-->

DIRJEN PKH PANTAU SERAPAN AYAM OLEH PERUSAHAAN

Dirjen PKH saat memantau ayam milik peternak di Bogor. (Foto: Istimewa)

Pemerintah memantau langsung serapan ayam hidup ukuran besar dari peternak mandiri oleh sejumlah perusahaan integrator dan produsen pakan. Pemantauan dilakukan di dua lokasi di Kabupaten Bogor pada Kamis (24/4/2025), oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda.

“Langkah ini merupakan bagian dari upaya stabilisasi harga di tingkat peternak sekaligus bentuk tanggung jawab sosial perusahaan,” kata Agung di lokasi.

Dalam kunjungannya, ia menyaksikan transaksi pembelian ayam hidup oleh PT Malindo Feedmill dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI). PT Malindo membeli 5.448 ekor ayam dari Kandang Jati, peternak mandiri di Kecamatan Tajurhalang, dengan bobot rata-rata 2,7-2,8 kg/ekor dengan harga yang disepakati sebesar Rp 17.000/kg. Sementara CPI melakukan pembelian 1.700 ekor ayam hidup dari peternak mandiri lainnya dengan bobot rata-rata 1,9 kg/ekor dengan harga yang sama.

Agung juga menambahkan bahwa perusahaan integrator lain yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia melakukan hal yang sama menyerap ayam hidup dari peternak mandiri. Japfa telah melakukan pembelian 5.000 ekor ayam hidup dengan rataan bobot badan 2,2-2,6 kg/ekor di dua lokasi, yaitu Cigudeg dan Serang.

“Kami ingin memastikan tidak ada ayam besar yang tidak terserap pasar, terutama saat pasokan sedang tinggi,” ucapnya. Pihaknya pun akan terus mendorong sinergi antara perusahaan besar dan peternak rakyat agar harga ayam hidup tetap stabil dan peternak tidak lagi merugi, serta tercipta rantai pasok yang sehat dan berkeadilan.

Pemilik Kandang Jati, Agus, menyampaikan apresiasinya atas dukungan pemerintah dalam menstabilkan harga ayam tingkat peternak. “Terima kasih dan apresiasi kepada Ditjen PKH atas respon cepat dalam mengatasi situasi. Terima kasih telah menyerap ayam-ayam jumbo kami dengan harga layak,” katanya. (INF)

MEREDAKAN STRES PADA UNGGAS

Tubuh unggas yang lebih besar memengaruhi jumlah panas tubuh yang dihasilkan. (Foto: Istimewa)

Unggas sering mengalami stres akibat meningkatnya suhu ruangan kandang yang dapat menjadi masalah terutama pada pemeliharaan unggas di daerah tropis. Stres panas ini akibat unggas mengalami kesulitan dalam membuang panas tubuhnya ke lingkungan, karena unggas tergolong hewan homeotermik (berdarah panas) dengan ciri spesifik tidak memiliki kelenjar keringat dan hampir semua bagian tubuhnya tertutup bulu (Budianto et al., 2017).

Pada unggas yang berusia tua, heat stress menimbulkan efek yang lebih besar ketimbang unggas yang masih muda, hal ini terjadi karena unggas tua telah memiliki bulu yang sempurna sehingga mempersulit laju pembuangan panas tubuhnya. Selain itu, tubuh yang lebih besar memengaruhi jumlah panas tubuh yang dihasilkan. Kondisi stres karena temperatur dingin maupun panas akan mengakibatkan peningkatan proses metabolik tubuh sehingga akan memengaruhi aktivitas hormonalnya, khususnya pada kondisi yang sangat ekstrem (Hayashi et al., 1992).

Cara pemberian pakan baik secara forced-fed maupun adlibitum-fed, akan memberikan pengaruh potensial adanya stres pada unggas. Unggas yang stres akan memproduksi hormon kortikosteron. Hormon yang berasal dari kelenjar adrenal tersebut merupakan obat alami bagi ayam untuk mengurangi rasa stres.

Tetapi ada efek samping yang bisa mengancam kesehatan unggas itu sendiri. Dimana unggas akan melepaskan glukosa ke dalam sistem peredaran darah saat merasa stres yang akan menurunkan cadangan gula di dalam otot dan hati ayam, sehingga terjadi perubahan sistem hormon. Perubahan hormon juga mampu meningkatkan produksi zat radikal bebas di dalam tubuh, sehingga pasokan oksigen ke dalam tubuh ayam ikut terganggu.

Pada kondisi stres, usus juga bisa mengalami perubahan tingkat pH dan memicu ketidakseimbangan mikroorganisme sehingga unggas mudah terserang berbagai penyakit pencernaan.

Stres akan memicu perubahan perilaku, produktivitas menurun, serta imunitas melemah dan akibatnya unggas rentan terserang berbagai macam penyakit. Mengenali gejala stres pada ayam dari perilaku yang tak biasa, seperti ayam mondar-mandir tanpa arah, gelisah, tidak nyaman, hingga peningkatan agresi. Ayam yang stres dapat memicu kanibalisme dan melukai ayam lainnya.

Ada beberapa gejala klinis pada unggas yang sedang stres, antara lain feses berair dan lembek, sesak napas, ayam sering menyendiri, produksi telur menurun signifikan, bentuk telur tidak normal, bulu mudah rontok, dan nafsu makan menurun.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari stres pada unggas antara lain:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manganer
PT Romindo Primavetcom
0812-8644-9471

WASPADALAH! KONTEN VIDEO MAKAN AYAM YANG MENYESATKAN

Ilustrasi daging ayam. (Foto: Istimewa)

Video singkat tentang konsumsi ayam ras berdampak pada pria jadi lemah gemulai seperti perempuan sedang viral di media sosial. Kontennya meresahkan masyarakat dan merugikan dunia peternakan ayam ras.

Dunia peternakan ayam kembali dihebohkan oleh unggahan di media sosial yang menyebutkan makan daging ayam dianggap berbahaya karena kandungan lisin dan metionin sitentik. Konten video berdurasi kurang dari satu menit itu jelas-jelas berisi kampanye negatif.

Iwan Benny Purwowidodo, “aktor” dalam konten video tersebut menjelaskan secara ngawur dan menyesatkan. Dia mengaku sebagai sarjana peternakan, namun justru salah dalam menjelaskan tentang ayam broiler. Artinya, orang ini tidak paham dengan dunia peternakan, khususnya ayam.

Kampanye negatif Iwan memicu reaksi banyak kalangan, terutama para pelaku bisnis di peternakan ayam dan penelitinya. Masyarakat awam yang menonton video pendek ini dikhawatirkan akan terpengaruh dengan konten yang dianggap berbahaya.

“Video ini harus segara di-counter. Kalau tidak bisa membuat masyaraat bingung dan merugikan dunia peternakan ayam,” ujar Prof Dr Ir Budi Tangendjaja, peneliti senior bidang peternakan sekaligus pakar di bidang pakan ternak, kepada Infovet.

Menurut Budi, jika masyarakat “termakan” dengan apa yang disampaikan dalam konten video ini, maka bisa takut makan daging ayam sebagai sumber protein hewani. Ujung-ujungnya, bisa merugikan para peternak. Bahkan bisa merugikan negara, karena peternakan merupakan salah satu pilar ekonomi nasional.

Budi Tangendjaja

Banyak versi reaksi yang beredar di masyarakat terkait munculnya video ini. Ada yang menduga ini hanya “ngawur yang kebangetan” pengisi konten videonya karena dangkal ilmu. Ada juga yang menduga ini beraroma politis terkait program makan gratis dari pemerintah. Konten video ini dianggap untuk menggiring opini, agar lauk dalam program makan gratis tidak menggunakan daging ayam, tapi diganti dengan lauk lain.

“Dulu juga pernah ada kampanye yang menyesatkan macam ini, katanya ayam disuntik hormon dan berdampak laki-laki jadi kayak perempuan, dan isu negatif lainnya. Jadi memang sering orang bikin kampanye sesat soal telur dan daging ayam,” ungkap Budi.

Menurutnya, sejak dulu orang makan daging dan telur ayam ras sering diributkan, mulai dari isu suntik hormon, ada antibiotik, dan lainnya. Banyak kampanye negatif yang berseliweran yang dilakukan orang yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada perkembangan genetik ayam selama 100 tahun lebih.

“Mereka tidak paham bahwa ilmu genetik dan ilmu nutrisi itu terus berkembang dan berubah. Mereka hanya mengira ayam cepat besar dan banyak telur itu gara-gara disuntik hormon. Akibatnya, muncullah kampanye negatif bahwa pakan ayam itu jelek dan dianggap berbahaya,” ujarnya.

Di sinilah perlunya mendidik konsumen agar paham bahwa ayam dan telur itu adalah makanan sehat, bernutrisi tinggi, dan harga terjangkau. Konsumen perlu diberi pemahaman agar tidak terpengaruh dengan kampanye negatif yang berseliweran di banyak platform media sosial.

Dokter Perlu Diedukasi
Menurut Budi, ketidaktahuan perkembangan dunia peternakan ayam ras tak hanya dialami oleh masyarakat awam. Tetapi, di kalangan orang berpendidikan tinggi dan aktif di dunia kesehatan pun banyak yang belum paham.

“Yang memprihatikan, masih banyak juga dokter yang terpengaruh dan berpikiran keliru tentang daging dan telur ayam. Masih ada dokter-dokter yang mengatakan bahwa ayam broiler itu jelek dan jangan dimakan,” ujarnya.

Para dokter manusia ini tidak mengerti apa yang terjadi pada perkembangan dunia peternakan ayam dan dengan mudah terpengaruh oleh kampanye negatif. Celakanya, para dokter kerap memberikan informasi yang salah kepada pasiennya. Mereka melarang pasiennya untuk tidak mengonsumsi daging ayam broiler, namun tidak memiliki dasarnya.

“Dokter-dokter ini harus dididik agar tahu apa yang terjadi pada ayam broiler yang sudah berkembang sejak 100 tahun lalu, bagaimana ilmu genetika berkembang, dan bagaimana nutrisi yang terkandung pada pakan, sehingga menghasilkan ayam yang ada sekarang ini,” ungkapnya.

Pasalnya, omongan dokter sangat berpengaruh pada pasiennya dan juga pada masyarakat. Maka, dokter manusia perlu diberikan pemahaman bahwa ayam broiler tidak ada hubungannya dengan suntik hormon dan suntik antibiotik. Jadi salah besar jika ada yang menyebut konsumsi daging ayam broiler bisa berkibat laki-laki menjadi gemulai seperti perempuan.

“Jadi harus dijelaskan bahwa ayam broiler cepat tumbuh besar karena murni gara-gara genetika, yaitu melalui proses seleksi dan pengetahuan nutrisi yang makin berkembang, sehingga kita bisa memberikan pakan pada ayam dengan nutrisi yang benar,” ungkapnya.

Lisin dan metionin yang diceritakan oleh Iwan Benny Purwowidodo dalam konten video di media sosial itu dijelaskan secara ngawur, makanya jadi kampanye negatif. Menurut Budi, penggunaan lisin dan metionin sudah puluhan tahun. Pemakaian metionin sudah dijalankan sejak 1950-an. Untuk memberikan pakan ayam itu dibutuhkan 20 jenis asam amino yang esesnial dan non-esensial. Asam amino itu yang dipakai untuk membentuk telur dan daging ayam. Asam amino itu harus diperoleh dari makanan.

“Kebutuhan protein yang begitu banyak dalam pakan, maka dengan penemuan asam amino sintetik, baik itu lisin dan metionin, bisa mengurangi protein di dalam pakan ayam. Sehingga lebih efisien,” terangnya.

Nutrisi Pakan Ayam
Sebagai pakar perunggasan, wajar jika Budi geram dengan konten video kampanye negatif tentang ayam. Sebab, yang bicara di video tersebut mengaku sebagai sarjana peternakan, tapi sama sekali tidak paham dengan daging ayam.

“Kalau memang benar dia sarjana peternakan, mestinya tahu dong tentang perkembangan ternak ayam. Ini malah bikin konten video yang ngawur,” ucapnya.

Budi mengakui, masih banyak orang-orang yang kuliah di fakultas peternakan tetapi tidak mempelajari secara mendalam. Mereka hanya belajar “kulit-kulitnya” saja. Akibatnya, saat menjelaskan tentang daging ayam jadi keliru. Itulah fakta yang terjadi.

Pakan ayam yang diproduksi pabrikan banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan ayam. Tidak ada hubungannya dengan estrogen yang dimakan oleh manusia, lalu dianggap berdampak pada gemulainya laki-laki seperti perempuan. Maka itu, menurut Budi, konten video kampanye negatif yang viral ini benar-benar teori yang tidak jelas dan tidak berdasar.

Peneliti senior ini mengimbau agar masyarakat jangan terpengaruh dengan pernyatan yang ada dalam video kampanye negatif yang tersebar di media sosial. Daging ayam dan telur adalah makanan sehat dan sangat baik untuk kesehatan manusia.

“Maka itu, ini ada maksud apa di balik pembuatan konten video soal ayam broiler dan disebar di media sosial. Padahal, ayam ras ini kan sudah berkembang sejak tahun 1950, kok masih muncul pemikiran-pemikiran yang negatif seperti ini, ini aneh,” ungkapnya.

Yang harus dilakukan masyarakat dalam menyikapi seringnya muncul kampanye negatif di media sosial seputar ayam broiler, masyarakat harus dididik dan diberikan informasi yang tepat. Termasuk dokter-dokter manusia, harus diberikan pemahaman tentang perkembangan peternakan ayam broiler.

Pendamping ASI
Viralnya video yang diunggah Iwan Benny Purwowidodo di media sosial tersebut juga mengundang reaksi dari pakar nutrisi dr RR. Ratih Dewanti Sari dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah. Menurutnya, daging ayam ras dan telur merupakan sumber protein hewani yang sehat dan dibutuhkan tubuh. Dengan harga yang terjangkau, kebutuhan nutrisi masyarakat bisa terpenuhi dengan baik.

Telur dan daging ayam sangat baik dikonsumsi kaum ibu hamil dan menyusui. Selain murah, kandungan gizi dalam sebutir telur sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin di dalam kandungan, maupun anak balita dalam mencegah terjadinya stunting.

Ratih Dewanti Sari

Ahli nutrisi ini menyebut, kampanye negatif tentang konsumsi daging ayam ras dan telur sudah sering terjadi. Bisa berdampak buruk, jika tidak segera dinetralisir. “Inilah satu salah alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam,” ujarnya kepada Infovet.

Menurutnya, kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh. Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai makanan pendamping air susu ibu (ASI) sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya hingga anaknya mengonsumsi makanan padat.

Sedangkan daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa mengonsumsi daging dan telur ayam ras jelas sangat baik bagi tubuh, tak perlu takut dan terpengaruh dengan banyaknya konten video yang berisi kampanye ngawur soal dua protein hewani tersebut. Selama konsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan, tetap sehat. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

CAPAI SWASEMBADA, KOMODITAS UNGGAS DIMINTA MENYASAR PASAR DUNIA

Komoditas unggas memberikan kontribusi 60% PDB peternakan. (Foto: Istimewa)

Jakarta, Senin (14/10/2024). Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras telah mencapai swasembada dan memiliki keunggulan daya saing tinggi. Keduanya merupakan komoditas barang kebutuhan pokok dan barang penting (bapokting) sebagai sumber pangan hewani strategis yang dibutuhkan masyarakat.

Komoditas unggas memberikan kontribusi 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Peternakan, 10% tenaga kerja nasional, dan total nilai ekonomi mencapai lebih dari Rp 700 triliun.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyebut pangan asal unggas Indonesia melimpah dan meneguhkan posisi Indonesia dapat berkontribusi besar terhadap pemenuhan pangan dunia. Pihaknya optimis dengan swasembada pangan asal unggas ini, Indonesia dapat ikut andil mengatasi krisis pangan dunia.

Sementara itu Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda, menjelaskan bahwa produk unggas Indonesia telah diakui dan diterima oleh beberapa negara. Berbagai hambatan teknis persyaratan ekspor termasuk regulatif yang sangat ketat telah diatasi dengan baik oleh pemerintah dan pelaku usaha.

Agung merinci bahwa PT Gizindo (CPI Group) telah melakukan ekspor telur konsumsi (table eggs) tujuan Singapura sepanjang Januari-September 2024 sebanyak 118 kali pengiriman dengan total jumlah 38,36 juta butir setara 2,37 ribu ton atau senilai 4,44 juta USD.

Selain telur ayam ras, dua perusahaan perunggasan besar yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia dan PT Japfa Comfeed secara rutin setiap bulan melakukan ekspor DOC final stock (DOC FS) ayam ras petelur, karkas ayam beku, dan ayam hidup (live bird) tujuan Singapura. Dalam bulan ini menurut Agung, ekspor telur tetas (hatching egg) dari parent stock ayam ras pedaging sebanyak ratusan ribu butir tujuan Uni Emirat Arab (UEA) juga telah dilakukan kedua pelaku usaha perunggasan tersebut.

Agung juga menambahkan bahwa pihaknya telah menyusun peta jalan produksi telur guna mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) 2025-2029. Dengan produksi di 2025 sebesar 6,94 juta ton dan mencapai 7,81 juta ton pada 2029, surplus akan tetap terjaga sebesar 4-5% dan memastikan kebutuhan domestik dan program MBG terpenuhi.

Kementan berkomitmen meningkatkan kapasitas produksi unggas melalui inovasi teknologi dan peningkatan infrastruktur, meskipun ada tantangan global seperti perubahan iklim. “Surplus pada komoditas unggas menunjukkan bahwa kita berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan kemandirian pangan dan berperan aktif di pasar regional dan global,” kata Agung.

Dewasa ini, kemajuan perunggasan demikian pesat seiring meningkatnya produktivitas daging ayam ras dan telur ayam ras. Produksi daging ayam ras selama kurun waktu 2020-2024 tumbuh rata-rata 4,51% tiap tahun. Sementara produksi telur ayam ras pada periode yang sama juga tumbuh 5,45% tiap tahun.

Pada tahun existing 2024, Kementan mencatat produksi daging ayam ras nasional mencapai 3,84 juta ton dengan kebutuhan 3,72 juta ton, maka terdapat surplus bulanan 116,19 ribu ton atau surplus kumulatif (ditambah carry over) sebanyak 239,09 ribu ton.

Sementara pada produksi telur ayam ras, diproyeksikan mencapai 6,34 juta ton dengan kebutuhan 6,24 juta ton dan neraca surplus mencapai 173,62 ribu ton. Data supply dan demand komoditas unggas tersebut menunjukkan penguatan kapasitas produksi nasional dan kerap diintepretasikan sebagai kelebihan stok yang harus dikelola dalam sistem buffer stock nasional.

Indonesia memiliki peran strategis dan telah berkontribusi terhadap penyediaan pangan dunia asal unggas. Meski pangsa pasar telur konsumsi Indonesia baru menembus Timur Leste dan Singapura, proporsi produksi telur ayam ras Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah India. (INF)

MYCOPLASMA YANG MASIH BETAH LAMA

Temuan Umum Patologi Anatomis dari CRD (A,B) Pericarditis, Perihepatitis, Air Sacculitis pada Broiler. (C,D) sama kaya AB, tapi pada layer. Sumber : Marouf et al. 2022

Penyakit pernapasan pada unggas merupakan salah satu tantangan utama yang menjadi momok menakutkan. Terlebih lagi aspek kesehatan ternak juga memiliki korelasi dengan produktivitas. Salah satu yang kerap menjadi residivis di Indonesia adalah Mycoplasmosis alias Chronic respiratory disease (CRD) yang disebabkan Mycoplasma gallisepticum (MG).

CRD atau biasa disebut ngorok oleh peternak kerap ditemui dalam suatu peternakan unggas. CRD adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan ayam dan bersifat kronis. Disebut kronis karena penyakit ini berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu lama dan sulit disembuhkan.

Penyebab Ngorok
Biang keladi dari penyakit ngorok adalah MG, yang biasa disebut sebagai organisme mirip bakteri (bacteria-like organism). Berbagai praktisi perunggasan bahkan menyebut MG sebagai salah satu patogen yang paling merugikan dalam industri unggas.

Dibalik ukurannya yang sangat kecil dan sederhana, MG memiliki kemampuan untuk menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan di seluruh dunia melalui penurunan produktivitas, peningkatan biaya pengobatan, dan peningkatan mortalitas pada unggas.

Dalam sebuah seminar mengenai penyakit pernapasan pada unggas, Veterinary Service Manager PT Ceva Indonesia, Drh Fauzi Iskandar, menerangkan mengenai sifat dan karakteristik MG. Ia mengatakan, MG adalah bakteri dari kelompok mycoplasma yang unik karena tidak memiliki dinding sel.

Hal ini membuatnya sangat sulit diberantas dengan antibiotik biasa terutama yang bekerja dengan cara mengganggu sintesis dinding sel bakteri. Bakteri ini berbentuk pleomorfik dan mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, membuatnya sulit dideteksi dan dikendalikan di peternakan unggas.

“Penggunaan antibiotik yang melisiskan dinding sel tentu tidak akan efektif, oleh karenanya MG ini sangat sulit diberantas, meskipun begitu bukan tidak mungkin untuk dikendalikan, hanya saja butuh jurus khusus dalam upaya pengendaliannya,” tutur Fauzi.

Ia melanjutkan, MG dapat menyebar pada unggas umumnya terjadi melalui… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MYCOPLASMA YANG SELALU EKSIS DI PETERNAKAN

Mycoplasma gallisepticum (airsaculitis) (kiri). Mycoplasma gallisepticum (pneumonia) (kanan). (Foto-foto: Dok. Sanbio)

Mycoplasma adalah bakteri dengan pertumbuhan yang lambat dan sampai saat ini masih eksis menyebabkan penyakit. Ada banyak jenis mycoplasma yang menyerang hewan, manusia, tumbuhan, bahkan serangga.

Ada dua jenis mycoplasma yang menyerang ayam, kalkun, dan burung lainnya, yaitu Mycoplasma gallisepticum (MG) dan Mycoplasma synoviae (MS). Organisme ini dapat menyebabkan unggas sakit dan terkadang kematian, terutama jika ada ikutan infeksi lainnya (secondary infection) seperti E. coli, coryza, SHS, dan penyakit lainnya.

Mycoplasma menyebar dengan sangat mudah pada unggas. Meskipun hanya satu ayam yang terkena mycoplasma, ayam lainnya memiliki potensi tertular di kandang tersebut.

Bagimana Proses Penularan Mycoplasma
Mycoplasma dapat menyebar melalui berbagai cara:

a) Ayam betina dapat menyebarkan mycoplasma melalui telurnya, sehingga beberapa anak ayam (DOC) mungkin sudah tertular mycoplasma saat menetas (penularan vertikal) dan gejala akan muncul 4-6 minggu setelah infeksi. Ayam sehat bisa tertular mycoplasma meskipun terpisah dengan ayam sakit yang terinfeksi. Hal ini karena penyebarannya dapat melalui kotoran, bulu yang terinfeksi, peralatan kandang, dan udara. Penularan masih dapat terjadi bahkan setelah ayam yang sakit tersebut dikeluarkan.

b) Hewan lain seperti tikus dan burung liar dapat membawa mycoplasma ke area sekitar kandang dan menularkannya, meski tidak membuat hewan tersebut sakit.

c) Penularan bisa juga disebabkan dari orang luar yang masuk kandang tanpa disadari. Jika orang pernah berada di sekitar kandang yang terinfeksi mycoplasma, meskipun tidak bersentuhan langsung, maka orang tersebut dapat membawa mycoplasma ke kandang lain melalui sepatu, pakaian, bahkan pada kulit dan rambut. Organisme MG bisa hidup di hidung hingga satu hari dan di rambut hingga tiga hari. Ini adalah salah satu cara paling umum ayam tertular mycoplasma. Sehingga perlunya mengikuti SOP biosekuriti sebelum masuk kandang.

d) Penularan penyakit ini dapat juga melalui air minum.

e) Penyebaran mycoplasma ini secara massif terjadi 2-3 minggu setelah infeksi. Hewan yang tampak klinis sehat atau terserang sakit yang kronis dapat menjadi carrier dan menjadi sumber infeksi.

Bagaimana Cara Mengidentifikasi Mycoplasma
Ayam yang terlihat sehat bisa saja terinfeksi mycoplasma, mungkin diperlukan waktu hingga tiga minggu sebelum ayam mulai menunjukkan gejala klinis dan menjadi sakit. Sering kali ayam tidak terlihat sakit namun tetap membawa penyakit (carrier) dan menulari ayam lainnya. Ayam yang terinfeksi MG memiliki gejala mirip dengan flu, seperti pilek, batuk atau suara pernapasan yang tidak biasa, serta kelopak mata dan wajah bengkak, pada hidung terlihat eksudat yang lengket seperti karet, eksudat berbuih dari mata, konsumsi pakan menurun, morbiditas tinggi, mortalitas rendah.

Sedangkan perubahan patologi yang terlihat yaitu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2024. (ADV/Sanbio-Mensana/SSR)

BERSUNGGUH-SUNGGULAH SAAT MASA AWAL PEMELIHARAAN

Ayam pedaging dan petelur modern memiliki potensi genetik yang tinggi dan efisien. (Foto: Istimewa)

Ayam petelur maupun pedaging yang dibudidayakan oleh peternak telah mengalami perkembangan yang sangat cepat, baik pertumbuhan, produksi telur, maupun efisiensi ransum. Ahli genetik secara periodik melakukan penelitian dan perbaikan performa ayam modern.

Kenali Potensi Genetik Ayam Modern 
Ayam modern memiliki kemampuan pertumbuhan berat badan yang semakin cepat dan semakin efisien.

Ayam pedaging telah mengalami pertumbuhan signifikan, dari sebelumnya berat badan hanya 2.299 gram pada umur 35 hari, saat ini bertambah kurang lebih 395 gram menjadi 2.694 gram. Jika dirata-rata per tahun pertambahan berat badannya kurang lebih 50 gram selama interval 2015-2023.

Selain itu jika diperhatikan pola pertumbuhannya, ayam pedaging semakin lebih cepat tumbuh pada dua minggu pertama masa hidupnya. Hal ini semakin menegaskan begitu pentingnya mencapai target pertumbuhan pada dua minggu awal kehidupan ayam pedaging. Berat badan pada dua minggu pertama yang tidak tercapai akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian berat badan pada minggu-minggu berikutnya, bahkan sampai saat panen.

Lalu bagaimana dengan tingkat efisiensi ransumnya? Selama 8 tahun kebelakang, tingkat konversi ransum (feed conversion ratio/FCR) semakin lebih baik, yaitu kurang lebih 0,114. Ayam pedaging memiliki kemampuan untuk tumbuh semakin cepat dengan tingkat efisiensi ransum semakin baik.

Ayam petelur pun memiliki perkembangan performa yang sangat signifikan, dimana satu ekor ayam petelur ditargetkan mampu menghasilkan 500 butir telur selama masa hidupnya.
Umur produksi ayam petelur semakin lama, diafkir pada umur 100 minggu dengan jumlah produksi telur semakin lebih banyak dan efisiensi ransum semakin lebih baik. Sebuah potensi genetik yang semakin menguntungkan peternak.

Awal Adalah Utama
Begitu pentingnya tercapai pertumbuhan pada dua minggu pertama masa hidup ayam pedaging. Ayam pedaging akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan umur selanjutnya. Dan pencapaian berat badan pada periode ini akan menjadi modal untuk pertumbuhan selanjutnya. Andaikan pertumbuhan berat badan pada dua minggu ini tidak tercapai, maka pencapaian target berat badan pada minggu berikutnya semakin lebih sulit.

Saat dua minggu pertama semua organ penting bagi ayam pedaging tumbuh secara signifikan, mulai dari organ pencernaan, sistem kekebalan tubuh, kerangka dan sistem pengaturan suhu tubuh (termoregulasi).

Saat lima hari pertama, anak ayam harus mendapatkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support - Research and Development PT Mensana

MEMAHAMI KEBUTUHAN AYAM MODERN

Sukses tidaknya budi daya broiler salah satunya dapat diukur dari seberapa besar keberhasilan pada fase brooding. (Foto: Dok. Infovet)

Perkembangan pesat di sisi genetik harus dibarengi dengan pengaplikasian yang apik dari berbagai aspek. Hal ini mutlak harus dilakukan oleh setiap pembudidaya agar performa ayamnya maksimal.

Key Account Technical Manager Cobb Asia Pacific, Amin Suyono, menjabarkan mengenai perkembangan genetik ayam broiler sejak 1950-an hingga kini. Dimana dahulu presentase daging dada yang dihasilkan oleh karkas hanya 11,5%, sedangkan sekarang ini presentasenya meningkat 2,5 kali lipatnya.

Meskipun begitu, kata Amin, dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk memenuhi potensi genetik yang luar biasa tersebut. Yang apabila ada satu aspek saja gagal, maka potensi tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa kita harus memenuhinya. Karena dalam standar kita, ayam memang diseleksi sedemikian rupa. Oleh karena perkembangan teknologi, maka tata laksana pemeliharaan haruslah tepat,” katanya.

Mulai dari Brooding
Dibutuhkan langkah konkret di lapangan agar performa broiler modern dapat mencapai potensi maksimalnya. Menurut Amin, sukses tidaknya membudidayakan broiler dapat diukur dari seberapa besar keberhasilan peternak pada fase brooding.

“Prinsipnya brooding adalah sprint bukan marathon, jadi dalam sprint start adalah kunci kemenangan. Kita harus fokus pada hal dasar dan menjalankan detail sebaik mungkin,” ungkapnya.

Aspek pertama yang perlu diperhatikan sebelum chick in menurutnya yakni dari segi sanitasi, disinfeksi, dan istirahat kandang. Semuanya berkaitan dengan kesehatan ayam karena sebelum ayam masuk, kandang dikondisikan harus sebersih mungkin dengan tingkat ancaman infeksius terendah.

Sebab, brooding merupakan periode transisi dimana ayam ditaruh di tempat dengan kondisi suhu yang berbeda dari sebelumnya. Apabila suhu brooding tidak tepat, maka intake pakan dan air minum tidak akan maksimal, kata Amin, perlu dilakukan pre-heating pada sekam setidaknya 48 jam sebelum ayam datang.

“Suhu sekam kalau bisa di-setting pada suhu 32-34° C, di situlah zona nyaman ayam yang kami rekomendasikan. Jika sudah nyaman ayam akan beraktivitas (makan dan minum) secara normal,” jelas dia.

Rekomendasi suhu kandang oleh Cobb dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer