Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Hindari Kebosanan, Konsumsi Telur dengan Varian Menu | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Hindari Kebosanan, Konsumsi Telur dengan Varian Menu

Egg Masala asal India. (Sumber: Google)

Jika bosan mengonsumsi telur ceplok, dadar, atau sambal balado, cobalah berganti menjadi aneka olahan negara tetangga. Beda olahan, asupan gizi telur tetap didapat.

Siapapun tahu bahwa telur memiliki kandungan protein tinggi. Telur juga menjadi menu favorit bagi masyarakat untuk memenuhi asupan gizi setiap hari. Selain praktis dalam mengolahnya, protein hewani ini juga tak sulit untuk didapatkan. Di warung, minimarket, hingga supermarket menyediakan.

Mengolah telur juga banyak ragamnya, sesuai selera. Ada yang senang diceplok, direbus, ada juga yang gemar dijadikan omelet. Kepintaran seorang ibu dalam menyajikan menu yang bervariasi menjadi kunci anak-anaknya tak mudah bosan mengonsumsi telur.

Olahan telur yang monoton bukan hanya membuat anak bosan, namun juga memicu anak enggan menyantap dan mulai beralih ke menu makanan lain yang bisa jadi kandungan gizinya di bawah telur. “Memberi asupan protein dari telur untuk anak tidak harus untuk lauk, tapi juga bisa dibuat kue,” tutur Irmayanti, seorang ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita paruh baya yang pintar masak ini, banyak varian makanan yang bisa diolah dengan menggunakan telur sebagai bahannya. Dalam seminggu, setidaknya tiga hari ia menyiapkan menu telur untuk keluarganya. Olahnya berganti-ganti, mulai dari telur bulat sambal balado, dadar Jawa, kadang dibuat gulai telur. “Kadang kalau hari libur, saya siapkan kue berbahan telur. Anak-anak saya paling suka,” tambahnya.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Prof Dr Ir Ali Khomsan, juga berpendapat sama. Variasi dalam mengolah telur penting dilakukan agar anak-anak tak mudah bosan mengonsumsi, seperti dibuat omelet, atau dicampur dengan bahan makanan lain, sehingga lebih nikmat dan tidak membosankan. Dengan cara membuat variasi sajian, maka asupan protein dari telur juga bisa menjadi lebih baik.

“Sesuatu yang dimakan secara rutin setiap hari memang membosankan, kecuali makan nasi. Tapi kalau makan telur setiap hari bisa bosan,” ujarnya.

Menurut Ali Khomsan, kebosanan konsumsi telur bisa dihindari jika diselingi dengan sumber protein lainnya. Misal, dalam seminggu divariasi dengan ikan, daging, atau sumber protein lainnya. “Menurut saya, kuliner Indonesia cukup bagus dalam mengolah telur dengan variasi penyajiannya, sehingga tidak membosankan,” tambahnya.

Bijak Konsumsi Telur
Di zaman serba digital saat ini mencari informasi teknik membuat varian menu berbahan telur ayam tidaklah sulit. Cukup banyak portal kuliner, bahkan media sosial, yang menyuguhkan tutorial lengkap memasak makanan berbahan baku telur. Kadang, dilengkapi dengan foto hasil olahan yang menggoda selera.

Jika keluarga bosan dengan sajian telur yang itu-itu saja, tak ada salahnya jika mencoba berganti olahan ala menu negara luar. Misalnya, menu Masala asal India, Huevos Rancheroz dari Meksiko, atau Oeoufs Au Plat Bressane ala Perancis semacam roti yang dipanggang dengan krim dan telur, atau lainnya.

Panduan teknik mengolahnya bisa didapatkan di internet. Cukup ketik “varian menu telur”, dijamin akan muncul puluhan resep pilihan. Dengan tutorial yang lengkap dan mudah, para ibu rumah tangga pasti tak terlalu sulit membuatnya.Varian olahan telur semacam ini akan lebih menarik perhatian anak untuk menyantapnya. Bentuk olahannya beda, namun kandungan gizi dalam telur tetap didapat.

Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, asupan gizi dari protein hewani dalam telur sangat dibutuhkan. Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana dengan orang dewasa, benarkah sebaiknya dibatasi mengonsumsi telur setiap hari?

Bagi sebagian orang, mengonsumsi telur setiap hari tidak masalah. Namun ada juga yang khawatir terkena kolesterol. Menurut Ali Khomsan, meskipun nikmat, namun menikmati telur juga harus diperhatikan jumlahnya. “Kita mesti bijak dalam mengonsumsi,” ujarnya.

Ahli gizi ini menjelaskan, sebutir telur ayam mengandung sekitar 250 mg kolesterol. Sedangkan dalam sehari, dianjurkan mengonsumsi kolesterol tidak lebih dari 300 mg. Artinya, kalau dalam sehari mengonsumsi dua butir telur, kita telah mengonsumsi 500 mg kolesterol.

Bagi masyarakat di beberapa negara, seperti Amerika, tidak takut dengan kolesterol. Tapi mereka lebih takut kepada lemak, karena orang Amerika sudah sangat tinggi konsumsi lemaknya. “Lah kalau di Indonesia, saya tidak ingin menakut-nakuti orang makan telur, karena kenyataannya orang Indonesia belum cukup banyak makan telur. Kalau makan telur itu menjadi isu negatif, justru akan membuat masyarakat takut makan telur,” ucapnya.

Menurut dia, untuk orang Indonesia mengonsumsi telur lebih dari satu butir sehari tidak masalah, karena tingkat konsumsi pangan hewan lainnya masih rendah. Tingkat konsumsi susu dan daging pun masih sangat rendah, maka konsumsi telur menjadi alternatif karena harganya lebih murah.

Selain murah, telur juga menjadi sumber protein yang sangat mudah didapatkan. Ali Khomsan menyarankan, kekhawatiran terhadap kandungan  kolesterol pada telur tidak perlu digembar-gemborkan. “Tapi memang kalau setiap hari secara terus-menerus mengonsumsi telur lebih dari satu butir itu kurang bijak. Yang relatif bijak ya satu butir sehari,” ungkapnya.

Varian olahan menu telur. (Sumber: Google)

Kampanye Harus Gencar
Rendahnya tingkat konsumsi telur oleh masyarakat Indonesia selama ini menjadi pemberitaan dari tahun ke tahun. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian tahun 2016, menunjukkan rata-rata konsumsi telur ayam ras per kapita per tahun 99.796 butir.

Tahun ini, dibandingkan dengan Malaysia, tingkat konsumsi telur di Indonesia juga masih lebih rendah. Konsumsi telur di Indonesia baru 125 butir per kapita per tahun, sementara Malaysia sudah 340 butir.

Menurut Ali Khomasan, upaya peningkatan konsumsi telur ayam (termasuk daging ayam) harus jadi upaya semua pihak secara massif, terstruktur dan terpadu. Sebab itu, kampanye konsumsi telur perlu ditingkatkan lagi.

“Di level masyarakat kampanye ini bisa dilakukan melalui posyandu (pos pelayanan terpadu), di level Nasional paling tidak Direktorat Jenderal Peternakan atau Menteri Pertanian yang mengkampanyekan,” ujarnya.

Jumlah penduduk yang banyak ditambah kemampuan daya beli tinggi, namun tingkat konsumsi rendah tentunya tidak bisa dianggap remeh. Konsumsi daging ayam dan telur seyogyanya menjadi satu diantara pemenuhan kebutuhan protein bagi kesehatan. Otomatis, muaranya adalah peningkatan kualitas manusia sebagai imbas dari tercukupnya konsumsi gizi.

Kampanye gizi dan edukasi kepada masyarakat harus digencarkan. Publik perlu terus diedukasi bahwa daging ayam dan telur merupakan sumber protein hewani yang ekonomis. Jika dilihat perbandingan harga per gram protein antara daging ayam dan telur terhadap daging sapi, susu, domba, kambing, ikan dan lainnya, maka daging ayam dan telur itu lebih murah harganya per kilogram protein. (Abdul Kholis) 

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer