Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini peternakan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

NUTRIEN PAKAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK

Ilustrasi animal welfare. (Sumber: gallantintl.com)

Sebagin besar orang mengetahui bahwa pakan berdampak terhadap penggunaan 60-70% biaya produksi dalam industri peternakan. Kualitas pakan sangat berpengaruh terhadap potensi genetik ternak, sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai. Namun, belum banyak orang menyadari bahwa pakan juga berkaitan erat dengan kesejahteraan hewan/ternak (animal welfare).

Sebelum berbicara banyak tentang hubungan antara nutrien pakan dengan kesejahteraan ternak, terdapat analogi sederhana sehingga memudahkan dalam mencerna tema tulisan ini. Apa yang Anda rasakan ketika lapar, namun ketersediaan pangan terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan? Atau sesekali Anda pernah mengalami diare akibat kontaminasi racun atau bakteri patogen pada pangan yang dikonsumsi? Bukankah itu menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, sehingga akan berpengaruh terhadap aktivitas atau pekerjaan yang Anda lakukan?

Kebutuhan paling mendasar manusia adalah kecukupan nutrien pangan. Kondisi kelaparan akan berdampak terhadap kekurangan energi, gerak pun akhirnya menjadi terbatas sehingga produktivitas menurun. Kekurangan nutrien atau gizi pada ibu hamil dan balita berdampak terhadap pertumbuhan yang lambat (stunting) serta kesehatan pada anak. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan (2020), kasus stunting pada balita di Indonesia mencapai 27,67%. Sama halnya pada ternak, ketersediaan pakan yang berkualitas sangat berdampak terhadap pertumbuhan, produktivitas, reproduksi, kesehatan dan perilaku alamiah. Oleh sebab itu, nutrien pakan memiliki pengaruh besar dalam pencapaian kesejahteraan ternak. 

Hubungan Nutrien Pakan dengan Kesejahteraan Hewan
Berdasarkan Farm Animal Welfare Council, Inggris (1992), kesejahteraan hewan dapat dicapai dengan penerapan lima prinsip kebebasan atau sering disebut five freedom.

Pertama, bebas dari rasa lapar dan haus (freedom from hunger and thirst). Sering kita jumpai di peternakan rakyat, kebanyakan ternak hanya diberi pakan rumput dengan kandungan nutrien yang rendah. Tantangan negara tropis seperti Indonesia adalah kandungan serat yang tinggi dalam hijauan pakan, sehingga membuat kecernaannya mencari rendah. Kondisi ini tentu akan menyebabkan kekurangan pasokan nutrien pada ternak yang berdampak terhadap kelaparan. Ditambah lagi ketersediaan air minum yang masih kurang diperhatikan. Banyak peternak hanya memberikan air minum ketika pagi dan sore atau kesediaan yang tidak ad libitum. Hal tersebut membuat tingkat kehausan tinggi pada ternak, terlebih pada ternak yang memiliki produktivitas susu yang tinggi (fase laktasi) atau berada di lingkungan panas, sehingga membutuhkan air yang banyak. Dampak jangka panjang, kekurangan nutrien dan air minum akan berakibat malnutrien. Sering kita jumpai ternak dalam kondisi kurus, dehidrasi dan memprihatinkan yang merupakan dampak dari kurangnya asupan nutrien pakan.

Kedua, bebas dari rasa tidak nyaman (freedom from discomfort). Rasa tidak nyaman biasanya muncul akibat kondisi tidak normal pada tubuh ternak. Pemberian pakan yang mudah terdegradasi pada ternak ruminansia (pakan konsentrat) tanpa imbangan serat yang cukup akan menghasilkan produksi gas (volatile fatty acids) yang tinggi dalam rumen. Produksi gas yang terlalu tinggi menyebabkan penurunan pH rumen yang sangat drastis (pH di bawah 5 dalam waktu 3 jam), sehingga terjadi acidosis. Kejadian acidosis membuat rasa sakit akibat peradangan pada dinding rumen. Permasalahan tersebut mengakibatkan penurunan proses absorbsi nutrien oleh dinding rumen yang akhirnya juga berdampak terhadap produktivitas ternak.

Pada ternak layer, defisiensi kalsium yang digunakan untuk memproduksi telur akan berdampak terhadap kondisi tulang. Layer dalam kondisi produksi puncak (minggu ke-35) membutuhkan 4.000 mg kalsium, biasanya 500 mg tidak dicerna dan akan dibuang dalam feses, 400 mg akan dibuang melalui urin dan 100 mg digunakan untuk cadangan tulang. Total 3.000 mg kalsium digunakan untuk pembentukan telur, 2.000 mg digunakan untuk membangun kerabang telur, sisanya digunakan untuk pembentukan kuning (yolk) dan putih (albumen) telur. Layer akan menggunakan kalsium tulang apabila terjadi kekurangan. Terdapat 1.000 mg kalsium pada tulang dan hanya 100 mg yang dapat digunakan per hari. Penggunaan kalsium tulang secara terus-menerus akan berakibat pada kerapuhan tulang bahkan kelumpuhan, sehingga menyebabkan ternak merasa tidak nyaman.

Ketiga, bebas dari rasa sakit, cedera atau penyakit (freedom from pain, injury or disease). Pakan yang mengandung berbagai cemaran senyawa berbahaya seperti mikotoksin, bakteri patogen dan senyawa beracun lainnya akan menimbulkan rasa sakit dan berdampak terhadap kesehatan ternak. Cemaran mikotoksin dan bakteri patogen menyebabkan peradangan pada usus, sehingga menyebabkan rasa sakit. Selain itu, kondisi ini akan berdampak terhadap pertumbuhan vili usus yang terhambat. Alhasil absorpsi nutrien pakan tidak dapat optimal.

Mikotoksin atau endotoksin dapat menyebabkan kebocoran atau penurunan integritas usus (leaky gut) akibat gangguan pada tight junction, multi-protein yang berperan dalam pengikatan antar epitel sel dan mencegah bakteri patogen serta racun masuk dalam tubuh. Kebocoran pada usus berdampak terhadap peningkatan inflamasi, gangguan absorbsi nutrien pakan dan kesehatan ternak. (Sumber: thewellnessjunction.com)

Selain itu, senyawa mikotoksin dan lipopolisakasida atau dikenal endotoksin (dinding sel bakteri patogen) dapat diserap melaui vili dan dikenal sebagai senyawa xenobiotic atau racun, kemudian dibawa menuju hati yang merupakan tempat detoksifikasi. Senyawa mikotoksin sangat reaktif terhadap DNA (deoxyribonucleic acid), sehingga dapat menyebabkan toksisitas dan potensi kanker. Endotoksin dapat meningkatkan luka atau peradangan pada hati. Level penyerapan senyawa xenobiotic yang tinggi atau terus-menerus akan menyebabkan pembengkakan hati, sehingga proses metabolisme terganggu.

Mikotoksin (aflatoksin B1) yang masuk dalam tubuh akan menuju hati. Aflatoksin B1 akan mengalami biotranformasi menjadi senyawa yang lebih aktif, serta dapat mengikat protein dan DNA, sehingga menyebabkan toksisitas, bahkan kanker apabila terjadi mutasi. (Sumber: diadaptasi dari Diaz dan Murcia., 2011 dan Dhanasekaran, 2011)

Keempat, bebas untuk memunculkan prilaku normal ternak (freedom to express normal behaviour). Sering kali pakan ternak ruminansia hanya berkonsentrasi pada bahan pakan dengan energi tinggi dan mudah terdegradasi dalam rumen untuk mencapai produktivitas yang diharapkan. Namun kekurangan serat dalam pakan akan berdampak terhadap penurunan perilaku remastikasi. Remastikasi adalah prilaku normal ternak ruminansia dan bermanfaat untuk menghasilkan saliva dengan kandungan senyawa bikarbonat (pH 8,4) yang berperan sebagai bufer untuk menjaga kestabilan pH rumen. Oleh sebab itu, pemberian pakan ternak ruminansia tentu harus memperhatikan ketersediaan serat sehingga perilaku normal ternak tetap dapat diekspresikan.

Kelima, bebas dari ketakutan dan stres (freedom from fear and distress). Pemberian pakan yang terbatas akan memunculkan kondisi stres pada ternak, selain itu pengalaman konsumsi pakan yang menyebabkan penyakit atau kondisi tidak nyaman akan terekam dalam memori ternak dan berakibat pada ketakutan. Perubahan pakan (baik bentuk maupun kandungan nutrien) sering kali berdampak pada stres ternak, sehingga menyebabkan penurunan konsumsi pakan.

Konsep pemenuhan nutrien yang tepat (precision nutrition) pada ternak tidak hanya dibutuhkan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi secara efisien, namun juga untuk mencapai kesejahteraan ternak. Isu feed additive untuk meningkatkan imunitas, kesehatan, kinerja saluran cerna dan produktivitas ternak juga memiliki andil besar dalam mencapai kesejahteraan ternak, terlebih setelah adanya larangan penggunaan antibiotik pada pakan ternak oleh pemerintah (Peraturan Menteri Pertanian No. 14/2017). Oleh sebab itu, orientasi pemberian pakan pada ternak saat ini harus berubah, tidak hanya sekedar mengejar produktivitas semata, akan tetapi harus memperhatikan dan mengedepankan keselamatan serta perilaku ternak. Munculnya ekspresi perilaku alamiah ternak, menjadi parameter mendasar bahwa lingkungan (termasuk pakan) sudah mendukung dalam mencapai kesejahteraan ternak.

Mengapa Menerapkan Kesejahteraan Ternak dalam Industri Peternakan?
Beberapa dasawarsa ini, isu kesejahteraan ternak mendapatkan perhatian lebih oleh berbagai pihak. Negara maju seperti Autralia, Eropa, dan Amerika sangat ketat dalam penerapan sistem tersebut. Penerapan kesejateraan hewan dalam industri peternakan akan memberikan dampak positif bagi industri meliputi: 1) Peningkatan keuntungan karena produktivitas ternak tercapai secara optimal. 2) Pengembangan pasar penjualan produk asal ternak yang dihasilkan dari peternakan yang menerapkan sistem kesejahteraan hewan. 3) Menjadi produsen pilihan konsumen yang peduli terhadap isu kesejahteraan hewan, keamanan dan kualitas pangan, kesehatan manusia, serta lingkungan.

Di Indonesia, Undang-Undang No. 18/2009 Pasal 1 ayat 42 menjadi dasar hukum kesejahteraan hewan. Akan tetapi kesadaran masyarakat Indonesia terhadap isu kesejahteraan hewan masih menjadi tantangan yang besar. Kesejahteraan ternak atau hewan sebenarnya sesuatu yang sangat mungkin untuk dipahami dan diterapkan, asalkan kita mau merefleksikan lima prinsip kebebasan tersebut pada diri kita sendiri, sebagai sesama makhluk Tuhan.

Pada dasarnya, pemenuhan hak asasi pada ternak maupun manusia tidak terlalu berbeda, hanya penerapannya yang masih sulit. Sebagai manusia kita lebih sering menuntut hak daripada melakukan kewajiban. Begitu juga sebagai peternak, kita lebih sering menuntut produktivitas ternak yang tinggi, namun sering melupakan kewajiban kita untuk menyejahterakan ternak. Sepertinya memang benar, saat ini ternak adalah mesin penghasil produk pangan yang dituntut untuk terus berproduksi. ***


Ditulis oleh:
Muhsin Al Anas
Dosen Fakultas Peternakan UGM

MENINJAU INTEGRASI SAPI-SAWIT PT SISKA

Kunjungan Lapang ke PT SISKA, Kalimantan Selatan

Swasembada daging sapi sudah digaungkan sejak tahun 2000. Saat itu pemerintah memperkirakan pada tahun 2005 Indonesia akan mampu mencapai swasembada daging sapi. Namun hingga kini, impian Indonesia belum tercapai dalam hal tersebut. 

Hal tersebut dikatakan oleh Prof Nachrowi, Ketua Centras IPB sekaligus Guru Besar IPB University pada kunjungan bersama para stakeholder (perguruan tinggi, LSM, dan media)Kegiatan tersebut diinisasi oleh Center for Tropical Animal Studies (CENTRAS) IPB berkolaborasi dengan SISKA Supporting Program (SPP).

Mereka menggelar kegiatan Field Visit integrasi Sawit Sapi di PT. Simbiosis Karya Agroindustri (SISKA), yang berlokasi di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Kegiatan tersebut berlangsung selama Rabu – Kamis, 20 - 21 Desember 2023. Kegiatan tersebut bertema "Revitalisasi Pastura untuk Perbanyakan Sapi Pedaging".

Prof. Nahrowi kemudian mengatakan, bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan wawasan mendalam terkait model bisnis budidaya sapi yang terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit dengan PT SISKA sebagai salah satu role model.

“Peternak dihadapkan dengan berkurangnya luas dan kualitas lahan untuk budidaya sapi pedaging di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kami melakukan langkah strategis dalam bentuk revitalisasi pastura menjadi kunci penting untuk meningkatkan efisiensi produksi dan memperkuat ketahanan pangan nasional,” kata dia.

Ia mengharapkan agar kegiatan ini dapat menjadi inspirasi dan potensi lokasi riset yang dapat meningkatkan produksi sapi pedaging secara berkelanjutan, sehingga mimpi swasembada daging sapi bisa diwujudkan. 

Selain itu nantinya menurut Nahrowi para dosen dan peneliti diharapkan dapat melakukan replikasi program SISKA dengan menjadi penggerak dan pendorong di daerahnya masing - masing, sehingga menimbulkan harmonisasi dalam program SISKA. 

Nahrowi juga menambahkan bahwa nantinya mahasiwa akan dilibatkan dalam kegiatan tersebut secara mendalam dengan menggelar workshop, pelatihan, maupun magang terkait budidaya sapi terintegrasi sawit. Sehingga nantinya mahasiswa akan lebih tertarik dan memiliki kompetensi ketika nantinya mereka lulus dan bekerja di sektor tersebut. 

Keterlibatan lembaga lain seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga diharapkan dapat memberikan perspektif lain yang dapat bermanfaat dari sisi sosial. Sinergi dan harmonisasi ini tentunya akan menghadirkan banyak manfaat bagi perkembangan industri peternakan sapi serta pemberdayaan masyarakat. (CR)

 

 

 


INFECTIOUS BOVINE RHINITIS MASIH MENJADI ANCAMAN BAGI PETERNAKAN SAPI

Prof Tri Untari Berorasi Dalam Pengukuhannya Sebagai Guru Besar

Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) merupakan salah satu penyakit hewan menular yang mengancam peternakan sapi di Indonesia. Penyakit IBR yang menyerang sistem pernafasan atas pada sapi ini mengakibatkan penurunan produktivitas, reproduktivitas, terjadinya latensi-reaktivasi virus, yang pada akhirnya  berdampak pada kerugian ekonomi dan efek sosial.

“Kejadian IBR di Indonesia yang meningkat perlu tindakan pencegahan dan strategi pengendalian penyebaran penyakit,” tutur Prof.Dr.drh. Tri Untari, M.Si., saat dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Selasa (12/12) di Balai Senat UGM.

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul Problematika Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis Pada Sapi Di Indonesia, Tri Untari mengatakan pentingnya deteksi dini untuk pengendalian penyakit dan mencegah penularan. Hal tersebut perlu dilakukan mulai dari hulu sampai hilir.

“Pusat bibit penghasil semen perlu terus dipantau secara rutin untuk mencegah penyebaran IBR,”jelasnya.

Tak hanya itu, Tri Untari menyebutkan program eradikasi IBR juga harus dilakukan secara konsisten. Lalu, peran karantina perlu ditingkatkan kapasitas kemampuan deteksi, terutama dalam pengawasan sapi-sapi impor yang masuk.

Ia menambahkan penerapan vaksin marker Differentiating Infected from Vaccinated Animal (DIVA), perlu dipertimbangkan  sehingga dapat dibedakan sapi yang terinfeksi dan sapi yang divaksin untuk kontrol dan eradikasi. Seperti diketahui negara-negara Eropa telah menggunakan vaksin DIVA sehingga monitoring dengan uji serologis ELISA dapat dibedakan antara antibodi hasil  vaksinasi atau infeksi lapangan. Namun, sapi di Indonesia belum menerapkan vaksin DIVA dengan berbagai pertimbangan.

“Implementasi vaksin tersebut dilakukan  dengan analisis ekonomi veteriner sehingga dapat diperhitungkan keuntungan dan kerugiannnya,”ujarnya. (INF)

SI - ENAK, APLIKASI PETERNAKAN INOVASI DKP3 BALANGAN

Aplikasi Si-Enak Diharapkan Bisa Membantu Peternak Mendapatkan Informasi

Banyak peternak bingung mendapatkan informasi terkait hewan ternak yang mereka pelihara. Berdasarkan keresahan tersebut Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Balangan luncurkan Inovasi berbasis Aplikasi peternakan yang bernama Si-Enak. 

Inovasi tersebut bernama Si-Enak (Sistem Informasi Elektronik Peternakan) merupakan sebuah inovasi dari Bidang Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Balangan yang sudah diluncurkan sejak tahun 2022 dengan berbentuk aplikasi yang bisa diunduh pada Play Store.

Disampaikan Adminstrator dari Si-Enak, Indara Nugraha, inovasi ini ditujukan untuk para peternak dalam mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor peternakan serta mempermudah dalam melakukan pelaporan hasil kegiatan di lapangan.

“Inovasi ini dibuat tentunya untuk menjadi wadah bagi para petugas untuk menyampaikan data hasil kegiatan serta sebagai sarana informasi bagi para peternak,” sampainya.

Lanjut Indra, untuk data-data yang disajikan pada inovasi Si-Enak meliputi jumlah ternak, kepemilikan aset-aset peternakan, data vaksin dan lain-lain.

“Si-Enak sendiri menyajikan beberapa informasi seperti jumlah hewan ternak, aset seperti kandang dan kelengkapan ternak lainnya,” katanya.

Inovasi Si-Enak terbentuk karena masih adanya pencatatan data yang dilakukan secara manual, sehingga data tersebut bisa mengalami rusak atau terkena hujan.

“Awalnya seperti vaksinasi, pengobatan dicatat secara manual sehingga dari situ maka kita bentuk inovasi Si-Enak untuk mempermudah hal tersebut,” ujarnya.

Terakhir Indra berharap agar inovasi Si-Enak dapat disosialisasikan secara luas dan bisa diakses oleh masyarakat serta data yang disajikan bisa selalu update dan berkesinambungan. (INF)

SEMINAR AYAM PETELUR BERGENGSI KEMBALI DIGELAR

Para Pembicara di Layer QFeed Quality Conference

Untuk kesekian kalinya Buletin Asian Agribiz kembali menyelenggarakan seminar tahunan terkait manajemen pemeliharaan ayam petelur yakni Layer Feed Quality Conference. Pada edisi 2023 kali ini, acara tersebut diselenggarakan di Hilton Garden Inn, Jakarta Barat pada 27-28 November 2023 yang lalu. Kali ini tema yang dibahas mengenai pullet management, heat stress, dan berbagai tren kekinian dalam pakan ayam petelur. 

David Faulkner selaku Chairman Asian Agribiz menyatakan dalam sambutannya bahwa acara tahunan ini digelar untuk mengikuti isu - isu kekinian di bidang ayam petelur. Ia juga bilang bahwa dalam seminar tersebut diharapkan peserta dapat mengetahui isu - isu kekinian di bidang manajemen pemeliharaan ayam petelur dan menjadi ajang berdiskusi terutama di bidang teknis antar peserta dan pembicara. 

Pada hari pertama acara tersebut ada tiga sesi yang dibahas yakni pemahaman mengenai nutrisi yang tepat pada fase pullet dan produksi, formulasi yang tepat untuk menunjang produksi telur, dan titik kritis serta manajeen yang tepat agar produksi tetap optimal. 

Para pembicara yang dihadirkan juga merupakan expert di bidangnya misalnya saja Erwan Julianto, Technical Service Manager Hendrix Genetics Indonesia dan Filipina, Doug Korver seorang konsutlan dari Alpine Poultry Nutrition sekaligus Profesor Emeritius dari University of Alberta, dan Xabier Arbe, dan lain sebagainya. 

Para peserta yang hadir dalam seminar tersebut kebanyakan berasal dari kalangan formulator dan nutrisionis dari produsen pakan terkemuka di Indoensia, banyak juga peternak mandiri yang ikut hadir dalam acara tersebut untuk memperoleh informasi, bertanya, dan bahkan berkonsultasi tentang dinamika yang dihadapinya di farm agar lebih efektif dan efisien. (CR)

INDONESIA PERKUAT JALINAN KERJA SAMA DENGAN TIMOR LESTE DIBIDANG PETERNAKAN

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi menerima kunjungan kerja Menteri Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Republik Demokratik Timor-Leste, Marcos da Cruz (23/11)

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi menerima kunjungan kerja Menteri Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Republik Demokratik Timor-Leste, Marcos da Cruz bersama rombongan di Gedung Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (23/11/2023).

Wamentan Harvick mengatakan Indonesia dan Timor Leste berkomitmen memperkuat kerjasama di subsektor peternakan dan kesehatan hewan, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasokan pangan produk peternakan di ke dua negara.

“Dalam pertemuan yang penuh persahabatan ini, kami membahas penguatan kerjasama di subsektor peternakan yang telah terbangun dengan baik,” kata Wamentan Harvick.

Menurut Wamentan, pertemuan ini merupakan tindaklanjut Memorandum of Understanding (MoU) Kerjasama di Bidang Pertanian antara Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Kementerian Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Republik Demokratik Timor-Leste yang telah ditandatangani oleh Menteri Pertanian kedua negara pada 19 Juli 2022 lalu.

Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah mengungkapkan fokus kerjasama bidang peternakan tidak terbatas pada fasilitasi akses pasar komoditas peternakan dan kesehatan hewan, namun juga termasuk harmonisasi peraturan ekspor dan impor komoditas peternakan dan kesehatan hewan, serta peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia bidang peternakan dan kesehatan hewan.

“Kami sangat bersyukur dapat meningkatkan kerjasama untuk pemenuhan kebutuhan pangan di Timor Leste, terutama terhadap produk peternakan dan kesehatan hewan seperti Daging ayam olahan, Bahan Pakan, Pakan Jadi dan Obat Hewan dari Indonesia, serta DOC (Day Old Chicken),” ungkapnya.

Sebagai informasi, volume ekspor komoditas peternakan dan kesehatan hewan ke Timor Leste semester 1 tahun 2022 sebesar 6.796 ton atau mencapai USD 9.986.778.

Sementara itu, Menteri Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Republik Demokratik Timor-Leste, Marcos da Cruz menuturkan urgensi peningkatan kerjasama Indonesia di bidang peternakan sangat penting, mengingat wilayah Oecusse memiliki sumber daya peternakan yang melimpah.

“Kami berharap bahwa pertemuan ini dapat menciptakan gagasan inovatif, solutif, dan implementatif untuk mendukung potensi ekspor impor antara RI dan Timor-Leste di bidang peternakan,” ucapnya. (INF)

PEMKAB BOJONEGORO MENGGELAR PAMERAN OLAHAN HASIL PETERNAKAN

Suasana Pameran Olahan Hasil Peternakan di Bojonegoro


Selain menggelar kontes dan pameran ternak, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) juga membuka pameran olahan hasil peternakan dan hasil perikanan. Pameran yang digelar mulai Selasa (21/11/2023) hingga hari ini, Rabu (22/11/2023) di Pasar Hewan Desa Kedungbondo Balen, berlangsung cukup ramai.

Ketua Asosiasi Pengolah dan Pemasar Ikan Bojonegoro (ASPPIB), Sutikno menyampaikan bahwa produk yang dipamerkan asli produk hasil perikanan dari UMKM Bojonegoro binaan Disnakkan. Total ada sekitar 80 anggota ASPPIB.

“Kita di sini produsen semua, dulu juga sering diajak ikut pameran sebelum terbentuk ASPPIB,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Sutikno mengungkapkan bahwa ASPPIB berharap produk olahan hasil perikanan Bojonegoro semakin dikenal. Sebab produk-produk yang dijual merupakan buatan asli Bojonegoro.

“Kita pengen produk kita bisa lebih laku dalam pemasaran di semua lapisan masyarakat. Dan semua bisa mengenalnya dan mendongkrak pemasaran. Produk kita juga sudah ada di pasar-pasar modern yang ada di Bojonegoro,” imbuhnya.

Sementara itu, seorang guru dari SMKN Ngambon Umi Khanifah, yang juga menjadi peserta pameran, berharap produk dari SMKN Ngambon berupa pie susu etawa juga semakin dikenal oleh masyarakat. Sebab produk asli SMKN Ngambon ini sudah menjadi langganan berbagai instansi.

“Harapanya dengan sering ikut pameran seperti ini lebih membranding produk,” pungkasnya. (INF)

PETERNAK DI KABUPATEN TABALONG BUTUH FASILITAS KESEHATAN HEWAN

Salah Satu Peternakan Sapi Milik Warga Desa Uwie, Kabupaten Tabalong

Keberadaan layanan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan)  menjadi kebutuhan para peternak dan pemilik hewan peliharaan di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.  Harapan keberadaan Puskeswan ini sempat diutarakan oleh sejumlah peternakan di Desa Masingai II, Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong, Kalsel. 

Wardiyono misalnya, Ketua Kelompok Ternak Rukun Jaya Masingai II mengharapkan adanya Puskeswan di Kecamatan Upau. Apalagi selama ini untuk penanganan medis hewan ternak, khususnya sapi, kelompok ternak di Masingai II harus menghubungi menteri hewan yang jarak tempat tinggalnya cukup jauh. 

Jarak tersebut dianggap menjadi kendala, karena penanganan pun tidak bisa cepat. Namun tak jarang pula mentri hewan datang untuk pemeriksaan secara rutin. Adanya Puskeswan di kecamatan kata Mardiyono tentu akan mempermudah layanan kesehatan hewan di desa-desa.

Sebenarnya,  Puskeswan ini juga telah menjadi program yang akan dijalankan oleh Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Tabalong. Sebagaimana yang diutarakan oleh Kepala Disbunak Kabupaten Tabalong, Saleh, pihaknya sudah menyiapkan rencana untuk ketersediaan Puskeswan pada tiap kecamatan. Keberadaan Puskeswan ini dilakukan secara bertahap dan memanfaatkan bangunan milik Disbunak yang sudah tidak digunakan. 

"Pengadaan Puskeswan akan kami lakukan secara bertahap. Tahap pertama  ini mulai di Kecamatan Tanta, Murung Pudak dan Tanjung, lalu berlanjut di Kecamatan Upau, Desa Masingai dan Kecamatan Haruai," kata Saleh, Selasa (22/11/2023).

Di Puskeswan nantinya pula kata Saleh akan menjadi tempat tinggal bagi medik veteriner yang belum memiliki tempat tinggal. Sementara untuk dokter hewan dijadwalkan datang seminggu sekali. Sementara ini ujar Saleh, karena Puskeswan belum merambah ke kecamatan, pelayanan pun berjalan di Kantor Dinas Peternakan dan Perkebunan. Selain itu mengerahkan PPL secara berkala untuk layanan kesehatan hewan. (INF)


PEMKAB BOJONEGORO SIAP GELAR KONTES DAN PAMERAN TERNAK 2023

Kontes Ternak, Ajang Unjuk Gigi Ternak Unggulan

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) akan menggelar Kontes dan Pameran Ternak Tahun 2023. Acara itu bakal digelar di pasar hewan Desa Kedungbondo, Kecamatan Balen selama dua hari, Selasa dan Rabu (21-22/11/2023).

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Peternakan, Disnakkan Bojonegoro, drh Lutfi Nurahman mengungkapkan tujuan dari kegiatan ini untuk merangsang sekaligus menambah wawasan masyarakat dalam pengembangan usaha peternakan.

“Acara ini juga bertujuan mengukur kemajuan perkembangan usaha peternakan di Bojonegoro, meningkatkan populasi dan produktivitas sektor peternakan, serta merangsang pertumbuhan hilirisasi mandiri melalui inovasi olahan produk hasil peternakan,” kata Lutfi Senin (20/11/2023). 

Adapun hewan ternak yang dikonteskan lanjut Lutfi adalah sapi dengan beberapa kategori. meliputi kategori Jantan Cross, Jantan Peranakan Ongole (PO), Induk Peranakan Ongole (PO), Bakalan Jantan Cross dan Calon Induk Peranakan Ongole (PO).

"Sedangkan pameran ternak meliputi sapi unggulan Belgian Blue, Sapi Wagyu, sapi hasil transfer embrio, produk olahan hasil peternakan, dan produk olahan hasil perikanan," terangnya. 

Kemudian, untuk peserta kontes dan pameran ternak ini dapat diikuti oleh seluruh peternak di Kabupaten Bojonegoro dengan sejumlah syarat. Para peserta tidak hanya berkesempatan memamerkan ternak saja, tetapi juga memiliki peluang memenangkan hadiah menarik, diantaranya uang tunai, tropi, dan piagam penghargaan.

"Untuk hadiah uang tunai Juara 1 sebesar Rp 5 juta , Juara 2 Rp 4,5 juta, Juara 3 Rp 4 juta dan Juara Harapan 1 Rp 3,5 juta," bebernya.

Lutfi berharap kegiatan kontes dan pameran ternak ini dapat menjadi momentum bagi peternak untuk bersaing sekaligus saling belajar, menciptakan komunitas peternakan yang semakin maju dan berinovasi.

"Acara ini juga menjadi ajang promosi potensial bagi produk peternakan lokal Bojonegoro, menggambarkan keberhasilan dan kemajuan dalam dunia peternakan modern," pungkas Lutfi. (INF)




DINAS PERTANIAN ACEH BESAR TETAP WASPADAI PMK

Petugas Keswan Distan Aceh Besar Melakukan Vaksinasi PMK


Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar Jakfar SP MSi mengimbau para peternak tetap mewaspadai  munculnya gejala Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), agar hewan ternak yang mereka miliki dapat terbebas dari virus yang berbahaya tersebut. 

“Kami selalu mengimbau kepada para peternak agar melaporkan segera kepada petugas peternakan atau petugas Kesehatan Hewan, bila hewan ternak mereka mengalami gejala yang diduga PMK,” ujar Jakfar pada apel pagi, Senin (20/11).

Terkait  adanya  dugaan PMK terhadap hewan ternak masyarakat di Kecamatan Darul Kamal dalam beberapa hari terakhir, dijelaskan Jakfar, pihaknya langsung menerjunkan petugas dari Distan dan tim Keswan di kecamatan tersebut. Petugas juga didukung oleh Muspika setempat. 

“Alhamdulillah, para petugas sudah memberikan vaksin dan penyemprotan di lokasi kandang peternak. Petugas kita di lapangan juga akan terus memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada peternak,” katanya.

Menurut Jakfar, selama ini para petugas di lapangan tetap memantau terus kondisi di lapangan. Diimbau juga kepada para peternak agar segera memberikan informasi kepada petugas sehingga ternak dapat segera diberikan vaksin, dilakukan penyemprotan kandang, dan bahkan mengkandangkan ternaknya supaya petugas dapat memantau kondisi kesehatan hewan ternak milik masyarakat.

Secara khusus, Kadistan Aceh Besar itu menyampaikan apresiasi kepada Forkopimda, Forkopimcam, petugas Keswan, aparatur gampong, dan semua pihak yang selama ini sudah bekerja keras sehingga penanganan PMK di Aceh Besar dapat dilakukan dengan baik. Namun demikian, ia tetap mengharapkan agar ke depan petugas Keswan selalu memantau terus kondisi di lapangan untuk mencegah PMK terjadi lagi.   

Jakfar menjelaskan, tahun lalu kasus PMK di Aceh Besar dapat ditangani sampai tuntas  dengan dukungan semua pihak. Ketika itu, tak kurang ada 12.000 kasus PMK yang dihadapi peternak di wilayah tersebut.

Menyikapi hal ini, pihak Forkopimda, dan semua petugas Keswan langsung bekerja keras untuk menangani PMK tersebut, termasuk dengan melakukan pemberian vaksinasi, penyemprotan kandang, dan sosialisasi kepada para peternak untuk mencegah PMK berlanjut. (INF)

ASOHI KEMBALI GELAR SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN 2024

Foto bersama dalam Seminar Nasional ASOHI Outlook Bisnis Peternakan 2024. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Sejak 2014, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) konsisten menyelenggarakan Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan. Tahun ini mengangkat tema "Potret Bisnis Peternakan di Tahun Politik" seminar ini diharapkan menjadi referensi penting bagi kalangan pelaku usaha peternakan dalam menyusun rencana dan melakukan evaluasi bisnis.

Tahun politik diperkirakan akan berdampak pada dinamika kebijakan yang turut memengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat termasuk bidang peternakan.

"Tahun depan tantangannya pasti lebih menarik, karena selain situasi global, kita juga menghadapi situasi politik. Akan sangat challenging," kata Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari. "Kita harapkan pemilu bisa berjalan sukses dan perekonomian kita positif. Intinya harapan kita semua tahun depan industri peternakan akan lebih baik."

Harapan senada juga disampaikan oleh Drh Budi Angkasa, yang hadir mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ia juga harapkan ekspor dan investasi di bidang peternakan bisa meningkat.

Pembicara pada sesi pertama.

Usai sambutan, seminar sesi pertama langsung diawali pemaparan oleh tiga pembicara pimpinan asosisasi di antaranya Ketua GPPU Achmad Dawami, Ketua GPMT Desianto Budi Utomo, dan Ketua Harian Pinsar Indonesia Edy Wahyudin, yang masing-masing mengulas potret dan prospek bisnis perunggasan dan pakan ternak di tahun depan. Kemudian dilanjutkan dengan penjabaran pembicara tamu pakar ekonomi Dr Aviliani. Hadirnya pembicara tamu yang ahli ekonomi dan berpengalaman diharapkan memberikan informasi penting bagi para peserta.

Pembicara di sesi kedua.

Pada sesi kedua dilanjutkan pemaparan oleh Ketua AMI Sauland Sinaga, Wakil Sekjen DPP HPDKI Nuryanto, Ketua PPSKI Nanang Purus Subendro, dan Ketua ASOHI Irawati Fari, yang masing-masing juga menyampaikan data prospek bisnis tahun depan. (RBS)

SEMINAR NASIONAL TERNAK LOKAL DALAM RANGKA LUSTRUM KE-XII FAPET UNIVERSITAS ANDALAS

Pembicara Utama (kanan ke kiri): Ir Sukarli (Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatra Barat), Ir Yosarwardi (Kadis Kehutanan Sumatra Barat), dan Dr Ir Hendri sebagai moderator. (Foto: Infovet/Sadarman)

Sabtu (18/11/2023), bertempat di Gedung Peternakan Convention Center (PCC), Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Andalas Padang, digelar Seminar Nasional Ternak Lokal ke-3. Acara ini menjadi bagian penting dari rangkaian perayaan Lustrum ke-XII, memperingati keberhasilan dan dedikasi dalam bidang peternakan selama 60 tahun.

Dengan tema "Akselerasi Pengembangan Ternak Lokal Unggul Menuju Indonesia Emas 2045" seminar mengundang praktisi ternak lokal terkemuka untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan inovasi apik di bidang ternak lokal.

Ketua Panitia Pelaksana, Prof Dr Ir Husmaini, menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang mendukung terselenggaranya kegiatan ini.

“Penyelenggaraan seminar ini merupakan upaya para pemikir dari Universitas Andalas Padang, mencakup perkandangan, bibit, pakan, pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pascapanen yang fokusnya pada sosial ekonomi budi daya ternak lokal, baik di Provinsi Sumatra Barat maupun di provinsi lainnya,” ujarnya.

Sementara Dekan Fapet Universitas Andalas Padang, Dr Ir Adrizal, mengungkapkan bahwa budi daya ternak lokal masih memiliki potensi besar. Hal ini terkait tingginya minat masyarakat terhadap produk ternak lokal yang dianggap memiliki kualitas lebih baik dibanding ternak non-lokal seperti ayam ras pedaging dan sapi dari berbagai negara yang telah diintroduksikan ke Indonesia.

Ia juga menekankan perhatian yang intensif dari pemerintah, peneliti di berbagai lembaga, dan perguruan tinggi yang berfokus pada bidang tersebut sangat diperlukan.

"Fakultas Peternakan Universitas Andalas memiliki dasar yang kuat untuk terus mengkaji pengembangan ternak lokal. Saat ini kita sudah memasuki tahun ketiga pelaksanaan Seminar Nasional Pengembangan Ternak Lokal, tujuannya mencari pola pengembangan ternak lokal yang optimal. Melalui kegiatan ini, kami undang para peneliti yang berfokus pada ternak lokal untuk berbagi hasil riset mereka, sehingga dapat memperkaya informasi dan pemahaman dalam pengembangan ternak lokal ke depannya," tutur Adrizal.

Selain itu, ia juga menyoroti beberapa poin tambahan yang dapat memperkuat pandangannya terkait potensi pengembangan ternak lokal. Menurutnya, keberlanjutan budi daya ternak lokal tidak hanya akan memberi manfaat ekonomi, tetapi juga berperan penting menjaga keberagaman genetika dan memelihara keberlanjutan lingkungan.

Adrizal merinci upaya pemerintah untuk memberikan dukungan finansial dan kebijakan yang memadai akan menjadi kunci sukses dalam menggerakkan sektor budi daya ternak lokal. "Selain itu, kolaborasi erat antara para peneliti, peternak, dan pihak-pihak terkait lainnya diharapkan dapat menciptakan inovasi baru dalam praktik budi daya ternak, yang pada akhirnya meningkatkan daya saing produk ternak lokal di pasaran," tukasnya.

Dengan mengundang para peneliti yang berfokus pada ternak lokal, Fapet Universitas Andalas berharap dapat menciptakan forum produktif untuk bertukar ide dan pengalaman. Di antaranya hadir Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr Ir Nasrullah, Kadis Kehutanan Sumatra Barat Ir Yosarwardi, Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatra Barat Ir Sukarli, Dekan Fapet Universitas Andalas Padang Dr Ir Adrizal, Dekan Fapet UGM Prof Ir Budi Guntoro, Badan Riset & Inovasi Nasional Dr Ir Tike Sartika, dan dari Universitas Madura Dr Desi Kurniati Agustina, serta ada sebanyak 66 artikel pemakalah. (SADARMAN)

MENANGKAL ISU DAGING AYAM BERHORMON

Ilustrasi daging ayam. (Foto: Istimewa)

Pemilihan Umum 2024 tinggal menghitung waktu, meskipun Komisi Pemilihan Umum menetapkan bahwa kampanye baru boleh dimulai tahun depan. Kendati demikian, ada saja kampanye hitam yang terus konsisten digaungkan. Korbannya bukan Capres dan Cawapres, melainkan daging ayam.

Terakhir jagat maya dihebohkan dengan pernyataan seorang dokter di media sosial yang secara eksplisit mengatakan bahwa daging ayam broiler mengandung hormon yang membahayakan kesehatan manusia.

Black campaign seperti ini tentu tak asing untuk masyarakat, bagi yang berkecimpung di sektor peternakan awalnya mungkin marah dan jengkel, namun lama-kelamaan menjadi bosan mendengarnya. Beragam upaya juga telah ditempuh oleh stakeholder perunggasan untuk menampik hal ini, namun isu-isu seperti itu selalu saja ada setiap tahun.

Seakan-akan semua yang dilakukan oleh para stakeholder kurang efektif untuk menangkal kampanye hitam. Bahkan profesi sekelas dokter saja masih banyak yang menganggap bahwa ayam broiler tumbuh secara cepat akibat diberikan asupan hormon pertumbuhan.

Dari sini kita harus mengintrospeksi diri, sudah efektifkah sosialisasi yang kita lakukan? Mengapa hal ini terus berulang? Mengapa isu ini tidak pernah berakhir? Bagaimana meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa daging ayam broiler tidak mengandung hormon? Kamipun mencoba menganalisisnya dan mungkin ini bisa menjadi masukan bagi para stakeholder di dunia perunggasan.

Selama isu-isu ini beredar dan terus menyebar, apa yang dilakukan oleh stakeholder kebanyakan adalah menangkalnya dengan halus, seperti melakukan kampanye gizi, membuat sanggahan (counter) berita, seminar, dan lain sebagainya. Namun pernahkah ada upaya untuk menggandeng pihak-pihak penyebar hoaks tersebut?

Sebab selama ini banyak isu ayam berhormon dari kalangan  dokter, intelektual, bahkan influencer sosial media. Seharusnya stakeholder misalnya PDHI atau ISPI berkolaborasi dengan swasta mengajak asosiasi seperti IDI, atau influencer media sosial, artis, orang terkenal, bahkan si penyebar hoaks untuk melakukan semacam pertemuan ilmiah yang diakhiri dengan kunjungan ke farm.

Dari situ bisa dibeberkan semua data-data mengenai daging ayam. Jika memungkinkan bisa sekaligus dilakukan open kitchen agar mereka bisa mengetahui bagaimana “dapur peternakan” kita dengan melihat sendiri proses produksinya dan bisa bertanya mengenai setiap detailnya dari hulu sampai hilir.

Dengan harapan mereka menjadi tahu dan mengubah pola pikirnya bahwa daging ayam broiler sama sekali tidak mengandung hormon. Pertemuan tersebut bisa menjadi berita besar yang disebar melalui media massa dan media sosial. Hal itu tentu akan lebih mudah menyebar ke masyarakat luas, karena orang-orang yang berpengaruh tadi turut diajak bekerja sama untuk berkomitmen menyebarkannya di media sosial mereka bahwa daging ayam broiler aman untuk dikonsumsi.

Lalu mengapa kita tidak menggunakan para ahli dari sektor kita? Dari segi expertise ilmu mungkin mereka lebih hebat, namun dari segi pengaruh kepada masyarakat dan faktor ketenaran, bukan apple to apple untuk dibandingkan. Contohnya begini, kita sudah sangat mengenal Dr Tony Unandar sebagai salah satu pakar kesehatan unggas, namun masyarakat akan lebih kenal dengan Atta Halilintar.

Karena menurut pengamatan kami tren yang ada saat ini cenderung begitu, masyarakat akan lebih berkenan mengikuti para influencer yang sudah sangat terkenal di media sosial, layar kaca, dan sebagainya. Memanfaatkan ketenaran mereka sebagai media kampanye tentu akan lebih mudah dalam manggaet atensi masyarakat.

Selain itu, konsep mengubah lawan menjadi kawan seharusnya sangat menguntungkan bagi stakeholder di perunggasan. Kampanye yang sangat massif dapat terus digaungkan dan diramaikan tanpa henti, tinggal di klik dan share saja.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dibutuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu untuk dapat melakukannya. Namun hal tersebut tak ada salahnya dicoba demi menangkal isu-isu negatif soal perunggasan yang terus ada tiap tahunnya dan kerap berulang.

Kami mengutip salah satu pepatah dari Afrika yang berbunyi “If you want to go fast, go alone. But if you want to go far, go together”. Oleh karena itu, jika perunggasan ingin terus melangkah jauh, berkolaborasilah, agar perunggasan Indonesia tetap lestari. ***

Ditulis oleh Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

JURUS MENANGKAL SERANGAN PENYAKIT UNGGAS IMBAS PERUBAHAN CUACA EKSTREM


Terjadinya pergeseran musim dan perubahan cuaca ektrem menyebabkan lingkungan peternakan menjadi kurang kondusif, akibatnya daya tahan tubuh unggas melemah dan membuka peluang masuknya berbagai macam penyakit, terjadi emerging disease, serta re-emerging disease dengan manifestasi penyakit yang bervariasi dan kompleks.

Budi daya unggas komersial adalah bisnis, berbeda dengan memelihara hewan kesayangan, penelitian, atau kegiatan sosial. Setiap rencana harus diperhitungkan, karena memiliki konsekuensi bisnis, dengan pertimbangan menguntungkan atau merugikan, apakah risiko bisa dikendalikan.

“Jika unggas terlanjur sakit, pertumbuhan pasti terganggu, bobot ayam tidak merata, dan berisiko terjadi kematian sehingga sangat merugikan,” ujar Baskoro.

Pengobatan terhadap unggas yang sakit adalah tindakan logis untuk meminimalisir kerugian, tetapi meskipun sembuh pertambahan bobotnya tidak cukup menutup biaya pengobatan yang dikeluarkan dan kerugian konversi pakan. Fakta di lapangan kasus penyakit unggas sering muncul bersamaan sebagai infeksi kompleks, sehingga hasil pengobatan tidak memuaskan dan berisiko terjadi residu antibiotik.

Hasil investigasi pola holistik membuktikan bahwa… Selengkapnya simak di kanal YouTube Majalah Infovet:
https://www.youtube.com/watch?v=r4HTdBjVYj8


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
https://www.youtube.com/@majalahinfovet6267/videos
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

REKOMENDASI LOKASI KANDANG UNGGAS BAGI PETERNAK PEMULA


Lokasi kandang merupakan salah satu faktor yang wajib diperhatikan terutama bagi peternak unggas pemula agar memiliki pengetahuan yang lengkap sebelum memulai kegiatan budi daya unggas komersial.

Pada musim kemarau, kandang di dataran tinggi kerap kekurangan air dan pada musim penghujan kandang di dataran rendah sering terkena banjir. "Apabila berada di lokasi tanah miring atau tepi tebing, berisiko terjadi tanah longsor," jelas Baskoro.

Lingkungan kandang yang berlokasi di dataran tinggi atau pegunungan memiliki kadar oksigen lebih rendah dengan suhu lebih sejuk, kendati demikian memiliki kelembapan udara lebih tinggi dibandingkan dataran rendah atau pesisir.

Adapun kendala lain jika akses jalan terlalu sempit atau tidak menyambung sampai lokasi peternakan dapat berakibat truk DOC dan pakan tak bisa melakukan bongkar muat. Investigasi pola holistik dengan memperhatikan faktor (manusia, hewan, lingkungan, dan interaksi di antara ketiganya) sebagai berikut:... Selengkapnya simak di kanal YouTube Majalah Infovet:


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
Subscribe, Likedan ShareAnda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

FLUKTUASI HARGA MENGGILA BIKIN PUSING PETERNAK BABI DI BALI

Ternak Babi di Bali, Fluktuasi Harganya Merugikan Peternak
(Foto : Detik)

Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali mengeluhkan anjloknya harga babi yang tak kunjung mendapatkan atensi dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali. Peternak frustasi karena harga babi sudah anjlok sejak tiga bulan terakhir.

Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa mengungkapkan harga babi saat ini Rp 28 ribu per kilogram (kg), sementara harga pokok produksi menyentuh Rp 40 ribu. Menurutnya, salah satu faktor anjloknya harga ternak itu akibat isu meningitis di Gianyar yang disebut-sebut sebagai akibat mengonsumsi daging babi.

"Dari harga Rp 42 ribu menjadi Rp 33 ribu per kg, hingga jatuh pada titik terendah (Rp 28 ribu per kg). Isu meningitis bisa kami kendalikan, tapi dikeluarkan lagi isu meningitis di Singaraja dan Klungkung," keluh Hari ketika dikonfimasi wartawan, Sabtu (23/9/2023).

Menurut Hari, para peternak di Bali semakin frustasi karena harga bibit babi juga jatuh ke titik terendah, yakni dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 500 ribu. "Mereka menganggap sama sekali tidak ada upaya penyelamatan dari pemerintah," sebut Hari.

Di sisi lain, Hari mengakui terjadi over populasi babi di Bali yang saat ini berjumlah 1.600 ekor. Ia juga menduga telah terjadi kompetisi atau persaingan bisnis yang tidak sehat oleh pengirim babi di wilayah tujuan.

"Tiga bulan lalu sudah kami minta ke Bapak (Wayan) Koster selaku Gubernur Bali pada saat itu untuk melakukan normalisasi harga atau penetepan harga. Sehingga konflik-konflik di luar ini tidak menimbulkan efek kepada peternak," imbuhnya.

GUPBI Bali, kata Hari, sudah menjadwalkan bertemu Koster sebanyak tiga kali saat masih menjabat sebagai Gubernur Bali. Hanya saja, pertemuan tersebut selalu dibatalkan.

"Pemerintah tidak ada tindak lanjut. Tapi kami terus mencoba mengkomunikasikan kepentingan-kepentingan peternak," keluhnya.

Hari sempat menyarankan pemerintah agar melaksanakan mepatung (urunan membeli babi untuk dikonsumsi) massal. Menurutnya, mepatung massal dapat menjadi solusi agar tidak terjadi panic selling di tingkat peternakan rakyat.

Dengan mepatung, Heri melanjutkan, kepentingan peternak yang ingin harga babi mahal dan kepentingan konsumen daging babi murah dapat bertemu. Menurutnya, kegiatan tersebut sempat dilakukan oleh warga Desa Taro, Gianyar, beberapa waktu lalu.

Ia berharap Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya dapat melakukan penyelamatan keluhan para peternak babi tersebut. "Itu anjuran kami. Yang kami sayangkan anjuran dari GUPBI ke pemerintah malahan yang melakukan rakyat. Kan lucu pemerintah tidak pernah berkaca," tandas Heri. (INF)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer