-->

CENGKRAMAN IB DI PERUNGGASAN

Gejala pada kasus IB varian saat dilakukan bedah bangkai terlihat adanya timbunan cairan di dalam oviduk. (Foto: Dok. Romindo)

Di tiga bulan terakhir sebanyak 14% kasus infectious bronchitis (IB) ditangani oleh tim lapangan PT Romindo Primavetcom dan ini merupakan kasus viral terbanyak kedua setelah kasus newcastle disease (ND).

Penyakit ini menimbulkan kerugian sangat besar bagi peternak, dimana penyakit ini menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas telur, serta pertumbuhan ayam terganggu. Penyakit IB merupakan penyakit saluran pernapasan atas dan urogenital pada ayam yang bersifat akut dan menular (KING dan CAVANAGH, 1991).

Pada anak ayam umur kurang dari enam minggu dapat menyebabkan kematian dengan tingkat mortalitas 10-30% (HOFSTAD, 1984), dan ditandai dengan gejala pernapasan seperti sesak napas, bersin-bersin, ngorok, serta menyebabkan pertumbuhan badan terhambat (DAVELAAR et al., 1986).

Pada ayam periode bertelur, penyakit IB dapat menyebabkan penurunan produksi hingga mencapai 60% dalam kurun waktu 6-7 minggu dan selalu disertai dengan penurunan mutu telur berupa bentuk telur tak teratur, kerabang telur lunak, dan albumin cair (HOFSTAD, 1984; DAVELAAR et al., 1986; MUNEER et al., 1986; CHUBB, 1988).

Etiologi dari penyakit IB disebabkan oleh virus yang termasuk ke dalam famili Coronaviridae dan hanya memiliki satu genus, yaitu Coronavirus (MURPHY dan KINGSBURY, 1990). Virus IB memiliki banyak serotipe (HOPKINS, 1974; DARBYSHIRE et al., 1979; HOFSTAD, 1984). Virus IB berbentuk pleomorphic, memiliki envelop (selaput luar) dengan diameter 90-200 nm, serta memiliki asam inti berutas tunggal asam ribonukleat (RNA) dengan berat molekul 8 x 106 Base pair (Bp) dan asam polyadenylic pada ujung 3’ (KING dan CAVANAGH, 1991).

Pada partikel virus IB ditemukan tiga macam protein struktural, yaitu protein nucleocapsid (N) yang berhubungan dekat dengan viral RNA, glikoprotein membran (M), dan glikoprotein spike (S) yang terletak pada permukaan virion dan terdapat dalam dua subunit S1 dan S2 (JACKWOOD et al., 1997; IGNJATOVIC et al., 1997). Sub unit S1 mengandung epitope yang spesifik serotipe dan bertanggung jawab dalam menetralisasi (GALLAGHER et al., 1990). Protein S1, S2 , M, dan N merupakan antigen yang dapat menimbulkan respons antibodi pada tubuh ayam yang terinfeksi (KING dan CAVANAGH).

Berdasarkan sifat kimia dan fisiknya, virus IB sangat labil dan sensitif terhadap bahan-bahan yang bersifat lipolitik (seperti ether dan chlorofrom), panas, dan berbagai bahan disinfektan (OTSUKI et al., 1979). Virus IB umumnya dapat diinaktif dengan menempatkannya pada suhu 56° C selama 15 menit dan 45° C selama 90 menit. Virus lebih lama bertahan pada pH 11 daripada pH 3 (ALEXANDER dan COLLINS, 1975).

Ayam yang terinfeksi virus dalam organ dapat terpelihara dengan baik dalam 50% gliserin NaCl physiologis. Sifat yang demikian memungkinkan pengiriman sampel ke laboratorium tanpa pendingin (HOFSTAD, 1984). Isolat virus IB dapat bertahan selama beberapa tahun bila disimpan pada suhu -30° C (HOFSTAD, 1984).

Faktor-faktor yang mendukung kejadian kasus IB di peternakan selama ini meskipun pencegahan dengan vaksinasi sudah dilakukan, namun kasus tetap muncul dikarenakan beberapa hal berikut:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 266, JAKARTA
Telp: 021-8300300

MENGENDALIKAN IB SEMAKSIMAL MUNGKIN

Vaksinasi menjadi salah satu langkah pencegahan yang ditempuh dalam mengendalikan peredaran IB. (Sumber: Poultry World Visit)

Penyakit infectious bronchitis (IB) adalah penyakit yang sudah populer di kalangan peternak ayam layer, namun tidak demikian di kalangan peternak ayam broiler. Kematian yang relatif rendah membuat peternak ayam broiler memandang sebelah mata penyakit ini. Lalu, seberapa besar penyakit ini menyebabkan kerugian pada ayam broiler?

Jangan Remehkan IB di Peternakan Broiler
IB akan menyebabkan ayam mengalami gangguan pernapasan, reproduksi, bahkan gangguan pada ginjal. Hal tersebut akan menghambat pertumbuhan ayam broiler, sehingga pertumbuhan tidak optimal seperti yang diharapkan. ADG yang rendah dan FCR yang tinggi adalah bukti nyata kerugian dari IB. Bahkan, pada ayam yang terserang IB dan kombinasi dengan penyakit lainnya seperti kolibasilosis akan dapat menyebabkan peningkatan kematian. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Coordinator PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Ignatia Tiksa Nurindra.

Meskipun sangat dikenal dan banyak terjadi kasusnya pada layer, pada dasarnya virus IB dapat menginfeksi ayam broiler juga. Hanya saja menurut Tiska, sebelumnya kesadaran peternak terhadap penyakit IB di broiler masih cukup rendah sehingga belum banyak yang mendiagnosis penyakit IB.

“Semakin lama juga semakin banyak kandang yang berdekatan, antara kandang layer dan broiler. Hal tersebut juga berkontribusi dalam mempermudah penularan berbagai penyakit pada ayam layer dan broiler, tidak hanya IB, tetapi penyakit lain juga,” tuturnya.

Ia melanjutkan, sebenarnya sudah cukup lama Ceva dapat mendiagnosis penyakit IB pada ayam broiler. Apabila membuka data laporan penyakit yang dikumpulkan oleh tim Ceva dari 2018 sampai saat ini, tren penyakit IB pada broiler cenderung naik setiap tahunnya. Dari gambaran serologis IB 2020-2023 juga menunjukkan selalu ada tantangan IB di setiap tahunnya.

Misalnya ketika mereka melakukan survei penyakit IB pada peternakan broiler di Indonesia dilakukan pada periode Agustus-Desember 2020 untuk mengetahui adanya virus penyebab IB di beberapa daerah di Indonesia, yaitu di Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sampel diambil dari ayam broiler pada usia panen (lebih dari 28 hari) yang divaksin dengan vaksin IB live massachusetts pada saat DOC dengan aplikasi spray.

Data serologi dikumpulkan dari 110 flock ayam yang berasal dari area... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MIKROALGA BISA MENJADI JAWABAN SAUDI UNTUK MEMENUHI KETERGANTUNGAN SEKTOR IMPOR

Sekelompok peneliti perintis Saudi telah meluncurkan teknologi produksi mikroalga yang inovatif. Inovasi ini dilaporkan berpotensi merevolusi industri pakan di negara ini, yang saat ini bergantung pada impor sebesar 13 juta ton per tahun.

Sebuah tim dari Universitas Sains dan Teknologi King Abdullah (KAUST) telah melaporkan bahwa mereka telah mengembangkan strain alga khusus jenis “Spirulina dan Chlorella”. Strain ini memiliki keunikan dalam kemampuannya beradaptasi dengan air laut yang asin di Semenanjung Arab, sehingga ideal untuk produksi skala besar.

Para peneliti mengatakan keuntungan utama mikroalga adalah tidak memerlukan air tawar, sumber daya yang semakin langka di Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir.

Produksi industri mikroalga di negara ini akan menjadi bagian dari Visi Saudi 2030, sebuah rencana pembangunan ekonomi komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor pakan dan bahan mentah di tahun-tahun mendatang.

Proyek ini akan membantu alga memainkan peran utama dalam mencapai tujuan ketahanan pangan Kerajaan dan akan memberikan banyak manfaat yang dapat diterapkan pada inisiatif lainnya.

Meskipun jadwal pasti produksi industri mikroalga di Arab Saudi belum diumumkan, teknologi ini diharapkan menjadi langkah signifikan menuju kepemimpinan global negara tersebut di bidang bioteknologi alga.

Arab Saudi mengimpor sebagian besar bahan mentah yang dibutuhkan untuk memproduksi pakan ternak – protein, lemak, dan karbohidrat – dari negara-negara seperti Brasil dan Amerika Serikat. Kebutuhan tahunan diyakini mendekati 13 juta ton per tahun.

Sasaran awalnya adalah meningkatkan produksi mikroalga hingga 100 ton per tahun, yang mencakup hampir 20% kinerja produksi gabungan Eropa.

Dr Claudio Grunwald, Direktur Program Alga di KAUST, mengatakan bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa produksi mikroalga adalah teknologi yang layak, berkelanjutan, dan andal bagi Arab Saudi tidak hanya untuk memproduksi bahan mentah pakan ternak tetapi juga untuk penyerapan karbon dioksida, dan bioremediasi air tawar.

BELARUSIA MEMPERTIMBANGKAN BERALIH KE GENETIKA UNGGAS DOMESTIK

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko telah menginstruksikan pemerintah untuk mempertimbangkan pendirian basis peternakan industri unggas lokal sebagai langkah untuk membantu para peternak yang bermasalah.

Lukashenko telah menetapkan tujuan ambisius untuk industri unggas, dengan menargetkan produksi unggas mencapai 800.000 ton dan produksi telur mencapai 4 miliar butir di tahun-tahun mendatang, meningkat 20% dibandingkan tahun 2023.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dinamika produksi industri ini beragam. Dalam pertemuan pemerintah baru-baru ini, Lukashenko menyuarakan keprihatinan atas buruknya pertumbuhan produksi daging broiler dan penurunan produksi segmen telur pada tahun 2023, namun tidak memberikan angka pastinya.

Lukashenko juga khawatir dengan meningkatnya angka kematian unggas di Belarusia, yang melonjak sebesar 12% pada tahun lalu.

Di wilayah Mogilev dan Homel, angka kematian melonjak hampir 30%, kata Lukashenko, mengaitkan hal ini dengan ketidakpatuhan terhadap teknologi produksi di peternakan dan pelanggaran peraturan kedokteran hewan dan sanitasi. Selain itu, kurangnya pakan berkualitas juga berperan dalam meningkatnya kematian unggas.

AWAS, SERANGAN INFECTIOUS BRONCHITIS BISA BIKIN MERINGIS

Gejala klinis umum IB, tidak spesifik. (Sumber: Ceva, 2021)

Pada 2019 lalu seluruh dunia dihebohkan dengan wabah COVID-19. Ternyata virus corona bukan barang baru di sektor perunggasan, virus tersebut juga menyebabkan damage yang sama besar bagi ternak unggas.

Dokter hewan yang berkecimpung di bidang perunggasan tentu tidak asing dengan penyakit infectious bronchitis (IB). Penyakit IB alias chicken bronchitis, atau gasping disease adalah penyakit yang sangat menular yang bersifat akut dan disebabkan oleh Avian Gammacoronavirus yang tidak hanya menyerang saluran pernapasan tapi juga saluran urogenital.

Lebih Dekat Dengan Virus IB
Dalam sejarahnya virus ini pertama kali dilaporkan pada 1977. Hingga kini ada beberapa serotipe yang telah berhasil diidentifikasi di lapangan di antaranya massachusetts/klasik, connecticut, dan sejumlah varian lainnya seperti 793B, QX, D274, dan arkansas. Selain itu, virus ini juga dikenal sangat gampang bermutasi sehingga banyak menghasilkan genotipe dan serotipe yang sangat beragam.

Head of Strategic Business Unit Animal Health and Live Equipment JAPFA, Dr Teguh Prajitno, mengatakan hingga kini telah diketahui sebanyak tujuh genotipe dan sekitar 100 serotipe dari virus IB. Perubahan genetik virus IB ini, lanjut dia, dapat terjadi melalui tiga faktor penyebab, yakni mutasi titik, insersi, delesi, maupun rekombinasi.

“Ketiga penyebab itu menjadikan terjadinya genetic drift, sedangkan rekombinasi menyebabkan terjadinya genetic shift,” tutur Teguh.

Ia menambahkan, virus IB dapat menyebar secara horizontal melalui udara dan droplet yang dikeluarkan melalui batuk dan bersin, selain itu virus juga dapat dieksresi melalui feses. Masa inkubasinya juga tergolong singkat hanya 18-36 jam. Sehari setelah infeksi, keberadaan virus dapat dideteksi pada trakea, ginjal, dan oviduk. Bahkan ia menyebut sampai hari ke-13, virus akan ditemukan di paru-paru, trakea, ovarium, dan oviduk.

Selain itu, penularan virus dari satu peternakan ke peternakan lain dapat terjadi karena kontaminasi silang dari mobilitas kendaraan dan manusia, juga air minum, pakan, litter, dan peralatan yang terkontaminasi dapat menjadi sumber penularan.

Meskipun begitu, kata Teguh, penularan secara vertikal belum terbukti, akan tetapi kerabang telur yang terkontaminasi virus dapat menjadi sumber penularan di hatchery. Utamanya virus IB langganan menyerang ayam broiler, layer, maupun breeder, selain itu spesies unggas lainnya seperti burung puyuh juga dapat terinfeksi IB.

Dalam suatu seminar yang diadakan di Jakarta beberapa waktu lalu, Poultry Health & Research Consultant dari Departemen Mikrobiologi FKH UGM, Prof Michael Haryadi Wibowo, memaparkan lebih dalam mengenai sifat virus IB.

Ia memaparkan bahwa tingkat kesakitan (morbiditas) akibat IB mencapai 100%. Yang artinya dalam sebuah flock atau satu peternakan dapat terinfeksi seluruhnya. Ia juga menjelaskan tropisme dari si virus yang sangat menyukai saluran pernapasan bagian atas dan saluran urogenital. Impaknya selain gangguan pernapasan adalah penurunan produksi telur yang dapat mencapai 70% bahkan terkadang lebih.

Secara umum kata Michael, terdapat tiga tipe serangan yang dimiliki IB, yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

PRODUKSI PAKAN RUSIA AKAN MENCAPAI 40 JUTA TON PADA TAHUN 2025

Rusia akan meningkatkan produksi pakan sebesar 14,3% hingga tahun 2025 menjadi 40 juta ton, hal ini diungkapkan oleh Persatuan Produsen Pakan Rusia pada konferensi industri di Moskow.

Organisasi ini memperkirakan produksi pakan unggas akan melonjak hampir sepertiga menjadi 22 juta ton dan produksi pakan ternak akan meningkat sebesar 28% menjadi 3,8 juta ton.

Di sisi lain, Persatuan Produsen Pakan menyatakan produksi pakan babi diproyeksikan merosot dari 15,2 juta ton pada tahun 2023 menjadi 13,7 juta ton pada tahun 2025 tanpa menjelaskan dinamikanya.

Produksi pakan ikan akan mencapai 700.000 ton pada tahun 2025 dibandingkan 400.000 ton pada tahun 2023, kata organisasi tersebut.

Valery Afanasiev, presiden Persatuan Produsen Pakan, mengatakan industri pakan Rusia sepenuhnya memenuhi permintaan domestik. Pada tahun 2023, kapasitas produksi desain industri mencapai 42 juta ton, sedangkan produksi aktual sebesar 35 juta ton.

Pada tahun 2025, kinerja produksi yang dirancang dijadwalkan meningkat menjadi 45 juta ton.

Hampir 75% kapasitas produksi pakan Rusia terkonsentrasi di tangan produsen pertanian yang terintegrasi secara vertikal, kata Afanasiev, seraya menekankan bahwa hal ini akan meningkatkan efektivitas bisnis.

PROYEK EROPA BERTUJUAN UNTUK PRODUKSI TELUR YANG BERKELANJUTAN DAN BERKETAHANAN

Di bawah nama Omelette, 11 institusi dan perusahaan dari 5 negara Eropa baru-baru ini memulai proyek untuk merangsang evolusi menuju produksi telur yang berorientasi masa depan, berkelanjutan, dan berketahanan di Eropa Barat Laut.

Tujuan dari proyek Omelette adalah untuk memberikan kesempatan kepada para peternak unggas dan sektor unggas di wilayah tersebut untuk menerapkan solusi yang secara aktif berkontribusi terhadap peningkatan umur ayam dengan menjamin kesehatan dan kesejahteraan hewan, kualitas telur dan kelayakan ekonomi sebagai faktor utama untuk sektor yang tangguh dan tahan masa depan. Proyek internasional ini juga ingin menjembatani kesenjangan antara produsen telur dan pelanggan, pemerintah, dan konsumen mereka.

Mitra utama Omelette adalah Pusat Unggas Eksperimental di Geel dekat Antwerp, Belgia. Peserta lainnya antara lain universitas Leuven (Belgia), Osnabrück (Jerman), dan Bern (Swiss), Badan Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Pangan dan Kerja Perancis serta beberapa perusahaan dari Belanda dan Perancis.

Proyek ini merupakan inisiatif dari Interreg North-West Europe, yang berbasis di Lille, Perancis. UE memasok €3,7 juta dari total anggaran €6,3 juta. Proyek ini akan berjalan hingga tahun 2028.

PERANG SANDWICH AYAM AS

Chick-Fil-A, salah satu dari 2 jaringan restoran AS yang memimpin penjualan sandwich ayam di seluruh negara, baru-baru ini menarik kembali janji tanpa antibiotik dalam ayam. Sebuah langkah yang diharapkan oleh para pemimpin perusahaan tidak akan berdampak negatif terhadap posisi jaringan tersebut, di hal yang sangat kompetitif yang disebut 'Perang Sandwich Ayam'. Persaingan atas item menu ini sangat serius, dengan keuntungan jutaan dolar yang dipertaruhkan setiap minggunya.

Chick-Fil-A telah berjanji tidak akan pernah menggunakan ayam yang diberi antibiotik sejak tahun 2015. Janji ini dibuat oleh beberapa jaringan restoran dalam beberapa tahun terakhir sebagai respons terhadap berkembangnya resistensi bakteri terhadap antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi pada manusia – antibiotik yang juga telah digunakan dalam jumlah besar dalam produksi peternakan untuk meningkatkan laju pertumbuhan, mencegah penyakit dan mengobati infeksi yang sebenarnya.

Chick-Fil-A menarik janjinya karena tidak dapat memperoleh cukup pasokan ayam yang sepenuhnya bebas antibiotik. Tahun lalu, produsen ayam besar Tyson Foods memperkenalkan kembali antibiotik ke dalam produksi ayam yang sebelumnya diproduksi perusahaan tersebut tanpa antibiotik apa pun. Memproduksi ayam tanpa antibiotik apa pun memang tidak mudah dilakukan di kandang besar khas Amerika Utara.

Pesaing Perang Sandwich Ayam lainnya seperti Burger King dan Popeye’s telah berkomitmen untuk hanya menggunakan ayam dari unggas yang hanya diberi antibiotik yang tidak penting secara medis. Sementara itu, sebagai respons terhadap pengumuman Chick-Fil-A, Shake Shack mempromosikan sandwich ayamnya yang terbuat dari unggas yang tidak pernah menerima antibiotik.

Perang Sandwich Ayam dimulai pada tahun 2019 ketika Popeye's dan Chick-fil-A mulai bersaing untuk mendapatkan perhatian untuk item menu ini di media sosial. Hype media, dikombinasikan dengan kesuksesan item menu ini, mendorong banyak jaringan restoran besar untuk menyorot atau mengubah merek atau menambahkan sandwich ayam ke dalam menu mereka. Hal ini belum berhenti. Firma riset Technomic Ignite telah menetapkan bahwa sejak tahun 2019, penyertaan sandwich ayam dalam menu telah meningkat lebih dari 4% dari tahun ke tahun.

INFECTIOUS BRONCHITIS, PENYAKIT UNGGAS YANG MASIH MENJADI ANCAMAN DI PETERNAKAN

Berbagai gejala penyakit IB. (Foto: Istimewa)

Infectious bronchitis (IB) termasuk penyakit pernapasan akut yang sangat menular pada ayam dan disebabkan oleh virus Coronavirus dari famili Coronaviridae. Ada berbagai hal yang menjadi poin penting yang membuat peternak harus waspada terhadap penyakit ini, di antaranya:

1. Penyebaran cukup cepat
Penularan dapat terjadi melalui droplet pernapasan (saat ayam batuk atau bersin) dan shedding virus melalui feses (dapat terjadi selama beberapa minggu). Sementara itu penularan tidak langsung dapat melalui peralatan, makanan, atau minuman yang tercemar. Masa inkubasi penyakit ini sekitar 18-36 jam dan telur yang terkontaminasi feses yang mengandung virus IB dapat menjadi sumber penularan.

2. Gejala klinis yang mengganggu produksi
Gejala yang umum ditemukan pada kasus IB di ayam muda adalah gejala pernapasan (batuk, bersin, ngorok, dan adanya sekresi hidung). Pada ayam layer dewasa, penurunan kuantitas dan kualitas telur lebih menonjol. Penurunan produksi dapat mencapai 5-10% (persentase dapat meningkat jika muncul bersama dengan penyakit lain), sementara kualitas telur turun akibat kalsifikasi telur yang tidak merata dan albumin encer. Selain itu, gejala IB yang saat ini sering ditemukan adalah distensi abdomen akibat sistik oviduk yang berisi cairan sehingga ayam memiliki postur mirip penguin.

3. Potensi mutasi yang tinggi
Infectious bronchitis merupakan jenis virus ss-RNA yang tidak memiliki mekanisme proof reading, sehingga berpotensi tinggi mengalami mutasi. Hal ini tentunya akan memengaruhi dalam pemilihan vaksin yang sesuai kondisi lapangan. Perbedaan antar serotipe virus IB bahkan dapat mencapai 20-25% dan memengaruhi kemampuan cross proteksi dalam menginduksi kekebalan yang protektif. Pemetaan kecocokan virus IB dapat berdasarkan sifat protektotipenya atau tipe kemampuannya dalam menginduksi imunitas yang protektif. 

4. Kerugian ekonomi
Kerugian ekonomi akibat virus IB utamanya adalah dari adanya penurunan... Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi April 2024.

PAKAN FERMENTASI UNTUK UNGGAS

Limbah pertanian bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan unggas. (Foto: Istimewa)
 
Pakan merupakan bagian terbesar dalam usaha peternakan, dimana biaya tersebut bisa mencapai 60-70%. Biaya pakan yang mahal terutama pakan pabrikan akan menjadi kendala dalam usaha peternakan rakyat. Sementara itu bahan pakan yang berlimpah seperti limbah pertanian belum dapat dimanfaatkan secara optimal di lingkungan peternakan unggas, disebabkan serat kasarnya yang tinggi sehingga menjadi kendala pada proses metabolisme unggas.

Proses pencernaan fermentatif dalam saluran pencernaan unggas hanya terjadi pada organ tembolok, sekum, rektum, dan kolon dalam kondisi terbatas. Pada peternakan unggas komersial pemberian pakannya mengandalkan pakan jadi atau pakan konsentrat pabrikan. Namun dalam proses metabolisme pengurai dalam pencernaan unggas, kedua jenis pakan pabrikan itu tidak terurai seluruhnya karena tidak lengkap hadirnya mikrooganisme pengurai sehingga kandungan protein dalam kotoran masih tinggi kemudian beroksidasi yang menimbulkan bau tak sedap.

Kadar protein, daya cerna, dan asam amino yang rendah, serta serat kasar yang tinggi pada limbah pertanian dan agroindutsri biasanya menjadi faktor pembatas dalam penggunaannya sebagai pakan unggas. Maka untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan nilai nutrisinya diperlukan suatu proses yang dapat mencakup proses kimiawi, biologis melalui teknologi fermentasi (Hutagalung 1978, Yeong 1982, Zamora et al., 1989 dikutip Norbertus Kaleka 1991).
 
Mikroorganisme yang Terlibat dalam Proses Fermentasi 
Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik (tanpa oksigen) (Fardiaz, 1992 dikutip Norbertus Kaleha). Sedangkan menurut Satiawihardja (1992) adalah proses dimana komponen-komponen kimiawi yang dihasilkan akibat adanya pertumbuhan/metabolisme mikroba (secara aerob dan anaerob).

Beberapa jenis mikroorganisme yang mampu meningkatkan kadar protein dan beberapa substrat limbah pertanian, seperti pada tabel berikut:

Jenis Mikroorganisme yang Dapat Meningkatkan Kadar Protein dan Subtrat Limbah Pertanian

Mikroorganisme

Subtrat

Kadar protein Sebelum Fermentasi (%)

Kadar Protein Sesudah Fermentasi (%)

Sumber

Aspergillus niger

Lumpur sawit

11,00-12,00

23,00

Pasaribu et al., 1998

Aspergillus niger

Bungkil kelapa

21,69

37,40

Sinurat et al., 1996

Aspergillus niger NKRL 337

Bungkil inti sawit

14,19

25,06

Bintang et al., 1999

Aspergillus niger

Ampas sagu

2,30

16,30

Ulfah & Bamualim, 2002

Aspergillus niger

Singkong

2,00

23,37

Komplong et al., 1994

Aspergillus niger

Onggok

1,85

14,74

Supriyati, 2003

Rhizopus oligosporus

Biji karet

19,20

30,15

Wizna et al., 2000

Sumber: Norbertus Kaleka, 2020.


Fermentasi onggok dan kulit ari kedelai. Onggok (hasil sampingan pembuatan tapioka ubi kayu) dan kulit ari kedelai (hasil pengupasan biji kedelai) merupakan limbah agroindustri yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan unggas. Campurkan bahan onggok (1,5 kg/15%) dan kulit ari kedelai (1,5 kg/15%) kemudian aduk merata. Masukkan dalam wadah plastik/ember besar lalu tambahkan 8 liter air hangat, setelah agak dingin tambahkan ragi (Aspergillus niger) 100 gr kemudian aduk kembali. Tutup rapat wadah plastik/ember dan biarkan selama tiga hari.


• Fermentasi dedak padi. Proses pengolahan gabah menjadi beras akan menyisakan 10% dedak padi, 3% tepung beras, 20% sekam, dan 50% beras (endosperma). Tetapi prosentase tersebut bervariasi tergantung varietas/umur padi, derajat penggilingan, dan penyosokannya (Grist, 1972). Cara membuatnya campurkan dedak padi 5 kg (atau lebih) dengan 2,5 liter air kemudian aduk sehingga seperti adonan, lalu campurkan EM4 dan molases (tetes tebu) ke dalam adonan dan aduk. Masukkan adonan dedak padi tersebut ke kantong plastik dan tutup rapat/ikat, kemudian biarkan selama 2-3 hari pada suhu ruangan dan jangan terkena sinar matahari. Adapun berikutnya cara membuat 2:2 kg dedak padi dibasahi air dengan perbandingan 3:1, lalu aduk sampai jadi adonan. Kemudian kukus adonan selama 15-30 menit, lalu dinginkan. Tambahkan ragi halus (Aspergillus niger) dan aduk merata. Masukkan adonan ke kantong plastik, tutup rapat lalu biarkan selama 1-2 hari dan sudah bisa diberikan sebagai pakan unggas.

• Fermentasi bekatul. Bekatul kandungan protein, kalsium (Ca), dan fosfor (P) hampir sama dengan dedak padi, tetapi serat kasarnya lebih rendah yaitu 4%, sehingga dapat digunakan lebih banyak dari pada dedak padi untuk unggas. Cara membuatnya campurkan 10 kg bekatul dengan 2 liter air sampai adonan saat diperas tidak meneteskan air dan saat dilepas tidak pecah, kemudian kukus selama 15-30 menit. Setelah dingin bubuhi dengan ragi (Rhizophus eligosporus) masukkan ke dalam kantong plastik/ember plastik, tutup rapat. Biarkan selama 5-7 hari. Perlu diperhatikan tidak boleh ada bau tengik dan perubahan warna menjadi cokelat.

• Fermentasi ampas tahu. Dapat dijadikan bahan pakan unggas sumber protein karena mengandung protein kasar cukup tinggi berkisar 21-29% (Mathias & Sinurat, 2001) dan kandungan lemak 4,93% (Nuraini, 2009), serat kasar 22,65% (Duldjaman, 2004). Walau ampas tahu dapat digunakan langsung untuk pakan unggas, namun diperlukan fermentasi terlebih dahulu karena asam amino yang rendah dan serat kasar yang tinggi menjadi faktor pembatas. Cara membuat yakni sebanyak 25 kg ampas tahu diperas sampai tidak berair, lalu dikukus selama 30 menit, dinginkan dengan menyebar di atas lantai. Taburkan 5-7 butir ragi (Aspergillus niger) atau 2-3 lembar ragi (Rhizopus oligosporus), dan mineral, lalu aduk merata. Masukkan dalam drum/ember/plastik besar lalu tutup rapat. Biarkan selama 2-3 hari, bila tercium aroma harum berarti proses fermentasi selesai. Ampas tahu fermentasi sudah bisa diberikan langsung pada unggas atau disimpan selama dua bulan (dengan dikeringkan dahulu di bawah sinar matahari). Ampas tahu fermentasi bernilai gizi tinggi dengan bahan kering 28,36%, lemak 5,52%, serat kasar 17,06%, dan BETN 45,44% (Nuraini et al., 2007), disamping karbohidrat, gula, dan pati. ***

Level Pemberian Limbah Pertanian dan Limbah Agroindustri Fermentasi untuk Berbagai Unggas

Bahan Pakan Terfermentasi

Diberikan untuk

Level Pemberian

Efek Terhadap Unggas

Sumber

Onggok

Ayam kampung hitam

10%

Bobot hidup 96,7 gr/12 mgg konsumsi pakan 3076 gr, FCR 3,346, IOFC Rp 5.082

Supriyati et al., 2003

Dedak padi

Itik alabio

5,10, dan 15%

Tidak berbeda nyata terhadap produksi, telur, konversi pakan

Rohaeni et al., 2004

Bekatul

Ayam Arab grower

10, 20, 30, dan 40%

Nyata menurunkan lemak dan kolesterol daging, serta meningkatkan protein daging

Sujono, 2001

Ampas tahu

Itik lokal jantan

10, 20, dan 30%

Tidak nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan FCR

Setyowati, 2005

Sumber: Norbertus Kaleka, 2020.


Ditulis oleh:
Sjamsirul Alam
Praktisi peternakan, koresponden Infovet daerah Bandung

£35 JUTA UNTUK PENGELOLAAN KOTORAN UNGGAS DI INGGRIS

Hingga £35 juta telah disediakan untuk pembakar kotoran unggas di peternakan guna memfasilitasi pembuangan kotoran unggas dari daerah tangkapan air River Wye di West Midlands.

Pengumuman tersebut, sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk melestarikan sungai, juga mencakup pembentukan gugus tugas yang bertujuan untuk melestarikan dan melindungi kesehatan sungai dalam jangka panjang, dan langkah-langkah untuk segera menghentikan polusi lebih lanjut.

Sungai dan anak-anak sungainya semakin terdegradasi dalam beberapa tahun terakhir akibat polusi fosfor yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah peternakan unggas.

Menteri Pertanian Mark Spencer mengakui bahwa sungai ini menghadapi tantangan nyata, namun ia mengatakan bahwa pemerintah bertekad memulihkan lanskap penting tersebut dan memastikannya lebih terlindungi untuk generasi mendatang. “Rencana kami akan secara dramatis mengurangi jumlah nutrisi yang masuk ke sungai, sebagian besar dengan membantu transisi petani ke praktik yang lebih berkelanjutan. Hal ini termasuk menyediakan hingga £35 juta untuk alat pembakaran kotoran unggas di peternakan dan menguji coba penggunaan teknologi baru untuk membantu para peternak berbagi nutrisi organik dengan tetangga mereka.”

Natural England dan Badan Lingkungan Hidup menyambut baik pengumuman tersebut. Marc Lidderth, direktur kawasan EA, mengatakan pengenalan rencana yang luas ini akan membantu lembaga tersebut memanfaatkan pekerjaan yang telah dilakukan bersama para mitra, petani lokal, dan kelompok lingkungan hidup untuk mengatasi penurunan kualitas air di daerah tangkapan air.

Emma Johnson, wakil direktur regional Natural England, mengatakan Sungai Wye dan daerah tangkapan air yang sehat dan berkembang adalah kunci untuk memulihkan alam di Herefordshire, yang akan memberi manfaat bagi satwa liar dan manusia.

KEWASPADAAN PENYAKIT MENULAR AGAR BERKURBAN AMAN

Pemeriksaan klinis di pasar hewan pada beberapa ruminansia dan pengembilan sampel perlu dilakukan pada ruminansia yang diduga terinfeksi. (Foto: Dok. Sulaxono)

Idul Adha 2024 akan jatuh pada pertengahan Juni. Peternak dan pedagang ruminansia  dalam masa tiga bulan mulai mempersiapkan diri dengan membeli, menumpuk stok ternak untuk mengisi kandangnya, menambah kandang, dan mengisi dengan ternak baru. Ternak digemukkan dalam waktu tiga bulan untuk bisa dijual saat harga ternak memuncak saat 1-2 minggu menjelang kurban. Keuntungan akan diperoleh dengan margin tinggi, panen tahunan bagi peternak dan juga para pedagang.

Fenomena umum terjadi saat persiapan peternak dan pedagang mulai mengumpulkan ternak adalah pergerakan, pengangkutan ternak dari daerah, pulau kantong ternak ke berbagai daerah yang memerlukan. Pergerakan akan terjadi antar pulau, antar provinsi, juga antar kabupaten. Ternak antar kabupaten akan saling bertemu di pasar hewan. Ternak yang sehat dan yang carrier penyakit dari berbagai kabupaten maupun provinsi akan bertemu di pasar hewan. Kondisi lalu lintas yang meningkat, pertemuan ternak sehat dengan ternak subklinis sakit atau karier penyakit tidak menutup kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari satu pulau ke pulau lain, dari satu provinsi atau kabupaten ke tempat lain.

Apalagi ditambah dengan kondisi cuaca dan kelelahan transportasi bisa memicu dan menimbulkan stres pada ternak. Stres yang terjadi akan memicu menurunkan daya tahan tubuh dan bisa memicu timbulnya beberapa penyakit menular strategis.

Ada beberapa penyakit menular strategis yang perlu diwaspadai menjelang persiapan ibadah kurban, yang bisa terjadi secara akut hingga per akut. Beberapa daerah asal ternak masih endemis terhadap beberapa penyakit strategis di antaranya penyakit mulut dan kuku (PMK), lumpy skin disease (LSD), antraks, penyakit Jembrana, septicaemia epizootica (SE), dan surra.

Peran dokter hewan dan organisasi profesi diperlukan dalam pemeriksaan ante mortem dan post mortem untuk menjamin ternak sehat dan pencegahan penularan, serta penyebaran penyakit menular antar ternak apalagi yang yang bersifat zoonosis adalah penting. Masyarakat memerlukan jaminan bahwa ternak yang akan digunakan untuk kurban adalah ternak yang sehat dan tidak terjadi penyebaran penyakit strategis.

• Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
Pemerintah telah berhasil mengendalikan penyebaran cepat PMK melalui vaksinasi massal di berbagai daerah tertular penyakit, surveilans pasca vaksinasi massal, serta kerja sama antar pihak dalam negeri dan mitra kerja luar negeri. Namun demikian, vaksinasi PMK memerlukan kontinuitas, selain kewaspadaan dini, laporan dini, dan respon cepat. Surveilans virologis melalui sampling di lokasi bekas kasus perlu dilakukan untuk mendeteksi keberadaan ternak carrier aktif yang sembuh dari sakit dan ternak yang subklinis sakit tetapi tidak terdeteksi secara klinis kecuali melalui pemeriksaan serologis maupun virologis.

Ternak di lokasi yang sembuh atau proses sembuh dari PMK masih bisa dikenali dengan luka yang menutup dengan warna kuning kecokelatan pada celah kaki depan-belakang atau pada gusinya. Pada sapi-sapi keturunan impor, luka-luka bekas PMK termasuk kepincangan sangat mudah dikenali, tetapi pada sapi Bali kondisi demikian sulit dideteksi kecuali oleh petugas medis yang berpengalaman.

Jejas luka bekas infeksi PMK pada area mulut biasanya sudah menutup dalam jangka waktu seminggu. Pada gusi hanya ditemukan bekas luka yang sudah ditutup oleh jaringan ikat berwarna kuning kecokelatan, demikian pada bagian lidah dan bagian lainnya dari area mulut. Pada sapi demikian dalam darahnya masih bisa terdeteksi matriks virus PMK melalui pemeriksaan dengan PCR.

Pemeriksaan sapi yang dipasarkan di pasar hewan juga diperlukan, disamping tindakan disinfeksi. Pasar hewan merupakan tempat… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2024. 

Ditulis oleh:
Ratna Loventa
Medik Veteriner Ahli Pertama, Loka Veteriner Jayapura
&
Sulaxono Hadi
Purna Tugas Medik Vetriner Ahli Madya di Kota Banjarbaru

RUSIA AKAN MELARANG PETERNAKAN FREE RANGE

Kementerian Pertanian Rusia telah mengusulkan pelarangan unggas free range, dengan alasan perlunya melindungi industri peternakan dari penyakit menular. Langkah ini diperkirakan akan merugikan ribuan peternakan rumahan dan segmen organik.

Berdasarkan peraturan kedokteran hewan yang baru, unggas yang dipelihara secara bebas akan dilarang mulai 1 Maret 2025. Para eksekutif industri unggas Rusia mendukung langkah ini.

Vladimir Fisinin, presiden Persatuan Unggas Rusia, mengatakan kepada publikasi lokal, Veterinary & Life, bahwa tindakan tersebut tepat dari sudut pandang keamanan biologis industri unggas Rusia. Ia menambahkan, unggas yang dipelihara di alam bebas dapat bersentuhan dengan hewan liar sehingga membahayakan proses produksi.

“Penyebaran virus flu burung yang hebat terlihat di Eropa, di mana undang-undang liberal menerapkan pemeliharaan unggas tanpa sangkar. Hal ini menyebabkan kontak antara unggas peternakan dan burung liar serta tertularnya flu burung pada kawanan ternak,” Julia Melano, penasihat kepala pengawas hewan Rusia Rosselhoznadzor, mengatakan.

Menurut Rosselhoznadzor, 412 wabah flu burung yang sangat patogen telah tercatat di Eropa sejak awal tahun 2024. (via Poultryworld)

PROVINSI KALSEL BERSIAP MENYANGGA KEBUTUHAN PANGAN ASAL HEWAN UNTUK IKN

Rombongan Komisi II DPRD Provinsi Kalsel bertandang ke Dinas Peternakan Provinsi Jatim untuk menimba ilmu meningkatkan sektor peternakan (Sumber : Istimewa)

Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang dianggap sebagai lumbung peternakan nasional memiliki daya tarik tersendiri bagi Komisi II DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang ingin kedepannya nanti Kalsel juga mampu meningkatkan sektor peternakan.

Karena itu, komisi membidangi ekonomi dan keuangan ini kemudian bertandang ke Dinas Peternakan Provinsi Jatim di Surabaya pada Selasa (23/4/2024).

Tujuan Komisi II DPRD Provinsi Kalsel ini selain berdiskusi juga menimba ilmu serta pengalaman di Provinsi Jatim, sehingga sektor peternakan ini nantinya mampu menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Banua.

Selain itu ada harapan dari Komisi II DPRD Provinsi Kalsel agar Kalsel mampu mempersiapkan diri untuk mengambil peranan sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara Nusantara dalam hal ketersediaan pasokan dan produksi produk peternakan.

Harapan itu disampaikan oleh Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Kalsel, HM Iqbal Yudiannoor, SE yang saat itu bertindak sebagai pimpinan rapat.

“Kita harus belajar banyak terkait bagaimana Jawa Timur mengembangkan sektor peternakan ini sehingga mampu menjadi lumbung nasional. Terlebih nantinya kita memerlukan ini untuk IKN yang akan bergulir di bulan Juni atau Juli nantinya, nah itulah yang kita butuhkan, selain juga memenuhi kebutuhan pangan di daerah kita sendiri,” ucap Iqbal Yudiannoor.

Kedatangan rombongan Komisi II DPRD Provinsi Kalsel ini disambut oleh Sekretaris Dinas Peternakan Provinsi Jatim, Ir Kusdiyarto, MM yang merasa sangat tersanjung menjadi tujuan Kalsel untuk belajar perihal peternakan.

Menurutnya, ini merupakan wujud nyata kepedulian wakil rakyat terhadap masyarakat melalui ketersediaan pangan. (INF)

DINAS PETERNAKAN JOMBANG FOKUS TINGKATKAN PRODUKTIVITAS PETERNAK

Salah Satu Kelompok Ternak Yang Diberdayakan Oleh Dinas Peternakan Kabupaten Jombang
(Sumber : Rada Jombang, 2024)

Dinas Peternakan Kabupaten Jombang kini tengah fokus untuk melakukan pemberdayaan peternak.Tahun 2024, terdapat 51 kelompok ternak yang mendapat bantuan hibah melalui kegiatan penjaminan peredaran benih/bibit ternak dan kegiatan pengawasan peredaran bahan pakan.

”Kelompok penerima bantuan bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan atau penggunaan dana bantuan belanja hibah,” tegas Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Jombang Agus Susilo Sugioto.

Dipaparkan Agus, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pengajuan proposal di tahun 2023. Guna kelancaran kegiatan, dinas peternakan melalui bidang budi daya dan bidang agribisnis serta P4H (petugas peternakan wilayah kecamatan) telah melaksanakan identifikasi dan pembinaan kelompok. Dinas Peternakan Jombang juga melakukan sosialisasi kegiatan pada kelompok calon penerima manfaat.

”Tupoksi kita melakukan identifikasi dan pembinaan kelompok,” bebernya.

Kelompok penerima manfaat kegiatan berjumlah 51 kelompok. Mereka terdiri dari  5  kelompok ternak unggas, 2 kelompok ternak sapi perah, 11 kelompok ternak sapi potong, 24 kelompok ternak kambing, 9 kelompok ternak domba.

”Belanja barang sesuai dengan jumlah dan spesifikasi yang tercantum di surat kesanggupan kelompok dan menyampaikan laporan dan pertanggungjawaban kepada bupati melalui Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Jombang,” katanya.

Penerimaan hibah  terbagi menjadi III termin. Termin I sejumlah 18 kelompok terealisasi di bulan Februari 2024. Termin II sejumlah 17 kelompok dan termin III sejumlah 9 kelompok terealisasi di bulan Maret 2024.

”Sedangkan 7 kelompok masih dalam proses pemenuhan kelengkapan administrasi pencairan bantuan,” bebernya.

Tidak berhenti di situ saja, selama pelaksanaan kegiatan, dinas peternakan memberikan pendampingan teknis dan administrasi. Pendampingan itu diberikan pada kelompok serta membantu menyelesaikan kendala yang ada.

”Semisal pemeriksaan kesehatan ternak, pelaksanaan vaksinasi,  manajemen pemeliharaan ternak  serta kelembagaan kelompok,” ungkapnya.

Dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan populasi dan produktivitas ternak. Kegiatan itu, diharapkan juga bisa meningkatkan pendapatan anggota kelompok, menciptakan dan mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat. Selain itu juga untuk meningkatkan kualitas SDM peternak. Untuk mencapai tujuan tersebut memang tidaklah mudah karena minat generasi muda untuk berwiraswasta di sektor peternakan menurun dan beralih ke sektor industri.

"Ini yang terus kita upayakan karena kebutuhan produk hasil peternakan meningkat,” katanya. (INF)

STARTUP PITIK DIKABARKAN MULAI OLENG

Pitik, Salah Satu Startup Indonesia Yang Bergerak di Bidang Peternakan


Kabar kurang sedap datang dari startup agritech atau peternakan asal Indonesia, Pitik. Mereka dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 50 persen karyawan. Perusahaan mengalami kesulitan bisnis sehingga mengurangi jumlah karyawan.

“Pitik dari Indonesia dilaporkan telah memberhentikan sebagian besar stafnya dalam beberapa bulan terakhir karena perusahaan rintisan teknologi perunggasan ini bergulat dengan tantangan penggalangan dana dan penurunan pasar,” demikian dikutip dari DealStreetAsia, Senin (22/4).

Dilansir dari Katadata.co.id, terkait hal ini, pihak Pitik belum ada tanggapan. Tidak diketahui berapa banyak karyawan yang terdampak, dan pesangon yang akan diterima oleh karyawan yang di PHK. Dikutip dari laman resmi LinkedIn perusahaan, Pitik memiliki tujuan untuk memodernisasi rantai pasokan unggas secara menyeluruh di Indonesia.

“Misi kami adalah menjadi mitra terbaik bagi peternak ayam di Indonesia, memungkinkan mereka untuk mengelola peternakan mereka dengan efisiensi yang lebih tinggi melalui teknologi kami,” demikian dikutip, Senin (22/4).

Teknologi perusahaan yang dimaksud yakni perangkat IoT pintar dan algoritma peternakan bertenaga kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Selain itu, perusahaan juga memiliki misi untuk membantu peternak menjual ayam dengan harga yang lebih tinggi atau pencocokan penawaran-permintaan dengan pembeli akhir.

“Kami mencari kandidat yang bersemangat dan bersedia bekerja keras untuk mengembangkan dan membangun bisnis kami bersama,” kata Pitik. Sebelumnya, Pitik meraih pendanaan Seri A senilai US$ 14 juta atau Rp 206 miliar yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dengan partisipasi dari MDI Ventures dan Wavemaker Partners. (INF)

PEMKAB AGAM BERIKAN BANTUAN PADA PETERNAK

Itik Bantuan Pemerintah Yang Diberikan Kepada Peternak
(Sumber : Istimewa)

Keseriusan dalam mengembangkan sektor peternakan ditunjukkan oleh Pemerintah Kabupaten Agam. Dalam rangka meningkatkan populasi ternak di Kabupaten Agam, Dinas Pertanian Kabupaten Agam menyalurkan bantuan berupa ternak dan alat mesin sarana prasarana pendukung peternakan.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam menekankan bahwa pada tahun 2024 ini sebanyak 33 kelompok akan mendapatkan bantuan berupa ternak dan alat mesin pendukung peternakan.

Bantuan tersebut terdiri dari berbagai macam komoditi yaitu, ternak sapi, kambing, itik, ayam, puyuh, mesin tetas dan alat pengolah pupuk organik dengan rincian ternak sapi 1 kelompok, ternak kambing 2 kelompok, ternak itik 11 kelompok, ternak ayam 13 kelompok, puyuh 1 kelompok, mesin tetas 3 kelompok, dan alat pengolah pupuk organik 2 kelompok.

Arief Restu selaku Kadis Pertanian Kabupaten Agam menegaskan bahwa bantuan ini diberikan ke kelompok untuk menunjang ekonomi masyarakat dan meningkatkan populasi di Kabupaten Agam.

“Kelompok yang dibantu oleh pemerintah di bidang peternakan bisa menjadi motor penggerak peningkatan ekonomi di tengah-tengah masyarakat di bidang peternakan,” katanya, Selasa, (23/4/2024).

Bantuan ini akan terus kita monitor dengan melibatkan UPT Puskeswan dan BPP se-Kabupaten Agam agar kelompok yang dibantu berkembang dan ikut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi keluarga dan daerah. (INF)


ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer