-->

PEMERINTAH GELAR OPERASI PASAR MURAH, HARGA DIBAWAH HET

Mentan Amran saat Kick Off Operasi Pasar Pangan Murah di Jakarta. (Foto: Istimewa)

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bersama Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, dan pimpinan kementerian/lembaga terkait pangan menggelar operasi pasar murah di seluruh Indonesia dengan harga terjangkau di bawah harga eceran tertinggi (HET).

Dalam operasi pasar kali ini, daging kerbau beku dijual Rp 75.000/kg dari HET Rp 80.000/kg, lebih rendah dibandingkan harga daging kerbau dan sapi saat ini di pasaran. “Bapak Presiden Prabowo ingin agar masyarakat nyaman menjalankan ibadah puasa dan mendapatkan pangan yang terjangkau. Harga bahan pokok di operasi pasar di bawah HET. Dan saya ingatkan sekali lagi, jangan ada pengusaha yang menjual di atas HET. Itu ada pasal-pasalnya jika melanggar bisa disegel bahkan terancam penjara,” kata Mentan Amran usai melakukan Kick Off Operasi Pasar Pangan Murah di Kantor Pos Fatmawati, Jakarta Selatan, Senin (24/2/2025).

Pada kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan kondisi stok komoditas pangan Indonesia relatif aman dibandingkan negara-negara lain seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang yang saat ini tengah mengalami krisis pangan, khususnya beras.

”Kita patut bersyukur karena kita telah mempersiapkan diri dan bergerak cepat. Di saat negara lain mengalami krisis pangan, kita punya cadangan beras yang kuat. Bahkan parlemen Malaysia minta Kementerian Pertanian Malaysia belajar ke Indonesia. Itulah kebanggaan kita,” ucapnya.

Ia pun berharap agar semua pihak terus mempertahankan sinergitas untuk mewujudkan Indonesia yang semakin maju, termasuk mencapai swasembada pangan. Operasi pasar melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Badan Pangan Nasional, dan Satgas Pangan.

Seperti diketahui, Operasi Pasar Pangan Murah merupakan kolaborasi pemerintah dan BUMN Pangan untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok selama Ramadan dan Idulfitri. Harga bahan pokok dijual di bawah HET. Selain daging kerbau, daging ayam ras beku dijual Rp 34.000/kg dari HET Rp 40.000/kg, Minyakita dijual Rp 14.700/liter dari HET Rp 15.700/liter, gula konsumsi Rp 15.000/kg dari HET Rp 18.500/kg, bawang putih Rp 32.000/kg dari HET Rp 40.000/ kg, dan beras SPHP Rp 12.000-12.600/kg dari HET Rp 12.500-13.500/kg.

Adapun pasokan pangan disediakan sejumlah jaringan asosiasi petani dan pengusaha komoditas, serta BUMN Pangan seperti Perum BULOG, PT RNI, PTPN, PT Berdikari, dan PT PPI.

Untuk memasifkan pelaksanaan operasi pasar kali ini, pemerintah juga menggandeng PT Pos Indonesia dan akan memanfaatkan jaringan BUMN Pangan serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementan di berbagai daerah. (INF)

MEWASPADAI MODUS JAHAT PENJUALAN “DAGING SAPI” (PALSU)

Modus jahat oknum pengoplos daging sapi dengan daging babi untuk mencari keuntungan dengan cara menipu konsumennya. (Foto: RRI)

Modus kejahatan penjualan daging babi hutan yang “disulap” menjadi rupa daging sapi, hampir setiap waktu terjadi. Para pelaku memanfaatkan momen perayaan hari besar keagamaan untuk menjalankan aksinya. Apa saja modusnya?

Bulan suci Ramadan 1446 Hijriah sebentar lagi tiba. Momen yang paling dinanti umat Islam seluruh dunia. Menu olahan daging biasanya menjadi menu favorit pada momen tersebut. Jelang bulan yang suci ini, terkadang ada saja orang yang secara sengaja mencari keuntungan dengan cara yang jahat. Dan, pola ini seolah terus terjadi setiap tahun.

Simak saja kejadian yang belum lama terjadi di salah satu kota di Sumatra. Sebuah rumah yang berlokasi di tak jauh dari Pos Ronda, di wilayah Way Kanan, Provinsi Lampung, tiba-tiba didatangi sejumlah personel kepolisian bersenjata. Waktu masih menunjukkan pukul 10 malam lebih beberapa menit. Sekitar lima polisi berpakaian preman langsung merangsek ke sebuah rumah yang sudah diintai sebelumnya.

Tak ada perlawanan dari penghuni rumah, saat para polisi memasuki rumah tersebut. Mereka tak menyangka rumahnya didatangi polisi secara tiba-tiba. Setelah menginterogasi penghuni rumah, polisi kemudian menggeledah seisi rumah dan pekarangan belakang rumah tersebut.

Hasilnya, sejumlah drum plastik berukuran besar dan ember plastik bekas cat tembok segera diamankan. Drum dan ember tersebut berisi daging segar yang tampaknya siap dijual esok hari. Usai menyita sejumlah barang bukti, dua orang penghuni rumah tersebut juga digiring ke mobil polisi. Kedua pelaku masing-masing yakni BJ (55) dan AA (21) yang merupakan bapak dan anak, warga Way Kanan.

“Kedua tersangka terindikasi jaringan penjual daging babi hutan alias celeng di Lampung Timur dengan cara mengakui sebagai daging sapi dan dijual di bawah harga pasar,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lampung Timur Ajun Komisaris Polisi (AKP) Faria Arista kepada wartawan, saat itu.

Penangkapan dua orang ini terjadi beberapa bulan lalu, namun masih ada kekhawatiran masyarakat bahwa kasus seperti itu akan terulang. Mungkin karena kasusnya berkaitan dengan daging yang sering dikonsumsi, maka rasa was-was pun selalu membayangi.

Lelaku jahat para pedagang nakal masih saja membayangi konsumen daging sapi di pasaran. Hingga sekarang masih saja ada orang yang mengelabuhi pembeli dengan cara yang merugikan. Mereka bukan hanya melakukan pengoplosan daging sapi dengan daging babi hutan, tetapi juga mengubah daging babi agar tampak seperti daging sapi.

Modus Para Pelaku
Dari kasus ini, kepolisian mengungkap sejumlah modus para pedagang daging babi hutan itu untuk menarik minat dan menipu konsumennya. Kepada polisi, pelaku menyebutkan sejumlah modus jahat yang dilakukan. Ini menjadi alarm bagi masyarakat, khususnya umat Islam.

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Ir Edi Suryanto,  menyebut peristiwa pencampuran daging sapi dengan daging babi hutan yang berulang-ulang merupakan tindakan kriminal.

“Harus ada tindakan pencegahan sesuai dengan UU PK No. 8 tahun 1999, UU Pangan No. 18 tahun 2012,  dan UURI No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH),” ujarnya kepada Infovet.

UU JPH menyatakan bahwa untuk menjamin setiap pemeluk agama untuk beribadah dan menjalankan ajaran agamanya, negara berkewajiban memberikan pelindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat.

Ada sejumlah modus yang dilakukan oleh para pelaku untuk mengoplos daging sapi dan daging babi hutan. Modus pertama, mengoplos daging sapi dengan daging celeng ke dalam satu kotak, lalu dimasukan ke dalam tempat pendingin. Untuk mengelabuhi petugas, bagian luar dari kotak penyimpanan itu diberi label daging impor.

Modus kedua, menyamarkan daging babi hutan sebagai daging sapi dengan cara menyiram daging celeng dengan darah sapi. Dengan begitu, sekilas daging celeng itu menjadi mirip daging sapi. Warnanya lebih kemerahan.

Modus ketiga, pelaku menawarkan daging dengan harga jauh di bawah harga pasaran. Jika harga daging sapi di pasar sekitar Rp 120.000/kg, maka para pelaku menjual dagangan mereka di bawah Rp 100.000/kg.

Para pelaku tak hanya menjual langsung di pasar atau pinggir jalan. Namun mereka menawarkannya melalui media sosial. Pelaku akan mengirimkan video palsu kepada calon konsumen. Konsumen ditunjukkan video pemotongan sapi agar lebih meyakinkan. Video itu di-download dari sumber lain lalu dikirimkan ke calon konsumen.

Para konsumen terkadang mudah terkecoh mengingat saat jelang bulan Puasa dan Lebaran, menyiapkan hidangan daging menjadi momen yang istimewa. Dengan tawaran harga di bawah harga pasaran, orang mudah tergiur.

Gunakan Boraks
Ada juga modus lain yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan penjualan daging ini. Masih segar dalam ingatan publik kejadian dua tahun lalu di Bandung. Aparat kepolisian Polresta Bandung berhasil mengungkap dan mengamankan empat pelaku pengedar daging babi yang diolah menyerupai daging sapi di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Dalam melakukan aksinya para pelaku menggunakan boraks agar daging babi hutan menyerupai daging sapi. Diolah kemudian menyerupai daging sapi dan dijual seharga daging sapi. Pada saat dijual di pasar, para pelaku menyebut daging itu sebagai daging sapi. Ternyata dengan menggunakan boraks, warna daging babi yang asalnya pucat menjadi lebih merah menyerupai daging sapi.

Para pelaku dijerat dengan Pasal 91 A jo Pasal 58 Ayat 6 UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta Pasal 62 Ayat 1 jo Pasal 8 Ayat 1 UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Dalam pasal tersebut secara tegas disebutkan, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat.

Pedagang Harus Jujur
Dari banyaknya penangkapan oleh aparat kepolisian dalam kasus ini, muncul pertanyaan dari publik, apakah tidak boleh menjual daging babi?

Menurut Edi Suryanto, penjualan daging babi tentu saja boleh. Tetapi pedagang harus jujur. Merujuk aturan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) produk makanan boleh diberikan izin edar jika memberikan label gambar babi.

Hal itu diatur Pasal 6 Ayat 2 yang berbunyi, dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bahwa produk makanan dan minuman yang bersumber, mengandung, atau berasal dari babi, dapat diberikan izin edar dengan ketentuan harus memenuhi persyaratan tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan.

Berdasarkan Pasal 8 Ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 28/2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, khususnya penanganan daging babi tertulis bahwa pangan mengandung babi dipajang pada tempat khusus, terpisah dari pangan lain yang tidak mengandung babi.

Pada tempat pemajangan sebaiknya ada tulisan dan peringatan “PANGAN MENGANDUNG BABI” dengan gambar babi dalam kotak dengan garis tepi berwarna merah di atas dasar putih sehingga mudah dibaca dan terlihat jelas.

Persyaratan label makanan juga harus mencantumkan logo dan tulisan “MENGANDUNG BABI” dalam kotak dengan garis tepi berwarna merah di atas dasar putih pada label kemasan (untuk produk terkemas) dan showcase.

Yang jelas, sebagai konsumen juga harus jeli dan cerdas. Jangan gampang tergiur dengan tawaran harga daging murah. Dari hasil obrolan Infovet dengan pedagang daging di Pasar Parung, Bogor, untuk membedakan daging babi dan daging sapi, tidak terlalu sulit. Daging sapi memiliki serat lebih kasar dibanding daging babi. Ciri lainnya, bagian bawah daging babi terdapat semacam kulit berwarna putih dan berminyak. Sementara daging sapi tidak berlemak seperti daging babi.

Peran dari aparat kepolisian juga dibutuhkan. Untuk menghindari ini biasanya aparat Kepolisian akan mengimbau masyarakat sebaiknya membeli daging sapi pada pedagang yang biasa berjualan daging sehari-hari. Hindari membeli daging pada pedagang daging dadakan yang berjualan di pinggir jalan.

Edi Suryanto juga mengingatkan kepada masyarakat mengingat bulan Ramadan sudah dekat, harus lebih hati-hati dan jeli dalam berbelanja daging. “Jangan mudah tergiur dengan penawaran harga murah oleh pedagang. Kalau ada pedagang yang menawarkan dengan harga murah atau di bawah harga rata-rata pasaran, pembeli harus curiga. Kalau memungkinkan pastikan apakah itu benar-benar daging sapi atau bukan,” pungkasnya. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis
Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

DI RAKERNAS APPSI, MENTAN AJAK SUKSESKAN PROGRAM MAKAN BERGIZI GRATIS

Mentan saat memberikan sambutan pada Rakernas APPSI di Tangerang, Banten. (Foto: Istimewa)

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengajak Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI) mendukung program makan bergizi gratis, salah satunya dengan menyediakan daging dan susu sapi berkualitas dan berkelanjutan.

"Ayo kerja keras dukung program makan bergizi gratis. Mulai hari ini kita harus mengubah mindset untuk sukses swasembada kalau kita bergerak bersama," kata Mentan dalam acara Rakernas APPSI, di Serpong, Tangerang, Banten, Jumat (20/9/2024).

Amran meyakini bahwa APPSI dapat membantu pemerintah mewujudkan swasembada daging, sehingga ke depan Indonesia tak perlu lagi melakukan impor. Artinya, tugas yang diemban ke depan hanya fokus pada pengembangbiakan dan penggemukan sapi nasional.

"Jadi ke depan untuk kita mencapai swasembada itu harus memiliki mimpi dan juga aksi. Ingat, ini momentum emas, di mana ada presiden memiliki perhatian luar biasa terhadap peternak," ucapnya.

Ketua Umum APPSI, Dadang, menyampaikan apresiasinya atas dukungan Kementerian Pertanian terhadap penggemukan sapi di Indonesia. Mengenai hal itu, Dadang mengaku siap memberikan berkontribusinya.

"Kami tentu mendukung program makan bergizi gratis. Alhamdulillah saat ini kita juga sudah mengangkat Ketua Dewan Pembina yaitu Bapak Ahmad Muzani yang Insyaallah kita akan sinergi dengan program pemerintah untuk kemajuan para peternak sapi di Indonesia," ujar Dadang.

Ia turut mengungkapkan bahwa program tersebut adalah program strategis masa depan untuk kemajuan Indonesia melalui pemenuhan daging dan sapi nasional. Dia pun mengaku siap mengkoordinasikan program tersebut dengan para peternak lain.

"APPSI berdiri sejak 2019 dan kami sudah menggelar kontes sekitar delapan kali di seluruh wilayah kepulauan Jawa. Ke depan kita ingin menaikkan taraf hidup atau penyemangat untuk para peternak sapi di Indonesia agar lebih dihargai bukan hanya berdasarkan nilai daging karkasnya saja, tetapi dari aspek lainnya termasuk pemenuhan daging untuk program makan bergizi gratis," tandasnya.

Pada kegiatan Rakernas tersebut dihadiri Dewan Pembina APPSI Ahmad Muzani, Anggota Komisi IV DPR RI TA. Khalid, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Supratman Andi Agtas, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, dan sejumlah pengurus APPSI dari beberapa daerah. (INF)

CARA BIJAK KONSUMSI JEROAN

Soto jeroan yang menggugah selera. (Foto: img.kurio.network)

Olahan soto iso dan babat sapi dengan kuah panas yang gurih memang menggugah selera. Namun, dibalik nikmatnya perlu waspada dengan risiko yang mengintai. Bagaimana cara bijak konsumsi jeroan?

Pernah mencicipi soto iso dan babat? Bagi penggemar masakan jeroan, makanan tersebut tentu terasa nikmat. Meski tak semua orang mau makan jeroan, namun warung makan penjual olahan jeroan ada di mana-mana. Penikmatnya, kadang rela antre untuk sekadar menikmati soto khas Nusantara ini.

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang sering melintas kawasan stasiun kereta listrik (KRL) Gondangdia, Jakarta Pusat, saat siang hari dipastikan akan melihat suasana dimana pembeli berjubel untuk berburu makan siang.

Salah satu warung makan yang banyak digemari pembeli adalah Warung Soto Babat Gondangdia. Tempatnya di sisi kanan stasiun, berhimpitan dengan rumah warga. Setiap hari, terutama waktu makan siang dan sore jam pulang kerja, warung ini selalu dipenuhi pembeli.

Soto babat dan iso adalah dua menu favorit di warung ini. Dengan kuah bening yang gurih dan taburan bawang goreng, kedua soto tersebut memang nikmat untuk santap siang. “Seminggu bisa tiga kali saya makan di sini,” tutur Sudirman kepada Infovet.

Karyawan salah satu perusahaan di sekitar Gondangdia ini termasuk penggemar soto iso dan babat. Saat jam istirahat siang tiba, lelaki asal Citayam, Bogor, itu mengaku suka makan siang di Warung Soto Babat Gondangdia.

Tidak takut kolesterol? “Iya, sih. Kadang khawatir juga. Tapi jujur aja, nikmat banget makan siang pakai soto iso babat, kuahnya gurih banget. Apalagi makan panas-panas,” ujarnya.

Sudirman hanyalah salah satu orang yang menyukai makanan olahan jeroan. Dipastikan masih banyak lagi orang yang memiliki kegemaran sama dengan Sudirman, menikmati soto iso dan babat.

Bagi sebagian orang, iso sapi mungkin masih awam. Iso adalah bagian usus sapi. Sama seperti babat, iso diketahui mempunyai kandungan gelatin dan probiotik yang sebenarnya baik untuk tubuh, selain juga mempunyai kandungan kalsium yang dapat membantu mencukupi asupan mineral.

Jeroan Tetap Ada Manfaatnya
Mengonsumsi jeroan dalam jumlah wajar sebenarnya dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan. Hal ini dikarenakan jeroan mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Mengutip penjelasan dari Buku 35 Resep Masakan Olahan Hati & Ampela Ayam (2010) oleh Lilly T. Erwin, jeroan merupakan bahan pangan yang mengandung cukup banyak gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Vitamin yang terdapat pada jeroan adalah vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin B12, dan asam folat. Untuk mineral, ada zat besi, kalsium, kalium, magnesium, fosfor, dan seng.

Kandungan vitamin B12 pada jeroan dipercaya dapat mengurangi potensi gangguan sistem kerja sel-sel saraf, sehingga mampu mengoptimalkan fungsi sel-sel tersebut. Termasuk menurunkan risiko terjadinya gangguan memori pada otak.

Sementara itu, kandungan seng dan vitamin A pada jeroan, khususnya hati, baik untuk memelihara kesehatan jaringan epitel, termasuk endothelium pembuluh darah. Kandungan asam folat dan zat besi juga menjadikan jeroan baik untuk mencegah anemia.

Risiko Jika Keseringan
Meski terbilang lezat dan banyak manfaat, jeroan sepatutnya tak disantap terlalu sering atau terlalu banyak. Menurut pakar gizi dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University, Dr Ir Budi Setiawan, mengonsumsi olahan berbahan baku jeroan jelas sangat tidak sehat untuk dikonsumsi, karena mengandung kolesterol cukup tinggi.

Jeroan memiliki banyak macamnya, mulai dari babat, usus, jantung, hati, dan lainnya. Bagian jeroan juga memiliki kandungan lemak lebih tinggi. Tetapi jeroan juga memiliki kandungan mineral yang dibutuhkan tubuh.

“Yang menjadi masalah kadang-kadang jeroan babat dan usus terdapat kotoran yang masih melekat di bagian dalamnya. Ini yang harus penuh kehati-hatian saat mengolahnya,” ujar Budi kepada Infovet.

Menurutnya, mengolah jeroan tidak sampai bersih, meskipun sudah dimasak, mikroba di dalam usus dan babat kemungkinan akan terbawa dalam bentuk makanan olahan. Dalam beberapa referensi, ada sejumlah bahaya yang dihadapi jika sering mengonsumsi olahan jeroan.

Pertama, sebabkan kolesterol tinggi. Selain nutrisi yang telah disebutkan di atas, jeroan terbukti mengandung juga kolesterol tinggi. Dikutip dari Buku Dasar-Dasar Gizi Kuliner (1998) oleh C. Soejoeti Tarwotjo, jeroan adalah sumber zat kolesterol. Asupan kolesterol dari makanan yang berlebihan bisa memicu masalah kolesterol tinggi. Jumlah kolesterol yang terlalu banyak di dalam darah dapat menyebabkan pembuluh darah mengeras atau menyempit (aterosklerosis). Apabila aliran darah menuju jantung sampai terganggu, maka dapat terjadi penyakit jantung. Jika tak segera diobati, kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi berbahaya berupa serangan jantung. Beberapa studi bahkan menemukan hubungan linier antara hiperkolesterolemia dan risiko hiperurisemia (penyakit asam urat). Sebab itu, konsumsi jeroan harus dipantang oleh penderita asam urat.

Kedua, jeroan bisa memicu asam urat. Selain kolesterol, jeroan juga terbukti mengandung senyawa purin yang tinggi. Mengutip penjelasan dalam Buku Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat (2012) oleh Lanny Lingga PhD, semua jeroan mengandung purin yang sangat tinggi. Karena itu, konsumsi jeroan akan menambah purin dalam jumlah banyak sehingga mengganggu keseimbangan purin dalam serum. Bagi seseorang yang kebal terhada purin sekali pun, jeroan berpotensi micu peningkatan asam urat.

Ketiga, jeroan dapat memicu diabetes mellitus. Masih dalam bukunya, Lanny Lingga juga menyebut bahwa jeroan adalah sumber lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh hewani yang berlebihan dapat menekan ketersediaan omega-3 bagi tubuh karena menghambat kinerja enzim desaturase dan elongase yang bertugas mengubah omega-3 ALA menjadi DHA dan EPA. Defisiensi omega-3 menyebabkan peningkatan kadar asam urat sekaligus memicu serangan gout atau penyakit asam urat. Asupan lemak jenuh terlalu banyak juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2.

Keempat, konsumsi jeroan membebani aktivitas kerja organ ginjal. Konsumsi protein hewani yang memiliki nilai cerna rendah dan pH rendah seperti jeroan bisa membebani aktivitas kerja organ ginjal. Konsumsi protein hewani akan mereproduksi asam urat yang dibuang atau diekskresi lewat ginjal karena terjadi persaingan antara keton dan asam urat, sehingga kadar asam urat serup dapat meningkat.

Kelima, konsumsi jeroan bisa memicu obesitas. Jeroan sarat kalori sehingga kelebihan kalori dikhawatiran menyebabkan obesitas atau kegemukan.

Cobalah Beralih ke Telur
Bagi penggemar olahan produk berbahan jeroan, jika sulit mengurangi porsinya, ada baiknya secara perlahan mengganti dengan olahan telur ayam. Selain lebih murah, dengan olahan yang sama telur jauh lebih sehat dibanding jeroan.

Memang ada anggapan konsumsi telur berdampak pada naiknya kolesterol dan penyakit jantung. Namun, tidak ada korelasi positif antara kegemaran mengonsumsi telur ayam dengan peluang mendapatkan serangan jantung. Penelitian ilmiah secara intensif yang berakhir pada 1996 oleh Harvard School of Public Health Amerika telah membuktikan hal tersebut.

Dalam narasi artikel yang ditulis Tony Unandar selaku Anggota Dewan Pakar, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), disebutkan andai kata telur tidak mengandung kolesterol, tentu saja tidak akan ada kontroversi antara konsumsi telur dengan kesehatan manusia.

Yang jelas menurut National Academy of Sciences (NAS) Amerika, sebutir telur ayam ras yang besar mengandung kira-kira 215 miligram (mg) kolesterol atau sama dengan duapertiga dari total kebutuhan kolesterol manusia dewasa perhari, yaitu sekitar 300 mg.

Tiap butir telur mengandung kira-kira 6 gram protein dan 5 gram senyawa lemak. Kira-kira 50% dari total protein telur terdapat dalam bentuk albumin (putih telur), sedangkan senyawa lemak umumnya terdapat dalam kuning telur dengan komposisi lemak tidak jenuh lebih dari 50%. Protein telur merupakan protein ideal bagi manusia, karena terdiri atas asam-asam amino esensial yang seimbang.

Selain itu, telur juga mengandung zat besi (Fe), riboflavin, asam folat, vitamin B12, D, dan E. Hampir serupa dengan daging, zat besi yang terkandung dalam kuning telur terbukti mempunyai bioaviabilitas tinggi, dengan demikian merupakan asupan penting bagi anak yang sedang bertumbuh.

Walaupun tidak mengandung vitamin C, telur merupakan sedikit jenis makanan yang mengandung vitamin D cukup tinggi. Cukup kaya nutrisi bukan?

Namun, para penggemar olahan jeroan juga tak perlu gundah. Meskipun ada sederet bahaya yang mengancam kesehatan, namun menurut Budi Setiawan, jika olahan jeroan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar sebetulnya tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Jadi, tetap harus bijak saat makan jeroan. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

KERJA SAMA INDONESIA-URUGUAY TINGKATKAN KUALITAS DAGING DAN SUSU

MoU pembangunan pangan antara Indonesia dan Uruguay. (Foto: Istimewa)

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi, bersama Menteri Peternakan, Pertanian, dan Perikanan Republik Oriental Uruguay, Fernando Mattos, menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembangunan pangan di kedua negara, khususnya di bidang peternakan untuk mengembangkan produksi daging dan susu berkualitas.

“Kementan bergerak sesuai arahan presiden untuk meningkatkan kinerja sektor pangan, utamanya daging, produk hortikultura, dan tanaman pangan,” ucap Harvick melalui siaran resminya di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Selasa (4/6/2024).

Pada 2023, total nilai perdagangan komoditas pertanian antara Indonesia dan Uruguay hanya mencapai sekitar 8.87 juta USD. Oleh sebab itu, Wamentan menaruh harapan dalam kerja sama ini, baik untuk meningkatkan nilai perdagangan komoditas pertanian maupun bidang peternakan.

Saat ini Uruguay menduduki posisi ketujuh produsen daging utama di dunia dengan mengekspor 450 ribu ton daging sapi ke pasar internasional. Uruguay dikenal sebagai negara yang memiliki sistem pengelolaan ternak modern dan berkelanjutan, salah satunya dengan melarang penggunaan hormon sejak 1962 dan melarang antibiotik pada 2011.

“Bukan hanya terjadinya trading di antara kedua negara, kita sepakat untuk bertukar informasi bagaimana mengembangkan teknologi pertanian. Utamanya agar kedua belah negara bisa lebih berkembang lagi,” tambah Harvick.

Saat ini pihaknya tengah berupaya meningkatkan produksi komoditas nasional, khususnya di bidang peternakan untuk memenuhi stok kebutuhan daging sapi dan produk susu. Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, pernah menyampaikan bahwa swasembada protein hewani harus terwujud demi Indonesia Emas 2045.

“Kita tidak hanya fokus pada swasembada daging, tapi juga swasembada protein hewani, termasuk ternak perah yang menghasilkan susu,” kata Mentan Amran.

Hal serupa disetujui oleh Menteri Pertanian Uruguay, Fernando Mattos. Ia melihat ada potensi besar untuk meningkatkan sektor perdagangan komoditas pertanian sekaligus memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Uruguay dalam upaya pembangunan swasembada pangan di masing-masing negara.

“Kita sangat senang atas penandatangan MoU ini. Kita telah menemukan beberapa topik penting untuk dapat mengembangkan industri daging ternak dan susu untuk mencapai target swasembada. Uruguay akan membantu Indonesia karena kita memiliki pengalaman yang panjang dalam industri peternakan,” kata Fernando Mattos. (INF)

PEMANTAUAN PANGAN JELANG LEBARAN, PEJABAT KEMENTAN: CUKUP DAN AMAN

Kementan bersama Komisi IV DPR RI melakukan pemantauan di pasar untuk memastikan ketersediaan pangan jelang Lebaran. (Foto: Istimewa)

Memasuki 10 hari menjelang Idul Fitri 1445 H, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Komisi IV DPR RI melakukan pemantauan untuk memastikan ketersediaan dan pasokan 12 bahan pangan pokok aman dan mencukupi.

Dalam keterangan resminya, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersedian daging sapi, maupun daging dan telur ayam ras, karena pemerintah terus melakukan pemantauan di lapangan.

“Berdasarkan pemantauan ketersediaan telur ayam, daging ayam, dan daging sapi cukup tersedia dan aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Idul Fitri,” kata Nasrullah saat melakukan pemantauan bersama di Pasar Cibinong dan Pasar Induk Kemang, Bogor, Jawa Barat, Senin (1/4/2024).

Ia menambahkan, menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), pemerintah berkomitmen mengintensifkan pemantauan pasokan dan meningkatkan kelancaran distribusi bahan pangan dari daerah sentra produksi ke daerah konsumen. Selain itu juga memberikan informasi tentang kepastian penyediaan pasokan dan sekaligus meningkatkan keamanan pangan untuk mencegah terjadinya peredaran bahan pangan yang tidak memenuhi kaidah keamanan pangan.

Ditemui di tempat yang sama, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Budhy Setiawan, mengatakan bahwa kondisi pangan di Bogor dipastikan dalam keadaan aman dan terkendali. “Kami ingin memastikan bahwa kebutuhan pangan jelang Lebaran itu tak terkendala apapun dan masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkannya,” katanya.

Sementara menurut Jamaludin, seorang penjual telur di Pasar Cibinong, menyampaikan bahwa pasokan telur ayam ke lapaknya sampai saat ini berjalan lancar, bahkan stok telur sampai lebaran dalam kondisi aman. “Untuk stok telur ayam masih aman sampai saat ini dan alhamdulillah pembeli terus berdatangan dan bertambah setiap harinya,” kata Jamaludin.

Selain itu, adapun untuk daging sapi juga disebutkan stoknya masih tercukupi. Hal tersebut diungkapkan oleh Yuda, salah seorang penjual daging sapi. Daging yang ia peroleh berasal dari pemasok dari rumah pemotongan hewan (RPH) Cibinong.

Hal senada juga dikatakan oleh Hermawan, penjual daging ayam broiler yang menyampaikan penjualannya berjalan normal dengan pasokan yang lancar. “Pembeli mau beli ayam berapapun kami siap potong untuk kebutuhan menjelang Idul Fitri, insyaallah aman,” katanya.

Pemantauan bersama tersebut juga dilakukan pada usaha peternakan unggas Kandang Jabrik yang terletak di Desa Tonjong, Tajurhalang, Bogor. Peternakan yang memiliki lahan 5.000 m2 dengan populasi broiler mencapai 27.000 ekor tersebut menjadi salah satu sasaran pemantauan karena perannya dalam produksi unggas di wilayah tersebut. (INF)

TURUNKAN TIM KE LAPANGAN, KEMENTAN RESPONS CEPAT LAPORAN ANTRAKS DI YOGYAKARTA

Tim saat mengambil sampel di peternakan warga karena adanya laporan kasus antraks. (Foto: Istimewa)

Merespons laporan kasus antraks di Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 8 Maret 2024, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), langsung menurunkan tim ke lapangan.

“Tim kami dari Balai Besar Veteriner Wates telah melakukan investigasi dan pengujian laboratorium dengan hasil positif antraks dari sampel darah sapi dan tanah yang berasal dari Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul dan sampel tanah dari Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman,” ujar Dirjen PKH, Kementan, Nasrullah, dalam siaran resminya di Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Untuk mencegah tambahan kasus, ia sampaikan bahwa Kementan segera mengirimkan bantuan berupa vaksin sebanyak 1.000 dosis, 100 botol antibiotik, dan 1.000 botol vitamin untuk diberikan ke ternak di wilayah terdampak di DIY.

"Bantuan tersebut akan disalurkan untuk penanganan kejadian antraks yang dilaporkan dari Sleman, Gunung Kidul, dan wilayah terancam lainnya," ucapnya.

Sementara terkait adanya kasus antraks, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, menerangkan bahwa penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit hewan yang dapat menular ke manusia (zoonosis).

"Saya minta masyarakat tetap waspada dan tidak menjual atau memotong hewan sakit, apalagi mengonsumsinya," imbuhnya. Sebab, adanya kasus pada masyarakat disebabkan karena mereka mengonsumsi ternak yang sakit dan dicurigai antraks.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa timnya bersama dinas setempat telah melakukan dekontaminasi dan disinfeksi pada lingkungan yang tercemar, yaitu lokasi penyembelihan, kandang dan area penguburan ternak, pengobatan antibiotik dan roboransia, serta KIE bersama dengan UPT Puskesmas. Sedangkan vaksinasi akan segera dilakukan setelah pengobatan.

“Tim kami akan terus melakukan penanganan di lapang dan dalam waktu dekat kita akan adakan pertemuan lintas sektor termasuk kesehatan yang dikoordinir oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY,” pungkasnya. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer