 |
Telur, sumber protein yang baik bagi tubuh. (Foto: Shutterstock/Amarita) |
Kekhawatiran lansia mengonsumsi telur, wajar terjadi. Banyaknya informasi tak akurat yang berseliweran menjadi penyebabnya. Tapi sesungguhnya, kuning telur tetap aman untuk dimakan semua umur.
Perkara konsumsi kuning telur bagi orang berumur di atas 50 tahun masih menjadi perdebatan. Ada yang beranggapan makan kuning telur berbahaya bagi kesehatan karena kandungan kolesterolnya tinggi. Orang yang setuju dengan anggapan ini, biasanya hanya konsumsi putih telurnya saja. Bagian kuningnya disisihkan.
Budi Waseso, pensiunan jenderal polisi bintang tiga, salah satunya. Saat berbincang dengan Infovet dalam sebuah acara, mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog) ini bercerita soal makanan kegemarannya. Salah satunya telur ayam.
“Sewaktu masih muda, saya makan telur hampir tiap hari. Sekarang juga masih konsumsi, tapi putihnya saja. Kuningnya saya enggak makan,” ujarnya.
Apa alasannya tak lagi makan kuning telur? “Umur saya kan sudah di atas 50 tahun, yang saya tahu sebaiknya makan bagian putihnya saja. Kuningnya takut kolesterol,” sambungnya.
Kebiasaan menyisihkan kuning telur dan hanya memakan bagian putihnya saja saat makan juga dilakukan oleh Subono. Sejak dulu, pensiunan TNI berpangkat Kolonel ini juga gemar mengonsumsi telur ayam. Namun setelah pensiun dari dinas kemiliteran, Subono hanya konsumsi bagian putih telurnya saja.
“Telur itu sumber protein yang bagus. Dari dulu saya suka makan, terutama telur rebus, paling suka. Tapi sekarang cuma makan putihnya saja, biar aman. Takut kolesterol,” ucapnya saat bertemu dengan Infovet di rumahnya, di Panglima Polim, Jakarta Selatan.
Kekhawatiran dua narasumber Infovet tersebut memang bisa dimaklumi. Di usianya yang makin tua, kadang rasa takut konsumsi telur muncul. Meskipun sebelumnya sudah bertahun-tahun makan telur dan tak ada masalah dengan penyakit yang dikhawatirkan.
Namun tak demikian bagi yang memliki persepsi berbeda, meski sudah lansia, konsumsi kuning telur tak terlalu memengaruhi kesehatan meskipun rutin mengonsumsinya. Banyak yang membuktikan konsumsi telur seutuhnya tak perlu khawatir dengan serangan kolesterol.
Iman Firdaus, jurnalis senior media online di Jakarta kepada Infovet mengaku tetap konsumsi telur ayam utuh. Bahkan hampir setiap hari stok telur ayam di lemari es selalu tersedia. Alasannya simpel, saat sarapan pagi paling mudah olah telur.
“Waktu pagi kan kadang terbatas, buat sarapan cukup ceplok atau dadar telur sudah cukup. Yang penting sudah ada nasi, ceplok telur enggak sampai 5 menit,” ujar wartawan yang kini usianya memasuki 56 tahun ini.
Nazarudin, pensiunan ASN di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga menyampaikan kesehariannya mengonsumsi telur. Narasumber Infovet yang kini berumur lebih dari 70 tahun mengaku masih sering makan telur ayam. Menu favoritnya adalah telur dadar. “Buat saya telur itu murah, tapi bisa memenuhi gizi. Soal takut, alhamdulillah saya sih tidak. Yang penting waktu mau makan baca bismallah, insyaallah aman,” tuturnya.
Tergolong HDL
Apakah orang berumur lebih dari 50 tahun perlu khawatir dengan konsumsi kuning telur? Banyak narasi artikel tentang kesehatan yang pro dan kontra. Tak sedikit artikel kesehatan yang ditulis seorang dokter menganjurkan agar kaum lansia menghindari konsumsi kuning telur ayam. Namun tak sedikit yang menjelaskan itu tak masalah.
Dengan beragamnya pendapat kalangan ahli gizi yang didapatkan, Infovet kembali menyimak pendapat pakar gizi dr Triza Arif Santosa yang pernah disampaikan dalam Seminar Nasional: Healthy Family With Chicken Meat & Egg beberapa tahun silam.
Infovet memilih mengutip dari narasumber ini karena kajiannya masuk akal dan diperkuat sejumlah informasi pada jurnal kesehatan skala internasional. Menurut dokter spesialis anak ini, telur mengandung tinggi protein yang fungsinya sebagai zat pembangun jaringan dan massa otot dalam tubuh.
Memang kadar protein yang tinggi itu ada pada bagian putih telur, sedang di bagian kuningnya lebih banyak mengandung mikronutrien dan kolesterol. Kadar kolesterol itu diproduksi di dalam tubuh, yakni di hati. Namun kolesterol yang berasal dari kuning telur dan diproduksi oleh hati akan menghasilkan kolesterol baik atau yang lebih dikenal dengan sebutan HDL (High Density Lipoprotein).
Menurut Triza, dari hasil penelitian justru konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh bisa meningkatkan kolesterol jahat atau dikenal dengan sebutan LDL (Low Density Lipoportein). Ini adalah kolesterol jahat yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan strok.
Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain daging merah, produk susu penuh lemak, mentega, minyak kelapa, dan makanan yang dipanggang. Maka itu, orang dewasa dan lansia sangat dianjurkan untuk mengindari makanan yang mengandung banyak lemak jenuh atau lemak trans. Lemak jenuh jika dikonsumsi di hati akan diproses menjadi kolesterol jahat (LDL).
Kandungan Omega
Apakah orang lansia yang memiliki penyakit gula sebaiknya menghindari konsumsi telur? Triza mengakui ada penelitian yang menyebutkan untuk orang yang sudah lanjut usia dan memiliki penyakit gula (diabetes) dianjurkan untuk konsumsi telur cukup tiga butir per minggu.
“Umumnya orang lansia banyak yang menderita penyakit gula. Penyakit gula inilah yang akan memicu penyakit-penyakit lainnya dan akan mengganggu fungsi liver atau hati. Jadi, bukan karena konsumsi telur,” ujarnya.
Tetapi jika dalam kondisi sehat, maka konsumsi telur 1-2 butir dalam sehari tidak masalah. Tidak menimbulkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Telur mengandung banyak zat yang baik untuk tubuh, seperti omega 3, omega 6, dan lainnya.
Zat-zat yang terkandung di dalam telur bukan termasuk lemak jenuh, sehingga tidak menjadi kolesterol jahat saat diproses dalam tubuh. Tetapi sebaliknya, jika tingkat konsumsi telurnya tinggi, maka akan meningkatkan kolesterol baik (HDL) yang dibutuhkan oleh tubuh.
Menurutnya, tidak salah juga jika ada orang usia di atas 50 tahun hanya konsumsi putih telur. Namun demikian, kuning telur memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik untuk tubuh, sehingga aman untuk dikonsumsi orang dewasa di atas 50 tahun.
Mengutip artikel pada situs PinsarIndonesia.com, dr Thomas Behrenbeck MD PhD, seorang ahli kardiologi dari Mayo Clinic di Amerika Serikat, mengulas seputar konsumsi telur dari sisi medis.
Ahli jantung ini menyebutkan, telur memang mengandung kadar kolesterol. Namun berapa banyak kadar kolesterol dalam makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah? Jawabannya adalah kadar kolesterol tidak sama untuk setiap orang.
Faktanya, meski mengonsumsi telur dalam jumlah banyak dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, namun secara umum memakan empat butir telur dalam seminggu (termasuk kuning telurnya) tidak akan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Telur mengandung kolesterol pada bagian kuningnya. Satu butir telur dengan ukuran yang besar dapat mengandung kolesterol sampai 186 mg, yang semuanya terdapat dalam kuning telur. Jika menyukai telur tapi tidak ingin menambah jumlah kolesterol dalam darah, bisa makan bagian putihnya saja.
Sumber lain yang menguatkan pendapat tersebut berasal dari Journal of American College of Nutrition. Dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa risiko penyakit kardiovaskuler pada laki-laki dan perempuan tidak ada hubungannya dengan meningkatnya konsumsi telur.
Bahkan sebaliknya, dari temuan mereka setelah menganalisis lebih dari 27.000 subjek, diketahui bahwa mereka yang mengonsumsi telur memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan yang tidak makan telur.
Dengan demikian, jika saat ini sudah memasuki usia lanjut, jangan takut konsumsi telur ayam lengkap dengan kuningnya. Aman, yang terpenting tidak berlebihan. ***
Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022