Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini telur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

UPAYA KEMENTAN MENANGKAL HOAX TELUR PALSU

Drh Pujiono mengklarifikasi hoax telur palsu di Kediri


Beberapa waktu yang lalu media sosial kembali dihebohkan oleh isu telur palsu yang ditemukan oleh seorang wanita di kota Kediri. Dalam sebuah video yang beredar, tampak sejumlah telur ayam dalam kondisi terpecah yang isinya tampak kental menyerupai jel. Namun setelah dilakukan uji laboratorium, telur tersebut ternyata asli dan emak-emak tersebut meminta maaf.

Menanggapi isu ini Kementerian Pertanian cq Ditjen Peternakan dan Keswan menggelar talk show bertajuk "Kesmavet Talk : Hati - Hati telur palsu". Acara tersebut diselenggarakan secara live streaming melalui daring instagram dan facebook ditjen peternakan dan kesehatan hewan pada Kamis (20/5) yang lalu.

Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB University sekaligus Anggota Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan Kementerian Pertanian Dr Drh Denny Widaya Lukman dan perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri Drh Pujiono.

Dalam paparannya, Dr Denny menjelaskan segala aspek mengenai telur. Dari proses pembentukan telur, cara memperlakukan dan menyimpan telur, hingga cara memilih telur yang baik dan layak makan dijelaskan secara mendetail dengan bahasa yang mudah dimengerti. 

"Isu telur palsu ini sudah berkali-kali muncul seperti isu daging ayam yang mengandung hormon, saya tegaskan sekali lagi, tidak akan ada yang namanya telur palsu secanggih apapun teknologi yang manusia miliki," tutur Denny. 

Denny menghimbau kepada para konsumen agar lebih rajin membaca dan memilih berita agar tidak mudah termakan isu hoax, terlebih lagi menyebarkan isu tersebut ke media sosial. Karena tentunya hal ini juga akan merugikan sektor peternakan akibat ketakutan makan telur palsu yang sebenarnya adalah hoax.

Drh Pujiono selaku perwakilan pemerintah daerah kemudian menjelaskan kronologi peristiwa beredarnya video tersebut di berbagai laman media sosial. Menurutnya itu hanya kesalahpahaman dan salah handling telur saja.

Telur tersebut dimasukkan ke dalam kulkas bagian bawah, bukan freezer. Setelah lima hari dipecahkan oleh si Ibu tetapi tidak bisa. Selain itu cangkangnya sulit dipecahkan, putih dan kuningnya mencair dan bercampur menjadi satu. Tidak seperti telur pada umumnya. Bahkan dari dalam telur keluar cairan bening yang kemudian mengeras seperti lem. Kulit ari yang berada di dalam cangkang juga kenyal saat ditarik," tutur Pujiono.

"Setelah diperiksa di laboratorium oleh tim kami, 10 butir sampel telur tersebut bukanlah telur palsu melainkan membeku karena suhu yang terlalu dingin, nah ini kan berarti salah handling dan salah paham tapi tidak dilakukan klarifikasi alias tabayyun," tambah Pujiono.

Pujiono kemudian menghimbau agar kaum ibu - ibu tidak terburu - buru untuk langsung membuat postingan seperti itu dan menyebarkannya. Karena selain dapat menyebabkan keresahan, sang pembuat dan penyebar juga dapat dipidanakan karena menyebarkan hoax.

"Ini merupakan cambuk juga bagi kami agar lebih dekat dan mengedukasi masayarakat lebih luas. Saya harap isu ini tidak lagi terulang, pemerintah sedang gencar meningkatkan konsumsi telur, karena isu ini program tadi dapat terhambat, bahkan membuat peternak dan pedagang telur rugi," tukas Pujiono.

Senada dengan Pujiono, Denny juga menghimbau kepada kaum ibu - ibu agar lebih cerdas, banyak membaca, menggali informasi, dan kritis dalam menghadapi isu - isu terkait hal tersebut. Ia juga mengajak kepada seluruh stakeholder di dunia peternakan agar senantiasa dan tidak bosan mengedukasi masyarakat agar tidak mudah termakan hoax.

Kemenkominfo bahkan beberapa waktu yang lalu pernah merilis bahwa hoax beredarnya telur palsu ini menempati peringkat ke-6 dari beberapa hoax yang meresahkan masyarakat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. (CR)




TELUR DAN MANFAAT GIZI DI MASA PANDEMI DIBAHAS DI ILC

Webinar ILC edisi ke-16 membahas mengenai Telur dan Manfaat Gizi di Masa Pandemi. (Foto: Dok. Infovet)

“Telur merupakan sumber protein hewani paling murah yang mudah terjangkau masyarakat. Protein hewani sangat penting, terutama untuk anak dalam masa pertumbuhan. Telur adalah protein hewani termurah, kaya akan gizi, serta mengandung banyak vitamin. Karena sangat lengkap zat gizi yang terkandung, telur sering kali disebut Kapsul Ajaib,” ujar panitia Indonesia Livestock Club (ILC), Andang S. Indartono dalam webinar ILC edisi ke-16 bertajuk “Telur dan Manfaat Gizi di Masa Pandemi”, Senin (1/2/2021).

Khususnya di era pandemi saat ini selain penerapan protokol kesehatan yang ketat, juga dibutuhkan asupan sumber pangan yang bergizi untuk membangun sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit, salah satunya melalui telur ini.

Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, DR Dhian Probhoyekti Dipo MA, Indonesia masih mengalami kendala kekurangan dan kelebihan gizi bagi anak maupun balita, serta permasalahan kekurangan energi kronis bagi ibu hamil. Hal ini diakibatkan asupan pangan yang kurang bergizi dan tidak beragam.

“Untuk itu sesuai arahan presiden, kita harus melakukan perbaikan pola konsumsi makanan sesuai gizi seimbang, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses terhadap sumber gizi dan lain sebagainya,” tutur Dhian yang menjadi pembicara pertama.

Salah satu sumber pangan bergizi, lanjut dia, adalah telur yang memiliki gizi lengkap, ketersediaan melimpah, harga murah, daya terima baik, pengolahannya mudah, hingga diterima oleh semua agama.

“Telur menjadi prioritas pilihan yang paling layak sebagai sumber protein hewani keluarga. Data dari BPS 2018, konsumsi telur kita baru hanya 20,58%, untuk itulah edukasi dan pemahaman mengenai manfaat telur sangat diperlukan, apalagi di era pandemi. Perlu upaya bersama untuk meningkatkan konsumsi telur ini,” katanya dihadapan 300 peserta yang hadir.

Alasan mengapa pentingnya telur dikonsumsi, dipaparkan Dhian adalah karena di dalam telur terkandung nilai gizi yang sangat baik, diantaranya energi (154 kkal), protein (12,4 g), lemak (10,8 g), zat besi (3,0 mg), kalsium (86 mg), fosfor (258 mg), zinc (1,5 mg), vitamin (A, B1, B2, B3) dan lain sebagainya. Sehingga konsumsi satu butir telur sangat disarankan, khususnya bagi anak dalam masa pertumbuhan dan ibu hamil (perkembangan dan pertumbuhan sel otak janin dan anak).

Kendati demikian, lanjut dia, saat ini masih banyak mitos yang terjadi di masyarakat mengenai konsumsi telur, yakni mitos alergi, kolesterol, bahkan ibu hamil tidak disarankan mengonsumsi telur.

“Padahal faktanya tidak semua anak alergi akibat konsumsi telur, memperkenalkan telur sejak dini justru membantu mengurangi reaksi alergi. Kemudian telur mengandung protein dan 11 vitamin dan mineral yang sangat baik dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil,” ungkapnya.

“Konsumsi satu butir telur juga tidak akan meningkatkan kolesterol, itu sudah dilakukan penelitian. Karena satu butir telur setiap hari, gizi keluarga terpenuhi, bebas stunting dan Indonesia kuat,” pungkas Dhian.

Webinar yang dilaksanakan pada pukul 13:00 WIB ini juga menghadirkan pembicara lain yakni Penasehat Pinsar Petelur Nasional, Yoseph Setiabudi dan Guru Besar FKH Unair, Prof Dr Ir Sri Hidanah MS. Webinar diselenggarakan atas kerja sama Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI). (RBS)

TELUR INFERTIL BEREDAR, IZIN USAHA BUDIDAYA AYAM PETELUR HARUS MILIKI NKV


Kementan perketat peredaran telur melalui sertifikasi NKV (Foto: Ist)

Kementerian Pertanian (Kementan) memperketat peredaran telur melalui sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Hal ini menyusul peredaran telur infertil.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, telur infertil dari breeding farm memiliki potensi risiko kesehatan bagi masyarakat apabila dikonsumsi.

Hal ini karena adanya residu fumigasi dari formaldehid dan ikut terkonsumsi serta masuk dalam saluran pencernaan manusia.

"Sertifikat NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah, telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk hewan pada unit usaha produk," jelas Ketut dalam siaran resmi, Minggu (14/6/2020).

Ketut mengatakan, NKV wajib dimiliki oleh semua unit usaha produk hewan termasuk unit usaha budidaya ayam petelur dan unit usaha pengumpulan, pengemasan dan pelabelan telur konsumsi. Hal ini sesuai dengan Permentan No. 11 Tahun 2020 tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner pada unit usaha produk hewan.

Menurut Ketut, aturan ini sangat tegas dengan menerapkan sejumlah sanksi bagi pelanggar. Adapun sanksi bagi unit usaha yang tidak mengajukan sertifikasi NKV atau unit usaha yang belum memenuhi persyaratan teknis (dalam pembinaan maksimal 5 tahun) mulai dari sanksi administrasi berupa peringatan tertulis dan atau penghentian sementara dari kegiatan produksi hingga pencabutan izin usaha.

"Setiap produk hewan yang diedarkan untuk konsumsi, wajib berasal dari unit usaha yang memiliki NKV. Kami semua memahami bahwa persyaratan NKV adalah persyaratan yang ideal yang harus dipenuhi oleh produsen telur untuk menjamin bahwa telur tersebut aman di konsumsi oleh publik," ungkap Ketut.

Lebih lanjut ditegaskan Ketut, pihaknya memastikan sejauh ini ia berupaya untuk mendorong publik lebih peduli bersama dengan stakeholder, agar petani ternak bisa memperhatikan prinsip-prinsip keamanan (biosecurity dan biosafety) dalam beternak. Untuk itu, penegakan persyaratan NKV ini akan dilaksanakan secara bertahap dan memiliki skala prioritas.

Dalam hal ini diprioritaskan terlebih dahulu terhadap produsen telur, unit usaha atau perusahaan telur yang berskala bisnis dan melayani kebutuhan telur untuk publik.

"Konsumen diharapkan cerdas, tidak tergiur dengan harga yang murah. Belilah telur yang memang diperuntukan untuk konsumsi dan berlabel NKV, karena telah dijamin keamanan dan kualitasnya oleh pemerintah," tutur Ketut.

Sebagai informasi, telur infertil bersumber dari ayam ras petelur atau layer komersial hasil budidaya, bukan pembibitan (dalam pemeliharaannya tidak dicampur dengan pejantan) atau telah lazim disebut telur konsumsi.

Telur infertil mamiliki ciri warna cangkang atau kerabang telur berwarna coklat. Warna kerabang sendiri dipengaruhi deposit pigmen induk selama proses pembentukan telur dan ditentukan oleh genetik ayam. Namun, pembentukan warna kerabang telur tidak ditentukan oleh asupan pakan dan tidak berkaitan dengan nilai gizi telur. (Sumber: kompas.com)


MENYUSUL LIVE BIRD, HARGA TELUR IKUT ANJLOK

Senada dengan live bird, harga telur ikut anjlok

Harga telur ayam ras dalam beberapa minggu terakhir ini terus mengalami penurunan. Bahkan, sepekan terakhir, harga salah satu sembako ini anjlok drastis hingga Rp 10.500/kg di tingkat peternak. Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Jatim, Rofiyasifun, mengatakan merosotnya harga telur ayam ras ini sudah terjadi sejak tahun lalu dan fluktuasinya semakin tidak bisa diprediksi.

"Peternak ayam layer sekarang lagi mengalami ujian berat. Di Blitar harga telur terdeteksi per kilogram sekitar Rp 10.500 sampai Rp 13.500. Itu harga kisaran rata-rata ya," jelas Rofiyasifun, Senin (4/5/2020).

Dia menjelaskan, harga telur ayam ras peternak hanya dihargai Rp 10.500/kg jika melepasnya kepada bakul atau pengepul. Sementara jika bisa menjualnya langsung ke konsumen, peternak bisa mendapatkan harga Rp 13.500/kg. Namun menjual langsung ke konsumen, tentu sulit dilakukan

"Itu harga Rp 13.500/kg peternak harus keliling jual langsung mendekati konsumen," ungkap Rofiyasifun.

Di sisi lain, harga pakan berupa jagung memang stabil di harga Rp 3.500/kg. Namun hal itu banyak membantu lantaran harga jual telur ayam ras jauh lebih parah. Selain itu, harga DOC (day old chicken) atau anakan ayam juga masih tinggi.

"Kita sedang diuji. Harganya gilaa-gilaan (turunnya). Kalau harga jagung Rp 3.500/kg seperti sekarang, HPP-nya telur Rp 18.000-19.000/kg. Belum lagi harga afkiran ayam juga anjlok, ayam afkir bayangkan murah sekali, cuma Rp 9.000-11.000/ekor," ungkap dia.

Peternak asal Desa Suruh Wadang, Kecamatan Kademangan, Blitar ini menuturkan, jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin peternak ayam layer akan mengalami nasib seperti peternak ayam broiler atau pedaging mandiri di mana banyak yang gulung tikar sejak beberapa tahun terakhir. 

"Dulu nggak seperti ini kondisinya. Naik turun telur wajar, habis turun naik lagi. Turun maksimal 2 bulan dalam setahun. Kalau sekarang hampir nggak pernah naik," jelas Rofiyasifun.

Penurunan Merata 

Saat normal, harga telur ayam di pasaran berada di kisaran Rp 23.000-26.000/kg. Sementara di tingkat peternak dijual di kisaran Rp 19.000-21.000/kg. Mengutip data Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia ( Pinsar), Senin (4/5/2020), harga telur ayam ras memang turun drastis.

Sebagai contoh, harga telur ayam di tingkat peternak seperti di Jawa Timur dijual Rp 10.000 hingga Rp 15.000/kg. Lalu di sentra telur ayam ras Jawa Tengah seperti Kendal dijual Rp 16.300/kg, Solo Rp 16.000/kg, Magelang Rp 16.500/kg.

Beberapa daerah lain di Indonesia seperti Lampung harga telur di tingkat kandang peternak dijual Rp 18.000, Palembang Rp 17.000/kg. (CR)



MENELISIK PROBLEM AYAM PETELUR MODERN

Perkembangan genetik ayam petelur modern memang sangat spektakuler. Jika diikuti dengan perbaikan tata laksana pemeliharaan yang sesuai, mampu menghasilkan paling tidak 350 butir telur per hen house selama 75 minggu produksi. (Foto: Dok. Infovet)

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant – Jakarta)

Jargon “more eggs less feed” tampaknya sudah “lengket” dengan  karakteristik umum Ayam Petelur Modern (APM). Sadar atau tidak, sekarang para peternak ayam petelur tengah berhadapan dengan ayam petelur “gaya baru”. Keengganan untuk mengikuti perubahan tata laksana pemeliharaan yang seiring dengan perkembangan genetik APM tersebut tentu saja akan memengaruhi penampilan (performance) akhir ayam yang dipelihara. Ujung-ujungnya, tidak saja menyebabkan keuntungan yang sudah di depan mata melayang, tetapi juga dapat menjadi faktor pencetus masalah baru yang kompleks dan terkesan misterius.  Gangguan produksi telur APM pada sindroma obesitas yang diikuti oleh “yolk peritonitis” misalnya, adalah suatu contoh yang paling representatif dan sering terjadi di lapangan.

Perkembangan genetik APM memang sangat spektakuler. Jika diikuti dengan perbaikan tata laksana pemeliharaan yang sesuai, maka seekor APM mampu menghasilkan paling tidak 350 butir telur per hen house selama 75 minggu produksi atau sebanyak 429 butir telur per hen house selama 90 minggu produksi. Bandingkan dengan sebelumnya, pada tahun 2000 ke bawah, rata-rata hanya 319 butir telur per hen house selama 75 minggu produksi. Itu saja tidak cukup. Bobot telurnya pun lebih besar, yang tadinya berkisar antara 56-62 gram per butir menjadi 60-65 gram per butir. Perbaikan penampilan fenotip ini tentu saja menuntut kualitas pullet yang baik, dimana perkembangan bobot badan dan keseragaman ayam selama masa pullet harus seiiring berkembang.

Salah satu sifat APM yang sangat menonjol adalah keseimbangan pembentukan dasar konformasi tubuh (antara kerangka dan per-ototan) yang sangat dominan paling telat sampai ayam berumur 6 minggu. Itulah sebabnya, pada saat APM berumur 4 minggu, maka bobot badan harus mencapai bobot minimal yang ditentukan berdasarkan standar strain yang ada dan dengan keseragaman ayam yang harus di atas 80%. Melalui timbang bobot badan dan “grading” seratus persen pada umur 4 minggu tersebut, maka peternak hanya mempunyai kurun waktu dua minggu untuk memperbaikinya, karena puncak pertumbuhan hiperplasia untuk organ-organ visceral terjadi antara 4-6 minggu.

Gangguan pertumbuhan pada fase ini tentu berarti terhambatnya perkembangan tipe hiperplasia (pertambahan jumlah sel) dari sel tulang (osteoblast), sel otot (sarcoplasma) maupun sel-sel sistem tubuh lainnya. Pencapaian bobot badan yang sesuai bobot standar strain merupakan suatu indikator yang baik untuk membaca kecukupan nutrisi yang diperoleh APM selama masa pullet dari minggu ke minggu. Di sisi lain, tatalaksana pemeliharaan yang telaten sesuai dengan “pakem” yang ada dapat memperbaiki keseragaman pullet dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan hiperplasia tersebut terus berlanjut sampai ayam berumur 8-10 minggu, tergantung jenis sistem tubuh. Yang jelas, pertumbuhan hiperplasia kerangka tubuh (framing) sudah mendekati jenuh pada saat ayam berumur 8-10 minggu, sedangkan pertumbuhan hiperplasia per-ototan (fleshing) mendekati jenuh ketika pullet berumur 6-8 minggu. Itulah sebabnya, tidak tercapainya bobot badan ayam pada umur 6 minggu akan membawa dampak yang cukup signifikan pada penampilan produksi (% hen day), kualitas telur dan total deplesi dari flok ayam yang bersangkutan pada fase produksi.



Gangguan pertumbuhan hiperplasia kerangka tubuh akan membatasi pertumbuhan matriks tulang, yaitu tempat untuk menyimpan senyawa kalsium yang sangat dibutuhkan pada saat produksi. Kerangka tubuh yang relatif lebih kecil akan mengakibatkan kelebihan nutrisi yang dikonsumsi pada fase-fase selanjutnya dan dengan mudah dideposit menjadi lemak tubuh, khususnya lemak perut (abdomen).  Ini berarti, obesitas lebih mudah terjadi. Pada APM, cadangan energi yang baik adalah otot kerangka, bukan pada lemak tubuh. Itulah sebabnya, pada saat menjelang produksi telur (umur 14 minggu), ketebalan lemak abdomen tidak boleh lebih dari 0,5 cm.

Di samping itu, strain-strain baru dari APM cenderung mempunyai konversi pakan yang sangat baik pada saat umur 8-12 minggu. Keteledoran dalam mengelola pemberian pakan akan memperbesar peluang terjadinya obesitas alias kegemukan. Dalam fase ini juga sering terjadi menurunnya keseragaman ayam. Paling banyak disebabkan karena pola pemberian pakan yang ceroboh. Oleh sebab itu, monitor respon pakan dalam bentuk monitor bobot badan ayam secara mingguan sangat dianjurkan secara ketat pada fase ini.

Pada kejadian obesitas, tingginya deposit lemak abdomen akan mengakibatkan beberapa hal pada masa produksi seperti: a) Meningkatnya kasus prolaps yang diikuti dengan kanibalisme dan kematian ayam. b) Tingginya kejadian mati mendadak akibat terjadinya perlemakan hati (Fatty liver syndrome). c) Meningkatnya kasus “floating eggs” (ovum terlempar ke dalam rongga perut) yang berlanjut dengan yolk peritonitis. Kondisi terakhir ini biasanya berkembang menjadi lebih parah jika terjadi infeksi sekunder oleh kuman Koli.

APM yang umumnya mempunyai kerangka tubuh (body frame) relatif lebih kecil alias ramping dibandingkan dengan ayam petelur klasik tentu akan mempunyai kepekaan yang lebih tinggi terhadap efek obesitas. Menyempitnya liang pubis merupakan suatu contoh yang paling representatif. Kondisi ini jelas akan mengakibatkan gangguan fisiologis saat ayam akan bertelur, yaitu dalam bentuk manifestasi prolaps yang terjadi beberapa saat setelah peletakan telur. Prolaps yang ditemukan akibat adanya obesitas biasanya terjadi beberapa minggu sebelum puncak produksi telur dan terus berlanjut hingga 2-4 minggu setelah puncak produksi tercapai. Keadaan inilah yang mengakibatkan penyusutan (deplesi) ayam selama produksi akan meningkat antara 0,2-0,3% per minggu atau bahkan lebih. Padahal dalam kondisi normal, penyusutan ayam selama produksi adalah maksimal 0,1% per minggu.



Obesitas juga akan mengakibatkan gangguan fisiologis bagian infundibulum dari oviduk (saluran reproduksi). Kondisi ini akan mengakibatkan tidak selarasnya pembukaan ujung infundibulum dengan sel telur (ovum) yang dilemparkan dari indung telur pada saat ovulasi terjadi. Tegasnya, pada ayam yang mengalami obesitas, adanya “floating eggs” yang diikuti dengan yolk peritonitis merupakan suatu hal yang paling sering ditemukan. Itulah sebabnya, mengatasi kasus yolk peritonitis di lapangan sering kali membawa rasa frustasi. Bagaimana tidak, kuman Koli (Escherichia coli) yang sering dituding menjadi penyebabnya seolah tidak bergeming sedikitpun dengan preparat antibiotika. Benarkah kuman Koli sebagai penyebab utama? Atau problem resistensi preparat antibiotika terhadap kuman Koli memang sudah terjadi? Perlu diketahui, ditemukannya kuman Koli pada pemeriksaan di laboratorium merupakan efek lanjutan proses obesitas tersebut di atas. Jadi selama problem obesitas masih dituntaskan pada individu-individu ayam dalam suatu flok, maka kejadian yolk peritonitis seolah-olah terjadi berulang-ulang dan tidak memberikan respon yang baik terhadap program pengobatan dengan antibiotika. Infeksi sekunder jelas terjadi beberapa saat setelah terjadinya “floating eggs”.

Di atas telah disebutkan bahwa obesitas juga akan mempermudah terjadinya Fatty liver syndrome (FLS). Pada kasus yang ringan, adanya FLS jelas akan mengakibatkan terganggunya sintesa albumin di dalam jaringan hati. Dengan demikian, putih telur cenderung akan lebih encer dan/atau rasionya dibandingkan dengan kuning telur cenderung akan menurun. Ujung-ujungnya adalah bobot telur akan menjadi lebih ringan dan/atau telur akan menjadi lebih kecil dari ukuran standar strain. Manifestasi FLS juga akan mengakibatkan menurunnya respon terhadap vaksin, terutama baik terhadap kekebalan humoral maupun terhadap kekebalan sel.



Untuk mengatasi hal tersebut, lakukan beberapa langkah umum seperti berikut:
• Yakinkan konsumsi pakan APM pada awal kehidupannya tercapai. Untuk ini, temperatur indukan buatan (brooder) harus sesuai dengan yang dibutuhkan dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 6-9 kali per hari untuk minggu pertama, serta 4-6 kali per hari untuk minggu kedua dan seterusnya sangat dianjurkan. Pakan untuk minggu pertama sebaiknya diberikan ad libitum (secukupnya) dan selanjutnya ditata sesuai dengan respon pertumbuhan ayam pada minggu-minggu berikutnya.
• Lakukan pengecekan kebutuhan energi dan protein yang dapat dicerna dari strain ayam yang dipelihara berdasarkan buku penuntun pemeliharaan ayam. Dengan demikian, pengaturan jumlah pakan yang diberikan per hari tidak menyimpang dari yang dibutuhkan ayam.
• Lakukan seleksi yang ketat terhadap APM yang ada, terutama setelah minggu pertama. APM yang relatif kecil harus dipisahkan dan dikumpulkan menjadi satu kelompok tersendiri atau dibuang.
• Lakukan penimbangan bobot secara berkala, dianjurkan dimulai di minggu pertama dan segera setelah vaksinasi Gumboro atau ND yang kedua. Pada saat ayam berumur 4 minggu dianjurkan ditimbang 100% dari populasi, sedangkan lebih dari 4 minggu, maka penimbangan sebaiknya dilakukan setiap minggu sebanyak 3-5% dari total populasi, tergantung pada keseragaman ayam pada penimbangan sebelumnya.
• Monitor bobot badan APM tersebut sebaiknya juga disertai dengan analisa keseragaman ayam. Pada saat ayam berumur 4 minggu, sebaiknya keseragaman tidak boleh kurang dari 80%. Keseragaman ayam ini diharapkan terus meningkat dan pada saat menjelang produksi telur, keseragaman diharapkan tidak kurang dari 85%.
• Petakan dan bandingkan bobot badan, serta keseragaman aktual ayam dengan kurva standar yang sesuai dengan standar strain.
• Penambahan pakan untuk ayam yang berumur 8-12 minggu harus dengan kehati-hatian yang tinggi. Yang jelas, efek penambahan pakan akan mengakibatkan penambahan bobot badan dalam tempo 7-14 hari. Oleh sebab itu, penambahan pakan yang terlalu agresif tentu saja akan mempermudah terjadinya obesitas. (toe)

MENELISIK KESIAPAN INDUSTRI TELUR OLAHAN INDONESIA

FGD BBA 38 Membahas Probabilitas Industri Pengolahan Telur


Fluktuasi harga telur yang kerap terjadi menjadi permasalahan sendiri bagi peternak layer. Oleh karenanya pembentukan industri telur olahan bisa jadi alternatif dalam mengakali hal tersebut. Itulah yang dibahas dalam Focused Group Discussion (FGD) mengenai industri telur olahan (tepug telur) di Jakarta (17/10) yang lalu.

Diskusi tersebut diselenggarakan oleh LSM Pusat Kajian Pertanian Pangan & Advokasi (PATAKA) melalui acara bertajuk Bincang – Bincang Agribisnis (BBA). Yeka Hendra Fatika Ketua PATAKA mengatakan bahwa perlu dilakukan upaya dalam menyelesaikan masalah ini sehingga peternak ayam petelur dapat bernafas lebih lega. “Saya rasa industri ini sangat mungkin untuk dibuat di negeri kita, secara umum kan kita surplus untuk produksi telurnya dan ini bisa jadi solusi bagi permasalahan fluktuasi harga telur,” tuturnya membuka diskusi.

Pernyataan Yeka didukung oleh data yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita. Menurut data yang dipaparkan oleh Ketut, produksi telur dalam empat tahun terakhir rata-rata meningkat 1 juta ton. Tahun 2019, potensi produksi telur mencapai 4.753.382 ton dengan rata-rata produksi per bulan 395.187 ton.Produksi tersebut telah melampaui kebutuhan telur nasional tahun ini sebanyak 4.742.240 ton dengan rata-rata konsumsi per bulan 395.187 ton. Dengan begitu, kata Ketut, Indonesia tahun ini sudah mencapai surplus telur 11.143 ton. “Ketika kita surplus, tapi tidak bisa barang ni diekspor, mau nggak mau kan kita harus mencari akal, nah hayo siapa disini integrator yang berani mengambil peluang bisnis tepung telur ini?.” kata Ketut.

Bisnis pengolahan tepung telur dianggap prospektif di Indonesia, pasalnya impor tepung telur Indonesia menunjukkan peningkatan. Dari data Badan Pusat Statistik yang dipaparkan saat diskusi, impor kuning telur dan putih telur pada 2015 sebesar 1.310,33 ton. Volume impor meningkat menjadi 1.785,1 ton pada 2018. Memasuki 2019, kurun waktu Januari-Agustus impor tepung telur sebesar 1.130,27 ton.

Kendati demikian, Ketua Umum GPPU Achmad Dawami mengingatkan bahwa untuk menghadirkan industri ini membutuhkan investasi, pengalaman, waktu, skala, dan pendanaan yang perlu dikoordinasikan sejumlah pihak. "Investasinya bukan sedikit untuk industri karena betul-betul higienis. Telur media yang paling gampang terkontaminasi dengan bakteri, pasti pabriknya seperti laboratorium," ujarnya.
Selain itu, perlu dukungan penyediaan tempat atau lahan untuk pembangunan pabrik tepung telur. Terkait hal tersebut, kemudahan perizinan dan pendanaan dari bank dinilai sangat menentukan.Pemerintah pun perlu membuat kebijakan yang mendukung seperti insentif pajak. "Operasionalnya biar swasta yang jalan," imbuhnya.Industri tepung telur ini menurut Dawami tidak hanya sebagai penyangga, namun bisa berskala besar. (CR)





Koordinasi Apik, Karantina dan AVSEC Gagalkan Pengiriman Telur Burung Unta

Petugas BKP Pekanbaru Menggagalkan penyelundupan Telur Burung Unta (Sumber foto : BKP)

Pekanbaru - Karantina Pekanbaru gagalkan pengiriman telur burung unta tujuan Yogyakarta. Telur yang dikemas dalam kardus berukuran 30x30x45 cm itu dikirim melalui jasa ekspedisi.

Kecurigaan bermula pada saat paket bertuliskan makanan tersebut diperiksa melalui x-ray oleh pihak kemanan (AVSEC) cargo Bandara SSK II Pekanbaru. Terlihat pada layar berbentuk seperti telur. Kemudian pihak AVSEC berkoordinasi dengan petugas Karantina Pekanbaru dan didapati kardus tersebut berisi 4 butir telur burung unta yang dilapisi kertas koran. 3 butir telur dalam keadaan utuh, sedangkan 1 butir telah pecah.

"Pengiriman telur ini tanpa disertai sertifikat kesehatan dari karantina. Jadi kami tahan. Pemilik sudah dihubungi untuk diberikan sosialisasi tentang prosedur dan kelengkapan dokumen karantina. Harapan kami kedepannya pengiriman telur burung unta dapat dilakukan sesuai dengan peraturan," ujar drh. Rissar Siringo-ringo, petugas Karantina Pekanbaru. (BKP)

Keluar Kandang, Begini Tips Simpan Telur Sebelum Didistribusikan

Foto: Pixabay

Produk peternakan biasanya mempunyai sifat yang mudah rusak, apalagi jika tidak diproses dengan pengendalian mutu yang baik. Beberapa produk peternakan seperti telur memang mempunyai daya tahan yang lebih baik jika dibandingkan daging dan ikan.

Meskipun demikian, telur pun harus disimpan dengan pengelolaan yang tepat agar kualitas telur tetap terjaga. Biasanya telur akan rusak karena air dan zat-zat makan dalam telur menguap, dan bisa juga karena kontaminasi bakteri dari luar yang masuk melalui pori-pori kulit telur.

Soeyanto, peternak ayam layer Cikupa, Tangerang berbagi beberapa tips cara menyimpan telur yang baik usai diambil dari kandang. Dalam proses pengumpulan telur dan  penyimpanan telur, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

1. Kandang ayam harus diupayakan selalu bersih dan tidak lembab

2. Setelah diambil dari kandang, telur biasanya dipilih berdasarkan ukuran, kondisi cangkang, bentuk normal telur, dan kebersihannya

3. Telur  dicuci terlebih dahulu untuk menghindari kotoran maupun bakteri dari kandang yang menempel pada cangkang telur

4. Simpan telur yang sudah bersih di cool storage

5. Telur juga bisa disimpan dalam periuk tanah yang dilapisi dengan jerami atau daun pisang kering

6. Kantong plastik juga bisa menjadi tempat yang praktis untuk menyimpan telur. Telur bisa disimpan dalam kantong plastik yang tertutup rapat, supaya tidak ada pertukaran udara yang merusak kelembaban telur

7. Sesuai SOP, telur yang terkumpul langsung didistribusikan ke agen, jika masih berniat menyimpan maksimal 3 hari

Semoga bermanfaat.


Ketersediaan Daging dan Telur Ayam Jelang Natal dan Tahun Baru 2019

Jumpa pers Dirjen PKH terkait ketersediaan daging. (Foto: Dok. Kementan)

Ketersediaan daging ayam, sapi dan telur menjelang Hari Raya Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 dijamin mencukupi. Hal ini dilontarkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita dalam jumpa pers, Kamis (22/11/2018) di Gedung C, Kementerian Pertanian, Jakarta. 

Ketut menandaskan perhitungan ketersediaan dan kebutuhan daging sapi dan kerbau terdapat surplus  sebanyak 11.219 ton.

“Perlu kami sampaikan bahwa  produksi sapi lokal sebanyak 35.845 ton, sedangkan kebutuhan daging sapi sebanyak 55.305 ton. Kekurangan disediakan melalui impor sapi dan daging sebanyak 30.679 ton, dengan  komponen impor sapi bakalan sebanyak 18.217 ton, setara sapi 91.543 ekor dan komponen impor daging sapi dan kerbau sebanyak 12.462 ton, setara sapi 62.623 ekor,” ungkapnya.

Ketut pun menegaskan untuk ketersediaan daging ayam menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2019 juga mengalami surplus. Berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan daging ayam, dapat disimpulkan terdapat potensi surplus atau kelebihan produksi daging ayam tahun 2018 sebanyak 466.445 ton dengan rataan per bulan sebanyak 38.870 ton. 

“Potensi produksi DOC, Final Stock Broiler sebanyak 3.281.345.300 ekor, dengan rataan perbulan sebanyak  273.445.442 ekor atau 62,9 juta ekor per minggu. Potensi produksi daging berdasarkan produksi DOC tahun 2018 sebanyak 3.517.721 ton, dengan rataan perbulan sebanyak 293.143 ton. Sedangkan proyeksi Kebutuhan daging tahun 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan perbulan sebanyak 254.273 ton,” sebutnya.

Disamping perhitungan berdasarkan potensi, lanjut Ketut, juga dilakukan penghitungan berdasarkan laporan realisasi produksi dari masing-masing perusahaan sampai dengan bulan Oktober 2018. Berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan terdapat surplus produksi daging sampai dengan November  2018 sebanyak 269.582 ton, dengan rataan per bulan sebanyak 22.482 ton.

“Berdasarkan potensi ketersediaan dan proyeksi kebutuhan telur ayam ras, maka terdapat potensi surplus telur sebanyak  795.071 ton pertahun atau 66.256 ton perbulan,” terangnya.

Produksi telur ayam tahun 2018 diperoleh dari laporan data realisasi produksi DOC layer tahun 2016, 2017, dan tahun 2018 yakni Januari hingga Mei 2018 karena produksi telur diperoleh setelah ayam umur 4,5 bulan. 

Berdasarkan data realisasi produksi DOC 2016-2018 tersebut diperoleh populasi ayam layer komersial tahun 2018 per bulan berkisar antara 207.565.729 ekor – 222.560.615 ekor, dengan rerata populasi perbulan sebanyak 214.153.020 ekor.

Sementara berdasarkan struktur umur diperoleh populasi layer komersial umur produktif yakni 19 sampai 88 minggu berkisar antara 144.023.895 ekor hingga 155.112.710 ekor, dengan rerata populasi sebanyak 149.103.895 ekor.

“Produksi telur tahun 2018 dihitung berdasarkan populasi layer komersial umur produktif, sehingga diperoleh potensi produksi  telur tahun 2018 sebanyak 2.561.481 ton, atau dengan rerata per bulanan sebanyak 213.457 ton. Sedangkan proyeksi kebutuhan telur tahun 2018 sebanyak 1.766.410 ton atau dengan rerata bulanan sebanyak 147.201 ton,” lanjut Ketut.

“Berdasarkan perhitungan kebutuhan dan ketersediaan daging sapi/kerbau, daging ayam dan telur ayam ras pada akhir tahun 2018 atau menjelang natal dan tahun baru 2019 dalam kondisi surplus, sehingga kondisinya sangat aman,” tambahnya.

Untuk menjaga stabilitas harga diharapkan seluruh Polda sampai Polres akan membentuk tim dan berkoordinasi dengan instansi terkait, dengan melakukan pemantauan ketersediaan pasokan dan harga pangan strategis menjelang dan selama Natal dan Tahun Baru 2019. 

Direktur PT Dharma Jaya, Johan Ramadhon yang hadir dalam jumpa pers turut menegaskan kebutuhan daging sapi/kerbau di DKI Jakarta untuk Natal hingga Tahun Baru 2019 dalam kondisi aman. 

Johan menuturkan pasokan daging ayam ke pasar-pasar di DKI Jakarta sebagian besar dipasok dari peternak mandiri dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, dan Lampung.

“Kami saat ini menyediakan kebutuhan daging dan ayam untuk program pangan bersubsidi yaitu masyarakat penerima bantuan pangan bersubsidi. Untuk kebutuhan pasar pun kami jamin sesuai dengan kemampuan pasok yang dimiliki,” tutupnya. (NDV)

Harga Acuan Telur dan Ayam Direvisi



Ilustrasi ayam 

Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 58 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, yang berlaku mulai 1 Oktober 2018.

Kemendag menetapkan harga batas atas dan harga batas bawah telur ayam dan daging ayam demi menjaga keuntungan peternak. Revisi harga acuan ini rata-rata meningkat Rp 1.000 per kilogram (kg).

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menetapkan harga batas bawah telur di tingkat peternakan sebesar Rp 18 ribu per kg, sementara batas atasnya adalah Rp 20 ribu per kg.

Usai menggelar Rapat Koordinasi Harga Telur dan Ayam, Rabu (26/9/2018), Mendag mengatakan Permendag direvisi supaya Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bisa menyerap telur dari para peternak ini dengan harga bseli yang tidak rendah.

Harga telur di tingkat konsumen akan naik menjadi Rp 23 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 22 ribu per kilogram. Selain itu, harga ayam hidup untuk acuan pembelian di petani juga ditentukan menjadi Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp 17 ribu-Rp 19 ribu per kilogram.

Revisi harga acuan pada dua komoditas tersebut turut berdampak pada harga di tingkat konsumen. "Harga di konsumen untuk telur Rp 23 ribu per kg dan karkas Rp 34 ribu per kg," ujarnya.

Sebelumnya, harga acuan telur ayam di tingkat konsumen adalah Rp 22 ribu per kg dan Rp 32 ribu per kg untuk daging karkas.

Penetapan harga acuan tersebut bersifat fleksibel tergantung situasi. "Kita tidak mungkin menentukan harga tanpa melihat perkembangan yang ada dan pasti melalui proses. Seperti hari ini kami mengundang semua stakeholder," ujar Enggar, sapaan akrabnya.

Jika tidak disikapi dan mengambil langkah, maka akan menimbulkan persoalan. Peternak berpotensi akan mengambil langkah afkir dini yang pada jangka panjang berdampak pada pasokan telur di masa depan.

Pemerintah berupaya menjaga dampak akibat perubahan harga yang dilakukan. Menurutnya, setiap perubahan harga memberi konsekuensi kenaikan harga jual kepada konsumen yang bisa berdampak inflasi. (Sumber : republika.co.id)










Hindari Kebosanan, Konsumsi Telur dengan Varian Menu

Egg Masala asal India. (Sumber: Google)

Jika bosan mengonsumsi telur ceplok, dadar, atau sambal balado, cobalah berganti menjadi aneka olahan negara tetangga. Beda olahan, asupan gizi telur tetap didapat.

Siapapun tahu bahwa telur memiliki kandungan protein tinggi. Telur juga menjadi menu favorit bagi masyarakat untuk memenuhi asupan gizi setiap hari. Selain praktis dalam mengolahnya, protein hewani ini juga tak sulit untuk didapatkan. Di warung, minimarket, hingga supermarket menyediakan.

Mengolah telur juga banyak ragamnya, sesuai selera. Ada yang senang diceplok, direbus, ada juga yang gemar dijadikan omelet. Kepintaran seorang ibu dalam menyajikan menu yang bervariasi menjadi kunci anak-anaknya tak mudah bosan mengonsumsi telur.

Olahan telur yang monoton bukan hanya membuat anak bosan, namun juga memicu anak enggan menyantap dan mulai beralih ke menu makanan lain yang bisa jadi kandungan gizinya di bawah telur. “Memberi asupan protein dari telur untuk anak tidak harus untuk lauk, tapi juga bisa dibuat kue,” tutur Irmayanti, seorang ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita paruh baya yang pintar masak ini, banyak varian makanan yang bisa diolah dengan menggunakan telur sebagai bahannya. Dalam seminggu, setidaknya tiga hari ia menyiapkan menu telur untuk keluarganya. Olahnya berganti-ganti, mulai dari telur bulat sambal balado, dadar Jawa, kadang dibuat gulai telur. “Kadang kalau hari libur, saya siapkan kue berbahan telur. Anak-anak saya paling suka,” tambahnya.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Prof Dr Ir Ali Khomsan, juga berpendapat sama. Variasi dalam mengolah telur penting dilakukan agar anak-anak tak mudah bosan mengonsumsi, seperti dibuat omelet, atau dicampur dengan bahan makanan lain, sehingga lebih nikmat dan tidak membosankan. Dengan cara membuat variasi sajian, maka asupan protein dari telur juga bisa menjadi lebih baik.

“Sesuatu yang dimakan secara rutin setiap hari memang membosankan, kecuali makan nasi. Tapi kalau makan telur setiap hari bisa bosan,” ujarnya.

Menurut Ali Khomsan, kebosanan konsumsi telur bisa dihindari jika diselingi dengan sumber protein lainnya. Misal, dalam seminggu divariasi dengan ikan, daging, atau sumber protein lainnya. “Menurut saya, kuliner Indonesia cukup bagus dalam mengolah telur dengan variasi penyajiannya, sehingga tidak membosankan,” tambahnya.

Bijak Konsumsi Telur
Di zaman serba digital saat ini mencari informasi teknik membuat varian menu berbahan telur ayam tidaklah sulit. Cukup banyak portal kuliner, bahkan media sosial, yang menyuguhkan tutorial lengkap memasak makanan berbahan baku telur. Kadang, dilengkapi dengan foto hasil olahan yang menggoda selera.

Jika keluarga bosan dengan sajian telur yang itu-itu saja, tak ada salahnya jika mencoba berganti olahan ala menu negara luar. Misalnya, menu Masala asal India, Huevos Rancheroz dari Meksiko, atau Oeoufs Au Plat Bressane ala Perancis semacam roti yang dipanggang dengan krim dan telur, atau lainnya.

Panduan teknik mengolahnya bisa didapatkan di internet. Cukup ketik “varian menu telur”, dijamin akan muncul puluhan resep pilihan. Dengan tutorial yang lengkap dan mudah, para ibu rumah tangga pasti tak terlalu sulit membuatnya.Varian olahan telur semacam ini akan lebih menarik perhatian anak untuk menyantapnya. Bentuk olahannya beda, namun kandungan gizi dalam telur tetap didapat.

Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, asupan gizi dari protein hewani dalam telur sangat dibutuhkan. Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana dengan orang dewasa, benarkah sebaiknya dibatasi mengonsumsi telur setiap hari?

Bagi sebagian orang, mengonsumsi telur setiap hari tidak masalah. Namun ada juga yang khawatir terkena kolesterol. Menurut Ali Khomsan, meskipun nikmat, namun menikmati telur juga harus diperhatikan jumlahnya. “Kita mesti bijak dalam mengonsumsi,” ujarnya.

Ahli gizi ini menjelaskan, sebutir telur ayam mengandung sekitar 250 mg kolesterol. Sedangkan dalam sehari, dianjurkan mengonsumsi kolesterol tidak lebih dari 300 mg. Artinya, kalau dalam sehari mengonsumsi dua butir telur, kita telah mengonsumsi 500 mg kolesterol.

Bagi masyarakat di beberapa negara, seperti Amerika, tidak takut dengan kolesterol. Tapi mereka lebih takut kepada lemak, karena orang Amerika sudah sangat tinggi konsumsi lemaknya. “Lah kalau di Indonesia, saya tidak ingin menakut-nakuti orang makan telur, karena kenyataannya orang Indonesia belum cukup banyak makan telur. Kalau makan telur itu menjadi isu negatif, justru akan membuat masyarakat takut makan telur,” ucapnya.

Menurut dia, untuk orang Indonesia mengonsumsi telur lebih dari satu butir sehari tidak masalah, karena tingkat konsumsi pangan hewan lainnya masih rendah. Tingkat konsumsi susu dan daging pun masih sangat rendah, maka konsumsi telur menjadi alternatif karena harganya lebih murah.

Selain murah, telur juga menjadi sumber protein yang sangat mudah didapatkan. Ali Khomsan menyarankan, kekhawatiran terhadap kandungan  kolesterol pada telur tidak perlu digembar-gemborkan. “Tapi memang kalau setiap hari secara terus-menerus mengonsumsi telur lebih dari satu butir itu kurang bijak. Yang relatif bijak ya satu butir sehari,” ungkapnya.

Varian olahan menu telur. (Sumber: Google)

Kampanye Harus Gencar
Rendahnya tingkat konsumsi telur oleh masyarakat Indonesia selama ini menjadi pemberitaan dari tahun ke tahun. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian tahun 2016, menunjukkan rata-rata konsumsi telur ayam ras per kapita per tahun 99.796 butir.

Tahun ini, dibandingkan dengan Malaysia, tingkat konsumsi telur di Indonesia juga masih lebih rendah. Konsumsi telur di Indonesia baru 125 butir per kapita per tahun, sementara Malaysia sudah 340 butir.

Menurut Ali Khomasan, upaya peningkatan konsumsi telur ayam (termasuk daging ayam) harus jadi upaya semua pihak secara massif, terstruktur dan terpadu. Sebab itu, kampanye konsumsi telur perlu ditingkatkan lagi.

“Di level masyarakat kampanye ini bisa dilakukan melalui posyandu (pos pelayanan terpadu), di level Nasional paling tidak Direktorat Jenderal Peternakan atau Menteri Pertanian yang mengkampanyekan,” ujarnya.

Jumlah penduduk yang banyak ditambah kemampuan daya beli tinggi, namun tingkat konsumsi rendah tentunya tidak bisa dianggap remeh. Konsumsi daging ayam dan telur seyogyanya menjadi satu diantara pemenuhan kebutuhan protein bagi kesehatan. Otomatis, muaranya adalah peningkatan kualitas manusia sebagai imbas dari tercukupnya konsumsi gizi.

Kampanye gizi dan edukasi kepada masyarakat harus digencarkan. Publik perlu terus diedukasi bahwa daging ayam dan telur merupakan sumber protein hewani yang ekonomis. Jika dilihat perbandingan harga per gram protein antara daging ayam dan telur terhadap daging sapi, susu, domba, kambing, ikan dan lainnya, maka daging ayam dan telur itu lebih murah harganya per kilogram protein. (Abdul Kholis) 

Rupiah Terus Melemah, Daging Ayam Melambung

Kurs dolar menguat terhadap rupiah pengaruhi harga daging ayam


Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS sedari 8 Mei lalu hingga hari ini berada di angka Rp 14.025, membawa dampak naiknya harga pakan ternak. Kenaikan harga pakan ini merembet hingga harga daging ayam dan telur pun ikut melambung.

Kementerian Pertanian menyatakan harga daging ayam ras segar mengalami kenaikan karena dipengaruhi naiknya harga pakan ternak yang dipicu penguatan kurs dolar terhadap rupiah.

Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendardi mengakui terjadi kenaikan harga untuk dua komoditas pangan tersebut pada 2-3 hari belakangan ini.

Hal tersebut dikemukakan Agung pada Diskusi Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kementerian Kominfo Jakarta, Jumat (11/5/2018). Dia menegaskan komoditas pangan menjelang Ramadhan tidak mengalami kenaikan harga, kecuali daging ayam dan telur.

"Saya akui daging ayam dan telur naik karena harga pakan juga naik. Karena dolar menguat, harga pakan naik mencapai 100 sampai 150 rupiah per kilogram," kata Agung.

Ia memaparkan naiknya harga pakan ternak, khususnya dari konsentrat yang masih impor, menyebabkan kenaikan ayam DOC (day old chicken) sebesar Rp 500 per ekor. Kenaikan daging ayam ras dari Rp 32.000 per kg menjadi Rp 36.000 per kg.

Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga telur naik sekitar Rp300 per Kg dari dua hari lalu, yakni semula Rp25 ribu per Kg menjadi Rp25.300 per Kg. Pada 3 Mei 2018 lalu, harga telur ayam masih Rp24.200 per Kg.

Data PIHPS Nasional per 11 Mei 2018, harga rata-rata nasional daging ayam ras segar mencapai 35.700 per kg. Harga terendah terdapat di Sulawesi Selatan sebesar Rp27.100 per kg, sedangkan 
harga tertinggi daging ayam ras segar di Kepulauan Bangka Belitung mencapai Rp47.150 per kg.

Sementara itu, harga rata-rata telur ayam ras segar per 11 Mei 2018, sebesar Rp25.250 per kg. Harga terendah telur terdapat di Sumatra Utara sebesar Rp19.650 per kg, sedangkan harga tertinggi di Papua mencapai Rp36.150 per kg.

Dalam menstabilkan harga dan pasokan, Agung menambahkan, sjumlah langkah sinergis yang dilakukan Kementan bersama Bulog dan Kementerian Perdagangan. Langkah tersebut antara lain menggelar bazar pasar murah, monitoring harian, dan pasar e-commerce bahan pangan pokok. (NDV/berbagai sumber).



Stok Pangan Aman Jelang Puasa dan Lebaran

Dirjen PKH, I Ketut Diarmita. (Foto: Ridwan)

Melalui Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita, pemerintah menegaskan ketersediaan telur dan daging ayam cukup menjelang Puasa dan Idul Fitri 2018. Hal tersebut ia sampaikan saat konferensi pers di kantornya, Jumat (11/5).

Ia menyampaikan, berdasarkan prognosa ketersediaan, produksi daging ayam 2018 sebesar 3.565.495 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi sebesar 3.047.676 ton, sehingga terjadi surplus sebanyak 517.819 ton. “Khusus untuk bulan Puasa dan Lebaran yang jatuh pada Mei dan Juni 2018, diperoleh ketersediaan daging ayam sebanyak 626.085 ton dengan kebutuhan konsumsi sebanyak 535.159 ton, sehingga terjadi surplus sebanyak 90.926 ton,” kata Ketut.

Ia melanjutkan, sama halnya dengan ketersediaan telur ayam yang juga kelebihan pasokan nasional sebesar 202.195 ton, karena produksi 2018 sebanyak 2.968.954 ton dengan jumlah kebutuhan konsumsi 2.766.760 ton. Khusus untuk ketersediaan telur selama bulan Puasa dan Lebaran terdapat produksi sebesar 521.335 ton dan jumlah kebutuhan sebanyak 485.831 ton. “Sehingga ada kelebihan stok sebanyak 35.504 ton. Dan kita harapkan harganya stabil terjangkau, jika naik pun diharapkan tidak terlalu tinggi,” tambahnya.

Dalam konferensi yang dihadiri oleh beberapa pelaku usaha ini, Ketut meminta kerjasama untuk menjaga kestabilan harga, agar tercipta iklim usaha yang sehat dan suasana tenang. Para pelaku usaha juga meyakinkan pemerintah tidak ada kenaikan harga DOC FS dan kenaikan harga ayam, daging ayam, maupun telur selama bulan Puasa dan Lebaran. Adapun Isu kelangkaan dan kenaikan harga DOC FS karena ulah oknum yang memanfaatkan situasi.

Menurut Ketua Peternak Layer Nasional (PLN), Musbar, pelaku usaha siap mendukung dan ikut menjaga harga daging dan telur ayam tetap stabil menjelang hari besar keagamaan. “Ketersediaan telur cukup untuk memenuhi kebutuhan selama Puasa dan Lebaran,” katanya.

Sementara, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono, mengimbau untuk bisa bersinergi bersama-sama dalam memajukan industri perunggasan. “Para pelaku usaha dan asosiasi perunggasan bisa berperan aktif menjaga stabilitas harga dan ketersediaan, sehingga masyarakat dapat beribadah dengan tenang dan khusyuk,” ucapnya. Pihaknya juga sudah mempersiapkan beberapa titik operasi pasar yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha untuk ikut memperlancar distribusi dan mendukung stabilisasi harga.

Selain daging dan telur ayam, sebelumnya Kementan juga memastikan pasokan daging sapi menjelang Puasa dan Idul Fitri aman terkendali. Pasokan daging dipenuhi dari sapi bakalan siap potong yang tersedia sebanyak 165.228 ekor atau setara 31.491 ton daging. Kemudian impor daging sapi dari Australia, New Zaeland, Amerika Serikat dan Spanyol sudah tersedia 12.531 ton, lalu stok daging kerbau India sebanyak 3.948 ton di Bulog. “Jadi setelah di total (Mei-Juni) kita surplus ketersediaan daging sebesar 7.034 ton,” kata Ketut, Selasa (8/5).

Ia menambahkan, “Selain itu, kita juga sudah merekomendasikan Bulog untuk impor daging kerbau sebanyak 50 ribu ton, tinggal menunggu implementasinya. Dan dengan hadirnya impor itu kita sudah sangat aman (Puasa dan Lebaran)”.

Soal keamanannya, lanjut ketut, pihaknya bekerjasama dengan Satgas Pangan Mabes Polri untuk menjaga situasi hari besar keagamaan. “Agar umat muslim bisa menjalankan ibadah dengan tenang dan nyaman,” pungkasnya. (RBS)

MENGENAL BERBAGAI MACAM MESIN TETAS TELUR

Mesin tetas telur semi otomatis.

Dalam usaha peternakan, khususnya peternakan unggas, proses penetasan telur merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan usaha. Salah satu faktor lambatnya produksi telur karena peternak masih menggunakan metode konvensional dalam menetaskan telur. Sebagian besar peternak beranggapan bahwa alat mesin tetas masih mahal dan sulit digunakan. Namun kenyataannya mesin tetas tradisional dan semi modern merupakan jenis mesin tetas yang sesungguhnya mudah dioperasikan dan keuntungannya mampu mempercepat laju produksi, serta memberikan berbagai kemudahan bagi peternak.

Masalah utama dalam penetasan telur secara alami, dalam arti dierami oleh induk unggas betina, terletak pada keterbatasan jumlah telur yang dieraminya. Sebagai contoh, indukan ayam hanya mampu mengerami sebanyak 20-40 butir dari 100 butir telur yang dihasilkan setiap periode bertelurnya. Begitu pula indukan itik/bebek umumnya hanya mampu mengerami 40% dari total jumlah telur yang diproduksi. Oleh karena itu, bila mengandalkan pengeraman secara alami maka persentase keberhasilan telur yang menetas alias “daya tetas” (hatchability) hanya sekitar 50-60%, di mana kegagalan ini dapat disebabkan ketidakstabilan kondisi lingkungan, sehingga embrio ayam dalam telur tidak berkembang sempurna, yang berbuntut pada kerugian bagi peternak.

Sejarah Alat Penetas Telur
Salah satu alat penetas telur buatan yang paling pertama di dunia tercatat dibuat manusia muncul di Kota Fayum, Mesir, sekitar 3000 tahun lalu, dengan wujud sebuah rumah yang terbuat dari tumpukan batu bata yang ditempeli lumpur, berbentuk persegi panjang dan disekat menjadi kamar-kamar kecil dengan oven disetiap ruangannya. Jalan akses masuk terletak di bagian tengah rumah, berbentuk memanjang yang membagi dua ruangan disebelah kiri dan kanannya. Pada masa itu karyawan benar-benar hidup dan tidur di bangunan tersebut. Ruang penetasan di gubuk lumpur itu juga memiliki rak-rak untuk membakar jerami, kotoran dan arang yang berfungsi sebagai sumber penghangat. Lubang ventilasi yang terletak di ruangan berfungsi mendinginkan telur dan mengeluarkan asap pembakaran. Orang Mesir kuno ternyata sudah mengetahui bahwa embrio akan menempel pada bagian dalam telur bila posisi telur tidak rutin diubah, sehingga mereka sehari sekali membalikkan telur. Untuk mengontrol kelembaban terutama disaat akhir masa pengeraman, di mana kelembaban harus dinaikkan maka mereka menempatkan karung goni basah pada telur tersebut. Bahkan hingga saat ini, tradisi penetasan kuno Mesir di kota Fayum masih tetap dipertahankan dan meneruskan tradisi inkubasi tersebut karena tingkat keberhasilan penetasan cukup tinggi yaitu 90%, di mana dari 40.000 telur mereka berhasil menjual lebih dari 32.000 anak ayam per minggu sepanjang tahun.

Pada pertengahan 1600-an bangsa Eropa mulai menyadari bahwa teknik bangsa Mesir tidak praktis dan mustahil diterapkan di Eropa yang bermusim dingin/bersalju, sehingga bangsa Eropa yang dirintis oleh ilmuwan Perancis bernama De Beamur menciptakan mesin penetas dengan menggunakan panas dari fermentasi dan termometer sederhana. Selanjutnya pada pertengahan abad ke-20, sejalan dengan perkembangan bidang elektronika ditemukan termostat dan berbagai perangkat teknolagi lainnya, yang diikuti dengan meningkatnya permintaan akan unggas serta produknya, maka menggiring manusia pada peralatan mesin penetas telur modern. Mesin tetas modern diciptakan ilmuwan peternakan Amerika, yang memiliki ruangan dengan suhu terkontrol dan kelembaban sempurna untuk memastikan penetasan berjalan optimal, serta rak raksasa yang diputar dengan sistem komputer setiap satu jam sekali. Model mesin tetas ini mampu menampung puluhan ribu telur ayam dan jauh lebih mudah pengoperasiannya.

Di Indonesia sendiri salah satu perusahaan unggas di daerah Bandung, yang sejak tahun 1950-an sudah menggunakan mesin penetas modern dan membuat mesin penetas sederhana berkapasitas 100-500 butir telur untuk dijual. Dan pada tahun 1970-an mulailah banyak perusahaan peternakan ayam ras yang menggunakan mesin tetas yang lebih canggih dan manajemen peternakan profesional, baik yang berstatus PMDN maupun PMA yang mendorong peningkatan pesat perunggasan di Indonesia.

Macam-macam Mesin Tetas
Mesin tetas dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan sistem kerja, kapasitas tampung telur dan kelengkapan komponennya, sebagai berikut:
a. Mesin tetas tradisional: Mesin tetas tipe ini bekerja dengan sistem yang masih sederhana, di mana sebagian besar terdiri dari ruangan/wadah tempat telur dan sumber panas tanpa komponen lainnya yang sangat cocok untuk skala produksi anak ayam/itik (DOC/DOD) dalam jumlah kecil atau rumah tangga. Biasanya berkapasitas sekitar 200-500 butir telur per unit. Sumber panas biasanya berasal bahan sederhana dengan biaya terjangkau, seperti lampu minyak atau petromak yang berbahan bakar  minyak tanah atau tungku api yang berbahan bakar sekam padi, di mana sistem pengontrolan kualitas telur masih dilakukan secara manual dengan membuka tutup ruang penetasan untuk pemeriksaan setiap hari di samping proses pemutaran telur (turning of egg) dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.
b. Mesin tetas semi otomatis: Mesin ini merupakan pengembangan dari mesin tetas tradisional, di mana komponen dan perlengkapannya lebih unggul daripada mesin tetas tradisional termasuk kapasitasnya lebih besar (sekitar 200-700 butir telur) dan dilengkapi wadah telur yang dipasangi tuas pemutar manual. Bahkan ada peternak  yang menggunakan tipe mesin tetas ini dengan kapasitas lebih besar lagi mencapai 1.000-1.200 butir telur, yang dilengkapi alat pengatur suhu dan kelembaban. Ada pula mesin tetas semi otomatis yang lebih lengkap lagi, yakni dengan memakai pemanas kawat buatan pabrik.
c. Mesin tetas otomatis: Mesin tetas ini memiliki sistem kerja dan kelengkapan komponen yang lebih mutakhir dibandingkan dengan kedua mesin tetas terdahulu, di mana terdapat pengatur suhu dan kelembaban yang bekerja digital dan serba otomatis, di samping bagian dalam mesin sudah ada pembeda antara setter (ruang pengeraman) dan hatcher (ruang penetasan). Kapasitas mesin tetas otomatis 1.000-5.000 butir telur per unit.

Keunggulan Penggunaan Mesin Tetas
Penggunaan mesin tetas memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan  penetasan secara alami (dierami oleh induk ayam/itik), antara lain ruang mesin tetas lebih luas dan lebar sehingga dapat menempatkan telur dalam jumlah banyak, yang berarti mampu meningkatkan keuntungan usaha dibanding dengan secara alami. Selain daripada itu, keunggulan lainnya ialah: 
• Tingkat keberhasilan telur yang menetas lebih besar, yaitu 80% (secara alami hanya 50-60%).
• Penetasan telur dapat dilakukan terus-menerus tanpa terganggu oleh perubahan cuaca, karena telur ditempatkan di ruang khusus.
• Daya hidup anak ayam/itik hasil penetasan dengan mesin tetas lebih tinggi disebabkan perubahan suhu dari dalam telur ke lingkungan luar telur tidak terlalu ekstrim.
• Indukan ayam/itik dapat terus-menerus melakukan produksi dan reproduksi tanpa perlu terganggu dengan kewajiban mengerami dan memelihara anakannya.
• Kontrol terhadap kualitas telur lebih mudah dilakukan, di samping kontaminasi bakteri dan jenis kuman lainnya lebih kecil karena sebelum di masukkan ke dalam mesin tetas terlebih dulu telur disimpan di ruang pendingin khusus.

Perbedaan Masa Pengeraman Berbagai Unggas
Masa pengeraman dari berbagai jenis unggas tidaklah sama, tergantung pada ukuran besar telurnya. Semakin besar ukuran telur maka semakin lama masa pengeramannya, seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1: Masa Pengeraman Telur Berbagai Jenis Unggas
No.
Jenis Unggas
Lama Pengeraman
1
Puyuh
16 hari
2
Ayam
21 hari
3
Itik
28 hari
4
Entok (itik Manila)
35 hari
5
Angsa
40 hari
6
Burung unta
60 hari

Sumber: Abdul Wakhid, “Membuat Sendiri Mesin Tetas Praktis” (2017).

Telur berbagai unggas membutuhkan syarat lingkungan yang sesuai untuk penetasannya, antara lain faktor suhu dan kelembaban. Embrio akan berkembang cepat bila suhu
lingkungan lebih dari 32,22oC dan kelembaban di atas 60%. Embrio akan berhenti berkembang bila suhu ≤ 26,66oC. Setelah mengalami pengeraman sesuai jenis unggasnya tersebut, maka telur akan menetas jadi anakan, yang kemudian anakan akan diasuh induknya (bila dierami secara alami) selama 1-2 bulan dan kemudian baru disapih induknya.

Faktor yang Mempengaruhi Daya Tetas
Bila terjadi daya tetas telur rendah tidak sesuai dengan standar pada penggunaan mesin tetas otomatis, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari farm (peternakan pembibitan) atau proses di penetasan (hatchery), seperti pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2: Faktor yang Perlu Dikontrol pada Kasus Daya Tetas Rendah pada Mesin Tetas Otomatis
Faktor yang Dikontrol
Farm
Hatchery
Pakan Breeder
Sanitasi
Penyakit
Penyimpanan telur
Infertil
Kerusakan telur
Kerusakan telur
Proses inkubasi (management setter & hatcher
Sanitasi telur
Penanganan DOC
Penyimpanan telur


Sumber: Cobb Hatchery Management Guide (2002).

Demikianlah sekilas pengenalan tentang mesin tetas suatu produk kemajuan teknologi yang sangat penting peranannya dalam menunjang pengembangan perunggasan tanah air. Semoga para peternak dapat memilih salah satu jenis mesin tetas tersebut sesuai dengan skala usahanya, sehingga tidak berdampak menjadi merugikan. (SA)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer