Proses pencernaan fermentatif dalam saluran pencernaan unggas hanya terjadi pada organ tembolok, sekum, rektum, dan kolon dalam kondisi terbatas. Pada peternakan unggas komersial pemberian pakannya mengandalkan pakan jadi atau pakan konsentrat pabrikan. Namun dalam proses metabolisme pengurai dalam pencernaan unggas, kedua jenis pakan pabrikan itu tidak terurai seluruhnya karena tidak lengkap hadirnya mikrooganisme pengurai sehingga kandungan protein dalam kotoran masih tinggi kemudian beroksidasi yang menimbulkan bau tak sedap.
Kadar protein, daya cerna, dan asam amino yang rendah, serta serat kasar yang tinggi pada limbah pertanian dan agroindutsri biasanya menjadi faktor pembatas dalam penggunaannya sebagai pakan unggas. Maka untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan nilai nutrisinya diperlukan suatu proses yang dapat mencakup proses kimiawi, biologis melalui teknologi fermentasi (Hutagalung 1978, Yeong 1982, Zamora et al., 1989 dikutip Norbertus Kaleka 1991).
Mikroorganisme yang Terlibat dalam Proses Fermentasi
Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik (tanpa oksigen) (Fardiaz, 1992 dikutip Norbertus Kaleha). Sedangkan menurut Satiawihardja (1992) adalah proses dimana komponen-komponen kimiawi yang dihasilkan akibat adanya pertumbuhan/metabolisme mikroba (secara aerob dan anaerob).
Beberapa jenis mikroorganisme yang mampu meningkatkan kadar protein dan beberapa substrat limbah pertanian, seperti pada tabel berikut:
Jenis Mikroorganisme yang Dapat Meningkatkan Kadar Protein dan
Subtrat Limbah Pertanian
Mikroorganisme |
Subtrat |
Kadar
protein Sebelum Fermentasi (%) |
Kadar
Protein Sesudah Fermentasi (%) |
Sumber |
Aspergillus niger |
Lumpur
sawit |
11,00-12,00 |
23,00 |
Pasaribu
et al., 1998 |
Aspergillus niger |
Bungkil
kelapa |
21,69 |
37,40 |
Sinurat
et al., 1996 |
Aspergillus niger
NKRL 337 |
Bungkil
inti sawit |
14,19 |
25,06 |
Bintang
et al., 1999 |
Aspergillus niger |
Ampas
sagu |
2,30 |
16,30 |
Ulfah
& Bamualim, 2002 |
Aspergillus niger |
Singkong
|
2,00 |
23,37 |
Komplong
et al., 1994 |
Aspergillus niger |
Onggok
|
1,85 |
14,74 |
Supriyati,
2003 |
Rhizopus oligosporus |
Biji
karet |
19,20 |
30,15 |
Wizna
et al., 2000 |
Sumber: Norbertus Kaleka, 2020.
• Fermentasi onggok dan kulit ari kedelai. Onggok (hasil sampingan pembuatan tapioka ubi kayu) dan kulit ari kedelai (hasil pengupasan biji kedelai) merupakan limbah agroindustri yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan unggas. Campurkan bahan onggok (1,5 kg/15%) dan kulit ari kedelai (1,5 kg/15%) kemudian aduk merata. Masukkan dalam wadah plastik/ember besar lalu tambahkan 8 liter air hangat, setelah agak dingin tambahkan ragi (Aspergillus niger) 100 gr kemudian aduk kembali. Tutup rapat wadah plastik/ember dan biarkan selama tiga hari.
Level
Pemberian Limbah Pertanian dan Limbah Agroindustri Fermentasi untuk Berbagai
Unggas
Bahan Pakan
Terfermentasi |
Diberikan
untuk |
Level
Pemberian |
Efek
Terhadap Unggas |
Sumber |
Onggok
|
Ayam
kampung hitam |
10%
|
Bobot
hidup 96,7 gr/12 mgg konsumsi pakan 3076 gr, FCR 3,346, IOFC Rp 5.082 |
Supriyati
et al., 2003 |
Dedak
padi |
Itik
alabio |
5,10,
dan 15% |
Tidak
berbeda nyata terhadap produksi, telur, konversi pakan |
Rohaeni
et al., 2004 |
Bekatul
|
Ayam
Arab grower |
10,
20, 30, dan 40% |
Nyata
menurunkan lemak dan kolesterol daging, serta meningkatkan protein daging |
Sujono,
2001 |
Ampas
tahu |
Itik
lokal jantan |
10,
20, dan 30% |
Tidak
nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan FCR |
Setyowati,
2005 |
Sumber:
Norbertus Kaleka, 2020.
0 Comments:
Posting Komentar