-->

KEMENDAG : EFISIENSI DALAM BETERNAK ATAU MATI TERGILAS IMPOR!

Kemendag minta peternak lebih efisien agar harga ayam terjangkau


Kementerian Perdagangan mengatakan impor daging ayam dari negara yang bisa menawarkan harga lebih murah, seperti Brasil, adalah sebuah keniscayaan.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Syailendra mengatakan melihat tren harga daging ayam mahal yang ada saat ini, impor daging ayam murah hanya masalah waktu saja.

"Kalau melihat tren, ini akan kalah, tetap. Ini hanya soal mengulur waktu saja. Kita tidak tahu apakah mampu mengulur waktu dalam setahun, setahun setengah, atau 2 tahun. Tetapi daging ayam yang murah akan masuk," katanya pada webinar Pataka bertajuk Harga Jagung Melambung, Selasa (20/4).

Saat ini saja, lanjutnya, masyarakat sudah teriak harga daging ayam mahal. Menurut dia, harga daging ayam per kilogram berkisar antara Rp30 ribu hingga Rp44 ribu.

Kenaikan ini dipicu oleh mahalnya harga bibit anak ayam atau Day Old Chicken (DOC), juga pakan ternak yang selangit.

Pakan ayam seperti jagung misalnya mengalami anomali karena terjadi di tengah kenaikan produksi. Dia mengatakan rata-rata harga jagung produksi lokal pada April 2021 mencapai Rp4.263 per kg atau naik 6,52 persen dari rata-rata harga Maret, Rp4.002 per kg.

Sementara, harga acuan Kemendag paling tinggi untuk jagung kadar air 15 persen seharga Rp3.150 per kg dan Rp2.500 per kg untuk kadar air 35 persen di tingkat petani. Masuk ke pabrik, lanjut Syailendra, harga pakan naik hingga Rp7.000-Rp8.300 per kg.

Kalau sudah begitu, harga daging ayam di pasaran jadi selangit, mengingat kontribusi pakan terhadap harga daging ayam mencapai 60 persen.

Oleh karena itu, ia mengingatkan industri pakan untuk menekan harga bila tidak mau konsumsi beralih ke impor yang mampu bersaing.

"Saya ingin mengajak teman-teman lakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas kita bagaimana harga pakan itu murah, DOC murah, sebelum yang dari luar akan menyerbu kita," bebernya. (CNN/IFT)


PELAKSANAAN DISINFEKSI DALAM BIOSEKURITI PETERNAKAN

Disinfeksi untuk kendaraan saat akan memasuki areal peternakan. (Foto: Istimewa)

Saat ini pemakaian disinfektan sudah menjadi hal yang umum dan biasa, sehingga seringkali tidak diperhatikan efektivitas pemakaiannya. Asalkan sudah melakukan disinfeksi dengan menggunakan air dan disinfektan, seakan-akan semua masalah telah selesai dengan tuntas. Hanya beberapa farm dengan manajemen biosekuriti ketat yang secara rutin melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pemakaian disinfektan yang sudah rutin diberikan.

Evaluasi terhadap keberhasilan pemakaian disinfektan dapat dilakukan dengan uji pengembangbiakan bakteri. Beberapa bahan organik dari farm diambil untuk dijadikan sampel uji, untuk ditumbuhkan pada media-tumbuh di laboratorium. Setelah itu media-tumbuh akan diuji untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan bakteri tertentu.

Dari hasil tersebut dapat dilakukan analisis mengenai ada tidaknya bakteri tertentu. Apabila uji ini dilakukan secara rutin, maka dapat dilakukan analisis lebih lengkap karena dapat mengetahui perkembangan maupun penurunan jenis bakteri tertentu. Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan biosekuriti yang diterapkan termasuk didalamnya evaluasi mengenai efektivitas disinfektan.

Perlu disadari bahwa tidak ada disinfektan terbaik untuk semua situasi dan kondisi lingkungan farm. Tentukan terlebih dahulu sasaran pemakaiannya dengan mempertimbangkan penyakit yang menjadi target perlakuan disinfeksi, kondisi lingkungan sekitar farm, material yang akan dilakukan desinfeksi, keamanan bagi ayam, pekerja kandang dan peralatan.

Disinfeksi artinya melakukan proses mencegah terjadinya infeksi atau mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh ayam. Pelaksanaan disinfeksi biasanya menggunakan bahan kimia tertentu yang bertujuan membunuh mikroorganisme. Bahan kimia tertentu ini dapat bekerja optimal apabila terjadi kontak langsung dengan mikroorganisme, tanpa dihalang oleh bahan/material lain misalnya feses, pecahan telur, bekuan darah, lumpur, karat, debu dan kotoran lain.

Oleh karena itu, proses disinfeksi akan berjalan dengan baik apabila didahului dengan proses sanitasi yang baik. Pemakaian bahan sabun detergen sebelum proses disinfeksi adalah satu prasyarat utama. Sabun detergen berfungsi untuk melarutkan sisa bahan/material organik yang menempel dalam kandang.

Bahan kimia untuk proses disinfeksi biasa disebut sebagai disinfektan, misalnya amonium quartenair, glutaraldehide, phenol, iodium PVP, maupun gabungan diantaranya. Masing-masing mempunyai aktivitas utama terhadap mikroorganisme tertentu. Meskipun demikian, syarat utama disinfektan diantaranya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264 JAKARTA
Telp (021-8300300)

AYAM DONG TAO MAKANANNYA PARA BANGSAWAN VIETNAM

Ayam dong tao juga mempunyai nama lain ayam naga, merupakan jenis ayam Vietnam yang langka. Harga dagingnya, yang dulunya hanya disajikan untuk bangsawan, berharga beberapa ribu dolar untuk sepasang ayam dong tao.

Mereka memiliki kaki yang kekar dan tebal seukuran pergelangan tangan manusia. Kaki dong tao yang besar ini membuat mereka sulit berkembang biak, dan telur seringkali harus dibesarkan dalam inkubator.

  • Negara asal: Vietnam
  • Manfaat: daging, show
  • Iklim: toleran terhadap panas, sensitif pada pergantian cuaca
  • Karakter: tenang
  • Berat rata-rata: 8,3-13,5 pound
  • Umur panen: 8 bulan
  • Telur: berwarna krem, sekitar 60-70 butir/tahun

BEDAH BUKU SUARA AGRIBISNIS: PEMIKIRAN PROF BUNGARAN SANGAT RELEVAN DENGAN KEBIJAKAN PERTANIAN SAAT INI

Webinar Bedah Buku Suara Agribisnis karya Prof Bungaran Saragih. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam rangka menyambut hari jadinya yang ke-76, mantan Menteri Pertanian, Prof Bungaran Saragih, yang juga Dewan Redaksi Majalah Agrina, menyelenggarakan webinar Bedah Buku Suara Agribisnis, Senin (19/4/2021).

Dalam kegiatan tersebut beberapa narasumber dihadirkan untuk memberikan rangkuman tiga buku Suara Agribisnis karya Prof Bungaran. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengatakan bahwa pemikiran Prof Bungaran Saragih tentang sistem dan usaha agribisnis sangat relevan dengan kebijakan pembangunan pertanian nasional saat ini dan masa mendatang.

“Prof Bungaran selalu memberikan masukan-masukan yang konstruktif agar agribisnis Indonesia semakin baik lagi. Kami akan selalu membutuhkan arahan-arahan yang terbaik dari Prof Bungaran,” ujar Musdhalifah.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia, Bayu Krisnamurthi, sangat setuju jika buku karya Prof Bungaran dijadikan catatan sejarah. Sebab pemikiran mengenai sistem dan usaha agribisnis sudah ia tuangkan puluhan tahun silam.

“Seperti food estate, pak Bungaran ini sudah membicarakan food estate sejak 10 tahun lalu. Kemudian juga permasalah yang berulang dan tampak belum selesai, seperti persoalan beras, sawit, gula, hingga ayam pedaging, di ketiga buku pak Bungaran memberikan indikasi yang jelas alasannya,” kata Bayu.

Dijalaskan alasan tersebut pertama, karena cara pandang, cara berpikir dan cara tindak sesuai paradigma sistem dan usaha agribisnis belum sepenuhnya dipahami dan dilakukan. Pendekatan parsial masih sangat menonjol, logika bisnis kerap diabaikan.

Kedua, ternyata pembangunan sistem dan usaha agribisnis membutuhkan waktu dan proses, sehingga memerlukan konsistensi dalam jangka waktu yang cukup.

Ketiga, pengetahuan dan pemahaman sistem dan usaha agribisnis belum berkembang secepat perkembangan riilnya. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tuntas, bagaimana kaitan agribisnis dengan global supply chain, bagaimana agribisnis menghadapi situasi perang dagang dan pudarnya multilateralisme, bagaimana agribisnis menjawab sustainable development goals dan sebagainya.

“Sebenarnya pondasinya sudah diletakkan oleh prof Bungaran, namun banyak penerusnya yang mungkin lalai atau kurang mengembangkan pemikiran tersebut, sehingga belum bisa merealisasikannya,” ucap Bayu.

Padahal banyak negara yang menerapkan sistem dan usaha agribisnis di banyak komoditas/produk agribisnis sukses menguasai pasar dunia. Hal itu seperti disampaikan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung.

“Jalur industrialisasi agribisnis mulai dari hulu, on farm, hilir, hingga jasa, teknologi dan pengendalian inovasi harus saling mendukung satu sama lain. Lokomotifnya bisa saling bergantian antara hulu, hilir atau on farm, ini sangat relevan dengan sistem dan usaha agribisnis,” papar Tungkot.

Lebih lanjut dikatakan, digitalisasi, smart farming, urban farming, disrupsi pedagang perantara dan integrasi pedagang-konsumen, makin meneguhkan pendekatan sistem dan usaha agribisnis. Integrasi vertikal sistem agribisnis makin menguat, pengendalian inovasi agribisnis menjadi sumber pertumbuhan utama agribisnis ke depannya. (RBS)

BRASIL INGIN MENGEKSPOR LEBIH BANYAK KE RUSIA

Presiden Brasil Bolsonaro telah meminta Presiden Rusia Putin untuk menyetujui lebih banyak prosesor Brasil untuk ekspor daging ke pasar Rusia. Banyak fasilitas yang sudah memiliki akreditasi, tetapi telah dihadapkan pada pembatasan sejak 2017.

Ini menjadi salah satu pokok pembicaraan dalam pembicaraan telepon langsung antar kepala negara pekan lalu. Topik pembicaraan lainnya adalah komersialisasi dan produksi Sputnik, vaksin Rusia melawan Covid-19.

Asosiasi Protein Hewan Brasil (ABPA) mengatakan bahwa pihaknya memiliki harapan besar bahwa perundingan antara presiden Brasil dan Rusia akan membuahkan hasil yang positif.

Brasil menjual 143.800 ton daging ke Rusia pada 2020 dengan nilai US $ 311,4 juta. Produk utamanya adalah daging ayam sebesar 83.600 ton, 30% lebih tinggi dari 2019. Kedua adalah daging sapi sebanyak 58.800 ton. (via poultryworld.net)

PERAN KRUSIAL DISINFEKSI DAN BIOSEKURITI

Disinfeksi dan biosekuriti akan membatasi masuknya agen penyakit di titik-titik kritis peternakan ayam. (Sumber: rezahygine.com)

Ketika membahas mengenai disinfeksi dan biosekuriti, salah satu pertanyaan yang pasti terlintas adalah sepenting apakah disinfeksi dan biosekuriti untuk dilakukan di peternakan? Pelaksanaan disinfeksi dan biosekuriti jelas memakan biaya dan membutuhkan perhatian yang konsisten, apakah efek yang dihasilkan akan sebanding?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, harus dilihat kembali dari sifat ternak ayam yang dipelihara. Seperti diketahui bersama bahwa ayam petelur dan pedaging merupakan ayam yang memiliki materi genetik unggul untuk produktivitasnya. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, ayam petelur saat ini dapat menghasilkan telur lebih banyak. Demikian pula ayam pedaging juga dapat memberikan karkas yang lebih besar dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini tentunya memiliki konsekuensi, yaitu daya tahan tubuh yang lebih rentan sehingga membuat penyakit lebih mudah masuk dalam tubuh ayam. Beberapa jenis penyakit ayam dan efek kerugian yang ditimbulkan tampak sebagai berikut:

Jenis Penyakit

Tingkat Kematian

Tingkat Penurunan Produksi

Avian Influenza (AI)

≤100%

≤100%

Infectious Bronchitis (IB)

≤75% (terutama pada ayam kecil)

20-50%

Infectious Bursal Disease (IBD)

2-31,8%

5-50%

Infectious Laryngotracheitis

5-70%

1-20%

Newcastle Disease (ND)

0-100%

Tergantung umur ayam dan masuknya infeksi sekunder

Chronic Respiratory Disease

5-40%

Tergantung kondisi lingkungan dan masuknya infeksi sekunder

Aspergillosis

5-20%

Tergantung umur ayam dan tingkat keparahan penyakit

Coryza

0-5%

10-40%

Sumber: Kementerian Pertanian, 2014; Tarmudji, 2005; Tabbu, 2000.


Sumber utama masuknya penyakit ke tubuh ayam adalah dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa peralatan kandang, kandang, halaman lingkungan kandang, transportasi, makhluk hidup lain di area peternakan, maupun daerah di sekitar farm. Agen penyakit akan menempel pada lingkungan dan masuk ke tubuh ayam melalui udara, luka, makanan atau air minum.

Sementara itu diketahui bahwa hampir semua peternak Indonesia menggunakan kandang baterai untuk ayam petelur, yang berarti bahwa ayam petelur tersebut tidak bebas bergerak. Sedangkan pada ayam pedaging, bobot badan yang tinggi juga membuat jenis ayam ini tidak mudah bergerak. Akibatnya adalah ayam akan terpapar dengan apapun kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya (terutama pada kandang sistem open house), serta lebih mudah mengalami stres.

Dapat dibayangkan bukan apa yang terjadi jika sifat rentan ayam ditambah stres, kondisi lingkungan yang tidak nyaman, serta rentan paparan penyakit? Risiko infeksi penyakit yang masuk ke tubuh ayam jelas sangat tinggi.

Beberapa contoh kondisi lingkungan kurang baik yang berperan terhadap masuknya agen penyakit sebagai berikut: Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. ***

PENERAPAN BIOSEKURITI TIGA ZONA DALAM PETERNAKAN

Biosekuriti dalam bidang peternakan diartikan sebagai upaya mencegah kuman penyakit tidak masuk ke peternakan sehingga ayam tetap sehat dan menghasilkan produk yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Terdapat rambu sederhana dalam penerapan biosekuriti 3 zona, yaitu membagi area peternakan menjadi 3 zona, yaitu  merah, kuning, dan hijau.

Hal tersebut diungkapkan oleh Dr Ir Suci Paramitasari Syahlani, MM, IPM selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan UGM. Menurutnya, pembagian zona bertujuan mengatur masuknya orang dan benda ke peternakan karena keduanya merupakan perantara yang memungkinkan kuman masuk ke tubuh ayam.

Suci menjelaskan, zona merah mencakup semua area di luar peternakan setiap orang termasuk karyawan kandang dan benda yang dibawa dianggap berpotensi membawa kuman penyakit, misalnya kendaraan dan sepatu. 

Untuk masuk area kandang, peternak harus mandi dengan sabun dan berganti pakaian yang disediakan. Setelah mandi, harus mencelupkan kaki ke dalam disinfektan dan memakai alas kaki yang khusus diperuntukkan untuk zona kuning, yaitu beralas rata dan berwarna kuning. Peternak tidak disarankan mengenakan sepatu boot karena alasnya berlekuk dan sulit dibersihkan.

Zona kuning adalah zona transisi antara zona merah yang berisiko tinggi terpapar penyakit dan zona hijau atau area produksi. Di zona ini, dilakukan penyortiran telur sebelum dibawa ke penjual.

Zona hijau merupakan area bersih/produksi. Sebelum masuk zona hijau, peternak harus berganti alas kaki khusus zona hijau. Di zona ini, diharapkan tidak ada kuman penyakit yang masuk yang dapat membahayakan ayam petelur sehingga hanya pekerja kandang dan yang berkepentingan saja yang dapat masuk ke area ini. Semua benda yang masuk di area ini harus didisinfektan.

Untuk memastikan penerapan biosekuriti agar berjalan dengan baik, diperlukan komitmen dari pemilik yang diikuti oleh keluarga, karyawan, pemasok, dan pembeli. Selain itu, kandang harus dibersihkan secara rutin untuk menjaga higienitasnya. 

Biosekuriti 3 zona ini dapat diterapkan oleh semua peternak, bahkan peternak kecil. Prinsipnya, zona merah adalah area kotor, zona kuning adalah area transisi, dan zona hijau adalah area bersih atau area produksi. Praktik ini dapat diterapkan dengan mudah dan murah di peternakan kecil sekalipun. Kunci keberhasilan penerapan bukan pada peralatan tetapi pada niat kuat dan kedisiplinan pemilik.

Jika peternakan dekat dengan rumah tinggal, cukup pastikan bahwa area kandang terlindungi dan dijadikan zona hijau. Peternak dapat memberi tanda dengan bahan sederhana, misalnya tali rafia hijau. Beberapa peralatan yang perlu disiapkan antara lain: beberapa pasang sandal dengan warna berbeda sesuai dengan warna zona dan cairan disinfektan di ember untuk mencelupkan kaki. Peternak diharuskan membiasakan diri untuk mandi sebelum memasuki zona hijau dan setelahnya mengenakan pakaian dan sandal khusus. Hal ini terkesan sederhana tetapi sangat bermakna untuk merintis biosekutiti 3 zona. 

Biosekuriti sangat penting untuk dilakukan di peternakan, terutama karena alasan kesehatan, ekonomi, dan hukum. Dengan menerapkan biosekuriti, telur lebih sehat dan berkualitas sehingga aman dikonsumsi. Jika ayam sehat, peternak dapat meminimalkan biaya kesehatan dan memaksimalkan keuntungan. Selain itu, ayam yang sehat memiliki produktivitas tinggi. Terkait alasan hukum, dengan menerapkan biosekuriti,  peternak melaksanakan cara beternak yang baik dan sesuai aturan. 

Saat ini, Fakultas Peternakan UGM mendampingi penerapan biosekuriti kepada 200 peternak Gunung Kidul yang tergabung dalam Pinsar Petelur Nasional. Pendampingan implementasi biosekuriti juga merupakan syarat perolehan Nomor Kontrol Veteriner (NKV), oleh karena itu, Fakultas Peternakan juga melakukan pendampingan pendaftaran NKV bagi 2-4 peternak. (Rilis/INF)

PERTUMBUHAN UNGGAS JEPANG 2021 DIPREDIKSI LAMBAT

Produksi daging ayam di Jepang tahun ini diproyeksikan akan tetap datar yang dimulai dari tahun 2020. Di Jepang, wabah flu burung terus menekan produksi dalam negeri, sementara efek pandemi Covid-19 memperlambat pemulihan permintaan jasa makanan.

Statistik resmi untuk produksi ayam di Jepang tidak dipublikasikan, namun sumber industri memperkirakan bahwa produksi tahun 2020 tumbuh sekitar 2,4% dari 1,723 mmt pada 2019 menjadi 1,765 mmt. Produksi pada tahun 2021 diperkirakan akan tetap datar.

Influenza unggas yang sangat patogen (HPAI) terus memberikan tekanan pada volume produksi dalam negeri, dan jumlah ayam pedaging yang dimusnahkan karena HPAI antara November 2020 dan Februari 2021 mencapai 1 juta ekor, terhitung 0,7% dari total populasi.

Beberapa sumber industri memproyeksikan pertumbuhan produksi 1% pada tahun 2021, sementara Dinas Pertanian Luar Negeri USDA mengantisipasi produksi akan tetap datar karena pertumbuhan yang lemah dalam produksi anak ayam.

Wabah HPAI di Jepang telah mempengaruhi populasi layer secara tidak proporsional. Sekitar 9 juta layer telah dimusnahkan sejauh ini, yang merupakan 5% dari keseluruhan populasi. Karena ayam petelur biasanya menyumbang sekitar 10% dari pemotongan ayam di Jepang, hal ini dapat memberikan tekanan tambahan pada pasokan ayam tahun ini. (via poultryworld.net)

SEKTOR PERUNGGASAN VIETNAM MENGINCAR PASAR EKSPOR

Daging dan telur unggas telah memenuhi permintaan dari 100 juta penduduk Vietnam, dan negara itu sekarang bersiap untuk memperluas ekspor.

Pada pertemuan Asosiasi Unggas Vietnam baru-baru ini dikemukakan bahwa bisnis unggas Vietnam sedang mencari cara untuk memperluas jangkauan mereka ke pasar luar negeri seperti Myanmar, Jepang, Hong Kong, dan Rusia. .

Kawanan unggas nasional telah meningkat dari 100 juta pada 2010 menjadi 530 juta pada 2020. Produksi daging unggas juga mengalami peningkatan yang signifikan dari 600.000 mt menjadi 1,4 juta mt selama 10 tahun terakhir. Selain itu, produksi telur mencapai 14 miliar pada tahun 2020, naik dari 6 miliar satu dekade lalu.

Peternakan unggas skala besar telah dibentuk dan dilengkapi dengan teknologi mutakhir dan modern. Rumah pemotongan juga termasuk yang paling modern di Asia Tenggara. Kemajuan Vietnam juga telah dicapai dalam produksi pakan unggas, obat-obatan dan vaksin. (poultryworld.net)

SELUK-BELUK VAKSINASI DALAM BIOSEKURITI PETERNAKAN AYAM

Vaksinasi, salah satu upaya mencegah penyebaran virus. (Sumber: Istimewa)

Setelah lebih kurang setahun pandemi COVID-19 melanda dunia, berbagai elemen masyarakat menjadi akrab dengan istilah vaksinasi, padahal sebelumnya istilah ini hanya terdengar dan dikenal di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit saja. Sedang di dunia peternakan, khususnya peternakan ayam, vaksinasi sudah lama menjadi kegiatan rutin untuk mencegah berbagai serangan penyakit yang sangat merugikan usaha.

Biosekuriti
Bio = Hidup, Sekuriti = Perlindungan, biosekuriti terdiri dari seluruh prosedur kesehatan dan pencegahan yang dilakukan secara rutin di sebuah peternakan, untuk mencegah masuk dan keluarnya kuman/mikroorganisme yang menyebabkan penyakit unggas.

Biosekuriti yang baik akan berkontribusi pada pemeliharaan unggas yang bersih dan sehat dengan menggunakan sumber-sumber yang telah ada di peternakan, mengelola ternak unggas secara semestinya, menggunakan obat lebih sedikit, serta mengurangi kontaminasi.

Tujuan biosekuriti yang baik adalah untuk membangun dan mengintegrasikan beberapa usaha perlindungan yang dapat menjaga ternak unggas tetap sehat, yang menghasilkan kematian (mortalitas) yang lebih sedikit, penghematan yang cukup besar dalam biaya produksi dan pendapatan yang lebih baik bagi peternak.

Perlunya Prosedur Biosekuriti yang Baik
Penyakit unggas berpengaruh negatif terhadap keuntungan peternak dan kadang membahayakan kesehatan manusia. Peternakan unggas selalu berisiko terserang penyakit yang pada akhirnya mengurangi produksi daging dan telur, tergantung pada tingkat keparahan penyakit.

Beberapa negara di dunia telah diserang oleh penyakit unggas yang mengakibatkan tingkat kematian dan kerugian ekonomi sangat tinggi.

Ketika unggas terpapar pada kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti panas yang berlebihan, kedinginan, kelembapan, amonia, suara bising, kekurangan air minum/pakan, maka tingkat ketahanan tubuh unggas terhadap penyakit menjadi berkurang, membuat unggas rentan terhadap penyakit yang disebabkan virus, bakteri dan jamur (CONAVE & IICA EQUADOR, 2008).

Beri Vaksinasi
Vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan imunitas (kekebalan), memberikan imunitas protektif dengan meningkatkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021.

Ditulis oleh: Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumnus Fapet Unpad

UKRAINA MELANJUTKAN EKSPOR UNGGAS KE UE

Mulai 20 Maret 2021, Ukraina melanjutkan ekspor unggas ke UE dari provinsi-provinsi yang tidak terpengaruh oleh wabah HPAI pada Desember 2020. Menurut analis lokal, pembatasan ekspor terasa menyakitkan bagi Ukraina.

“Volume rata-rata bulanan ekspor daging unggas ke UE sekitar 10.000 ton. Larangan ekspor mulai Desember dan seterusnya secara signifikan mempengaruhi total ekspor daging unggas dari Ukraina, karena pangsa UE dalam penjualan keseluruhan rata-rata 25 hingga 28%. Potongan besar ini tidak dapat diserap oleh negara tujuan ekspor lainnya, ”jelas Svetlana Lytvyn, analis Klub Agribisnis Ukraina.

Akibatnya, ekspor unggas Ukraina turun 22,1% pada Januari 2021 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi 29.110 ton. Selain UE, beberapa negara lain juga melarang impor unggas dari Ukraina, antara lain Singapura, Maroko, Tunisia, dan Jepang.

Pejabat Ukraina melakukan banyak upaya untuk membuka kembali ekspor daging unggas ke UE, mengingat pentingnya pasar ini.

Ukraina meningkatkan ekspor daging unggas sebesar 4% tahun lalu menjadi 431.000 ton, kata layanan statistik nasional Gosstat. Negara ini mengekspor 108.690 ton unggas ke UE, turun 18,8% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari segi moneter, Ukraina mengekspor daging unggas senilai US $555 juta tahun lalu, lebih rendah 4,1% dibandingkan tahun 2019. Menurut Klub Agribisnis Ukraina, Ukraina diperkirakan akan meningkatkan angka ini menjadi di atas US $1 miliar pada tahun 2029. Sebagaimana dijelaskan oleh Andrey Martynenko, seorang analis Klub Agribisnis Ukraina, negara tersebut dapat mengambil keuntungan dari meningkatnya permintaan di pasar negara berkembang dengan populasi yang terus bertambah, terutama di Asia dan Afrika.

Kementerian Ekonomi Ukraina baru-baru ini merilis perkiraan yang mengatakan bahwa ekspor unggas dari Ukraina kemungkinan besar akan turun untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, sebesar 0,9% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 430.000 ton. Produksi dalam negeri diperkirakan sekitar 1,43 juta ton. Dengan latar belakang konsumsi domestik yang relatif buruk, pasokan di pasar domestik diperkirakan 326.000 ton lebih tinggi dari permintaan. (via poultryworld.net)

LUPIN SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI UNTUK NUTRISI AYAM BROILER

Brian Kenyon, manajer nutrisi senior ABN (pabrikan pakan babi dan unggas Inggris), mengatakan sektor unggas membutuhkan sumber protein alternatif. Ia menambahkan bahwa saat ini Inggris mengimpor 3 mt kedelai/tahun. Pertanyaan telah diajukan tentang dampak impor ini terhadap lingkungan, keberlanjutan, dan keamanan pasokan.

Kenyon mengatakan bahwa di masa lalu, produsen Inggris mengandalkan rapeseed dengan beberapa kacang polong dan kacang-kacangan, tetapi kacang lupin dengan tingkat protein yang lebih tinggi (28-34%) dan kandungan serat yang tinggi (10-12%) menunjukkan harapan besar. Kadar proteinnya lebih tinggi dari buncis (26-28%) tetapi lebih rendah dari bungkil kedelai (46%).

Pengalaman ABN dengan lupin berasal dari pendekatan Frontier, yang menggunakan lupin dalam percobaan kecil di Kent sebagai tanaman alternatif pengganti lobak. 2 varietas diujicobakan yaitu varietas biru Boregine dan varietas putih Dieta. Tonase kecil dan terbatas, tetapi penelitian menunjukkan tingkat alkaloid utama sekitar 400 mg/kg berada dalam batas Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA).

ABN kemudian melakukan uji coba komersial tahun lalu menggunakan penanam independen di North Yorkshire. 2 uji coba dilakukan pada 6 kandang yang masing-masing berisi 43.500 Ross 308 broiler. Uji coba pertama melibatkan pemberian kacang lupin biru pada 4 kandang dengan 2 kandang kontrol, sedangkan uji coba kedua melibatkan ayam broiler dari 2 kandang penerima lupin putih dengan 4 kandang kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan life performance pada 39 hari, tidak ada masalah welfare dan tidak ada masalah dengan palatabilitas. Jika kinerja kacang lupin rata-rata diterapkan ke seluruh peternakan dari 261.000 unggas, ini akan mengurangi penggunaan kedelai hingga 29 t.

Kenyon berkata, “Lupin dapat menjadi protein alternatif yang cocok untuk bungkil kedelai dalam diet ayam pedaging, tetapi, dengan harga bahan mentah saat ini, harga lupin tidak bersaing dengan bungkil kedelai dalam diet ayam pedaging. Mengupas lupin akan meningkatkan tingkat protein dengan menghilangkan jumlah serat. Ini akan menambah nilai lupin tetapi juga meningkatkan biaya. Jadi, sumber protein baru membutuhkan komitmen yang lebih luas dari seluruh rantai pasokan untuk diterapkan secara komersial guna memastikan pasokan yang konsisten.” (via poultryworld.net)

CURIGA AYAM STRES? BEGINI INDIKATORNYA

Faktor performa produksi dan pertumbuhan ayam akan sangat baik jika ayam merasa nyaman dan terhindar dari stres. (Foto: Dok. Infovet)

Layaknya manusia, hewan ternak khususnya ayam juga dapat mengalami stres. Bahkan beberapa pakar menyatakan bahwa ayam ras kekinian, meskipun memiliki performa produksi yang tinggi, juga memiliki kecenderungan lebih mudah stres.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, dunia pembibitan ayam ras pun ikut berkembang. Bayangkan pada 1970-1980-an, ayam broiler ras mencapai bobot badan 1 kg setelah melalui sekitar 70-80 hari pemeliharaan. Namun kini, ayam broiler dapat mencapai bobot yang sama bahkan lebih hanya dalam kurun waktu 30 hari.

Namun begitu diakui bahwasanya tendensi ayam broiler kekinian terhadap cekaman dan stres cenderung tinggi. Kondisi stres merupakan hal penting yang harus diketahui oleh dokter hewan, hal ini karena stres dapat melemahkan sistem imun ayam dan akan berimbas panjang ke depannya. Oleh karena itu, faktor performa produksi dan pertumbuhan ayam akan sangat baik jika ayam merasa nyaman dan terhindar dari stres.

Sebagaimana diketahui bersama, banyak sekali faktor penyebab stres, antara lain fisiologis, nutrisi, lingkungan, suhu dan iklim, sosial, fisik, serta tekanan psikologis. Secara teknis, hormon kortikosteron dilepaskan oleh kelenjar adrenal ketika ayam menghadapi stres.

Hal ini sebenarnya membantu ayam mengatasi stres, tetapi pada saat yang sama menyebabkan efek yang tanpa disadari mempengaruhi tubuh ayam. Setiap kali ayam berada dalam kondisi stres, ada pelepasan glukosa yang cepat ke dalam darah yang mengakibatkan penipisan glikogen atau cadangan gula yang tersimpan di hati dan otot, kemudian terjadi peningkatan pernapasan, perubahan sistem hormon yang menyebabkan perubahan kimia seperti perubahan tingkat pH di usus yang pada gilirannya mengganggu keseimbangan mikroflora di usus, sehingga menyediakan lingkungan yang cocok untuk beberapa jenis mikroba yang berpotensi mengakibatkan penyakit.

Peningkatan hormon stres juga mendorong pembentukan dan peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas bereaksi dengan oksigen sehingga suplai oksigen dalam tubuh terganggu, tentunya ini sangat merugikan. Walau banyak yang mengetahui hal ini, namun masih tak sedikit yang kebingungan bagaimana mengidentifikasi stres berdasarkan kondisi fisik ayam.

Mengenali Tanda Stres
Secara umum kondisi visual yang terjadi pada ayam stres yakni terjadi perubahan pada bulu sayap dan bentuk kotoran. Sangat penting bagi peternak dan dokter hewan untuk dapat mengenali tanda stres dalam mengevaluasi tata cara pemeliharaan apakah sudah cukup nyaman bagi ayam.

Mengapa perubahan bulu bisa dijadikan indikator kondisi ayam sedang mengalami stres?

• Pertumbuhan bulu berlangsung sangat cepat dan mudah dilihat (bulu sayap).

• Komponen bulu sebagian besar adalah protein (β-keratin).

• Perubahan fisik bulu yang abnormal menggambarkan alokasi nutrisi protein dalam keadaan tertentu (kondisi stres). Tentunya stres akan menimbulkan “cost” nutrien tertentu. Dalam hal ini alokasi protein yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan bulu akan dialokasikan untuk hal lain seperti sistem imun ayam, terlebih bila saat muncul cekaman/stres.

Karakteristik bulu sayap pada ayam yang normal sehat tanpa mengalami stres akan terlihat rapih dengan struktur bulu yang utuh, tanpa kerusakan, bersifat kedap air dan tidak pecah. Setiap kali ayam yang mengalami kondisi stres berat, akan terlihat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021.

Oleh: Drh Jumintarto Oyiem, Praktisi Perunggasan
Edited by: CR

PENTINGNYA PEMAHAMAN TEKNIS BUDI DAYA UNGGAS DIBAHAS DALAM PPA SERI 3

Poultry Preneur Academy (PPA) #Seri3 mengangkat topik “Manajemen Teknis Pendukung Kewirausahaan Perunggasan Nasional”. (Foto: Istimewa)

Industri dan perunggasan Indonesia berkembang cepat, terutama dalam hal performa dan teknik produksinya. Hal itu harus disikapi oleh para wirausaha perunggasan, sehingga bisa mendapatkan hasil optimal dalam menjalankan usahanya.

Dalam membudidayakan ayam broiler modern saat ini, terdapat faktor teknis dan non-teknis yang harus diperhatikan. Khusus untuk faktor teknis, antara lain genetika, kondisi lingkungan, pakan dan penyakit. Untuk dapat meraih hasil optimal para pelaku usaha unggas harus mampu memahami faktor teknis perunggasan tersebut.

Hal itu dibahas dalam Poultry Preneur Academy (PPA) #Seri3 yang mengangkat topik “Manajemen Teknis Pendukung Kewirausahaan Perunggasan Nasional”, Senin (12/4/2021), melalui aplikasi daring. Acara dipandu oleh moderator Ketua Umum PB ISMAPETI, M. Rizal Farah Firdaus dan pembawa acara Ni Kadek Ariani selaku peserta Poultry Preneur Academy Generasi I.

Pada PPA yang direncanakan untuk diselenggarakan secara rutin tiap tahun tersebut, telah diseleksi dengan ketat peserta mahasiswa untuk mendapat pembekalan yang memadai seputar kewirausahaan perunggasan selama dua bulan, yakni Maret hingga April 2021. Pembekalan meliputi empat pleno atau seri. Selanjutnya 73 mahasiswa terpilih tadi mendapat pembekalan lanjutan dengan adanya berbagai tugas dan presentasi terkait kewirausahaan perunggasan, dengan dipandu oleh para fasilitator agar pelaksanaan tugas dan pembelajaran dapat berlangsung lancar.

Webinar yang digelar untuk ketiga kalinya ini diselenggarakan oleh Indonesia Livestock Alliance (ILA), bekerja sama dengan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) dan Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) tersebut membahas empat hal penting aspek teknis perunggasan, yakni pemahaman program vaksinasi unggas dan pengalaman tata kelolanya oleh Veterinary Service Coordinator PT Ceva Animal Health Indonesia, Ismail Kurnia Rambe, kemudian pemahaman feed additive di industri perunggasan dan pengalaman tata kelolanya oleh Country Manager Sumitomo Chemicals Indonesia, Sumardi, lalu pemahaman peran penting feed supplement dan tata kelolanya dibawakan Technical Director PT Nutricell Pacific, Dr Wira Wisnu Wardani, serta pemahaman tentang peran penting kesehatan hewan di industri perunggasan dan pengalaman tata kelolanya oleh Technical Manager PT Pimaimas Citra, Drh Andi Wijanarko.

Dalam kesempatan itu, Sumardi menjelaskan tentang pakan yang menjadi faktor penting dalam performa dan produksi ayam. Apalagi kontribusi pakan di perunggasan mencapai 75% termasuk di dalamnya feed additive yang merupakan bahan baku pakan tetapi tanpa memengaruhi nutrisi pakan. Fungsinya adalah menyejahterakan hewan ternak dan unggas. Juga mampu mencegah penyakit dan sebagai penambah nafsu makan, selain sebagai pengawet bahan pakan.

Apalagi pakan komersial membutuhkan penyimpanan yang mengakibatkan kondisi pakan tetap berkualitas dan prima. Sesuai dengan nutrisi yang ada tidak berkurang selama penyimpanan. “Pastinya meningkatkan performa ayam dan produksi, serta menurunkan mortalitas,” kata Sumardi.

Sementara mengenai tata kelola biosekuriti sebagai upaya pengendalian penyakit sejak dini, dijelaskan oleh Andi Wijanarko, pada prinsipnya harus memiliki konsep dasar biosekuriti 3 zona. Program pencegahan penyakit dengan penerapan biosekuriti tersebut harus pula dibarengi dengan program vaksinasi yang baik.

“Pencegahan untuk penyakit yang disebabkan oleh virus adalah melalui program vaksinasi yang sesuai, tepat guna, tepat dosis dan tepat waktu,” kata Andi. (IN)

POPULASI TAK TERKENDALI, KUDA LIAR DI AUSTRALIA AKAN "DIBASMI"

Kawanan kuda liar di Kosciuszko National Park Australia, mengalami peningkatan populasi (Sumber : ABC Indonesia)

Badan pengelola kawasan hutan dan taman negara bagian Victoria, Australia, menyarankan pembasmian kuda liar. Saran ini dikeluarkan untuk melindungi vegetasi di wilayah pegunungan. Pembasmian akan dilakukan dengan cara menembaki kuda liar dari udara, bila tidak mungkin dilakukan di daratan.

Lembaga bernama Parks Victoria itu telah mengumumkan rencana tersebut bulan lalu dan mendapat dukungan dari organisasi kesejahteraan hewan RSPCA. Rencana ini mengesampingkan upaya pengendalian dengan cara mengumpulkan dan menambat kuda-kuda liar untuk selanjutnya dijinakkan. Metode seperti ini didukung oleh kalangan tuan tanah di dataran tinggi Victoria.

Parks Victoria juga berencana melakukan penangkapan sendiri serta akan mengizinkan tuan tanah untuk mengambil kuda liar jika mereka dapat menyediakan kandang yang cocok untuk hewan tersebut. Beberapa pagar pembatas juga akan dibangun. Semua rencana ini tertunda tahun lalu karena seorang peternak terkemuka di dataran tinggi Victoria bernama Philip Maguire menggugat ke Mahkamah Agung untuk menghentikan pemusnahan kuda liar. Pengadilan pun telah menolak gugatan ini.

Rencana baru untuk pengendalian kuda liar akan memetakan langkah Parks Victoria untuk dekade berikutnya. Lembaga ini memperkirakan jumlah kuda liar di wilayah pegunungan Victoria meningkat dua kali lipat dari 2014 hingga 2019. Sebuah survei menunjukkan populasinya meningkat dari sekitar 2.300 ekor menjadi 5.000 ekor. 

Juru bicara Parks Victoria menyebutkan pengurangan populasi kuda liar sangat penting dilakukan setelah kebakaran hutan tahun 2019/2020 menyapu habis area habitat yang luas di Taman Nasional Alpine. 

"Daerah-daerah yang tidak terpengaruh oleh kebakaran, kini jadi habitat yang kritis bagi spesies satwa liar asli pegunungan seperti kadal pohon, katak pohon dan udang karang berduri," katanya. "Tanaman langka dan terancam punah di dataran tinggi yang gundul menjadi semakin rentan," tambahnya.

Juru bicara Asosiasi Taman Nasional Victoria Phil Ingamells mengatakan, penembakan hewan secara manusiawi harus dilakukan karena vegetasi daerah pegunungan perlu diperbaiki.

“Risiko kepunahan spesies sangat nyata dalam konteks pemanasan global dan iklim yang mengering. Frekuensi kebakaran meningkat, invasi gulma, perusakan habitat oleh spesies yang masuk ke wilayah ini. Taman Nasional Alpine adalah ekosistem yang sangat rapuh, dan bukan tempat bagi hewan ternak," kata Phil.

Ia mengakui penjinakan lebih disukai sebagian peternak, namun upaya ini katanya tidak akan bisa mengurangi populasi kuda liar.

"Upaya ini tidak akan pernah menjadi solusi. Ada 6.000 kuda liar di Taman Nasional Alpine dan tidak tersedia 6.000 kandang yang bagus untuk menjinakkan mereka," ujar Phil.

Seorang juru bicara RSPCA Victoria mengatakan pihaknya mendukung penembakan kuda liar dari udara di area terbuka dengan medan datar.

"Harus dipertimbangkan kemampuan tembakan yang akurat. Karena itu, hanya penembak dan pilot yang sangat berpengalaman yang harus dilibatkan," katanya.

Ia menambahkan penembakan dari usara harus ditinjau secara teratur dan segera dihentikan jika terbukti merugikan kesejahteraan hewan. Seorang pejabat Pemerintah Kota East Gippsland, Sonia Buckley, menyatakan pihaknya tidak senang dengan rencana tersebut. Dia setuju kuda liar merupakan masalah, tapi seharusnya Parks Victoria membentuk satuan tugas yang melibatkan penduduk pedalaman, mirip dengan satgas penanggulangan anjing liar sebelumnya. Berburu kuda liar, kata Sonia, sebaiknya dilakukan karena hewan-hewan ini juga ada pasarnya.

“Anak saya seorang pemburu kuda liar, ikut dalam Benambra Buck Runners. Mereka melakukan dengan hati-hati agar hewan ini bisa diambil dengan selamat,” ujarnya.

Sonia menyebut menembaki kuda liar dari udara sangatlah tidak manusiawi dan tidak efektif. "Medannya sangat sulit untuk dapat melihat hewan dari udara. Penembak tidak dapat melakukannya dalam satu kali tembakan," katanya.

Ia menggambarkan pembasmian seperti itu sama dengan menjatuhkan hukuman kepada penjahat. Dia juga mempertanyakan jumlah kuda liar di wilayah pegunungan negara bagian yang disebutkan pihak Parks. Menurut Sonia, jumlahnya hanya sekitar 2.000 ekor. Politisi setempat Tim Bull juga menyatakan tak setuju bila kuda-kuda liar ini dimusnahkan. Dia menyarankan agar kuda-kuda liar itu dijinakkan dan dikumpulkan bukan malah ditembaki dari udara. (CR/ABC Indonesia)



KOPERASI WSU TERIMA KUNJUNGAN KEMENKOP DAN KEMENTAN

Paling depan: Ketua Koperasi WSU, Sugeng Wahyudi (tengah) bersama Akhmad Zabadi (kiri) dan Fini Murfiani (kanan) saat bertemu dengan media. (Foto: Infovet/Ridwan)

Koperasi Wira Sakti Usaha (WSU) dalam usahanya terus berupaya membangun komunikasi dengan berbagai pihak, salah satunya menerima kunjungan kerja dari Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) bersama Kementerian Pertanian (Kementan).

Melalui diskusi bersama, Sabtu (10/4/2021), Koperasi WSU ingin melihat bagaimana peran pemerintah dalam mendukung keberlangsungan usaha peternakan rakyat mandiri yang tergabung dalam koperasi.

“Tujuannya kita ingin perkenalkan koperasi ke pejabat berwenang, khusunya Kemenkop. Kalau sudah kenal kan pasti sayang gitu. Ini lah manfaat kita untuk mempertanyakan bagaimana peran dari pemerintah,” ujar Ketua Koperasi WSU, Sugeng Wahyudi.

Lebih lanjut dijelaskan, dengan berkoperasi diharapkan pelaku usaha peternakan rakyat mandiri semakin kuat dan saling mendukung satu sama lain.

“Koperasi ini harus menjadi massif, agar peternak rakyat mempunyai kekuatan. Tapi bukan untuk melawan peternak besar yang sudah menggurita, tapi kita ingin membuktikan pembangunan peternakan juga bisa kita nikmati bersama,” ungkapnya.

Ia juga mengimbau bagi para peternak rakyat mandiri dalam memperbaiki usaha untuk tidak lengah dalam hal produktivitas. Karena selama ini hal itu masih menjadi kendala utama.

“Kita juga harus melakukan yang terbaik terkait produktivitas kita, perhatikan kandang/infrastruktur yang baik diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,” ucap dia.

Sugeng berharap, dengan hadirnya koperasi ini semoga ada jalinan kepada pemerintah, dimana peternak rakyat bisa mengaksesnya, seperti kemudahan memperoleh DOC dan pakan dengan harga terjangkau. Selain pemerintah, Koperasi WSU juga mengajak kerja sama dengan perusahaan-perusahaan bidang pembibitan unggas dan pakan ternak.

“Dengan kita bersatu, kita bisa saling berbagi dalam berusaha dan saling mendukung satu sama lain,” pungkasnya.

Hadir dalam kesempatan tersebut Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Fini Murfiani dan Deputi I Perkoperasian, Kemenkop, Akhmad Zabadi. Keduanya memberikan apresiasi dan siap mendukung serta membantu kelangsungan usaha para peternak di Koperasi WSU. Hadir pula beberapa perusahaan diantaranya Malindo dan De Heus, serta para peternak yang tergabung dalam Koperasi WSU.

Diskusi dilaksanakan di salah satu kandang ternak milik anggota Koperasi WSU yang berlokasi di Kampung Bojong Katon, Desa Pancawati, Kecamatan Caringin, Bogor. Selama enam bulan berdiri, Koperasi WSU kini beranggotakan 22 peternak dan sudah banyak melakukan serangkaian kegiatan, diantaranya peningkatan SDM, menggalang kerja sama dengan institusi, swasta dan akademisi, menginisiasi focus group discussion (FGD) tentang perunggasan nasional, serta saat ini tengah mem-progress koperasi integrasi hulu-hilir dengan berbagai pihak terkait. (RBS)

PROGRAM PEMBERIAN CAHAYA PENGARUHI KUALITAS PRODUKSI

Program pemberian cahaya pada layer bertujuan meningkatkan pertumbuhan tubuh, mengontrol sexual maturity dan mencapai target bobot badan pada produksi. (Foto: Dok. Infovet)

Pada pemeliharan ayam petelur komersil atau layer yang berlangsung cukup panjang, yaitu lebih kurang 76 minggu, diperlukan manajemen yang baik dan sesuai standar teknis agar diperoleh ayam petelur yang produktif dan menguntungkan usaha, salah satunya ialah program pemberian cahaya (lighting programme).

Program pemberian cahaya ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tubuh, mengontrol sexual maturity dan mencapai target bobot badan pada produksi 2-2,5%. Pemberian cahaya yang asal-asalan sudah barang tentu akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan dalam produksi, walau faktor teknis lainnya seperti biosekuriti, kualitas dan kuantitas pakan/air minum dan lainnya sudah memenuhi standar teknis, karena ayam sangat sensitif terhadap perubahan cahaya dan berpengaruh terhadap kematangan seksual dan sangat berpengaruh pada penambahan konsumsi pakan, disamping berpengaruh pada produksi telur, daya hidup, ukuran telur dan kualitas kulit telur.

Adapun hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam proses pemberian cahaya, antara lain durasi cahaya alami setempat selama setahun berjalan, karakteristik unit pemeliharaan (kontrol cahaya, kandang terbuka), kondisi musim per tahun (berkurang/bertambahnya hari pencahayaan), suhu (durasi cahaya pada suhu lingkungan tertinggi), tanggal tetas (apakah cahaya alami pada bobot badan yang ditargetkan ketika rangsangan cahaya untuk mulai betelur), perkembangan ayam tiap flock, pencatatan performa secara ayam tepat dalam tiap unit pemeliharaan, hindari masuknya cahaya luar yang tidak diinginkan ke dalam kandang gelap, yang akan memberikan efek pada program pencahayaan dan kasus mematuk bulu (kanibal).

Program Pencahayaan Minggu Pertama DOC
Pada pemeliharaan di kandang tertutup (closed house) memungkinkan untuk melakukan “pembatasan cahaya” (intermittent lighting) pada umur ayam 1-2 minggu, dimana ini untuk sinkronisasi tingkah laku DOC untuk makan, minum dan istirahat yang memberi efek menguntungkan dalam menstimulasi kekuatan DOC, sehingga dapat memperbaiki keseragaman. Setelah umur dua minggu secara bertahap program cahaya selanjutnya.

Tabel 1: Program Pembatasan Cahaya Umur DOC Layer 1-2 Minggu

Periode

Schedule Pemberian Cahaya

Selama 4 hari

·       4 jam terang

·       2 jam gelap

·       4 jam terang

·       2 jam gelap

Setelah 4 hari

·       8 jam terang

·       2 jam gelap

·       4 jam terang

·       6 jam elap

Sumber: Novogen Layer Management Guide, 2018.

Yang perlu diperhatikan pada kandang closed house adalah hal-hal berikut, yaitu… Selangkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. 

Ditulis oleh: Ir Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumnus Fapet Unpad

AYO DAFTAR CAMPUS ONLINE AMI: TRAINING FORMULASI RANSUM INDUK BABI BATCH 2

Topik dan narasumber:

  • Formulasi Kebutuhan Ransum Induk Babi (Ir Hariyanto Sutikno, Feed and nutrition consultant)
  • Membangun Imunitas Babi Induk Melalui Nutrisi (Drh Michael Indra Wahyudi MBA, Asosiasi Dokter Hewan Monogastrik Indonesia)
  • Moderator: Drh Yohanes TRMR Simarmata MSc


Waktu: 13 April 2021, 09.00-12.00 WIB via Zoom

Link pendaftaran http://bit.ly/OC-BATCH2

Biaya:

  • Rp 150.000 (umum)
  • Rp 100.000 (mahasiswa/dosen)
  • Gratis untuk anggota AMI

Transfer ke rek:
Bank Mandiri 126-0002074119
BCA 733-0301681
a.n. PT Gallus Indonesia Utama

MENGAPA AGP DILARANG

Alasan pelarangan AGP sebenarnya bukan bermaksud menyulitkan peternak dengan menurunnya produksi. AGP dilarang karena untuk melindungi konsumen/masyarakat. Yaitu demi kesehatan kita dan anak cucu kita nantinya.

AGP adalah antibiotik untuk pemacu pertumbuhan. Dulu digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang menimbulkan penyakit. Namun sebenarnya peggunaan antibiotik seharusnya digunakan dengan dosis terapi (terapeutika) sehingga bisa membunuh bakteri.

AGP sendiri menggunakan dosis di bawah dosis terapi (subterapeutika). Dosis ini hanya untuk mengendalikan bakteri dan tidak sampai membunuh bakterinya.

Akibatnya bakteri menjadi resisten, sederhananya menjadi kebal terhadap obat-obatan, kebal terhadap antibiotik. Inilah yang jadi masalah.

Ayam broiler yang diberi AGP akan mengandung bakteri resisten. Jika ayam itu dimakan oleh manusia, bakteri resisten itu berpindah ke tubuh manusia.

Bahayanya, 1 saja bakteri resisten bisa menularkan kekebalannya ke bakteri-bakteri lain. Akibatnya manusia yang di dalam tubuhnya ada bakteri resisten, jika ia sakit dan diobati maka bisa tidak sembuh-sembuh.

Kita tentu tidak mau hal itu terjadi pada kita, juga pada anak cucu kita kelak. Dampak lainnya adalah sakit yang diderita makin parah, timbul kematian, alergi, dll.

Jadi alasan utama kenapa AGP dilarang adalah kejadian resistensi bakteri yang tinggi. Bakteri menjadi kebal terhadap banyak antibiotik. Bahkan ngerinya lagi juga kebal terhadap antibiotik yang khusus digunakan untuk mengatasi bakteri multi resisten.

NEPAL TELAH MANDIRI DALAM PRODUKSI TELUR DAN DAGING UNGGAS

Nepal berhasil menghasilkan 1,61 miliar telur dan 548.000 ton daging unggas setiap tahun. Nepal sekarang sepenuhnya swasembada produk unggas.

FAO menetapkan kebutuhan telur per kapita per tahun di negara berkembang sebesar 48 butir. Kebutuhan daging bagi seseorang dari segi sumber protein adalah 14 kg per tahun. Menurut data baru, seorang Nepal makan 18,1 kg daging (2008: 9,8kg, dan 2000: 9,7kg) dan 61 telur setiap tahunnya, yang jauh di atas tolok ukur.

Nepal menghasilkan telur senilai Rs17 miliar per tahun (US $ 147 juta). Di Nepal, ayam diproduksi secara komersial di 64 dari 77 distrik negara itu, dan 55.871 orang terlibat dalam bisnis tersebut. Produksi ayam komersial dimulai pada tahun 1974. Secara historis, harga yang lebih rendah telah membuat unggas menjadi daging pilihan bagi konsumen di negara berkembang, dan unggas akan terus menjadi bagian terbesar dari tambahan konsumsi per kapita dan diperkirakan akan tumbuh lebih lanjut. (via poultryworld.net)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer