-->

KOLABORASI PT GANEETA FORMULA NUSANTARA DAN BIOCHEM

Gangguan saluran pernapasan kerap menjadi tantangan utama dalam pemeliharaan ayam broiler maupun layer. Gangguan ini tidak hanya terkait patogen penyakit, tetapi juga bergantung pada faktor manajemen dan lingkungan yang berdampak pada kesejahteraan dan performa hewan.

Melalui latar belakang tersebut, PT Ganeeta Formula Nusantara selaku distributor dan Biochem selaku produsen, menggelar launching perdana produk BronchoVest di Hotel Santika BSD, Tangerang Selatan, Selasa (18/3), dan Hotel Santika Blitar, Jawa Timur, Kamis (20/3).

BronchoVest merupakan produk essential oil dengan formulasi water-based tanpa residu minyak dan bebas alkohol dengan kombinasi natural eucalyptus oil, natural mint oil, dan menthol crystals yang efektif mengatasi gangguan pada saluran pernapasan dan stres.



DIRJEN PKH PANTAU SERAPAN AYAM OLEH PERUSAHAAN

Dirjen PKH saat memantau ayam milik peternak di Bogor. (Foto: Istimewa)

Pemerintah memantau langsung serapan ayam hidup ukuran besar dari peternak mandiri oleh sejumlah perusahaan integrator dan produsen pakan. Pemantauan dilakukan di dua lokasi di Kabupaten Bogor pada Kamis (24/4/2025), oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda.

“Langkah ini merupakan bagian dari upaya stabilisasi harga di tingkat peternak sekaligus bentuk tanggung jawab sosial perusahaan,” kata Agung di lokasi.

Dalam kunjungannya, ia menyaksikan transaksi pembelian ayam hidup oleh PT Malindo Feedmill dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI). PT Malindo membeli 5.448 ekor ayam dari Kandang Jati, peternak mandiri di Kecamatan Tajurhalang, dengan bobot rata-rata 2,7-2,8 kg/ekor dengan harga yang disepakati sebesar Rp 17.000/kg. Sementara CPI melakukan pembelian 1.700 ekor ayam hidup dari peternak mandiri lainnya dengan bobot rata-rata 1,9 kg/ekor dengan harga yang sama.

Agung juga menambahkan bahwa perusahaan integrator lain yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia melakukan hal yang sama menyerap ayam hidup dari peternak mandiri. Japfa telah melakukan pembelian 5.000 ekor ayam hidup dengan rataan bobot badan 2,2-2,6 kg/ekor di dua lokasi, yaitu Cigudeg dan Serang.

“Kami ingin memastikan tidak ada ayam besar yang tidak terserap pasar, terutama saat pasokan sedang tinggi,” ucapnya. Pihaknya pun akan terus mendorong sinergi antara perusahaan besar dan peternak rakyat agar harga ayam hidup tetap stabil dan peternak tidak lagi merugi, serta tercipta rantai pasok yang sehat dan berkeadilan.

Pemilik Kandang Jati, Agus, menyampaikan apresiasinya atas dukungan pemerintah dalam menstabilkan harga ayam tingkat peternak. “Terima kasih dan apresiasi kepada Ditjen PKH atas respon cepat dalam mengatasi situasi. Terima kasih telah menyerap ayam-ayam jumbo kami dengan harga layak,” katanya. (INF)

BENARKAH KONSUMSI ROKOK MASYARAKAT KELAS BAWAH MELEBIHI KONSUMSI TELUR?

Daging dan telur ayam, sumber protein hewani. (Foto: Istimewa)

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, menyebutkan jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang. Sekitar 7,4% di antaranya masih berusia 10-18 tahun. Di sisi lain, mereka hanya sedikit mengonsumsi telur dan daging ayam.

Tulisan ini tidak bertujuan menghakimi para perokok, tetapi didasarkan untuk mengungkap fakta dan data bahwa uang masyarakat Indonesia yang dibelikan “candu” berupa rokok jauh lebih besar dibandingkan untuk kebutuhan konsumsi telur maupun daging ayam.

Yang membuat miris, jumlah perokok yang cukup besar berasal dari kalangan masyarakat yang notabene termasuk kelompok masyarakat miskin. Kok, bisa?

Data Badan Pusat Statistik (BPS), per 2023, proporsi perokok Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas adalah sebanyak 28,62%. Jumlah tersebut diproyeksi akan terus bertumbuh.

Mengutip dari GoodStats, World Health Organization (WHO) membuat proyeksi ini berdasarkan data prevalensi merokok yang tersedia di 165 negara. WHO menyebutkan bahwa jumlah perokok di Indonesia diprediksi mencapai 38,7% dari total penduduk pada 2025. Adapun angka tersebut hanya menghitung jumlah perokok berusia 15 tahun ke atas.

Data ini mengungkapkan, Indonesia menduduki urutan kelima negara dengan proporsi perokok terbanyak di dunia, di bawah Nauru, Myanmar, Serbia, dan Bulgaria. Namun WHO hanya menghitung data perokok yang menggunakan produk dengan kandungan tembakau, baik yang berasap atau tidak, dengan frekuensi pemakaian setiap hari atau hanya kadang-kadang.

Di sisi lain, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai sekitar 70 juta orang dan 7,4% di antaranya masih berusia 10-18 tahun.

Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019). Sementara itu, data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).

Sekarang bandingkan dengan tingkat konsumsi makanan sehat, seperti konsumsi telur dan daging ayam. Berdasarkan data BPS Maret 2024 (data terakhir yang dirilis BPS, red), terdapat perbandingan yang membuat prihatin antara konsumsi telur dan daging ayam dengan konsumsi rokok.

Menurut data BPS tersebut, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di dalam negeri, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama.

Pertama adalah beras yang memberi sumbangan terbesar, yakni 21,84% di perkotaan dan 25,93% di perdesaan. Kemudian rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua, yakni 11,56% di perkotaan dan 10,90% di perdesaan. Sementara untuk komoditas daging ayam ras hanya 4,25% di perkotaan dan 2,86% di perdesaan, serta telur ayam ras sebesar 4,21% di perkotaan dan 3,36% di perdesaan.

Candu Rokok Sudah “Bersemayam”
Dari sisi gizi, data BPS di atas sungguh miris. Bagaimana bisa kelompok masyarakat miskin justru lebih mementingkan “membakar uang” (baca: merokok) ketimbang memberi makanan bergizi untuk keluarganya?

Fenomena konsumsi rokok jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi daging ayam mendapat perhatian dari para pakar. Pakar gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yuny Erwanto PhD, menyebutkan bahwa fenomena semacam ini sulit diterima akal sehat. Kebutuhan asupan gizi untuk keluarga dikalahkan kebutuhan rokok yang hanya jadi candu.

“Bisa dibayangkan kalau dalam sehari orang menghabiskan Rp 20 ribu untuk membeli rokok, maka dalam sebulan Rp 600 ribu dibakar begitu saja. Kalau dibelikan telur, dengan asmusi Rp 30 ribu, maka sebulan dia bisa beli 20 kilogram telur. Keluarga sehat, gizi terpenuhi, rumah juga bersih tanpa asap rokok,” jelas Yuny.

Dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM ini berpendapat, perputaran uang untuk membeli rokok hanya akan berputar pada pabrik rokok dan cukai ke negara saja. Mereka yang menikmati keuntungan sangat besar, sementara para perokok mendapat titipan zat berbahaya yang bersarang di dalam tubuhnya.

Berbeda dengan itu, untuk konsumsi telur atau daging ayam perputaran uangnya sangat luas. Mulai dari petani jagung dan bahan pakan lain, peternak, perusahaan pakan ternak, perusahaan pembibitan, usaha restoran, usaha pemotongan hewan beserta jalur pasar yang mereka lewati melibatkan banyak pelaku usaha.

“Artinya kalau semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk telur atau daging ayam akan mempunyai daya ungkit bagi usaha yang terlibat dan akan membuka lapangan kerja yang jauh lebih besar, dibandingkan dengan uang yang berputar untuk membeli rokok,” ungkapnya.

Yuny tak sependapat dengan anggapan peningkatan daya beli rokok masyarakat berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan. “Sederhananya, masyarakat yang konsumsi rokok atau yang makan telur yang akan meningkatkan produktivitas? Jadi tidak ada hubungannya antara biaya pulsa yang tinggi dengan tingkat kesejahteraan,” tambahnya.

Ia berargumen, kalangan perokok sangat sulit untuk mengurangi jatah rokoknya, apalagi untuk berhenti total. Karena candu rokok sudah “bersemayam” dalam tubuh, maka ada orang yang berpinsip “tidak apa tidak sarapan, asal tiap pagi bisa merokok.”

Bahkan sampai yang tidak punya uang sekalipun, para perokok berat akan mencari jalan lain untuk bisa mendapatkan rokok, entah dengan meminta ke teman, utang ke warung, bahkan ada yang nekat mengambil tanpa izin alias mencuri.

“Artinya pokok persoalan utama adalah pemahaman masyarakat dan kebiasaan sebagian masyarakat kita yang memang lebih memilih untuk tetap merokok, bagaimanapun kondisinya,” ucap dia.

Risiko SIDS
Sebagai peringatan untuk orang tua yang perokok, meski sudah sering diperingatkan, merokok di dalam rumah yang terdapat anak kecil sangat besar risikonya. Kementerian Kesehatan dalam rilisnya menyebutkan, pada anak-anak paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko Sudden Infant Death Syndromes (SIDS) hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan anak-anak yang tidak merokok.

Risiko SIDS ini bisa berakibat fungsi paru menurun, penyakit pernapasan, kanker, gangguan ginjal, hingga infeksi telinga. “Kebiasaan merokok juga menyebabkan stunting. Karena nilai nutrisi keluarga itu bisa teralihkan akibat pembelian rokok oleh bapaknya,” tulisnya dalam rilis tersebut.

Anak-anak mempunyai hak untuk tumbuh di lingkungan yang bebas dari dampak berbahaya tembakau. Upaya tanpa henti dari industri tembakau untuk memikat generasi muda pada produk mereka merupakan serangan langsung terhadap hal ini.

Keluarga dengan kepala rumah tangga perokok aktif, pemenuhan kebutuhan nutrisi cenderung harus berlomba dengan pemenuhan konsumsi rokok. Sering kali kebutuhan nutrisi menjadi tersingkir, mengingat harga rokok saat ini mahal dan kebutuhan beberapa bahan makanan pokok dan lauk pauk juga bisa naik turun.

Secara perhitungan bila harga rokok mahal tentu akan dapat mengurangi pengeluaran yang ditujukan untuk konsumsi makanan sehat. Padahal tubuh membutuhkan asupan nutrisi seimbang guna mempertahankan imunitas, kesehatan, dan kebugaran.

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berkurang pada anak dapat menganggu tumbuh kembangnya. Jika itu terganggu, bisa mengakibatkan stunting. Selain itu juga dapat mengganggu kesehatan anggota keluarga yang lain.

Dampak lebih lanjut adalah ketika anak-anak mengalami gangguan tumbuh kembang, tentu berdampak pada masa depan mereka. Kualitas generasi penerus salah satunya berasal dari nutrisi seimbang. Bila tumbuh kembang terganggu, kualitas generasi penerus menjadi turun. Kemampuan intelektual, kemampuan kerja, dan produktivitas menjadi faktor penting yang perlu dikawatirkan, ketika asupan nutrisi kurang.

Selanjutnya, kondisi ini dapat mendorong munculnya kasus-kasus kemiskinan baik di perdesaan maupun perkotaan. Dampak kurangnya asupan nutrisi juga dapat menyebabkan tingginya risiko kematian pada bayi dan anak.

Kepala rumah tangga yang seorang perokok, kesehatannya juga sedikit demi sedikit akan digerogoti oleh racun rokok. Bila akhirnya sakit, akan menjadi beban keluarganya yang tentunya mengancam perekonomian hingga pemenuhan asupan makan bernutrisi untuk keluarga. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

SALMONELOSIS DAN BIJAK MENGGUNAKAN ANTIBIOTIKA

Infeksi salmonela pada unggas menyebabkan kerugian. (Foto: Istimewa)

Dalam budi daya peternakan unggas tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya infeksi, baik itu viral, bakterial, maupun parasit. Salah satu infeksi pada unggas yang bisa muncul adalah salmonelosis.

Salmonelosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, yang bisa terjadi pada ternak dan manusia. Ditandai dengan terjadinya peradangan pada usus dengan gejala berupa diare, kelemahan fisik, dan bisa mengakibatkan terjadinya kematian pada ternak ataupun manusia bila tidak segera dilakukan pengobatan yang tepat.

Salmonelosis bisa terjadi pada ternak ayam dan dikenal dengan nama populer berak kapur karena gejala klinisnya pada ayam yang terserang, tinjanya berwarna putih seperti kapur. Tinja umumnya lembek dan mengeras seperti kapur saat sudah mengering dan lengket pada lantai kandang.

Kemudian bulu ayam di bawah ekor di seputar kloaka sering ditemukan basah dan kotor berwarna putih akibat lengketnya tinja yang agak encer seperti pasta. Ayam yang sakit mudah teramati dari bawah ekornya yang kotor dan bulu di bawah ekornya kerap melengket. Tinja juga mudah teramati menempel pada pilar-pilar kandang ayam. Pilar kandang tampak menjadi tebal dan berwarna putih.

Agen Penyebab
Salmonelosis pada unggas disebabkan oleh bakteri Salmonella enteritica subs enterica serovar Typhimurium atau dikenal dengan nama Salmonella typhimurium. Bakteri ini juga banyak sekali serovarnya dan merupakan salah satu penyebab food borne disease, penyakit infeksius yang menular ke manusia dari makanan bersumber produk hewan. Tidak kurang dari 15% kasus salmonelosis pada manusia disebabkan oleh Salmonella typhimurium (Scallan E, 2011).

Kasus salmonelosis di Amerika Serikat pada manusia yang pernah tercatat dari 1 juta orang alami diare ada sebanyak 20.000 orang dan 400 orang meninggal setiap tahunnya akibat salmonelosis. Kerugian akibat salmonelosis mencapai angka USD 3,3-4,4 juta.

Permasalahan dalam global health untuk salmonelosis adalah kecenderungan timbulnya resistansi Salmonella spp. terhadap antibiotika pada hewan maupun manusia. Pemakaian antibiotika yang sembarangan mengakibatkan semakin banyak serovar baru ditemukan untuk Salmonella spp. Telah timbul resistansi yang menyebabkan semakin sulitnya pengobatan infeksi salmonelosis dan diperlukan upaya mencari antibiotika yang sesuai untuk pengobatan infeksi Salmonella spp pada manusia akibat salmonelosis.

Pullorum dan Epidemiologisnya
Berak kapur atau pullorum menyerang semua jenis unggas. Infeksi bisa terjadi pada saat ayam mulai... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2025.

Ditulis oleh:
Ratna Loventa Sulaxono
Medik Veteriner Ahli Pertama
Balai Veteriner Jayapura
&
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya
Purna Tugas di Kota Banjarbaru

DAMPAK DAN UPAYA MEREDAM STRES PANAS PADA AYAM

Mekanisme unggas melepaskan panas. (Foto: Istimewa)

Unggas termasuk ayam petelur, pedaging, dan pejantan merupakan hewan berdarah panas (homoiterm). Pada saat dewasa unggas akan mampu mempertahankan suhu tubuhnya terhadap lingkungan. Saat suhu lingkungan tinggi, unggas akan berusaha menurunkan suhu tubuhnya, pun demikian sebaliknya saat suhu lingkungan rendah (dingin) tubuh unggas akan berusaha menaikkan suhu tubuhnya. Suhu tubuh unggas yang ideal berkisar 40,6-41,7° C.

Suhu Lingkungan Semakin Panas
Tahun 2024 secara resmi tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Ini juga menjadi tahun pertama dalam sejarah dimana suhu rata-rata bumi melampaui 1,5° C di atas tingkat praindustri (Kompas.com).

Selama tahun kemarin berbagai rekor global lainnya juga terpecahkan. Peneliti mencatat peningkatan signifikan pada kadar gas rumah kaca di atmosfer, suhu udara, serta suhu permukaan laut. Suhu rata-rata global di 2024 mencapai 15,10° C, yakni 1,6° C lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada periode referensi praindustri (1850-1900). Angka ini juga 0,72° C lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata bumi dari 1991-2020. Sejak 1967, suhu rata-rata global terus meningkat, memuncak pada rekor panas di 2024.

Bagaimana suhu di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat hasil pengamatan periode 22-29 September 2023, suhu maksimum harian di beberapa wilayah Indonesia mencapai 35-38° C pada siang hari.

Dampak Peningkatan Suhu terhadap Unggas
Unggas (ayam) adalah hewan berdarah panas yang tidak memiliki kelenjar keringat. Pada saat suhu lingkungan meningkat maka ayam akan berusaha beradaptasi dan menjaga suhu tubuhnya tetap ideal. Tentu ini membutuhkan effort besar, yang sedikit banyak berpengaruh terhadap produktivitas maupun performa ayam.

Dampak paling fatal adalah kematian (sudden death). Hal ini terjadi pada saat ayam sudah tidak bisa mempertahankan suhu tubuhnya. Saat suhu lingkungan tinggi, kelembapan tinggi, dan tidak ada pergerakan angin (kecepatan angin) maka ayam akan mengalami stres panas (heat stress). 

Upaya Unggas Mempertahankan Suhu Tubuh Ideal
Suhu yang dirasakan tubuh ayam (suhu efektif) sangat dipengaruhi suhu lingkungan, kelembapan udara, dan kecepatan angin. Ketiga faktor ini... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2025.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt 
Technical Support-Research and Development PT Mensana

MEREDAKAN STRES PADA UNGGAS

Tubuh unggas yang lebih besar memengaruhi jumlah panas tubuh yang dihasilkan. (Foto: Istimewa)

Unggas sering mengalami stres akibat meningkatnya suhu ruangan kandang yang dapat menjadi masalah terutama pada pemeliharaan unggas di daerah tropis. Stres panas ini akibat unggas mengalami kesulitan dalam membuang panas tubuhnya ke lingkungan, karena unggas tergolong hewan homeotermik (berdarah panas) dengan ciri spesifik tidak memiliki kelenjar keringat dan hampir semua bagian tubuhnya tertutup bulu (Budianto et al., 2017).

Pada unggas yang berusia tua, heat stress menimbulkan efek yang lebih besar ketimbang unggas yang masih muda, hal ini terjadi karena unggas tua telah memiliki bulu yang sempurna sehingga mempersulit laju pembuangan panas tubuhnya. Selain itu, tubuh yang lebih besar memengaruhi jumlah panas tubuh yang dihasilkan. Kondisi stres karena temperatur dingin maupun panas akan mengakibatkan peningkatan proses metabolik tubuh sehingga akan memengaruhi aktivitas hormonalnya, khususnya pada kondisi yang sangat ekstrem (Hayashi et al., 1992).

Cara pemberian pakan baik secara forced-fed maupun adlibitum-fed, akan memberikan pengaruh potensial adanya stres pada unggas. Unggas yang stres akan memproduksi hormon kortikosteron. Hormon yang berasal dari kelenjar adrenal tersebut merupakan obat alami bagi ayam untuk mengurangi rasa stres.

Tetapi ada efek samping yang bisa mengancam kesehatan unggas itu sendiri. Dimana unggas akan melepaskan glukosa ke dalam sistem peredaran darah saat merasa stres yang akan menurunkan cadangan gula di dalam otot dan hati ayam, sehingga terjadi perubahan sistem hormon. Perubahan hormon juga mampu meningkatkan produksi zat radikal bebas di dalam tubuh, sehingga pasokan oksigen ke dalam tubuh ayam ikut terganggu.

Pada kondisi stres, usus juga bisa mengalami perubahan tingkat pH dan memicu ketidakseimbangan mikroorganisme sehingga unggas mudah terserang berbagai penyakit pencernaan.

Stres akan memicu perubahan perilaku, produktivitas menurun, serta imunitas melemah dan akibatnya unggas rentan terserang berbagai macam penyakit. Mengenali gejala stres pada ayam dari perilaku yang tak biasa, seperti ayam mondar-mandir tanpa arah, gelisah, tidak nyaman, hingga peningkatan agresi. Ayam yang stres dapat memicu kanibalisme dan melukai ayam lainnya.

Ada beberapa gejala klinis pada unggas yang sedang stres, antara lain feses berair dan lembek, sesak napas, ayam sering menyendiri, produksi telur menurun signifikan, bentuk telur tidak normal, bulu mudah rontok, dan nafsu makan menurun.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari stres pada unggas antara lain:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manganer
PT Romindo Primavetcom
0812-8644-9471

MENGATASI HEAT STRESS PADA UNGGAS DENGAN ASAM AMINO

Heat stress adalah kondisi dimana terjadi masalah pada termoregulasi dikala unggas menerima atau memproduksi panas yang lebih tinggi dibandingkan yang bisa dikeluarkan. Ini berarti terjadi keseimbangan negatif (negative balance) antara jumlah energi yang mengalir dari tubuh hewan ke lingkungan (Lara and Rostagno, 2013).








PT SUPER UNGGAS JAYA SUKSES MELEBARKAN SAYAP KE TIMOR LESTE

Jumat (22/11), menjadi hari yang bersejarah bagi PT Super Unggas Jaya (Suja) karena mereka resmi melebarkan sayap pemasarannya ke negara tetangga yakni Timor Leste. Seremonial pelepasan ekspor berlangsung di rumah pemotongan ayam milik perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.






ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer