-->

Featured Posts

MENCEGAH IMUNOSUPRESI PADA AYAM: KUNCI SUKSES PETERNAKAN MODERN


Imunosupresi pada ayam komersial adalah kondisi dimana sistem kekebalan ayam melemah, sehingga ayam menjadi rentan terhadap infeksi. Hal ini berdampak negatif pada peforma produksi dan kesejahteraan ayam.

Menurut penelitian Xiaoli Ma, dkk, yang ditulis pada kumpulan jurnal Poultry Scince Volume 102, Issue 12, Desember 2023 yang berjudul “Stress-induced immunosuppression inhibits immune response to infectious bursal disease virus vaccine partially by miR-27b-3p/SOCS3 regulatory gene network in chicken”. Beliau menyatakan imunosupresi akibat stres atau Stress-induced immunosuppression (SIIS) merupakan salah satu masalah umum dalam produksi unggas intensif, yang sering kali mengurangi efek pencegahan dan pengendalian berbagai vaksin, termasuk vaksin virus penyakit gumboro atau infectious bursal disease virus (IBDV), dan membawa kerugian ekonomi sangat besar bagi industri unggas. Hal ini sangat penting untuk diketahui apa saja penyebab terjadinya imunosupresi dan strategi pencegahannya.

Faktor Penyebab Imunosupresi
Problem penyebab imunosupresi yang paling tinggi adalah faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit. Program kesehatan yang tidak berjalan dengan baik seperti biosekuriti, sanitasi, serta program vaksinasi yang ketat akan menjadi pintu masuknya infeksi penyakit.

Problem infeksi virus seperti gumboro atau IBD, Marek’s disease, chicken anemia virus (CAV), dan reovirus merupakan beberapa infeksi virus yang paling sering mengakibatkan imunosupresi pada ayam.

Sementara pada problem infeksi bakteri seperti Mycoplasma spp, Salmonella spp, dan E. coli juga berdampak terhadap imunosupresi pada ayam, begitupun infeksi jamur dan parasit seperti aspergillosis, coccidiosis, dan histomoniasis.

Keseimbangan nutrisi pada pakan ayam sangat berdampak terhadap sistem imunitas dalam menjaga kesehatan ayam. Defisiensi vitamin dan mineral seperti vitamin A, C, E, B, zinc selenium dan copper berpengaruh penting dalam pembentukan sistem imun tubuh ayam.

Pemilihan bahan baku pakan, terutama sumber protein alternatif yang sulit dicerna akan mengakibatkan defisiensi asam amino esensial seperti metionin dan lisin. Kontaminasi pakan oleh mikotoksin seperti aflatoksin dan okratoksin dapat merusak sistem imun tubuh ayam.

Ayam modern sangat rentan terhadap... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025. 

Ditulis oleh:
Henri E. Prasetyo Drh MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

BANGUN PERTAHANAN AYAM SEJAK DINI: CEGAH IMUNOSUPRESI

Perhatikan kualitas DOC. (Foto: Istimewa)

Pernah mendengar ungkapan “mencegah lebih baik daripada mengobati?”. Dalam budi daya unggas pepatah ini berlaku sangat mutlak terutama saat berbicara soal imunosupresi.

Ketika sistem kekebalan tubuh ayam melemah, bukan hanya risiko penyakit yang meningkat, tapi juga performa produksi bisa anjlok. Tak pelak, kerugian ekonomi pun mengintai di balik kandang. Maka dari itu, mencegah imunosupresi bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan strategis untuk menjamin keberhasilan budi daya.

Kunci Pertama: Fase Brooding yang Optimal
Segala pencapaian dalam peternakan modern bermula dari satu fase krusial, brooding. Masa awal kehidupan ayam, baik broiler maupun layer merupakan periode emas, dimana organ kekebalan tubuh terbentuk dan berkembang.

Bila fase tersebut terganggu, maka pertahanan alami ayam akan lemah sejak awal. Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM), Prof Michael Haryadi Wibowo, menekankan pentingnya menjaga brooding tetap optimal.

“Peternak harus mampu mengendalikan faktor-faktor penekan imunitas seperti penyakit infeksi, parasit, dan mikotoksin,” jelasnya. Tidak kalah penting adalah menghindari stres akibat manajemen ventilasi yang buruk, pakan yang terlambat, atau suhu kandang yang tak sesuai.

Selain itu menurut Michael, langkah strategis yang biasanya dieksekusi adalah early feeding. Pemberian pakan sesegera mungkin usai menetas, akan menstimulasi perkembangan organ pencernaan dan meningkatkan imun lokal di saluran cerna.

“Jangan lupakan juga kenyamanan suhu. Brooder harus dijaga di atas 30°C agar feed intake optimal dan imun tubuh terbentuk dengan maksimal,” lanjutnya.

Biosekuriti dan Vaksinasi Tepat, Kekebalan Lebih Kuat
Biosekuriti dan vaksinasi adalah senjata utama mencegah penyakit. Tapi di era modern, keduanya bukan sekadar rutinitas, melainkan strategi cerdas. Apalagi dengan teknologi vaksin terkini yang menghadirkan beberapa jenis inovasi. Mulai dari jenis vaksin (immune-complex, vektor vaksin), sampai cara vaksinasi (hatchery vaccination, in ovo vaccination). Kesemuanya diklaim dapat memberikan perlindungan lebih efisien dan tahan lama.

Menurut Drh Fauzi Iskandar dari PT Ceva Animal Health Indonesia, ragam teknologi vaksin kekinian memungkinkan vaksinasi dilakukan sejak dini di hatchery, bahkan sejak dalam telur, in ovo vaccination.

“DOC yang divaksin di hatchery cenderung lebih siap menghadapi tantangan lapangan karena sudah memiliki sistem imun yang tergertak sejak dini,” kata Fauzi.

Pilihan metode pun makin beragam. Ada yang disuntikkan ke kantung amnion saat inkubasi, ada pula yang dilakukan saat DOC baru menetas. Metodenya bisa subkutan atau semprot, semua disesuaikan dengan kondisi farm dan tujuan vaksinasi.

Fauzi melanjutkan, teknologi vaksin sekarang akan bersinergi positif dengan diterapkannya biosekuriti yang baik. Ia meyakinkan kepada seluruh peternak di Indonesia bahwa mengaplikasikan biosekuriti sampai hal sedetail apapun akan menurunkan risiko ayam dari imunosupresi, bahkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025. (CR)

DIRJEN PKH: PENTINGNYA VAKSINASI UNTUK MENGENDALIKAN PMK

Dirjen PKH Agung Suganda. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Pengendalian penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) melalui berbagai strategi terus digaungkan pemerintah. Melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), strategi pengendalian PMK salah satunya melalui vaksinasi masih terus berjalan.

"Program vaksinasi massal kita lakukan melalui dua periode. Periode pertama Januari-Maret kita lakukan vaksinasi 2,1 juta dosis dan pada periode kedua yang sedang berjalan Juli-September kita targetkan 1,9 juta dosis, saat ini masih sekitar 1,3 juta dosis lagi yang harus kita masifkan," ujar Dirjen PKH, Agung Suganda, saat Media Briefing Strategi Nasional Pengendalian PMK, Selasa (26/8/2025), di Jakarta.

Strategi vaksinasi massal ini, lanjutnya, dinilai sangat efektif dan penting dalam pencegahan PMK, serta diharapkan dapat menggertak sistem imunitas pada ternak, apalagi saat lalu lintas ternak sedang tinggi seperti menjelang momen kurban.

"Ini kita ambil jaraknya enam bulan, sangat efektif dan sangat memengaruhi kekebalan pada ternak, semoga di November, Desember, hingga Januari (2026) sudah terbangun kekebalannya. Kita terus upayakan untuk mengantisipasi pergerakan ternak pada saat kurban (2026) yang biasanya itu tujuh bulan sebelumnya sudah banyak lalu lintas ternak," tambahnya.

Dengan periode vaksinasi ini, Agung menyebut penurunan kasus PMK bisa diredam secara signifikan. "Karena itu harus terus kita gaungkan agar peternak juga meningkat kesadarannya untuk melakukan vaksinasi dalam menjaga kesehatan ternaknya. Saya harap akhir tahun nanti tidak ada peningkatan kasus PMK," ucapnya.

Selain itu, pemerintah juga tengah mengupayakan pembagian zona pengendalian PMK, di antaranya Zona Pemberantasan di daerah Pula Jawa dan Lampung yang memiliki populasi dan kasus yang tinggi, kemudian Zona Pencegahan di daerah-daerah yang populasi sapi dan kasusnya cukup rendah seperti Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan NTB, serta Zona Bebas PMK di daerah Maluku dan Maluku Utara, Papua, dan NTT yang sampai saat ini tidak terdeteksi PMK dan tanpa program vaksinasi.

"Saat ini kita juga sudah melakukan permohonan dokumen pengakuan kepada badan kesehatan hewan dunia bahwa Indonesia memiliki daerah yang bebas PMK tanpa vaksinasi dan kita usulkan juga dokumen pengakuan Indonesia memiliki program pengendalian PMK yang terkendali, untuk menuju Indonesia bebas PMK di 2035 mendatang. Sebab ini sangat penting agar subsektor peternakan dan kesehatan hewan tumbuh positif dan mengundang banyak investor," ungkap Agung.

Sementara itu ditambahkan oleh perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, bahwa dengan pencegahan PMK yang terpadu tentu akan memberikan proteksi terhadap kesehatan ternak, masyarakat, dan menjaga nilai perekonomian serta ketahanan dan stabilitas pangan.

"Hal ini tidak hanya baik bagi indonesia, tetapi juga pada dunia. Maka dari itu kita harus terus melakukan kolaborasi dalam mengendalikan PMK di Indonesia," tukasnya.

Foto bersama dalam kegiatan Media Briefing Strategi Pengendalian PMK.

Media Briefing Strategi Nasional Pengendalian PMK: Bangkitkan Peternakan, Jaga Ketahanan Pangan merupakan inisiasi dari FAO bersama Kementerian Pertanian yang didukung oleh Pemerintah Australia. Pada kegiatan ini juga disampaikan materi talkshow seputar pengendalian PMK. (RBS)

MENGANTISIPASI IMUNOSUPRESI AGAR TIDAK MERUGI

Kasus imunosupresi merupakan masalah besar bagi industri perunggasan. (Foto: Istimewa)

Imunosupresi adalah kata yang sering terdengar di kalangan praktisi kesehatan unggas. Masalahnya, imunosupresi bukanlah suatu penyakit, melainkan kondisi yang kerap menerpa ayam tanpa menunjukkan gejala klinis (subklinis).

Memahami Imunosupresi
Sistem kekebalan berfungsi untuk mengenali, menetralisasi, dan mengeliminasi patogen dalam tubuh. Selain itu juga berperan mengenali kembali patogen yang masuk dengan adanya sel memori, serta mencegah terjadinya imunopatologi (kerusakan sel-sel kekebalan). Jika fungsi kekebalan ini terganggu, maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut imunosupresi.

Dikemukakan oleh Guru Besar SKHB IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan, bahwa imunosupresi didefinisikan sebagai suatu kondisi terganggunya respons imun secara sementara atau permanen akibat gangguan terhadap sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit.

Kondisi tersebut tentunya meningkatkan kerentatan bagi suatu organisme untuk menghalau agen patogen yang menginfeksi dari luar.

Menurutnya, imunosupresi merupakan masalah besar bagi industri perunggasan, namun memang belum ada data pasti yang menunjukkan sejauhmana permasalahan ini, karena imunosupresi biasanya bersifat subklinis. Terlebih lagi katanya, ayam modern meskipun performa tinggi nyatanya lebih rentan terhadap penyakit ketimbang di zaman dahulu.

“Kalau faktor penyebabnya banyak, bisa dari infeksi patogen atau faktor lingkungan, termasuk kesalahan manajemen. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan imunosupresi dan interaksi antara keduanya biasanya memperburuk kondisi tersebut,” tutur Prof Wayan.

Ia melanjutkan, stres dari lingkungan seperti pada periode akhir inkubasi, penetasan, dan penanganan DOC yang kurang baik juga dapat menyebabkan imunosupresi. Stresor lainnya termasuk kondisi kandang yang tidak optimal dan cemaran mikotoksin pada hatchery juga memungkinkan terjadinya imunosupresi.

Imunosupresi Akibat Faktor Non-Infeksius
Jika merujuk pada faktor non-infeksius, yang paling umum memungkinkan terjadinya imunosupresi yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025. (CR)

SEBUAH STUDI MENUNJUKKAN POTENSI TINGGI BLACK SOLDIER FLY DALAM PAKAN PUYUH

Sekelompok ilmuwan Rusia dari Akademi Kedokteran Hewan Kazan telah mendesak industri pakan untuk mengkaji secara cermat potensi penggantian tepung daging dan tulang serta aditif pakan impor dengan larva black soldier fly (BSF).

Para peneliti melakukan percobaan dengan 3 kelompok puyuh petelur, masing-masing kelompok terdiri dari 21 ekor. Kelompok pertama menerima pakan biasa, kelompok kedua menerima pakan yang sama dengan penambahan 3% larva kering alami, dan kelompok ketiga menerima pakan dengan penambahan 7% larva.

Di akhir percobaan selama 2 bulan, para peneliti memeriksa komposisi telur menggunakan kromatografi gas.

Analisis menunjukkan bahwa suplementasi pakan dengan BSF memberikan hasil nyata. Misalnya, pada telur puyuh yang menerima suplemen alami, kandungan lisin meningkat sebesar 17%, metionin sebesar 16%, dan triptofan sebesar 21%.

Kandungan beberapa asam lemak juga meningkat. Misalnya, kandungan asam linoleat meningkat sebesar 25%, dan kandungan asam linolenat meningkat sebesar 250% di atas kadar pada kelompok kontrol.

Menurut para peneliti, membudidayakan BSF untuk digunakan dalam industri unggas merupakan strategi yang layak untuk mengurangi ketergantungan industri terhadap impor. Saat ini, Rusia mengimpor sekitar 95% aditif pakan untuk memenuhi permintaan domestik, terutama dari Tiongkok.

“Alternatif ramah lingkungan ini tidak hanya memecahkan masalah substitusi impor, tetapi juga meningkatkan nilai gizi telur puyuh, kandungan asam amino esensialnya meningkat hingga 21%,” kata para ilmuwan.

Membesarkan larva membutuhkan lebih sedikit sumber daya daripada memproduksi tepung daging dan tulang, tegas para ilmuwan, seraya menambahkan bahwa serangga tumbuh dengan cepat dan mengolah limbah organik, sehingga menghasilkan siklus produksi tertutup. Ini berarti limbah yang dihasilkan oleh serangga dapat digunakan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhannya, menciptakan sistem yang mandiri. Universitas Agraria Negeri Kazan menekankan dalam pernyataannya bahwa mereka yakin teknologi ini juga dapat digunakan untuk ayam, bebek, dan kalkun.

MHP AKUISISI LEBIH DARI 92% SAHAM GRUPO UVESA SPANYOL

Perusahaan pangan dan agribisnis yang berbasis di Ukraina, MHP, telah resmi menyelesaikan akuisisi lebih dari 92% saham Grupo Uvesa, salah satu produsen unggas dan babi terintegrasi vertikal terbesar di Spanyol.

Penutupan transaksi ini dimungkinkan setelah selesainya periode aksesi Perjanjian Pembelian Saham (SPA), yang ditandatangani pada Maret 2025, dan setelah memperoleh semua persetujuan regulatori yang diperlukan. Khususnya, MHP menerima izin dari otoritas antimonopoli Ukraina, Spanyol, Arab Saudi, Serbia, Montenegro, dan Kosovo, serta persetujuan pengendalian merger dan subsidi asing dari Komisi Eropa.

Setelah itu, transaksi resmi selesai. Perusahaan menjadi pemilik lebih dari 92% saham Uvesa, setelah mencapai kesepakatan dengan semua penjual. MHP kini mengendalikan proses inti dan aktivitas operasional perusahaan.

Fokus Grupo Uvesa adalah pada produksi unggas, tetapi perusahaan ini juga memiliki divisi babi yang cukup besar, dengan peternakan babi terintegrasi di seluruh Spanyol. Perusahaan ini berfokus pada peternakan inseminasi, pembiakan, farrowing, dan finishing. Grupo Uvesa juga memiliki 3 fasilitas manufaktur pakan di Spanyol. Perusahaan ini berkantor pusat di Tudela, Navarra di wilayah utara negara tersebut, dan didirikan pada tahun 1964.

ASF DI PETERNAKAN DI POLANDIA

Jumlah peternakan yang terjangkit ASF di Polandia juga terus meningkat pada musim panas ini. Saat ini, jumlahnya mencapai 11 tahun ini. Jika tren berlanjut, jumlah total peternakan yang terinfeksi pada musim panas ini akan jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2024, ketika gelombang musim panas menyebabkan total 44 peternakan yang terinfeksi.

Enam dari wabah pada tahun 2025 terjadi di peternakan yang relatif kecil di Provinsi Lublin, di wilayah timur negara tersebut, tempat virus tersebut telah ada sejak tahun 2014. Lima lainnya terjadi di berbagai provinsi di wilayah barat negara tersebut, termasuk 3 peternakan dengan lebih dari 1.000 babi.

BABI MATI DI LADANG JAGUNG JERMAN, KARENA ASF?

Surat kabar pertanian terkemuka Jerman, Top Agrar, melaporkan kasus aneh di mana seekor babi peliharaan mati baru-baru ini ditemukan di ladang jagung di distrik Borken, juga di Rhine Westphalia Utara. Hewan seberat 100 kg yang ditemukan oleh pemburu tersebut memiliki lesi di panggul dan perut, dan tidak ada tanda telinga yang terdeteksi, yang berarti asal hewan tersebut tidak dapat dideteksi.

Sebuah laboratorium mengonfirmasi bahwa hewan tersebut tidak terinfeksi ASF, namun mengapa ia berakhir di ladang jagung masih menjadi misteri. Pemerintah setempat memperingatkan bahwa, untuk mengekang penyebaran ASF, sangat penting untuk mengikuti prosedur biosekuriti jika ada bangkai yang perlu dikeluarkan dari peternakan.

ASF JERMAN: JUMLAH KASUS BABI HUTAN DI NRW MENINGKAT MENJADI 78

Jumlah wabah Demam Babi Afrika (ASF) pada babi hutan di negara bagian Rhine-Westphalia Utara, Jerman, telah meningkat menjadi 78. Wabah juga telah dilaporkan di utara kota Erndtebrück, di distrik Siegen-Wittgenstein.

Dalam pembaruan terbaru dari sistem informasi kesehatan hewan Jerman (TSIS), jumlah kasus di distrik Siegen-Wittgenstein meningkat dari 7 menjadi 29, dengan mayoritas kasus berada di dekat kota Bad Berleburg, tetapi untuk pertama kalinya juga relatif dekat dengan kota Erndtebrück. Kota tersebut dekat dengan perbatasan zona infeksi II yang telah ditetapkan, yang seharusnya membatasi penyebaran virus dengan penggunaan pagar.

Saat ini belum ada laporan tentang zona infeksi yang harus digambar ulang dan pagar tambahan yang harus dipasang. Di distrik tetangga Olpe, jumlah kasus terus mencapai 49, sehingga total kasus pada babi hutan saja menjadi 78.

PRAKIRAAN RABOBANK UNTUK BABI GLOBAL: BIAYA LEBIH RENDAH, TANTANGAN GEOPOLITIK

Bank agribisnis Rabobank memperkirakan produksi babi akan diuntungkan oleh biaya pakan yang lebih rendah serta peningkatan produktivitas. Namun, bank tersebut memperingatkan bahwa perdagangan dapat tetap terdampak oleh ketegangan geopolitik serta tantangan kesehatan.

Setiap 3 bulan, bank tersebut merilis laporan triwulanan daging babi global – sama seperti yang dilakukannya untuk semua sektor peternakan lainnya, dengan masukan dari banyak analis pasar senior bank di bidang protein hewani.

Negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung terus memicu ketidakstabilan di pasar daging babi global, tulis bank tersebut dalam siaran pers, khususnya merujuk pada pasar antara 2 blok perdagangan terbesar di dunia: AS dan Tiongkok. Meskipun Tiongkok telah mengurangi impor dari AS dalam beberapa tahun terakhir – sebagian besar karena peningkatan produksi lokal – Tiongkok tetap menjadi importir utama daging babi varietas AS. Hasil negosiasi saat ini antara kedua negara dapat memiliki implikasi yang luas bagi perdagangan global, kata Rabobank. Bagi Amerika Serikat, kondisinya tampak cerah pada paruh pertama tahun 2025. Harga babi mencapai US$ 110 per seratus pon (ukuran di AS untuk menyatakan nilai per 100 lbs = 45,4 kg), yang 23% lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya di tahun 2024.

Dalam tinjauannya, bank tersebut menyoroti fakta bahwa Tiongkok mempertahankan tarif tambahan sebesar 10% atas impor daging babi AS sebagai respons terhadap tarif AS di negara lain. Bank tersebut menyebutkan bahwa impor daging babi varietas AS oleh Tiongkok turun 15% pada paruh pertama tahun 2025 dibandingkan dengan tahun 2024.

Namun, perdagangan daging babi global diperkirakan akan tumbuh, tambah bank tersebut. Terdapat kekurangan pasokan di Meksiko, Asia Tenggara (misalnya Filipina), serta Jepang. Hal ini menguntungkan negara-negara pengekspor seperti Brasil (ekspor tumbuh pesat, +18% pada paruh pertama tahun 2025) serta negara-negara di Uni Eropa (+5%).

Berkaitan dengan penyakit babi, kesehatan ternak tetap menjadi perhatian utama bagi produsen di seluruh dunia. Demam Babi Afrika (ASF) terus menyebar di beberapa wilayah Asia dan Eropa, tulis bank tersebut, sementara Sindrom Pernapasan dan Reproduksi Babi (PRRS) menghambat produktivitas di Amerika Utara dan Spanyol. Selain itu, bank tersebut juga menyoroti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menambah ketidakpastian perdagangan. Biosekuriti canggih, otomatisasi, dan operasi tanpa awak membantu mengurangi risiko ini.

Terakhir, terkait harga jagung, bank tersebut menyatakan bahwa harga yang lebih rendah terus turun berkat kondisi cuaca AS yang menguntungkan dan panen jagung yang melimpah di Brasil. Namun, pasar kedelai dan bungkil kedelai menunjukkan sinyal yang beragam. Mandat biofuel yang diusulkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) untuk tahun 2026 dan 2027 mendukung harga kedelai, sekaligus memberikan tekanan terhadap harga bungkil kedelai, tulis bank tersebut.

INDUSTRI BABI IRLANDIA MENUNJUKKAN TANDA-TANDA PEMULIHAN

Sumber daya babi di Irlandia, yang mengalami kontraksi tajam pada tahun 2022 akibat perang di Ukraina, telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada paruh pertama tahun 2025, produksi rumah potong hewan Irlandia naik 6,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, ekspor ternak hidup ke Irlandia Utara naik 25% menjadi 18.383 ekor dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2024, menurut laporan lembaga penelitian pertanian Irlandia, Teagasc.

Harga babi Irlandia naik dari €2,09 pada bulan Januari tahun ini ke puncaknya di €2,26 pada bulan Juni. Hingga Juli 2025, harga tersebut kembali turun ke level yang lebih moderat. Harga babi di Irlandia dan Uni Eropa diperkirakan akan relatif stabil hingga akhir tahun 2025, karena pasokan babi yang terus terbatas dan tingginya harga konsumen untuk sumber protein alternatif. Ekspor daging babi meningkat secara substansial sebesar 8% pada paruh pertama tahun 2025, didorong oleh peningkatan volume ekspor ke Irlandia Utara dan Polandia.

ASF VIETNAM: WABAH KEMBALI MEMBURUK

African Swine Fever (ASF) telah melanda Vietnam dengan parah pada akhir Juli dan awal Agustus. Jumlah babi yang terinfeksi meningkat tiga kali lipat hanya dalam 2 minggu, menurut media pemerintah negara tersebut.

Kantor berita internasional Reuters melaporkan perkembangan terbaru. Kantor berita tersebut mengutip surat kabar Vietnam Tien Phong, yang menyatakan bahwa negara tersebut telah mendeteksi 972 wabah ASF tahun ini, sementara pada pertengahan Juli hanya 514.

Jumlah babi yang terinfeksi telah meningkat menjadi lebih dari 100.000 dari 30.000 pada periode yang sama, kata surat kabar tersebut, mengutip Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam (MARD). Semua babi yang terinfeksi telah mati atau telah dimusnahkan.

Nguyen Xuan Duong, ketua Asosiasi Peternakan Hewan Vietnam, mengatakan, “ASF telah menyebar dalam skala yang sangat besar, menyebar ke seluruh negeri, dan secara serius memengaruhi industri peternakan, terutama pasokan daging babi.” Ia menambahkan bahwa tidak ada provinsi yang aman dari penyakit ini.

Perdana Menteri Vietnam, Pham Minh Chinh, mengirimkan arahan mendesak kepada provinsi-provinsi dan instansi pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah guna mengendalikan penyakit ini, yang menurut pemerintah mengancam pasokan pangan.

Vietnam adalah negara pertama yang memperkenalkan vaksin ASF yang telah digunakan secara komersial sejak 2023, namun para pejabat mengatakan tingkat vaksinasi rendah karena kekhawatiran tentang biaya dan efisiensi. Duong mengatakan, "Vaksinasi hanyalah alat pendukung yang tidak dapat menggantikan langkah-langkah pencegahan dasar."

TELAAH LAPANGAN: GERAK-GERIK IMUNOSUPRESI

Problem infeksi jamur (mikosis) pada jaringan kulit (epidermis) atau jaringan selaput lendir (mukosa) dengan prevalensi yang tinggi dapat menjadi indikasi (petunjuk awal) adanya problem imunosupresi subkronis sampai kronis pada suatu populasi ayam di lapangan.

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Drama gangguan respons imunitas alias imunosupresi pada ayam modern ibarat kinerja hembusan angin yang semilir, secara kasat mata tidak tampak namun efeknya dapat dirasakan secara signifikan.

Seiring dengan peningkatan performa ayam akibat perbaikan genetik yang cukup progresif dan kondisi iklim yang terus gonjang-ganjing, perjalanan kasus imunosupresi di lapangan seolah mendapatkan karpet merah.

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran sepintas bagi para kolega praktisi lapang terkait faktor penyebab dan dinamika kasus imunosupresi pada ayam modern, termasuk bagaimana mendeteksinya di lapangan secara sistematik serta strategi taktis mereduksi dampak yang ditimbulkannya.

Sekilas Respons Imunitas Ayam
Hampir sama seperti pada mamalia, sistem imunitas ayam modern terdiri dari dua komponen dasar yang saling berinteraksi satu sama lain, yaitu sistem pertahanan non-spesifik (innate immune system) dan sistem kekebalan (adaptive immune system).

Sistem pertahanan non-spesifik ini secara mendasar merupakan gugus pertahanan terdepan (first line of defense) dalam sistem imunitas yang bertujuan untuk melawan pelbagai bentuk patogen (virus, bakteri, jamur, atau parasit) dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menginisiasi reaksi spesifik pada sistem kekebalan.

Sistem imunitas dapatan (adaptive immune system) yang diaktivasi pada tahap lanjut dan didasarkan atas pengenalan molekul asing yang spesifik berasal dari patogen dengan terminologi antigen (PAMPs/Pathogen-Associated Molecular Patterns). Responsnya umumnya berlangsung 3-4 minggu setelah adanya aktivasi awal oleh kombinasi antara sinyal dari respons innate immunity dan pengenalan antigen yang dimediasi oleh sel-sel limfost. Ini berarti, pada induksi primer sistem adaptive immunity sangat tergantung dengan respons innate immunity dalam rangka bereaksi terhadap keberadaan patogen (Kasper et al., 2022).

Sinyal dari respons innate immunity akan mendorong ekspansi secara selektif dan aktivasi populasi sel-sel limfosit T dan B dengan spesifisitas sesuai dengan jenis tantangan patogen yang sedang berlangsung. Mekanisme efektor utama dalam sistem adaptive immunity adalah dengan memproduksi sejumlah antibodi oleh sel limfosit B, menghancurkan sel induk semang yang sudah terinfeksi oleh cytotoxic T-cells, dan pelbagai mekanisme mengeliminasi patogen yang terkait dengan rentetan aktivitas lanjut helper T-cells (Sproul et al., 2000; Radoja et al., 2006).

Yang juga perlu diingat bahwa aktivasi sistem adaptive immunity akan menghasilkan sejumlah sel-sel memori, baik sel B ataupun sel T. Adaptive immunity juga akan memberikan proteksi yang relatif lama dan spesifik untuk menghadang laju invasi patogen yang sama di kemudian hari (Cheeseman, 2007; Schat et al., 2014; Kasper et al., 2022).

Deskripsi Imunosupresi
Kemungkinan adanya kondisi yang bersifat imunosupresif di lapangan sebenarnya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025. (toe)

BABI LIAR MENGANCAM TANAMAN DAN PETERNAKAN BABI DI BRASIL

Pertanian dan peternakan Brasil menghadapi ancaman serius: dengan populasinya yang terus bertambah tak terkendali, babi liar telah menjadi gangguan. Hewan ini bertanggung jawab atas kerugian jutaan dolar di lahan pertanian, dan berpotensi menjadi pembawa penyakit zoonosis.

Babi liar merupakan hewan eksotis di Brasil. Keberadaan mereka secara keseluruhan menghadirkan potensi risiko lebih dari €9 miliar per tahun, menurut Konfederasi Pertanian dan Peternakan Brasil (CNA).

Masalah ini telah ada selama lebih dari 6 dekade, dengan diperkenalkannya babi untuk produksi daging. Beberapa dari mereka berhasil lolos selama bertahun-tahun. Mereka beradaptasi, bercampur, dan berkembang biak dengan cepat di Brasil, menjadi reservoir atau jalur penularan potensial penyakit babi.

Dengan sedikit predator alami, spesies ini menyebar lebih dari 3.500 km dari selatan ke utara. Migrasi tersebut tidak terjadi secara alami – melainkan mengikuti jaringan jalan dan melibatkan "lompatan" ratusan kilometer. Para ahli mengaitkan penyebaran babi liar yang cepat dengan aktivitas manusia, termasuk pembiakan ilegal untuk berburu.

Asosiasi Pemburu Brasil memperkirakan jumlah hewan ini di negara tersebut telah melampaui 3 juta – angka yang belum diverifikasi secara resmi. Perburuan mendapatkan izin dari Institut Lingkungan Brasil (IBAMA) pada tahun 2013 sebagai strategi pengendalian, tetapi juga menjadi dalih untuk wisata berburu.

Dalam beberapa tahun terakhir, operasi kepolisian telah mengungkap lokasi pembiakan ilegal. Di Santa Catarina – negara bagian penghasil daging babi terkemuka di Brasil – 21 babi liar disita dalam kondisi ilegal di kotamadya Monte Carlo. Investigasi mengungkapkan hewan-hewan yang dilepaskan untuk berburu.

Antara tahun 2019 dan 2022, IBAMA merilis data tahunan tentang perburuan babi liar. Menurut badan tersebut, 333.000 hewan dibunuh antara tahun 2019 dan 2021, dengan 465.000 ditembak pada tahun 2022 saja. Sejak itu, tidak ada angka baru yang dipublikasikan.

Laporan kerusakan sangat banyak. Misalnya, di negara bagian São Paulo, Renato Prince, presiden Serikat Pedesaan Monteiro Lobato, melaporkan babi liar yang "memakan bahkan anak sapi." Dalam sebuah wawancara dengan O Estado de S. Paulo, ia menyatakan bahwa wilayah tersebut telah menghadapi masalah ini selama 8 tahun, tetapi serangannya semakin parah dalam 3 tahun terakhir. Sebagai peternak sapi perah, ia menanam jagung di lahan seluas 10 hektar, tetapi 70% tanamannya hancur. Ia beralih ke sorgum, yang juga hampir habis dimakan. "Dalam satu malam, kawanan 30 hingga 40 babi melahap ladang. Satu-satunya alternatif kami sekarang adalah rumput," katanya.

Contoh lain, di kota Lucas do Rio Verde, negara bagian Mato Grosso, serikat pekerja pedesaan setempat melaporkan kerugian sekitar €3,3 juta akibat kerusakan 3% lahan jagung yang ditanami di kota tersebut.

MENINGKATNYA PERMINTAAN DAGING BABI RUSIA DARI BELARUS

Selain permintaan Tiongkok, juga terjadi peningkatan permintaan daging babi Rusia dari negara tetangganya, Belarus, sebagaimana dijelaskan oleh Sergey Yushin, ketua Asosiasi Daging Nasional Rusia, dalam sebuah wawancara dengan Forbes cabang Rusia.

Pada tahun-tahun sebelumnya, Belarus merupakan produsen dan eksportir daging babi terkemuka, mengirimkan sekitar 60.000 ton daging babi per tahun ke Rusia, kata Yushin. Namun, akibat "lanskap epidemi yang rumit", negara tersebut kini perlu mengimpor daging babi dalam jumlah besar untuk menjembatani kesenjangan antara penawaran dan permintaan. Agroexport mengatakan bahwa Belarus muncul sebagai importir daging babi Rusia terbesar pada awal tahun 2025, membelinya seharga US$ 100 juta. Pada tahun 2025, Rusia akan mengekspor 8% daging babi olahan, dengan total nilai ekspor diperkirakan melebihi US$ 1 miliar, menurut Persatuan Produsen Daging Babi Rusia (RUPP).

NILAI EKSPOR DAGING BABI RUSIA MELAMPAUI UNGGAS

Untuk pertama kalinya, Rusia menghasilkan pendapatan terbesar dari ekspor daging babi dibandingkan jenis daging lainnya, termasuk unggas, dalam 4 bulan pertama tahun 2025. Selama bulan-bulan tersebut, ekspor daging babi Rusia bernilai US$ 298 juta dan ekspor unggas senilai US$ 295 juta.

Hal tersebut disampaikan oleh Agroexport, sebuah badan pemerintah Rusia yang memfasilitasi ekspor pertanian. Peningkatan ekspor daging babi Rusia yang berkelanjutan – kini mencapai 130.000 ton – menandai pergeseran yang nyata dalam perdagangan pangan negara tersebut, ujar Ilya Iliushin, kepala Agroexport.

Selama beberapa tahun terakhir, unggas mendominasi ekspor pangan Rusia, meskipun kesenjangan antara pendapatan ekspor dari ekspor unggas dan daging babi secara konsisten menyempit. Pada periode yang sama di tahun 2024, peternak Rusia menghasilkan US$ 225 juta dari penjualan unggas dan US$ 151 juta dari penjualan daging babi ke pelanggan asing. Tiongkok telah menjadi pendorong utama ekspor daging babi Rusia, kata Iliushin, menjelaskan bahwa penjualan ke pasar ini melonjak lebih dari 6 kali lipat di awal tahun, mencapai US$ 50 juta.

INDUSTRI TETAP WASPADA SETELAH LAPORAN PERTAMA LUMPY SKIN DISEASE DI EROPA

Lumpy skin disease (LSD) telah terdeteksi untuk pertama kalinya di Prancis dan Italia. Pihak berwenang di kedua negara telah mengonfirmasi bahwa mereka telah menerapkan langkah-langkah penanggulangan sesuai dengan standar internasional untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

Wabah LSD yang menular dikonfirmasi untuk pertama kalinya di Prancis pada 29 Juni 2025 di sebuah peternakan sapi di Chambéry, di wilayah Savoie dekat Pegunungan Alpen. Pihak berwenang di Prancis telah membatasi pergerakan sapi dalam radius 50 km dari wabah di wilayah-wilayah tersebut – Savoie, Haute-Savoie, Ain, dan Isere – untuk mengendalikan penyakit tersebut.

LSD tersebar luas di Afrika Utara, tetapi baru-baru ini muncul di Italia di mana pihak berwenang mengonfirmasi penyakit tersebut. Pada 23 Juni 2025, wabah baru dilaporkan di Sardinia dan Lombardy di Italia utara. Menurut laporan, Inggris telah membatasi impor sapi hidup, susu mentah dan produk susu, plasma nutfah, dan jeroan karena wabah baru-baru ini di Prancis.

MENGHINDARI DAMPAK IMUNOSUPRESI, KUNCI MENUJU AYAM SEHAT DAN PRODUKTIF

Heat stress pada ayam petelur. (Sumber: layinghens.hendrix-genetics)

Industri peternakan ayam memiliki peran penting dalam menyediakan protein hewani bagi masyarakat. Keberhasilan budi daya ayam sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan dan sistem imun ayam. Salah satu tantangan utama yang sering dihadapi peternak adalah imunosupresi, yaitu kondisi menurunnya sistem kekebalan tubuh ayam sehingga rentan terhadap berbagai penyakit.

Penyebab Imunosupresi pada Unggas
Heat Stress
Heat stress merupakan tantangan yang signifikan dalam industri unggas, memberikan dampak besar terhadap kesehatan dan kinerja reproduksi unggas. Heat stress didefinisikan sebagai ketidakmampuan ayam untuk mempertahankan keseimbangan termal di tengah-tengah beban panas lingkungan.

Stres panas muncul dari interaksi yang kompleks dari berbagai faktor termasuk suhu lingkungan, kelembapan, radiasi panas, dan kecepatan udara, dengan suhu lingkungan yang tinggi memainkan peran penting.

Ayam menunjukkan pertumbuhan optimal dalam kisaran suhu termoneutral 18-21°C, dengan suhu lingkungan yang melebihi 25°C dapat menyebabkan stres panas. Selain mengganggu fungsi kekebalan tubuh, stres panas juga mengganggu berbagai proses fisiologis, bermanifestasi dalam peningkatan asupan pakan yang dibarengi dengan penurunan tingkat pertumbuhan dan produksi telur.

Selain itu, stres panas memicu aktivasi aksis hipofisis-adrenal simpatis, yang mengakibatkan peningkatan kadar kortikosteron plasma melalui aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA).

Penekanan kekebalan tubuh akibat tekanan panas terutama bermanifestasi sebagai regresi pada organ-organ kekebalan tubuh seperti limpa, timus, dan jaringan limfatik. Penurunan ini terlihat dari berkurangnya jumlah sel darah putih/white blood cell (WBC) dan tingkat antibodi, serta peningkatan rasio heterofil terhadap limfosit (H/L) pada unggas yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (Bakker & Garza, 2024).

Stres panas memberikan berbagai efek pada hewan dan sumbu neuroendokrin-hipotalamus-hipofisis-adrenal, sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid, hipotalamus-hipofisis-gonad, dan sumsum tulang simpatis-adrenal, memiliki peran regulasi yang penting dalam mediasi efek ini. Penemuan utama mengenai neuroendokrinologi unggas yang mengalami stres panas dalam beberapa tahun terakhir diuraikan dalam gambar (Huang et al., 2024).

• Mikotoksikosis
Mikotoksikosis merupakan faktor penting dalam menyebabkan imunosupresi. Mikotoksikosis terjadi akibat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025.

Ditulis oleh:
Drh Dzaki Muh. Iffanda & Drh Bayu Sulistya
Technical Support, PT Mensana Aneka Satwa

FENOMENA KONSUMSI ASUPAN GIZI VS ROKOK, MENANG MANA?

Konsumsi asupan makanan begizi sangat penting untuk kesehatan. (Foto: Istimewa)

Selama rokok masih menjadi candu, maka untuk menurunkan jumlah konsumennya sangat sulit. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, orang (termasuk kalangan miskin) rela mengurangi kebutuhan pokok demi menikmati rokok. Sampai kapan begini?

Akhir Juli 2025 lalu, BPS kembali merilis soal konsumsi rokok menjadi salah satu penyebab kronis kemiskinan di Indonesia. Seakan tak dapat dicegah, penyebab ini masih mendominasi, di urutan kedua setelah kebutuhan beras, bahkan terjadi di kalangan masyarakat ekonomi lemah. Rilis terbaru ini merupakan hasil laporan survei hingga Maret 2025.

Sejak satu dekade BPS sudah berulang kali merilis masalah ini, namun persentasenya tak pernah turun. Meski di dalam bungkus rokok sudah tercantum peringatan keras soal bahayanya, namun masyarakat masih saja menikmatinya.

“Beras, rokok, dan kopi sachet masih menjadi penyumbang utama garis kemiskinan per Maret 2025,” begitu tertulis dalam siaran pers BPS, akhir Juli 2025.

Data BPS menunjukkan beras menyumbang sebesar 21,06% terhadap garis kemiskinan (GK). Sementara itu, rokok filter menyumbang 10,72% terhadap GK untuk perkotaan. Sedangkan di perdesaan, beras menyumbang sebesar 24,91% dan rokok kretek filter sebesar 9,99%.

Pada periode sebelumnya juga dijumpai hal serupa. Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan masih berupa beras dengan sumbangan terbesar, yakni 21,01 % di perkotaan dan 24,93% di perdesaan.

Sedangkan rokok kretek filter juga menempati posisi kedua pada GK September 2024, memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK (10,67% di perkotaan dan 9,76% di perdesaan).

Besaran sumbangan rokok bahkan lebih besar dibandingkan bahan makanan pokok seperti telur maupun daging ayam. Bumbu-bumbu dapur krusial seperti bawang merah, gula pasir, dan cabe rawit juga menempati posisi yang lebih rendah pada daftar.

Telur ayam menempati posisi ketiga dengan proporsi 4,50% untuk GK perkotaan dan 3,62% untuk GK perdesaan, dan daging ayam ras menempati posisi berikutnya dengan proporsi 4,22% dan 2,98% untuk perkotaan dan perdesaan secara berurutan.

“Kondisi ini benar-benar memprihatinkan,” ujar ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yuny Erwanto PhD kepada Infovet.

Erwanto menyebut, fenomena semacam ini sungguh sulit diterima akal sehat. Kebutuhan asupan gizi untuk keluarga dikalahkan kebutuhan rokok yang hanya jadi candu. Ia memberikan gambaran kalkulasi kalau dalam sehari orang menghabiskan Rp 20.000 untuk membeli rokok, maka dalam sebulan Rp 600.000 dibakar begitu saja.

“Tapi coba kalau dibelikan telur, dengan asmusi Rp 30.000, maka sebulan dia bisa beli 20 kg telur. Gizi keluarga bisa terpenuhi,” ungkapnya.

Menurut dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM ini, perputaran uang untuk membeli rokok hanya akan berputar pada pabrik rokok dan cukai ke negara saja. Mereka yang menikmati keuntungan sangat besar, sementara para perokok mendapat titipan zat berbahaya yang bersarang di dalam tubuhnya.

Sementara untuk konsumsi telur atau daging ayam, perputaran uangnya sangat luas. Mulai dari petani jagung, peternak, perusahaan pakan ternak, perusahaan pembibitan, usaha pemotongan hewan, hingga jalur pasar yang melibatkan pelaku usaha.

Artinya semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi telur atau daging ayam secara tidak langsung akan membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi masyarakat.

Jebakan Kemiskinan
Dalam rilis BPS di atas, menunjukkan bahwa rokok terutama kretek filter, merupakan salah satu komoditas paling banyak dikonsumsi masyarakat miskin dan berkontribusi besar terhadap garis kemiskinan. BPS menggunakan data konsumsi rokok dalam menghitung garis kemiskinan karena rokok adalah salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi, termasuk oleh masyarakat miskin.

Meskipun rokok memberikan pemasukan besar bagi pemerintah, konsumsi rokok yang tinggi di kalangan masyarakat miskin, yang seharusnya memprioritaskan kebutuhan dasar seperti makanan, menjadi fenomena yang miris. Bagi mereka konsumsi rokok dapat menjadi semacam “jebakan kemiskinan” karena uang yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar digantikan untuk rokok.

Kalangan perokok sangat sulit untuk mengurangi jatah rokoknya, apalagi untuk berhenti total. Karena candu rokok sudah bersemayam dalam tubuh, maka ada orang yang berpinsip “tidak apa tidak sarapan, asal tiap pagi bisa merokok.”

“Artinya pokok persoalan utama adalah pemahaman masyarakat dan kebiasan sebagian masyarakat kita yang memang lebih untuk tetap merokok, bagaimana pun kondisinya,” ujar Erwanto.

Karena Rokok “Dimakan”
Sekadar untuk melengkapi informasi tulisan ini, ada ulasan menarik yang disampaikan seorang Petugas Survei BPS, Dwi Ardian, yang ia tulis di platform Kompasiana.com, 24 Juli 2025.

Petugas survei ini mengamati di lapangan, banyak rumah tangga miskin yang lebih memilih mengurangi konsumsi makanan bergizi daripada berhenti merokok. Padahal, menurut standar garis kemiskinan makanan, setiap anggota rumah tangga minimal membutuhkan asupan 2.100 kilokalori (kkal) per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar gizi, begitu pengakuan Dwi Ardian.

Padahal, rokok yang harganya mahal tidak memberikan kalori sama sekali (nol kalori). Artinya, uang yang seharusnya digunakan untuk membeli makanan bergizi justru dihabiskan untuk bakar-bakar rokok, suatu kebiasaan yang kontraproduktif bagi kesehatan dan ekonomi keluarga.

Dalam penghitungan garis kemiskinan, BPS menggunakan paket komoditas kebutuhan dasar yang terdiri dari 52 jenis komoditas, termasuk padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, dan lemak. Uniknya, rokok juga termasuk dalam daftar ini. Mengapa? Karena rokok “dimakan”, meskipun bukan dalam arti harfiah sebagai makanan bergizi.

Data Susenas menunjukkan bahwa lebih dari 73% pengeluaran rumah tangga miskin dialokasikan untuk membeli 52 komoditas tersebut, termasuk rokok. Sisanya sekitar 26%, digunakan untuk kebutuhan non-makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Artinya, jika rumah tangga miskin mengurangi atau berhenti merokok, mereka dapat mengalihkan pengeluaran tersebut untuk memenuhi kebutuhan pokok yang lebih penting, seperti makanan bergizi atau biaya pendidikan anak.

Rokok dalam “Pelukan” Budaya
Data dari Kemenkes, data BPS, dan data Komnas Pengendalian Tambakau, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari waktu ke waktu perokok pemula usia 10-18 tahun beberapa tahun terakhir. Perokok remaja mencapai sekitar 11-12% pada 2024, dari 9% pada 2018. Sedangkan, perokok usia di atas  telah mencapai sekitar 33% pada 2024.

Dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan komunitas tradisional, kenduri atau selamatan menjadi salah satu ritual yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial. Acara-acara seperti syukuran kelahiran, pernikahan, kematian, atau bahkan peresmian rumah kerap dijadikan momentum untuk berkumpul.

Namun, di balik nilai kebersamaan yang dijunjung tinggi, tradisi semacam ini turut berkontribusi terhadap meningkatnya akses dan konsumsi rokok di masyarakat. Rokok sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dalam penyelenggaraan kenduri, baik sebagai pelengkap sajian bagi tamu maupun sebagai sarana penghormatan kepada sesama. Dalam banyak kasus, rokok bahkan dianggap sebagai “tanda terima kasih” bagi para undangan yang hadir, sehingga menciptakan persepsi bahwa menolak rokok bisa dianggap “tidak sopan”.

Budaya memberikan rokok kepada tamu atau sesama peserta kenduri juga memperkuat normalisasi konsumsi rokok dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam acara-acara adat di Jawa, rokok kerap disediakan dalam nampan atau gelas bersama hidangan lainnya, seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang setara dengan makanan dan minuman.

Hal ini mengakibatkan rokok tidak lagi dipandang sebagai barang berbahaya, melainkan sebagai bagian dari adat istiadat yang harus dihormati. Akibatnya, anak-anak dan remaja yang turut serta dalam acara semacam ini sejak dini terpapar kebiasaan merokok dan menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah.

Menurut Yuny Erwanto, kalau saja anggaran rokok tersebut dialihkan, misalnya untuk bikin ayam bakar atau ikan bakar yang bisa dinikmati bersama, tentu jauh lebih sehat. Tapi apa daya, tradisi memang sulit untuk “ditaklukkan”. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

SEMINAR NASIONAL MENYONGSONG HATN 2025 DIGELAR DI USU

Foto bersama Seminar Nasional dalam rangka menyongsong HATN 2025 di USU. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Selasa (19/8/2025), bertempat di Aula Fakultas Peternakan Universitas Sumatra Utara (USU), diselenggarakan Seminar Nasional dalam rangka menyongsong Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) 2025.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Bidang Promosi Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia, Ricky Bangsaratoe, yang juga Ketua Panitia Pusat HATN, menyampaikan apresiasinya kepada USU yang telah mendukung kegiatan HATN.

“Terima kasih kepada USU yang telah berkenan memfasilitasi dan mendukung seminar ini. Diharapkan ini menjadi inspirasi dan bekal bagi para mahasiswa bidang peternakan untuk bisa berkontribusi secara nyata dalam membangun sektor perunggasan agar lebih maju dan berdaya saing,” kata Ricky.

Salah satu bentuknya adalah dengan terus menggencarkan edukasi terkait pentingnya konsumsi protein hewani sebagai sumber makanan bergizi, sekaligus menangkal isu-isu hoaks seputar daging ayam dan telur yang berdampak pada melambannya tingkat konsumsi dua protein hewani tersebut.

Selain itu juga dapat mengubah mindset di masyarakat untuk lebih memerhatikan asupan makanan bergizi ketimbang konsumsi rokok dan pulsa. “Konsumsi daging ayam dan telur saat ini masih kalah dengan konsumsi rokok, dan Indonesia menjadi salah satu negara dengan konsumsi rokok tertinggi di ASEAN,” ujar Bambang Suharno selaku Pemimpin Redaksi Majalah Infovet sebagai Official Media Partner HATN, yang didapuk menjadi narasumber dengan topik peningkatan konsumsi ayam dan telur, serta dampaknya bagi lulusan peternakan.

Pemred Infovet Bambang Suharno saat menyampaikan presentasinya.

Oleh karena itu, ia pun mengimbau kepada para mahasiswa dan dosen yang hadir untuk terus mengupayakan kampanye pentingnya makan daging ayam dan telur sebagai penunjang kesehatan bagi masyarakat.

Karena dengan semakin tingginya konsumsi, tentunya industri perunggasan akan semakin tumbuh dan membuka peluang besar bagi masyarakat khususnya para lulusan bidang peternakan. Saat ini produksi unggas pun semakin tinggi dan teknologinya semakin berkembang.

“Bisnis perunggasan makin berkembang dan besar, peluang karir dan usaha bagi lulusan peternakan juga makin terbuka. Karena itu diperlukan upgrade skill, keterampilan digital, networking, dan juga mindset enterpreneur bagi para mahasiswa,” ucapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Technical Consultant Animal Protein USSEC Indonesia, Alfred Kompudu. Menurutnya, unggas modern yang terus berkembang dan semakin terdepan dapat membuka peluang usaha yang besar bagi para lulusan peternakan, baik dari bisnis pakan, budi daya, peralatan, kesehatan hewan, pengolahan hasil peternakan, hingga retail.

Ia pun secara mendalam turut menjelaskan perkembangan budi daya unggas dulu vs modern, bagaimana mencapai target performa unggas, hingga manajemen pemeliharaan mulai dari pemberian pakan dan air minum, program pencahayaan, kebutuhan udara, serta kepadatan dan sanitasi kandang, yang menjadi kunci sukses dalam manajemen pemeliharaan unggas.

Foto bersama usai penandatangan kerja sama antara Pinsar Sumatra Utara dan USU.

Momentum seminar ini pun menjadi pembuka rangkaian gelaran HATN 2025 yang akan berlangsung di Sumatra Utara. Puncak acaranya direncanakan akan dilaksanakan pada Oktober mendatang, sekaligus bertepatan dengan peringatan World Egg Day (WED) 2025. (RBS)

GEA SETUJU MEMBANGUN PROYEK PETERNAKAN SAPI PERAH TERBESAR DI DUNIA DI ALJAZAIR

CEO GEA, Stefan Klebert, dan perwakilan Baladna, produsen susu dan makanan terkemuka Qatar, bersama dengan pemerintah Aljazair, menandatangani perjanjian untuk membangun peternakan sapi perah dan fasilitas susu bubuk terpadu terbesar di dunia di Aljazair.

Menurut siaran pers terbaru perusahaan, GEA akan menyediakan rangkaian lengkap solusi peternakan dan pengolahan susu, yang merupakan salah satu pesanan tunggal terbesar bagi GEA hingga saat ini. Produksi susu bubuk direncanakan akan dimulai pada akhir tahun 2027, dengan skala bertahap.

Aljazair saat ini merupakan importir susu bubuk terbesar ketiga di dunia. Untuk memperkuat otonomi dan ketahanan pangan di masa depan dalam produk susu, pemerintah Aljazair melalui Dana Investasi Nasionalnya dan Baladna Q.P.S.C. dari Qatar menjalin kemitraan strategis melalui anak perusahaan yang baru dibentuk, Baladna Algeria S.P.A. Kemitraan ini bertujuan untuk membiayai dan mengelola pembangunan fasilitas peternakan sapi perah dan produksi susu bubuk terpadu yang canggih di Provinsi Adrar, Aljazair. Susu bubuk produksi lokal ini direncanakan akan memenuhi sekitar 50% kebutuhan susu bubuk nasional Aljazair, sebuah langkah signifikan menuju swasembada. Selain itu, proyek ini akan menciptakan sekitar 5.000 lapangan kerja.

Fasilitas ini akan menjadi yang terbesar di jenisnya, terletak sekitar 90 km dari ibu kota provinsi. Konstruksi akan dimulai pada awal tahun 2026, dengan produksi susu bubuk pertama dijadwalkan dimulai pada akhir tahun 2027. Volume produksi akan ditingkatkan secara bertahap. Setelah selesai dan pasokannya terpenuhi, kapasitas akhir fasilitas ini akan mencapai sekitar 100.000 ton susu bubuk per tahun.

“Kami bangga bahwa Baladna dan pemerintah Aljazair mempercayakan GEA untuk memainkan peran kunci dalam proyek penting ini,” ujar Stefan Klebert, CEO GEA. "Kami tidak hanya membangun fasilitas terbesar di dunia, kami juga membantu memperkuat ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi regional."

"Kemitraan dengan GEA ini menandai tonggak penting dalam percepatan proyek ini," ujar Mohamed Moutaz Al-Khayyat, ketua Baladna.

GEA akan mencakup seluruh rantai nilai produksi susu bubuk, mulai dari peternakan sapi perah hingga pemrosesan dan pengemasan produk akhir.

SUJA KEMBALI EKSPOR AYAM BEKU KE TIMOR LESTE


Seremonial Pelepasan Ekspor Suja Ke Timor Leste
(Foto : CR)


PT Sumber Unggas Jaya (Suja) selaku salah satu pemain utama di bisnis perunggasan kembali melakukan perilisan ekspor ke Timor Leste. Acara tersebut digelar di Fasilitas Rumah Pemotongan Hewan Unggas mereka di Kawasan Mandirancan, Kabupaten Kuningan 14 Agustus 2025 yang lalu. Sejumlah 9,7 ton ayam beku senilai 22.200 USD atau sekitar 360 juta rupiah berhasil diberangkatkan oleh Suja ke Timor Leste pada hari itu. 

Direktur PT Suja Min Dong Sun dalam sambutannya mengatakan bahwa pengiriman ini merupakan bagian kesepakatan Suja dengan buyer di Timor Leste. Transaksi totalnya sendiri bernilai 114.000 USD atau sekitar 114.000 USD atau senilai 1,85 Miliar Rupiah dengan volume total mencapai 50 ton.

"Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerja keras untuk mewujudkan hal ini. Kami membuktikan bahwa produk perunggasan Indonesia masih punya nilai dan daya saing di regio Asia Tenggara, semoga kedepannya ini dapat dilanjutkan," tutur Min Dong Sun. 

Ia juga menyatakan komitmen Suja untuk membuka pasar baru di berbagai negara dan meminta kepada pemerintah untuk terus mendukung kegiatan mereka membuka pasa ekspor.

Dalam kesempatan yang sama, Kementerian Pertanian yang diwakili oleh Direktorat Hilirisasi Peternakan yang diwakili oleh Andri Handindyo Wibowo selaku Kasubdit Hilirisasi peternak juga hadir dalam acara tersebut. Andri menyatakan bahwa pemerintah sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Suja. 

"Kegigihan Suja dalam membuka pasar ekspor adalah suatu hal yang sangat luar biasa, semangat ini yang harus dimiliki oleh para pelaku indsutri perunggasan di Indonesia. Ini juga bukti bahwa produk perunggasan kita memiliki daya saing dengan produk luar," tutur Andri. 

Meskipun saat ini market share produk Indonesia di Timor Leste baru 3,76%, Andri optimis bahwa angka tersebut bisa lebih besar. Apalagi ia mendapatkan info bahwa buyer dari Timor Leste juga sangat antusias dengan produk - produk suja yang kemungkinan ditargetkan sejumlah 60 ton ekspor tercapai di tahun 2025 ini. 

Tetap Optimis 

Suja sendiri tetap optimis menggarap pasar Timor Leste, hal tersebut disampaikan oleh Dewa Putu Sumerta selaku Komisaris Suja. Dirinya mengatakan Timor Leste adalah salah satu pasar yang menjanjikan meskipun ada beberapa hambatan. 

"Kita bersaing dengan produk dari Brazil dan negara lain di sana, tapi kita tak gentar. Antusiasme buyer tinggi, dalam satu bulan kebutuhan di sana juga sudah bisa kami forecast dengan baik. Bahkan mungkin target 60 ton itu bisa tercapai," tutur Dewa. 

Yang menjadi nilai plus, kata Dewa adalah produk - produk yang dikirimkan oleh Suja merupakan produk yang terjamin kesegaran dan rantai dinginnya, sehingga pembeli di Timor Leste merasa puas dengan kualitas produk yang didapat. 

"Kita dapat info dari sana, harga produk Brazil bahkan diturunkan supaya banyak peminat, tapi tetap saja masyarakat di sana mencari produk kita yang mereka rasa kalau ayamnya lebih fresh dan rasanya juga berbeda. Ini yang membuat kita optimis, makanya kita selalu komit untuk mengirimkan produk terbaik ke sana," tutur Dewa. (CR)  


PRANCIS MENGINTENSIFKAN UPAYA MELAWAN LUMPY SKIN DISEASE

Kementerian Pertanian Prancis berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan penyebaran lumpy skin disease (LSD) yang cepat. Sejak kasus pertama muncul pada bulan Juni, 32 infeksi telah terkonfirmasi.

Segera setelah laporan pertama, Kementerian membeli sejumlah besar vaksin dari stok Eropa, memerintahkan pemusnahan peternakan yang terinfeksi sesegera mungkin, dan kini juga telah memulai vaksinasi wajib di area yang luas di sekitar peternakan yang terinfeksi.

Meskipun Prancis telah berjuang melawan wabah besar penyakit bluetongue dan epizootic hemorrhagic selama beberapa waktu, Menteri Pertanian dan Kedaulatan Pangan, Annie Genevard, meyakini penyakit sapi baru ini di negara tersebut lebih serius, baik dari segi tingkat infeksi maupun dampaknya. Oleh karena itu, ia mengadakan rapat darurat komite khusus pengendalian penyakit hewan.

“Kita berpacu dengan waktu untuk memberantas virus dan mencegah seluruh populasi ternak Prancis terinfeksi. Langkah-langkah ketat ini tak terelakkan untuk melindungi ternak kita. Saya berkomitmen penuh untuk mendukung para peternak dalam menghadapi penyakit serius yang sedang berkembang ini,” jelasnya.


INFOVET TERIMA KUNJUNGAN FATERNA UNAND

Foto bersama, dari kiri: Yan Heryandi, Nurhayati, Mardiati Zain, dan Bambang Suharno. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Selasa (12/8/2025), Redaksi Infovet menerima kehadiran Pimpinan Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Faterna Unand) Padang.

Dalam kunjungannya, Dekan Faterna Unand Prof Dr Ir Mardiati Zain, bersama Wakil Dekan II Dr Nurhayati SPt MM, dan dosen senior sekaligus kontributor Infovet daerah Sumatra Barat Dr Yan Heryandi, bertemu langsung dengan Pemimpin Redaksi Majalah Infovet Bambang Suharno.

Dalam diskusi tersebut, Prof Mardianti menyampaikan agar bisa menjalin kolaborasi dengan Infovet yang telah menjadi media peternakan dan kesehatan hewan yang terpercaya dan berpengalaman. Agar hasil-hasil riset dari para dosen pengajar bisa lebih merambah masyarakat melalui komunikasi yang informatif dan mudah dipahami.

Langkah tersebut disambut baik oleh Pemred Infovet Bambang, yang memperkenalkan sekaligus menjelaskan secara detail mengenai PT Gallus Indonesia Utama, termasuk Infovet, Infoakuakultur, Cat&Dog, serta beberapa divisi lainnya seperti GITAPustaka, GITA Consultant, dan GITA EO.

Diskusi Infovet bersama Faterna Unand.

Melalui Infovet, lanjut Bambang, sinergi yang terjalin ini diharapkan bisa semakin berkembang dengan penyebaran informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. “Salah satu bentuknya bisa melalui seminar atau webinar mengenai pelatihan menulis bagi para dosen yang memiliki karya ilmiah, supaya informasinya bisa mudah dimengerti dan dipahami masyarakat sehingga memiliki manfaat yang lebih besar,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Prof Mardianti turut mengapresiasi dan menyampaikan rasa terima kasihnya. “Kami berharap bisa terjalin sinergi yang lebih baik lagi, kita saling bertukar pikiran yang tentunya bisa menambah wawasan,” tuturnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Yan Heryandi. Ia berharap kerja sama ini bisa berjalan dengan baik sehingga sharing ilmu yang didapat bisa bermanfaat.

Yan Heryandi merupakan salah satu senior di Infovet dan kini menjembatani dan mendampingi Dekan Faterna Unand ke berbagai lembaga, asosiasi, ataupun pelaku usaha bidang peternakan, termasuk diskusi dengan pimpinan Infovet. Infovet juga menjembatani komunikasi pihak Unand dengan beberapa pihak di Jakarta. (INF)

PERANG TELUR DI PRANCIS KEMBALI MEMANAS

Hubungan antara peritel Prancis dan produsen telur yang mereka jual kembali memanas.

Dua supermarket besar, Carrefour dan Leclerc, baru-baru ini mulai menjual telur dari Polandia dan Ukraina. Mereka mengatakan tidak dapat menemukan cukup produk Prancis untuk memenuhi rak dan memenuhi permintaan yang terus meningkat. Organisasi untuk industri telur – ‘Interprofession’ CNPO – mengatakan telur-telur tersebut berasal dari sistem kandang, sementara peritel yang sama telah memaksa banyak pemasok telur mereka di Prancis untuk beralih ke sistem bebas kandang.

Baru-baru ini, kedua pihak juga berselisih pendapat tentang pembiayaan bersama oleh sektor ritel untuk ovo-sexing wajib guna menghindari pemusnahan massal anak ayam jantan. Kesepakatan baru tercapai setelah negosiasi panjang, intervensi mediator, dan ancaman dari asosiasi produsen telur CFA untuk menghentikan pasokan telur.

Kini, kedua organisasi ritel, FCA dan FCD, telah memutuskan untuk segera meninggalkan CNPO karena merasa tidak dapat menyuarakan pendapat mereka. Mereka menuduh CNPO memiliki suara yang riuh, terutama karena organisasi tersebut menyambut beberapa serikat petani dan serikat produsen ayam berlabel berkualitas sebagai anggota baru.

“CNPO memiliki struktur tata kelola yang tidak memungkinkan dialog yang konstruktif dan seimbang dengan semua pihak yang terlibat. Terlalu banyak orang yang terlibat. Mereka baru-baru ini membuat sejumlah keputusan tanpa mempertimbangkan kepentingan sektor ritel,” kata ketua FCD, Layla Rahnou.

CNPO terkejut dengan keputusan mendadak ini. “Ini bertentangan dengan fungsi seluruh sektor telur di negara kami, di saat permintaan telur yang terus meningkat mengharuskan kita untuk bekerja sama meningkatkan pasokan telur Prancis,” kata CNPO.

Tahun lalu, rata-rata konsumsi telur per orang di Prancis adalah 226 butir, yang meningkat 4,2% dari tahun ke tahun, sementara rata-rata global adalah 182 butir. Produksi nasional tidak dapat memenuhi permintaan, sehingga impor telur meningkat pesat, yang membuat para produsen Prancis kesal. Selama ini telur-telur luar negeri tersebut sebagian besar diperuntukkan bagi industri pengolahan atau sektor perhotelan, namun kini telur-telur untuk pasar konsumen juga datang dari luar negeri.

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer