Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MHP MENDAPAT LAMPU HIJAU UNTUK PEMBANGUNAN PETERNAKAN UNGGAS ARAB SAUDI

Komite antimonopoli Ukraina telah mengeluarkan izin bagi pengolah unggas terbesar di negara itu, MHP, untuk membangun peternakan unggas di dekat Er Riyad, Arab Saudi, sebagai perusahaan patungan dengan perusahaan lokal Desert Hills Veterinary Services Company Limited (DHV).

MHP menandatangani perjanjian pemegang saham dengan DHV untuk pembangunan peternakan unggas pada bulan September 2023. Dalam proyek ini, DHV dan MHP akan berinvestasi lebih dari SAR200 juta (US$53,3 juta) dalam operasi peternakan dengan kapasitas lebih dari 1 juta induk yang diperkirakan akan menghasilkan sekitar 175 juta penetasan telur setiap tahunnya, sebuah tempat penetasan yang canggih dan pabrik pakan unggas, kata MHP.

DHV akan memegang 55% saham, sedangkan MHP memiliki 45% saham di perusahaan patungan tersebut.

Peternak unggas Ukraina mencari diversifikasi bisnis asing karena ekspor ke Eropa, pasar penjualan terbesar, akan dikenakan pembatasan.

Arab Saudi adalah pasar penjualan unggas Ukraina terbesar di luar Uni Eropa. Data statistik resmi menunjukkan bahwa pada tahun 2023, ekspor unggas Ukraina meningkat sebesar 3% secara fisik menjadi 425.000 ton senilai US$800 juta.

Hampir 46% unggas dan daging Ukraina mendarat di pasar Eropa, sementara pangsa Arab Saudi mencapai 15,6%, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, menurut perkiraan Institut Ekonomi Agraria Ukraina.

Namun masih belum jelas bagaimana fasilitas baru ini akan berdampak pada operasional PLTMH di Arab Saudi. Pada bulan September 2023, Dr John Rich, ketua eksekutif dewan MHP, mengatakan bahwa perjanjian baru ini meletakkan dasar bagi pengembangan MHP lebih lanjut di negara tersebut. (via Poultryworld)

DISKANAK KABUPATEN SUMEDANG SEBARKAN BANTUAN KAMBING KE KELOMPOK TANI

Petugas Diskanak Memantau Pemberian Bantuan Kambing
(Sumber : Tribunnews.com)


Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Sumedang akan membagikan kambing etawa untuk kelompok tani di Sumedang. Sebelumnya, dinas ini juga membagikan domba 18 hingga 30 domba untuk digemukkan kelompok tani. Dana hibah domba ini berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Dengan dana yang sama, tahun ini kambing etawa dipilih untuk peliharaan para petani.

Saat ini, Diskanak Sumedang mulai melaksanakan verifikasi data para calon petani dan calon lokasi (CPCL) terhadap kelompok tani penerima bantuan ternak domba dari DBHCHT tahun 2024 ini. Verifikasi data CPCL tersebut dilakukan terhadap sejumlah kelompok tani penerima bantuan ternak domba yang tersebar di sejumlah wilayah di Kabupaten Sumedang.

"Ini untuk memastikan bahwa kelompok tani yang akan menerima bantuan memang betul-belul ada dan aktif," kata Plt Sekretaris Disnakan Kabupaten Sumedang, drh Mursjid Abdullah, kepada TribunJabar.id, Minggu (24/3/2024). 

Kegiatan verifikasi data CPCL kelompok tani penerima bantuan ternak domba DBHCHT dilaksanakan di beberapa desa, seperi Desa Banjarsari Kecamatan Jatinunggal; Kelompok Mitra Saluyu, Desa Genteng, Kecamatan Sukasari; dan Desa Cikareo Selatan, Kecamatan Wado. Kelompk-kelompok CPCL penerima bantuan adalah yang ada kaitannya dengan pertanian dan buruh tembakau. 

"Di tahun 2024 ini memang ada alokasi anggaran untuk bantuan hewan ternak bagi para petani dan buruh tani tembakau," katanya.

Mursjid menyampaikan, bantuan ini, adalah bagian dari program kesejahteraan masyarakat, yang masuk dalam prioritas sasaran program DBHCHT Kabupaten Sumedang pada tahun 2024 ini.

"Tujuan utama dari program ini, adalah untuk membantu pengembangan usaha para petani, agar perekonomian masyarakat meningkat," katanya. (INF)



RAKORNAS GAPENSISKA : PERKOKOH KONTINUITAS SISKA SECARA NASIONAL

Rakornas GAPENSISKA : Fokus Menyukseskan Program SISKA ke Seluruh Indonesia
(Sumber : Istimewa)

Kamis, 21 Maret 2024 yang lalu berlokasi di IPB International Convention Center Bogor, Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sawit-Sapi (GAPENSISKA, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan dukungan SISKA Supporting Program(SSP-IARMCP) mengelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas). Topik yang dibahas yakni mengenai pengembangan SISKA meliputi kebijakan dan strategi pengembangan, potensi investasi (IPRO), dan pedoman teknis implementasinya.

Wahyu Darsono selakuTeam Leader SISKA Supporting Program (SSP), Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA) memegang peranan strategis dalam mengembangkan sektor perkebunan dan peternakan di Indonesia serta mendukung Rencana Aksi Nasional Kebun Sawit Berkelanjutan (RAN KSB).

“Hingga saat ini SISKA Supporting Program telah mendukung pengembangan SISKA di Kalimantan Selatan (26 Klaster SISKA KU INTIP) Kalimantan Barat (13 Klaster SISKA MEMBARA), Kalimantan Timur (9 Klaster SISKA NUSANTARA), dan Riau (7 Klaster SISKA MANDIRI) agar terus berjalan berkelanjutan dan berorientasi secara komersial,” kata Wahyu saat pembukaan Rakernas.

Menurutnya, tujuan utama SISKA (Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit) adalah untuk mengintegrasikan budidaya sapi dengan perkebunan kelapa sawit. Dengan program ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendukung perkebunan sawit berkelanjutan.

“Sayang, implementasi SISKA ini masih terbatas di beberapa daerah dan belum merata di seluruh Indonesia. Padahal, potensi SISKA sangat besar mengingat luasnya lahan perkebunan kelapa sawit dan jumlah populasi sapi di Indonesia,” katanya.

Untuk itu, lanjut Wahyu, perlu ada strategi untuk mempercepat perluasan implementasi SISKA agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi petani, lingkungan, dan perekonomian yang sejalan dengan prinsip-prinsip perkebunan sawit berkelanjutan.

Wahyu menjelaskan, SISKA mendorong implementasi integrasi sawit sapi, mendorong kapasitas dan penyiapan pelaku integritas sawit sapi. Kemudian mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menentukan kebijakan integritas sawit sapi yang ada di daerah, salah satunya pada Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Untuk mendorong keberlangsungan SISKA, sejak tahun 2021, pihaknya membentuk SISKA Supporting Program (SPP) untuk mendukung pemerintah provinsi di empat provinsi untuk mengembangkan sektor SISKA mereka sendiri.

“Hingga saat ini, SSP telah mendukung pengembangan klaster SISKA di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau, yang mendukung mata pencaharian peternak,” kata Wahyu.

Pendahulu SSP, program Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding Program (2016-2021), membuktikan bahwa model SISKA layak secara komersial, dan sebagai hasilnya mampu menawarkan peluang untuk memperluas pembiakan sapi di area perkebunan kelapa sawit yang sesuai. Kelapa sawit saat ini mencakup 16 juta hektar lahan di Indonesia, sehingga peluang pertumbuhan SISKA sangat besar.

Dalam mendorong perluasan SISKA, SSP berfokus pada dukungan pembentukan kemitraan atau klaster SISKA, pengembangan kapasitas untuk mengembangkan tenaga kerja SISKA, dan mendorong kemitraan sektor swasta dan publik melalui advokasi oleh Gabungan Pelaku dan Pemerhati SISKA (GAPENSISKA).

Menurut wahyu, dari sisi peningkatan produksi sawit, dampaknya kebun sawit dapat memanfaatkan bahan organik (kotoran sapi, pelepah sawit, tandan buah kosong) sebagai kompos, baik sebagai pupuk maupun pembenah tanah.

Dengan memelihara sapi di kebun sawit dapat mengendalikan gulma, karena gulma bisa menjadi pakan ternak. Sedangkan dampak terhadap lingkungan adalah, berkurangnya penggunaan pupuk kimia non organik, berkurangnya residu herbisida dan berkurangnya limbah yang menjadi sumber penyakit tanaman. Penggunaan pupuk kimia juga berkurang dan meningkatkan absorsi pupuk kimia.

Sedangkan dampak terhadap pengembangan ternak sapi adalah ketersediaan lahan dan pakan untuk pengembangan sapi. Bahkan bisa didorong dalam pengembangan industri pakan. Dampak lainnya adalah meningkatnya jumlah pengelola sapi dan meningkatnya populasi sapi yang berkualitas.

“Keuntungan lain dari intergrasi sawit-sapi adalah bisa meningkatkan pendapatan petani. Petani mendapat tambahan pendapatan dari hasil menjual bahan organik (kotoran sapi dan kompos). Pengurangan penggunaan herbisida juga mengurangi tenaga kerja untuk pengendalian gulma, sehingga pengeluaran petani pun berkurang,” katanya.

Prof Ali Agus, Staf Ahli Menteri Bidang Hilirisasi Kementerian Pertanian menambahkan, perkebunan sawit bisa menjadi lokomotif dalam mendukung ketahanan pangan. Luas kebun sawit yang mencapai 16 juta hektare (ha) memiliki potensi yang besar dalam menyediakan pangan berupa daging sapi bagi bangsa Indonesia.

“Perkebunan sawit berpotensi menjadi lokomotif penyediaan pangan bagi masyarakat luas. Dengan luas 16 juta ha, perkebunan sawit bisa diintetegrasikan dengan peternakan sapi dan tanaman pangan untuk mendukung swasembada daging dan pangan,” kata Ali Agus.

Ali Agus menambahkan, pemenuhan atau swasembada pangan hingga saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah sulitnya pengadaan lahan. Adanya lahan sawit dengan kerapatan tanaman yang cukup lebar bisa diberdayakan dengan berbagai tanaman untuk pakan sapi dan sebagai ladang pengembalaan yang bagus.

“Perkebunan sawit dengan jarak tanam yang luas bisa menjadi altenatif lahan untuk pemenuhan pakan ternak dan tanman pangan,” jelasnya.

Dukungan Penuh Dari Pemerintah

Pemerintah yang dalam hal ini diwakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah menegaskan, bahwasanya mereka sangat mendukung penuh program Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA yang mengintegrasikan ternak sapi dengan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit dengan konsep menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman.

“Sistem usaha integrasi sapi sawit ini akan memberikan tambahan keuntungan bagi perusahaan dan juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan peternak di sekitar perkebunan atau pekebun binaan/plasma. Karena peternak dapat memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk pakan ternak. Selanjutnya, perusahaan sawit dapat memanfaatkan kotoran ternak untuk pupuk tanaman,” paparnya.

Namun, lanjutnya, masih sedikit perusahaan yang belum menerapkannya. Menurutnya, banyak pengusaha sawit yang belum mengetahui keuntungan yang bisa didapatkan dengan mengikuti program SISKA.

Nasrulah berharap program SISKA bisa masuk dalam Undang-Undang (UU) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) yang akan direvisi oleh DPR sehingga tak perlu lagi membuat regulasi baru.

“Kalau masuk UU tentu lebih kuat dan lebih mudah dalam sosialisasi dan implementasinya,” kata Nasrullah.

Menurut Nasrullah, kebutuhan pangan setiap tahun terus meningkat, terutama beras dan daging sapi sebagai sumber protein hewani. Namun, penyediaan daging sapi masih banyak kendala, diantaranya ketersediaan sapi bakalan. Apalagi, saat ini sistem pemeliharaan sapi di Indonesia, didominasi oleh peternakan rakyat dengan pola usaha semi intensif dan intesif dengan rata-rata kepemilikan 2 (dua) ekor per peternak.

“Selain itu, masih sedikit lahan khusus bagi usaha peternakan. Hal ini sangat berbeda dengan sistem usaha pembiakan sebagai penghasil sapi bakalan di negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Brazil dan Argentina yang memiliki lahan penggembalaan yang luas,” kata Nasrullah.

Di sisi lain, lanjutnya, Indonesia memiliki perkebunan sawit yang luasnya mencapai 16,38 juta Ha. Dengan luas perkebunan kelapa sawit tersebut, terdapat potensi lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai padang penggembalaan (ranch) maupun sumber pakan untuk pengembangan ternak sapi. Anggap saja jika 1 ekor sapi membutuhkan 2 Ha lahan perkebunan sawit, maka misalnya diambil 20% saja dari total area kebun sawit tersebut, akan dapat dikembangkan lebih kurang 1,6 juta ekor sapi.

“Saya telah melihat sendiri pengembangan sawit sapi ternyata mampu menghasilkan ternak yang berkualitas bagus, dan tidak merusak kebun sawit. Bahkan usaha integrasi sawit-sapi dapat berkontribusi positif bagi pengembangan perkebunan berkelanjutan dan memberikan citra positif bagi komoditas kelapa sawit Indonesia yang saat ini mengalami kampanye hitam (black campaign) dalam tataran global,” jelasnya.

Dia menjelaskan, melalui sistem integrasi sawit-sapi, penggunaan herbisida kimia dan pupuk anorganik dapat dikurangi, sehingga mengurangi biaya produksi dan menjadikan sistem pertanian yang ramah lingkungan.

“Selain itu sistem integrasi sawit-sapi dapat menjadi alternatif sumber pendapatan saat dilakukan replanting atau Peremajaan Sawit Rakyat (PSR),” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Nasrullah mengapresiasi kinerja Siska Supporting Program (SSP), yang telah mendorong upaya perluasan implementasi SISKA sebagai upaya percepatan swasembada daging sapi. Dengan terus melakukan perluasan model SISKA pola inti plasma terus dilakukan di luar Kalsel, yaitu Kaltim, Kalbar, dan Riau atas komitmen dan inisiatif pemprov setempat. Diharapkan program model seperti ini dapat menjadi role model dan direplikasi oleh provinsi yang lain.

“Komitmen dan dukungan dari berbagai pihak terus berdatangan untuk mendukung suksesnya program ini, baik dari Pemerintah Provinsi, CSR perusahaan, hingga perbankan. Dukungan yang diberikan berupa modal fisik, seperti alat pagar listrik (electric fence), mesin chopper, portable feed bunk, portable yard, hingga penanaman HPT serta pendampingan teknis dari Siska Supporting Program Indonesia,” jelasnya.

Menurut Nasrulah,  pihaknya juga perusahaan yang telah mengembangkan integrasi sawit sapi ini termasuk memberikan fasilitasi berupa CSR bahkan bersedia menjadi avalis KUR sehingga dapat memberikan peluang pengembangan usaha bagi pekebun/peternak untuk menaikkan skala usaha. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung integrasi sawit sapi termasuk pihak bank, akademisi, asosiasi dan pemerhati sawit sapi dan tak lupa para pekebun-peternak.

“Saya mengimbau para pemilik perusahaan perkebunan sawit yang belum melaksanakan integrasi sawit sapi, untuk segera bergabung dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional dan mewujudkan perkebunan berkelanjutan,” pungkasnya. (CR)

LALAT SERBU RUMAH WARGA, PETERNAKAN AYAM DIDUGA MENJADI PENYEBAB

Lalat Berkerumun di Sekitar Pemukiman Warga
(Sumber : Istimewa)

Pemandangan tidak biasa terlihat di pemukiman warga di Lembang Pata'padang pada, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, sejak (22/4). Ratusan lalat tiba-tiba menyelimuti daerah tersebut bahkan masuk ke rumah warga. Serangan lalat tersebut memenuhi rumah warga, mulai di teras, ruang tamu, kamar, hingga ruang makan dan dapur.

Warga menduga bahwa serangan lalat pemukiman warga tersebut berasal dari peternakan ayam potong. Hal ini dibantah Kepala Lembang Pata'padang, Matius Allokaraeng. Ia mengatakan bahwa di wilayahnya tidak ada peternakan ayam.

"Di sini tidak ada. Mungkin lokasinya sekitar perbatasan Lembang Pata'padang dan Lembang Tallung Penanian, masih masuk Kecamatan Sanggalangi. "Kalau di Lembang kami, tidak ada peternakan ayam (potong)," tuturnya.

Ia juga mengaku sudah mendapatkan laporan terkait serangan lalat tersebut.

"Sudah dapat informasi dari masyarakat di Dusun Buntualang bahwa banyak kerumunan lalat di rumah warga. Kami sudah sampaikan ke Dinas Pemukiman dan Lingkungan Hidup, Kepala Puskesmas Tombang Kalua, dan dokter Peternakan di Toraja Utara," jelasnya.

Ia berharap masalah ini cepat dapat diatasi dan kondisi kembali normal.

"Semoga kembali normal, dan ada bantuan maupun tindakan dari dinas terkait, dan menyelidiki apakah benar serbuan lalat tersebut dari peternakan," tutupnya. (INF)


LAGI, PETERNAKAN BABI ILEGAL DI KALSEL DIBONGKAR

Salah Satu Kandang Babi Ilegal di Gunung Manggis, Kalsel
(Sumber : Istimewa)

Pemerintah Kota Banjarbaru menetapkan rencana waktu pembongkaran 10 kandang peternakan babi di Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin pada Kamis 28 Maret 2024 mendatang.

Rencana eksekusi peternakan tak berizin ini ditetapkan setelah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Banjarbaru sebagai penegak Perda melaksanakan rapat teknis pembongkaran bersama stakeholder terkait, Rabu (20/3/2023) pagi.

Kepala Satpol PP Kota Banjarbaru, Hidayaturahman mengatakan, pihak yang akan terlibat dalam eksekusi nanti yakni Disperkim, Dinas PUPR, DLH, DKP3, TNI, dan Polri beserta perangkat kecamatan, kelurahan dan RT RW.

“Sesuai arahan pimpinan Insyaallah pembongkaran akan kami lakukan pada tanggal 28 Maret 2024 ini,” ujar Hidayaturahman usai rapat di aula Satpol PP Banjarbaru, Rabu (20/3/2024) siang.

Sebelumnya, merespon keluhan warga atas keberadaan peternakan babi di Jalan Danau Seran itu, Satpol PP telah memberikan Surat Peringatan (SP) pertama hingga ketiga langsung kepada pemilik peternakan.

Namun, surat peringatan untuk melakukan pembongkaran sendiri itu tak dipatuhi oleh pemilik ternak, hingga akhirnya kandang-kandang itu diberikan segel penutupan.

“Melalui SP sebelumnya sudah kita sampaikan ke pemilik agar mereka dapat membongkar mandiri, jika tidak maka kita yang akan bongkar,” jelas dia.

Sedangkan saat eksekusi pembongkaran, Dayat mengatakan tidak akan merelokasi ternak-ternak babi tersebut, sebab pemilik ternak sudah terbukti melanggar ketentuan.

“Ada 4 hal yang dilanggar pertama tentang tata ruang, kedua tentang izin bangunan, izin ternak itu sendiri, serta pengelolaan limbah, dan lingkungan,” sebutnya.

Sebelum hari ekskusi, Satpol PP Banjarbaru kembali akan memberikan peringatan kepada pemilik ternak.

Termausk kata dia, DKP3 Banjarbau akan memberikan imbauan agar pemilik ternak untuk dapat mengamankan hewan ternak agar dapat mengurangi kerugian.

“Dan kita juga akan minta bantuan Dinas PUPR menyiapkan alat berat untuk mempercepat proses pembongkaran serta bantuan armada dari DLH seumpama ada suatu hal yang kita angkut,” tuntas dia.

Lebih jauh Dayat mengatakan, selain 10 kandang peternakan yang terdata ada di wilayah Guntung Manggis, imasih ada peternakan di wilayah lain yang juga akan dilakukan pembongkaran secara bertahap. (INF)

ANTRAKS DI DIY LANGSUNG DITANGANI CEPAT AGAR TAK MELUAS

Pemberian vaksinasi pada sapi untuk mencegah antraks. (Foto: Istimewa)

Mencuatnya kasus antraks yang menyerang ternak sapi dan kambing di Kabupaten Sleman dan Gunungkidul Provinsi D.I. Yogyakarta (DIY), ditangani secara cepat dengan mengintensifkan disinfeksi, vaksinasi, dan pengawasan lalu lintas ternak.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengungkapkan bahwa kasus ini telah menjadi perhatian Menteri Pertanian untuk segera diambil langkah-langkah preventif agar tidak meluas.

“Inilah kepedulian pemerintah terhadap rakyat. Harapannya yaitu wilayah kasus bisa kita isolir. Pemerintah jangan sampai lengah terhadap vaksinasi antraks. Stok vaksin kita lebih dari cukup dan tidak impor. Kita produksi sendiri,” kata Nasrullah saat memberikan sambutan pada kegiatan vaksinasi untuk pencegahan antraks di Balai Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Selasa (19/3/2024).

Dalam keterangan resminya, Nasrullah menyoroti pentingnya pemahaman yang lebih baik dari peternak tentang bagaimana menjaga kesehatan ternak dan mencegah agar kasus antraks tidak terulang.

Ia mengimbau jika ternak sakit, segera laporkan kepada petugas, tidak boleh menyembelih di sembarang tempat tanpa izin, serta mengonsumsi  ternak yang sakit apalagi yang telah mati. Hal tersebut dapat membahayakan kesehatan diri sendiri maupun masyarakat.

“Sangat penting bagi peternak untuk memahami bahaya antraks dan langkah-langkah pencegahannya. Edukasi harus rutin diberikan kepada peternak dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat,” ucapnya.

Ia juga menambahkan, perlu diperkuat check point lalu lintas ternak yang ada dan melakukan koordinasi lintas wilayah yang berbatasan. Aparat Kepolisian juga diharapkan menindak oknum yang menjual ternak sakit atau ternak mati yang diduga antraks.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan upaya pendataan kelompok ternak di Kabupaten Sleman dan turut memantau perdagangan ternak secara ketat. Terutama wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, menjadi fokus utama dalam pemantauan.

“Kami telah melakukan upaya disinfeksi di lingkungan kandang ternak yang positif antraks dan Pemda Sleman terus berupaya memusnahkan daging ternak kena antraks yang telah ditaruh di kulkas-kulkas, kita ambil semua, ini bekerja sama juga dengan TNI dan Polri,” kata Kustini.

Ia juga membeberkan telah dilakukan pengobatan dan pemberian vitamin terhadap 143 ekor sapi dan 224 ekor kambing/domba. Vaksinasi juga terus dilakukan pada zona kuning yaitu di Dusun Nawung, Kalinongko, dan Kalinongko Lor. Semua dilakukan beserta jajaran Pemda Sleman agar penyebaran antraks berhenti.

Pada kesempatan yang sama Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin, menjelaskan bahwa antraks yang terjadi di DIY merupakan kasus yang berulang dan ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah ketidaktahuan masyarakat terkait bahaya antraks.

“Penyakit antraks sebenarnya adalah penyakit yang mudah ditangani kalau dilakukan vaksinasi secara rutin, yaitu setiap tahun. Selain dengan vaksinasi, pemerintah melalui Balai Besar Veteriner bisa melakukan flooring atau semenisasi untuk daerah yang terkena antraks,” tutur Nuryani.

Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY, Hery Sulistio Hermawan, juga menekankan pentingnya koordinasi antar instansi dalam menangani kasus ini. Menurutnya, seluruh wilayah di DIY harus mengambil langkah tegas dan waspada.

“Berawal dari 2 Februari 2024 terjadi utamanya di Kalinongko Kidul, Gayamharjo, beruntun sampai 7 Maret 2024. Kemudian pada 23 Februari 2024 juga terjadi kasus di Serut. Artinya ada di dua lokasi penyakit antraks. Dua lokasi tersebut saling berdekatan di perbatasan dengan jarak 100-200 meter,” terangnya.

Ia sampaikan telah terjadi kematian dua ekor sapi dan 10 ekor kambing dan saat ini sudah 14 hari sudah tidak ditemukan kasus lagi. Artinya, kematian ternak yang terakhir terkonfirmasi pada 7 Maret 2024.

Update penanganan yaitu telah dilakukan disinfeksi, pengobatan antibiotik, dan vitamin sebanyak 750 ekor terdiri dari 238 sapi dan 519 kambing. Vaksinasi akan dilaksanakan 14 hari setelah ternak diobati. Untuk Klaten yang menjadi daerah terancam, juga telah vaksinasi 242 ekor yaitu terdiri dari 140 sapi, 55 kambing, dan 47 domba,” tukasnya.

Pada acara tersebut, Dirjen PKH Nasrullah juga menyerahkan bantuan Kementerian Pertanian berupa vaksin antraks (2.600 dosis), vitamin (1.500 botol), obat-obatan (600 botol), dan spuit (20.000 set) kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY. (INF)

RUSIA TAMPAKNYA TELAH MENGATASI KRISIS UNGGAS

Pihak berwenang Rusia telah berhasil mengembalikan keseimbangan pasar unggas dan telur domestik dengan memanfaatkan langkah-langkah dukungan negara yang besar dan penyelidikan antimonopoli.

Baru-baru ini, harga grosir rata-rata daging broiler di pasar Rusia turun 0,1% menjadi 157 rubel (US$1,73) per kg. Harga rata-rata grosir sebungkus 10 butir telur turun 1,3% menjadi 89,7 rubel (US$0,99), kata Kementerian Pertanian Rusia dalam sebuah pernyataan. Dinamika harga sebagian besar tetap datar sejak Januari 2024, menyusul gejolak yang belum pernah terjadi sebelumnya pada paruh kedua tahun 2023.

Kekurangan daging broiler di pasaran, yang terjadi di beberapa daerah pada bulan September 2023 dan Januari 2024, kini sudah tidak terjadi lagi. (Via Poultryworld)

POULTRY IMMUNOLOGY CLASS 2024, KUPAS TUNTAS PENGENDALIAN KOKSIDIOSIS

HIPRA Immunology Class 2024, Kupas Tuntas Koksidiosis
(Sumber : CR)

Koksidiosis merupakan salah satu penyakit yang kerap menghantui sektor budi daya unggas. Baik pada unggas komersil maupun breeding, koksidiosis masih menjadi momok yang menakutkan bagi para stakeholder

Dalam rangka mendalami pengendalian koksidiosis yang efektif, salah satu pelaku utama industri obat hewan yakni PT Hipra Indonesia menyelenggarakan sebuah acara yakni Poultry Immunololgy Class Coccidiosis 2024. Kegiatan tersebut berupa seminar dan workshop yang diselenggarakan di Surabaya pada 5-6 Maret 2024 lalu. Seminar berlangsung di Hotel Alana Surabaya pada (5/3), dan workshop berlangsung di FKH UNAIR pada (6/3).

Subsidiary Business Manager PT Hipra Indonesia, Franky Sihotang dalam sambutannya mengatakan bahwa selain sebagai ajang silaturahmi HIPRA dengan para customer dan calon customer, acara ini juga ditujukan untuk meningkatkan kompetensi customer HIPRA. 

"Kita di sini juga belajar koksidiosis lagi, bagaimana pentingnya mengendalikan parasit ini untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi, dan intinya juga menjadi refreshing ilmu di bangku perkuliahan, kami sangat peduli dengan ini dan selalu konsisten mengadakan event seperti ini," tutur Franky.

Refreshing Ingatan Koksidiosis

Didapuk sebagai salah satu pembicara yakni Prof Lucia Tri Suwanti selaku Guru Besar Departemen Parasitologi FKH UNAIR. Dalam pemaparannya Prof Lucia membuka kembali ingatan para peserta terkait koksidiosis, mulai dari agen penyebabnya, siklus hidupnya, serta prevalensi kejadian koksidiosis. 

Prof Lucia juga tidak lupa menyinggung mengenai berbagai faktor yang dapat meningkatkan kejadian infeksi, dan memperparah kasus koksidiosis pada ayam baik ayam petelur, pedaging, dan breederIa juga menyinggung soal penanganan koksidia menggunakan antibiotik yang dirotasi di peternakan di Indonesia beserta pro dan kontra yang juga menyertainya. Ia merasa vaksinasi terhadap koksidiosis akan lebih efektif dalam mengendalikan agen parasit tersebut.

"Penggunaan antibiotik sebaik apapun perlu diperhatikan, jangan - jangan nanti ada residu di dalam produknya, ujung - ujungnya produsen merugi karena tidak memenuhi syarat untuk ekspor, konsumen juga merugi karena akan mempertinggi kesempatan resistensi antibiotik," kata Prof Lucia.

Bukti bahwa vaksin koksidiosis betul - betul dapat menggantikan 100% antibiotik telah dibuktikan oleh HIPRA, hal tersebut disampaikan oleh Drh Aditya Fuad Risqianto Technical Service Manager PT HIPRA Indonesia. 

Dirinya beserta tim telah melakukan pembuktian di Indonesia sendiri dimana penggunaan vaksin kosidiosis dapat meningkatkan performa, keuntungan, mengurangi dampak resistensi antibiotik atau antikoksidia sehingga mereduksi penggunaan antikoksidiosis maupun koksidiostat sampai nol persen, yang berujung pada peningkatan keamanan manusia dan lingkungan.  


Peserta Juga Melakukan Workshop Nekropsi di Laboratorium
(Sumber : CR)


Evalon® dan Evant® Perlindungan Maksimal Dari Koksidia

HIPRA sendiri memiliki solusi dalam mengendalikan koksidiosis tanpa antibiotik . antikoksidia yakni melalui kedua produk vaksin mereka yakni Evalon® dan Evant®. Evalon® sendiri merupakan generasi pertama vaksin koksidiosis milik HIPRA yang hadir di Indonesia sejak tahun 2019, hal tersebut disampaikan oleh Dr Ong Shyong Wey selaku Regional Technical Marketing Manager, Asia & Oceania HIPRA.

Evalon® sendiri merupakan vaksin live attenuated yang mengandung ookista yang tersporulasi yang didapatkan dengan metode precociousness yang ditujukan untuk proteksi terhadap penyakit koksidiosis pada breeder dan layer.

"Didalam Evalon®  terkandung ookista dari beberapa strain Eimeria yang banyak ditemui pada ayam, yaitu E. acervulina, E. maxima, E. necatrix, E. brunetti dan E. tenella yang sangat penting pada ayam yang dipelihara dalam jangka panjang," tukas Dr Ong.

Sedikit berbeda dengan pendahulunya, Evant® merupakan vaksin live attenuated yang diperuntukkan untuk ayam dengan siklus umur yang lebih pendek, misalnya broiler. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Joan Molist Badiola, selaku Global Product Manager Poultry HIPRA.

Meskipun berbeda, kedua produk tersebut kata Joan memiliki suatu kesamaan yakni kedua vaksin tersebut dilengkapi dengan teknologi HIPRAMUNE® T yang berisi tiga komponen utama yaitu colouring agent berwarna ungu muda, beraroma vanilla dan merupakan adjuvant bersifat imunomodulator. 

"Vaksin live yang diatenuasi dengan metode precocious dikombinasikan dengan imunomodulator di dalam HIPRAMUNE® T telah terbukti dapat meningkatkan respon imun seluler. Selain itu, penggunaan vaksin ini semakin efektif karena ditunjang dengan metode vaksinasi dan teknologi yang tepat dan dilakukan manajemen pascavaksinasi sesuai rekomendasi kami," tutur Joan. 

Berdasarkan pemaparan Franky Sihotang, sejak diluncurkan pada tahun 2019 yang lalu, Evalon® telah digunakan sebanyak lebih dari 65 juta dosis di Indonesia. Untuk Evant® sendiri sejak diluncurkan tahun 2021 juga telah digunakan sebanyak 19 juta dosis di Indonesia, hal ini merupakan pencapaian yang bagus.

"Acara ini juga menjadi semacam ajang re-launch Evant®, dimana pada tahun launching-nya, masih dalam keadaan pandemi Covid-19. Kami rasa ini juga sesuatu yang baik. Kami berfokus juga untuk membantu mereduksi penggunaan antibiotik di peternakan, dan keduanya telah berhasil melakukannya," kata Franky.

Selain seminar, peserta juga diajak kembali melakukan workshop melalui praktikum di FKH UNAIR pada (6/3). Di sana peserta melihat dan mengalami secara langsung seperti apa dampak buruk koksidiosis pada saluran pencernaan ayam yang telah diinfeksi dengan koksidia.

Peserta juga dapat menyaksikan langsung seperti apa kinerja vaksin antikoksidia yang baik dapat melindungi serangan koksidia pada ayam yang juga telah diinfeksikan oleh parasit koksidia. (Adv)

BRIN BERSAMA INFOVET GELAR WEBINAR RISNOV TERNAK #2

Webinar Risnov Ternak #2. (Foto-foto: Dok. Infovet)

“Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan” menjadi tema dalam webinar Risnov Ternak #2 yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Peternakan bersama Majalah Infovet, Kamis (21/3/2024).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk berbagi informasi perkembangan riset dan inovasi bidang peternakan (risnov ternak), dengan menghadirkan narasumber di antaranya Hidayaturohman dari Jatinom Grup Blitar sekaligus Pengurus Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia. Kemudian Prof Dr Ir Arnold P. Sinurat MS (Pakar Nutrisi Unggas BRIN) dan Dr Ir Tike Sartika (Pemulia Ayam Lokal BRIN). Webinar dipandu oleh moderator Dr Hardi Julendra dari BRIN.

Para narasumber dan MC dari BRIN.

Webinar diikuti oleh 300 orang melalui zoom dan lebih dari 20 orang melalui kanal YouTube Majalah Infovet, terdiri dari kalangan peneliti, akademisi, industri pakan, obat hewan, peternak, pemerintah, serta stakeholder lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Acara diawali dengan sambutan kepala OR Pertanian dan Pangan BRIN, Dr Puji Lestari, dan Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Dr Tri Puji Priyatno.

Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Dr Tri Puji Priyatno.

Pada kesempatan tersebut, Hidayat yang membahas materi “Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan Menghadapi Gejolak Perunggasan” mengemukakan apa yang menjadi harapan peternak dalam menjalankan bisnisnya dan meningkatkan produktivitas ternak, salah satunya menyoal pakan seperti harga jagung dan bahan baku lainnya yang diharapkan bisa berimbang.

“Kalau jagung impor memang harganya murah, namun ongkos transportasinya cukup besar. Oleh karena itu, bahan pakan sumber energi lainnya seperti ketela, sorgum, dan sebagainya bisa dimanfaatkan,” katanya.

Pakan memang mempunyai kontribusi biaya tertinggi dalam usaha ayam petelur. Jumlah pakan/bahan pakan yang dibutuhkan terus meningkat menyebabkan harga pakan melambung. Oleh sebab itu, perlu dilakukan peningkatan efisiensi. Hal itu seperti dikatakan oleh Prof Arnold.

Adapun strategi nutrisi yang ditawarkan olehnya untuk meningkatkan efisiensi (ekonomis dan teknis) di antaranya dengan menggunakan bahan pakan yang tersedia dan lebih ekonomis dengan menerapkan prinsip-prinsip formulasi pakan yang benar, menerapkan teknologi seperti penggunaan imbuhan pakan yang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam bahan pakan, dapat menggunakan bahan pakan berserat seperti BIS lebih banyak dalam pakan.

Webinar Risnov Ternak #2.

“Kemudian dengan menggunakan salah satu produk hasil teknologi dalam negeri yang sudah dihasilkan adalah enzim BS4,” jelasnya. Enzim pemecah serat tersebut dihasilkan dengan membiakkan Eupenicilium javanicum pada substrat bungkil kelapa. Di isolasi dari biji sawit, dimaksudkan untuk meningkatkan kecernaan gizi produk ikutan industri sawit (solid, BIS).

Selain pakan, dalam meningkatkan jumlah produktivitas telur secara nasional, potensi ternak ayam lokal juga bisa dimanfaatkan. Seperti disampaikan Tike Sartika, ayam lokal dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bisa di branding sebagai telur omega tinggi, warna kuning telurnya juga lebih oranye sehingga termasuk dalam kategori pasar niche market. (INF)

Rekaman webinar dapat dilihat di YouTube Majalah Infovet berikut ini.

KOTORAN UNGGAS DIGUNAKAN UNTUK MENGHASILKAN TENAGA

Lebih dari setengah juta ton kotoran unggas digunakan oleh perusahaan energi terbarukan di Inggris untuk menghasilkan listrik. Melton Renewable Energy mengoperasikan 5 lokasi biomassa, termasuk satu di jantung perusahaan peternakan unggas, Thetford, East Anglia. Setiap minggunya, 11.000 ton limbah unggas dikirimkan.

Eddie Wilkinson, CEO Melton Renewable Energy, mengatakan di seluruh lokasi perusahaan dihasilkan sekitar 750,000 megawatt-jam per tahun, yang dapat memberi daya pada 250,000 rumah setiap tahunnya. Jika perusahaan tidak menggunakan biomassa, maka harus menggunakan turbin gas. Jejak karbon turbin gas adalah sekitar 400 g karbon per kw jam dibandingkan dengan 120 g biomassa.

“Kami bukan negara yang nol karbon, tapi kami rendah karbon. Manfaat lainnya bagi kami adalah bahan bakar kami secara efektif bersifat netral terhadap daratan. Kami tidak menebang pohon, itu berasal dari limbah pertanian yang berasal dari residu, kami mengambil masalah yang menjadi masalah bagi industri dan pertanian secara umum dan mengubahnya menjadi sesuatu yang positif,” kata Eddie. (Via Poultryworld)

4000 HEWAN PENULAR RABIES TELAH DIVAKSIN SELAMA 2024 DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Petugas Dinas Peternakan Kabupaten TTU Melakukan Vaksinasi HPR 
(Sumber : Istimewa)

Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara telah memvaksinasi sebanyak 4000 ekor Hewan Penular Rabies (HPR) pada tahun 2024. Jumlah tersebut didata sejak Bulan Januari hingga Selasa, 19 Maret 2024. Pelaksanaan vaksinasi pada tahun 2024 ini telah dilakukan di 7 kecamatan dan 32 Desa di Kabupaten TTU, Provinsi NTT.

Dikutip dari Pos-Kupang.com pada (20/3) yang lalu, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara, Trimeldus Tonbesi mengatakan, sasaran vaksinasi HPR pada 7 kecamatan ini mencakup Kecamatan Kota Kefamenanu, Mutis, Miomaffo Timur, Bikomi Selatan, Bikomi Tengah, Miomaffo Tengah dan Kecamatan Musi.

Ia menambahkan, pada tahun 2023 lalu, pihaknya melakukan vaksinasi HPR pada 6 kecamatan di Kabupaten TTU. Lima kecamatan ini yakni; Kecamatan Insana, Noemuti Timur, Noemuti, dan Miomaffo Barat. Dengan demikian, sebanyak 12 kecamatan telah menjadi sasaran vaksinasi HPR.

Menurutnya, satu tim akan menangani vaksinasi di satu desa hingga tuntas. Dengan demikian, setiap hari akan dilakukan vaksinasi HPR di 8 desa di Kabupaten TTU.

"Jadi satu kecamatan itu, semua tim masuk vaksinasi di situ sampai selesai baru pindah ke kecamatan lain,"ujarnya.

Ia mengimbau kepada para pemilik hewan peliharaan anjing agar tidak takut memvaksinasi hewan mereka. Pasalnya, di lapangan ada sejumlah masyarakat yang takut memvaksinasi hewan peliharaan mereka.

Mereka takut jika hewan peliharaan akan mati jika divaksinasi. Hal ini merupakan sebuah kekhawatiran yang keliru. Justeru, kata Trimeldus, Hewan Anjing ini divaksin agar tahan terhadap penyakit.

Para pemilik hewan peliharaan Anjing, lanjutnya, agar membantu menangkap atau mengandangkan anjingnya agar petugas bisa memvaksinasi HPR tersebut.

"Termasuk kepada aparat desa/kelurahan di Kabupaten TTU agar mohon kerja samanya mempersiapkan masyarakat sehingga kami dari Dinas Peternakan bisa menjangkau lebih banyak hewan peliharaan Anjing bisa divaksin lebih banyak,"pungkasnya. (INF)


PONDOK PESANTREN INI BISA MANDIRI BERKAT USAHA PETERNAKAN

Suasana di Kandang Sapi Milik Ponpes Assalam
(Sumber : Istimewa)

Sejak pertama berdiri, Pondok Pesantren Assalam Kutai Barat sudah mengembangkan bisnis peternakan lewat penggemukan sapi. Walaupun masih menggunakan pola sederhana, kini mereka sudah mampu memasok kebutuhan sapi kurban internal pesantren dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Dengan total sekitar seribu santri, Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam rutin menyembelih 40-50 ekor sapi setiap tahunnya untuk kebutuhan kurban. Oleh sebab itu, sejak berdiri 32 tahun lalu, sudah diinisiasi dengan usaha peternakan lewat penggemukan sapi mandiri.

“Sistemnya belum sematang sekarang. Bisa dibilang sejak 1992-2018 itu pondok belum punya kandang sendiri, belum punya lahan untuk pakan. Jadi sistemnya gaduh, pondok yang punya modal dan sapi dititipkan untuk dirawat oleh masyarakat. Nanti dipanen untuk dijual dan kebutuhan pondok,” beber Manajer Operasional Unit Usaha Ponpes Assalam Adam Ridho Muzakki.

Skalanya diakui tidak besar, kurang dari 20 sapi. Selain itu, juga ada kambing yang ikut dikembangkan dengan pola serupa. Masuk 2018, dimulai inisiasi membangun kandang pribadi, lokasinya tak jauh dari ponpes.

Dengan kapasitas 20 sapi. Tidak lagi menggunakan sistem gaduh, sapi dibeli mulai bibit dan digemukkan di kandang. Pondok mempekerjakan empat orang untuk operasional.Seiring waktu, usaha terus berkembang.

“Ponpes Assalam mendapat kesempatan menjadi mitra binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim. Dari situ, mulai lebih matang untuk usaha peternakannya. Mulai fokus ke sapi, sekarang sudah ada kandang yang lumayan di daerah Rejo Basuki, Barong Tongkok. Di atas lahan milik pondok seluas satu hektare, kapasitas kandang itu 80-100 sapi,” lanjut Ridho.

Di lahan yang sama, dibangun juga rumah untuk penjaga lahan. Ada pula lahan khusus untuk ditanami rumput guna kebutuhan pakan seluas 2 hektare. Benar-benar fokus dan serius mengembangkan kemandirian pesantren lewat peternakan.

Dijelaskan Ridho, jika pasar terbesar usaha peternakan itu, yakni saat momen Iduladha. Seiring tahun, masyarakat sekitar pondok juga sudah mengenal jika pondok memiliki usaha peternakan khususnya sapi. Sehingga, tak jarang yang mencari sapi kurban datang langsung ke pondok atau ke kandang.

Diakui Ridho jika sampai saat ini, usaha tersebut memang fokus untuk memenuhi kebutuhan internal pondok terutama saat Iduladha. Barulah diperjualbelikan.

“Kebutuhan pondok banyak, apalagi kalau kurban itu harga tinggi. Kualitas sapi untuk dibeli dalam jumlah banyak juga terbatas karena permintaan juga tinggi. Jadi, untuk meminimalkan pengeluaran pondok beli sapi di luar, kami ternak sendiri. Kualitas terjamin dan harga sapi bersaing,” jelasnya.

Setiap tahun, mereka memiliki pelanggan tetap. Selain masyarakat sekitar, juga beberapa perusahaan sekitar. “Ada yang rutin beli 9-10 ekor sapi. Selain untuk kurban, masyarakat yang sudah tahu, juga ada yang datang ke kandang di luar momen kurban untuk beli sapi. Umumnya untuk acara,” sebutnya.

Perlahan tapi pasti. Walau kapasitas produksi masih di bawah 100 ekor sapi per tahun, namun perkembangan itu tetap ada. Apalagi, permintaan sapi kurban selalu meningkat setiap tahun.

“Di Kutai Barat ini jumlah penduduk sedikit, bisa dibilang rumah potong hewan (RPH) itu hampir enggak ada. Masyarakat yang jual daging ya jagal sendiri, jadi ke depan harapannya kami bisa punya RPH juga. Bagian dari pengembangan usaha,” lanjut dia.

Selain RPH, harapan besar yang tersimpan yakni memiliki unit usaha turunan.

“Selama ini, jual sapi hidup kan lebih murah ketimbang sudah jadi daging. Jadi mau ke arah sana. Tapi, terdekat mau wujudkan RPH dulu. Kami sudah dapat pembekalan terkait, bagaimana penggemukan sapi dan pemotongan steril dan terstandar,” jelas Ridho.

Berharap bisa melebarkan usaha, misal membuat olahan sapi siap saji. 

“Kaya buat rendang, usaha pembuatan pentol daging atau bakso. Jadi, produk turunan itu bisa meningkatkan ekonomi pesantren lebih lagi. Alhamdulillah, sejauh ini dari peternakan sudah sangat cukup membantu perekonomian pesantren secara mandiri,” tutupnya. (INF)

SLUDGE BIOGAS, NILAI TAMBAH USAHA PETERNAKAN AYAM

Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia. (Foto: Istimewa)

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia. Nutrisi utama yang terkandung di dalam jamur ini beragam, di antaranya karbohidrat (selulosa, hemiselulosa dan lignin), protein, lemak, mineral, dan vitamin.

Jamur tiram putih termasuk dalam komoditas pangan, dengan kandungan protein tinggi yang aman untuk dikonsumsi dan tidak beracun. Selain aman, jelasnya jamur tiram merupakan salah satu bahan makanan yang bernutrisi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi lainnya antara lain bahan organik, lemak, dan serat kasar.

Di laman resmi Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM), mengungkap hasil penelitian Suwito (2006), menyatakan bahwa manfaat yang dimiliki jamur tiram putih adalah sebagai antibakteri dan antitumor. Itu sebabnya jamur tiram putih banyak dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai macam penyakit, mulai dari diabetes, lever, dan lainnya.

Proses tanam jamur tiram putih selama ini umumnya para petani hanya menggunakan media tanam berupa serbuk kayu dan serbuk kulit kelapa yang dicampur dengan pupuk. Ada juga petani jamur yang memanfaatkan pupuk kandang sebagai campuran.

Kotoran unggas, terutama ayam, kini bukan sekadar menjadi pupuk tambahan. Setelah melalui proses tertentu, limbah unggas bisa dimanfaatkan sebagai media tanam jamur tiram putih. Limbah unggas ini menjadi alternatif media tanam bagi jamur tiram. Hasilnya, jamur tiram putih tumbuh jauh lebih berkualitas dibanding menggunakan media tanam biasanya berupa serbuk kayu.

Pengolahan kotoran unggas sebagai media tanam ini sudah dilakukan melalui penelitian di Fakultas Peternakan UGM beberapa tahun lalu. Para peneliti kampus ini melakukan terobosan mengubah limbah unggas atau sludge biogas dari kotoran ayam menjadi media tanam bagi jamur tiram putih berkualitas.

Adalah Prof Dr Ambar Pertiwiningrum dari Departemen Teknologi Hasil Ternak Fapet UGM yang melakukan penelitian ini. “Kami sudah lama melakukan penelitian tentang pengolahan lain dari limbah untuk dapat menghasilkan nilai tambah bagi para petani, khusunya petani jamur,” ujarnya kepada Infovet.

Tinggi Protein
Jamur tiram putih menjadi pilihan dalam penelitian ini, mengingat tingkat konsumsi jamur di dalam negeri jumlahnya cukup besar. Hasil olahan jamur tiram putih tergolong jenis sayuran yang digemari masyarakat. Kini hasil olahannya juga makin bervariasi, bukan hanya dijadikan sayur untuk lauk, tetapi juga diolah menjadi olahan kering sebagai camilan.

Menurut Ambar, kandungan gizi jamur tiram putih cukup tinggi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, protein pada jamur tiram setiap 100 gram kandungan sebesar 27% atau lebih tinggi dibanding protein pada kedelai tempe sebesar 18,3% setiap 100 gram. “Serat jamur sangat baik untuk pencernaan, kandungan seratnya mencapai 7,4-24,6% sehingga cocok untuk tubuh,” ungkapnya.

Maka itu, perlu memperoleh komposisi yang baik untuk dapat menggantikan bahan penyusun media jamur, yang selama ini digunakan para petani yakni bekatul. Menurut Ambar, limbah kandang ayam ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan penyusun media jamur, pengganti dedak yang harganya cukup mahal dan berkompetisi untuk pakan ternak.

Temuan lain dari hasil penelitian yang dilakukan Ambar, kualitas media jamur tiram putih dengan penggunaan sludge biogas 100% bisa menjadikan hasil yang terbaik. Sebab meningkatkan kadar C-organik, kadar Nitrogen (N), kadar P (P2O5), dan kadar K (K2O). Artinya, limbah unggas kini tidak lagi menjadi sampah, tetapi justru dapat meningkatkan kesehatan dan perekonomian masyarakat.

Perlu Perlakuan Khusus 
Untuk memanfaatkan limbah ternak unggas menjadi media tanam jamur tiram putih, tidak serta merta digunakan layaknya para petani menggunakannya sebagai pupuk kandang selama ini. Ada perlakuan khusus atau proses yang dilalui agar menghasilkan media tanam dan hasil panen jamur yang bagus.

Peneliti senior ini menjelaskan, sludge ekskreta ayam yang keluar dari bak penampungan dikeringkan terlebih dahulu selama 2-3 hari hingga teksturnya menyerupai tanah dengan kadar air sekitar 10%.

Saat penelitian dilakukan, sludge ekskreta ayam yang telah kering diambil sekitar 4.000 g, kemudian dihaluskan dengan menggunakan mesin grinder. Sludge ekskreta ayam yang telah halus dibungkus dengan kertas koran lalu dioven dalam suhu 55° C selama 3-5 hari, kemudian dipindahkan ke tempat untuk selanjutnya disterilisasi pada suhu 121° C dengan tekanan 15 psi.

Selain membuat media jamur sebagai substitusi dedak oleh limbah biogas kotoran ayam, Ambar juga menggunakan limbah cangkang telur yang dapat digunakan sebagai pengganti kapur yang lebih ramah lingkungan.

Dalam penggunaannya pada media tanam, menurut Ambar, komposisi limbah unggas dapat dilakukan tanpa penambahan dedak maupun dilakukan dengan penambahan bahan lain. “Keduanya memang berperan sebagai sumber protein pada jamur tiram pada media tanam jamur,” jelasnya.

Ia menambahkan, selama ini sludge sebagai luaran dari hasil proses pembuatan biogas masih sangat minim pemanfaatannya. Bahkan hanya menjadi tumpukan limbah buangan biogas di dekat digester, tanpa makna dan bernilai.

“Umumnya sludge digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman di lahan pekarangan atau area pertanian skala kecil. Kini, dengan pemanfaatan sludge biogas sebagai bahan substitusi dedak pada media jamur tiram putih, dapat meningkatkan nilai guna dari sludge yang dihasilkan dan nilai tambah bagi pengembangan produk jamur tiram putih. Artinya, sludge biogas kini punya value added,” kata Ambar.

Indonesia memiliki potensi sludge biogas melimpah yang dapat diolah optimal dan lebih bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan, perekonomian masyarakat, serta pelestarian lingkungan.

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, terutama kecukupan gizi protein hewani dan juga sumber pendapatan masyarakat pedesaan. Inilah terobosan mengubah limbah menjadi bermanfaat dan bernilai.

Murah Biaya Tanam
Penggunaan sludge biogas sebagai media tanam jamur tiram putih ini memiliki nilai ekonomi yang lebih menguntungkan, jika diterapkan oleh para petani jamur. Nilai ekonomi yang dapat dihitung jika hanya dengan memanfaatkan limbah unggas ini hanya mampu mensubstitusi peran dedak sebesar 15% pada setiap media.

Jika diasumsikan harga dedak Rp 8.000/kg, maka hanya dapat dimanfaatkan hanya dalam 6-7 media dan dalam satu kali produksi, biasanya para petani jamur akan memproduksi minimalnya 500 baglog (media tanam jamur).

Menurut Ambar, jika dihitung nilai ekonominya, total biaya yang dapat dihemat jika menggunakan limbah unggas untuk pengganti dedak, maka 500 baglog dapat menghemat biaya dedak sebesar Rp 600 ribuan. “Dengan catatan 1 kilogram dedak dapat digunakan pada 6 baglog dalam berat 1 kg pada masing-masing baglog,” ujarnya.

Sedikit membedah faedah limbah unggas. Selama ini, publik umumnya mengenal kotoran ayam merupakan bahan baku penting dalam pembuatan kompos jamur dan komposter karena merupakan sumber nitrogen terbesar. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kualitas tetap konsisten dan setinggi mungkin. Namun kualitas kotoran ayam tidak begitu penting bagi peternak, baginya hanya merupakan limbah.

Mayoritas komposter menggunakan kotoran ayam kering. Jenis yang paling cocok adalah pupuk kandang dari ayam pedaging. Ini mengandung persentase kotoran yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan lain seperti serbuk gergaji.

Kandungan kalsiumnya yang tinggi dalam kotoran ayam dapat meningkatkan kesehatan tanaman secara keseluruhan. Hal itu juga sangat dapat mengurangi pembusukan ujung bunga selama musim tanam. Selain itu, kotoran ayam juga dapat mengusir banyak binatang yang menganggu tanaman seperti tupai, tikus, dan lainnya.

Dengan sebegitu banyak kandungan di limbah unggas, yang menjadi salah satu penggugah Ambar melakukan penelitian untuk dijadikan media tanam jamur tiram putih. Hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar Animal Products Technology UGM ini sudah beberapa tahun lalu dilakukan.

Sekarang, ilmu terapannya sudah dimanfaatkan oleh para petani jamur di beberapa wilayah Jawa Tengah. Meski untuk menerapkan hasil temuan ini lumayan rigit, namun untuk mencapai hasil yang maksimal dari budi daya jamur tiram putih para petani kini sudah banyak yang menikmati hasilnya. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

DAFTAR SEGERA WEBINAR GRATIS: PETELUR MANDIRI HARAPAN DAN TANTANGAN

Daftar segera, gratis! Webinar Nasional Risnov Ternak #6 "Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan".

Terselenggara atas kolaborasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan majalah peternakan Infovet, pada:

  • Kamis, 21 Maret 2024.
  • 09.00 - 12.00 WIB.

Sambutan dari BRIN:

  1. Dr Puji Lestari (Kepala OR Pertanian dan Pangan).
  2. Ir Tri Puji Priyatno, MAgrSc, PhD (Kepala Pusat Riset Peternakan).

Narasumber:

  1. Bapak Hidayaturrohman (Jatinom Group Blitar dan Pengurus PINSAR Indonesia).
  2. Prof Dr Ir Arnold Parlindungan Sinurat, MS (Pakar Nutrisi Unggas, BRIN).
  3. Dr Ir Tike Sartika (Pemulia Ayam Lokal, BRIN).

Moderator: Dr Hardi Julendra, SPt, MSc.

Gratis, pendaftaran melalui tautan berikut: https://bit.ly/webinarINFOVET_BRIN

AGAR CACINGAN TIDAK MEMBUDAYA

Diare pada ayam bisa jadi gejala awal cacingan. (Foto: Istimewa)

Tidak mudah memang mengendalikan penyakit parasitik seperti cacingan. Hingga kini masalah tersebut masih menghantui peternak di Indonesia. Bagaimanakah sebaiknya mengupayakan hal ini?

Sebagaimana disebutkan pada artikel sebelumnya mengenai ciri-ciri ayam yang mengalami cacingan dan jenis-jenis cacing yang menginfeksi, sebagai peternak harus memahami faktor penyebab ayam terinfeksi cacing. Beberapa di antaranya:

• Kandang kurang bersih. Telur cacing dikeluarkan bersama feses ayam, jika kondisi litter di kandang ayam kotor dan dipenuhi feses, serta jarang dikontrol untuk diganti, jangan terkejut apabila ayam menunjukkan gejala klinis atau mengalami cacingan. Penyakit ini bisa menular secara mudah melalui feses di kandang. Apabila tidak segera dibersihkan dan litter kandang jarang dikontrol, telur cacing dapat dengan mudah menginfeksi semua ayam di kandang.

• Kualitas pakan. Saat mendapati gejala klinis pada ayam yang mengarah pada cacingan, bisa saja salah satu penyebabnya adalah karena pakan yang diberikan tidak berkualitas. Pastikan hanya memberikan makanan dalam kondisi bagus pada ayam. Minimal tidak memberikan pakan yang kadaluarsa atau pakan yang tidak jelas. Pada pakan ayam kadaluarsa biasanya mengandung parasit dan telur cacing. Saat dikonsumsi ayam, akan mendatangkan berbagai gangguan kesehatan, apalagi di tengah kesulitan bahan baku pakan seperti saat ini.

• Suhu dan lingkungan. Beberapa literatur menyebutkan bahwa cacing parasit menyukai kondisi lingkungan dan suhu tertentu. Oleh karena itu, penting bagi pemilik ternak untuk mengatur suhu udara dan memberikan lingkungan baik bagi ayam peliharaan.

• Keberadaan vektor. Beberapa jenis serangga seperti kumbang franky, lalat, nyamuk, dan lain sebagainya telah terbukti menjadi vektor alami dari penyebab cacingan. Ayam memiliki risiko tinggi terkena penyakit cacingan apabila populasi lalat meningkat atau disebut dengan musim lalat. Terlebih ketika musim hujan dengan curah hujan yang tinggi dan tingkat kelembapan kandang meningkat.
Larva lalat dewasa menjadi inang bagi parasit cacing pita yang menyebabkan penyakit cacingan pada ayam. Selain itu, larva lalat dewasa juga menjadi vektor mekanik bagi cacing gilig dengan membawa telur cacing tersebut berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karenanya, pengendalian vektor merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian cacing.

Lebih Baik Mencegah
Jika ayam terkena penyakit cacingan, maka harus segera ditangani dengan menggunakan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024. (CR)

CHINA MENGHAPUS TARIF ANTI-DUMPING PADA UNGGAS BRASIL

China telah menghapus proses anti-dumping terhadap unggas Brazil yang menaikkan tarif impor hingga 34,2%. Selain itu, pemerintah China juga telah mengizinkan 12 pabrik ayam baru asal Brazil untuk diekspor.

Hal ini disepakati setelah negosiasi antara Brazil dan pemerintah China serta sektor swasta, dan juga terjadi pada saat kedua negara merayakan 50 tahun hubungan perdagangan. Brasil sudah, dan tetap, menjadi pemasok utama daging ayam segar ke pasar China.

Dengan berakhirnya tarif anti-dumping, Asosiasi Protein Hewani Brasil (ABPA) menyoroti bahwa eksportir Brasil akan kembali bersaing secara setara dengan eksportir lainnya. (Via Poultryworld)

PETERNAK SAPI PERAH LATVIA MENGHADAPI HARGA SUSU MENTAH YANG PALING RENDAH

Meskipun harga susu mentah di Uni Eropa telah sedikit pulih dalam beberapa minggu terakhir, para peternak sapi perah di Latvia masih berada di ambang kebangkrutan.

Pada bulan Januari 2024, harga rata-rata susu mentah grosir di Latvia adalah yang terendah di Eropa. Petani Latvia menjual susu seharga €38,47 per 100 kg, hampir 20% lebih rendah dari perkiraan harga rata-rata pertanian di Eropa sebesar €45,94.

Bahkan di negara-negara tetangga Baltik, gambarannya lebih cerah. Juru bicara Asosiasi Industri Peternakan Latvia (LSA) melaporkan bahwa para peternak mendapat €43 untuk 100 kg susu mentah di Lituania dan Estonia. Perbedaannya bahkan lebih drastis di Polandia, dimana harga rata-rata di tingkat peternak mencapai €47,43 pada bulan Januari.

Secara absolut, peternak susu di Latvia memperoleh pendapatan €66 juta lebih sedikit dari penjualan susu ke pengolah susu dibandingkan di Estonia dan €87 juta lebih sedikit dibandingkan di Polandia, Janis Miezitis, ketua LSA, berkomentar.

SERTIFIKAT DIGITAL MEMFASILITASI EKSPOR UNGGAS BRASIL KE UE

Ekspor daging unggas Brazil ke UE kini bisa menggunakan Digital Certificate of Origin. Dokumen tersebut menyelesaikan dalam beberapa menit sebuah operasi yang, hingga saat ini, memerlukan waktu hingga 9 hari untuk diselesaikan mulai dari permintaan hingga penerbitan dokumen.

Hal baru ini memberikan pengurangan biaya dan keamanan hukum yang lebih besar bagi eksportir dan telah berhasil diterapkan sejak minggu lalu. Ekspor pertama yang menggunakan sertifikat digital dilakukan melalui pelabuhan Rotterdam di Belanda.

Surat keterangan asal adalah dokumen wajib bagi ekspor Brasil untuk mendapatkan keuntungan dari kuota tarif Eropa, yang ditetapkan dalam lingkup Organisasi Perdagangan Dunia. Praktik ini dimulai di Inggris tahun lalu dan kini berlaku di 27 negara blok Eropa. (Via Poultryworld)

INFESTASI CACING YANG BIKIN MERINDING

Ascaridia galli. (Foto: Istimewa)

Orang awam mungkin mengetahui cacing sebagai salah satu mahluk penggembur tanah atau umpan memancing. Namun tidak semua cacing menguntungkan, ada beberapa jenis cacing yang justru merugikan bagi manusia dan hewan ternak.

Cacing yang akan dibahas dalam artikel ini merupakan cacing yang bersifat parasitik, terutama pada unggas. Cacingan merupakan penyakit akibat infeksi/infestasi cacing parasit di dalam tubuh makhluk hidup.

Cacing parasit banyak menginfeksi saluran pencernaan ternak, tak terkecuali unggas. Parasit ini sering menimbulkan banyak keluhan terutama dari peternak layer maupun breeding farm. Keluhan awal yang terjadi umumnya penurunan nafsu makan, diare berkepanjangan, keseragaman bobot badan yang tidak baik, bobot badan berada di bawah standar, penurunan produksi telur disertai daya tetas telur yang berkurang.

Selain itu, cacingan dapat menginduksi penyakit-penyakit pencernaan seperti necrotic enteritis (NE) dan yang paling berbahaya adalah menyebabkan penurunan daya tahan tubuh (imunosupresi) yang berujung pada kematian.

Mengidentifikasi Cacing Parasit
Menurut Dosen Mata Kuliah Endoparasit SKHB IPB University, Drh Risa Tiuria, dikatakan bahwa jenis cacing yang sering menginfeksi ayam terdiri dari dua jenis, yaitu jenis cacing gelang (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Parasit cacing gelang sangat sering dijumpai pada breeding farm yang menggunakan sistem closed house dan pemeliharaan postal yang memakai litter. Hal ini dikarenakan kondisi pada litter sangat mendukung siklus perkembangan cacing dan tingginya kemungkinan ayam memakan telur cacing yang ada pada litter. Jenis cacing gelang yang kerap dijumpai menginfeksi ayam di lapangan adalah:

• Cacing Ascaris sp. Cacing ini paling sering dijumpai, berbentuk seperti spageti dengan panjang sekitar 5-12 cm dan dapat ditemukan di sepanjang usus halus. Cacing ini memiliki lama siklus hidup dari telur yang termakan hingga bertelur kembali berkisar 5-8 minggu. Larva dari cacing ini menyebabkan pendarahan pada usus halus, sehingga meningkatkan risiko infeksi sekunder dari bakteri Clostridium perfringens yang dapat menyebabkan NE.

• Cacing Capillaria sp. Cacing ini berbentuk seperti benang halus, biasanya cacing ini ada pada kerongkongan dan/atau tembolok. Cacing ini dapat menembus mukosa saluran pencernaan bagian atas sehingga menyebabkan peradangan pada tembolok dan dinding kerongkongan. Hal ini akan menyebabkan ayam mengalami kesulitan makan yang mengakibatkan penurunan nafsu makan.

• Cacing Heterakis gallinarum. Cacing Heterakis berbentuk seperti benang halus dan dapat ditemukan pada sekum. Cacing ini menyebabkan peradangan pada sekum yang ditandai dengan berkurangnya lipatan-lipatan mukosa pada sekum. Cacing ini juga merupakan vektor penyebaran dari penyakit histomoniasis atau black head disease.

Sedangkan jenis cacing pita yang umum ditemukan pada ayam adalah cacing pita dari jenis... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer