-obatan.
• Tidak melakukan proses pembuangan secara benar untuk unggas yang mati, membiarkan hewan lain memakannya, atau mengizinkan unggas mati untuk dijual.
• Jarak yang berdekatan antara peternakan unggas, khususnya unggas yang berbeda jenis.
• Unggas liar dari daerah berdekatan dan burung liar yang bermigrasi dari daerah yang jauh.
• Pembuangan atau penggunaan yang tidak semestinya dari kotoran unggas, alas kandang bekas pakai, bulu, boks anak ayam, jarum suntik, botol bekas vaksin dan lainnya.
• Sumber air (aliran air, kolam atau sungai) yang digunakan bersama-sama dengan peternakan unggas lain merupakan risiko besar untuk kontaminasi.
• Kehadiran hewan jenis lain di peternakan, seperti anjing, kucing, babi, kelinci, sapi, kuda, ayam-ayam pekarangan, ayam jago, bebek, angsa, burung kakak tua, merpati, kenari, puyuh, kalkun dan sebagainya.

Sebab suatu penyakit dapat menyebar antar kandang melalui manusia yang menjadi penyebar utama penyakit, ataupun melalui bangunan kandang unggas yang terlalu dekat satu sama lain, peralatan yang berpindah dari satu peternakan ke peternakan yang lain dan unggas yang berbeda umur dalam kandang yang sama, serta melalui serangga, kutu, binatang pengerat, burung dan binatang piaraan lainnya.

Pembagian 3 Zona pada Peternakan Terkait Biosekuriti
Adalah penting membagi peternakan menjadi tiga zona, yaitu zona merah, kuning dan hijau. Zona merah adalah zona kotor, batas antara lingkungan luar yang kotor, misalnya lokasi penerimaan dan penyimpanan egg tray/boks bekas telur, lokasi penerimaan tamu seperti pembeli ayam/telur, technical service, maupun pengunjung lain seperti tetangga atau peternak lain. Pada area ini kemungkinan cemaran bibit penyakit sangat banyak.

Penerapan 3 zona merah kuning, hijau untuk memudahkan isolasi dan pengaturan lalu lintas di lingkungan kandang. (Sumber: Dok. FAO)

Zona kuning merupakan zona transisi antara daerah kotor (merah) dan bersih (hijau). Area ini hanya dibatasi untuk kendaraan yang penting seperti truk ransum, DOC/pullet dan telur. Akses hanya diperuntukkan bagi pekerja kandang, lokasi tempat menyimpan egg tray/boks telur yang sudah bersih dan sudah diisi.

Zona hijau adalah zona bersih yang merupakan wilayah yang harus terjaga dari kemungkinan cemaran/penularan penyakit. Area ini merupakan kandang tempat tinggal ternak. Hanya pekerja kandang yang boleh masuk zona hijau. Untuk masuk ke wilayah ini, pekerja harus menggunakan alas kaki khusus zona hijau. Kendaraan tidak boleh masuk ke zona ini. Begitu pula dengan pengunjung, kecuali jika ada kepentingan khusus, misalnya tenaga vaksinasi (vaksinator) atau technical service yang ingin mengontrol kesehatan ayam dengan syarat harus bersedia mengikuti prosedur yang diterapkan di farm tersebut. ***

Dirangkum dari Buku Biosekuriti Peternakan Unggas (Gita Pustaka)

MENUAI HASIL APLIKASI BIOSEKURITI

Mencuci kandang merupakan bagian dari tindakan biosekuriti. (Foto: Istimewa)

Pentingnya aspek biosekuriti terkadang membuat orang salah kaprah, oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mendalam. Selain itu, kini penerapan biosekuriti dapat berbuah manis bagi siapapun yang mengaplikasikannya.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak, namun begitu karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti. 

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010), yakni: 1) Kontrol lalu lintas. 2) Vaksinasi. 3) Recording flock. 4) Menjaga kebersihan kandang. 5) Kontrol kualitas pakan. 6) Kontrol air. 7) Kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit diimplementasikan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat

Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Sebagai contoh Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di Lampung sedang menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer di sana.

Kusno Waluyo seorang peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya untuk hijrah dari sistem beternak konvensional menjadi rasional, bisa menjadi salah satu rujukan jika ingin mengetahui efektivitas penerapan biosekuriti.

Peternak yang berusia 46 tahun tersebut memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya memang cukup memuaskan, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya dengar dari Ketua PPN Lampung kalau ini bagus, makanya saya coba ikutin saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Kendati demikian, Kusno enggan bercerita mengenai modal yang ia keluarkan dalam pembangunan fasilitas biosekuriti miliknya, tetapi dengan sejumlah uang yang ia gelontorkan menurutnya hasil yang diperoleh benar-benar menguntungkan.

Salah satu tolak ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandang Kusno adalah saat ayam di kandangnya menginjak usia sekitar 29 minggu produksi telurnya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi. “Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati, enggak kaya sebelumnya,” ucap dia.

Menurut National Technical Advisor FAO ECTAD, Alfred Kompudu, sebenarnya konsep biosekuriti tiga zona merupakan pengejawantahan dari program EPT2 (Emerging Pandemic Threats Programme) yang telah lama menjadi fokus FAO di Indonesia.

“Melalui program ini kita berkomitmen membantu pemerintah dalam meanggulangi pandemi penyakit, terutama zoonosis, program ini sudah lama berjalan dan masih akan lanjut sepertinya di Indonesia,” tutur Alfred.

Selain itu kata dia, dengan adanya wabah COVID-19 penerapan biosekuriti tiga zona yang baik dan benar bukan hanya menguntungkan peternak dari segi ekonomis karena ternaknya sehat dan produktivitasnya meningkat, tetapi juga… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2020) (CR)

PERAN BIOSEKURITI DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT UNGGAS

Bilik disinfeksi untuk kendaraan yang akan masuk ke peternakan. (Foto: Dok. AKI)

Penyakit merupakan salah satu tantangan besar dalam industri perunggasan. Adanya kontak antara agen penyakit dengan unggas adalah kunci terjadinya suatu infeksi. Apabila infeksi penyakit terjadi, efek kerugian ekonomi yang dirasakan peternak akibat adanya kematian dan penurunan produksi bisa sangat tinggi. Oleh karena itu, untuk membantu mengurangi intensitas kontak tersebut, biosekuriti merupakan salah satu langkah yang penting dilakukan.

OIE (2009) menyebutkan bahwa biosekuriti adalah implementasi tindakan untuk menurunkan risiko pemaparan dan penyebaran agen penyakit. Terdapat tiga elemen utama dari biosekuriti, yaitu segregasi, cleaning dan disinfeksi. Jeffrey (1997) menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam biosekuriti yang membatasi masuknya agen penyakit dalam suatu peternakan, yaitu isolasi, kontrol lalu lintas dan sanitasi.

Dalam pemeliharaan ayam, ada berbagai titik yang memiliki pengaruh dalam resiko terjadinya penyakit. Siahaan (2007) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko terjadinya penyakit Avian influenza (AI) adalah keberadaan burung liar yang masuk ke dalam area peternakan, perlakuan terhadap unggas yang sakit dan mati, jarak peternakan dengan rumah penduduk, pembersihan kandang secara berkala, serta penanganan limbah feses.

Selain itu, lalu lintas keluar-masuk peternakan oleh kendaraan maupun personal juga memiliki andil dalam kontak agen infeksi dengan ayam sebagai hospes targetnya. Sebagai makhluk hidup yang sangat kecil, virus dan bakteri memiliki peluang besar untuk terbawa dari satu tempat ke tempat lain. Agen infeksi ini dapat menempel pada pakaian dan alas kaki personal, maupun pada roda kendaraan yang digunakan saat masuk ke dalam suatu peternakan. Saswiyanti (2012) menyebutkan beberapa variabel kontrol lalu lintas yang memiliki pengaruh terhadap paparan penyakit AI adalah kontak unggas dengan pengunjung dan karantina terhadap unggas baru.

Melihat berbagai titik resiko tersebut, pelaksanaan biosekuriti perlu dilakukan secara konsisten untuk menghindari terjadinya penyakit. Pembagian area peternakan menjadi tiga zona (merah, kuning dan hijau) sangat penting agar kontak agen penyakit dengan ayam dapat diminimalisir. Peralatan dari luar, personel yang kontak dengan lingkungan luar peternakan dan kendaraan sebisa mungkin dibatasi hanya pada zona merah. Sementara itu disinfeksi dan pembersihan personel maupun peralatan dapat dilakukan ke zona kuning. Sedangkan zona hijau merupakan area peternakan ayam yang tidak boleh dimasuki tanpa adanya pembersihan di zona kuning terlebih dahulu. Pembatasan akses personel di zona hijau ini juga sangat diperlukan. Seirama dengan pembagian zona biosekuriti ini, pelaksanaan manajemen biosekuriti harus mendapat perhatian khusus. Beberapa contoh pelaksanaan manajemen biosekuriti bisa dilihat... (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2020) (ADV SANBIO)

JANGAN REMEHKAN BIOSEKURITI

Desinfeksi sebelum masuk dan keluar kandang. (Foto: Infovet/CR)

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, manajemen pemeliharaan ayam juga ikut berkembang. Apalagi sejak diberlakukannya larangan AGP (Antibiotic Growth Promoter) dalam pakan, semua yang berkecimpung di sektor budidaya berlomba-lomba mengakali manajemen pemeliharaan agar performa ayam tetap terjaga.

Budidaya ayam layer maupun broiler di zaman now bisa dibilang susah-susah gampang. Peternak kini dihadapkan pada pesatnya pertumbuhan ayam, namun lebih rentan terhadap faktor eksternal, seperti iklim, penyakit dan lain sebagainya. Ditambah lagi AGP yang selama ini menjadi andalan untuk memacu pertumbuhan telah dilarang pemerintah. Tentunya hal ini semakin menjadi tantangan bagi para peternak dan stakeholder di sektor perunggasan.

Padahal, sejak dulu sudah ada “obat” alami agar usaha budidaya lancar tanpa adanya gangguan penyakit. Namun begitu tidak semua peternak mau dan mampu mengaplikasikannya, yakni program biosekuriti.

Dipandang Sebelah Mata
Sering didapati bahwa peternak tidak mengindahkan biosekuriti, misalnya saja masih bebasnya lalu lintas keluar-masuk suatu peternakan tanpa adanya treatment khusus. Padahal, treatment khusus semacam dipping atau semprot desinfektan merupakan salah satu aspek biosekuriti, dalam hal ini menjaga lalu lintas manusia.

Mengingatkan kembali bahwa ada beberapa aspek dasar dalam biosekuriti misalnya kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flok, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air dan kontrol limbah peternakan.

Dengan semakin berkembangnya zaman, ada juga peternak yang semakin sadar bahwa biosekuriti ini penting diaplikasikan. Misalnya saja yang dilakukan oleh Jenny Soelistiyani, peternak layer asal Lampung. Wanita yang juga merupakan Ketua Pinsar Petelur Nasional (PPN) ini sedang giat-giatnya menggalakkan penerapan biosekuriti di peternakan layer.

“Penerapan biosekuriti yang baik mutlak harus dimiliki, enggak bisa disepelkan. Peternak harus mau berubah, lah wong zaman berubah masa tata cara beternak gitu-gitu aja?,” tutur Jenny. 

Apa yang diutarakan Jenny bukannya tanpa alasan, terlebih lagi ketika AGP dilarang, otomatis untuk mencegah meledaknya wabah penyakit yang tak terkendali dibutuhkan upaya lain, menurut Jenny yang paling masuk akal adalah penerapan biosekuriti.

Jenny dan para peternak di Lampung kini sedang getol-getolnya mengajak para peternak layer di Lampung untuk mengaplikasikan biosekuriti tiga zona. Ia dibantu oleh FAO ECTAD, akademisi dari UNILA, pemerintah dan juga perusahaan yang bergerak di bidang obat hewan.

“Semua turun tangan, FAO memberi penyuluhan dan teknis aplikasi, UNILA juga mendampingi peternak, dinas juga aktif, perusahaan obat hewan juga jadi auditor internal kami, peternaknya jadi semangat dan rata-rata di sini peternak sudah mau mengaplikasikan biosekuriti tiga zona,” jelasnya.

Menuai Hasil Manis
Ketika biosekuriti diterapkan dengan baik, hasil manis dituai oleh peternak. Misalnya saja yang dirasakan oleh Subadio, peternak layer asal Kecamatan Purbolinggo, Lampung, yang sudah menerapkan biosekuriti tiga zona di peternakannya.

Subadio mengaku tertarik mengaplikasikan biosekuriti tiga zona karena dinilai menguntungkan. “Di Lampung ada pendampingan dan penyuluhan bagi peternak yang ingin mengaplikasikan sistem ini, kami dibimbing langsung oleh dinas peternakan setempat, FAO ECTAD, UNILA, technical service produsen pakan dan PPN Lampung,” tutur Subadio.

Tanpa pikir panjang Subadio membangun fasilitas seperti yang disarankan oleh para mentornya. Walhasil, kandang layer-nya yang baru setahun enam bulan berdiri mengalami banyak kemajuan. Tidak lupa ia mengajak para karyawannya untuk berkomitmen menjalankan SOP yang berlaku di peternakannya untuk dipatuhi. Subadio menerapkan sistem reward and punishment agar karyawan lebih berkomitmen dalam menerapkan SOP di peternakannya.

“Kandang saya awalnya kacau mas, sampai saya mulai tertarik ikut menjajal biosekuriti tiga zona, baru deh kandang ini produksi dan performanya benar. Sudah gitu ternyata nilai rupiah yang didapat Alhamdulillah bertambah,” tukas Subadio kepada Infovet. Pernyataan Subadio tadi didukung oleh data yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan.

Misalnya saja kini disaat ayam di kandangnya menginjak usia sekitar 29 minggu produksinya stabil di angka 90% lebih. Selain itu, dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi. “Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati mas, enggak kaya di farm saya yang satunya yang belum saya bangun biosekuriti tiga zona,” ucap dia.

Ketika ditanya mengenai penyakit dan wabah AI, Subadio juga mengatakan bahwa belum pernah kandang tersebut terjangkit wabah mematikan seperti AI. “Paling penyakit cuma nyekrek-nyekrek (CRD) saja mas, kalau AI enggak pernah, kalau bisa jangan sampai kena AI deh,” kata Subadio.

Ia juga mengaku bahwa ketika terjadi penyakit, petugas kesehatan di farm-nya hanya memberikan terapi suportif berupa pemberian vitamin beserta suplemen pemacu sistem imun. “Kasus yang agak parah kemarin sih ada beberapa ekor yang kena fowl pox, sudah dibakar yang mati, terus sisanya kita pisahkan, isolasi dan kita vaksin ulang sambil diberikan terapi suportif,” kata Subadio.

Perihal dana yang dikeluarkan, Subadio enggan menyebut nominal angka yang ia gelontorkan untuk membangun sistem tersebut. “Yang jelas enggak sampai seratus juta untuk sistemnya saja, kurang dari itu. Tapi hasil yang saya dapatkan Alhamdulillah sudah balik modal itu biaya pembuatan sistemnya dalam dua bulanan,” tukasnya.

Hal serupa juga dirasakan Bambang Sutrisno, peternak layer asal Ungaran, Kabupaten Semarang. Bambang mengaku telah menerapkan biosekuriti tiga zona secara menyeluruh sejak 2015. Kini, Bambang merasakan hasilnya berupa keuntungan yang lebih baik ketimbang sebelum penerapan biosekuriti.

“Saya setelah mengadopsi sistem ini enggak nyangka bisa naik pendapatannya. Darimana? Pertama dari produksi yang bagus mas, per seribu ekor kini produksi telurnya stabil di 55-60 kg, padahal tadinya enggak segitu,” tutur Bambang berapi-api.

Selain itu dengan diterapkannya biosekuriti tiga zona, ia juga dapat menghemat penggunaan antibiotik di kandang sekitar 40%, begitu pula penggunaan obat-obatan lain yang dikurangi sampai 30% karena ayam jarang terserang penyakit.

“Dari penghematan itu kira-kira saya bisa kantongi 10 juta rupiah, yang tadinya buat beli antibiotik, obat-obatan dan lainnya, sekarang jadi masuk ke kantong saya. Lumayan banget,” ucap Bambang.

Menurutnya, menerapkan biosekuriti dengan baik itu mudah, modalnya hanya satu yakni niat. Jika niat sudah bulat otomatis komitmen akan terbangun, dengan terbangunnya komitmen akan timbul kebiasaan baik yang konsisten dan mengakar.

Efek Samping
Penerapan biosekuriti yang baik dan konsisten juga akan menghasilkan efek samping. Bukan efek samping yang negatif melainkan sebaliknya. Jenny Soelistiyani menerangkan, kini di Lampung animo peternak dalam menjalankan biosekuriti tiga zona meningkat pesat. Hal ini karena peternak yang menerapkan biosekuriti tiga zona dapat memperoleh Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dari Dinas Peternakan Provinsi.

“Ini juga jadi kerjasama kami dengan pemerintah, kemajuannya juga luar biasa. Tahu sendiri lah kalau sudah dapat NKV otomatis nilai produk yang dihasilkan juga meningkat. Tentu saja ini akan meningkatkan pendapatan peternak,” kata Jenny.

Yang lebih luar biasa, beberapa waktu lalu di Lampung, sekitar 14 peternak layer memperoleh sertifikat NKV dalam kurun waktu sembilan bulan. Ini merupakan salah satu capaian luar biasa bagi peternak di Lampung. Atas pencapaian itu, Provinsi Lampung mendapat ganjaran rekor MURI sebagai Pemprov yang menerima sertifikat NKV terbanyak dalam kurun waktu setahun. Selain menguntungkan peternak, tentunya ini juga dapat mengharumkan nama daerah.

Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung, Drh Anwar Fuadi, sangat bangga dengan pencapaian ini. Menurutnya, ini adalah hasil kerja nyata dari semua stakeholder peternakan layer yang ada di Lampung.
“Kami bangga, ini menunjukkan bahwa peternak rakyat juga mampu bersaing, selain menguntungkan peternak. Saya harap nantinya kedepan makin banyak peternak yang sadar akan hal ini,” tukas Anwar.

Tidak lupa Anwar juga mengingatkan bahwa penghargaan ini bukanlah titik akhir. Lampung memiliki program menjadi zona bebas AI di 2021 mendatang. Melalui penerapan biosekuriti yang baik, konsisten dan berkelanjutan, ia berharap bahwa program itu dapat tercapai. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer