-->

PAMERAN LIVESTOCK MALAYSIA 2025: SUKSES DIGELAR DENGAN SEMANGAT INOVASI DAN KOLABORASI

Opening ceremony Livestock Malaysia 2025. (Foto-foto: livestockmalaysia.com)

Kuala Lumpur, 27-29 Agustus 2025. Ajang dua tahunan Livestock Malaysia Expo & Forum kembali digelar di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC) pada 27-29 Agustus 2025. Dengan menghadirkan lebih dari 200 merek internasional dari lebih 30 negara, serta diperkirakan menarik lebih dari 6.000 pelaku industri, pameran ini sukses menjadi panggung besar inovasi, teknologi, dan jejaring global di sektor peternakan.

Tahun ini, tema besar yang diusung adalah "Breakthroughs in Feed, Farming and Food Security", yang menegaskan pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dunia.

Semangat Pembukaan yang Penuh Optimisme
Opening ceremony yang berlangsung di Plenary Hall KLCC pada 27 Agustus pagi dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaysia, YB Dato’ Sri Arthur Joseph Kurup. Dalam sambutannya, Arthur menekankan bahwa Malaysia kini berkomitmen melakukan transformasi dari pertanian tradisional menuju industri peternakan berteknologi tinggi.

Beberapa prioritas yang menjadi sorotan pemerintah Malaysia antara lain penguatan produksi pakan lokal agar tidak bergantung sepenuhnya pada impor, pengembangan protein alternatif berbasis sumber daya lokal seperti kelapa sawit, penerapan pertanian presisi dan otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi, penguatan biosekuriti dan kesehatan hewan dalam menghadapi risiko penyakit menular lintas batas, serta peningkatan kapasitas SDM untuk mendukung keberlanjutan industri.

Visi ini menurutnya hanya bisa tercapai jika seluruh pemangku kepentingan, yakni pemerintah, akademisi, pelaku usaha, serta asosiasi, bekerja sama secara erat di tingkat nasional maupun regional.

Indonesia Hadir dengan Delegasi Kuat
Indonesia tidak ketinggalan dalam ajang bergengsi ini. Yayasan Pengembangan Pangan Indonesia (YAPPI) (sebelumnya bernama Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia) mengirimkan delegasi yang cukup beragam, terdiri dari tokoh-tokoh akademisi, asosiasi, dan praktisi bisnis.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr Drh Desianto Budi Utomo (Ketua Umum GPMT/Gabungan Perusahaan MakananTernak), Prof Dr Muladno (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2016), Drh Dedy Kusmanagandi (pengusaha obat hewan, penasihat ADHPI), Setya Winarno (Ketua Harian GOPAN/Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional), Winarno (Dosen Fakultas Peternakan IPB University), serta Bambang Suharno (Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Penasihat Forum Media Peternakan).

Kehadiran mereka dalam opening ceremony mendapat sambutan hangat dari panitia penyelenggara maupun delegasi negara lain.

Pertemuan-Pertemuan Strategis
Selain menghadiri pameran dan forum, delegasi Indonesia juga memanfaatkan momentum ini untuk menjalin komunikasi strategis. Beberapa agenda penting yang berhasil dijalankan antara lain:

• Pertemuan dengan Korea Feed Ingredient Association (KFIA). Dialog ini membuka peluang kerja sama dalam pengembangan bahan baku pakan, riset bersama, hingga kemungkinan transfer teknologi pengolahan feed ingredient.

• Diskusi dengan Informa Markets. Informa sebagai penyelenggara pameran global membicarakan peluang kolaborasi ke depan, termasuk kemungkinan memperkuat jejaring antara Livestock Malaysia dengan event peternakan di Indonesia.

• Kunjungan ke Fakultas Kedokteran Hewan Universiti Putra Malaysia (FKH UPM). Pertemuan dengan akademisi UPM menjadi ajang pertukaran gagasan dalam bidang pendidikan dan penelitian veteriner. Diskusi mencakup peluang student exchange, joint research, hingga penguatan kurikulum kesehatan hewan.

• Pertemuan informal dengan berbagai delegasi. Mulai dari pelaku industri farmasi veteriner, asosiasi peternak regional, hingga perusahaan teknologi peternakan. Meski sifatnya tidak formal, diskusi-diskusi ini berpotensi menjadi pintu awal kolaborasi nyata.

• Ramah tamah dengan tamu VIP, antara lain dengan wakil Menteri Pertanian dan Pangan Malaysia dan sejumlah pemimpin asosiasi.

Berfoto bersama Wakil Menteri Pertanian Malaysia, Arthur Joseph Kurup (duduk: dua dari kanan). (Foto: Istimewa)

Pameran Tampil dengan Wajah Baru
Berbeda dengan edisi sebelumnya, Livestock Malaysia 2025 lebih menonjolkan integrasi teknologi digital. Booth-booth peserta banyak menampilkan aplikasi smart farming, mulai dari sensor monitoring kesehatan hewan, robot pakan otomatis, hingga aplikasi berbasis AI untuk prediksi produktivitas ternak.

Tak kalah menarik, sejumlah perusahaan juga memperkenalkan produk nutrisi pakan berbasis sumber daya lokal dan alternatif protein yang ramah lingkungan. Topik ini sangat relevan dengan isu global mengenai keberlanjutan (sustainability) dan jejak karbon industri peternakan.

Selain pameran, sesi seminar teknis dan forum internasional juga dipadati peserta. Tema yang paling diminati mencakup: Strategi menghadapi penyakit hewan lintas batas (transboundary animal diseases); Optimalisasi nutrisi pakan dengan teknologi fermentasi; Inovasi vaksin dan obat hewan untuk menghadapi ancaman ASF (African Swine Fever) dan AI (avian influenza); Penggunaan big data dalam manajemen peternakan unggas.

Salah satu sudut pameran yang digelar di Kuala Lumpur Convention Centre.

Mengapa Indonesia Perlu Serius?
Keterlibatan Indonesia dalam ajang ini bukan sekadar seremoni. Ada beberapa alas an mengapa Livestock Malaysia 2025 relevan bagi industri peternakan Tanah Air:

• Kebutuhan transfer teknologi: Industri peternakan Indonesia menghadapi tantangan serupa dengan Malaysia, terutama terkait pakan, biosekuriti, dan ketahanan pangan. Belajar dari inovasi negara lain bisa mempercepat adopsi teknologi.

• Peluang pasar regional: ASEAN adalah pasar protein hewani yang sangat besar. Kolaborasi antar negara akan memperkuat daya saing produk Indonesia di kawasan.

• Diplomasi asosiasi dan akademisi: Kehadiran tokoh-tokoh dari GPMT, GOPAN, ADHPI, dan akademisi IPB menunjukkan bahwa Indonesia bisa hadir sebagai mitra sejajar, bukan hanya sebagai penonton.

• Membangun jejaring jangka panjang: Pertemuan dengan KFIA, Informa, maupun UPM membuka jalur baru bagi kerja sama riset, investasi, hingga peluang bisnis yang konkret.

Harapan ke Depan
Dari hasil liputan Infovet, para anggota delegasi Indonesia sepakat bahwa keterlibatan aktif dalam forum internasional seperti ini harus terus ditingkatkan. Tidak hanya menghadiri, tetapi juga perlu mulai tampil sebagai pembicara, penyelenggara side event, serta sebagai exhibitor yang menunjukkan inovasi dari Indonesia.

Prof Muladno menekankan bahwa industri peternakan Indonesia memiliki potensi besar, baik dari sisi sumber daya alam maupun SDM. Namun, tanpa keterbukaan dan kolaborasi internasional, potensi itu sulit diwujudkan. Peternak rakyat juga perlu diajak untuk aktif menghadiri pameran-pameran internasional agar terbuka wawasan untuk lebih berkembang.

Sedangkan Desianto Budi Utomo, selaku Ketua Delegasi, memberikan apresiasi kepada penyelenggara pameran yang telah menerima delegasi Indonesia dengan baik. Pihaknya siap berkolaborasi dalam kegiatan internasional lainnya.

“Livestock Malaysia 2025 dan pameran internasional sejenis lainnya dapat berperan menjadi titik temu bagi para pelaku industri peternakan internasional, pemerintah dan stakeholder lainnya. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, pameran membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan, mengadopsi teknologi baru, dan memperluas jejaring global,” tegas Desianto.

Sementara itu, Drh Dedy Kusmanagandi mengingatkan bahwa industri obat hewan dan kesehatan hewan harus mendapat perhatian serius, karena sudah eksis di pasar internasional, di sisi lain tantangan penyakit hewan semakin kompleks.

Adapun Setya Winarno, selaku anggota delegasi sekaligus Ketua Harian GOPAN, menyampaikan bahwa pameran ini bukan hanya ajang pamer produk, melainkan juga jendela untuk melihat masa depan industri peternakan global. ***

Artikel ini disusun oleh Redaksi Infovet berdasarkan liputan langsung
di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, 27-29 Agustus 2025

INFOVET DAN PLI GELAR WEBINAR, KUPAS ARAH INDUSTRI PETERNAKAN DI TENGAH GEJOLAK GLOBAL

Infovet bersama Poultry and Livestock Innovation menyelenggarakan webinar bertajuk Membaca Arah Industri Peternakan di Tengah Gejolak Global dan Regional. Webinar yang dilaksanakan pada 2 Oktober 2025 tersebut dihadiri oleh para peternak, organisasi peternakan, perusahaan industri peternakan, akademisi dan perwakilan pemerintahan.

“Kita bersyukur bahwa hari ini kita bisa menyelenggarakan webinar dengan yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Dimana terjadi gejolak global dan regional,” kata Bambang Suharno, Direktur Utama PT Gallus Indonesia Utama saat membuka webinar.

“Seperti yang kita ketahui, dunia sedang menghadapi berbagai dinamika ketegangan geopolitik, perubahan iklim hingga disrupsi teknologi yang semuanya berpengaruh kepada dinamika bisnis di peternakan. Di sisi lain, kebutuhan akan pangan hewani yang aman, sehat, dan berkelanjutan terus meningkat. Karena itu penting untuk mendiskusikan bagaimana masa depan peternakan. Tentu saja dengan harapan bahwa peternakan akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewan.”

Pemateri pertama adalah Ibnu Edy Wiyono, Indonesia Country Director US Soybean Export Council. Ibnu mengawali materinya dengan membicarakan perkembangan sektor peternakan Indonesia secara makro.

“Untuk bisa melihat arah ke depan dari industri peternakan Indonesia saya sebagai orang ekonomi melihat ada apa dengan pasar input. Kemudian apa yang akan terjadi atau sedang terjadi atau yang pernah kita alami di pasar output,” jelas Ibnu.

Ibnu mengajak untuk berpikir backward dan forward. Industri peternakan membutuhkan input, sehingga apa yang terjadi di sektor input akan berpengaruh ke industri peternakan. Apa yang terjadi di market juga akan berpengaruh ke industri peternakan.

Kemudian sedikit memaparkan mengenai perkembangan biofuel policy mandate di Amerika Serikat. Bagaimana dampaknya terhadap bungkil kedelai yang salah satu bahan baku pakan utama di sektor peternakan.

Pemateri terakhir adalah Mohammad Ichwan Sofwan, General Manager PT Songolas Exhibition Services, perusahaan yang menjadi organizer Jakarta Pet Expo 2025.

“Tahun ini Jakarta Pet Expo diadakan untuk yang kedua kalinya. Bedanya tahun ini kami memiliki sebuah segmen baru yang kami sebut sebagai poultry and livestock innovation,” Ichwan mengatakan.

Menurut Ichwan tahun ini pihaknya bekerjasama dengan PT Gallus Indonesia Utama. Pameran yang akan berlasung pada 26-29 November tersebut memiliki beberapa program unggulan diantaranya adalah CEO business forum, business matchmaking, dan hosted buyers untuk industri livestock. (NDV)

KONGRES NASIONAL PERTAMA ASOSIASI HOLSTEIN INDONESIA

AHI kembali berdiri, laksanakan kongres nasional. (Foto: Istimewa)

Bandung (10/9/2025), dalam upaya peningkatan produksi SSDN dan terbentuknya bangsa sapi Holstein, Asosiasi Holstein Indonesia (AHI) kembali berdiri dengan melaksanakan kongres untuk mengupayakan peningkatan produksi dan produktivitas susu dalam negeri.

Sebab pada cetak biru persusuan nasional, target konsumsi susu dalam negeri pada 2026 akan terpenuhi sekitar 60%, dengan asumsi kemampuan produktivitas sapi perah sekitar 20 liter/hari, konsumsi susu meningkat menjadi 30 liter/kapita/tahun, populasi sapi perah menjadi 1,8 juta ekor, dan populasi betina laktasi menjadi 50% dari populasi betina produktif.

“Namun, saat ini konsumsi susu nasional baru mencapai 16,5 kg/kapita, kemampuan rata-rata produksi sekitar 14 liter/ekor/hari, dan populasinya berkisar 485.809 ekor. Pada saat ini ternyata kontribusi produksi SSDN belum beranjak sesuai target yang dibuat, bahkan cenderung menurun dari base line 22%, masih di bawah 20% untuk memenuhi kebutuhan nasional,” tulis Sekretaris AHI, Arya Wicaksana, dalam keterangan resminya.

Menurut data Kementerian Perindustrian (2022), kebutuhan susu dalam enam tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata 6% per tahun, sedangkan produksi SSDN hanya tumbuh 1% saja.

“Artinya, diprediksi akan terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara produksi SSDN dengan importasi susu jika tidak dilakukan intervensi peningkatan produksi dan produktivitasnya,” tambahnya.

Melihat fenomena itu, didukung iklim usaha dan kebijakan pemerintah, tokoh inisiator Dr Ir Rochadi Tawaf MS sebagai akademisi, Ir Iman Karmawan MM sebagai praktisi, dan Arya Wicaksana SE sebagai peternak, menginisiasi kembali berdirinya AHI.

Pada 1989, PPSKI pernah bekerja sama dengan US Holstein membentuk AHI, demikian pula Dinas Peternakan Jawa Barat bekerja sama dengan JICA Jepang membentuk IDHIA (1997-2002). Namun kegiatan tersebut terhenti aktivitasnya, sehingga lembaga ini harus dihidupkan kembali. Karena memiliki tujuan mulia yaitu melakukan standarisasi produksi dan meningkatkan mutu genetik sapi perah Holstein yang sesuai kondisi ekosistem iklim dan budaya Indonesia.

Dijelaskan, dalam rangka merealisasikan tujuannya, AHI bekerja sama dengan perusahaan peternakan sapi perah skala menengah dan besar, yang memiliki kelompok peternak binaan. Kerja sama ini produknya berupa sapi-sapi bakalan hasil inovasi teknologi rekayasa genetik.

“AHI dan perusahaan peternakan sapi perah merupakan mitra balai perbibitan sapi perah milik pemerintah. Adapun tugas pokok dan fungsi AHI yaitu mengawal, mengembangkan dan melakukan standariasi, serta sertifikasi sapi perah Holstein Indonesia dalam bentuk bibit sebar kepada peternak,” imbuh dia.

Kongres AHI bertajuk “Membentuk Sapi Perah Holstein Indonesia untuk Membangun Persusuan Nasional”, dilaksanakan di Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Dihadiri peserta sebanyak 55 orang yang terdiri dari pendiri AHI, peternak dan perusahaan sapi perah, koperasi susu, perguruan tinggi, lembaga perbibitan pemerintah, dinas-dinas peternakan, asosiasi peternakan, mahasiswa, dan pemangku kepentingan lainnya.

Dalam kongres tersebut ditetapkan tata tertib dan agenda kongres pertama AHI, penandatanganan akta pendirian, menetapkan AD/ART, dan menetapkan program kerja, sekaligus membentuk dan melantik pengurus AHI periode 2025-2029: Dr Ir Rochadi Tawaf MS (Direktur Utama), Arya Wicaksana SE (Sekretaris), Ir Iman Karmawam MM (Bendahara), Afghan SPt (Direktur Pelaksana). Dewan Pengawas: Teguh Boediyana (Ketua), Drh Desi, Dedi Setiadi, dan Aun Gunawan (Anggota). (INF)

INOVETION RESMI DILUNCURKAN: ERA BARU REKOGNISI INOVATOR DAN INVENTOR BIDANG VETERINER INDONESIA

Para penerima Golden Inovetion Badge (Foto: Istimewa)

Dunia kedokteran hewan Indonesia memasuki babak baru dengan diluncurkannya INOVETION (Indonesia Veterinary Innovation). Sebuah program rekognisi untuk para inovator dan inventor baik dokter hewan maupun non dokter hewan, atas kiprahnya dalam berinovasi dan menghasilkan penemuan dibidang veteriner atau yang mendukung bidang veteriner.

Grand launching yang berlangsung pada Jumat, 19 September 2025 di ICE-BSD, Tangerang, sebagai bagian dari rangkaian ILDEX 2025, menandai dimulainya era baru dalam mengangkat dan mengapresiasi karya-karya inovatif yang berkontribusi bagi kemajuan veteriner Indonesia.

Program yang digagas oleh drh Gunadi Setiadarma dan drh Deddy F Kurniawan, MVet dari Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FKH IPB ini hadir dengan misi mulia: memberikan pengakuan kepada para inovator dann inventor yang telah menghasilkan karya konkret untuk dikenal oleh publik secara terbuka agar kemanfaatannya bisa tersebar lebih luas. Karya yang dimaksud adalah ide yang sudah terbukti maupun produk konkret baik alat maupun barang lainnya.

Rekognisi yang diberikan oleh Inovetion berupa penyematan Golden Inovetion Badge kepada orang-orang yang memiliki kelayakan dalam beberapa kriteria. Pertama, inovasi dan penemuannya sudah dilakukan dengan dasar keahlian dan ilmiah yang kuat. Kedua, inovasi dan penemuannya memiliki potensi untuk menjadi produk publik dan memiliki potensi bisnis secara luas. Ketiga, inovasi dan penemuannya memiliki muatan konsep kebaruan dan relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.

“Ke depan, Inovetion akan dikembangkan sebagai promotor dan media penghubung antara inovator, inventor dan investor. Inovetion akan menjadi agenda tahunan untuk menyemangati para inovator dan inventor di bidang veteriner sekaligus menghubungan para ilmuwan dan kreator dengan dunia industri,” jelas Deddy. “Inovetion juga memiliki beberapa program lanjutan, yaitu company profiling, investment pitch dan corporate development.”

Pada tahun perdana ini, 16 inovator dan inventor terpilih mendapatkan rekognisi dan disematkan Golden Inovetion Badge serta mendapatkan sertifikat:

  1. Dr drh Agung Suganda, MSi - Dirjen PKH Kementan RI
    Inovasi: Dairy Veterinary Investment, pelopor dan pendorong program investasi peternakan khususnya bidang persapian di Indonesia.
  2. Drh Fitri Nursanti, MM, MSc - ILDEX Indonesia
    Inovasi: ILDEX Indonesia, Expo Peternakan terbesar di Indonesia.
  3. Prof Dr Agr Ir Sigit Prastowo, SPt, MSi IPU ASEAN - MOOSA Genetics
    Inovasi: IGBV - Indonesia Genomic Breeding Value, sistem valuasi sapi perah presisi berbasis uji molekuler pertama di Indonesia.
  4. Prof Dr Drh Huda Shalahudin Darusman, MSi - SKHB IPB
    Inovasi: Kit Alzheimer, kit ELISA untuk deteksi penyakit Alzheimer pertama di Indonesia.
  5. Dr drh Wahono Esthi Prasetyaningtyas, MSi, SVMBS - SKHB IPB
    Inovasi: Mikroenkapsulasi sel leydig untuk terapi kejantan pria.
  6. drh Aris Ahmad Jaya - PT AbCo Indonesia
    Inovasi: AbCo Training and Consulting, dokter hewan pelopor perusahaan training softskill di Indonesia.
  7. drh Luski Febrian, MM - PT. BIOFAL
    Inovasi: BIOFAL-Vet, pelopor instalasi pengolahan air limbah khusus untuk klinik hewan dan SPPG.
  8. drh Muchlido Apriliast
    Inovasi: Rumah Susu Indonesia, pelopor pabrik susu pasteurisasi terintegrasi skala komersial menengah di Indonesia.
  9. Prof Dr drh Agik Suprayogi, MSc - SKHB IPB
    Inovasi: KATULAC, produk pakan tambahan dari daun katuk terdepolarisasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu sapi perah.
  10. Prof Dr Ir Luki Abdullah, MSc Agr - Fapet IPB
    Inovasi: Sorinfer, produk pakan ternak dari daun indigofera yang kaya nutrisi.
  11. Dr Iyep Komala, SPt, MSi - Fapet IPB
    Inovasi: D-RUMINANSIA, Smart Microclimate Control untuk ruminansia.
  12. Dr drh Anita Esfandiari, MSi - SKHB IPB
    Inovasi: Kapsul Antibodi Enterotoksigenik untuk mencegah diare pedet.
  13. drh Hendra Budi Setiawan - Founder & CEO, Halovet
    Inovasi: HaloVet, pelopor start-up edukasi digital kedokteran hewan.
  14. drh Wywy Goulda - Founder March Animal Clinic, Jakarta
    Inovasi: Pet Blood Bank Indonesia, bank darah hewan pertama di Indonesia yang menyediakan stok darah untuk kebutuhan transfusi darurat.
  15. Dr drh Muhammad Agil, MSc, Dipl, ACCM - SKHB IPB
    Inovasi: Biobank Badak Sumatera
  16. Prof Dr drh Amrozi, PhD - FKH IPB
    Inovasi: Smart Halter, pengembangan teknik diagnosa berbasis teknologi IT untuk deteksi kolik pada kuda.

(NDV)

UPDATE POPULASI BABI PASCA WABAH ASF

Infovet, Jakarta — Kamis, 18 September 2025. Dalam rangkaian Pameran ILDEX 2025, Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) bersama USSEC, AUSVET, Majalah Infovet, dan sejumlah pemangku kepentingan menggelar Seminar Nasional bertajuk “Pemulihan Usaha Peternakan Babi Pasca Wabah ASF di Indonesia” di Room Kalimaya 2, ICE BSD, Jakarta.

Dalam sambutan pembuka, Ibnu Edy Wiyono (USSEC) menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung terselenggaranya seminar. Ia menekankan pentingnya melakukan pembaruan data populasi babi serta upaya bersama membangkitkan kembali industri babi pasca serangan ASF.

Seminar menghadirkan tiga narasumber utama: Dr. Sauland Sinaga (Ketua Umum AMI) memaparkan “Situasi Terkini Bisnis Peternakan Babi di Indonesia Pasca Wabah ASF”. Kemudian Dr. Basilisa P. Reas (Regional Technical Director-Animal Protein, USSEC) membahas “Farm Biosecurity and Feeding Management in Swine Farming”. Dan Drh. Sonny Handaru (Veterinary Officer, AUSVET) mengulas “Manajemen ASF: Studi Kasus Laos”.

Acara dipandu oleh Ir. Alfred Kompudu, S.Pt, MM, IPM, ASEAN Eng (Technical Consultant USSEC). Tak kurang dari 60 peserta yang terdiri atas peternak, akademisi, praktisi, dan perwakilan perusahaan hadir. Para peserta datang dari berbagai daerah sentra peternakan babi, antara lain Bali, Solo, Karawang, dan Tangerang.

Turut hadir pula sejumlah tokoh penting, seperti Kepala BBPMSOH Dr. drh. Hasan Abdullah Sanjaya beserta tim, staf ahli utusan khusus kepresidenan bidang pangan Rifanzi Rakhmat, perwakilan Direktorat Hilirisasi PKH, nutrisionis senior Sinta Prima Feedmill Chandra Yanuartin, serta pimpinan perusahaan obat hewan dan sarana peternakan lainnya.*(DS)

SEMINAR NASIONAL ISPI: LIVESTOCKPRENEUR STAND OUT

Seminar Nasional ISPI dalam rangkaian ILDEX Indonesia 2025. (Foto: Istimewa)

Bisnis peternakan merupakan jenis usaha yang akan terus berjalan selama manusia masih ada di muka bumi. Hal tersebut sangat beralasan karena produk peternakan sebagai penghasil bahan pangan akan senantiasa dibutuhkan oleh umat manusia.

Pembahasan tersebut mengemuka pada gelaran Seminar Nasional ISPI: Livestockpreneur Stand Out, dalam rangkaian ILDEX Indonesia 2025 di ICE BSD, Kamis (18/9/2025).

Founder and President Chickin Indonesia, Ashab Alkahfi, mengatakan bahwa usaha peternakan ayam memang memiliki risiko tinggi (high risk), namun peluangnya masih sangat besar karena permintaan terhadap daging ayam yang terus tumbuh.

"Konsumsi ayam di Indonesia diperkirakan meningkat didorong oleh percepatan PDB perkapita dengan meningkatnya populasi kelas pekerja, yang mana pembukaan kembali perekonomian akan mendorong pertumbuhan itu," kata pengusaha muda tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh CEO Pramoda Egg & Founder Swasembada, Mahardika Agil Bimasono, bahwa usaha di bidang peternakan khususnya unggas memiliki karakteristik yang khas, seperti populasi/volume besar maka omzetnya pun akan besar, kemudian perputaran uangnya pendek, dan siapa yang cepat memindahkan risiko adalah dia yang akan menjadi pemenang.

"Kalau sebagai pemula, yang perlu dilakukan adalah bagaimana caranya agar produk cepat laku karena (produk) mudah rusak. Nanti kalau sudah besar, pikir cara buat amankan supply chain dan sourcing," ungkapnya.

Di lokasi yang sama, CEO Nusa Farms Indonesia, Wahyu Ramdani, berujar yang ideal dalam membangun bisnis adalah dengan model bisnis yang sesuai passion.

"Sejak kuliah saya senang dengan sapi potong. Jadi sekarang ini bisnisnya juga beternak sapi potong," tutupnya. (INF)

MIPI WPSA RAMAIKAN ILDEX, GELAR SEMINAR MANAJEMEN LINGKUNGAN & TEKNOLOGI UNTUK UNGGAS

Foto bersama dalam seminar MIPI WPSA di ILDEX Indonesia 2025. (Foto: Dok. Infovet)

Perkumpulan Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia/The World's Poultry Science Association Indonesian Branch (MIPI WPSA), turut meramaikan pameran ILDEX Indonesia 2025, 17-19 September 2025 di ICE BSD, Tangerang, Banten.

Mengambil tempat di ruang Garuda 6A, Kamis (18/9/2025), MIPI WPSA menampilkan seminar bertajuk "Manajemen Lingkungan Berkelanjutan & Teknologi Adaptif untuk Unggas Produktif di Era Modern".

Presiden MIPI WPSA, Maria Ulfah, dalam sambutannya menyebut bahwa tema yang diangkat sangat relevan dengan tantangan industri perunggasan Tanah Air saat ini.

"Tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas, tapi juga bagaimana memastikan keberlanjutan industri peternakan, ekonomi, dan lingkungan, dengan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif," ujar Maria.

Sebab, lanjut dia, industri perunggasan merupakan pilar utama dalam ketahanan pangan nasional. Tingginya produktivitas harus diimbangi dengan pengelolaan lingkungan yang baik.

Bertepatan juga dengan bulan hari jadi MIPI WPSA yang ke-33 tahun, pihaknya terus berkomitmen menjadi wadah dan menjembatani para akademisi, industri, pemerintah, dan praktisi, dalam berbagai peran strategis di bidang perunggasan nasional dengan mendorong kolaborasi lintas sektoral.

"Industri unggas modern harus memadukan produktivitas dan keberlanjutan. Kami yakin dengan sinergi yang kuat akan mampu memainkan peran nyata dalam ketahanan pangan dan memberikan kontribusi global dalam keamanan dan kemandirian pangan," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian, Harry Suhada, mengemukakan bahwa memang masih banyak tantangan dalam sektor perunggasan, salah satunya adalah isu lingkungan.

Oleh karena itu, pembangunan perunggasan harus efisien, adil, dan ramah lingkungan, sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi tanpa merusak bumi.

"Pemerintah melalui Ditjen PKH terus mendorong integrasi strategi mitigasi lingkungan. Pengelolaan limbah ternak menjadi energi terbarukan, efisiensi kandang berbasis teknologi, serta pengurangan emisi gas rumah kaca menjadi agenda prioritas," kata Harry.

Selain itu, penguatan data perunggasan berbasis IT, inovasi bioteknologi pakan, dan program bebas penyakit unggas strategis juga masih terus dijalankan.

Pemanfaatan teknologi yang adaptif tercermin dalam salah satu materi seminar yang disampaikan oleh Jack Cheng dari Strowin Group, Tiongkok. Ia menjelaskan pemanfaatan enzim untuk pakan unggas sebagai solusi modern.

"Teknologi enzim meningkatkan efisiensi pakan, mengurangi emisi, dan mendukung produksi unggas yang ramah lingkungan," ujar Jack.

Adapun pembicara lainnya yakni Atifa Asghar, dari Poulta Inc. USA, menekankan soal integrasi teknologi presisi dalam manajemen kandang. Seperti teknologi sensor, AI, dan big data, digunakan untuk memantau kesehatan ayam, konsumsi pakan, hingga kualitas udara secara real time.

“Teknologi ini memungkinkan peternak bekerja lebih efisien, menjaga lingkungan, sekaligus memastikan kesejahteraan hewan,” tukasnya. (RBS)

PENGURUS KAPGAMA RESMI DILANTIK, ACHMAD DAWAMI MENJADI KETUA

Pengurus KAPGAMA resmi dilantik oleh Ketua Harian KAGAMA, Budi Karya Sumadi (Foto: Istimewa)

Acara pelantikan Pengurus Keluarga Alumni Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (KAPGAMA) digelar dalam rangkaian pameran internasional ILDEX 2025 di ICE BSD, Rabu (17/9). Momen ini menjadi ajang penting bagi alumni Fakultas Peternakan UGM untuk memperkuat sinergi dan kontribusi nyata dalam pembangunan sektor peternakan nasional.

Ketua KAPGAMA, Achmad Dawami mengungkapkan bahwa hari ini menjadi hari yang bersejarah karena Ketua Harian Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA), telah melantik pengurus KAPGAMA. Ini merupakan tugas yang kelihatannya ringan, tapi maknanya sangat tinggi.

“Sebagai contoh, saya sendiri baru sadar beberapa tahun terakhir ini, bahwa peternakan berperan besar sekali terhadap pertumbuhan dan kecerdasan bangsa kita. Maka tak heran MBG menjadi program prioritas, dengan anggaran yang luar biasa besar. Apa tujuannya? Untuk meningkatkan konsumsi protein, khususnya hewani demi kecerdasan bangsa,” kata Achmad.

Achmad menambahkan bahwa dulu sektor peternakan dipandang sebelah mata. Dia bersyukur saat ini telah menjadi prioritas dan mempunyai peran besar bagi negara. “Saya kebetulan berkiprah di perunggasan, dan dari bidang ini saja, takeover dalam satu tahun tidak kurang dari 700 triliun rupiah dan melibatkan puluhan juta tenaga kerja yang terafiliasi di dalamnya,” tambahnya.

Dengan sorotan tersebut, tentu ini menjadi tugas yang berat bagi semua pengurus. Achmad juga mengucapkan terima kasih kepada semua pengurus, “Mari kita jangan bosan berdiskusi dan berkonsultasi dengan pengurus Kagama, yang orang-orang besar semua, dan apa yang bisa kita perbuat untuk memajukan peternakan dan berkontribusi pada negara.”

Dalam sambutannya, Prof Ir Budi Guntoro, SPt, MSc, PhD, IPU, ASEAN Eng, Dekan Fakultas Peternakan UGM menyampaikan ucapan apresiasi kepada seluruh pengurus KAPGAMA. Menurutnya momentum ini merupakan tonggak penting dalam memperkuat sinergi antara alumni dan institusi, serta memperluas kontribusi alumni dalam pembangunan nasional khususnya di sektor peternakan dan pangan.

Budi mengatakan, “KAPGAMA tidak hanya mencakup lulusan S1 semata, melainkan juga lulusan jenjang lain, seperti S2, S3 hingga insinyur. Berdasarkan data yang dimiliki, jumlah alumni S1 Fakultas Peternakan UGM saat ini tercatat 6.903 orang, sementara alumni S2 berjumlah 1.046, alumni S3 sebanyak 167, serta alumni Insinyur Peternakan mencapai 836 orang. Kalau dibandingkan dengan kampus lain, jumlah ini sebenarnya masih relatif kecil. Misalnya di Universitas Brawijaya yang satu angkatan bisa mencapai 800-an. Namun demikian Fapet UGM selalu berkomitmen menjaga mutu pendidikan dan menomorsatukan kualitas.”

Budi menilai selama ini alumni Fakultas Peternakan UGM telah berperan besar tidak hanya sebagai praktisi dan akademisi, tetapi juga inovator yang mampu menjawab tantangan global. Menurutnya keterlibatan alumni dari berbagai jenjang pendidikan menjadi kekuatan kolektif yang strategis bagi pembangunan peternakan nasional.

Sementara itu, Tri Melasari selaku Direktur Pakan yang mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, mengajak pengurus baru KAPGAMA untuk berkolaborasi dalam mendukung program swasembada daging dan susu nasional. Ia menyampaikan ucapan selamat atas pelantikan pengurus, serta menekankan bahwa momentum ini menjadi peluang penting bagi Ditjen PKH dan KAPGAMA untuk bekerja sama dan saling mendukung dalam bidang peternakan.

“Pada saat ini kita ketahui bahwa Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dalam rangka mendukung menuju swasembada terutama daging sapi dan susu, memiliki tantangan yang besar. Selain itu, ada juga program makan bergizi. Dan meskipun untuk ayam dan telur kita sudah sesuai swasembada, tetapi kalau kita hitung kebutuhan makan bergizi, tetap harus ada upaya-upaya yang terus kita lakukan,” kata Tri.

Tri juga menyampaikan harapannya agar melalui kolaborasi yang terjalin, target swasembada protein hewani dapat tercapai sekaligus mendukung program pangan bergizi nasional. Ia menegaskan bahwa tujuan swasembada protein hewani sejalan dengan upaya pemerintah dalam merealisasikan program AKP Gizi.

Dalam acara yang sama, Ketua Harian KAGAMA, Budi Karya Sumadi, menyampaikan kebahagiaannya dapat hadir sekaligus melantik secara langsung pengurus KAPGAMA. Ia menilai semangat para pengurus bukan semata-mata untuk berkembang secara pribadi, melainkan juga membawa substansi yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Substansi tersebut diyakininya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang di Indonesia.

“Terlebih di sektor peternakan saat ini terjadi tren yang menggembirakan. Sekarang ini di beberapa negara sedang demam sapi. Ada teman saya yang memelihara sapi Limousin. Bahkan, hal itu memberi inspirasi kepada banyak orang yang mau pensiun. Diskusinya jadi menarik, banyak tentang peternakan, sehingga bisa menjadi peluang bagi siapa saja yang ingin belajar,” jelasnya.

Sebelum menutup acara, Budi Karya menegaskan rasa bahagia dan bangganya atas pelantikan pengurus KAPGAMA ini. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan warna yang lebih, tidak sekadar bernilai budaya, sehingga manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat luas. (Rilis)

ILDEX 2025 RESMI TERSELENGGARA, PERKUAT BISNIS PETERNAKAN NASIONAL

Foto bersama pembukaan ILDEX 2025. (Foto: Dok. Infovet)

International Livestock, Dairy, Meat Processing and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia 2025 kembali terselenggara untuk yang ketujuh kalinya. Pameran berskala internasional ini mengambil tempat di ICE BSD City, Tangerang, Banten, pada 17-19 September 2025.

Direktur PT Permata Kreasi Media, Fitri Nursanti Poernomo, selaku penyelenggara ILDEX Indonesia, dalam sambutannya mengatakan bahwa gelaran ini bisa memperkuat lintas sektor sekaligus melahirkan bisnis yang berdaya saing, juga membuka sinergi dalam perkembangan industri peternakan, perikanan, dan pertanian dalam mewujudkan kedaulatan pangan.

Lebih lanjut disampaikan, pameran ini juga diharapkan dapat menjadi wadah untuk saling bertukar informasi, pengetahuan, dan inovasi teknologi di bidang pertanian, peternakan, dan kesehatan hewan.

"Tahun ini ada sebanyak 278 peserta yang terdiri dari perusahaan, asosiasi, institusi pemerintah dan pendidikan, dengan 26 negara ikut berpartisipasi di antaranya Thailand, China, Filipina, dan lainnya, serta seminar sebanyak 70 sesi dari 13 negara," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya ILDEX Indonesia 2025.

"Kami sangat apresiasi ILDEX yang diinisiasi oleh PT Permata Kreasi Media dan menjadi pameran peternakan dengan skala internasional di Indonesia. Pameran ini menjadi ajang bertemunya para stakeholder peternakan dari dalam dan luar negeri untuk melakukan bisnis, transfer ilmu, inovasi, teknologi, serta bekerja sama dan menunjukkan potensi peternakan indonesia kepada dunia," kata Agung.

"Diharapkan pameran ini juga berdampak pada PDB sektor peternakan dan pertanian dengan adanya banyak business deal yang terjadi."

Hal senada juga disampaikan oleh Gubernur Banten, yang diwakili Asisten Pemerintahan Umum dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten, Komarudin. Ia sampaikan dukungan dan apresiasi kepada ILDEX Indonesia 2025 yang diharapkan mampu memberikan kontribusi besar pada wilayah Banten.

"Semakin sering tentu akan berkontribusi terhadap pendapat daerah kami. Kami harap melalui acara ini banyak investor baru bidang peternakan di Provinsi Banten," katanya. (RBS)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer