Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ternak Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

STUNTING VS KONSUMSI TELUR DAN DAGING AYAM

Ilustrasi telur. Foto: Getty Images/iStockphoto/fcafotodigital)

Langit Kota Surakarta, Jawa Tengah, pagi hari pertengahan September lalu tampak cerah. Ribuan ibu-ibu berduyun-duyun mendatangi Gedung Graha Sabha Buana yang berada di Jl. Letjen Suprapto. Mereka terdiri dari ibu-ibu hamil, ibu menyusui, para calon pengantin, bidan, kader, hingga penyuluh KB di lima kecamatan di Surakarta.

Mereka datang ke tempat ini bukan untuk unjuk rasa, kedatangan mereka ingin mendapat pencerahan tentang pencegahan stunting 1.000 hari pertama kehidupan anak. Masalah stunting saat ini memang sedang menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Stunting adalah masalah kesehatan serius yang terjadi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak terhambat karena gizi buruk dan perawatan yang tidak memadai. Stunting memiliki dampak jangka panjang, termasuk gangguan perkembangan mental dan fisik yang dapat berlangsung sepanjang hidup.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan tingkat stunting yang tinggi, telah berkomitmen untuk mengatasi masalah ini dengan serius. Salah satu upaya terpenting dalam hal ini adalah edukasi dan membangun kesadaran masyarakat.

Acara ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota Surakarta melalui BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) adalah salah satu langkah strategis dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia.

“Stunting kini menjadi masalah serius bagi pemerintah, mengingat bisa mengganggu pertumbuhan anak. Mereka punya masa depan yang panjang, makanya yang perlu diedukasi lebih dulu adalah orang tuanya, terutama ibu-ibunya,” ujar dr RR. Ratih Dewanti Sari, saat menyampaikan materi edukasi di acara ini.

Penyebab terjadinya stunting pada anak, umumnya disebabkan oleh dua persoalan. Pertama, pemahaman orang tua tentang gizi di masa kehamilan. Kedua, pemenuhan gizi pada anak setelah kelahiran. Masih banyak kaum ibu yang kurang memperhatikan pentingnya asupan gizi saat masa kehamilan.

Masih banyak kaum ibu terutama di daerah-daerah, yang menganggap gizi yang baik untuk pertumbuhan janin harus dengan makanan yang mahal. Semisal harus konsumsi daging sapi, ikan seperti salmon, susu kemasan untuk kehamilan, dan lainnya.

Pemahaman ini tentu keliru, karena untuk mendapatkan gizi yang baik tak harus dengan mengonsumsi makanan mahal. “Ini disebabkan karena kurangnya edukasi yang baik kepada mereka, sehingga yang dianggap makanan bergizi adalah makanan yang mahal,” sebut Ratih.

Pilihlah Telur dan Daging Ayam
Dalam acara yang juga diselingi pemberian donasi berupa paket makanan bergizi bagi para ibu-ibu yang hadir, pembicara mengulas tentang pentingnya memahami jenis makanan bergizi namun dengan harga terjangkau.

Telur dan daging ayam, serta ikan menjadi imbauan Ratih untuk bisa dikonsumsi kaum ibu hamil dan menyusui. Selain murah, kandungan gizi dalam sebutir telur sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin di dalam kandungan maupun anak balita demi mencegah stunting.

Inilah salah satu alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat mengenai konsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam. Edukasi soal konsumsi kedua protein hewani tersebut sangat perlu dilakukan dan kampanyenya juga harus terus digaungkan.

Terkait dengan kandungan gizi telur, Jurnal American Heart Asociation menyebutkan manfaat telur rebus untuk ibu hamil adalah dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan sekitar 550 mg kolin. Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan.

Telur ayam merupakan sumber protein dan nutrisi lainnya yang tergolong murah. Dibandingkan daging sapi, dengan takaran yang sama, harga telur jauh lebih murah namun memiliki kandungan gizi luar biasa. Perbedaan konsumsi daging dan telur hanya pada “gengsi” saja.

Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai makanan pendamping air susu ibu sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu menyusui bayinya hingga anaknya mengonsumsi makanan padat.

Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang “si kecil”. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Peran Swasta 
Acara edukasi ini merupakan rangkaian dari kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) GPFI yang digelar di Kota Solo, Jawa Tengah, pada 7-9 September 2023. Dalam Rakernas ini banyak yang dibahas berkaitan dengan perkembangan industri farmasi Indonesia, termasuk produk-produk kesehatan untuk pencegahan stunting bagi anak Indonesia.

Kerja sama edukasi stunting ini mencakup berbagai kegiatan, salah satunya program edukasi yang dirancang untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya gizi, perawatan, dan stimulasi yang baik selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Selanjutnya, Donasi Gerakan Bersama Bebas Stunting diserahkan secara simbolis oleh GPFI yang diwakili Sekjen GPFI Andreas Bayu Aji, kepada Kaper BKKBN Jawa Tengah Eka Sulistia, yang kemudian diserahkan secara simbolis kepada warga perwakilan lima kecamatan di Surakarta.

Kerja sama antara Pemerintah Kota Surakarta melalui BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan GPFI adalah contoh nyata dari bagaimana sektor swasta dapat berkontribusi pada upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui edukasi dan kesadaran diharapkan dapat mencegah stunting dan membantu anak-anak Indonesia tumbuh menjadi individu yang sehat dan berkembang. Anak-anak Indonesia adalah generasi harapan masa depan Bangsa Indonesia.

Persoalan stunting ini berkait erat dengan kondisi kemiskinan masyarakat. Apalagi saat ini muncul istilah “Kemiskinan Ekstrem” yang berarti mereka tidak memiliki penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari.

Dalam sebulan terakhir, media-media nasional memberitakan bahwa pemerintah saat ini sedang memprioritaskan dua hal, yakni penurunan angka stunting dan penghapusan kemiskin ekstrem yang ditargetkan tidak ada lagi atau nol persen, serta stunting-nya harus dicapai 14% pada 2024 mendatang.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Provinsi Jawa Tengah masih di angka 20,8%. Angka itu tidak jauh dari rata-rata nasional 2022 sebesar 21,6%. Ini bukan angka yang kecil untuk wilayah Jawa Tengah yang kini berjumlah lebih dari 37 juta jiwa.

Bahaya Stunting 
Pada kegiatan edukasi tersebut, juga dipaparkan tentang bahaya stunting. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Stunting dapat memiliki dampak luas yang mencakup berbagai faktor. Bahkan stunting memengaruhi anak-anak dalam efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Dalam jangka pendek, akan terlihat pengaruhnya terhadap tinggi badan dan perkembangan anak.

Pertama, gangguan kognitif. Anak dengan stunting memiliki kemampuan kognitif yang lebih buruk. Stunting sering dikaitkan dengan penurunan IQ pada usia sekolah. Hal ini membuktikan bahwa stunting juga dapat memengaruhi perkembangan otak anak selain perkembangan fisiknya.

Kedua, anak mengalami kesulitan belajar. Tingkat fokus anak juga dapat terpengaruh karena mengidap stunting. Pasalnya, anak-anak yang stunting akan mengalami kesulitan berkonsentrasi yang membuat mereka kesulitan belajar.

Ketiga, anak rentan mengalami penyakit tidak menular. Salah satu dampak stunting terhadap kesehatan anak adalah membuat anak lebih rentan terhadap penyakit tidak menular saat dewasa nanti. Penyakit tidak menular tersebut antara lain obesitas, penyakit jantung, dan hipertensi. Kendati demikian, para ahli masih meneliti hubungan stunting dengan penyakit tidak menular ini.

Keempat, imunitas anak stunting lebih rendah. Kekebalan yang menurun terkait dengan malnutrisi yang terjadi pada stunting. Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan, sehingga membuat anak lebih rentan terhadap mengidap penyakit berulang yang sama.

Kelima, anak stunting mengalami hilangnya produktivitas. Saat anak beranjak dewasa, stunting juga dapat memengaruhi produktivitas dan kinerja di tempat kerja. Orang dewasa dengan riwayat stunting terbukti kurang produktif, yang pada akhirnya memengaruhi pendapatan mereka.

Untuk itulah kegiatan edukasi pencegahan stunting lebih awal untuk 1.000 hari pertama kehidupan menjadi penting. Selain itu, bantuan pemenuhan gizi bagi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan juga perlu dilakukan, agar anak-anak bisa tumbuh sehat dan tidak terperangkap stunting. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

ASOHI KEMBALI GELAR SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN 2024

Foto bersama dalam Seminar Nasional ASOHI Outlook Bisnis Peternakan 2024. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Sejak 2014, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) konsisten menyelenggarakan Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan. Tahun ini mengangkat tema "Potret Bisnis Peternakan di Tahun Politik" seminar ini diharapkan menjadi referensi penting bagi kalangan pelaku usaha peternakan dalam menyusun rencana dan melakukan evaluasi bisnis.

Tahun politik diperkirakan akan berdampak pada dinamika kebijakan yang turut memengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat termasuk bidang peternakan.

"Tahun depan tantangannya pasti lebih menarik, karena selain situasi global, kita juga menghadapi situasi politik. Akan sangat challenging," kata Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari. "Kita harapkan pemilu bisa berjalan sukses dan perekonomian kita positif. Intinya harapan kita semua tahun depan industri peternakan akan lebih baik."

Harapan senada juga disampaikan oleh Drh Budi Angkasa, yang hadir mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ia juga harapkan ekspor dan investasi di bidang peternakan bisa meningkat.

Pembicara pada sesi pertama.

Usai sambutan, seminar sesi pertama langsung diawali pemaparan oleh tiga pembicara pimpinan asosisasi di antaranya Ketua GPPU Achmad Dawami, Ketua GPMT Desianto Budi Utomo, dan Ketua Harian Pinsar Indonesia Edy Wahyudin, yang masing-masing mengulas potret dan prospek bisnis perunggasan dan pakan ternak di tahun depan. Kemudian dilanjutkan dengan penjabaran pembicara tamu pakar ekonomi Dr Aviliani. Hadirnya pembicara tamu yang ahli ekonomi dan berpengalaman diharapkan memberikan informasi penting bagi para peserta.

Pembicara di sesi kedua.

Pada sesi kedua dilanjutkan pemaparan oleh Ketua AMI Sauland Sinaga, Wakil Sekjen DPP HPDKI Nuryanto, Ketua PPSKI Nanang Purus Subendro, dan Ketua ASOHI Irawati Fari, yang masing-masing juga menyampaikan data prospek bisnis tahun depan. (RBS)

AYAM SAKIT AKIBAT KEPADATAN SEMU


Kapasitas kandang merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengendalian penyakit unggas dengan pola holistik, agar unggas tetap tumbuh sempurna, sehat, dan produktif.

Tetapi fakta lapangan ditemukan bahwa munculnya penyakit yang serupa dengan manifestasi penyakit akibat Over Capasity juga terjadi pada kandang dengan kapasitas 12 kg ayam hidup/meter persegi. Kenapa bisa terjadi? bagaimana mengatasinya agar kasus tidak terulang kembali?

Simak cerita selengkapnya di kanal YouTube Majalah Infovet:

Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

MENANGKAL ISU DAGING AYAM BERHORMON

Ilustrasi daging ayam. (Foto: Istimewa)

Pemilihan Umum 2024 tinggal menghitung waktu, meskipun Komisi Pemilihan Umum menetapkan bahwa kampanye baru boleh dimulai tahun depan. Kendati demikian, ada saja kampanye hitam yang terus konsisten digaungkan. Korbannya bukan Capres dan Cawapres, melainkan daging ayam.

Terakhir jagat maya dihebohkan dengan pernyataan seorang dokter di media sosial yang secara eksplisit mengatakan bahwa daging ayam broiler mengandung hormon yang membahayakan kesehatan manusia.

Black campaign seperti ini tentu tak asing untuk masyarakat, bagi yang berkecimpung di sektor peternakan awalnya mungkin marah dan jengkel, namun lama-kelamaan menjadi bosan mendengarnya. Beragam upaya juga telah ditempuh oleh stakeholder perunggasan untuk menampik hal ini, namun isu-isu seperti itu selalu saja ada setiap tahun.

Seakan-akan semua yang dilakukan oleh para stakeholder kurang efektif untuk menangkal kampanye hitam. Bahkan profesi sekelas dokter saja masih banyak yang menganggap bahwa ayam broiler tumbuh secara cepat akibat diberikan asupan hormon pertumbuhan.

Dari sini kita harus mengintrospeksi diri, sudah efektifkah sosialisasi yang kita lakukan? Mengapa hal ini terus berulang? Mengapa isu ini tidak pernah berakhir? Bagaimana meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa daging ayam broiler tidak mengandung hormon? Kamipun mencoba menganalisisnya dan mungkin ini bisa menjadi masukan bagi para stakeholder di dunia perunggasan.

Selama isu-isu ini beredar dan terus menyebar, apa yang dilakukan oleh stakeholder kebanyakan adalah menangkalnya dengan halus, seperti melakukan kampanye gizi, membuat sanggahan (counter) berita, seminar, dan lain sebagainya. Namun pernahkah ada upaya untuk menggandeng pihak-pihak penyebar hoaks tersebut?

Sebab selama ini banyak isu ayam berhormon dari kalangan  dokter, intelektual, bahkan influencer sosial media. Seharusnya stakeholder misalnya PDHI atau ISPI berkolaborasi dengan swasta mengajak asosiasi seperti IDI, atau influencer media sosial, artis, orang terkenal, bahkan si penyebar hoaks untuk melakukan semacam pertemuan ilmiah yang diakhiri dengan kunjungan ke farm.

Dari situ bisa dibeberkan semua data-data mengenai daging ayam. Jika memungkinkan bisa sekaligus dilakukan open kitchen agar mereka bisa mengetahui bagaimana “dapur peternakan” kita dengan melihat sendiri proses produksinya dan bisa bertanya mengenai setiap detailnya dari hulu sampai hilir.

Dengan harapan mereka menjadi tahu dan mengubah pola pikirnya bahwa daging ayam broiler sama sekali tidak mengandung hormon. Pertemuan tersebut bisa menjadi berita besar yang disebar melalui media massa dan media sosial. Hal itu tentu akan lebih mudah menyebar ke masyarakat luas, karena orang-orang yang berpengaruh tadi turut diajak bekerja sama untuk berkomitmen menyebarkannya di media sosial mereka bahwa daging ayam broiler aman untuk dikonsumsi.

Lalu mengapa kita tidak menggunakan para ahli dari sektor kita? Dari segi expertise ilmu mungkin mereka lebih hebat, namun dari segi pengaruh kepada masyarakat dan faktor ketenaran, bukan apple to apple untuk dibandingkan. Contohnya begini, kita sudah sangat mengenal Dr Tony Unandar sebagai salah satu pakar kesehatan unggas, namun masyarakat akan lebih kenal dengan Atta Halilintar.

Karena menurut pengamatan kami tren yang ada saat ini cenderung begitu, masyarakat akan lebih berkenan mengikuti para influencer yang sudah sangat terkenal di media sosial, layar kaca, dan sebagainya. Memanfaatkan ketenaran mereka sebagai media kampanye tentu akan lebih mudah dalam manggaet atensi masyarakat.

Selain itu, konsep mengubah lawan menjadi kawan seharusnya sangat menguntungkan bagi stakeholder di perunggasan. Kampanye yang sangat massif dapat terus digaungkan dan diramaikan tanpa henti, tinggal di klik dan share saja.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dibutuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu untuk dapat melakukannya. Namun hal tersebut tak ada salahnya dicoba demi menangkal isu-isu negatif soal perunggasan yang terus ada tiap tahunnya dan kerap berulang.

Kami mengutip salah satu pepatah dari Afrika yang berbunyi “If you want to go fast, go alone. But if you want to go far, go together”. Oleh karena itu, jika perunggasan ingin terus melangkah jauh, berkolaborasilah, agar perunggasan Indonesia tetap lestari. ***

Ditulis oleh Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

AGAR KUALITAS AIR MINUM SENANTIASA TERJAGA

Contoh air yang tidak layak dikonsumsi unggas. (Foto: Dok. Romindo)

Air adalah nutrisi paling penting bagi unggas. Unggas umumnya minum sekitar dua kali lebih banyak daripada jumlah pakan yang dikonsumsi berdasarkan berat badannya (Blake dan Hess, 2001). Ketika suhu tinggi, unggas akan mengonsumsi air hingga tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah pakan. Pada kondisi tersebut, kualitas air yang buruk akan berdampak serius terhadap kesehatan unggas, kasus diare atau wet dropping akan lebih sering muncul. Hewan yang tidak mendapatkan minum dengan baik (kuantitas dan kualitas air tidak mencukupi) akan cenderung makan lebih sedikit, sehingga membuat pertumbuhannya kurang cepat dan unggas menjadi kurang produktif.

Dalam industri unggas, penggunaan air dengan kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi yang memadai merupakan hal penting. Dalam lingkungan suatu farm, hampir semua unggas memiliki akses ke sumber air yang sama, masalah kualitas akan memengaruhi status kesehatan dari sebagian besar unggas tersebut.

Air minum memainkan peranan penting dalam penularan beberapa penyakit paling umum yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun protozoa. Faktor- faktor penting untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air minum adalah perlindungan sumber pasokan, disinfeksi air, kontrol kualitas, karakteristik mikrobiologis, kimiawi, dan fisik. Karena air menjadi nutrisi penting bagi unggas, oleh karena itu pelestarian kualitasnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan performa unggas yang baik. Peternak dapat mencegah banyak penyakit dengan mengontrol kualitas air yang dikonsumsi unggas, tentunya itu menghasilkan penurunan biaya dan peningkatan keuntungan yang menjadi tujuan penting dari produksi unggas saat ini.

1.1. Air sebagai Media Penularan Penyakit pada Unggas
Air adalah senyawa kimia yang paling melimpah dan tersebar luas di dunia. Dalam keadaan alami, air adalah salah satu senyawa paling murni yang diketahui, namun demikian saat ini sulit menemukan sumber air tawar yang belum diubah manusia. Fakta ini terkait dengan karakteristik negara-negara yang sedang berkembang, dimana air limbah dari pertanian dan daerah perkotaan yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen tingkat tinggi, dibuang ke tanah atau lingkungan perairan. Residu tersebut kemudian terbawa ke perairan dangkal dan bawah tanah oleh hujan.

Penggunaan air konsumsi dengan kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi yang tinggi merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam produksi unggas, karena sebagian besar unggas memiliki akses ke sumber air yang sama dan masalah pada kualitas air akan memengaruhi produktivitasnya. Hal ini sangat relevan karena satu sumber air digunakan untuk melayani kebutuhan minum ribuan unggas. Oleh sebab itu, tindakan pengendalian harus menjadi prioritas untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebarkan melalui air dan jika sampai terjadi penyakit tentu mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar. Meskipun air tidak memberikan kondisi ideal bagi mikroorganisme patogen untuk berkembang biak, namun umumnya mereka akan bertahan hidup dalam waktu cukup lama untuk memungkinkan terjadinya penularan melalui air minum.

1.2. Penyakit Unggas yang Berpotensi Ditularkan Melalui Air Minum
Penyakit yang dapat ditularkan ke unggas melalui air minum dapat berasal dari kontaminasi air oleh kotoran dan dari sekresi leleran/eksudat dari unggas yang sakit, atau bisa juga melalui penggunaan air yang telah terkontaminasi organisme patogen yang berasal dari spesies hewan lain dan manusia, seperti pada kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

LAKUKAN INI UNTUK MENJAGA KUALITAS AIR MINUM

Ketersediaan air yang berkualitas penting bagi kelangsungan hidup dan performa ayam. (Foto: Dok. Infovet)

Konsumsi air minum ayam sebenarnya dapat menjadi indikasi kondisi kesehatan dan indikasi baik/buruknya manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka harus segera dievaluasi kemungkinan penyebabnya.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya ayam sedang terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum kotor, kualitas air buruk terutama terlihat dari fisik air dan lain sebagainya.

Masalah Sumber dan Kuantitas Air Minum
Pada musim penghujan peternak kerap menghadapi masalah yang sama terkait air minum, yakni soal kualitasnya. Seperti yang dirasakan oleh Rahmat Hidayat, peternak layer asal Tigaraksa. Ketika musim penghujan tiba, kandangnya mengalami krisis kualitas air hingga ia harus “mengakali” air untuk kebutuhan minum ayamnya.

“Sebenarnya air ada, tetapi kualitasnya jelek, warnanya sangat keruh, dan berbau lumpur yang menyengat. Dari sini saja kita sudah tahu bagaimana kualitas kimiawinya, tentu ini bukan air minum yang layak sekalipun untuk ayam,” tutur Rahmat.

Selama ini ia harus menambah biaya dengan pemberian beberapa substrat untuk memperbaiki kualitas air minum untuk ayamnya. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut, karena sumber air di peternakannya berasal dari air permukaan (sungai) yang sewaktu-waktu bisa berubah kualitasnya karena perubahan musim, hal itu menjadi risiko yang harus ia tanggung.

Ketersediaan air sejatinya penting bagi kelangsungan hidup dan performa ayam. Air bisa didapat dari berbagai sumber, yang paling mudah berasal dari air permukaan (sungai, danau, rawa, dan lainnya). Kendati demikian, dengan kondisi seperti sekarang ini, maka pemanfaatan air sungai dalam aktivitas peternakan, baik sebagai air minum maupun proses pembersihan kandang dan peralatan sebaiknya dihindari. Pencemaran sungai oleh kotoran manusia maupun kotoran ternak, bahan kimia (deterjen dan pestisida), maupun limbah rumah tangga dan industri menjadi alasan untuk tidak memanfaatkan air sungai maupun danau.

Air permukaan yang berasal dari air hujan bisa dimanfaatkan. Hanya saja perlu diperhatikan adanya kontaminasi yang berasal dari tempat penampungan maupun dari udara di sekitar kandang.

Ada pula peternak yang menggunakan sumber air yang berasal dari… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2023. (CR)

JANGAN SEPELEKAN PERAN AIR MINUM

Air minum bisa menjadi celah bagi agen penyakit untuk menginfeksi ayam. (Foto: Dok. Infovet)

Hampir 80% tubuh manusia mengandung air, begitupun bumi ini yang 70%-nya juga merupakan air. Oleh karena itu sangat tepat apabila air dikatakan sebagai sumber kehidupan. Karena itu air sangat dibutuhkan semua makhluk hidup termasuk ternak unggas, dengan kualitas air minum yang baik membantu menjaga performa unggas tetap stabil.

Bukan Sekadar Cairan 
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tentu pakan merupakan sumbernya, namun air juga mengandung nutrisi berupa mineral makro maupun mikro yang juga dibutuhkan ternak. Selain itu, mineral yang terkandung di dalam air free of charge alias gratis. Hanya saja tinggal bagaimana peternak dapat menjaga kualitas dari sumber airnya tersebut.

Selain sebagai sumber mineral, air juga memiliki beberapa fungsi dalam fisiologis ayam. Hal tersebut disampaikan oleh Production Lead AS Putra Perkasa Makmur, Daru Wiratomo, dalam sebuah webinar. Beberapa fungsi air yakni sebagai media penyerapan nutrisi, memperlancar pakan melewati saluran cerna, media transportasi nutrisi pada multiorgan, membuang materi yang tak dibutuhkan oleh urine melalui ginjal, regulasi suhu tubuh, serta sebagai cairan pelumas persendian dan berbagai organ.

“Kita sering melupakan fungsi air, ini padahal vital dan esensial. Makanya kita jangan main-main dengan kualitas air di farm kita. Soalnya ayam butuh air untuk minum, kita juga butuh air untuk media pembersih dan disinfeksi, ini penting buat semuanya,” tutur Daru.

Ia melanjutkan bahwasanya air yang hendak diberikan kepada ayam harus memenuhi berbagai kirteria yang baik dari segi fisik, kimia, bahkan mikrobiologis. Ketiganya harus memiliki standar yang baik agar ayam nyaman dan aman dari kondisi penyakit, sebab ayam berpotensi sakit akibat air yang tercemar mikroba patogen atau kualitas fisik dan kimianya buruk.

Peran Ganda Air
Dalam kesempatan yang sama, Rahmad Susilowarno, peternak broiler dari Berkah Putra Chicken mengatakan bahwa… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2023. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer