Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini AGP | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KEARIFAN LOKAL UNTUK MENJAGA KESEHATAN & MENCEGAH PENYAKIT HEWAN

Meskipun produk vaksin AI yang beredar masih homolog sekitar 80-90% terhadap clade baru, tetap kewaspadaan agar AI tidak menyerang perlu ditingkatkan. (Sumber: Istimewa)

Avian Influenza (AI) merebak lagi, sejak akhir tahun lalu hingga beberapa bulan di awal tahun ini, sektor perunggasan mancanegara masih disibukkan dengan wabah AI. Pasalnya clade baru dari virus AI H5N1 yakni clade 2.3.4.4.b dinilai meresahkan dan berdampak besar pada sektor ekonomi dan sosial.

Meskipun melalui kajian yang dilakukan berbagai perusahaan dan pakar mengatakan bahwa produk vaksin AI yang beredar masih homolog sekitar 80-90% terhadap clade baru, tetap kewaspadaan agar AI tidak menyerang perlu ditingkatkan.

Kearifan Lokal, Dampak Positif Global
Sejak Antibiotic Growth Promoter (AGP) dilarang digunakan dan kerap menjadi “kambing hitam” turunnya performa ternak unggas dan meningkatnya risiko ayam terserang penyakit infeksi. Sebagaimana diketahui, setiap perusahaan yang berkecimpung di bidang pakan utamanya, kini berlomba mencari pengganti AGP sebagai feed additive. Bermacam cara digunakan agar kesehatan dan performa ayam tetap prima.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman budaya, salah satu yang berkembang adalah jamu. Masyarakat Indonesia dikenal gemar mengonsumsi jamu sebagai suplemen dalam menjaga kesehatan. Wajib disyukuri karena Indonesia memliki beragam tanaman obat yang sejak zaman nenek moyang telah dikonsumsi secara turun-temurun oleh masyarakat.

Beruntung juga karena tanaman obat yang sangat beragam ini dapat dimanfaatkan sebagai feed additive yang dapat menjaga kesehatan ternak. Seperti halnya yang dilakukan beberapa peternak di Indonesia yang lebih memilih memberikan jejamuan untuk ternaknya.

Kustadi, peternak broiler kemitraan asal Bogor yang rutin memberikan jamu kepada ayam-ayamnya. Ia rutin mencampurkan racikan beberapa jenis herbal kepada ayamnya agar tetap prima. “Kalau chick-in kan biasanya orang pada ngasih air gula ke ayam, kalau saya air gula itu saya campur lagi sama kunyit dan beras kencur,” kata Kustadi.

Kepada Infovet, ia mengaku... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (CR)

BAHAN HERBAL UNTUK KESEHATAN TERNAK

Pelarangan AGP dalam pakan mendorong banyak penelitian mencari alternatif penggantinya dalam pakan. (Foto: Dok. Infovet)

Pelarangan pemakaian Antibiotic Growth Promotor (AGP) dalam pakan mendorong banyak penelitian untuk mencari alternatif pengganti AGP dalam pakan. Berbagai bahan alternatif seperti probiotik, asam organik, enzim, minyak atsiri banyak dikembangkan termasuk senyawa herbal atau dikenal juga fitogenik. Penggunaan herbal untuk pengobatan manusia sudah banyak dikerjakan di Indonesia, juga negara lain seperti India atau China, malahan herbal digunakan sebagai pengobatan tradisionil (traditional medicine) secara turun-temurun.

Penggunaan herbal untuk ternak mulai berkembang di negara Eropa karena pelarangan AGP pada 2006, malahan sebelumnya ketika Denmark mulai melarang AGP pada 1996. Penelitian di Eropa mencoba menelusuri jenis-jenis tanaman yang sekiranya potensi untuk meningkatkan kesehatan hewan. Ribuan jenis tanaman ditelusuri untuk mencari bahan aktif yang dapat digunakan untuk pengganti AGP.

Jenis-jenis Herbal
Pengalaman membuat jamu untuk manusia berjalan cukup lama di Indonesia dan jamu sudah diproduksi oleh pabrik modern. Beberapa pabrikan jamu mengembangkan sayap usahanya memproduksi jamu untuk hewan, dengan bahan jamu yang juga diambil dari bahan jamu untuk manusia seperti Zingiberis officinale rhizome (jahe), Curcumaxanthorrhiza rhizome (temulawak) dan sebagainya.

Khasiat jamu hewan juga diklaim seperti pada manusia, diantaranya meningkatkan nafsu makan, memperbaiki daya tahan tubuh, bahkan membantu meredakan gejala penyakit tertentu. Ke”benar”an klaim bahan herbal untuk ternak membutuhkan penelitian lama, tidak mudah dan membutuhkan biaya mahal agar dapat dibuktikan secara ilmiah. Bahan baku herbal juga harus dikaitkan dengan bahan aktif yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh temulawak, ditemukan senyawa aktif yang disebut curcumin yang di klaim mempunyai fungsi kesehatan hati dan menambah nafsu makan. Persoalannya untuk jamu hewan adalah apa manfaat untuk manusia dapat langsung diterjemahkan juga untuk hewan? Hal ini membutuhkan penelitian ilmiah dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Mengikuti perkembangan di Eropa yang telah menghasilkan berbagai produk herbal, baik bahan baku maupun hasil pemurnian lebih lanjut, penelitian mencari potensi bahan herbal di Indonesia juga mulai dilakukan, akan tetapi... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

PILAH-PILIH HERBAL AGAR PERFORMA OPTIMAL

(Foto: Istimewa)

Suplemen pakan juga dikenal sebagai feed aditive atau pemacu pertumbuhan dalam bentuk antibiotik telah digunakan secara tradisional dalam pakan ternak pertanian sejak pertengahan 1940-an untuk menjaga lingkungan usus yang sehat dan meningkatkan kinerja (Dibner dan Richards, 2005). Didorong oleh peraturan yang lebih ketat mengenai perlindungan kesehatan manusia, kesejahteraan hewan dan lingkungan di satu sisi dan peningkatan permintaan protein hewani di sisi lain, membuat adaptasi alternatif diperlukan untuk produksi hewan yang berkelanjutan.

Karena meningkatnya larangan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGPs) di seluruh dunia pada pakan, sehubungan dengan kekhawatiran perkembangan resistensi antimikroba dan selanjutnya transfer gen resistensi antibiotik dari mikrobiota hewan ke manusia (Castanon, 2007; Steiner dan Syed , 2015), tren saat ini di kalangan produsen unggas adalah beralih dari penggunaan AGP dalam ransum unggas.

Aditif pakan yang berasal dari tumbuhan dikenal sebagai Phytogenic Feed Additives (PFAs), yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah, essential oil (EO), ekstrak tumbuhan dan komponennya telah menjadi kelas aditif pakan yang berkembang untuk pakan hewan, karena preferensi konsumen untuk produk hewani alami dan bebas antibiotik.

Potensi PFA untuk meningkatkan performa dikaitkan dengan kemampuannya menjaga lingkungan usus yang sehat (Windisch et al., 2008). Dalam sejumlah besar studi ilmiah, essential oils yang mengandung sebagian besar zat aktif tanaman telah dilaporkan meningkatkan kesehatan dan meningkatkan kinerja zootechnical dengan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk hewan karena efek antioksidan dan antiinflamasinya, modulasi mikrobiota usus, bermanfaat berdampak pada kualitas usus yang menghasilkan kinerja yang lebih baik (Diaz-Sanchez et al., 2015; Upadhaya dan Kim 2017; Luna et al., 2019), meningkatkan kecernaan nutrisi (Jamroz et al., 2003; Jamroz et al., 2005) dan kesehatan usus (McReynolds et al., 2009) pada broiler dan unggas.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa melengkapi diet broiler dengan PFA menghasilkan efek… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

FUNGSI LAIN MINERAL SEBAGAI ANTIMIKROBA

Pemberian mineral pada ternak yang baru lahir atau masih muda banyak memberikan manfaat. (Foto: Dok. Infovet)

Antimikroba umumnya diperoleh dari jenis antibiotik baik yang digunakan untuk pengobatan (terapeutik) maupun dalam bentuk AGP (Antibiotic Growth Promoter) yang ditambahkan dalam pakan. Dengan dilarangnya pemakaian AGP, maka banyak alternatif yang diusulkan sebagai imbuhan pakan. Berbagai bahan dalam bentuk mikroba (probiotik), maupun ekstrak tanaman (fitogenik), bahkan enzim diklaim sebagai bahan alternatif.

Disamping itu, beberapa mineral juga diperkenalkan sebagai bahan yang mempunyai sifat antibakteri, meskipun pada mulanya mineral dibutuhkan untuk tubuh ternak karena fungsinya dalam metabolisme, pertumbuhan atau fungsi organ. Dalam dekade terakhir, beberapa jenis mineral yang diperoleh dari alam maupun dari hasil sintesis, banyak dikembangkan sebagai antibakteri yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti AGP.

Bentuk dan Jenis Mineral
Berbagai bentuk dan jenis mineral dijual di pasaran dan digunakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tetapi juga digunakan sebagai fungsi lainnya.

Oksida dan Garam
Penggunaan mineral sebagai antimikroba sudah banyak diketahui cukup lama, misalnya pemakaian Cu (Cuprum/Copper/tembaga) dalam mencegah perkembangan mikroba. Beberapa pabrik pakan sudah lama menambahkan tembaga sulfat (CuSO4) ke dalam pakan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan Cu sebagai sumber gizi. CuSO4.5H2O ditambahkan dalam jumlah 500 g/ton makanan atau 200 ppm Cu dalam pakan yang melebihi kebutuhan Cu untuk ayam sebesar 5-8 ppm.

Disamping Cu pada ayam, pemberian ZnO pada babi juga sudah lama dilakukan untuk mencegah babi menceret karena kontaminasi bakteri yang berpengaruh terhadap saluran pencernaan. Pemberian ZnO dalam pakan babi lepas sapih dapat mencapai 2.000-3.000 ppm untuk mencegah timbulnya anteritis akibat bakteri dan mempercepat pertumbuhan. Tetapi,  pada 2022, Uni Eropa mengeluarkan peraturan baru untuk melarang pemakaian ZnO dalam pakan babi karena pencemaran lingkungan dari kotoran babi yang banyak mengandung Zn.

Dengan perkembangan teknologi, bentuk pemberian Cu atau Zn tidak hanya dalam bentuk garam atau oksidanya, tetapi juga dimodifikasi untuk di”masuk”kan ke dalam monmorilonit atau salah satu bentuk zeolit untuk meningkatkan aktivitasnya. Penambahan mineral tersebut tidak hanya masing-masing, tetapi juga dikombinasikan keduanya ke dalam zeolit. Hasil pengujian secara in-vitro menunjukkan bahwa mineral dalam zeolit mampu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2022.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

SENYAWA FITOGENIK ATAU BAHAN HERBAL

Penggunaan senyawa fitogenik berkembang ke peternakan karena pelarangan penggunaan antibiotika pemacu pertumbuhan (AGP) yang memengaruhi kesehatan ternak. (Foto: Istimewa)

Imbuhan pakan berupa senyawa fitogenik atau botanikal merupakan bahan ekstrak tanaman yang ketika ditambahkan dalam pakan dalam jumlah yang disarankan dapat memperbaiki penampilan ternak. Bahan ini berupa hasil ektraksi tanaman obat dalam berbagai bentuk senyawa, baik minyak atsiri (essential oil), ekstrak jamu-jamuan (herbal) atau dari rempah-rempah (spice).

Penggunaan ekstrak tanaman sudah lama dilakukan manusia, baik untuk pengobatan maupun meningkatkan kesehatan tubuh, seperti menaikkan kekebalan (immunity) atau sebagai tonik. Penggunaan senyawa fitogenik berkembang ke peternakan karena pelarangan penggunaan antibiotika pemacu pertumbuhan (AGP) yang memengaruhi kesehatan ternak. Hal ini dimulai dari negara-negara di Eropa yang lebih dulu melarang penggunaan AGP dan membatasi penggunaan antibiotika dalam pemeliharaan ternak, sehingga mencari alternatif yang dapat diperoleh dari alam. Mereka berpikir bahwa penggunaan bahan alami dianggap lebih aman untuk kesehatan dibanding antibiotika yang dapat menimbulkan resistensi, sehingga dikawatirkan nantinya akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Jenis Senyawa Fitogenik
Jenis senyawa fitogenik umumnya dari tanaman herbal yang secara tradisional banyak digunakan untuk meningkatkan kesehatan manusia. Kesehatan dalam hal ini tidak hanya untuk pengobatan terhadap suatu penyakit, tetapi juga untuk meningkatkan kecernaan dari makanan atau meningkatkan nafsu makan atau meningkatkan kekebalan tubuh ketika menghadapi perubahan cuaca maupun penyakit.

Awal mulanya jenis senyawa fitogenik pada ternak ditujukan untuk meningkatkan penerimaan konsumen untuk hasil ternak seperti telur. Konsumen menghendaki warna kuning telur yang cerah berwarna kuning sehingga dibuatlah imbuhan pakan dari tanaman yang berisi senyawa karotenoid berupa xantofil (oxygenated carotene) yang diperoleh dari wortel atau bunga marigold atau dari ganggang chlorella. Jenis xantofil yang digunakan berupa lutein yang juga terdapat dalam jagung kuning.

Kendati demikian konsumen juga menghendaki agar warna telur tidak hanya kuning tetapi juga menjadi jingga (oranye), maka ditambahkanlah senyawa astaxantin yang dapat memberikan warna merah. Penggunaan senyawa astaxantin juga banyak digunakan untuk menghasilkan daging ikan atau uadng yang berwarna merah. Disamping karotenoid diperoleh dari tanaman, beberapa perusahaan kimia juga membuat senyawa sintetisnya yang dapat dimasukkan ke dalam pakan.

Selanjutnya, penelitian terus berkembang untuk memanfaatkan senyawa fitogenik sebagai imbuhan pakan yang dapat memberikan pengaruh positif bagi ternak, termasuk perbaikan kualitas pakan.

Secara umum, imbuhan pakan fitogenik dapat dikelompokkan ke dalam:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2022.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

PRODUK ALTERNATIF AGP: MEMAHAMI JEJAK IMUNOMODULASI


Oleh: Tony Unandar
Anggota Dewan Pakar ASOHI - Jakarta

Pasca pakan tanpa antibiotic growth promoter (AGP), genderang perang terhadap mikroba (bakteri) dalam industri ayam modern mempunyai skala prioritas yang sangat tinggi, baik secara lokal maupun universal. Selain untuk tetap mengoptimalkan potensi genetik ayam, juga untuk kepastian keamanan pangannya. Tulisan ini mencoba menyoroti peranan komponen pakan yang bersifat nutritif maupun non-nutritif beserta interaksi positif yang ditimbulkannya dalam rangka menjaga atau mendukung sistem imunitas ayam agar tetap mentereng.

Sekilas Respon Imunitas Ayam
Sistem imunitas non-spesifik (innate immunity) adalah garis pertahanan pertama suatu makhluk (termasuk ayam) dalam rangka menahan laju invasi mikroorganisme patogen yang menerpanya. Komponen sistem ini berhadapan secara langsung dengan patogen yang menyerang (Medzhitov, 2017).

Pada tataran seluler, respon imunitas non-spesifik difasilitasi oleh sel-sel epitelium selaput lendir dan sel-sel fagosit (sub populasi sel darah putih) baik yang bermukim pada tingkat jaringan tubuh ataupun yang direkrut dari sistem peredaran darah, yakni granulosit (heterofil, asidofil, basofil), monosit dan makrofag.

Pada tataran molekuler, sel-sel dalam innate immunity mendeteksi keberadaan mikroba atau patogen via Pattern Recognition Receptors (PRRs) yang mampu mengenali molekul penciri dari suatu sel pathogen yang berupa suatu senyawa protein, lemak atau asam nukleat, yang selanjutnya disebut sebagai Microbe/Pathogen-Associated Molecular Patterns atau MAMPs/PAMPs (Kumar et al., 2011; Medzhitov, 2017). PRRs juga mampu mengenali banyak molekul penciri yang dihasilkan induk semang yang mengindikasikan adanya serangan patogen ataupun kerusakan sel-sel induk semang.

Patogen via PRRs mampu menginduksi atau mengaktivasi sel-sel dalam innate immunity untuk menghasilkan serta mengekskresikan sejumlah sitokin ataupun molekul mediator radang. Molekul mediator radang ini selanjutnya dapat merekrut dan mengaktivasi sel-sel imunitas lain untuk berada di sekitar infeksi dan menginduksi secara sistemik terkait keberadaan patogen dalam bentuk demam. Patogen via PRRs juga menstimulasi... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2022. (toe)

MENGENAL BIOFILM: WUJUD GAYA HIDUP BAKTERIA

Bakteria secara umum mampu mengekspresikan dua bentuk fenotip yang terkait dengan gaya hidupnya (life style), yaitu Planktonic phenotype dan Biofilm phenotype. Bisa terjadi baik secara in-vitro (air, tanah) maupun secara in-vivo (dalam tubuh induk semang).

Gaya hidup ternyata tidak hanya dijumpai dalam peradaban umat manusia, tetapi juga dalam dunia bakteria. Tulisan ini berusaha meneropong satu gaya hidup bakteria dalam wujud biofilm yang menjadi sumber kontaminasi mikroba patogen dalam sistem distribusi air minum ayam modern.

Seyogianya, pasca pakan non-AGP (Antibiotic Growth Promoter) cemaran mikroba patogen bagi ayam modern, termasuk via air minum, secara holistik harus direduksi semaksimal mungkin, dengan demikian performa akhir tetap optimal dan stabil.

Kenangan tentang Bakteria
Bakteria adalah mikroorganisme prokariotik (tidak mempunyai membran inti sel), dengan ukuran berkisar 0,5-5,0 µm dan berbentuk bacili, cocci, spirilia atau seperti koil. Kebanyakan bakteria berada dalam rupa sel-sel tunggal, tapi ada juga yang cenderung berada dalam kelompok, misalnya streptococcus berbentuk seperti rantai atau staphylococcus akan tampak seperti serumpun buah anggur (Hermans et al., 2010; Timoney, 2010).

Selain secara in-vivo (di dalam tubuh induk semang), bakteria juga mampu untuk berkembang biak secara in-vitro (di luar tubuh induk semang), selama kondisi media atau substrat ideal dan cukup nutrisi yang dibutuhkan (Garret et al., 2008).

Hans Christian Gram pada 1884, membagi bakteria menjadi dua kelompok besar berdasarkan teknik pewarnaan yang ditemukannya. Dengan pewarnaan gram, dinding sel bakteria gram positif yang kaya akan senyawa peptidoglikan dan lipoprotein akan menyerap warna biru-keunguan, sedangkan dinding sel bakteria gram negatif yang terdiri dari peptidoglikan dan lipopolisakarida (LPS) akan menyerap warna merah jambu.

Perbedaan komposisi kimiawi dinding sel juga yang menyebabkan perbedaan sensitivitas bakteria terhadap sediaan antimikroba maupun preparat logam berat seperti perak (Ag) dan tembaga alias Cu (Azam et al., 2012; Chernousova et al., 2013).

Gaya Hidup dan Biofilm
Secara alamiah, baik in-vivo maupun in-vitro, bakteria mengekspresikan dua buah bentuk fenotip yang terkait erat dengan model gaya hidupnya yang saling berlawanan satu sama lain (Hall-Stoodley et al., 2004; Römling, 2005; Garret et al., 2008), yaitu:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2022.

Ditulis oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer