Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ILC | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MANAJEMEN BROODING UNTUK TEKAN RISIKO NE

Menjaga kesehatan saluran pencernaan bukan perkara mudah, sebab terdapat sejumlah penyakit yang senantiasa mengancam. (Foto: Istimewa)

Masa brooding menjadi fase yang sangat krusial dan menjadi penentu keberhasilan dalam pemeliharaan broiler. Hal ini cukup beralasan karena pada masa ini terjadi proses perbanyakan sel (hiperplasia) dan perkembangan sel (hipertropi) yang sangat cepat pada organ penting anak ayam.

Di sisi lain pada masa brooding, sistem termoregulasi (pengaturan suhu tubuh) anak ayam belum berkembang sempurna, sehingga tugas peternak adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dan sesuai kebutuhan anak ayam.

Head of Unit Madiun BroilerX, Drh Nanang Seno Utomo, mengatakan bahwa manajemen brooding menjadi penentu keberhasilan performa broiler. Terdapat lima titik kritis yang harus benar-benar diperhatikan peternak, di antaranya manajemen pakan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan, dan air minum.

“Terkait pakan saya sarankan untuk menggunakan pakan starter berbentuk fine crumble. Dengan ukuran kecil akan lebih memudahkan anak ayam berkenalan dengan pakan. Pemberian pakan harus diberikan dengan segera setelah DOC datang, secara cukup baik tempat, jumlah, dan kualitasnya,” ujar Nanang saat menjadi narasumber dalam acara webinar Indonesia Livestock Club (ILC) edisi ke-31, pada November kemarin, bertajuk “Manajemen Brooding untuk Menekan Risiko Penyakit Necrotic Enteritis”.

Ia menambahkan, “Dengan segera mengonsumsi pakan, usus ayam bisa segera tergetak dan reseptor usus segera mengenal pakan, sehingga vili-vili dapat tumbuh maksimal dan saluran pencernaan bisa berkembang dengan baik.”

Mengenai manajemen pakan, Nanang melihat bahwa penting untuk mengatur tata letak jalur pakan dan minum agar mudah dijangkau ayam. Penempatan tempat pakan/feeder tube harus sedikit lebih rendah dari tembolok ayam jika ayam berdiri tegak. Kemudian untuk memberi stimulasi ayam agar makan, maka pakan harus tetap tersedia dan terus ditambah (top dress). Hal ini bertujuan agar pakan yang tersedia tetap segar. Selanjutnya dalam 6-8 jam, sekitar 95% DOC harus sudah makan dan minum. Hal ini bisa dilihat dengan mengecek tembolok, minimal 1% dari populasi yang tersebar di berbagai titik kandang.

“Titik kritis selanjutnya adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023. (INF)

PELUNCURAN SMART BROILER FARMING DI PERINGATAN HARI PETERNAKAN & KESEHATAN HEWAN

Produk aplikasi smart broiler farming diluncurkan dalam Indonesia Livestock Club (ILC) Edisi 23 secara daring. (Foto: Istimewa)

Fakultas Peternakan UGM menghilirisasikan risetnya dengan menciptakan sebuah sistem pendeteksi performa kandang ayam yang memudahkan peternak memantau ayam broiler melalui sebuah aplikasi bernama BroilerX, salah satu merek yang dikembangkan PT Integrasi Teknologi Unggas pada peringatan Hari Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kamis (26/8/2021).

Produk aplikasi smart farming tersebut diluncurkan dalam Indonesia Livestock Club (ILC) Edisi 23 secara daring tersebut dihadiri Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Nasrullah, Rektor UGM Prof Panut Mulyono dan Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof Ali Agus. ILC bertajuk “Unggas Merdeka dengan Big Data” diikuti sekitar 230 peserta dengan narasumber utama Founder sekaligus Direktur Utama BroilerX Jati Pikukuh dan Direktur Utama Tropic Darmawan.

Dirjen PKH Nasrullah dalam kesempatan itu menyambut baik inovasi tersebut. Ia mengatakan, “Semakin banyak atau besar data yang dipegang, maka akan semakin real dan tepat sasaran dalam analisis pengambilan kebijakan yang dilakukan pemerintah. Permasalahan besar kita sekarang adalah peternak masih belum terbuka tentang data, sehingga menyulitkan dalam pengambilan kebijakan yang sistematis terukur tepat sasaran,” kata Nasrullah.

Ia berharap inovasi yang dihadirkan benar-benar dimanfaatkan peternak dan dikembangkan sebaik mungkin, serta dapat membantu pemerintah dalam pemetaan masalah di industri perunggasan dan menghadirkan solusi aktual dan konkrit berdasarkan big data secara real time.

Pada kesempatan yang sama, Ali Agus juga mengemukakan tentang BroilerX yang merupakan produk generasi milenial karya anak bangsa dari mahasiswa UGM, sangat layak untuk mendapatkan ruang untuk terus berkembang dan berkiprah di negeri sendiri.

“BroilerX hadir dengan semangat untuk menghadirkan solusi teknologi yang dapat dimanfaatkan peternak untuk semakin mengefisienkan manajemen produksi budi daya mereka,” katanya. (IN)

REFLEKSI HARI KOPERASI NASIONAL Ke-74: KOPERASI PERUNGGASAN YANG DIHARAPKAN

ILC "Koperasi Perunggasan yang Diharapkan." (Foto: Istimewa)

Koperasi merupakan badan usaha yang sifatnya kolektif, bermisi sosial dengan memperjuangkan nasib secara bersama-sama agar anggotanya sejahtera. Koperasi juga sebagai salah satu bentuk badan usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh para anggota untuk kepentingan bersama dapat menjadi solusi terhadap persoalan perunggasan nasional saat ini.

Untuk dapat bertahan bahkan memiliki daya saing tinggi di era global dan digital, peternak unggas di Indonesia didorong untuk berkiprah dalam wadah koperasi yang modern, maju dan profesional. Hal itu mengemuka dalam Indonesia Livestock Club (ILC) edisi 22 bertajuk "Koperasi Perunggasan yang Diharapkan" yang dilaksanakan pada puncak hari Koperasi Nasional ke-74, Senin (12/7/2021).

Dalam kesempatan itu, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, yang menjadi narasumber mengajak semua insan perunggasan untuk merefleksikan peran koperasi dalam memajukan sektor strategis ekonomi rakyat, termasuk pangan dan perunggasan di tanah air.

"Kementerian Koperasi dan UKM terus mengembangkan koperasi dan UMKM sektor peternakan agar dapat berbisnis dalam skala ekonomi dan lebih efisien, diantaranya melalui korporatisasi peternak melalui koperasi, dimana koperasi berperan mengurus hulu-hilir usaha peternakan rakyat. Hal ini juga dilakukan beberapa negara maju yang memiliki koperasi peternakan besar seperti di Belanda dan New Zealand," kata Teten.

Sementara Guru Besar Fapet IPB, Prof Muladno, turut menambahkan bahwa aktor terpenting di koperasi perunggasan yakni semua tingkatan diantaranya peternak dan organisasi dalam koperasi harus minim struktur, namun kaya fungsi.

Ia menandaskan, pendampingan dari pemerintah dan perguruan tinggi adalah hal mutlak. "Inilah makna kehadiran negara bagi rakyat yang berusaha di bidang perunggasan," kata Muladno.

Dengan berkoperasi, maka akan dapat memperpendek mata rantai distribusi, menjaga keseimbangan harga pasar, menjaga kecukupan stok kebutuhan bahan pakan dan untuk anggota peternak, penyedia DOC/pullet dengan harga terjangkau, serta penyedia jasa angkutan pakan.

Salah satu indikator sejahteranya anggota koperasi perunggasan adalah bagaimana mereka mendapatkan harga input produksi lebih murah dan pada saat menjual produk dengan harga lebih baik dibanding jika tidak berkoperasi. (IN)

MERAIH PELUANG TREN BUDI DAYA AYAM BEBAS SANGKAR

Pola budi daya ayam bebas sangkar memungkinkan ayam bergerak bebas sesuai nalurinya. (Foto: Istimewa)

Kesejahteraan ternak atau hewan (Kesrawan) semakin kuat disorot banyak negara di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari peningkatan kesadaran masyarakat dunia akan tren konsumsi pangan protein hewani, kepedulian pada kelestarian lingkungan, kesehatan dan kesejahteraan hewan. Kenyataan itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa kandang baterai konvensional dilarang di Uni Eropa dan banyak negara bagian di Amerika Serikat.

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) edisi 21, Rabu (30/6/2021) dengan menghadirkan Guru Besar Fapet UGM Prof Dr Ali Agus, Manajer PT Inti Prima Satwa Sejahtera Roby T. Dharma Gandawijaya dan owner Rasyid Barokah Farm Muhammad Ridwan

Dalam webinar tersebut dijelaskan bahwa kandang ayam baterai dianggap sebagai tempat yang kurang sesuai dan berukuran kecil, sehingga ayam tidak dapat bergerak bebas atau mengekspresikan perilaku alaminya. Tren tersebut menuntut seluruh pemangku kepentingan bidang peternakan untuk tidak hanya fokus pada produksi semata, namun juga perlu memerhatikan aspek Kesrawan dalam usahanya.

Dijelaskan pula tren Kesrawan dalam hal ini pada sistem produksi telur dengan pola budi daya ayam bebas sangkar (cage free), memungkinkan ayam bergerak bebas sesuai nalurinya. Kemudian makan, minum, bersarang, bertengger dan berinteraksi dengan ayam lainnya.

Sistem bebas sangkar membuat setiap ayam lebih nyaman dan terhindar dari stres, dirawat dan dipelihara dengan baik menggunakan lima prinsip kesrawan. Pertama, terbebas dari rasa lapar dan haus. Kedua, bebas dari rasa tidak nyaman. Ketiga, kebebasan dari rasa sakit, cidera, dan penyakit. Keempat, bebas mengekspresikan tingkah laku alaminya. Kelima, bebas dari rasa takut dan tertekan.

Menurut Ali Agus, tren masa depan budi daya ayam bebas sangkar akan didorong dan ditarik oleh berbagai faktor. “Isu Kesejahteraan ternak, permintaan konsumen, gerakan pecinta atau penyayang hewan, regulasi pemerintah (insentif, grading egg quality), tata niaga yang mengikat (perusahaan multinasional), pasar segmented dan harga jual telur,” kata Dekan Fakultas Peternakan UGM tersebut.

Untuk strategi implementasi di Indonesia, kata dia, perlu untuk belajar dari praktik keseharian, dimulai dari populasi yang tidak terlalu besar, misalnya di bawah 10 ribu ekor. “Strategi berikutnya adalah perlu dilakukan penelitian berkesinambungan seputar aspek dalam budi dayam ayam bebas sangkar, peningkatan kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian, serta perlu adanya pembentukan asosiasi usaha sejenis, yakni lembaga tempat berinteraksi para praktisi budi daya ayam bebas sangkar,” tukasnya. (IN)

PRODUK PETERNAKAN PENOPANG MASYARAKAT CERDAS 5.0

Prof Dr Tridjoko Wisnu Murti DEA saat memaparkan presentasinya. (Foto: Dok. IN)

Masyarakat Cerdas 5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia dengan nilai-nilainya yang menyumbangkan kemajuan ekonomi dan pemecahan problem sosial termasuk kesehatan, oleh sistem yang mengintegrasikan ruang cyber dan ruang fisik. Ini mengembalikan sentuhan nilai kemanusiaan dalam sistem kemajuan industri.

Untuk menjaga manusia tetap cerdas dalam mengawal revolusi teknologi berperikemanusiaan, dibutuhkan gizi prima yang mencerdaskan masyarakat, antara lain pangan asal ternak, khususnya susu dan olahannya.

"Harapan utama pada masyarakat 5.0 tidak lain hidup sehat dan fungsional semakin lama," kata Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Tridjoko Wisnu Murti DEA, dalam Indonesia Livestock Club (ILC) edisi Syawalan 1442 H yang dilaksanakan melalui daring, Rabu (2/6/2021).

Diikuti sekitar 212 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, ILC ke-19 kalinya ini menghadirkan narasumber Guru Besar Fapet Universitas Halu Oleo Kendari, Prof Dr Ir Harapin Hafid MSi dan Staf Direktorat Kesmavet, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Drh Hastho Yulianto MM.

Dipaparkan Tridjoko, produk hasil olahan peternakan menjawab kebutuhan 7 miliar penduduk dunia, sekaligus mendukung adanya masyarakat cerdas. Pangan mewakili kepuasan terhadap kebutuhan vital yang tak tergantikan dan merupakan cetak dasar hidup, dapat diterjemahkan menurut Islam adalah 5 Sehat-6 Halal.

Lebih lanjut, kecernaan dan nilai biologi protein bioaktif yang tinggi dan penyedia protein untuk fungsi optimal organ tubuh seperti sistem kardiovaskular, syaraf, pencernaan dan kekebalan tubuh.

“Lemak bioaktif dalam wujud senyawa Conjugated linoleic acid bermanfaat untuk anti-diabetik, anti-kanker, anti-atherogenik dan modulasi kekebalan tubuh yang sedang tumbuh,” jelas Tridjoko. Demikian juga dengan gula laktosa unik yang ada hanya pada susu, memasok gula mono, galaktosa untuk otak yang sedang tumbuh.

Hidrolisis laktosa tersebut akan memunculkan galaktosa yang penting bagi transfer syaraf otak. Galaktosa adalah sebagai substrat untuk serebrosida, ganglioside dan mucoproteins di otak dan sistem syaraf.

“Senyawa itu juga mempunyai potensi theurapetik gangguan yang berpengaruh pada fungsi otak, seperti penyakit Alzheimer dan sindrom nefrotik,” pungkasnya. (IN)

BISNIS KULINER DUKUNG PENYERAPAN PRODUKSI UNGGAS PETERNAK DOMESTIK

ILC ke-17 bahas kiat bisnis kuliner produk hasil unggas. (Foto: Istimewa)

Wirausaha dengan di era milenial memiliki sejumlah keunggulan antara lain, mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha dengan memangkas rantai pasok dan distribusi. Digitalisasi bisnis bahkan mampu membuka akses pasar yang jauh lebih luas bagi pelaku usaha hingga ke ranah global, berkat adanya internet dan sosial media.

Di sisi lain, bagi konsumen mendapat manfaat berupa sarana pemerataan akses pasar bagi masyarakat di berbagai pelosok daerah. Adanya bisnis berbasis digital memungkinkan mereka yang berada di daerah mendapatkan produk dengan harga nyaris sama dengan yang tinggal di kota besar.

Bisnis kuliner menjadi tren di seluruh kota di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Mulai dari menu yang bervariasi, cemilan hingga makanan berat. Memiliki usaha sendiri merupakan keinginan banyak orang. Fleksibilitas kegiatan dan waktu, hingga omzet yang tak terhingga membuat banyak generasi muda lebih memilih menjalankan usaha sendiri ketimbang bekerja di perusahaan.

Hal itu mengemuka dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi17 yang diselenggarakan Indonesia Livestock Alliance (ILA), Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) dan Poultry Indonesia, Senin (15/2/2021). ILC kali ini dilaksanakan dalam rangka Program Hilirisasi Industri Perunggasan, dengan tajuk “Kiat Bisnis Kuliner Produk Hasil Unggas”.

Kegiatan menghadirkan tiga narasumber, diantaranya Guru Besar Fapet UGM dan owner Super Farm Prof Dr Yuny Erwanto, yang membahas tentang peran peternak dalam menyiapkan bahan baku kuliner hasil unggas yang berkualitas. Kemudian owner Azyro Fried Chicken, Setya Winarno, membahas seputar manajemen stok bahan baku dan distribusi produk ayam dalam grup warung makan dan Excecutive Chef Hotel Bogor, Sahira Inno Satria, yang memaparkan tentang penerapan dapur terpadu (central kitchen) untuk efisiensi kuliner produk hasil unggas.

Kuliner dengan bahan produk hasil unggas merupakan pilihan tepat, apalagi sumber protein hewani ini relatif mudah diperoleh, harga terjangkau, dapat diolah menjadi berbagai hidangan yang mengundang selera dan disukai banyak orang. Berbagai inovasi dapat dilakukan agar bisnis kuliner tetap relevan sesuai permintaan konsumen, sehingga harus mengetahui seluk-beluk karakter produk hasil unggas, memahami permintaan pasar, pemilihan bahan baku, pengelolaan logistik hingga penanganan keamanan pangannya.

Dengan makin banyaknya kuliner berbahan utama produk hasil unggas dengan berbagai inovasi, layanan dan hidangan menarik, maka akan makin banyak masyarakat yang mengonsumsi sumber protein hewani ini, sehingga meningkatkan asupan gizi protein hewani masyarakat, sekaligus meningkatkan konsumsi unggas dan produknya.

“Menyiapkan rumah makan itu harus menyiapkan juga bahan bakunya, yakni dari ayam hidup. Hal tersebut tidak terlepas dari tujuan untuk menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku,” ujar Setya Winarno.

Oleh karena itu, ia mengingatkan untuk senantiasa menjaga aliran bahan baku agar tidak kelebihan atau kekurangan stok. Kelebihan stok akan membuat uang tidak bisa diputar dan bahan menjadi riskan untuk rusak. Sedangkan jika kekurangan stok, rumah makan tersebut akan mengalami libur dan tidak bisa mendapatkan pemasukan karena tidak ada bahan untuk diolah.

Sementara dari sisi peternak sebagai penyuplai bahan baku produk hasil unggas, Yuny Erwanto berpesan agar para peternak bisa memahami prinsip bisnis kuliner seperti rumah makan, yang kebutuhannya memerlukan spesifikasi khusus seperti ukuran, bentuk potongan, jumlah potongan per ekor, jam pengantaran dan lain-lain.

“Peternakan sebagai penyedia bahan baku produk kuliner hasil unggas juga perlu untuk memahami perihal tata niaga seperti kesepakatan harga, persaingan dan cara pembayaran,” kata Yuny. (IN)

TELUR DAN MANFAAT GIZI DI MASA PANDEMI DIBAHAS DI ILC

Webinar ILC edisi ke-16 membahas mengenai Telur dan Manfaat Gizi di Masa Pandemi. (Foto: Dok. Infovet)

“Telur merupakan sumber protein hewani paling murah yang mudah terjangkau masyarakat. Protein hewani sangat penting, terutama untuk anak dalam masa pertumbuhan. Telur adalah protein hewani termurah, kaya akan gizi, serta mengandung banyak vitamin. Karena sangat lengkap zat gizi yang terkandung, telur sering kali disebut Kapsul Ajaib,” ujar panitia Indonesia Livestock Club (ILC), Andang S. Indartono dalam webinar ILC edisi ke-16 bertajuk “Telur dan Manfaat Gizi di Masa Pandemi”, Senin (1/2/2021).

Khususnya di era pandemi saat ini selain penerapan protokol kesehatan yang ketat, juga dibutuhkan asupan sumber pangan yang bergizi untuk membangun sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit, salah satunya melalui telur ini.

Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, DR Dhian Probhoyekti Dipo MA, Indonesia masih mengalami kendala kekurangan dan kelebihan gizi bagi anak maupun balita, serta permasalahan kekurangan energi kronis bagi ibu hamil. Hal ini diakibatkan asupan pangan yang kurang bergizi dan tidak beragam.

“Untuk itu sesuai arahan presiden, kita harus melakukan perbaikan pola konsumsi makanan sesuai gizi seimbang, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses terhadap sumber gizi dan lain sebagainya,” tutur Dhian yang menjadi pembicara pertama.

Salah satu sumber pangan bergizi, lanjut dia, adalah telur yang memiliki gizi lengkap, ketersediaan melimpah, harga murah, daya terima baik, pengolahannya mudah, hingga diterima oleh semua agama.

“Telur menjadi prioritas pilihan yang paling layak sebagai sumber protein hewani keluarga. Data dari BPS 2018, konsumsi telur kita baru hanya 20,58%, untuk itulah edukasi dan pemahaman mengenai manfaat telur sangat diperlukan, apalagi di era pandemi. Perlu upaya bersama untuk meningkatkan konsumsi telur ini,” katanya dihadapan 300 peserta yang hadir.

Alasan mengapa pentingnya telur dikonsumsi, dipaparkan Dhian adalah karena di dalam telur terkandung nilai gizi yang sangat baik, diantaranya energi (154 kkal), protein (12,4 g), lemak (10,8 g), zat besi (3,0 mg), kalsium (86 mg), fosfor (258 mg), zinc (1,5 mg), vitamin (A, B1, B2, B3) dan lain sebagainya. Sehingga konsumsi satu butir telur sangat disarankan, khususnya bagi anak dalam masa pertumbuhan dan ibu hamil (perkembangan dan pertumbuhan sel otak janin dan anak).

Kendati demikian, lanjut dia, saat ini masih banyak mitos yang terjadi di masyarakat mengenai konsumsi telur, yakni mitos alergi, kolesterol, bahkan ibu hamil tidak disarankan mengonsumsi telur.

“Padahal faktanya tidak semua anak alergi akibat konsumsi telur, memperkenalkan telur sejak dini justru membantu mengurangi reaksi alergi. Kemudian telur mengandung protein dan 11 vitamin dan mineral yang sangat baik dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil,” ungkapnya.

“Konsumsi satu butir telur juga tidak akan meningkatkan kolesterol, itu sudah dilakukan penelitian. Karena satu butir telur setiap hari, gizi keluarga terpenuhi, bebas stunting dan Indonesia kuat,” pungkas Dhian.

Webinar yang dilaksanakan pada pukul 13:00 WIB ini juga menghadirkan pembicara lain yakni Penasehat Pinsar Petelur Nasional, Yoseph Setiabudi dan Guru Besar FKH Unair, Prof Dr Ir Sri Hidanah MS. Webinar diselenggarakan atas kerja sama Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI). (RBS)

ILC KE-13: PENTINGNYA MENJAGA KEAMANAN PANGAN PROTEIN HEWANI

ILC edisi 13 dengan tema “Menjaga Keamanan Pangan Protein Hewani”. (Foto: Istimewa)

Di setiap mata rantai sistem pasok produk hasil ternak, masing-masing memiliki tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya kontaminasi atau pencemaran produk hasil ternak yang mengakibatkannya menjadi berbahaya bagi kesehatan konsumen. Persyaratan akan produk pangan yang aman dikonsumsi inilah yang dikenal dengan istilah keamanan pangan.

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi13 yang mengangkat topik “Menjaga Keamanan Pangan Protein Hewani” pada Sabtu (31/10/2020) melalui aplikasi daring. ILC yang diselenggarakan ke-13 kalinya tersebut diselenggarakan oleh Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), bekerja sama dengan Majalah Poultry Indonesia.

Hadir sebagai narasumber utama pada ILC yang diikuti sekitar 200 peserta yakni Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), DIrektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syamsul Ma’arif, yang membahas seputar regulasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) untuk penjaminan keamanan pangan protein hewani. Hadir pula Staf Pengajar pada Departemen Kesmavet FKH Universitas Airlangga, A.T. Soelih Estoepangestie, yang menyampaikan materi strategi menjaga keamanan pangan produk protein hewani sejak dari awal, serta narasumber dari kalangan praktisi, yakni Vice President Head of Marketing & Sales PT Ciomas Adisatwa, M. Zunaiydi, yang memaparkan pengalaman industri pengolahan produk hasil unggas dalam menjaga keamanan pangan.

Salah satu regulasi penting dalam upaya penjaminan keamanan pangan protein hewani adalah adanya Peratutan Menteri Pertanian No. 11/2020 tentang sertifikasi nomor kontrol veteriner unit usaha produk hewan. Syamsul menjelaskan, sertifikat NKV adalah bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan pangan produk hewan pada unit usaha produk hewan. NKV dalam bentuk sertifikat tersebut diberikan oleh pejabat otoritas veteriner provinsi.

Adapun jenis usaha peternakan dan olahannya yang wajib memiliki NKV yakni rumah pemotongan hewan, budi daya (unggas petelur dan sapi perah), distribusi (cold storage, kios daging, ritel, gudang kering, pengumpulan, pengemasan, pelabelan telur konsumsi, penampung susu), sarang burung walet (rumah, pencucian, pengumpulan dan pengolahan), pengolahan produn pangan asal ternak, serta pengolahan hewan non-pangan.

“Pengawasan keamanan dan mutu produk hewan dilakukan dengan pengujian mutu dan sertifikasi produk hewan, monitoring dan surveilan produk hewan, serta pengawasan keamanan produk hewan,” tutur Syamsul.

Keamanan pangan juga menjadi isu penting dalam menghindari penyebaran COVID-19, terutama dalam alur proses rantai pasok mulai dari peternak, rumah pemotongan, pabrik pengolah, pengemas, hingga ke distribusi dan konsumen. Oleh karena itu, penerapan keamanan pangan dalam setiap mata rantai sistem pasok pangan mutlak harus diintegrasikan dengan protokol penanganan COVID-19, seperti cuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker.

Sementara ditambahkan M. Zunaiydi, keamanan pangan harus dijaga sejak awal, mulai dari budi daya dengan menerapkan tata cara produksi ternak yang baik, sehingga dihasilkan produk yang sehat dan berkualitas.

“Dengan demikian proses selanjutnya, yakni proses pengolahan produk pun diharapkan dapat terjaga kualitas dan keamanan pangannya. Hal itu sejalan dengan seruan dari World Health Organization (WHO) yang mendeklarasikan bahwa keamanan pangan adalah kewajiban semua pihak. (IN)

RAYAKAN HPS KE-40, ILC BAHAS PROTEIN HEWANI YANG AMAN, HALAL DAN BERGIZI

ILC ke-12 bahas protein hewani yang aman, halal dan bergizi. (Foto: Istimewa)

Dalam menghasilkan generasi emas 2045 yang sehat, cerdas dan berdaya saing tinggi di tingkat global, sangat penting dalam menjamin ketersediaan pangan sumber protein hewani yang aman, halal dan bergizi.

Protein hewani juga berperan penting dalam pemberantasan stunting atau gagal tumbuh di Indonesia yang saat ini menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan lebih dari 20%. 

Hal itu menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia akibat kurangnya asupan protein hewani. Protein hewani merupakan makronutrien penting bagi tumbuh kembang anak. Beberapa fungsi protein hewani yang banyak terkandung asam amino esensial (tak tergantikan) yaitu membentuk jaringan baru dalam tubuh, memelihara jaringan tubuh, memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak atau mati, serta menyediakan asam amino yang diperlukan tubuh untuk membentuk enzim dan metabolisme. 

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) pada Sabtu (17/10/2020) dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Indonesia Livestock Alliance (ILA), Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Pinsar Indonesia, Pergizi Pangan Indonesia dan Majalah Poultry Indonesia, sekaligus menyambut perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-40.

ILC ke-12 kalinya tersebut menghadirkan narasumber penting, yakni Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha BPOM, Dra Dewi Prawitasari Apt MKes yang membahas tentang “Regulasi Seputar Produk Pangan Risiko Sedang pada Produk Hasil Ternak”, Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia Prof Dr Hardinsyah yang membahas “Strategi Menjaga Manfaat & Nilai Gizi produk Pangan Hasil Ternak”, Wakil Ketua Umum Pinsar Indonesia Ir H. Eddy Wahyudin MBA membahas “Kiat Peternak dalam Menghasilkan Produk Hasil Ternak yang Aman, Halal dan Bergizi”, serta Technical Manager PT Elanco Animal Health Indonesia Drh Agus Prastowo yang membawakan materi “Pengendalian Salmomella Sejak dari Budi Daya untuk Hasilkan Produk Unggas yang aman dan Sehat”.

Dalam menghasilkan produk protein hewani baik telur maupun daging ayam, pihak produsen sejak di tingkat kandang, transprotasi, rumah pemotongan hewan unggas (RPHU) hingga penyimpanan dan pengiriman ke konsumen, harus senantiasa menerapkan prinsip keamanan pangan dan kehalalan. Apalagi produk hasil ternak merupakan bahan baku pangan yang mudah rusak (perishable), sehingga penanganannya harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, agar dihasilkan produk olahan hasil ternak yang aman, halal dan terjaga status gizinya. (IN)

MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN BISNIS ITIK PASCA PANDEMI

Webinar ILC #edisi10 yang membahas mengenai industri itik Indonesia. (Foto: Istimewa)

Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia yang sangat membutuhkan asupan protein hewani. Saat ini pemenuhannya masih didominasi oleh ayam ras. Namun dalam beberapa tahun ini, permintaan pasar terhadap produk unggas air yakni itik (daging dan telur) kian meningkat. Hal itu tak lepas dari tren kuliner berbahan daging itik yang sedang melanda masyarakat Indonesia, sehingga kini banyak tersaji berbagai kuliner berbahan dasar itik.

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi10, Sabtu (29/8/2020), yang diselenggarakan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI) dengan mengangkat tema “Masa Depan Bisnis Itik Pasca Pandemi COVID-19”.

Tren tinggi permintaan produk itik seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis itik di Indonesia, sehingga peternak itik dapat terus mengembangkan usahanya dalam rangka memenuhi permintaan pasar.

Fakta tersebut sekaligus memberi tantangan dan peluang bagi pemangku kepentingan di industri itik untuk dapat mengembangkan itik baik dari segi penelitian dan pengembangannya, pembibitan, pembudidayaan, hingga ke pasca panen itik, sehingga dapat memanfaatkan peluang pasar peternakan itik.  

Pembudidayaan itik di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu, baik untuk memproduksi telur maupun produksi daging. Namun tren yang terjadi saat ini adalah masyarakat cenderung menggemari daging itik daripada telurnya. Hal itu seperti dikemukakan Ketua Waterfowl Working Group, WPSA Asia Pasifik, Dr L. Hardi Prasetyo dalam presentasinya berjudul “Pembibitan dan Produksi Itik dalam Memenuhi Permintaan Pasar”.

“Permintaan tinggi daging itik yang tidak diimbangi dengan sistem pembibitan yang baik, akan berisiko terjadinya kesenjangan antara permintaan dan kebutuhan, bahkan lebih riskan lagi terjadi pengurasan sumber daya genetik ternak itik Indonesia,” kata Hardi.

Hal senada juga disampaikan oleh Duck Farm Manager PT Satwa Primaindo, Agus Prayitno, melalui materi “Prospek Budi Daya dan Bisnis Itik Pasca Pandemi COVID-19”.

“Tidak hanya sistem pembibitan yang perlu dibenahi, sistem budi daya, tata niaga dan pasca panen itik dari hulu hingga ke hilir juga harus dibenahi. Terlebih pada masa pandemi COVID-19 ini, tidak hanya terjadi pergeseran pola konsumsi masyarakat akan produk hasil unggas air ini, namun juga perubahan dalam pola pembelian daging, tata niaga, serta sistem rantai pasokan bahan bakunya,” ucap Agus.

Para pelaku usaha, terutama dalam hal tata niaga dan pasca panen sangat diperlukan dalam hal ini, terlebih daging itik adalah termasuk bahan baku pangan yang bersifat mudah rusak, sehingga cara penanganannya harus menggunakan sistem rantai dingin yang disiplin dan tertata. Pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk mengharmonisasikannya sejak dari hingga hilir, sehingga pasca pandemi COVID-19 prospek bisnis itik makin cerah. (IN)

PENGUATAN HULU-HILIR HASILKAN PRODUK DAGING BERKUALITAS

Proses produksi yang berkaitan dengan keamanan pangan asal ternak terutama terjadi pada tempat pemotongan daging. (Foto: iStock)

Dalam mendapatkan produk daging yang aman dan higienis, dapat dilakukan tidak hanya dengan melihat saat pasca produksi, tetapi juga dari pra produksi dan proses produksinya. Hal itu disebabkan adanya berbagai cemaran berbahaya bahan baku pakan seperti mikotoksin, pestisida, logam berat dan berbagai zat berbahaya lain, yang walaupun berjumlah sedikit dan tidak menimbulkan efek langsung, tetapi cemaran itu dapat terus berada di dalam tubuh seseorang yang mengonsumsi produk hasil ternak. 

Hal itu disampaikan Dosen Fakultas Industri Halal, UNU Yogyakarta, Meita Puspa Dewi SPt MSc dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi07: Penguatan Hulu-Hilir dalam Menghasilkan Produk Berkualitas, pada Sabtu (1/8/2020), melalui sebuah aplikasi daring.

Acara diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Indonesia Livestock Alliance (ILA), Universitas Tidar, Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Meita mengatakan, proses produksi yang berkaitan dengan keamanan pangan asal ternak terutama terjadi pada tempat pemotongan, yaitu di rumah pemotongan hewan untuk daging.

“Adanya rumah pemotongan hewan (RPH) atau rumah pemotongan unggas (RPU) merupakan salah satu upaya implementasi keamanan pangan seperti yang dimaksud dalam UU Pangan,” kata Meita.

Dalam hal kualitas daging yang baik, salah satu indikatornya adalah adanya marbling pada daging yang dipilih. Marbling merupakan serat-serat lemak intraseluler yang terdapat pada daging, yakni merupakan guratan berwarna putih yang berada diantara merahnya daging, tampak seperti pola pada batu marmer (marble). 

Banyaknya serat akan meningkatkan rasa juicy dari daging saat dikonsumsi, utamanya bila dihidangkan sebagai steak atau yakiniku. Marbling juga merupakan indikasi dari baik tidaknya kualitas pakan dan perawatan dari ternak tersebut.

“Semakin buruk kualitas pakan, marbling akan semakin sedikit dan mengakibatkan grade daging akan semakin rendah dan harga jual daging juga akan jadi semakin murah,” pungkasnya. (IN)

ILC SERI VI: KAMPUS MERDEKA, IMPLEMENTASINYA DI PERGURUAN TINGGI PETERNAKAN

Seminar online ILC #edisi06, Sabtu (25/7/2020).

Keterkatian antara dunia usaha dan dunia industri saat ini makin dibutuhkan. Untuk menyiapkan mahasiswa dalam dunia kerja, perguruan tinggi dituntut dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan secara optimal.

Terlebih lagi dengan adanya kebijakan Kampus Merdeka oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hal itu sangat untuk diterapkan pada pendidikan tinggi peternakan guna menjawab tantangan permasalahan tenaga kerja peternakan di Indonesia.

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi06 yang mengusung tema “Kampus Merdeka: Implementasinya di Perguruan Tinggi Peternakan” Sabtu (25/7/2020). Acara diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Indonesia Livestock Alliance (ILA), Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Peternakan Indonesia (FPPTPI) dan Perhimpunan Ilmuwan Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia (PERSEPSI).

Hadir sebagai narasumber penting dalam acara itu yakni tiga guru besar dari kampus peternakan terkemuka di Indonesia, yakni Dekan Fakultas Peternakan Univ Brawijaya yang sekaligus Sekjen FPPTPI, Prof Dr Agr Suyadi IPU, kemudian Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, serta Guru besar sekaligus Dekan Fakultas Peternakan IPB, Prof Dr Sumiati MSc.

Dijelaskan Suyadi, kriteria kebutuhan kinerja sumber daya manusia (SDM) peternakan saat kini dan mendatang adalah kreatif, inovatif, efektif, efisien, cepat, disiplin, jujur, ulet, pekerja keras dan tepat waktu.

“Adapun SDM yang diperlukan bagi dunia peternakan ke depan yakni visioner, kreatif-inovatif, berdaya saing, tanggap terhadap perubahan, tahan terhadap goncangan, dinamis mengikuti irama zaman, berjiwa wirausaha dan penguasaan dan implementasi informasi teknologi yang menjadi tren masa depan,” ujar Suryadi.

Hal penting yang mendasari regulasi kampus merdeka tersebut untuk segera diterapkan, yakni era industri 4.0 menuntut individu harus memiliki keterampilan yang berbeda berdasarkan kebutuhan industri saat ini.

“Complex problem solving berada pada urutan teratas untuk keterampilan yang dibutuhkan. Juga individu harus mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang kompleks dan sering ditemui saat bekerja di industri. Regulasi Kampus Merdeka membolehkan mahasiswa untuk belajar di program studi yang berbeda, sehingga hal itu diharapkan dapat melatih mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan dari berbagai pendekatan sudut pandang,” pungkasnya. (IN)

BUDI DAYA BROILER DI ERA MILENIAL HARUS LEBIH EFISIEN

Efisiensi merupakan salah satu kunci utama peningkatan daya saing. (Foto: Ist)

Ayam pedaging atau broiler memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dari waktu ke waktu. Performa tersebut menunjukkan adanya perbaikan genetik broiler terus dilakukan. Hampir setiap tahun senantiasa ada perbaikan genetik pada ayam pedaging. Perbaikan genetik ini dilakukan agar ayam semakin memiliki perfoma yang lebih baik, dengan tingkat efisiensi pakan yang lebih efisien dan peningkatan daya hidup (livability). 

Karena para perusahaan pembibitan telah melakukan perbaikan genetik ayam pedaging dengan potensi yang semakin lebih baik, maka pencapaian target performa dalam pemeliharaannya bisa tercapai apabila didukung dengan tiga hal penting, yakni pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai, kondisi lingkungan kandang yang nyaman dan manajemen pemeliharaan yang baik.

Efisiensi merupakan salah satu kunci utama peningkatan daya saing. Dalam perjalanan menuju industri yang berdaya saing kuat tantangan makin besar apalagi setelah adanya regulasi pemerintah tentang pelarangan pemakaian antibiotika dalam pakan unggas (AGP), kecuali untuk pengobatan.

Oleh karena itu, untuk mempertahankan produktivitas broiler, peternak harus menggunakan alternatif pengganti AGP yang efektif untuk dapat mempertahankan kekebalan dan kesehatan usus ayam. 

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi04: Efisiensi Budi Daya Broiler di Era Milenial yang diselenggarakan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Majalah Poultry Indonesia pada Sabtu (11/7/2020).

Acara menghadirkan narasumber Peneliti Senior Balai Penelitian Ternak, Prof (R) Arnold P. Sinurat MSc yang membahas pemanfaatan bahan baku pakan lokal untuk tingkatkan efisiensi budi daya broiler. Kemudian Guru Besar FKH IPB, Prof Dr I Wayan T. Wibawan yang membahas tentang Efisiensi budi daya broiler dengan menjaga kesehatan sistem pencernaannya, serta peternak milenial pemilik Tambak Muda Farm, Rahmatullah SPt yang memaparkan pengalaman lapangan manajemen pemeliharaan broiler yang efisien.

Wayan memaparkan bahwa pertumbuhan cepat pada broiler memerlukan asupan nutrisi yang seimbang.

“Nutrien penting bisa dimanfaatkan jika proses pencernaan berlangsung sempurna, mampu diserap secara efektif. Hal ini memerlukan integritas dan kesehatan saluran cerna yang baik,” kata Wayan.

Ia menambahkan, kesehatan saluran pencernaan ayam sangat penting sebagai benteng utama sistem kebal non-spesifik dan menghalangi infeksi mikroba pada saluran pencernaan. (IN)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer