-->

CEVA ANIMAL HEALTH

CEVA ANIMAL HEALTH

Boehringer Ingelheim

Boehringer Ingelheim

SIDO AGUNG FEED

SIDO AGUNG FEED

INFOVET EDISI MEI 2023

INFOVET EDISI MEI 2023

Susunan Redaksi

Pemimpin Umum/Redaksi
Ir. Bambang Suharno


Wakil Pemimpin Umum

Drh. Rakhmat Nurijanto, MM


Wakil Pemimpin Redaksi/Pemimpin Usaha
Ir. Darmanung Siswantoro


Redaktur Pelaksana
Ridwan Bayu Seto


Koordinator Peliputan
Nunung Dwi Verawati


Redaksi:
Wawan Kurniawan, SPt

Drh. Cholillurrahman (Jabodetabek)

Drh. Yonathan Rahardjo (Jatim)
Drh. Masdjoko Rudyanto,MS (Bali)
Drh Heru Rachmadi (NTB)
Dr. Sadarman S.Pt, MSi (Riau)
Drh. Sry Deniati (Sulsel)
Drh. Joko Susilo (Lampung)
Drh. Putut Pantoyo (Sumatera Selatan)

Kontributor:
Prof. Dr. Drh. Charles Rangga Tabbu,
Drh. Deddy Kusmanagandi, MM,
Gani Haryanto,
Drh. Ketut T. Sukata, MBA,
Drs. Tony Unandar MS.
Prof. Dr. Drh. CA Nidom MS.


Kabag Produksi & Sirkulasi
M. Fachrur Rozi

Staf Produksi & Sirkulasi:
M. Sofyan

Yayah Muhaeni

Administrasi
Nur Aidah


Keuangan:
Efrida Uli
Monita Susilawati


Staf Pemasaran
:
Yayah Muhaeni


Alamat Redaksi

Ruko Grand Pasar Minggu
Jl. Raya Rawa Bambu No. 88A
Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Telp: (021) 7829689, 78841279, Fax: 7820408
e-mail:
Redaksi: majalah.infovet@gmail.com
Pemasaran: marketing.infovet@gmail.com

Rekening:
Bank MANDIRI Cab Ragunan,
No 126.0002074119

Bank BCA KCP Cilandak KKO I. No 733-0301681
a/n PT Gallus Indonesia Utama

Redaksi menerima artikel yang berkaitan dengan kesehatan hewan dan atau peternakan. Redaksi berhak menyunting artikel sepanjang tidak merubah isinya.
Semua artikel yang dimuat menjadi milik redaksi.
Email artikel Anda ke:infovet02@gmail.com

Jumlah Pengunjung

GALLUS Group

Download Gratis Edisi Sisipan Vol 10

Pengikut

Info Agribisnis Klik Di Sini

alterntif text

TRANSLATE

SILATURAHMI CEO PERUSAHAAN ANGGOTA ASOHI

On Mei 19, 2023

“Bersama ASOHI, selalu ada solusi”

Selasa, 16 Mei 2023. Berlangsung di Peony Ballroom Lt 3 Avenzel Hotel & Convention Cibubur, Jawa Barat, “Silaturahmi CEO Perusahaan Obat Hewan Anggota ASOHI” digelar. Acara keakraban ini selain sebagai wahan temu kangen para CEO Perusahaan Obat Hewan karena telah tiga tahun tak bisa bertatap muka sebab Pandemi Covid-19 sekalian berlebaran di akhir bulan Syawal 1444 H.

Sekretaris Jenderal ASOHI Drh Folin Tinora memandu acara silaturahmi dengan “Dialog Interaktif Kaderisasi Pengurus ASOHI.” ‘Bu Olin’ panggilan untuk Sekjen ASOHI ini mengawali acara dengan tayangan screen quotes “Organisasi terbaik adalah yang bisa mengumpulkan para kadernya dan membuat mereka menjadi sosok yang luar biasa dari yang dulunya tidak ada apa-apanya menjadi sosok yang dikagumi dan memiliki karakter”.

Pengalaman berorganisasi di ASOHI khususnya dan tentu dengan bimbingan para senior, menjadikan para pengurus mendapatkan nilai tambah dan karakter generasi penerus yang berani dan profesional. “Dahulu saya paling tidak 'pe-de' jika harus berbicara di depan forum. Menjadi kian terlatih dan cakap karena dalam organisasi ini harus banyak pelayanan dan berhadapan dengan banyak lembaga.

Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari dalam sambutannya juga menyampaikan harapan-harapanya agar pengurus bersama-sama dapat: 1) Menjalankan Program kerja sesuai amanah Munas, 2) Berkomitmen meluangkan waktu dan konsisten berorganisasi. 3) Berpartisipasi aktif sesuai peran dan tanggungjawabnya. 4) Efektif dalam komunikasi dan kordinasi. 5) Menjagai integritas dan 6) Mewujudkan kaderisasi.

Kesan dan Pesan

“ASOHI adalah organisasi yang keanggotaanya sangat kuat, maka pentingnya acara ini sebagai wahana komunikasi antar anggota. Khususnya para CEO diharapkan kian memahami keberadaan ASOHI dan mau terlibat aktif di dalamnya.” Ujar Gani Haryanto.

‘Pak Gani’ sapaan Ketua Badan Pengawas ASOHI itu juga menyampaikan catatan, bahwa kepengurusan ASOHI hingga saat ini setidaknya telah berhasil: 1). Membuat asosiasi ini berbadan hukum. 2) Mandiri secara finansial dan memiliki gedung baru. 3). Mampu menyelenggarakan banyak kegiatan yang bermanfaat bagi anggotanya serta adanya kaderisasi berkelanjutan.

“ASOHI berdiri dalam rangka kepentingan pembangunan bangsa dan negara Indonesia yang mewadahi para pengusaha obat hewan. Asosiasi akan mengikat mereka dalam kesatuan dan persatuan pembangunan itu.” Papar DR Drh H. Sofjan Sudardjat, SKH MS. Salah satu dari lima Pendiri ASOHI yang tersisa dan akrab disapa “Prof Sofjan”, dalam kesan dan pesannya kepada hadirin juga menegaskan, bahwa pengusaha (melalui asosiasi-red) adalah mitra pemerintah dalam pengawasan usaha terkait kesehatan hewan.

CEO PT Pimaimas Citra, Drh Agus Surjanata menitipkan pesan, bahwa kaderisasi dalam suatu organisasi perlu konsistensi, walau tidak mudah. Sedangkan Drh. Gowinda Sibit, CEO PT Tekad Mandiri Citra (TMC) mewanti-wanti agar kaderisasi tetap menghargai peran para senior. Kemudian Drh Edy Purwoko, CEO PT Ceva Animal Health Indonesia menambahkan, kaderisasi dalam organisasi pastinya bisa dilakukan walau fakta persaingan usaha diluar tidak terhindarkan.

Ir Teddy Candinergara, Wakil Ketua-1 ASOHI dalam pesannya menekankan pentingnya konsistensi dalam penerapan aturan bisnis obat hewan. “Disinilah kita perlu kolaborasi dalam bisnis yang dibangun bersama dalam organisasi.” Tegasnya. Pernyataan ini didukung oleh Sekjen, Forlin yang menyampaikan bahwa banyaknya persaingan bisnis justru kian membuka lebar peluang kerjasama antar anggota.

Bahwa tidak semua alur bisnis selalu berjalan mulus diakui Drh Rakhmat Nurijanto, MBA. Anggota Dewan Pengawas ASOHI ini menyampaikan beberapa pengalaman melayani angota yang mengalami kendala misalnya terkait ekspor-impor obat hewan. “Dan kami membuat satu tim inti untuk membedah masalah yang sedang dialami anggota. Selanjutnya dengan networking serta banyak hal yang kami kerjakan akhirnya berhasil memecahkan problemanya.” Maka Rakhmat sampai pada suatu kesimpulan manfaat dan pentingnya kebersamaan dalam satu organisasi, “Bersama ASOHI, selalu ada solusi.”

Manfaat dan keterlibatan dalam acara seperti Silaturami ASOHI juga disampaikan Drh Franky Sihotang mewakili PT Hipra Indonesia ketika Infovet meminta tanggapannya, “senang karena berkesempatan bertemu para senior guru-guru saya”. ****(ADV-DS)

NUTRICELL PACIFIC & KIMIA FARMA JALIN KERJA SAMA DI SEKTOR KESEHATAN HEWAN

On Februari 14, 2023

Direktur Utama Kimia Farma, David Utama (kiri) dan CEO Nutricell Pacific, Suaedi Sunanto (kanan), usai penandatanganan nota kesepahaman. (Foto: Dok. Infovet)

PT Nutricell Pacific yang merupakan perusahaan premix dan solusi untuk nutrisi kesehatan hewan menjalin kerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dalam pengembangan sektor kesehatan hewan.

Chief Executive Officer (CEO) Nutricell Pacific, Suaedi Sunanto, pada acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Nutricell Pacific dan Kimia Farma, yang dilaksanakan di kantor PT Kimia Farma, Jl. Veteran No. 9 Gambir, Selasa (14/2/2023), mengungkapkan bahwa kerja sama ini terjalin karena Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi terbesar di Indonesia yang banyak mengembangkan produk-produk alami. Mengingat di industri obat hewan saat ini penggunaan antibiotik, khususnya untuk pertumbuhan telah dilarang karena dampak resistensi antimikroba (AMR) yang ditimbulkan.

“Kami di industri obat hewan saat ini tengah berbenah, usaha ke sana itu menjadi concern kami dan kami lihat Kimia Farma banyak mengembangkan produk alami,” ujar Suaedi.

Ia pun berharap dari kerja sama ini kedua belah pihak dapat mengembangkan produk terbaik untuk mendukung sektor kesehatan hewan di Indonesia. “Semoga realisasi ke depan bisa kita lakukan bersama-sama dalam mengembangkan produk yang berguna,” ucapnya.

Sementara Direktur Utama Kimia Farma, David Utama, menyambut baik kerja sama yang dilakukan. Pihaknya akan turut mendorong pengembangan produk di sektor kesehatan hewan. “Saya sangat berharap realisasi dari kerja sama ini dapat menghasilkan produk yang membanggakan. Kami sangat mendukung dan semoga terlaksana dengan baik, ini menjadi halaman baru yang menyegarkan,” ujar David.

Kolaborasi ini juga merupakan wujud optimalisasi end-to-end business yang dimiliki Kimia Farma. “Kami memiliki fasilitas produksi dan 49 jaringan distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia, sehingga kesepakatan ini akan menjadi langkah awal untuk pengembangan produk kesehatan hewan,” ungkapnya.

Adapun ruang lingkup nota kesepahaman yang terjalin meliputi pengembangan produk dan layanan kesehatan hewan, aktivitas marketing, serta distribusi produk kesehatan hewan termasuk obat-obatan. Hal ini dinilai akan meningkatkan hilirisasi produk kesehatan hewan dan meningkatkan nilai tambah industri.

Foto bersama usai pelaksanaan penandatanganan kerja sama. (Foto: Dok. Infovet)

Pada kesempatan yang sama juga dilaksanakan penandatanganan perjanjian kerja sama antara PT Nutricell Inovasi Strategis yang merupakan anak perusahaan Nutricell Pacific dengan PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) sebagai anak perusahaan Kimia Farma, dengan ruang lingkup kerja sama dalam bentuk sinergi produksi bahan baku obat dalam negeri yang dimiliki KFSP.

“Kolaborasi antara KAEF dan Nutricell merupakan dukungan terhadap program pemerintah dalam pengembangan produk dalam negeri, yang akan berdampak pada peningkatan nilai TKDN, di tengah kebutuhan obat hewan yang masih cukup tinggi melalui impor,” pungkas David. (RBS)

ASOHI UNGKAP PENTINGNYA KETERSEDIAAN OBAT HEWAN DI MASA WABAH PMK

On Agustus 19, 2022

Webinar Memperingati HUT BBPMSOH 

Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPSMOH) Gunung Sindur menggelar webinar “Penanggulangan Wabah PMK di Indonesia” yang dilaksanakan dalam rangka memaknai 77 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia dan 37 Tahun BBPMSOH pada Selasa (16/8). Webinar yang digelar secara virtual memanfaatkan fasilitas zoom meeting menghadirkan nara sumber salah satunya Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari.

Webinar dibuka dengan sambutan dan arahan dari Direktur Kesehatan Hewan Dr drh Nuryani Zainuddin . Kemudian dilanjutkan dengan paparan dari Kepala BBPMSOH Drh Maidaswar MSi yang bertajuk “37 Tahun BBPMSOH Membersamai”.

Pembicara kedua Prof Dr drh I Wayan T Wibawan MS membawakan materi berjudul “Pedoman vaksinasi PMK pada ternak dalam upaya penanggulangan dan pengendalian Penyakit PMK di Indonesia”.  Sementara perwakilan dari Bagian Fitofarmaka IPB University memberikan paparan bertajuk, “Penggunaan obat hewan alami sebagai terapi pendukung dalam penanggulangan penyakit virus di Indonesia.”

Pembicara terakhir Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari membawakan materi bertajuk “Peran Penting ASOHI Untuk Penyediaan Obat Hewan Di Masa Wabah PMK.” Dalam paparannya Irawati menekankan selama wabah Penyakit PMK ini ASOHI secara aktif ikut dalam Pertemuan/Rapat dengan Lembaga Pemerintah ; Kementan, Kemenko Ekonomi, Kemenko Maritim dan Investasi dan Badan Nasional Penaggulangan Bencana. ASOHI terdaftar sebagai anggota SATGAS BNPB Pusat & Propinsi.

Berbagai kegiatan ASOHI  diantaranya melakukan koordinasi kegiatan sehubungan dengan peran ASOHI dalam memberikan donasi dalam kondisi kedaruratan dan koordinasi penyediaan Obat Hewan supportive dan disinfectant. Koordinasi dengan ASOHI Daerah dalam penggalangan donasi Obat Hewan dan penyalurannya kepada pemerintah. Memfasilitasi anggota ASOHI dalam percepatan proses dalam mendapatkan rekomendasi impor untuk Obat Hewan PMK.

“Kami menyarankan donasi langsung dari ASOHI Daerah kepada Pemda setempat yang berlangsung sampai sekarang. Koordinasi dengan produsen dan Importir Obat Hewan dalam rangka kesiapan untuk memenuhi kebutuhan Vaksin dan Obat Hewan. Meyelenggarakan Webinar PMK, 29 Juni 2022. Pembentukan Satgas PMK – ASOHI melalui Surat ASOHI bernomor KP 007/ASH/VI/2022. ASOHI berperan aktif dan cepat memberikan informasi ketersediaan stok, jenis vaksin PMK yang tersedia dan informasi lain yang dibutuhkan Pemerintah untuk penanggulangan PMK. Koordinasi rutin dan intens dengan Satgas PMK Kementan,” terang Irawati.

Irawati melanjutkan, hingga saat ini kegiatan donasi penyediaan Obat Hewan supportive dan disinfectant yang dilakukan oleh ASOHI Pusat dan Daerah telah mencakup 14 Provinsi. Diantaranya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Medan, Bangka Belitung (oleh ASOHI Sumsel), Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah (oleh ASOHI Kalsel), NTB (oleh ASOHI Bali), dan Sulawesi Selatan.

Secara total perkiraan nilai total donasi ASOHI dalam rupiah mencapai Rp. 668.585.000 dengan rincian Desinfektan Rp. 390.645.000, Obat Hewan Rp. 196.500.000, Obat Luka Rp. 26.400.000, dan Lain-Lain Rp. 55.040.000.

Irawati juga menuturkan permasalahan obat hewan yang saat ini menjadi tantangan dalam pengendalian wabah PMK. Diantaranya adalah soal data kebutuhan vaksin dan obat hewan. Kemudian juga soal administrasi Rekomendasi impor, Registrasi & Registrasi ulang yang sedikit banyak menghambat akselerasi penyediaan obat hewan untuk PMK. Belum lagi soal penyediaan & distribusi, penggunaan obat hewan yang teregistrasi, isu AMR, dan prosedur penyediaan  via pemerintah (e-catalog).

Irawati juga menjelaskan tentang adanya informasi di medsos dari Pemerintah untuk menggunakan desinfektan berbahan kimia RT (tidak memiliki nomor registrasi). Banyaknya penggunaan desinfektan yang belum terdaftar, seperti pemutih pakaian, asam sitrat, dan lain-lain yang mana itu dilakukan oleh pemerintah sendiri.

“Lambatnya pengambilan keputusan Pemerintah untuk menentukan jenis vaksin import yang disetujui juga menjadi slah satu tantangan dalam akselerasi pengendalian wabah PMK,” ujar Irawati. (INF)

SAH! ASOHI RESMI MILIKI GEDUNG BARU

On Juni 16, 2022

Foto bersama pada acara peresmian dan syukuran gedung baru ASOHI. (Foto-foto: Infovet/Ridwan)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) resmi memiliki gedung baru yang beralamat di Golden Office Durian, Jl. Durian No. 44 C, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Dalam acara peresmian dan syukuran, Kamis (16/6/2022), Ketua Umum ASOHI, Irawati Fari, menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya gedung baru ini dapat terealisasi berkat dukungan semua pihak.

Foto bersama ucapan terima kasih sponsor.

“Terima kasih kepada semua yang telah memberikan kontribusinya sehingga ASOHI bisa mewujudkan gedung baru ini. Antusiasnya sangat tinggi sekali, khususnya untuk anggota dan pengurus inti ASOHI yang sudah bekerja keras,” kata Irawati dalam sambutannya.

Prosesi pemotongan tumpeng.

Ia menambahkan, “Ini adalah rumah ASOHI, milik semua anggota. Jadi siapapun anggota ASOHI yang ingin memanfaatkan fasilitas di gedung baru ini, kami sangat terbuka. Semoga ke depan pelayanan terhadap pengurus akan lebih maksimal dan prima lagi, serta memberikan manfaat dan berkah bagi semua.”

Simbolis pengguntingan pita.

Apresiasi juga turut disampaikan oleh Ketua Badan Pengawas ASOHI, Gani Harijanto. “Saya ucapkan selamat kepada Ketua Umum ASOHI beserta jajaran pengurus yang telah sukses merealisasikan programnya untuk membeli kantor baru ini,” ujar Gani.

Perkembangan ini, lanjut dia, menunjukan ASOHI semakin produktif dan profesional khususnya dalam berkontribusi memajukan peternakan, perikanan dan kesehatan hewan. “ASOHI harus beperan aktif dalam kesehatan hewan. Saya apresiasi sekali kepada anggota yang saat ini fokus membantu pemerintah dalam penanganan PMK. Dan semoga dengan hadirnya kantor baru ini, ASOHI lebih fokus melayani anggota serta semua pengurus bisa meningkatkan kredibilitasnya. Jadikanlah kantor ASOHI ini rumah bagi anggota,” pungkasnya.

Penandatanganan prasasti kantor ASOHI.

Pada kesempatan tersebut juga turut disampaikan ucapan terima kasih kepada para sponsor diantaranya ASOHI Jawa Barat, ASOHI Jawa Tengah, PT Romindo Primavetcom, PT Mensana Aneka Satwa, PT Medion Farma Jaya, PT Behn Meyer Chemicals, PT Novindo Agritech Hutama, PT Pimaimas Citra, PT Ceva Animal Health Indonesia, PT Hipra Indonesia, PT Intervet Indonesia, Phibro Corporation Limited, PT Tekad Mandiri Citra, PT Zoetis Animal Health Indonesia, PT SHS Internasional, PT Pyridam Veteriner, PT Indovetraco Makmur Abadi, PT Trouw Nutrition Indonesia, PT Anitox Internasional Indonesia, PT Wonderindo Pharmatama dan PT Amlan Perdagangan Internasional.

Peninjauan gedung baru ASOHI.

Acara kemudian dilanjutkan dengan doa dan tausiah, yang disambung dengan prosesi pemotongan tumpeng dan simbolis pengguntingan pita, serta penandatanganan prasasti kantor yang diakhiri dengan peninjauan bersama gedung baru ASOHI. (RBS)

PELATIHAN PJTOH ANGKATAN XXIII SUKSES DIGELAR VIRTUAL

On Maret 27, 2022

Pelatihan PJTOH angkatan XXIII dibuka oleh Dirkeswan Dr Drh Nuryani Zainudin MSi, Rabu (23/3). (Foto: Dok. ASOHI)


JAKARTA, 23-24 Maret 2022. Melalui fasilitas zoom meeting, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali melaksanakan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) angkatan XXIII mengingat situasi pandemi COVID-19 yang belum usai.

Drh Forlin Tinora selaku Ketua Panitia dalam laporannya menyampaikan, dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan, ASOHI bekerja sama dengan Direktorat Kesehatan Hewan secara berkesinambungan melaksanakan Pelatihan PJTOH Bersertifikat dimana saat ini sudah mencapai angkatan XXIII.

Adapun materi pelatihan PJTOH secara garis besar tidak berubah, meliputi tiga bagian yaitu materi tentang perundang-undangan, materi kajian teknis (biologik, farmasetik feed additive, feed supplement, obat alami) dan materi tentang pemahaman organisasi dan etika profesi.

“Untuk ini kami menghadirkan pihak-pihak yang kompeten untuk menjadi narasumber yaitu Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Pakan, BBPMSOH (Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan), Komisi Obat Hewan (KOH), Tim CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik), PB PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), Pusat Karantina Hewan, PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil), Ketua Umum ASOHI, beserta Ketua Bidang Peredaran Obat Hewan-ASOHI,” jelas Forlin.

Ia menambahkan, hingga tahun ini minat dokter hewan dan apoteker untuk mengikuti acara pelatihan PJTOH masih cukup tinggi. Peserta angkatan XXIII mencapai 100 orang dari perusahaan obat hewan dan pakan dari berbagai daerah. Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran perusahaan dan para penanggungjawab teknis obat hewan/calon penanggungjawab teknis obat hewan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, dalam sambutannya menjelaskan tugas dari PJTOH. “Yakni memberikan informasi peraturan perundangan bidang obat hewan; memberikan saran dan pertimbangan teknis mengenai jenis obat hewan yang akan diproduksi/diimpor; menolak produksi, penyediaan, peredaran dan repacking obat hewan ilegal; serta menolak peredaran dan repacking obat hewan yang belum mendapat nomor pendaftaran.”

Sementara PJTOH di pabrik pakan, ia menambahkan, memiliki tugas penting menolak penggunaan bahan baku atau obat hewan jadi yang dilarang dicampur dalam pakan ternak dan menyetujui penggunaan bahan baku obat hewan jadi yang dicampur dalam pakan yang memenuhi syarat mutu atau menolak apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan di bidang obat hewan.

“Selain pelatihan PJTOH tingkat dasar ini, ASOHI merencanakan akan menyelenggarakan Pelatihan PJTOH Tingkat Lanjutan (advance). Pelatihan PJTOH tingkat lanjutan akan membahas topik-topik yang lebih mendalam, sehingga ilmu yang diperoleh dari pelatihan tingkat dasar ini akan terus berkembang dan bermanfaat sesuai perkembangan zaman,” tukasnya.

Pada hari pertama pelatihan, pembicara pertama diisi oleh Direktur Kesehatan Hewan, Dr Drh Nuryani Zainuddin MSi, yang menyampaikan paparan berjudul Sistem Kesehatan Hewan Nasional. Kemudian dilanjutkan paparan dari Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan, Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD, yang menyampaikan update seputar peraturan terbaru terkait obat hewan.

Pelatihan PJTOH Angkatan XXIII sangat dirasakan manfaatnya oleh peserta untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan, khususnya dalam menjalankan tugas sebagai penanggung jawab teknis obat hewan. (WK)

ASOHI GELAR WEBINAR PERESEPAN POPULATIF

On Maret 10, 2022

Webinar ASOHI, lebih tahu peresepan obat hewan dalam populasi


Kamis (10/3) ASOHI menggelar workshop online mengenai perespan populatif secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting. Dalam sambutannya Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari menyatakan bahwasanya tujuan diadakannya acara tersebut tentunya untuk menambah pengetahuan para dokter hewan terkait meresepkan obat secara populatif, terutama obat keras semisal antimikroba.

"Perlu saya ingatkan juga bahwa dalam Permentan 14 Tahun 2017 tentang klasifikasi obat hewan disebutkan bahwa penggunaan obat keras harus diresepkan oleh dokter hewan dan diawasi oleh dokter hewan. Makanya dokter hewan dan profesi terkait (apoteker) perlu mengetahui dan menjalankan ini," tutur Irawati.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Drh Nuryani Zainuddin mengapresiasi dan mendukung acara yang diadakan oleh ASOHI tersebut. Selain terakit peraturan pemerintah, menurut Nuryani isu AMR yang telah berhembus secara global juga menjadi perhatian pemerintah, itulah mengapa dalam peresepan obat hewan terutama antimikroba harus diperhatikan peresepannya sesuai peraturan perundangan, agar tidak menimbulkan residu pada produk hewan yang dikonsumsi.

"Semoga acara ini bisa terus digelar dan baik dokter hewan maupun apoteker kedepannya semakin berkompeten dalam melakukan peresepan," kata Nuryani.

Sesi pertama dimulai dengan refreshing kembali ilmu reseptir yang dibawakan oleh Muvita Rina Wati Apt. staff pengajar Fakultas Farmasi UGM. Dalam presentasinya peserta diingatkan kembali mengenai cara menulis resep, singkatan - singkatan yang digunakan dalam bahasa latin, serta etika dan kaidah - kaidah peresepan baik pada kedokteran manusia maupun hewan.

Narasumber kedua dalam acara tersebut yakni Dr Nunung Yuniarti Apt. yang juga berasal dari almamater yang sama. Nunung menjelaskan secara mendetail bagaimana menulis peresepan bagi hewan dalam suatu populasi baik pada pakan maupun air minum. 

"Untuk air minum dokter hewan harus tahu jumlah yang dibutuhkan, karena nanti tidak semua air akan terpakai, sehingga sisanya akan menjadi limbah dan tidak bisa dibuang begitu saja. Jadi harus panjang rencananya sampai ke eliminasi sisa airnya," kata Nunung.

Ia juga menjelaskan hal - hal yang perlu diperhatikan apabila dokter hewan meresepkan obat kepada suatu populasi.

"Dalam satu populasi mungkin tidak semua hewan sakit, ada yang sehat juga, nanti efeknya mungkin berbeda, makanya sebaiknya hewan yang sakit dipisahkan sebelum memberikan obat dalam populasi," tutur dia.

Sesi kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan brainstorming terkait perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, regulasi, dan teknis terkait obat hewan serta realita yang terjadi di lapangan. Diharapkan nantinya akan ada tindak lanjut dari pemerintah dari sektor ini karena hal ini tidak hanya menyangkut aspek kesehatan hewan, tetapi juga menyangkut kesehatan manusia, dan lingkungan (CR).



Artikel Populer