Tekstur dagingnya lembut, kandungan gizinya juga luar biasa. Di balik lezat olahannya, peluang dijadikan usaha masih menjanjikan karena pelaku usahanya masih langka. Minat mencoba?
Daging yang satu ini tidak banyak yang menjual. Selain tak begitu populer, peternak hewan ternak ini juga masih tergolong langka. Daging kelinci, sebagai sumber protein, masyarakat belum begitu banyak yang mengonsumsi. Beragam alasan muncul, ada yang tak tega melihat hewan yang imut dipotong dan diambil dagingnya, ada juga yang masih ragu dengan rasanya.
Selain itu, tak banyak orang yang terbiasa mengolah daging hewan yang tergolong pengerat ini. Padahal, menurut para penikmatnya, olahan daging hewan yang memiliki nama latin Oryctolagus cuniculus ini, nikmatnya bukan main. Teksturnya dagingnya empuk dan gurih dengan paduan bumbu rempah.
Meski tergolong menu lezat, namun tak banyak rumah makan yang menyediakan olahan daging kelinci. Hanya rumah makan di kota-kota tertentu saja yang menyediakan. Jika tinggal di Bogor, Jawa Barat, di sana ada beberapa warung sate yang menyediakan sate kelinci.
Salah satunya warung Sate Kelinci Kang Ibing. Lokasinya di jalan Veteran, Panaragan, Pasir Kuda. Warung sate ini cukup terkenal di seputaran wilayah Bogor. Di kedai ini tak hanya sate kelinci yang dijual, tetapi juga tersedia sate kambing dan sate ayam.
Ada juga Saung Indira yang lokasinya di Jalan Raya Sindang Barang, Bogor Barat. Warung yang satu ini mempunyai menu andalan antara lain sate kelinci, bakso kelinci, dan nugget kelinci. Namun dari pengamatan Infovet, di warung ini kebanyakan pengunjung memesan sate kambing. Hanya orang tertentu saja yang memesan sate kelinci.
“Kalau kambing kan memang untuk dipotong, tapi kelinci itu umumnya dipelihara karena lucu. Mungkin itu yang membuat orang masih belum banyak yang suka konsumsi,” ujar Wusono, peternak kelinci pedaging dan kelinci hias dari Bantul, Yogyakarta kepada Infovet.
Menurutnya, meski sudah jadi olahan, tak banyak orang yang mau mengonsumsi daging kelinci. Mungkin karena belum terbiasa. “Kalau sudah pernah mencoba dan tahu lezatnya daging kelinci, mungkin jadi terbiasa,” tambahnya.
Banyak Manfaat
Wusono mengaku sudah 10 tahun lebih menekuni usaha ternak kelinci pedaging. Dari hasil ternaknya, dia mensuplai ke beberapa warung makan di sekitaran Kota Bantul. Wusono menjualnya dalam bentuk karkas atau daging utuh.
Menurutnya, di sekitar Bantul banyak macam olahan daging kelinci yang disajikan di warung-warung, mulai dari sate, gulai, dendeng, abon, hingga diolah menjadi nuget. Harga seporsi sate kelinci pun bisa mencapai Rp 40.000, berisi 10 tusuk sate.
Daging kelinci sebenarnya bisa menjadi alternatif sumber protein hewani, khususnya jika harga-harga daging ternak lainnya meningkat atau sulit didapat. Prof Dr Husmy Yurmiati Ir MS, Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad, menyebutkan dari segi kesehatan daging kelinci memiliki banyak manfaat. Tekstur daging kelinci hampir sama dengan daging ayam, bertekstur halus dan berwarna putih.
Daging kelinci memiliki kadar protein yang sama dengan daging ayam namun memiliki kadar kolesterol yang rendah, sehingga cocok dikonsumsi bagi penderita darah tinggi, jantung, dan kolesterol. Daging ini juga bisa diolah menjadi penganan apa saja, seperti sate, bakso, burger, nuget, tongseng, bakso tahu, hingga abon.
Kelinci juga bisa menjadi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia. Ahli gizi ini pernah melakukan penelitian tentang itu. Ada lima potensi yang bisa dihasilkan dari seekor kelinci, yakni food (makanan), fur (kulit bulu), fancy (binatang hias), fertilizer (pupuk), dan laboratory (penelitian), melansir dari unpad.ac.id.
Mudah Dicerna Tubuh
Kenikmatan olahan daging kelinci juga setara dengan kandungan gizi pada daging ini. Situs kesehatan Rise and Shine Rabbitry menyebutkan, kelinci memiliki daging putih dengan nutrisi terbaik dibandingkan dengan hewan lain yang memiliki daging putih. Daging kelinci mengandung lebih banyak protein yang mudah dicerna oleh tubuh. Dibandingkan dengan daging hewan lainnya, daging kelinci mengandung lemak yang lebih sedikit.
Daging kelinci juga mengandung sedikit kalori. Situs kesehatan ini bahkan menyebutkan, daging kelinci “hampir” bebas kolesterol. Maka, cukup baik untuk dikonsumsi tanpa khawatir daging tersebut akan berbahaya untuk jantung bagi penikmatnya. Daging kelinci mengandung kadar garam atau sodium yang lebih sedikit. Namun, kandungan kalsium dan fosfornya lebih banyak dibandingkan dengan daging hewan lainnya.
Secara fisik, jika mempertimbangkan rasio tulang dan daging, kelinci memiliki lebih banyak daging yang bisa dimakan. Daging kelinci memiliki rasa yang enak dan aroma yang tak terlalu kuat seperti halnya daging kambing atau sapi. Jadi, selain memiliki banyak kelebihan di atas, daging kelinci juga bermanfaat untuk kesehatan, karena mengandung lebih sedikit lemak, kolesterol, dan garam.
Peluang Usaha
Di balik nikmatnya olahan daging kelinci, usaha kuliner berbahan daging yang satu ini juga memiliki prospek usaha cukup bagus. Dari riset Infovet di beberapa media online dan media sosial, usaha olahan daging kelinci memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia. Permintaan terhadap produk olahan kelinci semakin meningkat, terutama di kalangan masyarakat yang peduli dengan kesehatan dan mencari alternatif protein yang sehat.
Jika berminat menekuni usaha kuliner berbahan daging kelinci, berikut adalah beberapa alasan yang dapat menjadi acuan mengapa usaha olahan kelinci bisa menjadi peluang yang menjanjikan.
Pertama, daging kelinci rendah lemak dan kaya nutrisi, sehingga diminati oleh mereka yang ingin menjaga kesehatan. Di Indonesia, para pecinta kuliner semakin mencari makanan dengan cita rasa khas yang unik dan produk olahan kelinci dapat menjadi pilihan menarik. Permintaan produk olahan kelinci makin hari makin tinggi seiring meningkatnya kesadaran akan kebutuhan protein sehat.
Kedua, cara mengembangkan produk olahan kelinci. Jika tertarik untuk mengembangkan produk olahan kelinci dengan cita rasa khas, maka sebaiknya harus memahami pasar yang akan dituju terlebih dulu. Pelajari tren dan preferensi konsumen terkait produk olahan kelinci, baik lokal maupun internasional. Dengan memahami kebutuhan pasar, maka dapat menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen.
Ketiga, perlu mengembangkan resep dengan cita rasa khas, agar dapat bersaing dengan produk sejenis. Eksperimen dengan berbagai bumbu dan teknik memasak untuk menciptakan resep yang unik dan lezat bisa dilakukan. Tak perlu takut untuk mencoba hal-hal baru dan berinovasi agar produk tetap menarik bagi konsumen.
Keempat, lakukan promosi produk. Gunakan berbagai strategi pemasaran seperti media sosial dan kerja sama dengan restoran atau toko makanan untuk meningkatkan visibilitas produk. Berikan informasi yang jelas tentang keunggulan produk dan jadikan testimoni pelanggan sebagai daya tarik tambahan.
Kelima, bentuk jejaring pasar dan sumber bahan baku. Karena daging kelinci sebagai bahan baku utama, maka jalin hubungan dengan peternak kelinci lokal untuk mendapatkan pasokan daging kelinci yang berkualitas harus dilakukan. Bangun juga hubungan dengan pemasok bahan baku dan pihak-pihak terkait lainnya seperti distributor, toko makanan, dan restoran. Semakin luas jaringan, semakin besar peluang untuk mengembangkan olahan kelinci. ***