Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ASOHI | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

ASOHI RIAU SUMBANGKAN RATUSAN LITER DESINFEKTAN

Penyerahan bantuan desinfektan oleh ASOHI Riau. (Foto: Infovet/Sadarman)

Wabah pandemi COVID-19 telah memapari hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Wabah ini pun telah ditetapkan pemerintah sebagai wabah nasional, sehingga ajakan pemerintah untuk bersama melawannya patut diapresiasi dengan beragam kegiatan.

Himbauan seperti mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun, atau menggunakan hand sanitizer, melakukan desinfeksi, berdiam diri dan beraktivitas di rumah, digalakkan untuk menekan penyebaran virus. 

Saling bahu-membahu menjaga kebersihan lingkungan dari COVID-19 menjadi prioritas. Hal itu seperti yang dilakukan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Daerah Riau yang turut menyumbangkan desinfektan kepada Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Riau. Penyerahan bantuan dilakukan di Klinik Drh Syafiq Riyadi Kota Pekanbaru, Selasa (21/4/2020).

Pada kesempatan tersebut Ketua ASOHI Riau, Drh Musran, menyatakan bahwa COVID-19 merupakan kasus baru yang sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya dan obat yang digunakan belum spesifik. Sehingga himbauan untuk mengintensifkan tindakan pencegahan seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan, meningkatkan imun tubuh dengan makanan bergizi, mutlak harus dilakukan.

“Kita tidak bisa main-main dengan wabah ini, khususnya untuk orang yang punya riwayat penyakit pernapasan, jantung dan penyakit lainnya yang berada dalam kondisi minim imunitas tubuh, mereka adalah yang paling rawan terpapar COVID-19,” kata Musran.

ASOHI Riau sendiri telah menyumbangkan sebanyak 60 liter desinfektan yang dihimpun dari berbagai perusahaan obat hewan yang beroperasi di wilayah Riau dan sekitarnya.

Apresiasi pun disampaikan oleh Drh Syafiq kepada perusahaan obat hewan  yang telah ikut berpartisipasi mendukung Pemerintah Riau dalam melawan COVID-19. “PDHI akan menyalurkan sesuai dengan yang diamanatkan oleh ASOHI, sehingga desinfektan tersebut penyalurannya tepat sasaran,” katanya.

ASOHI Riau juga membagikan sekitar 40 liter desinfektan ke Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar pada hari berikutnya Rabu (22/4/2020). Kepala Desa Pandau Jaya, Firdaus Roza menerima secara keseluruhan bantuan tersebut. “Ini jelas bermanfaat dan semoga dapat menurunkan kasus COVID-19 di wilayah kami,” kata Firdaus.

Terkait dengan aplikasi di lapangan, Drh Musran juga memberi edukasi langsung mengenai tata cara pemakaian desinfektan terkait dosis dan lokasi-lokasi yang perlu didesinfeksi.

“Kami menghimbau untuk melakukan desinfeksi pada lokasi yang benar-benar sering bersentuhan dengan masyarakat, seperti fasilitas umum, pagar dan bagian pintu suatu bangunan atau spesifiknya rumah,” tandasnya. (Sadarman)

PERANGI COVID-19, ASOHI TELAH SALURKAN 12,8 JUTA LITER DESINFEKTAN KE PENJURU INDONESIA

Penyerahan bantuan desinfektan dari ASOHI Jabar ke Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (Foto: Istimewa)

Indonesia masih berjuang melawan pandemi Covid-19 sampai saat ini. Baik pemerintah, organisasi kemasyarakatan, komunitas, LSM  bersama-sama bergerak menggalang donasi.

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) pusat dan daerah, secara serentak dimulai Maret dan masih berlangsung hingga 14 April telah menyalurkan bantuan berupa desinfektan sebanyak 2558 liter atau setara 12,8 juta liter RTU (ready to use).

Selain desinfektan, ASOHI juga mendistribusikan bantuan hand sprayer, telur dan hand sanitizer. Seperti pada 6 April lalu di Karanganyar, Surakarta yang diinisiasi ASOHI Jateng.

Penyerahan bantuan dari ASOHI Sumatera Barat (Sumbar) sebanyak 200 liter desinfektan. ASOHI Sumbar menggandeng PINSAR menyumbangkan 10.000 butir telur dan 200 APD, diterima langsung oleh Gubernur Sumbar Prof Dr H Irwan Prayitno MSi.
Irawati Fari

“Aksi sosial ini mulanya berangkat dari ide rekan-rekan di ASOHI pusat, kemudian kami menyampaikan surat resmi ke ASOHI daerah untuk ditindaklanjuti,” ungkap Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari dihubungi Infovet, Selasa (14/4/2020). 

Ira mengatakan sangat bahagia dengan respon para pengurus ASOHI daerah yang cepat bergerak turun ke masyarakat untuk memberikan bantuan.

“Dalam kondisi pandemi ditambah dengan pemberlakuan PSBB, kami mengajak para stakeholder di bidang peternakan dan obat hewan untuk patuh pada kebijakan pemerintah,” kata Ira.

Lanjutnya, ASOHI dalam hal ini terus meningkatkan perannya dalam mendukung pelaku usaha obat hewan memaksimalkan produksi serta jalur pendistribusian obat hewan maupun vitamin untuk hewan ternak.


Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr Drh I Ketut Diarmita MP dihubungi Infovet, Kamis (16/4/2020) menyatakan pihaknya sangat mengapresiasi.

“Kegiatan ASOHI Peduli Pandemi Covid-19 ini adalah aksi  sosial yang sangat menolong bangsa dan negara kita yang tengah kesulitan. Sekecil apapun bantuan kita di saat saat seperti ini, tentu sangat bermanfaat. Semoga penuh berkat dan rahmat dari-Nya. Amiin,” ungkap Ketut. (NDV)





TANGGAPI KARANTINA WILAYAH, ASOHI USUL PENDISTRIBUSIAN OBAT HEWAN TIDAK DIBATASI




Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) mengeluarkan surat pernyataan berupa usulan untuk pemerintah terkait karantina kewilayahan atau yang kerap disebut dengan istilah lockdown. Dalam surat resminya, ASOHI menyoroti dampak pandemi corona (COVID-19) yang berimbas pada terganggunya pendistribusian produk obat hewan.

Produk-produk obat hewan dan obat ikan seperti desinfektan, vaksin, antibiotika untuk mengobati hewan yang sakit kemudian vitamin, feed additive, feed supplement sangat dibutuhkan oleh ternak dan pembudidaya perikanan.

ASOHI meminta dukungan kepada pemerintah, agar transportasi dan pendistribusian yang berhubungan dengan produk obat hewan dan obat ikan tidak termasuk yang dibatasi pengirimannya ke para peternak dan petambak budidaya perikanan di seluruh Indonesia.

Hal ini dikarenakan guna demi menjaga kesehatan hewan-hewan ternak dan ikan, sehingga peternak pun terus dapat memenuhi kebutuhan protein masyarakat Indonesia dalam situasi pandemi COVID-19.



Surat resmi bernomor 022/ASOHI/III/2020 tersebut ditandatangani Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari tertanggal 31 Maret 2020. (NDV)


ASOHI SALURKAN BANTUAN UNTUK TANGGULANGI COVID-19


Prosesi serah terima bantuan dari ASOHI kepada Dinas Kesehatan DKI Jakarta (30/3)

Kegelisahan akibat wabah Virus Corona (COVID-19) nyatanya masih menghantui masyarakat.  Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) sebagai asosiasi yang juga berafiliasi dalam ilmu medis, turut terpanggil untuk berkontribusi nyata dalam menanggulangi COVID-19.

Hari ini saja (30/12) ASOHI menyerahkan bantuan kepada Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta berupa 150  liter cairan desinfektan dan 10 buah sprayer.  Hingga tulisan ini disusun kantor ASOHI Pusat sudah mengumpulkan 282 liter desinfektan dan 15 sprayer dari anggota yang akan disumbangkan ke pemerintah dan tempat ibadah di wilayah Jakarta. Bantuan tersebut tentunya merupakan bentuk dukungan ASOHI dalam menanggulangi wabah COVID-19. Bantuan tersebut dserahkan di kantor ASOHI, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Penyerahan bantuan dilakukan oleh Sekretaris Eksekutif ASOHI Bambang Suharno mewakili Drh Almasdi Rakhman (Ketua Bidang Khusus DKI sekaligus kordinator donasi) yang berhalangan hadir. Bambang berujar bahwa bantuan tersebut juga merupakan komitmen ASOHI dalam pengejawantahan konsep one health.

Selain itu Bambang juga berharap agar bantuan yang diberikan mudah - mudahan dapat berguna bagi pemerintah dan masyarakat dalam mencegah penularan lebih lanjut virus mematikan tersebut. Ia juga berharap agar organisasi atau asosiasi lainnya juga turut berkontribusi dalam penanggulangan wabah COVID-19 yang semakin meresahkan ini.

Bukan hanya sampai disitu, ASOHI pun juga sudah meyiapkan bantuan serupa di beberapa provinsi lain yang dikoordinir oleh Korwil ASOHI di daerah. Total bantuan yang diberikan oleh ASOHI hingga saat ini mencapai 1189 liter cairan desinfektan dan 75 sprayer .

Bantuan tadi sudah didistribusikan oleh ASOHI di seluruh wilayah Indonesia sejak tanggal 24 Maret 2020. Prioritas bantuan akan digunakan pada fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, dan lain sebagainya. Hingga berita ini diturunkan, ASOHI masih menggalang solidaritas untuk mengumpulkan bantuan lainnya untuk membantu pemerintah dalam memerangi wabah COVID-19. 

Masyarakat juga dihimbau agar tetap tenang, tidak panik, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta melengkapi asupan gizi sehari - hari terutama protein hewani. Juga tidak lupa agar mematuhi himbauan pemerintah berupa physical distancing dan membatasi kegiatan bepergian. (CR)

PELATIHAN KETUA ASOHI DAERAH SUKSES DIGELAR


Pelatihan ASOHI daerah sukses digelar (Foto: Istimewa)

Bertempat di Hotel Santika Teras Kota, BSD, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) menggelar Pelatihan Ketua ASOHI Daerah. Kegiatan yang dihadiri 15 ASOHI daerah berlangsung pada 25-26 Februari 2020.

Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari memaparkan menjadi ketua ASOHI daerah yang profesional, diharapkan ketua terpilih memahami serta menjalankan organisasi sesuai visi, misi, dan AD/ART ASOHI.

Selain itu, memahami kebijakan dan peraturan yang berlaku. “Jalankan amanah dengan profesional, berdedikasi, berkomitmen, dipercaya serta sebagai role model timnya,” tuturnya.

Lebih lanjut disebutkan Irawati dalam pemaparannya, dinamika ASOHI mencakup dinamisir ASOHI daerah, kaderisasi hingga persiapan Munas VIII 2020. (INF)

 


TINGKATKAN KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN, ASOHI KEMBALI ADAKAN PPJTOH

Foto bersama dalam kegiatan PPJTOH angkatan XIX 2020 di Santika TMII, Jakarta. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH), Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) bekerja sama dengan Direktorat Kesehatan Hewan (Ditkeswan) secara berkesinambungan kembali melaksanakan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PPJTOH) angkatan XIX 2020 yang berlangsung 3-5 Maret 2020.

“Pada pelatihan kali ini materi yang disampaikan meliputi tiga bagian, yaitu materi tentang perundang-undangan, materi kajian teknis (biologik, farmasetik, feed additive, feed supplement dan obat alami), serta materi tentang pemahaman organisasi dan etika profesi,” ujar ketua panitia pelaksana, Drh Forlin Tinora dalam sambutannya.

Pada kesempatan kali ini, ASOHI turut menghadirkan pihak-pihak kompeten untuk menjadi narasumber, diantaranya Direktorat Kesehatan Hewan beserta Subdit Pengawasan Obat Hewan (POH), Direktorat Pakan, BBPMSOH (Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Komisi Obat Hewan (KOH), Tim CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik), PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), Pusat Karantina Hewan, PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) dan Ketua Umum ASOHI, beserta Dewan Pakar dan Dewan Kode Etik ASOHI.

Oleh karena itu kegiatan inipun dipandang sangat penting bagi para dokter hewan maupun apoteker yang bekerja sebagai PJTOH. “ASOHI hampir tiap tahun mengadakan pelatihan ini. Sejak berlakunya pelarangan AGP pada 2018, tampaknya kesadaran para dokter hewan dan apoteker terhadap pentingnya pelatihan PJTOH semakin meningkat, sehingga pada 2018 lalu mencapai tiga angkatan, dan pada tahun ini kemungkinan hanya dua angkatan, karena ada beberapa calon peserta yang tidak diikutkan dan kapasitas ruangan tidak memungkinkan ditambah,” kata Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari.

Kendati demikian, lanjut dia, selain pelatihan PJTOH tingkat dasar seperti yang sekarang ini berlangsung, ASOHI merencanakan akan menyelenggarakan PPJTOH tingkat lanjutan (advance).

“Pelatihan PJTOH tingkat lanjutan ini akan membahas topik-topik yang lebih mendalam, sehingga ilmu yang diperoleh dari pelatihan tingkat dasar akan terus berkembang dan bermanfaat sesuai perkembangan zaman,” tandas Irawati. (INF)

SEMNAS ASOHI: PETERNAKAN PASCA DUA TAHUN PELARANGAN AGP

Foto bersama seminar nasional ASOHI pasca dua tahun pelarangan AGP di Jakarta. (Foto: Dok. Infovet)

Sejak 2018, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), resmi melarang penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP). Hal ini menjadi tantangan bagi para pelaku usaha budidaya ternak, khususnya unggas, dan perusahaan obat hewan di Indonesia.

Pelarangan tersebut dilakukan untuk menghindari residu antibiotik pada produk asal hewan untuk konsumsi dan menekan kejadian antimicrobial resistance (AMR) pada manusia, seperti yang dilakukan beberapa negara lain. Kendati demikian, pelarangan AGP kerap dijadikan kambing hitam terhadap melorotnya produksi pada ternak, terutama unggas.

Setelah dua tahun aturan tersebut berjalan, masih banyak pro-kontra yang terjadi, terutama dari segi kesehatan ternak dan bisnis obat hewan. Hal tersebut melatarbelakangi Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) menyelenggarakan Seminar Nasional (semnas) bertajuk "Peternakan Indonesia Pasca Dua Tahun Pelarangan AGP" di Menara 165, Jakarta, Kamis (27/2/2020).

"Tak terasa sudah dua tahun pelarangan AGP berjalan, namun apakah sudah berjalan efektif? Apakah terjadi peningkatan atau penurunan terhadap pemakaian antibiotik pada ternak unggas? Itu yg menjadi alasan kami menggelar seminar ini," ujar Ketua Bidang Hubungan antar Lembaga ASOHI, Drh Andi Wijanarko, mewakili ketua panitia dalam sambutannya.

Pemakaian antibiotik dalam pakan memang sudah dilakukan lama di Indonesia dan bisa dibilang menjadi kebiasaan. Sejak aturan mulai diberlakukan, ASOHI tak tinggal diam dengan terus berkoordinasi bersama pemerintah karena menyangkut banyak hal yang harus dibenahi.

"Ini terkait banyak hal, utamanya pada aturan dimana antibiotik dilarang. ASOHI juga banyak mendapat tekanan dari para anggota yang memiliki sediaan AGP, karena itu dampaknya sangat besar pada penggunannya, digunakan berton-ton. Pengaruhnya tidak hanya dari segi bisnis saja, banyak pertimbangan, namun harus kita taati," tambah Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari.

ASOHI, lanjut Ira, pun banyak mengadakan pertemuan bersama pemerintah. "Kita juga banyak pertemuan dengan pemerintah, sehingga banyak lahir aturan, salah satunya Juknis Medicated Feed, pemerintah juga mengakomodir itu. Kita harap ke depan ada program secara nasional untuk lebih menindaklanjuti dan memperjelas aturan yang ada," jelasnya.

Lebih lanjut disampaikan, "Melalui seminar ini setelah dua tahun AGP dilarang, kita lakukan evaluasi terkait penelitian di lapangan dan mengupdatenya, kami harapkan ada national action program yang bisa menjadi salah satu referensi penindaklanjutan program tersebut. Peran semua sangat penting, sehingga ke depannya aturan bisa lebih tepat sasaran dan akurat."

Sementara, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, mengemukakan bahwa pemerintah terus melakukan pembinaan terhadap para pelaku usaha, khususnya obat hewan.

"Kita terus lakukan pembinaan, lagipula alternatif AGP juga sudah banyak, ada lebih dari 300 produk (enzim, asam organik, probiotik, prebiotik dan obat alami). Kami juga terus mengupayakan peternak memiliki sertifikat NKV agar produknya aman dan menerapkan good farming practice, dimana di dalamnya ada kompartemen bebas AI, penerapan biosekuriti 3 zona sebagai solusi penekanan penggunaan antibiotik agar tercipta ternak yang sehat," tukas Fadjar.

Dalam kegiatan tersebut dihadiri para pakar terpercaya yang menjadi narasumber untuk memberikan evaluasi mendalam pasca dua tahun AGP dilarang, diantaranya Fadjar Sumping Tjatur Rasa (Diskeswan), Drh Agustin Indrawati (FKH IPB), Ika Puspitasari (UGM), Prof Budi Tangendjaja dan Sri Widayati (Direktur Pakan Kementan). (CR/RBS)

ASOHI, PINSAR DAN ISPI PEDULI KORBAN BANJIR DI TANGERANG


Tim Baksos Pinsar, ASOHI, ISPI
Bencana banjir yang terjadi pada awal tahun 2020 nyatanya tidak hanya menghampiri ibukota. Beberapa kota penyangga seperti Bekasi, Tangerang dan Tangerang Selatan pun ikut mencicipi pil pahit banjir tersebut. Atas dasar keprihatinan tersebut, ASOHI berkolaborasi bersama PINSAR dan ISPI menggelar acara Bakti Sosial kepada korban banjir di RT08/02 Kelurahan Pondok Bahar, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang pada 11 Januari 2019. 

Salah satu koordinator acara bakti sosial Drh Rakhmat Nuryanto mengatakan bahwa ini adalah salah satu bentuk kepedulian ASOHI, ISPI dan PINSAR terhadap korban banjir. Dalam kegiatan ini, panitia mengadakan acara senam pagi bersama yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis oleh dokter.

"Kenapa kami adakan senam pagi?, karena bencana banjir ini kan juga bikin orang jadi sakit secara psikologis, bukan cuma raga saja yang harus sehat dong, tetapi jiwa juga. Jadi selain refreshing maka kita adakan kegiatan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis," tutur Rakhmat.

Antusiasme warga terlihat dari antrean yang memenuhi tempat dimana acara berlangsung. Tercatat ada lebih dari 50 orang warga yang berbondong - bondong datang ke lokasi acara, kerumunan tersebut di dominasi oleh kaum Ibu dan Lansia. Sebanyak empat orang dokter diturunkan oleh tim relawan untuk memeriksa dan mengobati warga. Selain pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, warga juga dapat mengecek kadar gula darah (diabetes) dan asam urat di lokasi. 

Seorang warga yang sedang diperiksa kesehatanya oleh tim dokter


Di tempat yang sama, Ketua RT setempat Murdalih menyatakan rasa terima kasihnya kepada para relawan yang telah melakukan kegiatan bakti sosial di daerahnya. 

"Saya sangat senang banyak pihak yang datang membantu kami, semoga amal baik saudara - saudara relawan sekalian dibalas oleh Allah SWT," tuturnya.

Lebih lanjut Murdalih menuturkan bahwa banjir merendam kawasannya sejak tanggal 1 Januari 2020. Ketinggian air mencapai batas dada orang dewasa (lebih dari 1 meter). Sebanyak 200 Kepala Keluarga di RT08/02 terkena dampak banjir, namun begitu tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut.

"Untungnya air sudah surut sejak tanggal 2 Januari, kalau enggak kasihan juga warga di sini. Nah banjirnya udah surut, sekarang kan banyak yang sakit, sementara fasilitas kesehatan punya pemerintah kan juga rame dan antreannya panjang. Kalau ada bantuan kaya gini kan seenggaknya sangat meringankan kita, para korban," tukas Murdalih.

Sutami, Salah satu warga yang datang ke acara tersebut menuturkan bahwa dirinya sudah dua atau tiga hari belakangan mengalami diare dan migrain. 

"Sudah diperiksa tadi sama Bu dokter, dikasih obat, Alhamdulillah dapet nasi box juga. Mudah - mudahan sembuh, supaya bisa normal lagi aktivitasnya," tutur Ibu dua anak tersebut. (CR)

RESMI: PEMERINTAH UMUMKAN WABAH ASF DI INDONESIA


Memperketat biosekuriti, salah satu upaya mencegah penularan virus ASF. (Sumber: Istimewa)

Pemerintah Indonesia resmi melaporkan wabah demam babi afrika di 16 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Laporan wabah demam babi afrika tersebut dimuat dalam situs web Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), 17 Desember 2019. Informasi laporan wabah tersebut disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) Drh Muhammad Munawaroh, di Jakarta, Rabu (18/12/2019).

”Menurut situs web OIE, Indonesia telah melaporkan ASF (African Swine Fever/demam babi afrika) tanggal 17 Desember 2019 dan telah diumumkan OIE pada tanggal yang sama,” tutur Munawaroh. Menurut dia, Indonesia sudah menjadi anggota OIE sehingga wajib melaporkan kejadian penyakit baru jika ditemukan di negara Indonesia.

Munawaroh juga menerima salinan Surat Keputusan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Nomor 820/KPTS/PK.320/M/12/2019 tentang pernyataan wabah demam babi afrika di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara. Surat keputusan tersebut ditandatangani 12 Desember 2019. Sebelumnya beberapa grup WhatssApp juga telah dihebohkan dengan beredarnya surat tersebut, namun begitu kini resmi sudah surat tersebut diakui oleh pihak Kementan.

Dalam surat itu disebutkan 16 kabupaten/kota yang terjadi wabah ASF. Ke-16 kabupaten/kota itu adalah Kabupaten Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar, dan Kota Medan.

Laporan Indonesia kepada OIE dapat dilihat di link ini. Pada situs OIE juga tertulis bahwa laporan Indonesia disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh I Ketut Diarmita tanggal 17 Desember 2019.

Dalam laporannya disebutkan ada 392 wabah di peternakan rakyat di 16 kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut). Dalam laporan itu disebutkan ada 34 kabupaten/kota di Sumut. Yang benar terdapat 33 kabupaten/kota di Sumut.

Wabah pertama terjadi pada 4 September 2019 di Kabupaten Dairi dan dengan cepat menyebar ke 16 kabupaten lainnya. Konfirmasi ASF dilakukan pada 27 November 2019. Diagnosis penyakit ASF dilakukan Balai Veteriner Medan dengan uji PCR dan nekropsi atau bedah mayat. Penyebabnya adalah virus ASF. Sumber penularan disebutkan ”tidak dikenal dan tidak meyakinkan”.

Dalam kolom komentar epidemiologis, tertulis bahwa sumber infeksi tidak dapat disimpulkan, tetapi penilaian risiko yang cepat menunjukkan bahwa pengangkutan babi hidup dari daerah lain serta terkontaminasinya pakan babi oleh muntahan dari penanganan hewan, kendaraan, dan pakan ternak berperan dalam mewabahnya ASF. Selain itu juga disebutkan bahwa Pembuangan babi mati yang mati secara serampangan menjadi sumber penularan lainnya. Tidak lupa disebutkan pula bahwa tindakan pembersihan, dan desinfeksi sedang dilaksanakan. 

Dalam upaya mengontrol ASF agar tidak cepat menyebar, dalam laporannya Pemerintah Indonesia juga menuliskan bahwa kini pemerintah sedang melakukan tindakan berupa kontrol di dalam negeri, surveilans, karantina, pembuangan resmi karkas, produk sampingan, dan limbah, zonasi, desinfeksi, vaksinasi jika ada vaksin, dan tidak ada perawatan hewan yang terkena dampak ASF. (CR)

SEMNAS ASOHI: KEBIJAKAN PEMERINTAH DIHARAP MAKIN KONDUSIF BAGI SEKTOR PETERNAKAN

Simbolis pemukulan gong oleh Kasubdit POH, Ni Made Ria Isriyanthi sebagai pembuka Semnas Bisnis Peternakan yang digelar ASOHI. (Foto: Infovet/Ridwan)

Bertempat di Menara 165 Jakarta, Rabu (20/11/2019), Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), kembali menggelar acara rutin tahunannya yakni Seminar Nasional Bisnis Peternakan bertajuk “Bisnis Peternakan di Era Pemerintahan Jokowi Periode Kedua”.

Menurut Ketua Panitia, Drh Andi Wijanarko, sesuai tema mengingat tahun ini yang merupakan tahun politik, diperkirakan akan berdampak pada dinamika kebijakan yang akan mempengaruhi perkembangan ekonomi termasuk bidang peternakan.

"Memasuki Pemerintahan Presiden Jokowi periode kedua ini, masyarakat peternakan berharap kebijakan pemerintah makin kondusif untuk pelaku peternakan," kata Andi.

Sebab lanjut dia, diperkirakan pada 2020 mendatang situasi ekonomi global akan mengalami penurunan.

"Hal itu telah dilaporkan oleh United Nations Conference On Trade and Development (UNCTAD) yang memberi peringatan bahwa resesi global bisa terjadi di tahun 2020," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari. Menurutnya, dengan pemerintahan yang baru ini tentunya banyak harapan yang disampaikan pelaku bisnis peternakan.

"Namun sebagai pelaku usaha kita juga harus siap dengan berbagai kebijakan baru. Kita juga perlu melihat bagaimana kondisi ekonomi global dan nasional agar kita lebih siap dalam menghadapi tahun-tahun yang akan datang," ujar Ira.

Karena ke depannya, kata Ira, akan muncul banyak pertanyaan terkait kebijakan pemerintah, misalnya tentang impor daging kerbau, program swasembada daging sapi, swasembada jagung, program alih teknologi dan sebagainya.

"Kami harap lewat seminar ini kita dapat merekam opini dari masyarakat yang diwakili asosiasi yang nantinya akan kita sampaikan kepada pemerintah. Kami juga usulkan para pimpinan asosiasi nantinya dapat bersama-sama bertemu dengan Menteri Pertanian untuk menyampaikan hasil seminar ini dan mendiskusikan hal terkait lainnya," tandasnya.


Simbolis konsumsi daging dan telur ayam sebagai kampanye protein hewani. (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam kegiatan tersebut, ASOHI turut mengundang Kepala UPT Pusat Pelayanan Hewan dan Peternakan Dinas KPKP DKI Jakarta, Drh Renova Ida Siahaan, mewakili Gubernur DKI Jakarta, kemudian Kasubdit POH, Drh Ni Made Ria Isriyanthi mewakili Dirjen PKH, dan secara khusus mengundang pakar ekonomi Prof Dr Didiek J. Rachbini, serta sederet pimpinan asosiasi sebagai narasumber seminar, diantaranya ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Pinsar Indonesia, Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) dan ASOHI, serta tahun ini juga khusus mengundang ketua Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI), yang masing-masing membahas prospek dan tantangan industri peternakan. (RBS)

SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN 2019





Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) setiap menjelang penghujung tahun menyelenggarakan Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan. Seminar Bisnis Peternakan tahun ini siap digelar pada:

Hari/Tanggal   : Rabu, 20 November 2019
Pukul               : 08.00 – 15.00 WIB
Tempat            : Menara 165, Jl. TB Simatupang, Cilandak Jakarta Selatan

Seminar ini akan menghadirkan narasumber tamu yaitu Pakar Ekonomi, Prof Dr Didik J Rachbini. 

Selain itu dihadiri juga oleh para pimpinan asosiasi bidang peternakan antara lain Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Perhimpunan Peternak Sapi & Kerbau Indonesia (PPSKI), Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI).

Acara ini iikuti pelaku usaha bidang peternakan dan kesehatan hewan (pelaku budidaya, perusahaan pakan, breeding farm, obat hewan, pengurus asosiasi bidang peternakan dan lain-lain).

PERINGATI HARI AYAM & TELUR NASIONAL, PINSAR GELAR KAMPANYE GIZI

Makan telur bersama, membuka acara kampanye gizi di Jakarta (31/10) (Foto : CR)

Memperingati Hari Ayam dan Telur Nasional serta World Egg Day yang jatuh pada 15 Oktober 2019 lalu, PINSAR Indonesia kembali mengadakan kampanye gizi di Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta 31 Oktober 2019 yang lalu.

Acara tersebut rutin dilaksanakan oleh PINSAR sebagai salah satu stakeholder perunggasan di Indonesia. PINSAR juga menggandeng stakeholder lain seperti ASOHI, FAO ECTAD, dan PD Dharmajaya. Ricky Bangsaratoe selaku ketua panitia acara tersebut mengatakan bahwa kali ini sasaran dari kampanye gizi adalah Ibu - Ibu PKK dari berbagai Kota Madya dan Kecamatan di DKI Jakarta. "Sasarannya adalah Ibu - Ibu PKK karena mereka ini kan seperti agent of change, minimal satu orang ibu dapat mempengaruhi keluarganya, lagian kan kalau sasarannya ibu - ibu akan lebih efektif, karena mudah viral dari mulut ke mulut, maklum deh ibu-ibu," tutur Ricky. Ia juga menerangkan bahwa acara serupa kembali akan dilaksanakan di Kalimantan Timur dan DKI Jakarta tahun depan.

Kampanye Gizi dibuka secara simbolis dengan memakan telur rebus bersama - sama oleh semua yang hadir. Peserta diberikan pengetahuan mengenai pentingnya peran protein hewani bagi pertumbuhan. Hal itu disampaikan oleh Mantan Ketua Umum ASOHI Rakhmat Nuryanto. "Disini saya mencoba menjelaskan dan mengkalrifikasi beberapa mitos yang enggak bener terhadap ayam, telur, daging dan protein hewani lainnya. Ini penting karena banyak masyarakat yang enggan makan ayam dan telur misalnya hanya karena termakan mitos tadi, padahal secara ekonomi mampu," tutur Rakhmat.

Selain mengenai pentingnya konsumsi protein hewani, peserta juga diberikan bekal mengenai tatacara handling atau penanganan daging yang baik dan benar oleh  Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan DKI Jakarta. Peserta juga dimanjakan dengan adanya bazar murah protein hewani yang digelar oleh PD Dharmajaya dan PT Sumber Unggas Indonesia. Dalam bazar tersebut peserta dapat membeli daging ayam kampung asli dengan harga Rp 40.000/ekor dan telur ayam kampung asli seharga Rp 50.000 / 40 butir. 

Yanti seorang peserta dari PKK Kecamatan Gambir mengatakan bahwa ia banyak mendapatkan manfaat dari acara ini. "Saya jadi tahu kalau beberapa mitos tentang telur dan ayam yang ada horonnya itu enggak betul, dan jadi semakin yakin dalam memakan ayam dan telur. Terima kasih untuk panitia juga karena seru juga ada pasar murahnya," pungkas Yanti. (CR)


UMKM INDONESIA DIDOMINASI SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN


 
Ilustrasi sektor peternakan (Foto: Pinterest) 

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia masih didominasi sektor pertanian dan peternakan. Sementara, UMKM non-pertanian didominasi oleh Perdagangan Besar dan Eceran. Hal ini dikemukakan Ekonom Indonesia serta Sekretaris Komite Ekonomi Nasional, Dr Aviliani dalam sesi seminar menyemarakkan HUT-40 Asosiasi Obat Hewan Indonesia, Jumat (25/10/2019).

Industri makanan memegang peranan penting dimana menyumbang 35% dari total PDB industri non migas. 

Dr Aviliani menjadi narasumber seminar memeriahkan HUT-40 ASOHI (Foto: Infovet)

Lebih lanjut, Aviliani menyebutkan pada tahun 2018, industri makanan minuman tumbuh 7,9% dimana pada tahun 2017 tumbuh 9,2%. Perlambatan disebabkan anjloknya harga sawit di pasar internasional yang menyebabkan menurunnya nilai ekspor industri makanan dan minuman. Penurunan nilai ekspor mencapai 6% di 2018. Padahal, di 2017, nilai ekspor mencapai 20,75%.

Menurut Aviliani, tantangan pertanian dan peternakan meredam inflasi komponen bergejolak (volatile food) salah satunya pemerintah membentuk Badan Pangan Nasional dibawah koordinasi Presiden RI.

“Nantinya Badan Pangan ini diharapkan mampu meredam gejolak seperti kenaikan harga daging sapi maupun mengatasi persoalan kartel pangan,” terang Aviliani dihadapan 200 tamu undangan yang memenuhi ballroom IPB International Convention Center. 

Aviliani menambahkan beberapa masukan dalam upaya mendorong industri peternakan Indonesia. Antara lain pemerintah perlu mendorong industri peternakan melalui insentif fiskal serta kemudahan dalam izin usaha.

Selain itu, pemerintah perlu untuk meningkatkan kolaborasi industri hulu dan hilir di bidang peternakan dimana nantinya hasil ternak UMKM dapat terserap industri.

“Dalam penerbitan regulasi, pemerintah harus berdiskusi dengan asosiasi. Sehingga, dapat menciptakan regulasi yang mendorong industri secara positif,” pungkasnya. (NDV)


SEMARAK ULANG TAHUN ASOHI KE-40: LAUNCHING BUKU HINGGA CEO AWARD



Foto bersama tamu undangan ASOHI CEO Forum (Foto: Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) merayakan hari ulang tahun ke-40, Jumat 25 Oktober 2019. Momen perayaan hari jadinya, ASOHI menggelar acara CEO Forum setelah sehari sebelumnya Kamis (24/10), menyelenggarakan Rakornas.

Tahun ini merupakan tahun kedua diselenggarakan ASOHI CEO Forum dimana dihadiri para pimpinan perusahaan, stakeholder peternakan, akademisi, pengurus asosiasi perunggasan/peternakan, dan tamu undangan dari instansi pemerintah.

Penyelenggaraan ASOHI CEO Forum kali ini dikemas secara istimewa dengan bersamaan dilaunching-nya buku “40 Tahun ASOHI: Peran dan Tantangan Menuju Indonesia Maju”. Selain itu, diperdengarkan pertama kalinya “Mars ASOHI” yang liriknya diciptakan oleh Dr Drh Sofjan Sudardjat D MS serta aransemen musik oleh Drh Dedy Kusmanagandhi MBA.

Momen launching buku "40 Tahun ASOHI"

Mengusung tema "Peran dan Tantangan Menuju Indonesia Maju", ASOHI CEO Forum dibuka dengan kata sambutan dari Ketua Panitia Drh Forlin Tinora disusul sambutan Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari.

“Semoga ASOHI CEO Forum menjadi agenda rutin yang diadakan setiap tahunnya, serta membawa manfaat bagi industri di bidang obat hewan dan peternakan,” tutur Irawati di hadapan 200 tamu undangan yang memenuhi ballroom IPB International Convention Center, Bogor.

Acara spesial menyemarakkan 40 tahun ASOHI ini diisi seminar dengan mengundang pembicara Ekonom Indonesia yang menjabat sebagai Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Dr Aviliani SE MSi.

Dilanjutkan dengan pemutaran video berisi ucapan “Selamat Ulang Tahun” dari relasi-relasi ASOHI. Puncak acara, dilakukan pemotongan tumpeng serta pemberian penghargaan “The Best CEO" untuk tiga pimpinan perusahaan.

Penerima award tersebut yaitu Drh Gowinda Sibit (PT Tekad Mandiri Citra). Drh Irawati Fari (PT Novindo Agritech Hutama), dan Drh Edy Purwoko (Ceva Animal Health Indonesia). Selamat ulang tahun yang ke-40. ASOHI Berjaya! (NDV)          

Ketua Umum ASOHI Lantik 8 Pengurus ASOHI Daerah di Rakornas

Drh Irawati (tengah) bersama pengurus ASOHI daerah yang dilantik di Rakornas
Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari melantik 8 kepengurusan ASOHI Daerah dalam acara Rakornas ASOHI yang berlangsung di IICC Botani Square Bogor, Kamis 24 Oktober 2019.

Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) merupakan agenda ASOHI untuk membahas berbagai masalah yang dihadapi ASOHI di berbagai daerah.

Saat ini ASOHI memiliki 17 ASOHI Daerah yang lokasinya di sentra usaha peternakan di wilayah Indonesia. Dari 17 daerah tersebut hanya 1 daerah yang berhalangan hadir dalam Rakornas, yaitu ASOHI Kaltim.

Drh Erwin Heriyanto 
Ketua Panitia Rakornas Drh Erwin Heriyanto mengatakan, sebelum Rakornas, dalam beberapa bulan ini ada 9 ASOHI Daerah yang baru saja menyelenggarakan Musda, yaitu: ASOHI Jawa Tengah, DIY, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan

Dari 9 ASOHI Daerah yang sudah menjalankan MUSDA tersebut, yang sudah dilantik adalah ASOHI Jawa Tengah dan ASOHI DIY. Sehingga dalam Rakornas kali ini, sekaligus dilaksanakan Pelantikan untuk 7 ASOHI Daerah ditambah ASOHI Sulsel yang belum sempat dilantik.

"Kami mengucapkan selamat kepada para pengurus ASOHI Daerah yang telah menyelenggarakan Musda semoga hasil Musda dapat ditindaklanjuti dengan baik," ujar Erwin saat menyampaikan sambutan.

Erwin menambahkan, selain Pelantikan pengurus ASOHI Daerah, Rakornas kali ini diisi dengan beberapa agenda, antara lain, Laporan pengurus ASOHI Daerah, Sosialisasi tentang Izin usaha dan peraturan lainnya, Sosialisasi Database ASOHI, Diskusi tentang keuangan dan keorganisasian ASOHI Daerah, Pengarahan Ketua Umum serta pembekalan dari Ketua Dewan Penasehat ASOHI Gani Haryanto.

Rakornas berlangsung hingga 25 okt 2019 dan dilanjutkan dengan acara CEO Forum dan Ultah ASOHI yang ke 40.***

ASOHI JATENG SELENGGARAKAN SEMINAR ANTISIPASI PENYEBARAN VIRUS ASF


         
Seminar ASF yang digelar ASOHI Jateng ramai peserta (Foto: Dok. ASOHI Jateng)



Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Jawa Tengah (Jateng), pekan lalu menyelenggarakan Seminar Strategi Antisipasi Penyebaran Virus African Swine Fever (ASF) di Studio Dreamlight World Media, Semarang. 

Kendati belum terindikasi adanya virus ASF di Indonesia, tapi penyakit eksotik pada babi ini telah penyebabkan keresahan para peternak di Jateng.

"Karena apapun, Jateng salah satu penyangga kebutuhan daging babi untuk provinsi yang lain. Maka posisi ini harus dipertahankan untuk kesejahteraan warga di Jateng,"

Hal tersebut diutarakan Drh Abdullah, Kabid Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Jateng.

Pada seminar yang diadakan ASOHI Jateng dengan Dreamlight World Media dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) ini, Abdullah menandaskan harus ada kesamaan persepsi dan pola pandang bagaimana mengantisipasi agar ASF tidak masuk ke Jateng.

"Jateng memiliki 10 pos lalulintas ternak yang memeriksa semua ternak, termasuk babi. Kami khawatir jika kendaraan pengangkut ternak ini tidak melalui jalur yang umum. Misalnya jika lewat jalan tol saja, sudah tidak terpantau. Maka dinas akan memperketat izin pengangkutan ternaknya di kabupaten/kota," terangnya. 

Untuk antisipasi ASF, maka dilakukan biosekuriti, yaitu melalui isolasi/pemisahan, sanitasi, pengandalian lalulintas, pengendalian hama, dan pembuangan bangkai babi. Virus ASF pertamakali ditemukan di Kenya, Afrika pada 1921 dan belum ada obat maupun vaksinnya. (Sumber: www.suaramerdeka.com/INF) 


ASOHI DAN DIRKESWAN KEMBALI SOSIALISASIKAN PERMENTAN NO. 40/2019

Foto bareng pada kegiatan sosialisasi Permentan No. 40/2019 yang diselenggarakan oleh ASOHI di Serpong. (Foto: Infovet/CR)

Setelah sosialisasi perdana di Kementerian Pertanian (Kementan) pada 19 Agustus 2019, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) bersama Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, kembali mengadakan sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 40/2019 tentang Tatacara Perizinan Berusaha Sektor Pertanian di Swiss-bell hotel Serpong, Selasa (10/9/2019).


Sekitar 150 orang peserta dari beberapa perusahaan importir dan produsen obat hewan hadir dalam acara tersebut. Ketua Panitia, Drh Forlin Tinora, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini seperti halnya pendalaman mengenai Permentan baru tersebut, utamanya di bidang perizinan usaha obat hewan.

“Mudah-mudahan dengan diadakannya acara ini peserta jadi lebih mendalami aturan baru ini dan dapat memberi masukkan kepada pemerintah apabila kiranya ada hal yang mungkin kurang berkenan,” kata Forlin yang juga menjabat Sekretaris Jenderal ASOHI.

Sementara, Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, turut menyampaikan apresiasinya. “Pemerintah dan ASOHI sangat peduli akan hal ini, kalau dilihat dari antusiasme peserta saya yakin semua anggota ASOHI pastinya akan mematuhi aturan main yang berlaku di Indonesia, semoga ini menjadi kabar baik bagi dunia obat hewan kita,” tutur Ira.

Pada kesempatan yang sama, Kasubdit POH, Drh Ni Made Ria Isriyanthi, mewakili Dirkeswan mengatakan, bahwasanya Permentan ini intinya adalah mempercepat perizinan di bidang pertanian. “Obat hewan ini kan komoditas unggulan ekspor, dengan adanya Permentan baru ini diharapkan proses registrasi obat hewan dapat dilakukan lebih cepat dari yang sebelumnya. Perizinan usaha juga akan dibuat sesederhana mungkin untuk meningkatkan gairah investasi,” ujar Ria.

Sebagai pemateri utama dalam kesempatan tersebut, Ria kembali menjabarkan beberapa poin penting dalam Permentan No. 40/2019. Ia juga menyinggung bahwa sektor obat hewan merupakan yang pertama kali mengadakan kegiatan sosialisasi Permentan ini dibanding sektor lainnya. “Ini bukti bahwa kami serius dan peduli dengan industri ini. Oleh karenanya mari kita bersama-sama menjaga komitmen ini,” ungkap dia.

Pada saat sesi tanya-jawab, suasana diskusi sedikit tegang karena terjadi perdebatan sengit antara pihak pemerintah dan pelaku usaha. Namun begitu, ketegangan mampu direda dan win-win solution dapat dicapai.

Pada sesi kedua, peserta yang rata-rata berasal dari kalangan registration officer (RO) diajak berpetualang di dunia digital mengenai tatacara aplikasi pendaftaran obat hewan melalui sistem daring. Sistem ini merupakan inovasi baru yang dinilai dapat memudahkan dan mempercepat pelaku usaha obat hewan dalam melakukan registrasi produknya. (CR)

ANTUSIASME TINGGI, PELATIHAN PJTOH KEMBALI DIGELAR


Lagi – lagi apresiasi yang tinggi terlihat dari para peserta dalam kegiatan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH). Pelatihan yang secara rutin dilangsungkan oleh ASOHI tiap tahunnya tersebut kini sudah mencapai angkatan ke-XVIII dengan peserta 92 orang. Acara tersebut dilangsungkan pada tanggal 6 – 9 Agustus 2019 yang lalu. Tidak sendirian, ASOHI turut pula menggandeng Direktorat Keswan Kementan dalam menyelenggarakan hajatan tersebut.

Ketua Panitia Drh Forlin Tinora dalam sambutannya mengatakan bahwa pelatihan PJTOH bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH). Selain itu acara ini juga merupakan ajang dalam mensertifikasi dokter hewan dan apoteker yang bekerja pada berbagai instansi yang melibatkan unsur obat hewan di dalamnya. “Nantinya selain memiliki kemampuan sebagai PJTOH, peserta juga akan tersertifikasi sebagai bentuk legalitas mereka sebagai petugas penanggung jawab teknis di instansi mereka masing – masing. Dengan lulus dari pelatihan ini, mereka jadi punya nilai tambah dan bargaining yang kuat bahwa mereka telah dibekali kemampuan teknis,” pungkasnya.

Sementara itu, mewakili Ketua Umum ASOH, Drh Andi Wijanarko mengungkapkan bahwa profesi dokter hewan dan apoteker mutlak memiliki skill sebagai penangung jawab teknis. “Dalam perundangan sudah ada perintahnya, oleh karenanya ASOHI sebagai salah satu partner pemerintah wajib membantu pemerintah dalam membekali para dokter hewan dan apoteker dengan skill yang mumpuni,” tukasnya.

Sebanyak 92 Peserta Mengikuti Pelatihan PJTOH Angkatan XVIII (Foto : CR)


Pada kesempatan tersebut hadir pula Kasubdit Pengawas Obat Hewan Drh Ni Made Isriyanthi. Mewakili Dirkeswan yang berhalangan hadir, wanita yang akrab disapa Ibu Ria tersebut turut memberikan apresiasi setinggi – tingginya terhadap acara tersebut. “Pelatihan PJTOH sudah angkatan XVIII dan saya lihat pesertanya semakin ramai. Ini kan merupakan indikasi bahwa kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah ditaati oleh seluruh perusahaan obat hewan. Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung ini, dan berharap agar semua stakeholder dapat menjadi partner yang baik bagi pemerintah agar kebijakan yang dibuat dapat menjadi win – win solution bagi semuanya,” ungkap Ria.

Materi yang diberikan dalam acara tersebut sangat variatif, para narasumber yang dihadirkan juga merupakan orang – orang yang kompeten dan berdedikasi tinggi di bidangnya. Mulai dari Legislasi, Tupoksi PJTOH, CPOHB, kode etik dokter hewan dan bahkan hal – hal yang bersifat teknis mengenai sediaan obat hewan juga feed additive dibahas dalam pelatihan selama dua hari tersebut.

Pada hari ke-3, peserta pelatihan diajak plesir ke Balai Besar Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH). Tujuan dari kunjungan tersebut yakni meningkatkan pengetahuan bagi para peserta terhadap Tata Cara Pengiriman Sampel Pengujian Mutu Obat Hewan dan meninjau langsung segala fasilitas yang dimiliki oleh BBPMSOH.

Selain berkunjung, meninjau dan melihat - lihat fasilitas BBPMSOH, peserta juga diberikan materi mengenai pengiriman sampel, dari mulai handling sampai dengan segala macam administrasinya. Pertanyaan - pertanyaan dari peserta pun silih berganti mewarnai sesi diskusi singkat pada kesempatan hari itu.

Salah seorang peserta dari PT Gold Coin, Drh Vicky Diawan menyatakan bahwa kunjungan ke BBPMSOH sangat berkesan baginya. "Selama ini saya enggak tahu gimana fasilitas ini dalamnya, tapi sekarang jadi tahu dan lebih mengerti serta paham bagaimana alur pengujian obat hewan untuk diregistrasikan," pungkasnya. (CR)

PESERTA PELATIHAN PJTOH SAMBANGI BBPMSOH

Kamis 7 Agustus 2019 yang lalu Balai Besar Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) mendapat kunjungan dari para peserta Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) Angkatan XVIII.

Kunjungan tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan pelatihan PJTOH yang rutin diselenggarakan oleh ASOHI. Tujuan dari kunjungan tersebut yakni meningkatkan pengetahuan bagi para peserta terhadap Tata Cara Pengiriman Sampel Pengujian Mutu Obat Hewan dan meninjau langsung segala fasilitas yang dimiliki oleh BBPMSOH.


Di BBPMSOH peserta diterima oleh Drh. Cynthia Devy Irawati, Kepala Bagian Umum BBPMSOH mewakili Kepala BBPMSOH Drh. Sri Mukartini yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya ia mengucapkan selamat datang dan dengan senang hati menyambut kedatangan peserta semua.

Para Peserta Pelatihan PJTOH Angkatan XVII Ketika Berkunjung ke BBPMSOH
(Foto : CR)


"Untuk kesekian kalinya pelatihan ini dilangsungkan dan saya harap setelah dari sini peserta jadi mengetahui dapur kita, dan bisa mengerti kesibukan disini dalam melayani para perusahaan obat hewan utamanya dalam pengujian produk," ucapnya.

Selain berkunjung, meninjau dan melihat - lihat fasilitas BBPMSOH, peserta juga diberikan materi mengenai pengiriman sampel, dari mulai handling sampai dengan segala macam administrasinya. Pertanyaan - pertanyaan dari peserta pun silih berganti mewarnai sesi diskusi singkat pada kesempatan hari itu.

Salah seorang peserta dari PT Gold Coin, Drh Vicky Diawan menyatakan bahwa kunjungan ke BBPMSOH sangat berkesan baginya. "Selama ini saya enggak tahu gimana fasilitas ini dalamnya, tapi sekarang jadi tahu dan lebih mengerti serta paham bagaimana alur pengujian obat hewan untuk diregistrasikan," pungkasnya. (CR)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer