Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

AYAM CORNISH SI PEDAGING DARI CORNWALL

Ayam cornish pada awalnya dibiakkan sebagai ayam buruan. Namun sifat liarnya tidak menurun ke keturunannya maka kemudian ayam ini menjadi jenis pedaging.

Ayam ini dinamai menurut tempat asalnya, Cornwall, Inggris. Semula mengalami kesulitan pasar, sampai ditemukan bahwa ayam cornish muda dapat dipanen lebih awal dengan daging yang rasanya enak.

  • Negara asal: Inggris
  • Manfaat: daging
  • Karakter: jinak, kurang ramah
  • Berat rata-rata: 8-10,5 pound
  • Umur panen: 4-9 minggu
  • Telur: 50-80 butir/tahun

Ayam cornish memberikan kontribusi terbesar bagi perkembangan industri broiler karena tubuh berotot dan bentuk karkasnya yang sangat baik.

Bulunya pendek dekat dengan tubuh dan kulitnya berwarna kuning. Matanya coklat kemerahan, kakinya berjari empat.

Meski bertelut tapi bukan jenis ayam petelur yang baik. Karakternya juga kurang ramah sehingga tidak cocok jadi hewan peliharaan.

Ayam Cornish cenderung berisik dan merupakan ayam energik yang selalu bergerak.

AYAM COCHIN SI BESAR BERBULU INDAH

Ayam cochin bertubuh besar dan memiliki penampilan yang khas dan menyenangkan. Bulunya banyak, besar dan halus, termasuk bulu di kaki.

Ayam ini mencapai berat badan yang baik pada usia 15 sampai 16 minggu. Selain dipelihara untuk daging dan telur, juga untuk ayam show karena bulunya yang indah. Ayam cochin cenderung jinak dan ramah serta mudah beradaptasi dengan kandang.

  • Negara asal: China
  • Manfaat: Telur, daging, show
  • Karakter: Ramah, penurut
  • Berat: 8,5-12 pounds
  • Umur panen: 15-16 bulan
  • Telur: Coklat, ukuran sedang, sekitar 160 butir/tahun

Warna bulunya buff (oranye-kuning), hitam, biru, coklat, putih, dll. Betinanya mengerami telur dalam waktu yang singkat dan merupakan induk yang baik.

Cochin dulunya dikenal dengan nama Chinese Shanghai Fowl, berasal dari Cina lebih dari 150 tahun yang lalu. Dibawa ke Amerika Serikat dan Kepulauan Inggris pada tahun 1800-an. Segera, ayam ini jadi populer di Inggris.

Pada tahun 1853, majalah Punch mencatat seekor ayam cochin yang dijual seharga £2587 (sekitar £86000 atau $113000 dalam mata uang sekarang). Kemudian lebih banyak Cochin yang dibawa ke Inggris, dimana ras ayam ini diperbaiki dan dikembangkan setelah sebelumnya juga dikembangkan di Amerika Serikat.

INDONESIA JAJAKI EKSPOR PRODUK UNGGAS KE NEGERI TIRAI BAMBU

Indonesia mencoba kemungkinan ekspor produk unggas ke Tiongkok


Kabar bahagia datang dari sektor perunggasan. Melalui pertemuan virtual via daring zoom, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (P2HP) menginisiasi pertemuan antara integrator perunggasan Indonesia dengan perwakilan buyer asal negeri tirai bambu Senin (22/3).

Direktur P2HP Fini Murfiani menjelaskan bahwa sejak lama pihak Indonesia telah melakukan lobi - lobi kepada Tiongkok untuk membuka akses pasar terkait produk perunggasan. Lebih jauh Fini menjelaskan bahwa sudah ada 5 surat resmi G to G kepada pemerintah Tiongkok yang dikirimkan oleh Indonesia.

Fini juga menyebut bahwa KBRI Tiongkok juga telah melakukan komunikasi informal kepada GACC (General Administration Custom of People's Republic of China) / bea cukainya Tiongkok terkait hal ini. Fini juga mengatakan dalam HS Code nomor 020712 dan 020714 Tiongkok terkait produk unggas, Indonesia belum pernah melakukan ekspor produk perunggasan ke Tiongkok. 

"Kami sudah melakukan ini, terakhir surat kami kirimkan di bulan Maret ini, tentunya karena dari sana mereka juga sudah meminta kepada kami karena supply mereka yang juga terbatas. Jadi kami sedang mengupayakan G to G nya, tapi supplier di sana sepertinya sudah tidak sabar untuk melakukan bisnis secara B to B, makanya kita mengupayakan yang terbaik," tutur Fini.

Ivan Lee sebagai perwakilan buyer dari Tiongkok mengatakan bahwa negaranya sangat membutuhkan suplai produk perunggasan berupa Chicken wings, Middle Joint Wings, Chicken Paw, dan Chicken feet. Produk - produk tersebut sangat diminati oleh masyarakat Tiongkok dan konsumsinya cukup besar.

Sebagai catatan, Ivan mengatakan bahwa Tiongkok sesungguhnya mengekspor produk - produk tersebut dari Brazil, Argentina, dan Thailand. Namun ia mendengar kabar adanya kemungkinan suplai dari Brazil akan dihentikan oleh Tiongkok karena isu Covid-19. Selain itu Ivan meyakini bahwa produk Indonesia berkualitas baik.

"Kami tahu bahwa produksi Indonesia sangat besar, makanya kami ingin agar produk Indonesia bisa kami jajaki di sini. Saya yakin meskipun secara G to G sangat rumit, tapi kami bisa upayakan untuk prosesnya, dan kami ingin secepatnya. Tetapi ingat, ini bukan soal kuantitas tapi tetap kualitas kami utamakan," tutur Ivan.

Namun begitu, nampaknya  jalan terjal terkait ekspor produk ini masih akan menanti. Pasalnya hingga kini belum ada kesepakatan G to G antara Indonesia dan Tiongkok. Namun begitu kedua pihak masih saling berdiskusi mencari jalan agar hal ini dapat diwujudkan, hingga berita ini diturunkan, belum ada keputusan dan solusi yang dihasilkan oleh kedua belah pihak. (CR)






PUSAT RISET UNGGAS TERBESAR DI EROPA DIBUKA DI SKOTLANDIA

Bagian dalam AAISC (Sumber: Thepoultrysite.com)

Fasilitas riset unggas bernama Allermuir Avian Innovation and Skills Centre (AAISC) telah didirikan tahun 2019 lalu di Edinburgh, Skotlandia. Menelan biaya 5,6 juta Euro, pusat riset dimiliki oleh Scotland’s Rural College (SRUC), yang juga dibiayai oleh Centre for Innovation Excellence in Livestock (CIEL).

Terbesar di Eropa, AAISC mempunyai fasilitas sebagai berikut:

  • Brooder house untuk 5.800 broiler.
  • Kandang serbaguna dengan 64 unit percobaan untuk hingga 1.344 ayam petelur, dan 4 kandang untuk hingga 960 ayam pedaging.
  • Sebuah ruang besar multi guna, yang mempunyai 36 raised-floor metabolism unit.
  • 30-35 staf, termasuk setidaknya 4 mahasiswa pasca sarjana.

“Tugas kami adalah memberikan uji coba yang direplikasi secara ilmiah, dari pilot skala kecil hingga kondisi yang relevan secara komersial,“ kata seorang juru bicara AAISC. “Kandang yang ada akan dikombinasikan dengan hatchery eksperimental dan pabrik pengolahan kecil, sehingga kami menawarkan kemampuan penelitian, dari telur hingga produk daging ayam.”

Salah satu proyek pertama adalah bekerja sama dengan Gama Healthcare dan CIEL pada antimikroba baru, yang bertujuan menjaga kesehatan usus pada ayam pedaging.

Proyek lain akan menguji peran nutrisi asam amino pada kemampuan unggas untuk melawan tantangan kinerja yang timbul dari gangguan enterik sub-klinis. (Sumber: fwi.co.uk)

3 JENIS AYAM YANG DIREKOMENDASIKAN UNTUK DIPELIHARA

Ayam Australorp (Shutterstock)

Tujuan memelihara ayam sangat terkait dengan jenis ayam yang akan dipilih untuk dipelihara. Apakah tujuannya untuk menghasilkan telur, daging, atu sekaligus daging dan telur?

Ayam petelur yang sangat produktif adalah jenis Golden Comet. Ayam yang relatif tenang perilakunya ini bisa bertelur antara 250 hingga 300 butir per tahun.

Ayam jenis Buckeye dari Amerika menghasilkan daging yang banyak. Selain itu ayam ini mampu hidup hampir di segala lingkungan dan cukup tahan terhadap penyakit.

Jika ingin memelihara ayam untuk diambil daging dan telurnya, ayam Australorp adalah salah satu yang direkomendasikan. Ia mampu bertelur sekitar 250 butir per tahun dan menghasilkan daging cukup banyak.

REMBUK PERUNGGASAN NASIONAL HASILKAN BEBERAPA KEPUTUSAN

Industri perunggasan Indonesia masih dihantui bayang-bayang over supply. (Foto: Dok. Infovet)

Awal tahun pasti semua kalangan berharap bahwa tahun 2020 menjadi tahun yang lebih baik daripada tahun sebelumnya, tanpa terkecuali kalangan perunggasan nasional. Sebagaimana diketahui bersama bahwa industri perunggasan nasional terus diterpa oleh kenyataan pahit, dimana harga jual live bird yang sangat sulit distabilkan tiap tahunnya.

Para pelaku usaha sudah jengah dengan memburuknya sektor perunggasan nasional, hampir setiap beberapa bulan sekali mereka para peternak mau tidak mau, suka tidak suka, dari hulu ke hilir banyak pihak yang memang sangat bergantung kehidupannya dari sektor ini.

Dalam rangka duduk bersama dan menuntaskan permasalahan tersebut, atas dasar inisiasi dari peternak dan asosiasi peternakan unggas, digelarlah rapat bersama dengan tema "Rembuk Perunggasan Nasional" di Hotel Santika, Jakarta, Rabu (22/1/2020).

Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan peternak, asosiasi peternakan unggas, integrator, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Satgas Pangan.

Keadaan over supply yang makin tak terkendali, tentunya menjadi biang keladi atas anjloknya harga jual live bird di tingkat peternak. Tercatat sejak September 2019 hingga kini, pemerintah masih harus melakukan "rekayasa" berupa cutting telur tetas DOC FS hingga Januari 2020. Hal ini dilakukan untuk menjaga harga jual live bird tetap stabil dan menguntungkan untuk peternak mandiri.

Hingga pada Rabu, 22 Januari 2020, ada sekitar 117,9 juta butir telur tetas yang di cutting, angka tersebut sebetulnya masih kurang dari target seharusnya yang sebanyak 127 juta butir. Dengan kata lain, baru 92,38% dari target yang terealisasi.

Dalam pertemuan rembuk perunggasan nasional, menghasilkan beberapa keputusan untuk menjaga harga jual live bird tetap stabil di atas HPP, diantaranya: 

1. Wilayah Jawa Barat mulai Kamis (23/1/2020), ayam yang berukuran 1,2 kg ke bawah agar ditahan untuk dijual selama empat hari. Kalaupun hendak dijual, harganya minimal Rp 16.000/kg atau boleh dijual dengan syarat dipotong di RPA sendiri. Sedangkan untuk ayam berukuran di atas 1,2 kg, mulai Kamis (23/1/2020), harus dijual dengan harga terendah Rp 16.000/kg.
2. Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur mulai Kamis (23/1/2020), harga ayam yang dijual terendah Rp 16.000/kg (Jawa Tengah) dan Rp 16.000/kg (Jawa Timur).
3. PT Charoen Pokphand Indonesia, Japfa Comfeed dan Malindo di wilayah Jawa Tengah mulai Kamis (23/1/2020), tidak boleh sama sekali melakukan penjualan live bird.
4. PT CJ Feed Indonesia, Wonokoyo, CISF, Sinta Prima, New Hope dan peternak mandiri tidak boleh melakukan penjualan live bird pada Jumat (24/1/2020) di wilayah Jawa Tengah.
5. Harga jual minimal live bird adalah Rp 16.000/kg.
6. Hari Sabtu dan Minggu (25-26 Januari 2020), semua perusahaan diperbolehkan menjual live bird dengan harga minimal Rp 16.000/kg.
7. Harga DO yang berlaku sesuai dengan tanggal tangkap.
8. Pemerintah wajib melakukan pengawasan.
9. Harga akan dievaluasi kembali tiap empat hari, dimulai pada senin (27/1/2020).
10. Harga DOC FS yang dijual kepada peternak mandiri skala kecil, jangan dinaikkan dulu. (CR)

SEMINAR ATAP PETERNAKAN DIGELAR PT DJABESMEN

Seminar PT Djabesmen (Foto: Infovet)


PT Djabesmen menggelar seminar atap peternakan dengan tema “Meningkatkan Produktivitas Ayam dengan Atap yang Kuat dan Menguntungkan”. Seminar yang digelar di Hotel Sapphire, Tangerang, Rabu (11/12) ini dihadiri para peternak dan pelaku bisnis perunggasan.

Sejak tahun 1971 PT Djabesmen telah memproduksi berbagai bentuk dan ukuran atap fiber semen dengan mutu sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia). Terlihat di banyak provinsi Tanah Air, kandang-kandang peternakan ayam menggunakan atap Djabesmen.

“Dari pantauan tim Djabesmen yang mengunjungi kandang-kandang ayam di daerah, terlihat banyak bangunan yang menggunakan atap Djabesmen. Hal ini membawa kami untuk lebih dekat lagi dengan kawan-kawan peternak,” ungkap Pepy Alamsjah selaku Chief of Marketing PT Djabesmen saat memberikan kata sambutan.

Lanjut Pepy, Djabesmen menilai menggerakkan usaha/bisnis peternakan ayam tidak mudah. Karenanya, Djabesmen membuktikan komitmennya untuk membantu para peternak dalam meningkatkan efisiensi melalui inovasi.

“Mudah-mudahan melalui acara seminar-seminar seperti ini, Djabesmen dapat memberikan sumbangsih serta membantu meningkatkan efisiensi peternakan. Semoga makin sukses,” pungkasnya. (NDV)  


PEMERINTAH DORONG MAHASISWA KEMBANGKAN PETERNAKAN

Foto bersama pada kegiatan Konsolidasi Nasional Mahasiswa Peduli Pertanian Indonesia di Kementan. (Foto: Humas Ditjen PKH)

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), mendorong mahasiswa berpartisfasi aktif dalam kegiatan pengembangan pertanian, termasuk peternakan. Sehingga akademisi dan peternak bisa bersinergi dalam mengembangkan sektor peternakan Indonesia.

“Kontribusi mahasiswa dapat disampaikan melalui riset-riset atau kajian ilmiah yang hasilnya dapat ditindaklanjuti pemerintah untuk meningkatkan produksi dan kualitas peternakan Indonesia,” ujar Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, melalui keterangan tertulisnya pada kegiatan Konsolidasi Nasional Mahasiswa Peduli Pertanian Indonesia di Gedung Auditorium D, Kantor Pusat Kementan, Rabu (9/10/2019).

Ia menegaskan, peserta didik harus bangga menjadi mahasiswa peternakan. Pasalnya sektor peternakan merupakan bidang yang sangat menjanjikan serta dibutuhkan masyarakat, karena berhubungan dengan pemenuhan asupan protein hewani yang terus diupayakan dan ditingkatkan.

Menurutnya, mahasiswa sebagai generasi penerus diharapkan mampu memberikan kontribusi terbaiknya dalam mengembangkan sektor pertanian dan peternakan melalui pemanfaatan teknologi, agar berdaya saing menjadi bangsa yang berdaulat dalam hal ketersediaan protein hewani.

“Mahasiswa-mahasiswa bidang peternakan harus mampu melakukan berbagai terobosan  dan inovasi dalam pemenuhan kebutuhan protein bangsa dari keanekaragaman sumber protein. Sebab kalian generasi milenial penerus bangsa, yang diharapkan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih maju dan tangguh,” tegasnya.

Seperti halnya yang terus diupayakan pemerintah untuk menjaga kedaulatan pangan asal hewan melalui berbagai program terobosan, yakni program upaya khusus sapi indukan wajib bunting (Upsus Siwab), pengembangan sapi Belgian Blue, Galacian Blonde dan sapi Wagyu, serta penambahan sapi indukan impor, peningkatan status kesehatan hewan melalui pengendalian penyakit, penjaminan keamanan pangan asal ternak dan melakukan pelarangan pemotongan sapi betina produktif. Sementara untuk program pendukung diantaranya skim pembiayaan, investasi dan asuransi ternak, peningkatan kualitas bibit melalui introduksi, perbaikan mutu pakan, pengendalian penyakit dan ketersediaan air.

Sementara untuk industri perunggasan, yang sedang bergejolak, pemerintah telah melakukan public hearing terhadap rancangan revisi Permentan No. 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaraan, Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi pada 7 Oktober 2019, dengan tujuan agar lebih tertatanya usaha perunggasan, baik layer maupun broiler.

“Pemerintah telah mendapat masukan dan koreksi dari seluruh stakeholder perunggasan, yang pada gilirannya persepsi terhadap substansi revisi Permentan tersebut dapat diterima dari berbagai aspek, sehingga diharapkan peraturan tersebut mampu menjawab dan menyelesaikan persoalan pengembangan industri ayam ras secara nasional dan meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat,” tandas Ketut. (INF)

SEMINAR KESEHATAN UNGGAS MENGUAK MISTERI PENURUNAN PRODUKTIVITAS UNGGAS

Foto bersama pembicara dan seluruh peserta. (Foto: Infovet)

Seminar Kesehatan Unggas diselenggarakan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) bekerjasama dengan majalah Infovet dan Gita Organizer, dengan mengusung tema “Menguak Misteri Penurunan Produktivitas Unggas”. Seminar yang dihadiri sekitar 50 peserta ini digelar pada Rabu (22/5) di Menara 165, Jakarta

Ketua Panitia Seminar Kesehatan Unggas, Drh Yana Ariana menuturkan selama dua tahun belakangan peternak masih dihantui penyakit 90-40-60 atau secara teknis disebut penyakit H9N2 yang membuat ayam layer gagal memproduksi telur.

Pada kesempatan yang sama Ketua ASOHI Drh Irawati Fari mengemukakan, menerapkan biosekuriti yang baik mutlak dilaksanakan.

"Farm yang sudah bagus manajemen maupun biosekuritinya, walaupun farm kecil sudah tidak ada masalah penurunan produksi," tegas Irawati.

“Penyebab penurunan produktivitas unggas masih penyakit klasik, tidakada hal baru,” kata Prof Charles Rangga Tabbu, selaku pembicara pertama. Selain permasalahan klasik, dijelaskan bahwa aspek manajemen yang tidak optimal salah satu faktornya adalah pencemaran mikotoksin dalam pakan.

Persoalan pakan masih berkaitan dengan sistem perkandangan seperti biosekuriti yang tidak maksimal. “Salah satunya adalah keberadaan vektor serangga, khususnya frenki yang tidak dibasmi secara maksimal,” imbuh Prof Charles.

Adanya pelarangan AGP, menurut Prof Charles, menjadi sebuah cambuk atau masukan berarti bagi peternak untuk lebih meningkatkan manajemen kesehatan unggas.

Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner, Dr Drh Nlp Indi Dharmayanti MSi hadir sebagai pembicara kedua banyak menguraikan perkembangan virus Avian Influenza (AI) dari tahun ke tahun.

Momen penyerahan plakat oleh Ketua ASOHI dan Ketua Panitia kepada pembicara.

Indi mengatakan, virus H5N1 clade 2.1.3 di Indonesia masih merupakan ancaman yang serius terutama terhadap populasi manusia. “Korban meninggal akibat virus ini masih disebabkan oleh virus H5N1 clade 2.1.3,” ujarnya.

Virus tersebut, lanjut Indi, berubah dengan beberapa cara selain mutasi juga dengan melakukan modifikasi genetik dengan pencampuran materi genetic berbeda yang disebut dengan reassorment. (NDV)

DAUR ULANG SEKAM DENGAN PROBIOTIK, AYAM TETAP SEHAT DAN PRODUKTIF

Suasana pertemuan pengelola closed house dengan PT Agrikencana Perkasa di Magelang, Rabu (24/4). (Foto: Infovet/Untung)

Sebuah kajian empiris dan praksis telah berhasil dilakukan oleh Ir Andreas Gunapradangga selaku Director PT Agrikencana Perkasa dan timnya, dalam menghadapi persoalan sekam pada lantai kandang ayam dengan sistem tertutup/closed house.

Selama ini problematika ketersediaan sekam dan lingkungan nyaris selalu menimbulkan masalah krusial bagi para peternak ayam. Salah satunya adalah persaingan pemanfaatan sekam untuk usaha kegiatan lain (non-perunggasan), sehingga hal itu saat ini membuat persoalan yang sangat serius.

Adapun upaya yang efisien dan efektif dalam pemakaian sekam untuk lantai kandang ayam, diungkapkan oleh Andreas dan timnya, diperkuat dengan pengalaman peternak yang sudah menerapkannya. Yaitu diperlukan suatu bahan aktif yang mampu mengurai material organik di dalam sekam menjadi material organik bentuk lainnya yang sehat dan segar.

Menurut Senior Microbiology PT Agrikencana Perkasa, Dr Untung Mugiarto, bahan yang dimaksud adalah probiotik. Ia menjelaskan, bahwa probiotik merupakan makhluk hidup mikro yang jika digunakan dalam jumlah relatif sedikit dan terukur mampu membawa manfaat besar dan membawa banyak keuntungan.

“Ukuran/dosis dan jenis mikroorganisme menjadi hal yang sangat penting. Sebab, kandungan dari probiotik tersebut mempunyai korelasi dengan potensi yang diharapkan,” kata Untung pada pertemuan dengan peternak ayam di Magelang, Rabu (24/4/2019).

Sementara menurut Andreas, dihadapan peserta yang hadir, dijelaskan bahwa hanya sedikit probiotik yang beredar dengan kandungan mikroorganisme yang bermanfaat pada perunggasan. Produk miliknya jika dimanfaatkan dengan benar dan sesuai formula pada sekam terbukti dapat menguraikan amonia dan material organik lainnya, sehingga lingkungan kandang menjadi lebih bersih dan sehat.

Salah satu pengelola closed house yang sudah merasakannya, Asep Safruddin, Manager Farm PT QL Subang, mengungkapkan bahwa elemen penting yang menjadi hal penting sering dilupakan, contohnya kesehatan kandang secara mikro, yaitu olah sekam untuk menekan gas amonia dan asam sulfida.

Pengalaman Asep, daur ulang sekam dengan aplikasi probiotik pada kandang closed house, mampu dilakukan selama 13 kali periode pemeliharaan ayam. “Hal ini jelas membuat ongkos pengeluaran produksi semakin irit, serta yang lebih utama adalah ayam masih tetap produktif dan sehat,” ucapnya. (Iyo)

WARGA KARAWANG TERIMA BANTUAN 400 RIBU BIBIT AYAM



Mentan serahkan bantuan bibit ayam, domba, obat hewan, pakan untuk warga Karawang (Foto: Dok. Kementan)

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyalurkan bantuan 400 ribu bibit ayam kepada warga miskin atau keluarga tidak mampu di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

"Dari total 400 ribu bibit ayam itu, setiap satu keluarga tidak mampu akan mendapatkan 50 ekor," katanya di sela Pertemuan Apresiasi dan Sinkronisasi Program Kementan 2019 di Desa Pacing, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang, Selasa (26/3/2019).

Setelah bantuan bibit ayam itu disalurkan kepada keluarga tidak mampu, akan dibentuk kelompok khusus penerima bantuan bibit ayam.

Ia mengatakan, bantuan bibit ayam itu diharapkan bisa meningkatkan pendapatan keluarga yang tidak mampu.

"Dengan bantuan bibit ayam ini, insya Allah pendapatan mereka akan meningkat menjadi Rp3-4 juta per bulan. Kalau berhasil, enam bulan hingga satu tahun mereka yang sekarang keluarga tidak mampu, bisa bebas dari kemiskinan," kata dia.

Sementara itu, Pertemuan Apresiasi dan Sinkronisasi Program Kementan 2019 dilakukan untuk meningkatkan produksi melalui penerapan pertanian modern, sehingga Indonesia menjadi lumbung pangan dunia sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Pada kesempatan tersebut, Mentan menyalurkan berbagai jenis bantuan berupa alat mesin pertanian, 5.000 batang, benih cabai rawit, cabai keriting, mangga, jagung manis, padi inbrida, domba serta ayam 400 ribu ekor plus kandang, obat-obatan dan pakan gratis selama enam bulan.

"Kami  akan terus membagikan bibit unggul gratis, tapi kami minta para petani bekerja menyebarkan bibit unggul," kata dia.

Pertemuan Apresiasi dan Sinkronisasi Program Kementan 2019 itu  dihadiri ribuan petugas penyuluh pertanian, pendamping desa, dan petani.

Hadir pula Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana beserta jajaran Forkominda Karawang, Dirjen Perkebunan Kasdi Subagiyono, Dirjen Hortikultura Suwandi, Dirjen Prasaran dan Sarana Pertanian Sarwo Edi, Kepala Badan Litbang Fadjry Djufry dan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Momon Rusmono, perwakilan Bulog dan perwakilan KTNA. (Sumber: antaranews.com)


Kenaikan Harga Khusus Telur dan Ayam Tak Efektif

Harga khusus daging ayam dan telur dinilai tidak efektif. (Foto: Pixabay)

Kementerian Perdagangan memutuskan untuk memberikan harga khusus untuk daging ayam dan telur ayam untuk mengompensasi tingginya harga jagung sebagai bahan baku industri pakan ternak. Namun, beberapa kalangan menilai langkah itu belum efektif untuk menyelesaikan masalah harga di pasaran.

Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sigit Prabowo menyatakan harga daging ayam dan telur ayam sangat terpengaruh pada hukum pasar, bukan pembentukan harga pemerintah. "Biasanya harga jual itu berdasarkan penawaran dan permintaan," kata Sigit dalam sambungan telepon, Kamis (31/1).

Perubahan harga acuan yang telah pemerintah lakukan tahun lalu tidak terlalu berdampak pada peternak. Terlebih langkah pemerintah yang menetapkan kebijakan tersebut tanpa didahului diskusi dan sosialisasi kepada pelaku usaha.

Namun, keputusan pemerintah juga saat ini menurutnya cukup tepat untuk menyesuaikan harga pakan, sehingga diharapkan bisa menekan lonjakan harga daging ayam dan telur. Meski demikian, hal lain juga mestinya dipersiapkan adalah mengenai optimalisasi penyerapan jagung lewat Perum Bulog sebagai stabilisator pangan.

Pembenahan pada sektor produksi jagung menjadi penting. Sebab, harga yang terlalu tinggi bisa membatasi daya beli peternak. "Yang perlu diturunkan itu terutama bahan baku pakan seperti jagung," ujar Sigit.

Dia menjelaskan, harga telur ayam dan daging ayam saat ini berada di kisaran Rp 17 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan harga jagung sudah berada di level Rp 5.300 sampai Rp 6.500 per kilogram.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansuri juga mempertanyakan langkah pemerintah yang hanya melakukan koreksi di hilir. Menurut pedagang, harga acuan daging ayam dan telur ayam buatan pemerintah tidak akan memberikan pengaruh pada psikologi pasar.

Mansuri mengungkapkan, pemerintah harus menganalisis inti persoalan agar bisa memperbaiki kondisi harga serta pasokan. Dia pun meyebutkan ada tiga persoalan utama  yang harus mendapat perhatian khusus pemerintah dalam menjaga stabilitas harga ayam dan telur. 

Pertama, pasokan DOC (Day Old Chicken) ayam di peternak harus seimbang. TDengan pengaturan pasokan terhadap permintaan dan penawaran yang tepat,  diharapkan bisa membuat harga jual komoditas membaik dan mengurangi potensi lonjakan signifikan.

Apalagi sebelumnya juga  banyak peternak yang melakukan afkir dini atau pemotongan ayam padahal belum masuk usia dewasa akibat pasokan pakan yang berkurang dan harganya tinggi.

Kedua, proses penggemukan ayam ternak untuk petelur dan pedaging membutuhkan waktu jauh lebih lama. Penyebabnya, Peraturan Menteri Nomor 14 Tahun 2017 yang melarang penggunaan antiobiotik dalam pakan ternak, berlaku sejak 1 Januari 2018. Hal ini juga menyebabkan pasokan ayam dan telur dapat tertunda.

Terakhir, dengan mengendalikan kenaikan harga jagung sebagai pakan untuk ternak. "Harusnya pemerintah sangat memperhatikan faktor produksi, jangan konsultasi ketika masyarakat sudah melakukan kritik," ujar Mansuri.

Dia menyebutkan, jumlah produksi yang rendah juga mengakibatkan tren peralihan konsumsi daging ayam dan telur ayam masyrakat kepada jenis komoditas berprotein lain, seperti ikan serta tahu dan tempe.

Menurutnya, harga satu kilogram daging ayam saat ini sudah sekitar Rp 36 ribu dan harga telur ayam berada pada posisi Rp 25 ribu per kilogram. Peningkatan harga itu juga berdasarkan harga beli di tingkat peternak.

Hal berbeda justru diungkap Ketua Umum Peternak Layer Nasional (PLN) Ki Musbar Mesdi.
Menuurtnya, kenaikan harga jual bisa memberikan acuan baru. Dia menilai, kenaikan harga 10% dari Peraturan Menteri Perdagangan 96 Tahun 2018 membantu peternak karena harga jagung tidak terkendali.

Sementara itu, peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho meminta pemerintah untuk mulai mengendalikan harga dan pasokan jagung. Sebab, kenaikan harga daging ayam dan telur ayam memicu kerugian untuk konsumen.

Apalagi, kedua komoditas merupakan komponen penyumbang inflasi yang besar di perdesaan. "Seharusnya pemerintah mengendalikan harga pakan jagung, itu lebih mensejahterakan peternak," kata Andry.

Menurutnya, jagung memiliki berkontribusi sebesar 40% sebagai bahan baku industri pakan ternak, selain dedak, ampas tahu, dan tepung ikan.

Dia juga mengungkapkan kekecewaan terhadap kurangnya koordinasi antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Sebab, ketika harga pakan jagung meningkat dan peternak kesulitan, Kementerian Pertanian justru menegaskan akan ada peningkatan ekspor jagung sehingga hal itu terlihat bertolak belakang.

Andry pun meminta pemerintah lebih berhati-hati dalam melakukan kebijakan, sebab pemburu rente bisa memanfaatkan celah yang merugikan masyarakat.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menerapkan harga khusus untuk komoditas ayam dan telur
untuk periode Januari hingga Maret 2019. Kebijakan itu ditempuh untuk menyiasati  harga jagung yang masih tinggi di tingkat peternak yang dapat berdampak terhadap meningkatnya harga pembelian daging ayam ras dan telur ayam ras di atas harga acuan.

Berdasarkan surat edaran Nomor 82/M-DAG/SD/1/2019 tertanggal 29 Januari 2019, harga pembelian daging ayam ras dan telur ayam ras di tingkat peternak  untuk periode Janurai-Maret 2019 ditetapkan sebesar Rp 20 ribu per kilogram untuk batas bawah dan Rp 22 ribu per kilogram untuk batas atas.

Sementara itu, harga penjualan kepada konsumen, pemerintah mematoknya sebesar Rp 36 ribu per kilogram untuk daging ayam ras dan Rp 25 ribu per kilogram untuk telur ayam ras. Harga khusus berlaku sejak surat ditandatangani dan selanjutnya bakal kembali mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018.

Dibandingkan Permendag 96/2018, aturan harga batas bawah daging ayam ras dan telur ayam ras di tingkat peternak ditentukan sebesar Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan pada batas atas, keduakomoditas itu ditetapkan sebesar Rp 20 ribu per kilogram.

Sementara itu, aturan juga mengatur harga penjualan di konsumen Rp 34 ribu per kilogram untuk daging ayam ras dan Rp 23 ribu per kilogram untuk telur ayam ras.

Perubahan untuk harga khusus dikarenakan harga daging ayam ras dan telur ayam ras berada di atas harga acuan. (Sumber: katadata.co.id)

Ketersediaan Daging dan Telur Ayam Jelang Natal dan Tahun Baru 2019

Jumpa pers Dirjen PKH terkait ketersediaan daging. (Foto: Dok. Kementan)

Ketersediaan daging ayam, sapi dan telur menjelang Hari Raya Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 dijamin mencukupi. Hal ini dilontarkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita dalam jumpa pers, Kamis (22/11/2018) di Gedung C, Kementerian Pertanian, Jakarta. 

Ketut menandaskan perhitungan ketersediaan dan kebutuhan daging sapi dan kerbau terdapat surplus  sebanyak 11.219 ton.

“Perlu kami sampaikan bahwa  produksi sapi lokal sebanyak 35.845 ton, sedangkan kebutuhan daging sapi sebanyak 55.305 ton. Kekurangan disediakan melalui impor sapi dan daging sebanyak 30.679 ton, dengan  komponen impor sapi bakalan sebanyak 18.217 ton, setara sapi 91.543 ekor dan komponen impor daging sapi dan kerbau sebanyak 12.462 ton, setara sapi 62.623 ekor,” ungkapnya.

Ketut pun menegaskan untuk ketersediaan daging ayam menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2019 juga mengalami surplus. Berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan daging ayam, dapat disimpulkan terdapat potensi surplus atau kelebihan produksi daging ayam tahun 2018 sebanyak 466.445 ton dengan rataan per bulan sebanyak 38.870 ton. 

“Potensi produksi DOC, Final Stock Broiler sebanyak 3.281.345.300 ekor, dengan rataan perbulan sebanyak  273.445.442 ekor atau 62,9 juta ekor per minggu. Potensi produksi daging berdasarkan produksi DOC tahun 2018 sebanyak 3.517.721 ton, dengan rataan perbulan sebanyak 293.143 ton. Sedangkan proyeksi Kebutuhan daging tahun 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan perbulan sebanyak 254.273 ton,” sebutnya.

Disamping perhitungan berdasarkan potensi, lanjut Ketut, juga dilakukan penghitungan berdasarkan laporan realisasi produksi dari masing-masing perusahaan sampai dengan bulan Oktober 2018. Berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan terdapat surplus produksi daging sampai dengan November  2018 sebanyak 269.582 ton, dengan rataan per bulan sebanyak 22.482 ton.

“Berdasarkan potensi ketersediaan dan proyeksi kebutuhan telur ayam ras, maka terdapat potensi surplus telur sebanyak  795.071 ton pertahun atau 66.256 ton perbulan,” terangnya.

Produksi telur ayam tahun 2018 diperoleh dari laporan data realisasi produksi DOC layer tahun 2016, 2017, dan tahun 2018 yakni Januari hingga Mei 2018 karena produksi telur diperoleh setelah ayam umur 4,5 bulan. 

Berdasarkan data realisasi produksi DOC 2016-2018 tersebut diperoleh populasi ayam layer komersial tahun 2018 per bulan berkisar antara 207.565.729 ekor – 222.560.615 ekor, dengan rerata populasi perbulan sebanyak 214.153.020 ekor.

Sementara berdasarkan struktur umur diperoleh populasi layer komersial umur produktif yakni 19 sampai 88 minggu berkisar antara 144.023.895 ekor hingga 155.112.710 ekor, dengan rerata populasi sebanyak 149.103.895 ekor.

“Produksi telur tahun 2018 dihitung berdasarkan populasi layer komersial umur produktif, sehingga diperoleh potensi produksi  telur tahun 2018 sebanyak 2.561.481 ton, atau dengan rerata per bulanan sebanyak 213.457 ton. Sedangkan proyeksi kebutuhan telur tahun 2018 sebanyak 1.766.410 ton atau dengan rerata bulanan sebanyak 147.201 ton,” lanjut Ketut.

“Berdasarkan perhitungan kebutuhan dan ketersediaan daging sapi/kerbau, daging ayam dan telur ayam ras pada akhir tahun 2018 atau menjelang natal dan tahun baru 2019 dalam kondisi surplus, sehingga kondisinya sangat aman,” tambahnya.

Untuk menjaga stabilitas harga diharapkan seluruh Polda sampai Polres akan membentuk tim dan berkoordinasi dengan instansi terkait, dengan melakukan pemantauan ketersediaan pasokan dan harga pangan strategis menjelang dan selama Natal dan Tahun Baru 2019. 

Direktur PT Dharma Jaya, Johan Ramadhon yang hadir dalam jumpa pers turut menegaskan kebutuhan daging sapi/kerbau di DKI Jakarta untuk Natal hingga Tahun Baru 2019 dalam kondisi aman. 

Johan menuturkan pasokan daging ayam ke pasar-pasar di DKI Jakarta sebagian besar dipasok dari peternak mandiri dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, dan Lampung.

“Kami saat ini menyediakan kebutuhan daging dan ayam untuk program pangan bersubsidi yaitu masyarakat penerima bantuan pangan bersubsidi. Untuk kebutuhan pasar pun kami jamin sesuai dengan kemampuan pasok yang dimiliki,” tutupnya. (NDV)

Harga Acuan Telur dan Ayam Direvisi



Ilustrasi ayam 

Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 58 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, yang berlaku mulai 1 Oktober 2018.

Kemendag menetapkan harga batas atas dan harga batas bawah telur ayam dan daging ayam demi menjaga keuntungan peternak. Revisi harga acuan ini rata-rata meningkat Rp 1.000 per kilogram (kg).

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menetapkan harga batas bawah telur di tingkat peternakan sebesar Rp 18 ribu per kg, sementara batas atasnya adalah Rp 20 ribu per kg.

Usai menggelar Rapat Koordinasi Harga Telur dan Ayam, Rabu (26/9/2018), Mendag mengatakan Permendag direvisi supaya Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bisa menyerap telur dari para peternak ini dengan harga bseli yang tidak rendah.

Harga telur di tingkat konsumen akan naik menjadi Rp 23 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 22 ribu per kilogram. Selain itu, harga ayam hidup untuk acuan pembelian di petani juga ditentukan menjadi Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp 17 ribu-Rp 19 ribu per kilogram.

Revisi harga acuan pada dua komoditas tersebut turut berdampak pada harga di tingkat konsumen. "Harga di konsumen untuk telur Rp 23 ribu per kg dan karkas Rp 34 ribu per kg," ujarnya.

Sebelumnya, harga acuan telur ayam di tingkat konsumen adalah Rp 22 ribu per kg dan Rp 32 ribu per kg untuk daging karkas.

Penetapan harga acuan tersebut bersifat fleksibel tergantung situasi. "Kita tidak mungkin menentukan harga tanpa melihat perkembangan yang ada dan pasti melalui proses. Seperti hari ini kami mengundang semua stakeholder," ujar Enggar, sapaan akrabnya.

Jika tidak disikapi dan mengambil langkah, maka akan menimbulkan persoalan. Peternak berpotensi akan mengambil langkah afkir dini yang pada jangka panjang berdampak pada pasokan telur di masa depan.

Pemerintah berupaya menjaga dampak akibat perubahan harga yang dilakukan. Menurutnya, setiap perubahan harga memberi konsekuensi kenaikan harga jual kepada konsumen yang bisa berdampak inflasi. (Sumber : republika.co.id)










Pakan Pengobatan (Medicated Feed)

Oleh: Budi Tangendjaja

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan Peraturan Menteri Pertanian yang melarang penggunaan Antibiotic Growth Promotor (AGP) di dalam pakan mulai awal tahun ini. Di samping itu, pemerintah memasukkan ionophore yang sedianya termasuk kedalam antiprotozoa untuk mencegah terjadinya penyakit koksi ke dalam kelompok antibiotika, sehingga hanya diperbolehkan pemakaiannya selama tujuh hari. Keputusan yang terakhir ini menimbulkan berbagai kendala baik dari segi teknis maupun pelaksanaannya di lapangan, termasuk pabrik pakan. Belajar dari pengalaman negara maju, maka ada baiknya jika Indonesia dapat menerapkan kebijakan untuk mengembangkan “Medicated Feed” atau pakan pengobatan.

Apa itu Pakan Pengobatan?
Pakan pengobatan merupakan pakan yang dibuat khusus untuk mengobati ketika terjadi penyakit yang ditemukan di kandang. Kandungan obat yang di masukkan dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi, baik karena bakteri maupun karena koksi. Oleh karena itu, pakan pengobatan hanya dapat dibuat setelah mendapat rekomendasi dari dokter hewan yang berwewenang. Penggunaan pakan pengobatan yang tidak sesuai dengan peruntukannya akan mengakibat tujuan untuk mengobati ternak yang sakit tidak tercapai dan terlebih dapat menimbulkan residu dalam produk ternak yang akan berisiko terhadap konsumen yang mengonsumsinya.

Beberapa negara menerapkan pakan pengobatan dalam rangka menangulangi penyakit koksi terutama pada ayam dara (pullet). Pakan pengobatan dibuat dengan memasukkan amprolium sebagai bahan aktif untuk mencegah penyakit koksi. Sifat amprolium yang tidak mematikan koksidia (coccidostat) diharapkan masih menyisakan koksidia dan pullet dapat mengembangkan kekebalan tubuhnya dalam persiapan ketika bertelur, kekebalan terhadap koksi sudah terjadi. Berbeda dengan broiler yang dipelihara dalam umur yang pendek (<40 hari) maka obat koksi yang digunakan bersifat untuk membunuh (coccidicide) agar penyakit koksi tidak berkembang sama sekali. Mengingat siklus emeria sebagai bibit penyakit koksi yang panjang dan juga sulit dihilangkan dalam kandang terutama lantai/litter, maka pemakaian antikoksi merupakan suatu keharusan di dalam pakan.


Penyakit koksi hanya terjadi pada unggas dan anti-koksi tidak pernah digunakan pada manusia, sehingga di luar negeri antikoksi masih diperbolehkan digunakan dalam pakan unggas. Antikoksi yang tersedia di lapangan dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan sifat kimianya, yaitu sintetik dan ionophore. Bahan yang disebut belakangan ini diperoleh dari fermentasi mikroba dan diklasifikasikan lagi ke dalam mono dan divalent. Contoh ionophore adalah Salinomisin, Monensin, Semduramisin, Lasalocid sedangkan yang sintetik kimia adalah Diclazuril, Robenidin, Nicarbazin, Halofuginine, Amprolium dan ClopidolMeskipun diberi anti-koksi dalam pakan, emeria masih mampu beradapatsi terhadap bahan tersebut dan menimbulkan kekebalan. Oleh karena itu, pabrik pakan broiler selalu menerapkan sistim rotasi untuk mengganti jenis anti-koksi secara berkala, baik jenis ionophore maupun sintetik kimia. Beberapa pabrik pakan di luar negeri ada yang menerapkan sistem “suttle”, yaitu dengan membedakan jenis antikoksi yang digunakan untuk periode starter dan grower/finisher. Tetapi di Indonesia, kebanyakan menggunakan sistem rotasi mengingat praktisnya dan umur panen yang lebih cepat (<35 hari).

Pencegahan terhadap penyakit koksi dapat juga dilakukan dengan vaksinasi, tetapi hal ini kebanyakan dilakukan pada breeder atau pullet yang membutuhkan pemeliharaan lama. Sedangkan untuk broiler, vaksinasi dilaporkan kurang efektif. Dengan peraturan yang diterapkan pemerintah saat ini, maka pembuatan pakan pengobatan merupakan jalan yang mungkin dapat ditempuh, agar dapat diterapkan di lapangan. Meskipun demikian, petunjuk pelaksanaan perlu dibuat, agar pembuatan, peredaran dan penggunaan di peternak dapat berjalan dengan baik... ***


Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Juni 2018.

Deteksi Goncangan Kualitas Pakan dan Kesehatan Saluran Cerna Broiler Modern

Pakan dan faktor penting yang berhubungan dengannya.
Seiring dengan perkembangan terkini seputar kebijakan pemerintah dalam penggunaan antibiotik dan antikoksi yang dicampur sebagai imbuhan pakan sejatinya mempunyai tujuan yang sangat mulia. Selain untuk meminimalisir terjadinya resistensi antibiotik pada manusia oleh kandungan residu antibiotik yang tinggi pada produk peternakan (daging, telur dan susu), juga mendidik masyarakat peternakan secara umum untuk lebih cerdas dan visioner dalam menatap masa depan yang lebih sehat, kuat dan lebih kritis terhadap segala macam perubahan yang ada. Tentunya apa yang dicita-citakan bersama dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyediakan protein hewani yang aman, sehat utuh dan halal, serta harga yang terjangkau, harus seiring dengan terjaganya kesehatan dan pertumbuhan hewan yang optimal, sehingga efisiensinya tetap terjaga dengan baik dan mendukung tercapainya iklim usaha peternakan yang lebih kondusif.

Nutrigenomic dan Broiler Modern
Perkembangan broiler modern terkait dengan kebutuhan asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhannya menjadi faktor dominan yang akhir-akhir ini banyak diteliti oleh pakar genetika dan pakar nutrisi di seluruh dunia. Tidak hanya penelitian mutakhir seputar kebutuhan zat gizi (nutrisi) agar bisa menunjang ekspresi fenotip dari potensi genetik yang dimilikinya, namun juga semakin banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari produk pengganti antibiotik agar keterserapan zat gizi tersebut semakin optimal. Hal ini dirasakan penting seiring dengan tuntutan konsumen dan perkembangan zaman untuk memproduksi produk-produk peternakan yang sehat, minim residu antibiotiknya, bahkan produk organik yang dihasilkan tanpa menggunakan zat-zat kimia selama hewan dipelihara di kandang. Produk pengganti antibiotik yang banyak dilakukan penelitian diantaranya, penggunaan prebiotik, probiotik, asam organik, herbal (esensial oil/ekstrak tumbuh-tumbuhan), enzim, immunoglobulin Y dan antimikrobial golongan peptide (Gadde, 2017). (lihat gambar di atas).

Dalam industri peternakan ayam broiler, pakan menempati porsi yang dominan (65-70%) yang merupakan komponan terbesar yang berpengaruh pada harga pokok produksi. Sehingga monitoring terhadap kualitas pakan menjadi hal yang sangat penting untuk meminimalisir tingkat resiko baik terhadap kesehatannya ataupun pertumbuhannya.

Pakan mempunyai peranan yang vital dalam menunjang fungsi metabolisme tubuh untuk tumbuh dan bertahan melawan agen kuman penyakit. Tidak hanya itu, peranan pakan dalam menjaga suhu tubuh dan memperbarui sel-sel tubuh dan jaringan juga sangat penting. Secara fisiologi pakan vital dalam menjalankan aktivitas biologis lainnya, seperti bergerak, mata berkedip, jantung berdenyut, bahkan menggerakkan otot-otot pernafasan.
Secara rinci dijelaskan sebagai berikut: ***

Drh Eko Prasetio
Commercial Broiler Farm Consultant

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Juni 2018.

Kenali Penyebab Terjadinya Pinguin Disease


Pinguin disease yang diakibatkan secara klinis menyebabkan performance atau tingkah laku, bahkan juga bentuk ayam menjadi mirip seperti pinguin. Penyebabnya adalah virus yang berasal dari grup corona virus, secara spesifik adalah avian corona virus. Di Indonesia corona virus ada bermacam-macam, namun adanya pinguin disease ini dari beberapa studi diakibatkan oleh beberapa strain tertentu yang secara spesifik di Indonesia belum diketahui berasal dari strain yang mana.

Dari hasil wawancara bersama dosen Universitas Gadjah Mada, Dr Drh Michael Hariyadi Wibowo, MP penyakit pinguin disease ini terbilang sangat merugikan bagi peternak khususnya peternak ayam layer atau pembibitan (breeding). Dari beberapa informasi yang diterima, penyakit ini dapat menyebabkan turunnya produksi telur dari 40-90%. IB atau Infectiuos Bronchitis (nama penyakitnya) yang kemudian menimbulkan efek pinguin (pinguin disease), pada umumnya masyarakat mengenal ini diakibatkan oleh QX (Quan Dao) strain, namun strain dari jenis 793 B juga dapat menimbulkan hal yang sama, di mana di Indonesia kasus tersebut belum dapat dideteksi secara spesifik. Tidak hanya itu, dari beberapa literatur strain IB dari Massachusetts juga dapat menyebabkan terjadinya pinguin disease.

Dr Drh Michael Hariyadi
Dijelaskan oleh Dr Hariyadi, IB yang sejatinya adalah penyakit pernafasan pada ayam menjadi momok yang sangat merugikan peternak. Hal ini tentu saja akibat dari manivestasi penyakit ini pada sistem respirasi, di mana ditujukkan dengan gejala adanya gangguan pernafasan seperti ngorok dan gangguan pernafasan lainnya, kemudian gejala lainnya adalah manivestasi di saluran reproduksi yang mengakibatkan kerusakan pada saluran reproduksi sehubungan dengan kualitas telur dan produksi telur yang mengalami penurunan tajam. Lebih lanjut, kerusakan yang dibawa oleh varian virus IB mengakibatkan adanya indikasi pinguin disease akibat kerusakan dari cystovary, kemudian manivestasi berikutnya terkait dengan kerusakan ginjal seperti varian Australian T virus dan varian QX misalnya.

“Walaupun yang sekarang ini masyarakat lebih mengenal varian QX, sebenarnya terdapat banyak sekali varian dari IB. Di Indonesia dikenal juga Massachusetts strain atau IB klasik, IB respiratory yang berakibat juga penurunan terhadap kualitas dan produksi yang kemudian berdampak pada pinguin disease. Namun pada saat ini penyebab IB di Indonesia yang mengakibatkan adanya pinguin disease belum dapat diketahui secara spesifik apakah dari QX, grup Massachusetts tertentu, 793B, yang semuanya bisa menyebabkan adanya pinguin disease,” jelas Dr Hariyadi.

Penting untuk diketahui, bahwa tidak semua varian dari virus IB menyebabkan pinguin disease. Adanya fenomena pinguin disease di lapangan juga belum tentu diakibatkan oleh virus dari varian QX (yang dikenal di masyarakat).

Dikemukakan Dr Hariyadi bahwa, fenomena pinguin disease biasanya teramati pada saat fase produksi bahkan pullet yang sebenarnya tidak menutup kemungkinan sudah adanya infeksi yang mengakibatkan kerusakan struktural pada oviduct dari awal mula kehidupan (DOC) yang akhirnya baru teramati pada saat menjelang produksi (pullet) atau pada saat produksi. “Hanya akumulasi dari kerusakan ini yang ditandai dengan adanya cairan di bagian oviduct banyak terlihat pada fase produksi dibandingkan dengan pada saat pullet, tentu saja fenomena ini terjadi dalam waktu yang panjang akibat akumulasi dari kerusakan tersebut dan masuk ke dalam katagori kronis apabila sudah ditemukan adanya gejala pinguin disease,” papar dia.

Ia menambahkan, apabila dalam proses ini murni diakibatkan oleh virus, maka akumulasi cairan yang ada di oviduct akan berwarna jernih dan tidak berbau, atau bahkan ketika dibuat preparat histopatology kerusakan jaringan telihat tidak terlalu signifikan. Lain halnya apabila diikuti dengan infeksi bakteri, cairan akibat adanya infeksi bakteri (yang menyertai infeksi virus) berada dalam area peritoneum atau rongga dalam perut yang mengakibatkan gejala lain seperti asites misalnya.

Dalam pengamatan lesi (keadaan jaringan yang abnormal), lanjutnya, sepintas akibat dari infeksi IB tidak berbeda dengan EDS (Egg Drop Syndrome), di mana kasus IB klasik terlihat telur secara morfologi mempunyai bentuk yang asimetris dan kondisi putih telur yang lebih cair. Ada tidaknya akumulasi cairan di oviduct inilah yang membedakan antara pinguin disease (IB) dan EDS pada layer, karena tanpa mengetahui riwayat dan pengamatan yang lebih detail hal ini akan terlihat sama di lapangan. Apabila diketahui memang adanya kasus pinguin disease, perlu pengamatan lebih lanjut terkait varian apa yang menginfeksi (dengan skala lab dan pengujian molekuler) dan jenis strain apa yang menginfeksi.

Perlu Adanya Karakterisasi
Menurut Dr Hariyadi, ayam yang terinfeksi virus IB pada saluran reproduksi pada umumnya sulit diobati, karena sudah mengalami kerusakan dan akan memicu infeksi lainnya. Untuk itu dilakukan penyeleksian untuk afkir pada ayam yang sudah teridentifikasi adanya gejala mirip pinguin disease, kemudian dilakukan pengobatan normatif pada ayam-ayam lainnya (yang tidak terseleksi) berupa pemberian antibiotik dan multivitamin, tidak lupa pengamanan biosecurity yang baik untuk mencegah adanya penularan terutama adanya kontak langsung maupun melalui media perantara.

Bagian oviduct yang berisi cairan.
Pencegahan terhadap IB sejatinya sudah dilakukan mulai dari DOC baik pemberian vaksin life maupun killed, namun perlu diketahui bahwa varian IB yang dipakai sejauh ini adalah varian Massachusetts strain. Fenomena di mana dalam suatu populasi ternak yang sudah divaksin strain virus tertentu kemudian timbul adanya infeksi virus sejenis (kemungkinan dari strain lain) maka disebut virus varian.

“Misalnya dalam suatu farm telah dilakukan proteksi terhadap virus IB dengan varian Massachusetts, tentu saja proteksi hanya terkait varian Massachusetts dan apabila terjadi kemunculan kasus IB (pinguin disease) yang tidak terproteksi oleh varian Massacusets maka hal ini yang dikenal sebagai virus varian. Terkait virus varian inilah yang kemudian perlu dikarakterisasi,” ucapnya.

Karakterisasi ini menjadi penting terkait proteksi yang akan diberikan dalam pemeliharaan ayam yang berkelanjutan, terutama dalam hal ini terkait pinguin disease, mengingat dalam 10 tahun terkahir tidak hanya dari varian Massachusetts saja, akan tetapi ada jenis lain yang menginfeksi seperti varian QX, 793 B, maupun Australian T virus, sehingga proteksi dikalangan peternak terhadap pinguin disease bisa lebih optimal, mengingat besarnya dampak kerugian ekonomi langsung dari infeksi virus IB yang diderita peternak. (Wisnu Bawono)

Menjaga Kesehatan dan Performance Sistem Pencernaan Ayam Tanpa Antibiotik

Diperlukan perhatian sungguh-sungguh dalam memilih dan menggunakan feed additive atau kombinasi beberapa feed additive yang akan ditambahkan ke dalam sediaan pakan, untuk menjaga kesehatan dan mengoptimalkan performance sistem pencernaan.

Menyikapi adanya tuntutan dan isu global berkenaan dengan Anti Microbial Resistance (AMR), serta tuntutan masyarakat konsumen terhadap produk pangan asal hewani yang aman dan sehat, maka Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian mulai awal 2018, efektif menerapkan peraturan larangan pemakaian AGP (Antibiotic Growth Promoter) melalui pakan ternak dan himbuan untuk mengurangi pemakaian antibiotik untuk tujuan pencegahan yang diberikan melalui cara oral/campur dalam air minum untuk hewan ternak, termasuk ayam.

Berkenaan dengan semakin meningkatnya kejadian resistensi kuman patogen terhadap antibiotik pada manusia, maka pemakaian antibiotik sebagai growth promoter sudah dilarang di negara maju, seperti di Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, serta sekarang sudah dilarang juga di Indonesia dan diikuti oleh beberapa Negara kawasan Asia Tenggara lainnya.

Beberapa perusahaan obat hewan baik di dalam maupun luar negeri sudah dan terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan produk inovatif yang bisa digunakan menggantikan antibiotik, baik sebagai growth promoter maupun untuk mencegah infeksi kuman yang bersifat patogen.

Beberapa jenis produk non-antibiotik dengan kandungan kombinasi beberapa jenis essential oil dan asam organik yang bekerja saling menguatkan, sangat efektif dan aman digunakan sebagai pengganti antibiotik, baik digunakan sebagai pengganti AGP maupun digunakan untuk program pencegahan menggantikan pemakaian antibiotik yang sebelumnya sering diberikan lewat air minum.

Fungsi dan Struktur Saluran Pencernaan pada Ayam
Sistem pencernaan pada ayam dimulai dari paruh dan berakhir pada anus (cloaca). Organ yang terkait dengan sistem pencernaan meliputi, oesophagus, tembolok (crop), proventriculus, gizzard, duodenum, usus kecil (small intestine), sepasang caecum dan usus besar. Organ vital lain yang terkait dengan sistem pencernaan adalah hati dan pankreas.



Dengan beberapa pengecualian (keberadaan dari tembolok, gizzard, proventriculus, usus pendek dan cloaca), anatomi saluran pencernaan dan fisiologi dari unggas adalah serupa dengan hewan mamalia. Oleh karena adaptasi untuk bisa terbang pada bangsa unggas, maka ukuran saluran pencernaannya relatif kecil, karena berhubungan dengan berat tubuhnya. Namun demikian, kondisi ini dikompensasi oleh vascularisasi yang lebih tinggi (kaya pembuluh darah), tingkat ekskresi lambung yang lebih tinggi, waktu henti pakan dalam usus yang sangat singkat, dan kadar keasaman yang lebih rendah pada saluran pencernaannya dibandingkan dengan hewan mamalia.

Bangsa unggas juga memiliki jumlah vili usus yang lebih banyak dan "turn over epithelial rate" = regenerasi sel epithel yang tinggi (48 sampai 96 jam), dan respon yang sangat cepat terhadap adanya radang (kurang dari 12 jam, dibandingkan 3-4 hari pada jenis mamalia), yang membuat bangsa unggas lebih peka terhadap gangguan fungsi saluran pencernaan dalam kapasitas menyerap nutrisi pakan dibanding dengan mamalia.


Transit time and pH in poultry Gastro Intestinal Tract (GIT)
GIT Segment
Transit Time (Min)
pH
Crop
50
5.5
Proventriculus/gizzard
90
2.5-3.5
Duodenum
5-8
5-6
Jejunum
20-30
6.5-7.0
Ileum
50-70
7.0-7.5
Colon
25
8.0
Source: R. Gauthier(2002)

Adapun fungsi utama sistem pencernaan pada unggas adalah mulai dari memecah komponen bahan pakan yang dikonsumsinya secara mekanikal dan kimiawi menjadi komponen dasar (basic components) oleh crop dan gizzard (dicerna bila ada bantuan enzim eksogen, seperti: pectinase, sellulase, xylananse, mananase, dsb). Selanjutnya pada usus halus komponen dasar dari pakan dicerna (dengan bantuan enzim endogen: lipase, amilase dan protase yang dihasilkan oleh pankreas) dan selanjutnya nutrisi pakan diserap (absorption) oleh vili-vili usus dengan sel absortif-nya yang sehat. Hati selanjuntnya punya tugas untuk memetabolisme dan men-sintesa nutrisi yang sudah diserap oleh vili-vili usus yang masuk dibawa oleh darah ke hati.

Beberapa Paramater yang dapat Digunakan untuk Menilai Saluran Pencernaan Ayam Berfungsi Baik: 

1. Kecernaan dan penyerapan nutrisi pakan yang baik.
2. Sangat rendahnya nilai nutrisi pakan yang terbuang menjadi kotoran.
3. Bau sangat minim dari kotoran yang dihasilkan.
4. Sangat rendah bahkan hampir tidak ada ayam yang nampak sakit atau mati.
5. Feed Convertion Ratio sangat baik (sesuai standar).

Efek Pemakaian Antibiotik pada Industri Peternakan
Beberapa problem yang ditimbulkan akibat kesalahan pemakaian antibiotik sebagai growth promoter dan program pencegahan infeksi mikroorganisme patogen pada ayam:

 Memicu terjadinya resistensi kuman oportunis/patogen.
• Memicu terjadinya “super infeksi” oleh mikroorganisme lain yang ada dalam saluran pencernaan yang tidak sensitif terhadap AGP/antibiotika yang dipakai tersebut.
• Menekan populasi  “benefecial microflora” dalam saluran pencernaan.
• Menyebabkan gangguan fungsi hati dan ginjal.

• Memicu terjadinya kerusakan dan penurunan fungsi dinding usus.

Dasar dan Mekanisme Terjadinya Problem Pencernaan karena Kesalahan Pemakaian Antibiotik


Created diagram by Wayan Wiryawan, 2012

Menjaga Kesehatan dan Performance Sistem Pencernaan Tanpa Antibiotik 

Kondisi sehat dan performance optimum dari sistem pencernaan dapat digambarkan sebagai keadaan utuh dari struktur dan fungsinya, atau sederhananya kondisi maksimal dari fungsi sistem pencernaan dalam memecah, mencerna dan menyerap (fungsi saluran pencernaan, mulai dari crop, gizzard dan usus), serta melakukan memetabolisme dan men-sintesa (fungsi hati) terhadap nutrisi pakan yang dikonsumsi oleh ayam.

Berkenaan dengan fungsi mencerna komponen nutrisi oleh saluran pencernaan, tidak terlepas juga dari peran pankreas (posisinya menempel pada duodenum) dalam menghasilkan enzim endogen (amilase, lipase dan protease) yang bekerja pada duodenum dan juga menghasilkan hormon, seperti Insulin, Somatostatin dan Glucagon yang bekerja di dalam darah.

Untuk menjaga kesehatan dan performance sistem pencernaan ayam, disamping wajib bagi peternak menerapkan good farming praktis, menyediakan serta memberikan pakan dengan kandungan nutrisi lengkap dan seimbang satu sama lainnya, serta yang tidak kalah pentingnya pakan yang dikonsumsi mudah dicerna oleh ayam.

Untuk mencegah infeksi kuman entero-patogen yang secara normal ada dalam saluran pencernaan dan juga menjaga kesehatan saluran pencernaan, semaksimal mungkin hindari pemakaian antibiotik, baik sebagai growth promoter maupun untuk program kesehatan. Sebagai penggantinya dapat digunakan produk alternatif yang justru lebih aman dan tetap efektif dapat mencegah terjadinya gangguan sistem pencernaan akibat infeksi kuman entero-patogen, seperti menggunakan produk dengan kandungan kombinasi antara essential oils dan asam organik, probiotik + prebiotik dan juga natural anti-coccidia.

Beberapa Jenis dan Pilihan Feed Additive serta Produk Non-Antibiotik untuk Menjaga Kesehatan dan Performance Sistem Pencernaan Ayam
Beberapa jenis feed additive yang dicampurkan dalam sediaan pakan dapat membantu menjaga kesehatan dan performance sistem pencernaan, baik secara langsung maupun tidak langsung mencegah gangguan infeksi mikroorganisme patogen dan kelainan sistem pencernaan karena toksikosis. Berikut jenis feed additive dan produk non-antibiotik yang dapat digunakan untuk mencegah mikroorganisme patogen:

a. Natural anti-coccidial, pasca dilarangnya pemakaian beberapa jenis anti-coccidia, beberapa perusahaan obat hewan sudah mulai mengembangkan penelitian untuk menghasilkan produk alternatif pengganti antibiotik tertentu yang selama digunakan sebagai anti-coccidia. Beberapa produk natural anti-coccidia mengandung kombinasi beberapa jenis essential oil, seperti mengandung extract garlic dalam bentuk PTS dan PTSO kombinasi dengan Carvacrol (dari Oregano) dan Cinnamone, seperti Phytmax Cox.
b. Probiotik (Direct-fed microbials), probiotik adalah sediaan produk mengadung mikroorganisme hidup dengan efek yang menguntungkan terhadap host (induk semangnya) dengan meningkatkan keseimbangan mikroflora yang ada dalam saluran pencernaan. Mikroflora dalam usus dapat terganggu oleh beberapa keadaan, seperti karena pemakaian antibiotik atau jenis obat lainnya, stress yang berlebihan, infeksi agen penyakit, atau karena paparan racun (yang bersumber dari pakan), yang dapat mengkondisikan kuman patogen berkembang dan menyebabkan infeksi serta kerusakan pada saluran pencernaan. Probiotik dapat membantu mencegah bakteri patogen yang menyebabkan ganguan pada saluran pencernaan dan probiotik dapat membantu manjaga keseimbangan mikroflora yang menguntungkan bagi host-nya.
c. Prebiotik, adalah non-digestible food ingredients (readily fermentable sugars), bermanfaat dan mempunyai efek yang menguntungkan terhadap hewan dengan cara menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas bakteri yang bersifat menguntungkan yang terdapat dalam colon/caecum dan meningkatkan kesehatan hewan host-nya. Kebanyakan potensial prebiotik adalah karbohidrat, diantaranya oligosakarida. Beberapa jenis prebiotik yang digunakan diataranya, Fructo Oligo Saccharides (FOS), Xylo Oligo Saccharides (XOS), Mannan Oligo Saccharides (MOS) dan Galacto Oligo Saccharides (GOS).
d. Organic acid, mempunyai efek strong acidifier, seperti Fumaric Acid, Malic Acid, Formic Acid dll, memainkan peranan cukup penting untuk membantu menurunkan pH saluran pencernaan dan menjaga pH saluran pencernaan bagian atas di bawah 6.0, sehingga secara tidak langsung dapat menekan kolonisasi dari kuman entero-patogen, seperti E.coli, Salmonella, Pseudomonas dan Clostridium, serta membantu meningkatkan populasi mikroflora yang bersifat menguntungkan yang ada dalam saluran pencernaan, sehingga dapat membantu kesehatan saluran pecernaan. Beberapa sediaan produk mengandung organic acids yang sudah tersedia di pasaran saat ini seperti, Hydrocap AA, Acitec A – GR, serta Acitec Liquid.
Penambahan setiap hari sediaan asam organik bentuk “short chain fatty acid”, seperti asam butyrat dalam bentuk sediaan matrix khusus untuk unggas yang dicampurkan dalam sediaan pakan dapat membantu meningkatkan perkembangan sel-sel epithelial, memperbaiki secara cepat sel-sel epithel yang rusak, meningkatkan panjang dari vili-vili usus, sehingga meningkatkan kapasitas penyerapan nutrisi pakan oleh dinding usus dan juga bermanfat untuk menekan dan mengontrol populasi Salmonella, E.coli, Pseudomonas dan entero-patogen lain dalam saluran pencernaan. Beberapa sediaan produk mengandung asam butyrat dengan matrix dan posisioning pemakaian produknya berbeda sesuai spesies dan umur ternak yang ada di pasaran saat ini seperti, Butytec Plus (calcium butyrate) dan BPS Plus (double buffer sodium butyrate).
e. Essential oils, produk hasil ektraksi bahan herbal yang dibuat dalam bentuk sediaan produk phytogenic, di mana pemberiannya dapat melalui pakan atau air minum. Sediaan produknya bisa tunggal atau gabungan dari beberapa jenis essential oils. Kerja dari essential oils di samping efektif sebagai selektif anti-mikrobial, juga berfungsi sebagai anti-inflamasi dan immunostimulan, serta beberapa jenis essential oils dapat juga sebagai anti-parasit (khususnya anti-coccidia) dan anti-mold (candida dan aspergillus). Beberapa sediaan produk essential oils yang di pasaran saat ini seperti, Garlicon, Licorol, Phytmax, Hydrocap AA dan Acitec A & C-GR.
f. Enzim, penambahan enzim dalam sediaan pakan atau melalui air minum dapat membantu ayam meningkatkan kapasitas nilai kecernaan nutrisi yang terkadung dalam sediaan pakannya. Pemberian pakan dengan kandungan “high viscosity cereal grains” pada ayam dapat memicu meningkatnya populasi kuman patogen yang ada dalam saluran pencernaan, khususnya usus kecil (ileum). Penambahan sediaan enzim yang ditujukan untuk memecah NSP yang ada dalam sediaan pakan, dapat meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, efesiensi pakan, meningkatkan kualitas kotoran dan memungkinkan pemakaian bahan baku pakan yang biayanya lebih murah. Beberapa sediaan produk enzim yang sudah tersedia di pasaran saat ini seperti, Enerzyme Plus dan Enerzyme Pro-700.
g. Toxin Absorbent/Toxin Binder, dicampurkan dalam sediaan pakan untuk membantu penerapan racun yang dihasilkan oleh jamur. Mikotoksin merupakan bahaya tersembunyi yang dapat menyebabkan kelainan pada sistem pencernaan, sistem immunitas sehingga dapat menyebabkan immunosupresi, gangguan kesehatan, serta gangguan pertumbuhan dan produksi pada ayam. Beberapa sediaan produk anti-mikotoksin/toxin absorbent yang sudah tersedia di pasaran saat ini seperti, Fusion Mbx, Fusion Dyad, Fusion Os dan Ecofiltrum.

Kesimpulan
Saluran pencernaan pada dasarnya secara terus menerus mengalami pemaparan berbagai jenis materi asing yang dapat menggangu fungsi maksimalnya dalam mencerna dan menyerap nutrisi pakan. Rendahnya tingkat biosekuriti dan lemahnya praktek manajemen yang diterapkan oleh peternak di lapangan, menyebabkan tingginya tantangan kuman atau mikroorganisme penyebab penyakit, serta toksin yang dapat mencemari pakan. Bakteri aerob dan anaerob, racun yang diproduksi oleh jamur (mikotoksin), parasit (protozoa) seperti coccidia sangat sulit dihilangkan dari lingkungan peternakan.

Adanya tuntutan global berkenaan dengan isu AMR, di mana belakangan ini makin meningkatnya kasus resistensi kuman patogen terhadap antibiotik pada manusia, serta adanya tuntutan masyarakat konsumen terhadap produk pangan asal hewani yang aman dan sehat, bebas dari residu antibiotik dan cemaran mikroorganisme patogen yang juga resisten terhadap antibiotik, membuat pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian memberlakukan larangan keras pemakaian apapun jenis antibiotik sebagai growth promoter dan juga pemakaian antibiotik digunakan untuk program pencegahan. Antibiotik hanya diijinkan digunakan untuk keperluan pengobatan dan harus di bawah pengawasan dokter hewan yang kompeten.

Kementerian Pertanian mendorong pelaku usaha dibidang kesehatan hewan untuk memproduksi dan menyediakan produk alternatif sebagai pengganti antibiotik yang dapat digunakan sebagai growth promoter maupun untuk tujuan pencegahan terhadap infeksi mikroorganisme patogen yang bersifat infeksius dan beberapa perusahaan obat hewan di Indonesia saat ini sudah ada yang mampu menyediakan produk alternatif pengganti antibiotik tersebut.

Diperlukan perhatian sungguh-sungguh dalam memilih dan menggunakan feed additive atau kombinasi beberapa feed additive yang akan ditambahkan ke dalam sediaan pakan, untuk menjaga kesehatan dan mengoptimalkan performance sistem pencernaan itu sendiri.


Drh Wayan Wiryawan
PT Farma Sevaka Nusantara

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer