-->

KOLABORASI USSEC DAN INFOVET DI INDO LIVESTOCK 2024

Foto bersama panitia dan peserta seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Sustainability in Indonesia Poultry Industry Value Chain: Opportunities & Challenges” menjadi tema dalam seminar USSEC yang bekerja sama dengan Majalah Infovet dalam rangkaian pameran Indo Livestock Expo & Forum pada 17-19 Juli 2024, di JCC Senayan.

Mengambil tempat di ruang Theater 2 JCC Senayan, peserta dan pengunjung memadati ruangan seminar yang dilaksanakan pada Jumat (19/7). 

Dipandu oleh Technical Consultant USSEC, Alfred Kompudu, acara menghadirkan narasumber di antaranya Technical Consultant USSEC Prof Budi Tangendjaja, Sr Research Specialist Bank Mandiri Andre Simangunsong, dan VP ESG PT FKS Multiagro Beatrice Susanto.

Dari kiri: Alfred Kompudu, Beatrice Susanto, Andre Simangunsong, dan Prof Budi Tangendjaja.

Sambutan dari Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Ir Bambang Suharno, mengawali jalannya acara yang langsung dilanjutkan dengan pemaparan narasumber. Terkait tema yang diangkat, Prof Budi mengemukakan bahwa jika berbicara mengenai sustainability menurut FAO pada prinsipnya terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan, yakni Planet, People, dan Profit.

Dijelaskan Prof Budi, saat ini masyarakat banyak dituntut untuk bisa bertanggung jawab terhadap planet yang menjadi tempat tinggal manusia, guna menjaga keberlanjutan dalam hidup.

“Seperti contoh saya amati di Belanda, kalau kotoran dari peternakan ayam atau sapinya kelewat banyak, bisa berpotensi merusak lingkungan sehingga menjadi enggak berkelanjutan, ini didenda dan jadinya harus dibatasi. Nah, di Indonesia belum banyak bisa melakukan ini,” kata Prof Budi.

Lebih lanjut dipapakan, “Adapun terkait profit misalnya, apabila saya memelihara ayam tapi kalau tidak mendapat untung tentu itu tidak sustainable, itu tidak bisa berkelanjutan. Jadi salah satu patokan sustainability itu usahanya juga harus untung,” kata Prof Budi.

Contoh lainnya terkait people/manusia, juga berkaitan dengan peternakan ayam yang didemo akibat polusi bau yang menyebar ke lingkungan sekitar yang bisa membuat menjadi tidak berkelanjutan.

 “Nah tiga hal itulah yang harus diikuti jika berbicara mengenai sustainability, harus bicara kepada manusianya, bicara keuntungan bisnisnya, dan harus bicara soal lingkungan, supaya usaha kita juga bisa tetap berjalan,” imbuhnya.

Dalam paparannya tersebut, sustainability adalah dimana manusia dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, kemudian tindakan langsung untuk melestarikan, melindungi, dan meningkatkan sumber daya alam, lalu melindungi dan meningkatkan penghidupan pedesaan, kesetaraan, dan kesejahteraan sosial, serta ketahanan manusia, komunitas, dan ekosistemnya, melalui mekanisme tata kelola yang bertanggung jawab dan efektif.

Peserta memadati ruangan seminar.

Dari sisi pelaku usaha, Beatrice Susanto juga sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Prof Budi mengenai sustainability. Pihaknya juga sangat concern terhadap hal tersebut. “Kami sendiri juga sudah mempunyai divisi untuk mengatasi keberlanjutan usaha. Ini sangat penting buat kami, makannya masuk dalam strategi bisnis kami,” katanya.

Beberapa hal juga dilakukan FKS Multiagro dengan berbagi ilmu dan memberikan pembinaan kepada para petani/peternak untuk lebih aware kepada lingkungan. “Isu lingkungan juga menjadi perhatian, kami punya target bisa menurunkan angka emisi karbon sampai 20% dengan melakukan berbagai efisiensi dan berbagai upaya atau program-program untuk melestarikan lingkungan,” ungkapnya.

Foto bersama peserta yang berkesempatan mendapat cendera mata.

Hal senada juga disampaikan oleh Andre Simangunsong, untuk menjadi agen of change dalam mendorong sustainability, termasuk di industri peternakan.

“Dari kami juga sangat concern dengan hal itu, dengan mengajak peternak memerhatikan bagaimana manajemen pemeliharaan, kepadatan, pengelolaan limbah, hingga biosekuritinya. Dari sisi sustainability ini sangat penting,” ujarnya.

Ia juga menambahkan turut memonitor perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dan akan bekerja sama dengan pihaknya terkait sustainability. “Salah satunya yang terkait dengan jejak karbon yang dihasilkan. Intinya jangan pernah takut untuk memulai sustainability, karena itu juga merupakan efisiensi dari keberlanjutan usaha,” tukasnya. (RBS)

AGRI VISION 2021 : MEMBAHAS KEBERLANJUTAN SEKTOR PERTANIAN SECARA LUAS

Agro Vision 2021 : Fokus Kepada Keberlanjutan Sektor Pertanian

Sektor pertanian secara luas termasuk peternakan merupakan sektor penting karena berkaitan langsung dengan pangan. Namun sayangnya topik yang dibahas dalam sektor tersebut kebanyakan berfokus pada peningkatan produksi, padahal selain itu keberlanjutan (sustainability) dari sektor ini sangat penting untuk dijaga.

Beberapa tahun belakangan, stakeholders pertanian di penjuru belahan dunia sedang hangat - hangatnya membahas sustainability in farming. Seperti yang tadi disebutkan bahwa pangan akan berkaitan pula dengan kehidupan manusia. Atas dasar tersebut Trouw Nutrition (Nutreco Group) mengangkat isu ini pada konferensi dua tahunan mereka yakni Agri Vision. Karena pandemi Covid-19 yang masih melanda, event ini dihelat secara daring pada tanggal 7 Oktober 2021. 

Menjawab Berbagai Tantangan

Bicara masalah keberlanjutan, tentunya sektor pertanian juga tidak luput dari berbagai tantangan. Hal ini diutarakan oleh Fulco Van Lede yang merupakan CEO dari Nutreco dalam pidato pembukaan Agri Vision 2021.

"Tantangan utama kita adalah memberi makan penduduk dunia yang pada tahun 2050 diproyeksikan mencapai 50 Milyar jiwa.Selain itu, bisnis ini masih dicap sebagai bisnis yang kurang ramah lingkungan, jangan juga lupakan isu naiknya harga pangan yang di sebagian belahan dunia bisa dibilang tidak terjangkau, ini adalah problem kita bersama dan saya percaya bahwa dalam masalah terbesar tentunya ada kesempatan terbesar," tutur Fulco.

Hal senada juga diutarakan oleh Saskia Korink CEO Trouw Nutrition. Menurutnya permasalahan ini terlalu berat jika harus ditanggung oleh satu stakeholder saja, oleh karenanya kolaborasi apik antar stakeholder  dibutuhkan untuk menghadapi persoalan tersebut.

"Oleh karenanya event ini diadakan untuk menghubungkan para stakeholders agar dapat bertemu, mendiskusikan peluang, kerjasama, bahkan bisnis dengan catatan tetap berfokus pada isu sustainability ini," tutur Saskia.

Industri Protein Semakin Dinamis

Dalam Agri Vision 2021 dibahas pula mengenai industri protein, Justin Sherrard, ahli strategi protein hewani global di Rabobank memberi gambaran dunia dengan berbagai sumber protein hewani seperti daging yang dikembangkan di laboratorium atau sumber protein non-hewani. Dia menunjukkan bahwa pasar daging relatif matang ketimbang sumber protein lainnya.

"Ya, protein hewani akan terus tumbuh, tetapi sebagian besar pertumbuhan terjadi di negara berkembang. Bukan hanya karena tingkat kemakmurannya lebih tinggi, tetapi juga karena urbanisasi. Harapannya ini akan terus berkembang," tutur Justin.

Berbeda dengan pertumbuhan yang stabil dan tenang, Justin menunjuk situasi di pasar protein alternatif  yang lebih dinamis. 

"Gambarannya berbeda dan menarik ketika kita melihat pada pasar protein alternatif. Ada pertumbuhan dramatis. Industri ini sedang menarik orang-orang dan sumber daya manusia untuk berkecimpung di dalamnya. Ini sangat menarik karena pertumbuhannya," kata Justin.

Ketika dia ditanya tentang arti munculnya protein alternatif untuk produksi hewani, Justin mengatakan bahwa sebagian besar produk protein alternatif sekarang harganya lebih tinggi dan menawarkan margin yang lebih baik.

"Salah satu pilihan adalah membuat produk tersedia dalam skala besar dan membuatnya lebih terjangkau. Saya pikir protein tradisional akan menjadi salah satu yang dicari ketimbang protein alternatif, ” tukas Justin

Dalam forum yang sama, Marcel Sacco yang berpartisipasi atas nama Brasil Foods ikut berkomentar.

"Ini bukan tentang mengganti daging dengan sesuatu yang lain. Ini lebih kepada menawarkan lebih banyak pilihan kepada konsumen. Kami sesungguhnya dapat menggabungkan penawaran protein hewani yang ada dengan hal-hal baru," tutur dia.

Konsep "Petani Mercusuar"

Presentasi yang paling menginsipirasi dan menggugah pikiran dalam event tersebut datang dari Dr Rogier Schulte, profesor sistem pertanian dan ekologi di Wageningen University, Belanda. Dia mengatakan bahwa umat manusia kini berada di persimpangan jalan akan keberlanjutan, ia menggambarkan bahwa itu terjadi di mana-mana di seluruh dunia.

Dia melukiskan gambaran produksi pertanian yang inovatif, berorientasi masa depan, inklusif alam dan memperkenalkan konsep “petani mercusuar.” Yang dimaksud oleh Dr Rogier yakni sekelompok petani dengan tanaman dan hewan ternak yang berbeda, dari latar belakang dan budaya yang berbeda, bersama-sama mereka membentuk kelompok yang penuh dengan ide-ide inovatif. Dengan melakukan sesuatu bersama - sama mereka bukan hanya dapat melampaui solusi berpikir, tetapi juga sampai ke tahap di mana segala masalah dapat diselesaikan.

Diantara berbagai contoh peternakan yang ia soroti, Dr Rogier menyebutkan peternakan As Ziedi di Latvia, yang memiliki 2.000 sapi perah dengan 3.000 ha lahan subur dengan berbagai tanaman. 

“Susu adalah produk sampingan di peternakan tersebut. Produk utamanya adalah pupuk kandang. kotoran ternak yang dimasukkan ke dalam digester anaerobik (biogas) yang menyediakan listrik adalah produk juga merupakan produk sampingan. Produk utamanya adalah panas, karena itu memungkinkan ikan sturgeon dan belut tumbuh dan berkembang. Dalam waktu 2 tahun mereka bisa memanen ikan tersebut. Di sana kaviar adalah produk utamanya. Ini adalah peternakan kaviar yang didukung oleh sapi perah," tutur Dr Rogier.

Contoh lainnya yang ia sebutkan adalah sistem pertanian padi yang inklusif alam di Indonesia, dimana selain padi juga ikan dan bebek dipelihara pada waktu yang bersamaan. Kompleksitas ekologis tersebut bersifat saling menguatkan. Contoh lain datang dari Brasil, dimana agroforestri yang cerdas dapat mengembalikan struktur hutan hujan asli yang meningkatkan keanekaragaman hayati.

“Tidak ada solusi yang mudah. Tetapi itulah salah satu pelajaran yang kami petik. Itu sebabnya kita tidak bisa meninggalkannya di tingkat petani saja. Kita harus bekerja sama. Para petani mercusuar menawarkan inspirasi,” kada Rogier. (CR)



ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer