-->

PMK DIDUGA KEMBALI MEMAKAN KORBAN DI YOGYAKARTA

Petugas Dinas Memberikan Suplementasi Kepada Sapi 
(Foto : Istimewa)


Dugaan munculnya kasus sapi yang menderita Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) kembali terjadi di Gunungkidul. Kali ini, seekor sapi milik warga di Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul mati secara mendadak pada Minggu, kemarin.

Beredar informasi di dusun tersebut ada 9 sapi yang mengalami gejala mirip PMK. Namun untuk kepastiannya masih menunggu hasil analisis dari Dinas Peternakan. Senin (23/12/2024), pihak Dinas Peternakan akan mendatangi lokasi dusun tersebut.

Kepala Desa Dukuh Polaman, Heru Lawan ketika dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Sapi tersebut milik Samiasri (79) yang kebetulan rumahnya di dekat kediaman Heru. Sebelum mati mendadak, ada dua ekor sapi lainnya yang juga sakit.

"Jadi yang sakit itu ada tiga ekor sapi, dan semuanya sudah disuntik," ujarnya, Minggu malam.

Beruntung usai mendapat tindakan Jumat (20/12/2024) lalu, dua sapi lainnya bisa sehat. Namun anakan sapi yang berumur 2,5 bulan, tiba-tiba mati. Sebelum mati, anak sapi berjenis kelamin laki-laki itu sempat melenguh sekitar lima kali hingga akhirnya tidak bergerak.

Karena khawatir, warga langsung mengubur sapi tersebut tidak jauh dari kandang. Disinggung soal gejala Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) pada sapi yang mati tersebut, Heru enggan berspekulasi soal itu.

Heru mengakui jika mendapat laporan bahwa sampai dengan pukul 19.48 WIB, sudah ada 9 ekor sapi yang bergejala PMK. Sapi yang bergejala tersebut, sebelumnya sudah diperiksakan ke dokter hewan oleh pemiliknya.

"Ada 9 ekor sapi milik warga bergejala PMK setelah mereka ngecek di dokter hewan," ujarnya.

Terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Hewan (DPKH), Wibawanti Wulandari mengaku belum mendapat laporan kematian sapi tersebut dari UPT Paliyan. Kendati begitu, dia memastikan akan dilakukan pengecekan di lokasi.

"Warga tidak perlu panik dengan kondisi ini. Warga juga dibimbau untuk selalu menjaga kebersihan kandang dan biosecurity," ujarnya. (INF)

TERNAK SAPI MATI SECARA MISTERIUS DI GORONTALO, DINAS TERKAIT SULIT AMBIL TINDAKAN

Salah Satu Sapi Yang Mati Milik Peternak
(Foto : Istimewa)


Kematian ternak sapi milik warga di kecamatan paguyaman, kabupaten boalemo sejak beberapa tahun terakhir terus menjadi momok menakutkan dikalangan peternak. Banyaknya laporan dan keluhan warga, membuat bidang peternakan dinas pertanian provinsi gorontalo angkat bicara dan akan melakukan penelusuran lebih lanjut.

Meski sudah terjadi sejak tahun 2014, bidang peternakan Provinsi mengaku tak pernah mendapatkan informasi atas kematian puluhan sapi milik warga ini. Kini, bidang peternakan Provinsi telah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Boalemo untuk melakukan pendataan dan investigasi awal.

Kabid peternakan Provinsi Gorontalo pun menegaskan akan segera menindaklanjuti kejadian ini dan segera mengungkap penyebab pasti matinya puluhan ternak sapi di Paguyaman ini. Sementara itu, UPTD Laboratorium Veteriner Gorontalo pun mengaku akan segera melakukan uji Laboratorium terhadap ternak sapi yang ada di Paguyaman.

Sayangnya saat ini, petugas belum bisa melakukan uji laboratorium karena bangkai sapi yang mati telah dijual dan tidak ada sampel yang bisa diperiksa. Hingga kini, Laboratorium Veteriner juga belum bisa memastikan penyebab matinya ternak sapi milik warga, namun ada dua kemungkinan yakni benar benar sengaja diracuni atau terpapar wabah Antraks.

Bidang peternakan dan Laboratorium Veteriner Gorontalo meminta dan menghimbau agar segera melaporkan jika kasus kematian ternak sapi kembali terjadi, agar bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Warga pun diharapkan dapat lebih menjaga dan memperhatikan ternak sapi yang ada, mulai dari pemberian pakan dan tidak melepas liarkan ternak sapi. Sebelumnya, warga mengaku sudah lebih dari 50 ekor ternak sapi di Kecamatan Paguyaman yang mati dengan kondisi perut mengembung hingga mengeluarkan busa di bagian mulut dan hidung.

Bahkan beberapa kali warga mengaku menemukan racun dibagian perut ternak sapi yang mati. Kejadian itu pun membuat sejumlah peternak mengalami kerugian hingga Puluhan Juta Rupiah. (INF)

WABAH PARASIT DARAH SEBABKAN BEBERAPA SAPI MATI DI SINJAI

Ternak Sapi di Sinjai


Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Sinjai, ungkap penyebab lima ekor sapi di Desa Kaloling, Kecamatan Sinjai Timur, mati.

“Sapi menunjukkan tanda-tanda sakit diduga disebabkan oleh parasit darah,” kata Petugas Peternakan Kecamatan Sinjai Timur, Syamsul Bahri.

Syamsul mengatakan parasit darah pada ternak sapi biasa dibawa oleh vektor lalat atau nyamuk pengisap darah.

“Sehingga butuh langkah preventif seperti pengasapan di area kandang, pembatasan lalu lintas ternak,” ujarnya.

Selain itu, peternak juga bisa mencegah parasit darah pada ternak sapi dengan cara meningkatkan daya tahan sapi.

“Meningkatkan daya tahan tubuh diantaranya dapat diupayakan dengan pemberian vitamin,” katanya.

Untuk mengantisipasi kasus tersebut, Dinas Peternakan Sinjai, akan melakukan tindakan pemberian vitamin dan penyuntikan

“Insya Allah besok kita akan ke Desa Kaloling melakukan vaksin dan penyuntikan serta penyemprotan kandang untuk ternak sapi warga,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, lima ekor sapi milik warga Desa Kaloling, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, mati. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Desa Kaloling, Bustan.

Bustan mengatakan sapi itu masing-masing milik Bustan, Kamaruddin, Ismail, Abd Haris dan Alwing. Hari ini kata dia, dua ekor sapi warganya mati.

“Tadi ada lagi dua ekor sapi mati, tiga lainnya mati pada bulan lalu,” katanya, Jumat (23/2/2024).

Atas kejadian tersebut, pemilik sapi rugi hingga puluhan juta rupiah. Lima ekor sapi itu diduga terkena penyakit parasit darah.

“Kebetulan ada dokter disini menurut dokter hewan penyakit parasit darah,” ujarnya.

 Pasalnya, sebelum mati, kelima sapi tersebut mengalami kencing darah.

“Gejalanya itu kencing darah, dua hari kena penyakit langsung mati,” katanya. (INF)









BELASAN SAPI DI MADURA MATI SECARA MISTERIUS

Belasan Ekor Sapi Mati di Perairan Madura

Belasan sapi ditemukan mati dan mengambang di pantai Dusun Pesisir, Desa Dharma, Kecamatan Camplong, Sampang, Madura, Jawa Timur, pada Kamis (14/4/22) pagi. Dalam video yang beredar di media sosial, sapi-sapi tersebut mengambang dengan tubuh masih utuh, namun sudah bengkak.

“Ini ada sapi mati, ngambang. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan sembilan, 10, di dekat saya ada 10 dan di ujung barat sana ada sekitar enam . Sepertinya 16 ekor semua. Lokasi Lengser. Wah, kira-kira ini milik siapa ya, kok banyak sekali yang mati?” begitu suara warga dalam video dalam bahasa Madura.

AKP Budi Nugroho, Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Camplong, dalam rilis kepada media mengatakan, Polsek beserta sejumlah tim dokter hewan dari Dinas Perikanan, Peternakan dan Pertanian (DPPP) Pemerintah Sampang, datang ke lokasi mengecek dan mengevakuasi belasan sapi itu.Dari laporan warga, katanya, yang mengambang ada 20 bangkai sapi, tetapi hasil pendataan Polsek Camplong dan Dinas Perikanan, Peternakan, dan Pertanian Sampang, ada 14 ekor.

“Sapi yang mati itu ditemukan di pantai Dusun Pesisir, Desa Dharma, sekitar pukul 08.00 WIB. Sapi-sapi yang mati di pesisir pantai pertama kali ditemukan warga setempat, lalu dilaporkan ke Mapolsek Camplong,” katanya Kamis (14/4/22).

Dari hasil penyidikan dokter hewan dari dinas terkait, katanya, tidak ditemukan ada indikasi keracunan atau bekas penganiayaan. Polisi juga berkoordinasi dengan petugas Pos Keamanan Laut Terpadu (Kamladu) Sampang mengenai kemungkinan ada kapal pengangkut sapi yang tenggelam di perairan Sampang.

“Laporan Kamla Sampang tidak ada kejadian kapal tenggelam, atau kapal pengangkut sapi yang tenggelam," lanjut Budi.

Setelah pemeriksaan, katanya, sapi-sapi itu dievakuasi ke tepi pantai dan akan ditenggelamkan di laut. Catur Raharjo, Kepala Satuan Kepolisian dan Udara (Polairud) bilang, proses evakuasi disepakati untuk ditenggelamkan ke tengah laut.

“Rencana mau dikubur, tapi alat tidak memungkinkan. Maka kami sepakat menenggelamkan. Ini kami sedang mempersiapkan alat untuk menggiring nanti, sambi menunggu air pasang.”

Wabah Penyakit BEF?

Moh Ihsan Zain, mahasiswa pascasarjana Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengatakan, kejadian seperti itu perlu respon serius dan ditangani langsung dinas setempat. Apalagi, katanya, penyebab kematian sapi-sapi ini belum diketahui secara pasti. Dia menduga, sapi-sapi itu terkena penyakit. Pada Januari 2022, ditemukan kasus bovine ephemeral fever atau virus BEF pada sapi di Sampang.

“Ini merupakan hal yang serius, BEF pada sapi merupakan penyakit yang menyerang bangsa ruminansia atau sapi, kambing, dan domba,” katanya.

Namun, katanya, sebagai tindakan preventif karena penyebab kematian belum teridentifikasi pasti, sebaiknya masyarakat berhati-hati saat melakukan penanganan pada bangkai ternak itu, seperti gunakan alat pelindung diri (APD) saat evakuasi. Hal ini, katanya, guna mengantisipasi penyakit zoonosis (dapat berpindah dari hewan ke manusia).

Drh Bilqisthi Ari Putra, peneliti Patologi Forensik di Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya mengatakan, dari rekaman video yang dikirimkan kematian kurang dari 48 jam.

Untuk menentukan penyebab kematian apa karena penyakit atau bukan harus otopsi dan atau nekropsi. Sebelum tahu penyebab pasti kematian, tim evakuasi atau warga tetap harus berhati-hati dengan risiko penyakit menular (zoonosis).

“Sebaiknya, bila ada kejadian seperti itu, warga segera melapor ke Dinas Peternakan atau Pertanian setempat, Polsek maupun Polres. Pihak terkait segera melakukan tindakan penanganan dengan ketentuan standar. Khawatir dalam tubuh sapi ada penyakit yang dapat berisiko zoonosis,” katanya.

Khairiyah, peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, dalam jurnal berjudul “Zoonosis dan Upaya Pencegahannya (kasus Sumatera Utara)” menyebutkan, peternakan di Indonesia rentan berbagai penyakit, termasuk zoonosis. Dengan demikian, zoonosis merupakan ancaman baru bagi kesehatan manusia.

Salah satu upaya mencegah penularan penyakit zoonosis, katanya, dengan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap penyakit-penyakit zoonosis strategis melalui sosialisasi. (INF)

SAPI BANTUAN PEMPROV RIAU MATI KELELAHAN AKIBAT TERTAHAN DI KARANTINA

Sapi mati akibat kelelahan

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menyayangkan sikap Badan Karantina Pertanian, Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Bangkalan, Jawa Timur (Jatim) yang menahan pengiriman sapi bantuan Pemprov Riau untuk masyarakat.

Atas kondisi itu, sebanyak 5 ekor sapi bantuan masyarakat mati karena kelelahan. Padahal pengiriman sapi tersebut sudah dilengkapi surat kesehatan dan syarat-syarat lainnya.

Bahkan Pemprov Riau telah melakukan koordinasi dengan Direktur Kesehatan Hewan, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan, Kementerian Pertanian terkait pengiriman bantuan sapi tersebut.

Untuk tahap awal sapi bantuan Pemprov Riau dikirim sebanyak 567 ekor, atau 30 persen dari total bantuan sebanyak 1.883 ekor sapi. Namun, saat ini 567 sapi tersebut masih ditahan di Badan Karantina Pertanian, Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Bangkalan, Jawa Timur.

"Kami sedikit kecewa sapi bantuan masyarakat ditahan di Karantina Bangkalan," ungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau, Herman, Jumat (1/4/2022) dikutip dari Media Center Riau.

Herman mengatakan, jika pihaknya telah melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Kepala Pusat Karantina Hewan, bahwa sapi bantuan Pemprov Riau dari Jatim boleh masuk Riau, meskipun saat ini Riau terkena wabah LSD.

"Tapi hari ini sapi bantuan kita tertahan di Karantina Bangkalan. Alasan mereka masih menunggu instruksi dari pusat, makanya kita bingung juga pusat yang mana lagi. Padahal kita sudah koordinasi Kementan, baik itu Direktur Kesehatan Hewan dan Kepala Pusat Karantina Hewan. Termasuk kita koordinasi dengan Kepala Biro Hukum Kementan," terangnya.

"Jadi sampai hari ini sudah lima hari sapi ditahan di Karantina Bangkalan, dan sudah lima ekor sapi yang mati. Semua sapi yang mati itu sudah dilakukan visum, dan hasilnya semuanya mati karena kelelahan. Sebab kapasitas karantina di sana tidak memadai," sambungnya.

Terkait persoalan itu, Herman mengaku telah melakukan koordinasi dengan anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Effendi Sianipar yang intens melakukan memperhatikan hewan ternak masuk ke Riau.

"Beliau minta kronologis kejadian, dan sudah kita sampaikan, termasuk hasil visum sapi. Nanti beliau akan me-sounding-kan dengan Kepala Pusat Karantina Kementan," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan rapat dengan pihak pendamping pengadaan sapi dari Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara (Asdatun), Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau guna mencari solusi terkait persoalan ini.

"Jadi nanti kita akan membuat surat Gubernur yang disampaikan ke Kementan, yang ditembuskan ke Dirjen Kesehatan Hewan, dan lainnya," bebernya.

Sebab menurut Herman, atas kondisi ini pihak rekanan pengadaan sapi bantuan Pemprov Riau mengelukan biaya yang harus diluarkan untuk pembelian rumput makan sapi.

"Jadi satu hari itu mereka mengeluarkan biaya 20 juta untuk pengadaan rumput. Jadi selama lima hari sapi tertahan, selain sapi mati, juga biaya ekstra yang harus dikeluarkan," keluhnya.

"Makanya kita ingin mempertahankan dasar apa Karantina Bangkalan menahan sapi kita. Kalau karena Riau kena wabah LSD, Gubernur Riau sudah mengeluarkan surat edaran yang dilarang itu sapi keluar dari Riau, bukan sapi masuk. Bahkan sapi bantuan yang sekarang tertahan itu akan kita masukan ke daerah yang tidak kena wabah, seperti Rokan Hilir (Rohil) dan Kuantan Singingi (Kuansing)," tutupnya. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer