Konsumsi Daging Kelelawar, Faktor Risiko Penularan Virus Corona |
Ahli patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Prof Drh Agus
Setiyono MS, PhD, APVet, menilai virus corona berpeluang menyebar di wilayah
Indonesia lewat kelelawar pemakan buah. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil
penelitian Prof Agus bersama Research Center for Zoonosis Control (RCZC),
Hokkaido University, Jepang, tentang kelelawar buah. Dalam penelitian tersebut
ditemukan enam jenis virus baru pada kelelawar buah dengan daerah sampel yaitu
Bukittinggi, Bogor, Panjalu (Ciamis), Gorontalo, Manado, dan Soppeng (Sulawesi
Selatan).
Enam virus tersebut adalah coronavirus, bufavirus, polyomavirus,
alphaherpesvirus, paramyxovirus, dan gammaherpesvirus. Menurut Prof Agus,
mengonsumsi kelelawar buah dapat berisiko terpapar virus corona bila preparasi
kelelawar menjadi bahan makanan dilakukan secara kurang tepat. Virus corona
dapat berada di dalam tubuh kelelawar tanpa menimbulkan persoalan medis bagi
kelelawar dan virus ini tidak secara khusus hidup di dalam kelelawar buah.
“Hewan lain juga memiliki kemungkinan menjadi induk semang virus ini,” ungkap
Prof Drh Agus.
Ia menilai letak geografis kelelawar buah tidak menjadi penentu
penyebaran virus karena virus ini secara umum terdapat pada kelelawar buah di
mana pun berada. Prof Agus menilai penyebaran corona virus dari kelelawar buah
di Indonesia terinfeksi virus corona. Menurut dia, kelelawar terbang sangat
jauh dan dapat berpindah tempat tinggal (habitat) mengikuti musim buah sebagai
makanan pokoknya. “Kelelawar memiliki sistem imun yang unik. Ada berbagai virus
yang berdiam dalam tubuhnya dan bukan hanya virus corona, tapi banyak lagi
patogen yang berpotensi zoonosis (penyakit yang secara alami dapat menular dari
hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya). Dan hal ini tidak 'dihalau'
sebagai benda asing oleh kelelawar,” terang Prof Agus.
Coronavirus atau virus corona muncul di Wuhan, China, pada awal tahun
2020. Virus jenis baru ini telah menewaskan 80 orang dan telah menyebar ke
berbagai negara. Spekulasi ataupun dugaan bermunculan mengenai penyebab asal virus
tersebut. Salah satunya berasal dari sup kelelawar, sebuah makanan populer di
Wuhan.
Prof Agus memberikan saran untuk dapat melakukan pencegahan terhadap
serangan virus corona, yakni tidak bersentuhan dengan kelelawar, baik langsung
maupun tidak langsung. Kedua, tidak memakan buah sisa masak pohon yang
digerogoti kelelawar, meskipun biasanya ini yang paling manis.
Ketiga, sebaiknya bagi sebagian masyarakat dengan budaya mengonsumsi
sayur atau lauk dari kelelawar mulai mempertimbangkan kembali untuk melanjutkan
mengonsumsi kelelawar. “Masih banyak pangan fungsional yang baik dan
menyehatkan,” tutupnya (CR).