Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam Pedaging | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

UPAYA MENGATASI KASUS KERDIL PADA UNGGAS

Penanganan DOC yang kurang optimal pada periode awal akan memengaruhi pertumbuhan bobot ayam pada periode berikutnya. Foto: (ANTARA/HO-WAP)

Ada beberapa upaya yang harus lebih diperhatikan agar ayam tidak mengalami kekerdilan dan tumbuh dengan normal. Beberapa di antaranya tentu saja faktor manajemen dan upaya kontrol yang lebih ketat.

Perlu diingat bahwa dampak yang muncul dari kekerdilan dapat menimbulkan kerugian ekonomi sehubungan dengan gangguan pertumbuhan dan pencapaian bobot panen yang rendah, peningkatan konversi ransum, serta peningkatan jumlah ayam afkir. Hasil penelitian Hidayat (2014), menyebutkan bahwa sindrom ini dibagi menjadi beberapa kategori:
• Jika terjadi sebanyak 5-10% dari populasi, termasuk kategori ringan.
• Jika kejadian mencapai > 10-30% dari populasi, termasuk kategori buruk.
• Jika kejadian mencapai > 30% dari populasi, termasuk dalam kategori bencana besar.

Kasus ayam kerdil sendiri di lapangan sering kali terbagi menjadi dua kategori, yaitu jika dalam waktu lima minggu bobot ayam kurang dari 200 gram setiap ekornya maka dikategorikan sebagai kasus “runting”. Namun jika kekurangan bobotnya antara 200 gram sampai 1 kg maka dikategorikan sebagai kasus “stunting”.

Perhatikan Manajemen Brooding
Menurut salah seorang konsultan perunggasan, Carlim, kejadian pada broiler kebanyakan 50% adalah stunting. “Kalau dulu waktu saya masih pegang broiler itu kalau brooding enggak benar, sehabis diangkat itu brooder pasti langsung kelihatan, keciri pokoknya. Makanya saya bilang ‘ritual’ brooding itu sangat sakral, kalau enggak bisa lewati itu dengan baik pasti hancur,” kata Carlim.

Pasalnya lanjut dia, pada masa ini sering disebut dengan masa kritis karena terjadi pertumbuhan yang pesat, dimana terjadi pembelahan (hiperplasia) dan pembesaran (hipertropi) sel-sel tubuh ayam. Perkembangan organ yang terjadi meliputi sistem kekebalan, pencernaan, pernapasan, maupun termoregulasi.

Ketersediaan ransum saat chick-in dan tercapainya feed intake berpengaruh terhadap besar dan panjangnya usus, pengaturan suhu tubuh anak ayam, dan tingkat kepadatan. Penanganan DOC yang kurang optimal pada periode ini akan memengaruhi pertumbuhan bobot ayam pada periode berikutnya.

Kualitas Pakan Harus Jempolan
Pertumbuhan ayam sangat cepat tentu dipengaruhi kecukupan dan kandungan nutrisi ransum. Hal yang kadang terlewat dari pantauan adalah mengontrol keberadaan jamur atau toksinnya. Kualitas ransum dapat berkurang akibat adanya jamur dan mikotoksin.

Jika terdapat jamur di dalam kandungan ransum, nilai nutrisi yang berada di dalam ransum akan turun, sehingga nilai nutrisi yang diberikan kepada ayam tidak optimal. Selain itu, jangan lupa bahwa jamur juga akan menghasilkan metabolit sekunder yakni mikotoksin yang akan mengiritasi saluran pencernaan, sehingga penyerapan nutrisi terganggu. Lama penyimpanan ransum juga berpengaruh pada kandungan nutrisi. Vitamin dalam ransum akan menurun seiring masa penyimpanan.

Selain kualitas ransum, kuantitas/kecukupan asupan ransum dan minum juga berpengaruh pada pertumbuhan ayam. Kekurangan ransum dan air minum akan menyebabkan kompetisi antar ayam. Dampaknya, jumlah ransum yang masuk ke tubuh ayam kurang dan membuat pertumbuhan bobot badannya tidak seragam.

Masalah ransum inilah yang paling sensitif dan kerap kali disalahkan para peternak, pabrik pakan pun sering menjadi sasaran. Menjawab hal tersebut Nutrisionis dan Formulator PT Agrosari Nusantara, Intan Mustika Herfiana, mengatakan bahwa hal tersebut adalah suatu yang klise.

“Saya mengerti sekali masalah ini, tapi sebagaimana kita ketahui kalau semua pabrik pakan pasti sudah menguji kualitas pakan yang diproduksi, enggak mungkin kalau jelek akan dijual. Kalau masalah nutrisinya kurang, karena pakan juga ada grade-nya, kalau pakannya yang paling rendah grade-nya masa mau bagus? Ada faktor lain yang harus diusut dan ditelusuri,” tuturnya kepada Infovet.

Oleh karenanya, Ika-sapaannya, mengimbau peternak agar tidak buru-buru menyalahkan pakan yang digunakan apabila terjadi sindroma kekerdilan. Sebaiknya peternak menguji ulang pakan yang digunakan, baik dari segi nutrisi dan kualitasnya.

“Ini sulit diubah, mindset peternak sudah terbiasa begitu, kalau sudah begitu terus mau pakai pakan merek apapun kalau tiba-tiba drop performanya sama saja bohong,” ucapnya.

Meminimalisir Stres dan Imunosupresi
Stres adalah kondisi yang harus dihindari. Namun, hewan tidak bisa begitu saja terhindar dari stres, hal ini berkaitan dengan proses pemeliharaan. Dalam kondisi stres ayam akan memproduksi adrenocorticotropic hormone (ACTH) dalam jumlah berlebihan, sehingga akan menghambat proses metabolisme tubuh dan penurunan penyerapan nutrisi ransum.

Dalam hal ini ayam akan tetap banyak makan tetapi tidak diikuti dengan peningkatan bobot badan yang optimal. Stres juga membuat ayam mengalami imunosupresi, sudah penyerapan nutrisi berkurang, konsumsi pakan menurun ditambah imunosupresi, ayam akan semakin rentan tidak hanya terhadap kekerdilan, tetapi juga penyakit infeksius.

Dalam suatu webinar, Drh Jumintarto dari PT Kertamulya Saripakan, pernah menyampaikan bahwa untuk mengecek kondisi ayam di kandang dalam keadaan stres atau tidak, yang paling terlihat adalah pada bulu bagian sayap.

“Ayam yang berada dalam kondisi yang baik, pertumbuhan bulu di sayapnya akan terlihat rapih, teratur, konformasinya jelas dan enak dilihat. Tetapi kalau dia stres, bulu akan terlihat kusut, tidak teratur, sedikit mengalami penjarangan (kebotakan), dan batangnya mudah patah,” tuturnya.

Dia menjelaskan bahwa apabila gejala seperti itu terlihat, maka seorang dokter hewan harus dapat mengidentifikasi kesalahan dalam manajemen pemeliharaan. Segera setelah ditemukan, dilakukan perbaikan secara menyeluruh untuk menyelamatkan flock tersebut dari stres.

Selain beberapa faktor di atas, kualitas DOC juga memegang peranan penting. Layaknya pakan, DOC juga memiliki grade tertentu. Biasanya grade terbawah memiliki kualitas kurang baik ketimbang grade di atasnya.

Jauhkan Ayam dari Infeksi
Seperti yang sudah disebutkan, beberapa agen infeksius turut berperan penting dalam kasus kekerdilan, antara lain reovirus, entero-like virus, dan picornavirus. Sementara agen bakterial yang terlibat dalam kasus ini umumnya yang menginfeksi saluran pencernaan, seperti E. coli (colibacillosis) maupun clostridium perfringens (necrotic enteritis).

Keberagaman dan kompleksitas agen penyebab sindrom kekerdilan ini menyebabkan kesulitan dalam melakukan diagnosis secara pasti, ditambah dengan gejala klinis yang diperparah oleh faktor eksternal, misalnya stres akibat brooding yang kurang optimal.

Oleh karena itu, dalam menjauhkan ayam dari penyakit infeksius diperlukan pengaplikasian biosekuriti yang baik di peternakan. Praktik biosekuriti yang wajib dilakukan yakni mengendalikan lalu lintas kendaraan dan sarana peternakan yang keluar/masuk kandang. Kemudian pengaturan kunjungan operator maupun manajer kandang, contohnya kunjungan dilakukan dari ayam sehat kemudian ke ayam yang sakit. Intinya terapkan biosekuriti secara baik dan benar, agar ayam dan manusia terhindar dari berbagai jenis penyakit infeksius yang membahayakan. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

KUNCI SUKSES AGAR AYAM TETAP SEHAT DAN LEBIH PRODUKTIF


Kegiatan budi daya memaksa ayam tinggal pada lingkungan buatan di dalam kandang, dengan sirkulasi udara terbatas, aktivitas makan dan minum tergantung pemberian manusia, tidur dan buang kotoran dilakukan di tempat yang sama, akibatnya lingkungan tercemar oleh kotorannya sendiri, udara di dalam ruangan kandang menjadi lembap, pengap, dan bau amoia yang semakin parah di setiap harinya.

Animal welfare (kesejahteraan hewan) bagi ayam yang dibudidayakan meliputi kebutuhan:

• Pakan yang berkualitas dalam jumlah mencukupi
• Air minum bersih yang selalu siap tersedia
• Udara kaya oksigen, segar tanpa bau amonia
• Terlindung dari panas atau hujan
• Aman dari ancaman serangan predator
• Terjaga dari prilaku kanibalisme
• Leluasa beraktivitas tanpa ada kompetisi
• Terbebas dari stres berlebihan akibat perlakuan kasar
• Terhindar dari berbagai macam sumber penyakit

Karena ayam yang dibudidayakan seluruh hidupnya didedikasikan untuk kesejahteraan manusia, maka terpenuhinya animal welfare (kesejahteraan hewan) pada ayam budi daya sepenuhnya menjadi tanggung jawab manusia yang memeliharanya.

Terpenuhinya kesejahteraan bagi ayam ras layer, broiler, dan kampung menjadi kunci agar... Simak cerita selengkapnya di kanal YouTube Majalah Infovet:


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silahkan kunjungi:
Jangan lupa Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

SUPAYA BROODING TIDAK PONTANG-PANTING

Memaksimalkan fase brooding agar hasilnya memuaskan. (Foto: Dok. Infovet)

Hal tersebut tentu dilakukan agar meminimalisir terjadinya stres pada ayam. Ayam yang stres ketika dimasukkan ke area brooding akan cenderung lebih banyak diam, tidak aktif makan dan minum. Imbasnya, masa-masa awal pertumbuhan yang optimal bisa hilang.

Untuk menghindari hal itu dan bisa memenuhi semua kebutuhan anak ayam, peternak perlu melakukan beberapa persiapan, berikut di antaranya:

Kandang Harus Siap
Pada saat chick-in dan ayam masuk ke brooder, peternak harus memastikan kandang telah siap secara “lahir dan batin”. Maksudnya adalah secara kualitas dan kuantitas infrastruktur harus memadai, kesiapan alat pemanas, pembatas, tempat pakan dan minum. Selain itu, perlu juga memastikan semua peralatan yang dipakai sudah terdisinfeksi dengan istirahat kandang yang cukup.

Seperti yang kerap dilakukan Dadang, peternak asal Cikembar, Sukabumi. Ia memaparkan hal-hal yang dia lakukan dalam membersihkan kandangnya. Dadang menguras habis semua kotoran sisa periode sebelumnya sampai tak tersisa, setelah itu ia melakukan pembersihan dengan menggunakan campuran air dan detergen yang dimasukkan ke dalam pompa bertekanan tinggi, serta mencuci dan menyikat seluruh bagian kandangnya.

Setelah dibilas dan kering, ia menyemprotkan disinfektan ke kandangnya. Disinfektan yang digunakan yakni pemutih pakaian dengan perbandingan 1:10 bagian. “Diajarinnya begitu, menurut saya sampai saat ini efektif. Saya enggak pernah pakai obat mahal karena enggak sanggup. Yang penting seluruh bagian ter-cover, sikat yang bersih, dan kalau perlu istirahat kandang dilebihkan beberapa hari,” kata Dadang.

Sebelum DOC datang kira-kira 2-3 hari, Dadang kembali menyemprotkan disinfektan ke litter. Tujuannya untuk mengurangi mikroba terutama patogen. Tak lupa pula ia siapkan seluruh peralatan seperti pemanas, tempat pakan dan air minum yang jumlahnya sesuai dengan jumlah ayam. Bila perlu tambahkan kertas koran di atas sekam untuk memudahkan DOC beraktivitas.

Jika menggunakan baby feeder, beberapa praktisi menganjurkan perbandingan ideal sebesar 1 : 45-50 ekor. Sementara jika menggunakan nampan, satu nampan ideal untuk 40-45 ekor ayam. Sedangkan untuk tempat minum, tergantung ukuran dan jenis. Biasanya ukuran satu galon ideal untuk 60 ekor ayam,  sedangkan ukuran dua galon minum otomatis bisa digunakan untuk 90 ekor ayam per unit. Untuk pemanas disarankan yang menggunakan gas. Satu pemanas biasanya mencukupi kebutuhan 500-700 ekor DOC.

Kenali Sistem Pemanas yang Cocok
Sebagai negara dengan iklim tropis, kondisi cuaca daerah di Indonesia memiliki karakter perubahan temperatur antara siang dan malam yang cenderung ekstrem dengan tingkat… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

JANGAN SETENGAH HATI KETIKA BROODING

Untuk memaksimalkan potensi genetik unggas dibutuhkan perhatian khusus dalam masa broodingnya. (Foto: Zoe Schaeffer on Unsplash)

Ada satu fase yang sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan dalam manajemen pemeliharaan broiler, yakni brooding. Semua peternak mengetahuinya, namun di lapangan kegagalan pada fase ini masih sering dialami karena dijalankan dengan setengah hati.

Setelah menetas anak ayam berusia sehari/DOC yang baru mengenal dunia luar harus dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Jangan lupa bahwa broiler modern dengan segala keunggulan genetiknya merupakan sebuah mesin biologis atau bisa dibilang monster. Sebab dalam sebulan broiler dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hingga 20 kali lipat, dengan catatan potensi genetiknya termaksimalkan.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut dibutuhkan perhatian khusus dalam masa brooding. Brooding dimulai sejak DOC tiba di kandang sampai mereka mencapai umur dan bobot tertentu, serta tidak memerlukan pemanas lagi. Pada dasarnya lama brooding tidak bisa disamakan antar satu peternakan dengan yang lain. Standarnya berada dikisaran 10-14 hari untuk anak ayam yang dipelihara di kandang terbuka (open house) dan 7-8 hari untuk di closed house. Namun bisa bertambah lebih lama tergantung kondisi.

Memenuhi Kebutuhan Dasar
Beberapa praktisi perunggasan mengatakan bahwa pada tujuh hari pertama di masa brooding adalah masa-masa kritis yang butuh perhatian ekstra. Seperti diutarakan Drh Christina Lilis dari PT Medion, bahwa pada fase brooding DOC ditargetkan naik bobotnya sebanyak 4,5-5 kali lipat dari bobot lahir. Misalkan bobot DOC 40 gram, maka pada akhir minggu pertama diharapkan bobotnya mencapai 180-200 gram.

“Brooding ini fase yang terjadi adalah perbanyakan sel tubuh (hiperplasia), oleh karena itu jika kita gagal dalam fase perbanyakan sel terutama sel-sel pembentuk otot, maka nanti pertumbuhannya akan terganggu,” tutur Lilis.

Terkait feed convertion ratio (FCR) dan tingkat kematian, Lilis mengatakan bahwa seharusnya FCR pada fase itu berkisar antara 0,85, dengan feed intake sekitar 150 gram, dan tingkat kematian 1%. “Untuk mencapai standar segitu kita harus memenuhi kebutuhan dasar brooding yang baik,” jelasnya.

Kebutuhan yang dimaksud mulai dari kebutuhan dasar seperti pakan, air minum, suhu, cahaya, dan kualitas udara yang baik. Kelima faktor tersebut tidak boleh dipandang sebelah mata jika hendak menyukseskan program brooding.

Pakan dan Air Minum yang Cukup dan Sesuai
Sesaat setelah menetas DOC masih membawa sisa kuning telur yang berfungsi sebagai cadangan energi. Pada fase awal biasanya DOC tidak akan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN BROODING

Anak ayam dengan pakan ad libitum umur satu hari (kiri). Pengecekan kapasitas tembolok (kanan).

Budi daya broiler modern adalah cara efisien dan produktif menghasilkan ayam pedaging secara komersial. Keberhasilan pemeliharaan anak ayam pada usia dua minggu awal sangat menentukan hasil panen di usia 4 atau 5 minggu. Di bawah ini sedikit penjabaran mengenai apa saja yang menjadi penentu keberhasilan pada dua minggu pertama budi daya broiler modern.

1. Masa Pre Heating Saat Kedatangan 
Masa ini merupakan masa krusial mengingat ayam memerlukan suhu yang sesuai kondisi metabolismenya. Pemanas harus dinyalakan minimal 4-5 jam sebelum anak ayam datang. Hal ini bertujuan agar alas kandang di sekitar brooding benar-benar hangat (33-34° C). Reseptor terhadap suhu pada fase awal pemeliharaan sampai umur dua minggu ada di telapak kaki ayam. Apabila suhu alas lebih rendah maka ayam akan meresponnya sebagai kondisi yang dingin.

Saat suhu yang diterima ayam cukup rendah, ayam akan kehilangan panas tubuhnya untuk bertahan pada kondisi dingin. Berbeda dengan kondisi suhu ideal, dimana kondisi suhu lantai sesuai yang diharapkan anak ayam sehingga tidak ada porsi energi yang digunakan untuk bertahan pada suhu dingin. Makna informasi tersebut adalah dalam jangka panjang bila ayam kehilangan panas tubuhnya sebagian besar keluar melalui kaki oleh situasi alas sekam yang dingin, maka konversi pakan ke arah pertumbuhan akan berkurang karena energi yang didapat akan digunakan untuk bertahan pada suhu alas yang dingin.

2. Brooding
Fase brooding terjadi selama 14 hari pertama dalam pemeliharaan broiler atau hingga anak ayam memiliki bulu dan mampu mempertahankan suhu tubuh. Pemantauan hendaknya sering dilakukan produsen/inti kemitraan pada fase ini, pemantauan rutin memungkinkan identifikasi dan koreksi masalah dapat dilakukan dengan cepat, serta dapat mencatat atau mendokumentasikan kondisi pertumbuhan yang baik dan konsisten.

Brooding adalah waktu paling kritis dalam pemeliharaan broiler dan peternak/ABK harus memantau ayam yang dipelihara minimal tiga kali setiap hari dan berjalan-jalan di area brooding beberapa kali untuk pemeriksaan. Kualitas perawatan yang diberikan pada anak ayam selama jam dan hari pertama di kandang dapat memberikan pengaruh besar terhadap performa akhirnya. Periksa kondisi tempat makan dan minum, memantau suhu, ventilasi, dan kondisi kotoran. Segera singkirkan anak ayam yang mati, catat, dan dibuang dengan benar.

Anak ayam yang tidak dapat menjangkau makanan dan air karena kondisi lemah atau cacat harus dimusnahkan, lakukan dokumentasi dan catat dalam recording. Peternak/ABK harus mengamati perilaku, tingkat aktivitas, dan distribusi anak ayam di dalam kandang yang menyebar rata adalah tujuannya. Tanda-tanda ketidaknyamanan atau stres harus diselidiki dan diatasi, meliputi kicauan yang keras, terengah-engah, atau kegagalan anak ayam yang lesu dan lunglai untuk menjauh ketika didekati peternak. Kicauan yang keras dapat mengindikasikan kepanasan, kekurangan pakan, atau kekurangan air. Kondisi terengah-engah atau panting pada menandakan suhu dalam kandang terlalu tinggi. Perhatian khusus harus diberikan pada kawanan ketika kondisi cuaca sangat panas atau dingin, atau ketika terjadi fluktuasi besar pada suhu luar ruangan pada siang hari. Kawanan yang menunjukkan tanda penyakit harus dirawat dan dipantau secara ekstra.

3. Konfigurasi Kandang
Dua sistem kontrol suhu yang digunakan selama brooding: … Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

PEMELIHARAAN AWAL YANG KRUSIAL

Pada masa pemeliharaan awal ini ada berbagai faktor yang memerlukan perhatian dan pemantauan khusus untuk memastikan ayam nyaman dan dapat bertumbuh dengan baik. (Foto: Dok. Infovet)

Masa pemeliharaan awal ayam adalah salah satu titik kritis yang menentukan pencapaian performa yang diharapkan pada masa produksi. Pada masa pemeliharaan awal ini ada berbagai faktor yang memerlukan perhatian dan pemantauan khusus untuk memastikan ayam nyaman dan dapat bertumbuh dengan baik. Beberapa poin penting tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kondisi day old chick (DOC)
Ciri-ciri ayam umur satu hari yang sehat adalah aktif bergerak, bulu bersih dan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih, kloaka bersih, badan berisi, serta berat badan sesuai standar. Seleksi terhadap DOC yang baru datang penting dilakukan. Pemantauan kondisi DOC harus terus dilakukan, seperti pemanasan awal, kondisi litter atau tanah, insulasi yang memadai, suhu yang sesuai, atau litter yang kurang tebal. Ayam yang sehat akan menunjukkan pertambahan bobot badan yang baik.

2. Perkandangan
Poin-poin penting yang harus diperhatikan untuk perkandangan adalah:

• Kepadatan ayam. Akan berpengaruh pada sirkulasi udara, suhu, kelembapan kandang, dan tingkat amonia. Chick guard yang membatasi ayam bisa dibuat dari seng atau triplek dengan ketinggian 40 cm dan diameter 3-4 m. Setelah ayam berumur tiga hari, pelebaran chick guard dilakukan secara bertahap diikuti pengaturan tempat pakan/minum. Posisi pemanas diatur sedemikian rupa agar penyebaran panas rata.

• Suhu dalam kandang. Ayam muda belum mampu mengatur suhu tubuhnya dengan baik, oleh karena itu alat pemanas (brooder) dibutuhkan untuk membantu menjaga kondisi ayam. Ayam baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal sekitar umur dua minggu. Suhu brooder yang tepat (29-32° C) akan menghindarkan ayam dari rasa tidak nyaman sehingga meningkatkan aktivitas makan dan minum. Apabila suhu brooder nyaman untuk DOC, maka DOC akan menyebar dengan rata. Hindari perubahan suhu tiba-tiba untuk mencegah stres pada ayam.

• Ventilasi udara pada kandang. Ventilasi yang baik akan menjamin sirkulasi udara yang sehat untuk ayam. Apabila sirkulasi udara baik, gas yang berbahaya seperti ammonia akan berkurang. Apabila kadar oksigen tidak baik, pertumbuhan dapat tidak seragam dan terlambat, serta kepekaan terhadap penyakit meningkat.

• Manajemen litter. Litter berperan mengisolasi DOC dari tanah atau lingkungan luar. Manajemen litter penting karena kotoran ayam dan butiran air di sekitar ayam akan diserap dalam litter. Oleh karena itu litter juga berperan menjaga kelembapan dan kadar amonia di kandang. Kualitas litter yang baik adalah kering, tidak berjamur, bersih, lunak, tidak berdebu, dan mampu menyerap air. Litter dipantau agar suhunya optimal untuk ayam dan tidak basah.

• Cahaya dalam kandang. Cahaya yang baik akan membantu ayam mengenali tempat pakannya dan merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin sehingga proses metabolisme meningkat. Pada akhirnya pertumbuhan anak ayam lebih terpacu. Kebutuhan pencahayaan dalam masa brooding adalah antara 10-20 lux atau 20-40 watt tiap 10 m2.

3. Pakan dan Minum
Beberapa hal yang dapat menyebabkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2023. (MENSANA-SANBIO)

CARA EFEKTIF MENCEGAH SALMONELLOSIS


Salmonellosis merupakan isu penting dan menjadi perhatian utama dalam keamanan pangan. Unggas dan produk turunannya sering dikaitkan dengan wabah salmonellosis dan dianggap menjadi penyebab penyebaran kasus penyakit.

Pengendalian penyakit dengan mengandalkan antibiotik bisa menimbulkan residu pada telur dan daging unggas, sehingga penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan juga tidak diperbolehkan lagi.

Pada unggas, ada dua jenis salmonella yaitu Salmonella pullorum (menyebabkan penyakit pullorum) dan Salmonella gallinarum (menyebabkan penyakit fowl typhoid). Kejadian kasus pada ayam muda ditemukan gejala diare berwarna putih seperti pasta, tidak doyan makan, dehidrasi, lemah, dan kematian. Kejadian kasus penyakit salmonellosis dapat menular ke individu unggas lainnya atau penularan di antara indukan betina (horizontal transmission), sehingga mengakibatkan penurunan produksi telur dan menyebabkan telur gagal menetas. Selain itu, salmonellosis juga bisa ditularkan dari induk ke telur atau pada DOC keturunannya (vertical transmission) sehingga sangat merugikan peternak. Oleh sebab itu, maka semua perusahaan pembibitan harus tersertifikasi bebas pullorum.

Investigasi kasus dengan pola holistik membuktikan bahwa... Simak cerita selengkapnya di kanal YouTube Majalah Infovet:


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

STUNTING VS KONSUMSI TELUR DAN DAGING AYAM

Ilustrasi telur. Foto: Getty Images/iStockphoto/fcafotodigital)

Langit Kota Surakarta, Jawa Tengah, pagi hari pertengahan September lalu tampak cerah. Ribuan ibu-ibu berduyun-duyun mendatangi Gedung Graha Sabha Buana yang berada di Jl. Letjen Suprapto. Mereka terdiri dari ibu-ibu hamil, ibu menyusui, para calon pengantin, bidan, kader, hingga penyuluh KB di lima kecamatan di Surakarta.

Mereka datang ke tempat ini bukan untuk unjuk rasa, kedatangan mereka ingin mendapat pencerahan tentang pencegahan stunting 1.000 hari pertama kehidupan anak. Masalah stunting saat ini memang sedang menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Stunting adalah masalah kesehatan serius yang terjadi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak terhambat karena gizi buruk dan perawatan yang tidak memadai. Stunting memiliki dampak jangka panjang, termasuk gangguan perkembangan mental dan fisik yang dapat berlangsung sepanjang hidup.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan tingkat stunting yang tinggi, telah berkomitmen untuk mengatasi masalah ini dengan serius. Salah satu upaya terpenting dalam hal ini adalah edukasi dan membangun kesadaran masyarakat.

Acara ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota Surakarta melalui BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) adalah salah satu langkah strategis dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia.

“Stunting kini menjadi masalah serius bagi pemerintah, mengingat bisa mengganggu pertumbuhan anak. Mereka punya masa depan yang panjang, makanya yang perlu diedukasi lebih dulu adalah orang tuanya, terutama ibu-ibunya,” ujar dr RR. Ratih Dewanti Sari, saat menyampaikan materi edukasi di acara ini.

Penyebab terjadinya stunting pada anak, umumnya disebabkan oleh dua persoalan. Pertama, pemahaman orang tua tentang gizi di masa kehamilan. Kedua, pemenuhan gizi pada anak setelah kelahiran. Masih banyak kaum ibu yang kurang memperhatikan pentingnya asupan gizi saat masa kehamilan.

Masih banyak kaum ibu terutama di daerah-daerah, yang menganggap gizi yang baik untuk pertumbuhan janin harus dengan makanan yang mahal. Semisal harus konsumsi daging sapi, ikan seperti salmon, susu kemasan untuk kehamilan, dan lainnya.

Pemahaman ini tentu keliru, karena untuk mendapatkan gizi yang baik tak harus dengan mengonsumsi makanan mahal. “Ini disebabkan karena kurangnya edukasi yang baik kepada mereka, sehingga yang dianggap makanan bergizi adalah makanan yang mahal,” sebut Ratih.

Pilihlah Telur dan Daging Ayam
Dalam acara yang juga diselingi pemberian donasi berupa paket makanan bergizi bagi para ibu-ibu yang hadir, pembicara mengulas tentang pentingnya memahami jenis makanan bergizi namun dengan harga terjangkau.

Telur dan daging ayam, serta ikan menjadi imbauan Ratih untuk bisa dikonsumsi kaum ibu hamil dan menyusui. Selain murah, kandungan gizi dalam sebutir telur sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin di dalam kandungan maupun anak balita demi mencegah stunting.

Inilah salah satu alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat mengenai konsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam. Edukasi soal konsumsi kedua protein hewani tersebut sangat perlu dilakukan dan kampanyenya juga harus terus digaungkan.

Terkait dengan kandungan gizi telur, Jurnal American Heart Asociation menyebutkan manfaat telur rebus untuk ibu hamil adalah dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan sekitar 550 mg kolin. Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan.

Telur ayam merupakan sumber protein dan nutrisi lainnya yang tergolong murah. Dibandingkan daging sapi, dengan takaran yang sama, harga telur jauh lebih murah namun memiliki kandungan gizi luar biasa. Perbedaan konsumsi daging dan telur hanya pada “gengsi” saja.

Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai makanan pendamping air susu ibu sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu menyusui bayinya hingga anaknya mengonsumsi makanan padat.

Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang “si kecil”. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Peran Swasta 
Acara edukasi ini merupakan rangkaian dari kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) GPFI yang digelar di Kota Solo, Jawa Tengah, pada 7-9 September 2023. Dalam Rakernas ini banyak yang dibahas berkaitan dengan perkembangan industri farmasi Indonesia, termasuk produk-produk kesehatan untuk pencegahan stunting bagi anak Indonesia.

Kerja sama edukasi stunting ini mencakup berbagai kegiatan, salah satunya program edukasi yang dirancang untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya gizi, perawatan, dan stimulasi yang baik selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Selanjutnya, Donasi Gerakan Bersama Bebas Stunting diserahkan secara simbolis oleh GPFI yang diwakili Sekjen GPFI Andreas Bayu Aji, kepada Kaper BKKBN Jawa Tengah Eka Sulistia, yang kemudian diserahkan secara simbolis kepada warga perwakilan lima kecamatan di Surakarta.

Kerja sama antara Pemerintah Kota Surakarta melalui BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan GPFI adalah contoh nyata dari bagaimana sektor swasta dapat berkontribusi pada upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui edukasi dan kesadaran diharapkan dapat mencegah stunting dan membantu anak-anak Indonesia tumbuh menjadi individu yang sehat dan berkembang. Anak-anak Indonesia adalah generasi harapan masa depan Bangsa Indonesia.

Persoalan stunting ini berkait erat dengan kondisi kemiskinan masyarakat. Apalagi saat ini muncul istilah “Kemiskinan Ekstrem” yang berarti mereka tidak memiliki penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari.

Dalam sebulan terakhir, media-media nasional memberitakan bahwa pemerintah saat ini sedang memprioritaskan dua hal, yakni penurunan angka stunting dan penghapusan kemiskin ekstrem yang ditargetkan tidak ada lagi atau nol persen, serta stunting-nya harus dicapai 14% pada 2024 mendatang.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Provinsi Jawa Tengah masih di angka 20,8%. Angka itu tidak jauh dari rata-rata nasional 2022 sebesar 21,6%. Ini bukan angka yang kecil untuk wilayah Jawa Tengah yang kini berjumlah lebih dari 37 juta jiwa.

Bahaya Stunting 
Pada kegiatan edukasi tersebut, juga dipaparkan tentang bahaya stunting. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Stunting dapat memiliki dampak luas yang mencakup berbagai faktor. Bahkan stunting memengaruhi anak-anak dalam efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Dalam jangka pendek, akan terlihat pengaruhnya terhadap tinggi badan dan perkembangan anak.

Pertama, gangguan kognitif. Anak dengan stunting memiliki kemampuan kognitif yang lebih buruk. Stunting sering dikaitkan dengan penurunan IQ pada usia sekolah. Hal ini membuktikan bahwa stunting juga dapat memengaruhi perkembangan otak anak selain perkembangan fisiknya.

Kedua, anak mengalami kesulitan belajar. Tingkat fokus anak juga dapat terpengaruh karena mengidap stunting. Pasalnya, anak-anak yang stunting akan mengalami kesulitan berkonsentrasi yang membuat mereka kesulitan belajar.

Ketiga, anak rentan mengalami penyakit tidak menular. Salah satu dampak stunting terhadap kesehatan anak adalah membuat anak lebih rentan terhadap penyakit tidak menular saat dewasa nanti. Penyakit tidak menular tersebut antara lain obesitas, penyakit jantung, dan hipertensi. Kendati demikian, para ahli masih meneliti hubungan stunting dengan penyakit tidak menular ini.

Keempat, imunitas anak stunting lebih rendah. Kekebalan yang menurun terkait dengan malnutrisi yang terjadi pada stunting. Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan, sehingga membuat anak lebih rentan terhadap mengidap penyakit berulang yang sama.

Kelima, anak stunting mengalami hilangnya produktivitas. Saat anak beranjak dewasa, stunting juga dapat memengaruhi produktivitas dan kinerja di tempat kerja. Orang dewasa dengan riwayat stunting terbukti kurang produktif, yang pada akhirnya memengaruhi pendapatan mereka.

Untuk itulah kegiatan edukasi pencegahan stunting lebih awal untuk 1.000 hari pertama kehidupan menjadi penting. Selain itu, bantuan pemenuhan gizi bagi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan juga perlu dilakukan, agar anak-anak bisa tumbuh sehat dan tidak terperangkap stunting. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

JURUS MENANGKAL SERANGAN PENYAKIT UNGGAS IMBAS PERUBAHAN CUACA EKSTREM


Terjadinya pergeseran musim dan perubahan cuaca ektrem menyebabkan lingkungan peternakan menjadi kurang kondusif, akibatnya daya tahan tubuh unggas melemah dan membuka peluang masuknya berbagai macam penyakit, terjadi emerging disease, serta re-emerging disease dengan manifestasi penyakit yang bervariasi dan kompleks.

Budi daya unggas komersial adalah bisnis, berbeda dengan memelihara hewan kesayangan, penelitian, atau kegiatan sosial. Setiap rencana harus diperhitungkan, karena memiliki konsekuensi bisnis, dengan pertimbangan menguntungkan atau merugikan, apakah risiko bisa dikendalikan.

“Jika unggas terlanjur sakit, pertumbuhan pasti terganggu, bobot ayam tidak merata, dan berisiko terjadi kematian sehingga sangat merugikan,” ujar Baskoro.

Pengobatan terhadap unggas yang sakit adalah tindakan logis untuk meminimalisir kerugian, tetapi meskipun sembuh pertambahan bobotnya tidak cukup menutup biaya pengobatan yang dikeluarkan dan kerugian konversi pakan. Fakta di lapangan kasus penyakit unggas sering muncul bersamaan sebagai infeksi kompleks, sehingga hasil pengobatan tidak memuaskan dan berisiko terjadi residu antibiotik.

Hasil investigasi pola holistik membuktikan bahwa… Selengkapnya simak di kanal YouTube Majalah Infovet:
https://www.youtube.com/watch?v=r4HTdBjVYj8


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
https://www.youtube.com/@majalahinfovet6267/videos
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

MEMERDEKAKAN SALURAN PERNAPASAN UNGGAS

Ngorok atau nyekrek, gejala umum penyakit pernapasan. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam beberapa tahun belakangan, masyarakat sudah sangat familiar dengan penyakit pernapasan yang disebabkan virus COVID-19. Layaknya COVID, penyakit pernapasan pada ayam juga masih residivis, memiliki daya bunuh yang tinggi, dan berpotensi merugikan peternak. Sayangnya hal tersebut kerap berulang dan seakan peternak sulit merdeka dari penyakit pernapasan.

Bernapas merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup. Prinsipnya yakni menghirup oksigen dari luar dan mengeluarkan karbon dioksida dari dalam tubuh. Terkadang, saluran pernapasan tidak selamanya dalam kondisi prima. Beberapa penyakit siap mengintai dan menurunkan performa, bahkan menyebabkan kematian.

Seluruh mahluk hidup, tanpa terkecuali ayam, butuh bernapas untuk hidupnya. Oksigen yang diirup digunakan dalam proses pembentukan energi atau lazim disebut oksidasi biologis. Tanpa adanya oksigen, energi yang berasal dari pakan tidak akan bisa terbentuk dan mustahil pertumbuhan dan performa akan tercapai.

Lebih Paham Sistem Pernapasan Ayam
Tidak seperti hewan lainnya, unggas termasuk ayam memiliki sistem pernapasan yang berbeda dan unik. Karena pada ayam dan unggas lainnya terdapat kantung udara. Sistem pernapasan ayam terdiri dari saluran pernapasan (hidung, sinus hidung/sinus infraorbitalis, laring, trakea, bronkus), paru-paru, dan kantung udara. Laring dan trakea tersusun atas otot dan tulang rawan. Pada permukaan dalam (epitel) terdapat silia, sebagai alat pertahanan terhadap benda asing. Di dalam paru-paru terjadi pertukaran udara bersih dan kotor.

Udara yang kaya oksigen akan diedarkan ke seluruh tubuh. Kantung udara merupakan selaput tipis berbentuk seperti balon yang berfungsi untuk membantu pernapasan. Kantung udara memiliki sel fagosit dalam jumlah sedikit, sedangkan proses pertukaran udara juga terjadi di kantung udara tersebut. Padahal setiap udara yang masuk mengandung berbagai macam mikroba termasuk yang sifatnya patogen. Selain itu, kantung udara tersusun atas sel yang tipis dan sedikit pembuluh darah. Sehingga mudah dirusak oleh bibit penyakit. Hal inilah yang menjadi titik lemah pada sistem pernapasan ayam.

Jangan Lengah Meski Jengah
Guru Besar FKH Unair, Prof Suwarno, yang juga praktisi perunggasan, kembali mengingatkan bahwa ayam pedaging di zaman sekarang amatlah cepat. Pertumbuhan ototnya sangat luar biasa, paling mudah terlihat adalah massa otot dadanya. Risiko dari pertumbuhan yang cepat ini adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2023. (CR)

JANGAN BIARKAN VIRUS PENYEBAB PENYAKIT PERNAPASAN KERASAN DI PETERNAKAN

Banyak faktor yang berhubungan dan saling terkait yang menyebabkan munculnya penyakit pernapasan pada unggas. (Foto: Dok. Infovet)

Penyakit pernapasan pada unggas masih menjadi tren musiman yang sering dijumpai peternak di kandang. Penyakit ini menjadi ancaman serius karena dapat menimbulkan kerugian besar bagi peternak dan stakeholder terkait.

Penyakit yang disebabkan dari infeksi virus sangat berbahaya karena sifatnya mudah mutasi, sangat menular, serta mematikan sehingga sulit dibasmi dan dihilangkan. Kenapa masalah penyakit pernapasan pada ayam sering terjadi dan apa saja faktor yang memengaruhinya?

Tentunya banyak faktor yang berhubungan dan saling terkait yang menyebabkan munculnya penyakit pernapasan pada unggas, seperti status imunitas, nutrisi, kondisi stres, program vaksinasi, dan lingkungan. Kondisi imun yang turun dan nutrisi yang tidak tercukupi akan mempermudah masuknya agen penyakit virus, dimana pada saat itu kondisi tubuh ayam dalam keadaan yang tidak siap melawan agen asing yang masuk. Sama halnya saat ayam stres dan kondisi lingkungan kurang baik (musim pancaroba), maka sistem imun juga akan terganggu sehingga mudah terinfeksi penyakit.

Selain itu, program vaksinasi yang tidak baik juga menjadi faktor yang memicu mudahnya penyakit masuk, dimana vaksin dapat memberikan kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tertentu yang bisa melawan tantangan infeksi virus.

Pada peternakan ayam petelur maupun pedaging, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus di antaranya adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2023.

Ditulis oleh:
Ir Syamsidar SPt MSi IPM
Marketing Support PT Sanbio laboratories

MERAMU PAKAN MURAH DAN SEHAT UNTUK AYAM KAMPUNG PEDAGING

Maksud hati ingin berhemat, meramu pakan sendiri justru bisa menjadi bumerang jika dilakukan secara asal-asalan. (Foto: Istimewa)

Ayam cepat gemuk, tapi tulang kakinya kurang kuat? Awas, jangan asal meramu pakan.

Meramu pakan sendiri memang menjadi solusi alternatif agar bisa melanjutkan usaha berternak ayam. Apalagi saat harga pakan pabrikan tidak bersahabat. Meskipun tidak bisa menggantinya secara keseluruhan, setidaknya biaya pakan yang dikeluarkan bisa lebih dihemat.

“Hari ini tidak ada pakan yang harganya 300 ribuan,” Begitu protes salah seorang komentator di Masadhy Channel, saluran YouTube milik Mastur Adhy Sudrajat, biasa disapa Masadhy, peternak bebek dan ayam kampung dari Desa Jatinom, Kanigoro, Blitar. Untuk menunjukkan bahwa konten yang dibuat bukan abal-abal, Masadhy pun membuat video khusus saat membeli pakan di salah satu poultry shop di Kota Blitar.

Tak Ada Rotan, Akar pun Jadi
Bicara soal harga pakan memang tidak bisa dipukul rata. Antara satu daerah dengan daerah lainnya bisa saja berbeda. Begitu pula dengan bahan baku yang digunakan untuk pakan campuran. Semakin jauh peternakan dari sentra produksi pakan, harga semakin mahal. Maklum, ada biaya distribusi yang harus diperhitungkan.

Maksud hati ingin berhemat, meramu pakan sendiri justru bisa menjadi bumerang jika dilakukan secara asal-asalan. Hal ini disebabkan dalam setiap fase pertumbuhan ayam kampung pedaging membutuhkan nutrisi sesuai umurnya. Apalagi ada zat anti-nutrisi yang keberadaannya justru membuat produktivitas yang diharapkan tidak tercapai.

Untuk menyiasati harga pakan anakan ayam yang tinggi, Masadhy meramu sendiri pakan untuk anakan ayam kampungnya. Untuk kepentingan ini, ia menggunakan pakan untuk anakan bebek pedaging dari salah satu produsen pakan. Pakannya berwarna kecokelatan dan berbentuk crumble. Dari sisi harga jauh lebih murah dibanding harga pakan untuk anakan ayam pedaging pada umur yang sama.

“Saya sengaja menggunakan ini karena sudah merasakan. Beberapa periode saya gunakan untuk pakan DOC dan hasilnya… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2023. (RA)

FAKTOR INFEKSI AI BERULANG PADA UNGGAS

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab berulangnya infeksi AI pada unggas. (Foto: Shutterstock)

Setidaknya ada empat yang menjadi faktor berulangnya infeksi Avian Influenza (AI) pada unggas. Yaitu dinamika virus AI itu sendiri, genetik ayam, lingkungan dan manajemen.

Dinamika Virus AI
“Kita mulai dari faktor dinamika virus, bahwa virus ini tadi mudah mutasi. Tetapi masalahnya adalah di lapangan itu ada high pathogenic avian influenza (HPAI) dan low pathogenic avian influenza (LPAI),” jelas Guru Besar FKH Universitas Airlangga dan pendiri Profesor Nidom Foundation, Prof Chairul Anwar Nidom, pada webinar mengenai AI beberapa waktu lalu.

HPAI memiliki gejala dan tingkat kematian yang jelas, sedangkan LPAI tidak terlihat gejala klinisnya sehingga bisa terkecoh antara LPAI dengan HPAI. Reseptor LPAI pada ayam hanya pada daerah trakea bawah, saluran pencernaan dan indung telur. Sementara reseptor HPAI sampai pada otak dan semua organ akan diserang.

Ketika ada unggas bersamaan terinfeksi LPAI dan HPAI bisa saja gejala klinisnya tidak terlihat. LPAI bisa meningkatkan infeksi H5N1, terkadang di laboratorium H5N1 tidak terdeteksi. Infeksi campuran antara LPAI, HPAI dan infeksi lain memungkinkan gejala klinis dan laboratoriumnya bisa keliru.

“Kemudian kalau LPAI bersama-sama dengan IB, virus IB meningkatkan gejala klinis H9. IB tidak terlihat tetapi H9 yang akan terlihat ayamnya mengalami depresi, bulu kusut, konjungtivitis dan lain-lain,” jelas Nidom.

Jika ayam terinfeksi LPAI dan ND, maka... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (NDV)

TINGKATKAN LABA, PANGKAS RANTAI PEMASARAN DAN BANGUN RPHU MANDIRI

Semakin panjang rantai distribusi atau pemasaran, semakin besar disparitas harga di tingkat peternak dengan harga di konsumen. (Foto: Dok. Infovet)

Lima tahun mengalami kerugian, para peternak mandiri dan peternak rakyat yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Perunggasan Indonesia menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (13/3).

Demikian dilansir dari nasional.kontan.co.id. Lebih lanjut disebutkan bahwa Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni, menuturkan selama lima tahun ini, perlindungan pemerintah terhadap peternak UMKN tidak ada.

“Sudah lima tahun dari 2017 sampai hari ini. Peternak kecil makin hari makin habis. Ini adalah sisa kekuatan. Kami mengadu di Komnas HAM. Semoga Komnas HAM bisa memberi jalan keluar agar kami bisa bertahan hidup di negeri sendiri. Jangan sampai jadi kacung di negeri sendiri,” kata Parjuni dalam Aksi Damai Peternak Rakyat di Komnas HAM tersebut.

Salah satu langkah mendongkrak harga di tingkat peternak dikeluarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No. 5/2022 pada 5 Oktober 2022. Dalam peraturan tersebut tercantum harga acuan daging ayam ras untuk konsumen sebesar Rp 36.750/kg karkas. Sementara harga acuan ayam hidup (live bird) di tingkat peternak untuk batas atas Rp 24.000/kg dan batas bawah Rp22.000/kg. Demikian informasi dari cnbcindonesia.com, Senin (13/3).

Namun, harga ayam ras pedaging per 13 Maret 2023, masih di bawah harga acuan batas bawah, yaitu Rp 20.470/kg. Hal ini menunjukkan bahwa peternak tidak memiliki posisi kuat dalam penetapan harga. Meskipun berada dalam posisi kurang diuntungkan, tak ada pilihan lain bagi peternak kecuali harus menjual ayamnya. Bahkan dalam beberapa kasus, ayam tetap harus dijual meskipun di bawah harga pokok produksi (HPP) alias jual rugi.

Oleh karena bersifat livestock, menahan ayam bukan menjadi sebuah solusi. Semakin lama dipelihara, biaya operasional pemeliharaan akan bertambah, misalnya dari penambahan biaya pakan dan perawatan.

Memahami Sistem Agribisnis Ayam Pedaging
Berbicara soal keuntungan usaha dalam sistem agribisnis ayam pedaging memang tidak bisa berdiri sendiri. Hal ini disebabkan sistem agribisnis perunggasan terdiri dari beberapa subsistem yang saling terkait. Dalam prosiding Seminar Nasional Teknik Industri UGM, 2016 silam, dengan judul Analisis Rantai Pasok dan Distribusi Ayam Pedaging, Ratna Purwaningsih dkk. mengutip pendapat Saragih dan Tanjung yang mengatakan bahwa sistem agribisnis peternakan dapat dipetakan menjadi beberapa subsistem. Selain itu, terdapat pula beberapa kelompok mata rantai pasok di dalamnya.

Setidaknya, terdapat lima subsistem dalam sistem agribisnis ayam pedaging, yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem budi daya, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan subsistem jasa penunjang.

Subsistem agribisnis hulu (upstream off-farm) adalah bisnis pendukung usaha budi daya yang menjadi input untuk usaha produksi peternakan. Beberapa pelaku usaha dalam subsistem yaitu perusahaan penyuplai bibit (DOC), penyuplai pakan ternak, penyuplai vaksin dan obat, serta penyuplai peralatan peternakan.

Pada subsistem peternakan (on farm), terdapat tiga pelaku usaha produksi. Ketiganya yaitu perusahaan peternakan besar (company farm), peternak kemitraan atau plasma dan peternak mandiri.

Adapun yang termasuk dalam subsistem pengolahan dalam rantai pasok ayam pedaging adalah rumah pemotongan hewan unggas (RPHU). Sementara subsistem pemasaran mencakup kegiatan distribusi oleh pengepul dan penjualan pada rumah makan, pedagang pengecer dan supermarket. Pada subsistem pemasaran inilah harga ayam pada tingkat konsumen terbentuk.

Subsistem jasa penunjang sendiri terdiri dari beragam fungsi seperti fungsi regulasi oleh dinas terkait, fungsi penelitian oleh Litbang Pertanian dan Perguruan Tinggi, fungsi penyuluhan oleh penyuluh dinas maupun swasta, fungsi informasi oleh media dan komunikasi personal, fungsi pengadaan modal usaha, fungsi pasar dan beragam fungsi lainnya.

Semakin Panjang Rantai Pemasaran, Semakin Besar Disparitas Harga
Menurut Ratna Purwaningsih, pedagang perantara dalam pemasaran ayam antara lain adalah broker, bakul dan lapak. Broker merupakan bakul besar dengan omset tertentu yang mendistribusikan penjualannya pada bakul lain berdasarkan delivery order. Dengan kata lain, broker tidak menjual ayamnya dengan menggunakan transportasi sendiri. Broker menyediakan modal besar untuk membeli ayam dari peternak. Modal tersebut akan kembali setelah bakul melakukan pembayaran order pada broker dari hasil penjualan ayamnya pada lapak.

Adapun bakul adalah pedagang perantara yang mengunakan modal transportasi sendiri untuk mengambil ayam hidup dari peternak (dari kandang atau farm) atau dari broker dalam jumlah yang besar. Sementara lapak adalah pedagang akhir di pasar yang menjual ayam pedaging dalam bentuk karkas pada konsumen. Karkas merupakan bagian bagian daging ayam beserta tulangnya, tanpa darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam.

Berdasarkan observasi yang dilakukan Ratna, ada tiga skema pemasaran daging ayam. Namun, skema yang akan dibahas dalam artikel ini adalah skema yang pertama, terdiri dari lima pelaku usaha, yaitu peternak, broker, bakul, lapak (pemotong) dan konsumen. Pada skema ini, peternak menjual ayam hidup pada broker. Kemudian, broker mendistribusikan ayam hidup pada bakul. Selanjutnya, bakul akan menjual kembali ayam hidupnya ke lapak. Di lapak atau pedagang akhir di pasar, ayam akan melewati proses pemotongan dan pembersihan dari darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam. Hasil akhir berupa karkas dijual pada konsumen akhir.

Adapun pembentukan harga yang terjadi yaitu ayam dengan bobot hidup 1,9 kg di tingkat peternak dibeli broker dengan harga Rp 15.000/kg. Selanjutnya, broker menjual ayam tersebut kepada bakul dengan mengambil laba sebesar Rp 200/kg. Dengan begitu, bakul mendapat harga Rp 15.200/kg dari broker. Kemudian bakul menjual ayam ke lapak pemotong dengan harga Rp 16.600/kg. Terdapat selisih harga sebesar Rp 1.400/kg, dengan rincian Rp 300/kg untuk biaya kendaraan dan Rp 1.100/kg untuk laba bakul.

Di lapak pemotongan, ayam dijual kembali dalam bentuk karkas dengan harga Rp 30.000/kg. Rincian penentuan harga tersebut sebagai berikut. Pertama, penentuan harga karkas. Dengan asumsi karkas 72%, harga karkas diperoleh dari membagi harga pembelian ayam dengan persentase karkas, yaitu Rp 16.600 : 0,72. Dengan begitu, diperoleh harga karkas Rp 23.000/kg. Selanjutnya, penentuan harga akhir karkas dengan menambahkan ongkos potong sebesar Rp 1.000/kg, biaya operasional Rp 5.000/kg dan laba untuk lapak pemotongan sebesar Rp 2.000/kg. Jadi, total harga karkas ayam yang dilepas ke pembeli selanjutnya adalah Rp 30.000/kg.

Bisa dibayangkan, bagaimana jika rantai pemasarannya lebih panjang lagi? Tentu saja, harga ke konsumen akan menjadi lebih mahal. Lantas, bagaimana jika harga konsumen dibatasi dengan harga batas atas atau tertinggi? Jawabannya sangat mudah. Jika selisih harga tidak bisa menekan ke atas, ia akan menekan ke bawah. Artinya, harga di tingkat peternak akan mendapat tekanan sampai tingkat paling rendah yang bisa diperoleh pedagang.

Pangkas Rantai Pemasaran, Perbanyak RPHU
Melihat subsistem budi daya yang berada diantara input produksi dan pemasaran memang serba sulit. Di satu sisi, peternak dihadapkan dengan biaya input produksi yang bisa naik setiap saat. Sementara di sisi lain, peternak menghadapi fluktuasi harga yang terkadang membawa untung dan terkadang membuat buntung. Namun, bukan berarti masalah yang ada tanpa solusi.

Dalam presentasinya berjudul Kinerja Bisnis Pembibitan Unggas 2022 dan Prospek Bisnis 2023 di Jawa Timur, Surabaya, Rabu (14/12), Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Achmad Dawami, mengatakan bahwa solusi mengatasi persoalan harga yaitu memperpendek rantai distribusi.

Pola utama distribusi ayam ras pedaging di Jawa Timur, yaitu dari produsen ke distributor, kemudian dari distributor ke pedagang eceran dan berakhir di konsumen. Dari produsen dan distributor, ayam masih dalam keadaan hidup (live bird). Sementara pemotongan dilakukan oleh pedagang eceran dan sampai ke konsumen dalam bentuk karkas.

Terdapat juga pola lain yang lebih panjang. Pada pola ini, produsen menjual ayam hidup kepada distributor, lalu distributor ke subdistributor. Kemudian dari subdistributor ke agen, dari agen ke pedagang eceran dan berakhir di konsumen. “Harus sedekat mungkin. Kalau yang paling ideal itu dari farm menuju RPA (rumah pemotongan ayam), lalu ke konsumen,” kata Dawami.

Semakin panjang rantai distribusi atau pemasaran, semakin besar disparitas atau kesenjangan antara harga di tingkat peternak dengan harga di tingkat konsumen. Dengan memperpendek rantai pemasaran, harga di tingkat peternak pun bisa diharapkan lebih menguntungkan.

Jika kondisi ideal dapat dicapai, ada selisih harga yang bisa dinikmati para peternak. Jika awalnya harga ditingkat peternak Rp 15.000/kg, peternak bisa mendapatkan harga Rp 16.600/kg dengan laba Rp 1.100/kg. Lantas, bagaimana jika peternak membangun sendiri usaha RPHU untuk peternakannya? Ada tambahan laba lagi sebesar Rp 2.000/kg.

No Pain, No Gain
Untuk mendapatkan tambahan laba atau keuntungan tentu membutuhkan usaha yang lebih dibanding pasrah pada nasib. Artinya, peternak perlu menyadari kondisi saat ini dan segera beradaptasi dengan kompetisi yang terjadi.

Memperpendek rantai pemasaran bisa mendatangkan laba tambahan bagi peternak. Namun, keterbatasan unit RPHU dapat menjadi kendala. Kecepatan potong RPHU tentu akan berpengaruh pada jadwal panen.

Dalam presentasinya, Achmad Dawami menampilkan data hasil survei yang menunjukkan bahwa secara nasional terdapat RPHU sebanyak 316 unit. Jumlah RPHU yang beroperasi sebanyak 268 unit dan unit yang memiliki NKV sebanyak 139 unit. Berdasarkan data dari 19 RPHU, yang terdiri dari 12 perusahaan pembibit dan tujuh perusahaan lainnya diperoleh informasi kapasitas potong sebanyak 183.188 ekor/jam. Sementara kapasitas cold storage sebanyak 42.352 ton.

Untuk mengatasi kendala keterbatasan RPHU yang ada, peternak dapat mengadakan RPHU sendiri untuk usaha peternakannya. Di setiap skala usaha peternakan, tempat pemotongan ayam memungkinkan untuk dibuat. Tentu saja, dengan skala teknologi yang sesuai dengan kapasitas produksi ayam. Untuk peternakan kecil skala UKM, pemotongan dapat dilakukan manual dengan tenaga manusia. Namun, semakin besar kapasitas produksi, semakin besar pula kebutuhan alat dan teknologi yang dibutuhkan.

Apakah dengan menambah RPHU sudah cukup? Ternyata tidak. Dibutuhkan usaha lain, yaitu kegiatan pemasaran. Wajar, karena untuk mendapatkan laba lebih, peternak harus mengambil alih pekerjaan dari bakul dan lapak pemotongan.

Membangun pasar konsumen yang selama ini dilakukan lapak pemotongan atau RPHU lain, kini harus diambil alih. Peternak perlu menambah modal untuk pengadaan alat dan SDM, sekaligus menambah wawasan tentang kualitas karkas ayam yang dihasikan terkait dengan ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).

Di samping itu, peternak juga perlu memahami model pemasaran konvensional dan digital. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya serap pasar. Semakin pendek rantai pemasaran dan distribusi, semakin besar potensi laba yang bisa diperoleh.

Every problem has a solution. You just have to be creative enough to find it,” papar Dawami menyitir perkataan dari Travis Kalanick. Setiap masalah memiliki solusi, hanya perlu cukup kreatif untuk menemukannya. Di akhir presentasinya, Dawami juga menyitir sebuah ayat dalam Al Quran, yaitu Surat Al Insyirah 5 dan 6, yang berbunyi, “Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (RA)

KUALITAS PAKAN SEBELUM DIKONSUMSI TERNAK MENENTUKAN PENAMPILAN PRODUKSI

Penampakan fisik bungkil kedelai dapat menunjukan perbedaan kualitas. (Foto: Istimewa)

Apa yang disebut kualitas pakan? Tiap orang sering kali mempunyati persepsi sendiri tergantung tujuannya. Bagi peternak tertentu, pakan yang berkualitas adalah yang berbau “wangi tepung ikan”, tetapi bagi peternak broiler mungkin yang diperlukan adalah performa produksi yang maksimal. Bagi petani ikan, pakan yang baik mungkin pakan bentuk pellet yang tidak ada debunya (finenya). Kualitas sendiri didefinisikan sebagai sifat-sifat atau atribut tertentu yang dikehendaki pelanggan untuk suatu batasan waktu dan harga. Jadi ada harga ada kualitas, kalau menghendaki kualitas yang baik maka harganya pun akan lebih mahal.

Kualitas Pakan Ternak
Pakan ternak merupakan istilah umum yang diberikan kepada suatu bahan yang akan diberikan kepada ternak. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa pakan ternak dihasilkan oleh pabrik pakan atau oleh peternak yang mencampur pakan sendiri (self-mix) dengan bentuk beragam yaitu ada pakan komplit berupa ransum siap diberikan kepada ternak, ada pakan konsentrat yang harus dicampur dahulu dengan bahan lain berupa jagung giling dan dedak padi dengan perbandingan tertentu sehingga menjadi ransum komplit. Bahan pakan merupakan bahan baku yang digunakan untuk menyusun ransum, baik komplit maupun konsentrat.

Kualitas ransum yang diberikan kepada ternak akan ditentukan oleh empat hal, yaitu bahan baku pakan yang menyusunnya, formulasi sesuai kebutuhan ternak yang dituju, teknik produksi ransum dan penyimpanan setelah ransum diproduksi.

• Bahan pakan. Tidak ada ransum yang berkualitas baik berasal dari bahan baku berkualitas buruk, karena ransum hanyalah campuran bahan pakan dalam proporsi tertentu sehingga kualitas bahan baku yang menyusunnya sangat menentukan kualitas ransum akhir. Sebagai contoh, bahan baku yang sudah busuk tidak akan menghasilkan ransum yang berkualitas baik, malahan akan membahayakan kesehatan ternak yang memakannya. Kualitas ransum dimulai dari pemilihan bahan baku yang akan digunakan, oleh karena itu pengendalian kualitas (quality control) harus dilakukan dalam membuat ransum untuk ternak.
Setiap pabrik pakan atau yang memproduksi ransum harus membuat sistem pengendalian mutu yang akan diterapkan ketika akan membeli bahan baku. Sistem pengendalian mutu bahan pakan harus berisi daftar pemasok bahan baku yang dapat dievaluasi, kontrak pembelian yang jelas, spesifikasi penerimaan dan penolakan bahan baku, skema dan peralatan pengambilan contoh, cara pengujian mutu bahan baku, baik cara fisik, kimia maupun biologis. Suatu buku mengenai pengendalian mutu bahan pakan harus disusun dan menjadi pegangan petugas pengendalian mutu. Buku ini penting untuk dibuat agar dapat digunakan sebagai pegangan, meskipun petugas pengendali mutu berubah atau berganti orang. Kebanyakan pabrik pakan sudah mempunyainya tetapi peternak yang mencampur pakan sendiri sering kali tidak diperlengkapi dengan buku tersebut.

• Formulasi ransum. Umumnya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

GANGGUAN PENCERNAAN PADA UNGGAS JANGAN DISEPELEKAN

Kondisi kesehatan saluran cerna memiliki peran penting terhadap optimalitas nutrisi yang dapat diserap tubuh. (Foto: Shutterstock)

Gangguan pencernaan merupakan kondisi yang terjadi karena adanya masalah pada salah satu organ pada sistem pencernaan atau dengan kata lain sistem pencernaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Secara umum, sistem pencernaan berperan untuk menerima dan mencerna makanan yang kemudian diubah menjadi nutrisi untuk diserap tubuh. Nutrisi yang diserap tubuh inilah yang nantinya berperan dalam pertumbuhan dan produktivitas ayam.

Kondisi kesehatan saluran cerna memiliki peran penting terhadap optimalitas nutrisi yang dapat diserap tubuh. Hal ini tentunya berimbas pada performa yang dihasilkan unggas. Selain itu, kondisi kesehatan saluran cerna juga berkorelasi positif dengan pertumbuhan sistem imun tubuh ayam. Sistem imun yang berkembang baik dapat membantu ayam dalam mengatasi permasalahan infeksi penyakit di lapangan.

Oleh karena itu jika terjadi gangguan pencernaan, maka pengaruh yang ditimbulkan tidak bisa dianggap sepele. Ada berbagai penyebab gangguan pencernaan bisa terjadi mulai dari infeksi agen penyakit, misal bakteri, virus dan parasit, hingga faktor pemicu lainnya seperti status nutrisi yang kurang baik, kualitas air dan stres pada ayam.

A. Bakteri 
Beberapa jenis bakteri yang diketahui menjadi penyebab gangguan pencernaan unggas adalah sebagai berikut:

Necrotic Enteritis (NE)
NE bisa menyerang semua jenis ayam, baik petelur, pembibitan, maupun broiler. Penyakit ini menyerang saluran pencernaan bagian usus dengan tingkat kematian yang ditimbulkan bisa berkisar antara 5-10 %. Penyakit NE rentan menyerang ayam broiler umur 2-5 minggu, sedangkan pada ayam petelur biasanya rentan di umur 3-6 bulan.

Gejala yang muncul bisa saja berbeda-beda penampakannya tergantung keganasan infeksi. Umumnya gejala yang muncul yaitu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023.

Ditulis oleh:
Ir Syamsidar SPt MSi IPM
Marketing Support PT Sanbio Laboratories

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer