Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BIB LEMBANG: SARAT PRESTASI DAN TARGET 2022

Pemaparan kinerja BIB Lembang (Foto: Ist)

Badan Inseminasi Buatan (BIB) Lembang adalah UPT Kementerian Pertanian di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berdiri sejak 3 April 1976, dengan tugas melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku ternak unggul serta pengembangan Inseminasi Buatan.

Sejak 9 Maret 2020 BIB Lembang ditugaskan sebagai Satker BLU (Badan Layanan Umum) dan merupakan Satker BLU ketiga yang dimiliki Kementerian Pertanian.

“Kenapa kita menjadi BLU karena BLU itu ada kelebihan dari Satker biasa terutama dalam mengelola manajemen. Karena kita sedikit lebih mandiri, namun kita tetap dituntut untuk menghasilkan anggaran yang nilainya tidak sedikit, “ kata Ir Tri Harsi MP, Kepala BIB Lembang, saat kunjungan Infovet ke kantor BIB Lembang, Selasa (30/11/2021).

Tri Harsi lebih lanjut mengatakan. “Itu semua digunakan untuk operasional kegiatan BIB Lembang. Salah satunya untuk meningkatkan layanan sehingga kita menjadi lebih baik. Dengan adanya Satker menjadi Satker BLU kita ada kemandirian dari sisi mencari dana dan memanfaatkannya tapi tetap melalui koridor-koridor yang ditetapkan oleh negara.”

BIB Lembang mempunyai motto ‘Dengan Mani Membangun Negeri’, yang diwujudkan dengan kontribusi yang tidak sedikit terutama pada program Sikomandan (sapi kerbau komoditas andalan negeri), dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Visinya adalah mewujudkan institusi layanan berbasis peternakan yang profesional dan mandiri dari sisi anggaran, manajemen, dan kembang usaha.

Ada 11 layanan yang ditawarkan oleh BIB Lembang yaitu penjualan semen beku dan pelayanan purna jual (gratis) kepada konsumen yang memanfaatkan produk BIB Lembang. Kemudian ada bimbingan teknis manajemen IB, yang diberikan kepada petugas lapangan untuk mendukung kegiatan Sikomandan.

Layanan edu wisata sempat memberikan pemasukan yang signifikan dengan sekitar 10 ribu pengunjung/wisatawan. Namun menurun drastis sejak pandemi COVID-19. Selain itu ada layanan lokasi fotografi, aset balai, penelitian, jasa pengujian mutu semen, konsultasi peternakan. Juga ada layanan penyediaan narasumber, instruktur, juri kontes dan assesor kompetensi.

Layanan tempat uji kompetensi melakukan uji kompetensi pada petugas IB dan petugas PKB (Pemeriksaan Kebuntingan) yang harus mempunyai sertifikat kompetensi supaya bisa bersaing dengan dunia internasional.

Sarana dan Prasarana

Untuk mewujudkan layanan yang maksimal BIB Lembang mempunyai sarana dan prasarana seperti kandang pejantan, line bull, gedung promosi, aula bimtek, guest house, ruang layanan terpadu, dll.

BIB Lembang memiliki pabrik biologis yaitu ternak-ternak pejantan prima sebagai sumber semen terdiri dari sapi jenis friesian holstein, simmental, ongole, limousin, angus, brahman, belgian blue, wagyu, madura, pasundan, aceh, kerbau, domba, dan kambing.

BIB Lembang juga mempunyai integrasi pengolahan limbah berbasis ternak yang bisa menghasilkan produk pupuk cair dan padat hanya dalam waktu 7 hari. Urin, kotoran ternak dan lain-lain tidak ada yang terbuang.

Melebihi Target

Pengambilan semen sapi (Foto: Ist)

Pada 2020 BIB Lembang ditargetkan bisa mendistribusikan semen beku sebanyak 2.200.000 dosis, dan pencapaiannya melebihi target yaitu 2.503.904 dosis. Pendistribusian semen beku ada 2 pola yaitu hibah dan penjualan langsung termasuk untuk program Sikomandan.

Tahun 2021 target distribusi semen beku naik menjadi 2.225.000 dosis. Dari target tersebut yang sudah terealisasi sebanyak 2,3 juta dosis dengan akseptor IB sebanyak 1,5 juta ekor sapi betina produktif. Target tersebut ditetapkan untuk mendukung peningkatan populasi sapi nasional. Tahun ini Ditjen PKH menargetkan suntik IB untuk 4 juta ekor indukan sapi.

Sementara itu target Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2021 adalah 15,1 milyar. Sampai 26 November BIB Lembang telah menyetorkan PNBP sebanyak 17,9 milyar dan pada akhir Desember diperkirakan jumlahnya mencapai 18,8 milyar.

“Jadi BIB ini clear sudah terpenuhi walau belum 31 Desember," kata Tri Harsi.

PNBP yang disetorkan BIB Lembang pada negara pada tahun 2018 adalah sebesar 16,8 milyar, pada 2019 sebesar 14 milyar, dan pada 2020 sebesar 15,3 milyar. Untuk tahun 2022 target PNBP BIB Lembang menjadi 19 milyar lebih atau naik sekitar 8%. (NDV)

PENYAKIT MENGANCAM TANPA KENAL JAM

Risiko masalah kualitas air ketika cuaca ekstrem bisa meningkat. (Foto: Istimewa)

Dalam setiap musim, baik kemarau dan penghujan tentunya ancaman yang berbeda akan dihadapi peternak. Baik dari segi penyakit dan lingkungan, ancaman tersebut memerlukan strategi yang berbeda.

Cuaca Kering Bikin Ayam Geuring
Di musim kemarau biasanya pada peternakan broiler akan ditemukan kejadian dimana 1-2 ekor ayam yang dipelihara mengalami panting kemudian mati secara tiba-tiba, namun hanya menimpa ayam berukuran besar. Biasanya kejadian tersebut merupakan indikasi ayam mengalami heat stress.

Kematian akibat heat stress cenderung menimpa ayam dewasa karena secara alami tubuh ayam akan menghasilkan panas (hasil metabolisme), ditambah suhu lingkungan yang semakin panas terutama disaat kemarau, sehingga panas dari dalam tubuh tidak bisa distabilkan. Dampak akhir yang terjadi ialah kematian.

Ironisnya, kejadian heat stress tidak hanya terjadi pada ayam broiler, namun juga layer. Yang menjadi pertanyaan seiring adanya perubahan iklim akibat pemanasan global, apakah kasus heat stress hanya disebabkan oleh faktor suhu dan kelembapan lingkungan?

Technical Education and Consultation PT Medion, Drh Christina Lilis, menjelaskan heat stress sudah menjadi problematika utama di dunia perunggasan Indonesia. Stres ini akan muncul ketika ayam tidak bisa membuang panas dari dalam tubuhnya akibat tingginya cekaman suhu.

“Ayam komersial modern yang selama ini kita pelihara termasuk hewan homeotermal, yaitu mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri karena memiliki sistem termoregulator. Ayam modern juga lebih sensitif terhadap perubahan suhu, oleh karenanya butuh trik khusus dalam manajemen pemeliharaan,” tutur Christina.

Ia melanjutkan, banyak faktor lain yang memengaruhi kondisi suhu panas di kandang yang membuat ayam stres karena panas, misalnya metabolisme internal dari tubuh ayam, radiasi sinar matahari, aktivitas fermentasi mikroba pada litter kandang. Ketika ayam menghadapi kondisi panas dari berbagai sumber tersebut, ayam akan merespon dengan cara menurunkan suhu tubuhnya melalui pengeluaran kelebihan energi panas dari dalam tubuh.

Mekanisme pengeluaran panas tubuh ini akan berfungsi secara normal (optimal), saat ayam dipelihara pada… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021. (CR)

EVANT WITH HIPRAMUNE T ONLINE LAUNCHING


Hipra yang merupakan perusahaan kesehatan hewan yang berkantor pusat di Spanyol, dalam waktu dekat akan menyelenggarakan “EVANT® with HIPRAMUNE® T Online Launching” yang akan dilaksanakan pada:

Hari : Rabu, 15 Desember 2021
Pukul : 13:30-16:30 WIB

Menghadirkan pembicara:

• Diptya Cinantya DVM (Technical & Marketing Manager)
• Joan Molist Badiola DVM MSc (Corporate Product Manager)
• Marc Pagès Bosch DVM PhD (Senior Manager R&D Biologicals)


Jangan sampai terlewatkan, pastikan Anda hadir dalam acara tersebut. Kunjungi link berikut: bit.ly/3ldNpd1

Dapatkan Grand Prize menarik...!!!

JANGAN BIARKAN IKLIM DAN CUACA MENJADI MUSUH

Kandang rusak akibat cuaca buruk. (Foto: Istimewa)

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dua musim. Tentunya perkembangan peternakan unggas di Indonesia tergantung dengan kondisi iklim yang sedang terjadi, terlebih saat perubahan musim. Perubahan sangat mendasar dari suhu, kecepatan angin, kelembapan, kadar oksigen dan curah hujan. Kelima faktor tersebut akan memengaruhi bagaimana manajemen pemeliharaan unggas di musim penghujan, meliputi kualitas air dan pakan, manajemen kandang, manajemen pemeliharaan dan penyebaran bibit penyakit.

Untuk dapat bertahan di dalam kondisi cuaca ekstrem dan perubahan musim yang terkadang tidak terprediksi dibutuhkan trik tertentu. Oleh karenanya, kejelian peternak dalam membaca situasi sangat diperlukan. Beberapa pengalaman dan saran para ahli di bawah ini bisa menjadi referensi agar performa tetap terjaga di segala kondisi musim.

Minimalisir Heat Stress di Musim Kemarau
Heat stress merupakan suatu cekaman yang disebabkan suhu udara yang melebihi zona nyaman (> 28° C). Gangguan ini dikarenakan ayam tidak bisa menyeimbangkan antara produksi dan pembuangan panas tubuhnya. Mekanisme pengeluaran panas tubuh ayam akan berfungsi normal saat ayam dipelihara pada zona nyaman, dengan suhu kandang 21-28° C dan kelembapan 60-70%. Problem heat stress kerap kali terjadi di musim kemarau, utamanya pada peternak yang masih menggunakan sistem kandang terbuka.

Heat stress kerap terjadi pada ayam dewasa. Biasanya ayam mengalami panting (napas terengah-engah), yaitu bernapas melalui tenggorokan atau melakukan evaporasi (penguapan). Saat panas, konsumsi ransum menurun sehingga asupan nutrisi ayam tidak terpenuhi, nilai FCR membengkak dan pertumbuhan bobot badan terhambat. Selain itu, sistem kekebalan tubuh akan melemah (bersifat imunosupresif) dan dampak paling parah adalah kematian mendadak.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mencegah heat stress di musim kemarau. Prof Charles Rangga Tabbu selaku praktisi perunggasan yang juga Guru Besar FKH UGM, memaparkan dalam mencegah heat stress yang pertama dilakukan yakni mengatur ventilasi kandang dengan baik.

“Kalau kandang terbuka, manajemen buka-tutupnya harus bagus, cek suhu sesering mungkin, catat perubahannya. Jadi kita tahu kapan harus buka-tutup tirainya dan ini enggak bisa dilakukan 1-2 hari, tapi setiap saat,” kata Charles.

Selain itu, bila perlu (ketika suhu terlalu tinggi), penambahan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021. (CR)

GURU BESAR FKH UGM MERAIH PENGHARGAAN BESTARI AWARD



Prof. Michael (tengah) bersama perwakilan PDHI dan Tim Qilu Pharmaceutical 

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof. Dr. Drh Michael Haryadi Wibowo M.P. dinobatkan sebagai peraih penghargaan Bestari Award oleh PDHI bersama Qilu Pharmaceutical pada Sabtu (27/11) yang lalu.

Kepada Infovet ketika ditemui di Grha Dokter Hewan Indonesia yang berlokasi di jalan JOE Jakarta Selatan, Prof. Michael mengutarakan rasa syukur dan terima kasihnya atas penghargaan tersebut.

"Ini merupakan suatu hal yang istimewa dan luar biasa bagi saya, terima kasih untuk berbagai pihak yang telah memberikan support, terutama PDHI dan Qilu Pharmaceutical atas kepercayaannya kepada saya. Mudah - mudahan ini menjadi penambah motivasi saya dalam berkarya dan terus memajukan negeri ini dari sektor kesehatan hewan," tuturnya.

Prof. Michael dinilai layak mendapatkan penghargaan tersebut atas prestasi, inovasi, kreasi, dan kontribusinya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang peternakan. Hal tersebut diutarakan oleh Dr. Heriyanti O. Utoro MA, Corporate Public Relation Qilu Pharmaceutical dalam kesempatan yang sama.

"Kami Qilu Pharmaceutical peduli akan perkembangan sains dan teknologi di bidang kesehatan dan nutrisi hewan, penghargaan ini tentunya merupakan pengejawantahan hal tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Michael atas kontribusinya di bidang kesehatan hewan," kata wanita yang akrab disapa Ibu Oyen tersebut.

Ia melanjutkan bahwa Bestari Award juga memiliki filosofi tersendiri dimana makna dari kata Bestari yakni merujuk pada seseorang yang memiliki pengetahuan luas, berpendidikan baik, memilki budi pekerti yang luhur serta memiliki prakarsa, gagasan orisinal, inovatif, dan tentunya profesional. 

"Biasanya ungkapan bestari disandingkan dengan kalimat bijak bestari, yang memiliki makna cerdas dan bijaksana. Bestari ini bagi kita juga merupakan akronim yakni belajar, beramal seperti semangat matahari, dan kata Bestari pun sudah dibakukan dalam KBBI," tuturnya. 

Heryati juga menuturkan bahwasanya Bestari award nanti juga akan dianugerahkan kepada orang dari bidang lain seperti agribisnis, nutrisi ternak, bahkan bidang kebudayaan yang dinilai memiliki kriteria seperti di atas. 

Ketua Umum PB PDHI Dr. Drh Muhammad Munawaroh MM. memberikan sedikit testimonialnya terkait terpilihnya Prof. Michael sebagai peraih Bestari Award.

"Beliau merupakan salah satu orang yang berkontribusi dalam mitigasi wabah AI di Indonesia pada tahun 2003, yang sekarang sudah banyak lahir vaksin AI dari hasil mitigasi beliau. Selain itu beliau juga yang proaktif dalam meneliti bahkan menemukan beberapa penyakit unggas lainnya di tanah air seperti IB Varian, IBH, dan lainnya. Jangan juga dilupakan peran beliau dalam membantu peternak dan kontribusi beliau di dunia pendidikan, tentunya ini merupakan suatu hal yang luar biasa dan layak diapresiasi," kata Munawaroh.

Webinar Koksidiosis

Koksidiosis merupakan salah satu momok bagi peternak lantaran dapat menyebabkan hambatan dalam pencapaian performa ayam maksimal. Hingga kini koksidiosis menjadi momok menakutkan bagi peternak ayam baik broiler, layer, bahkan untuk level indukan (PS dan GPS).

Atas dasar tersebut Qilu Pharmaceutical bersama PDHI menyelenggarakan webinar dengan tema "Strategi Pengendalian Koksidiosis dan Efektivitas Antikoksidia" di hari yang sama melalui daring zoom meeting. Tercatat lebih dari 800 orang menghadiri webinar tersebut.

Bertindak sebagai keynote speaker dalam webinar tersebut yakni Dr Drh Muhammad Munawaroh MM. Pembicara yang dihadirkan pun merupakan konsultan dan juga guru besar FKH UGM yankni Prof. Charles Rangga Tabbu dan Prof. Gao Xing dari pihak Qilu Pharmaceutical Group. Webinar berdurasi lebih dari dua jam tersebut dimoderatori oleh praktisi perunggasan Drh Eko Prasetyo.

Prof. Charles memaparkan presentasinya sebanyak dua kali, dimana pada presentasi pertama beliau menjelaskan mengenai strategi pengendalian koksidiosis dan dalam presentasi kedua beliau memaparkan mengenai efektivitas sediaan antikoksidia dan aplikasinya. Sementara Prof. Gao Xing dalam presentasinya membawakan presentasi terkait pendekatan praktis dalam mengendalikan koksidia di peternakan broiler. 

Prof. Charles Rangga Tabbu memberikan materi webinar

Qilu Pharmaceutical merupakan perwakilan Qilu Pharmaceutical group di Indonesia yang merupakan salah satu produsen berbagai jenis produk Animal Health & Agricultural Solution terbesar di dunia. Dengan teknologi yang canggih dan muktahir, Qilu Pharmaceutical menghasilkan produk-produk yang berkualitas yang menguasai 50% market share Pharmaceutical dunia untuk produk Salinomycin, Monensin, Maduramicin, Ceftiofur, Apramycin, Tylosin, Tilmicosin, Neomycin dan lain-lain.

Selain itu, untuk produk Biopestisidanya juga menguasai 60% market share dunia seperti Abamectin dan Spinosad.

Dengan hadirnya Qilu Pharmaceutical di Indonesia, diharapkan dapat turut menyumbang peran dalam membangun dunia peternakan dan agrikultural Indonesia yang lebih baik. (CR)



AVIGEN MENDUKUNG INDUSTRI PERUNGGASAN INDONESIA



Hai Farmers, semoga sukses dan sehat selalu dimanapun Farmers berada.

Avigen mendukung industri unggas di Indonesia dengan meluncurkan Literatur Bahasa Indonesia.

Avigen adalah pemasok bibit ayam pedaging terkemuka di dunia yang signifikan yang hadir di pasar ayam pedaging Indonesia. Untuk lebih mendukung para peternak yang menggunakan merek Indian River dan Ross, kami telah berinvestasi dalam penerjemahan sejumlah dokumen menjadi inti kami.

Untuk itu, kami mengundang Anda untuk menghadiri webinar singkat kami yang akan diselenggarakan pada:

Hari: Rabu, 15 Desember 2021
Pukul: 14:00 WIB s/d selesai

Jangan sampai terlewatkan, pastikan Anda mendaftar dan hadir dalam acara tersebut. Klik link berikut ini untuk pendaftarannya: https://aviagen.zoom.us/webinar/register/3116376411199/WN_tHpPBm7BQ-SrKbH6QSMMvQ

Yuk buruan daftar, jangan sampai ketinggalan ya Farmers...

Contact person:
Lia (0813-1972-0137)

V-CONNECT INDONESIA EDITION RESMI DIBUKA

V-Connect Indonesia Edition resmi dibuka pada 24 November 2021 dan sedianya akan berlangsung dua hari yaitu 24-25 November 2021. Platform virtual ini bisa diakses melalui https://v-connect-indonesia.net/ dan diselenggarakan oleh VNU Asia Pacific (VNU) bersama PT Permata Kreasi Media (PKM).

Pembukaan ditandai dengan sambutan dari 3 pihak. Pertama adalah Ruri Sarasono, Direktur PT Permata Kreasi Media.

Ruri Sarasono

Ruri mengatakan, “COVID-19 telah mengubah bentuk reguler seluruh industri kami sepenuhnya. Acara fisik terutama di kawasan Asia Pasifik telah sangat terpengaruh selama lebih dari satu setengah tahun terakhir. Namun usaha industri peternakan perlu tetap dijalankan dengan melihat permintaan pasar yang tetap tinggi.”

Kemudian ia menambahkan, “Pameran virtual V-Connect Indonesia Edition adalah platform digital yang diselenggarakan oleh ILDEX Indonesia dan Aquatica Asia, untuk memungkinkan jaringan B2B secara langsung, dan menyediakan ekosistem online berbasis web progresif yang dioptimalkan untuk semua orang untuk bertemu, berjejaring, dan membuat kesepakatan unutk industri feed to food ASEAN.”

Sementara itu acara offline ILDEX Indonesia dan Vietnam dijadwalkan ulang pada 3-5 Agustus 2022 dan 9-11 November 2022.

Dr Ir Nasrullah, MSc, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian memberikan sambutan kedua, antara lain mengatakan, “Lomoditas peternakan merupakan salah satu target pembangunan pertanian dalam mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Bisnis di bidang peternakan dan kesehatan hewan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Oleh karena itu bisnis dan investasi di bidang peternakan harus terus digenjot untuk dikembangkan seiring dengan kebutuhan masyarakat akan pangan terutama sumber protein hewani.”

Nasrullah

Nasrullah berharap promosi dan business meeting selama ILDEX online ini akan semakin mendorong berkembangnya industri peternakan dan investasi peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia. Sehingga nantinya akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, peternakan khususnya, dan secara umum pertanian dan akan menyumbangkan devisa untuk negara.

Tb Haeru Rahayu

Sambutan terakhir diberikan oleh Dr Tb Haeru Rahayu APi MSc, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Haeru menyampaikan perikanan budidaya adalah sub sektor yang selama ini dianggap sebagai the sleeping giant, “Faktor kekuatan akuakultur Indonesia adalah potensi lahan yang luas sebesar 17,9 juta hektar. Dengan rincian budidaya laut mencapai 12,12 juta hektar; budidaya air payau yang dilakukan di pesisir mencapai 2,96 juta hektar dan budidaya air tawar mencapai 2,83 juta hektar. Selain itu komoditas unggulan perikanan budidaya memiliki daya saing yang tinggi  di pasar ekspor dan mampu berperan sebagai penopang ketahanan pangan.”

Ia juga mengatakan bahwa peluang pasar perikanan masih terbuka luas.

WAAW 2021: MENTAN TEGASKAN PENDEKATAN ONE HEALTH DIBUTUHKAN UNTUK KESEHATAN DUNIA

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo pada puncak acara WAAW 2021. (Foto: Infovet/Ridwan)

Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia (World Antimicrobial Awareness Week/WAAW), yang diperingati setiap tahunnya pada 18-24 November, merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat dunia dalam pengendalian resistensi antimikroba/antimicrobial resistance (AMR) dengan pendekatan one health.

“Pendekatan one health sangat dibutuhkan untuk kesehatan dunia, mengingat saat ini masalah kesehatan dengan adanya pandemi COVID-19 dan AMR membuat tren kemunduran dalam ketahanan pangan. Oleh karena itu, semua sektor harus terlibat aktif dan bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan dan ketahanan pangan,” ujar Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, dalam kegiatan puncak Pekan Kesadaran Antimikroba 2021 yang diselenggarakan secara hybrid di Provinsi Bali, Rabu (24/11/2021).

Lebih lanjut dijelaskan, AMR menjadi isu yang santer dibicarakan di seluruh dunia karena diprediksi menjadi pembunuh nomor satu pada 2050 mendatang dengan tingkat kematian mencapai 10 juta jiwa pertahun dan kematian tertinggi terjadi di kawasan Asia.

“Prediksi tersebut bisa saja terjadi apabila kita tidak melakukan pengendalian secara konkrit. Untuk itu komitmen kita dalam mengendalikan AMR bersama-sama menjadi bagian penting,” imbuh Mentan Syahrul.

Untuk mengantisipasi dampak tersebut dan meningkatkan ketahanan pangan, lanjut Syahrul, pihaknya telah melakukan beberapa strategi diantaranya meningkatkan kapasitas produksi berkelanjutan, penguatan diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik, pengembangan pertanian modern dan dukungan Gratieks.

“Melalui strategi ini kita transformasikan kemandirian sistem pangan secara holistik, berintegrasi dan berkelanjutan. Saya berharap ada kesatuan emosional bahwa masalah kesehatan adalah ujung yang sangat penting melalui ketahanan pangan. Saya percaya kita semakin mempertajam program bersama lembaga dunia sebagai upaya gerakan antimikroba di Indonesia untuk kontribusi pada kepentingan dunia,” ucap dia.

“Mari kita bekerjasama saling bertukar pikiran cerdas kita dengan pendekatan intelektual melalui referensi dunia yang bisa kita pelajari bersama untuk kesehatan manusia, hewan dan lingkungan di masa mendatang.”

Konsep one health didefinisikan sebagai upaya kolaboratif dan komunikatif dari berbagai sektor, utamanya kesehatan manusia, hewan dan lingkungan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global untuk mencapai kesehatan optimal. Pengendalian penyakit zoonosis, AMR dan penggunaan antibiotik yang bijak memerlukan kolaborasi multisektor, tidak hanya terbatas pada kesehatan dan pertanian, tetapi juga kehutanan, lingkungan dan pendidikan. (RBS)

PENGARUH FISIOLOGIS SUHU TINGGI PADA AYAM

Agar mudah beradaptasi dengan lingkungan, peternak perlu pengetahuan lebih dalam tentang ayam dan kebutuhan suhunya. (Foto: Dok. Infovet)

Setiap periode tertentu potensi genetik ayam broiler hampir selalu mengalami peningkatan, contohnya potensi genetik pada 2007, bobot ayam pada usia 35 hari berkisar di 2,012 kg, dimana pada usia yang sama potensi genetik di 2004 adalah 1,862 Kg.

Skema fokus perbaikan genetik ayam modern 2010-2020, adalah: 1). Peningkatan kemampuan untuk melakukan metabolisme dengan cara perbaikan matriks reproduksi, sehingga peningkatan metabolisme ini berfungsi melipat-gandakan jumlah sel-sel tumbuh dalam waktu singkat, sekaligus mengonversikannya menjadi karkas yang lebih banyak.

2). Akibat dari adanya kompetensi metabolisme yang baik tadi secara otomatis akan meningkatkan kualitas maupun kuantitas performa ayam broiler, dimana untuk mendapatkan berat badan yang sama dari potensi genetik yang lama (2007) akan dicapai dengan waktu relatif lebih cepat untuk potensi genetik yang baru (2020), dimana realita di lapangan akan terlihat meningkatnya Average Daily Gain (ADG) dengan Feed Conversion Ratio (FCR) yang semakin mengecil.

3). Pada dua poin di atas, akan berdampak pada kompetensi imunitas yang akan melorot, dalam arti fleksibilitas adaptasi ayam terhadap perubahan-perubahan yang ada di lingkungannya semakin kecil. Tegasnya, ayam masa mendatang cenderung tidak mempunyai toleransi yang baik terhadap perubahan kondisi lingkungan, baik faktor fisik, kimiawi ataupun biologis.

Situasi inilah yang sebenarnya menjawab pertanyaan para peternak, mengapa ayam masa kini tampak lebih “ringkih” dan mudah mengalami stres. Perbaikan genetik akan berdampak adanya faktor stres internal yang sifatnya laten yang akan membuat daya tahan tubuh ayam lebih mudah sakit, tidak prima dan selalu dalam kondisi imunosupresi kronis. Fenomena pemanasan global juga membawa efek yang tidak bisa dihindari oleh ayam masa kini, yakni faktor stres ekstrinsik yang intermiten dan secara tidak langsung tingginya ancaman mikotoksin dalam pakan. Kedua hal tersebut tentu saja mengakibatkan ayam modern mengalami kondisi imunosupresi pada fase-fase tertentu kehidupannya.

Agar peternak ayam broiler dapat mengondisikan peliharaannya agar mudah beradaptasi dengan lingkungan terutama suhu tinggi, maka perlu… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021. (AHD-MAS)

CERMAT MEMBACA FAKTOR CUACA

Cuaca ekstrem sangat berpengaruh pada produktivitas ayam. (Foto: Dok. Infovet)

Pemanasan global yang melanda dunia ditengarai memengaruhi kondisi iklim di Indonesia, yang termanifestasikan dengan musim kemarau panjang dengan temperatur sangat tinggi, kekeringan dan kebakaran hutan luas. Sedangkan pada musim penghujan, curah hujan di berbagai tempat menjadi tidak menentu dan seringkali menimbulkan banjir. Angin topan dan puting beliung seringkali dilaporkan muncul di beberapa daerah di Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan kejadian perubahan cuaca ekstrem yang turut memengaruhi produktivitas ayam.

Manajemen Ayam Selama Cuaca Panas 
Cuaca panas menyebabkan sejumlah efek merusak pada ayam pedaging dan petelur yang akhirnya mengurangi profitabilitas. Stres cuaca panas menjadi perhatian serius bagi peternak, karena secara langsung menyebabkan kerugian finansial dengan produktivitas ayam yang terganggu.

Apa yang terjadi pada tekanan panas? Ayam menjadi stres panas ketika ayam mengalami kesulitan dalam mencapai keseimbangan antara kehilangan panas tubuh dan produksi panas tubuh, suhu tubuh normal ayam adalah 41° C. Ketika suhu lingkungan melebihi 35° C, ayam kemungkinan akan mengalami heat stress.

Dalam efek mempertahankan suhu tubuh, ayam mengandalkan kehilangan panas dari pembuluh darah di dekat permukaan kulit melalui proses yang disebut pendinginan non-evaporatif. Namun, mekanisme ini hanya efektif bila suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh ayam. Saat suhu sekitar meningkat di luar zona termonetral ayam, pendinginan non-evaporatif menjadi tidak efektif. Pada suhu yang lebih tinggi ini, ayam mengandalkan panting/evaporative cooling sebagai mekanisme mengontrol suhu tubuh. Terengah-engah adalah cara efektif tetapi mahal energi bagi ayam untuk mengontrol suhu tubuh dan biasanya menghasilkan asupan pakan lebih rendah dan pertumbuhan, serta pengurangan efisiensi pakan antara 20-30° C asupan pakan berkurang 1-1,5% untuk kenaikan suhu 1° C dan sebesar 5% di atas 32° C.

Cuaca panas akan meningkatkan asupan air untuk mengimbangi kehilangan air, tetapi situasi menjadi rumit karena kemampuan tubuh untuk menahan air berkurang saat proses pendinginan evaporatif meningkat. Selama suhu lingkungan tinggi, ayam akan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021.

Ditulis oleh:
Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021-8300300

JANGAN BIARKAN GUMBORO MERAJALELA

Perdarahan otot paha salah satu ciri Gumboro. (Sumber: Hari Wahjudi)

Infectious Bursal Disease (IBD) atau Gumboro masih menjadi momok menakutkan bagi peternak Indonesia. Masalahnya, Gumboro memiliki tendensi tinggi dan sering berulang. Penyakit yang disebabkan Birnavirus ini dapat menular melalui vektor dan mengakibatkan imunosupresif, sehingga memungkinkan penyakit lain untuk ikut menyerang.

“Rajin” Menyerang Ternak
Technical Service Manager PT Boehringer Ingelhieim Indonesia, Drh Titis Wahyudianto, dalam sebuah webinar tentang Gumboro menggambarkan betapa menakutkannya penyakit ini. Gumboro menyerang dengan akut, sangat virulen dan mengakibatkan imunosupresi pada penderitanya.

Menurut Titis, Gumboro juga sangat kerasan dan dapat bertahan di lingkungan kandang selama 50-120 hari pasca infeksi. Bahkan pakan yang tercemar oleh virus ini masih dapat menginfeksi sampai 60 hari pasca terjadinya outbreak.

“Serangan Gumboro sifatnya akut, siklusnya panjang dan virusnya bisa bertahan lama di lingkungan. Tentunya ini sangat berbahaya kalau tidak segera diatasi, karena mereka mengintai setiap saat,” kata Titis.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Technical Consultation and Education PT Medion, Drh Hanin Fadlailul. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan timnya sejak 2019, Gumboro menjadi penyakit ranking satu yang kerap menyerang ayam broiler dan ranking enam pada ayam petelur. Ia mengatakan, dominasi kasus terjadi pada umur 3-4 minggu.

“Memang butuh banyak upaya agar siklus Gumboro bisa dikendalikan dan peternak harus benar-benar menerapkan manajemen biosekuriti dan pemeliharaan yang baik,” ujar Hanin.
Melumpuhkan Sistem Imun

Veterinary Services Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar, mengingatkan ancaman Gumboro yang menyerang sistem imun ayam. Virus tersebut menyerang… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021. (CR)

BERDIKARI BOYONG RIBUAN SAPI INDUKAN DUKUNG PROGRAM DESA KORPORASI SAPI

PT Berdikari Boyong Ribuan Indukan Sapi

BUMN Peternakan yang tengah menggencarkan kampanye #IndonesiaBergizi, PT Berdikari (Persero), terus melaksanakan sinergi strategis untuk meningkatkan kekuatan ekosistem pangan nasional demi tercapainya ketahanan pangan.

Kali ini Berdikari bersinergi dengan BBPTU-HPT Baturraden menghadirkan 1000 Sapi Indukan untuk dukung program Desa Korporasi Sapi (DKS) besutan Kementerian Pertanian RI.

Sinergi tersebut menyalurkan ke peternak mandiri di Cianjur, Jawa Barat dan Boyolali, Jawa Tengah. Pengiriman pertama dari sapi indukan berjenis Brahman Cross tersebut telah diterima peternak.

“Program DKS ini penting dan strategis untuk kedaulatan pangan, khususnya komoditas peternakan. Oleh karena itu Berdikari sebagai bagian dari BUMN Klaster Pangan mendukung 100% sinergi berbagai pihak untuk DKS demi mewujudkan ekosistem pangan nasional yang menjadikan #IndonesiaBergizi,” ungkap Harry Warganegara Senin (15/11/2021).

Beliau melanjutkan, bahwa sapi indukan yang didatangkan Berdikari adalah sapi pilihan berkualitas superior. Hal tersebut karena program DKS selain bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi ternak, juga bertujuan meningkatkan kualitas genetik dari sapi ternak di Indonesia.

Lebih lanjut, program DKS juga mengarahkan konsep korporasi peternak dengan tujuan untuk mengubah pola kerja peternak tradisional ke arah yang lebih modern, baik dalam paradigma berpikir, pengelolaan usaha, budidaya maupun cara pengolahan dan pemasaran produk dengan menggunakan pendekatan yang terkini, efisien, dan efektif.

Untuk memajukan ekosistem pangan di Indonesia, khususnya peternakan sapi, memang perlu sinergi berbagai pihak. Tidak cukup hanya Kementerian Pertanian RI ataupun BUMN saja, tetapi juga vital untuk merangkul peternak mandiri maupun BUMDes.

Oleh karena itu, Kementerian Desa, PDT, & Transmigrasi RI telah melaksanakan inisiatif pengembangan ekonomi dan investasi desa, daerah tertinggal dan transmigrasi tahun 2021 dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan BUMDes dalam pengelolaan peternakan terpadu berbasis pedesaan yang dapat berjalan sinergis dengan pengembangan konsep korporasi peternak desa dari tradisional menjadi modern.

Sebagai BUMN Peternakan, Berdikari tengah menjajaki kerjasama dalam rangka mendukung Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan. Inisiatif Kemendesa RI tersebut merupakan konsep peternakan komunal yang dikelola BUM Desa Bersama.

Peternakan komunal ini akan memadukan peternakan sapi, ayam, ikan air tawar, tanaman sayur-sayuran, serta mengelola kotaran sapi menjadi biogas dan pupuk organik dengan harapan peternak Indonesia akan semakin maju dan menjadi salah satu lokomotif pergerakan ekonomi Indonesia menuju kemakmuran masyarakat yang madani. (INF)

BERSAMA MENCEGAH RESISTENSI ANTIMIKROBA


Dibutuhkan kerjsama lintas sektor dalam mengendalikan AMR

Sebagaimana kita ketahui bahwa pekan kesadaran antimikroba sedunia (World Antimicrobial Awareness Week) diperingati tiap tahunnya pada 18 - 24 November. Peringatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran ketahanan antimikroba secara global dan mendorong praktik nyata para pemangku kepentingan, termasuk sektor kesehatan, perikanan, dan peternakan, untuk mencegah bahaya kesehatan pada manusia akibat resistansi antimikroba.Resistensi antimikroba juga sudah menjadi isu global, buktinya dalam pertemuan G20 nanti isu tersebut merupakan salah satu isu yang bakal dibahas. 

Dalam rangka memperingati event tersebut FAO, WHO, USAID, bersama Kementerian Kesehatan, Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan berkolaborasi melaksanakan media briefing mengenai pentingnya antimikroba kepada awak media (18/11) yang lalu melalui daring zoom meeting.

AMR Kian Mengkhawatirkan

Dalam presentasinya Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalsum Komaryani mengatakan bahwa saat ini kematian akibat resistensi antimikroba mencapai 700 ribu orang per tahun dan diprediksi di tahun 2050 bisa mencapai 10 juta orang per tahun di seluruh dunia.

"Distribusinya diprediksi terbanyak di Asia dan Afrika sekitar 4,7 juta jiwa dan Afrika 4,1 juta jiwa, sisanya di Australia, Eropa, Amerika,” tutur Kalsum.

Kalsum menjelaskan, strategi pengendalian resistensi antimikroba yang sudah dilakukan di Indonesia adalah dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman resistensi antimikroba, melakukan peningkatan pengetahuan, dan bukti ilmiah melalui surveilans. Saat ini, ada 20 rumah sakit yang terpilih untuk melakukan surveilans antimikroba yang terdiri dari rumah sakit umum pemerintah pusat dan RSUD.

Upaya selanjutnya pengurangan infeksi melalui sanitasi hygiene, optimalisasi pengawasan dan penerapan sanksi jika peredaran dan penggunaan antimikroba tidak sesuai standar, serta peningkatan investasi melalui penemuan obat, metode diagnostic, dan vaksin baru.

Dalam rencana aksi global tahun 2015, disusun dengan pendekatan multi sektor atau pendekatan One Health. Di dalamnya ada lima strategi utama bagaimana negara-negara dapat melakukan pengendalian AMR dan memitigasi dampaknya, yakni Peningkatan Kesadaran terhadap AMR, Surveilans, Pencegahan Infeksi, Penatagunaan Antimikroba, serta Riset dan Pengembangan.

Peternakan dan Perikanan Berbenah

Beberapa sektor yang rentan berisiko dan kerap disalahkan ketika terjadi resistensi antimikroba adalah perikanan dan Peternakan. Dalam paparannya, Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan TB Haeru Rahayu mengatakan, untuk bisa memelihara ikan, udang, dan komoditas akuatik lainnya dibutuhkan upaya untuk menjaga kesehatannya.

Sementara dalam program manajemen kesehatannya pembudidaya belum bisa lepas dari penggunaan obat, baik itu yang sifatnya herbal maupun yang sifatnya kimiawi. Salah satunya yakni masih digunakannya sediaan antimikrobial seperti beragam jenis antibiotik.

"Ini yang sedang kita coba kendalikan untuk penggunaannya supaya lebih bijak, supaya tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari,” katanya.

Ia melanjutkan, dampak penggunaan antimikroba yang tidak terkendali kemudian dilepas ke alam atau ke lingkungan maka ini bisa berpengaruh secara tidak langsung.

“Saya beserta jajaran terus memotivasi teman-teman, memotivasi pembudidaya untuk tetap bijak menggunakan antibiotik ketika memang hanya diperlukan saja dan sesuai kebutuhan,” ucap Haeru.

Pengendalian AMR di sektor peternakan juga perlu diperhatikan. Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nuryani Zainuddin mengatakan, Kementan sudah mengeluarkan berbagai regulasi pengendalian di sektor kesehatan hewan.

Secara tegas pada UU 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 51 ayat 3 menyebutkan setiap orang dilarang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk konsumsi manusia. Selain itu, dalam Permentan 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan pada pasal 4 disebutkan obat hewan yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dilarang digunakan pada ternak yang produknya untuk konsumsi manusia.

Pihaknya juga telah melakukan surveilans pada populasi umum unggas broiler, survei di provinsi sumber produksi unggas broiler, dan pengembangan sistem surveilans AMR pada bakteri patogen unggas petelur.

“Perlu diperkuat pengawasan bersama. Pada rantai distribusi antimikroba dari produsen sampai dengan konsumen harus diperkuat untuk mencegah penyalahgunaan antimikroba,” kata Nuryani.

Memperkuat Kerjasama Dalam Mengendalikan AMR

Berbanding terbalik dengan kecepatan berkembangnya AMR, riset dan penemuan jenis antimikroba baru dalam mengendalikan resistensi antimikroba ini berjalan lambat. Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia Benyamin Sihombing mengatakan, dalam laporan tahun 2020, WHO mengidentifikasi dari 26 kandidat antibiotik yang sedang dalam pengembangan klinis untuk menghadapi 8 patogen prioritas dunia, yang ampuh untuk multidrug-resistant hanya dua.

“Padahal kita mau menargetkan 8 patogen tapi hanya 2 yang berhasil. Ini mengartikan bahwa kecepatan munculnya resistensi antimikroba itu jauh melebihi penemuan antibiotik baru yang ampuh,” ucap Benyamin.

Dr Paranietharan yang juga perwakilan WHO untuk Indonesia menuturkan, resistensi antimikroba adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat yang paling mendesak dan membutuhkan aksi yang dilaksanakan dengan segera. Respons berbasis One Health yang berkelanjutan dan mendorong keterlibatan semua sektor, yakni manusia, hewan, tanaman, dan lingkungan, sangatlah penting untuk mengatasi ancaman ini.

Berbeda dengan pandemi Covid-19, AMR bukanlah krisis yang tidak terduga dan kita sudah tahu bagaimana cara mencegahnya. Kita harus meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi dan WASH (air, sanitasi, dan hygiene).

“Kita harus mempromosikan penggunaan antimikroba yang bertanggung jawab. Kita harus meningkatkan kapasitas laboratorium untuk surveilans. Dan kita harus memperkuat koordinasi lintas sektor maupun kerangka regulasi,” ujar Perwakilan WHO untuk Indonesia tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau FAO senantiasa mendukung pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mencapai tujuannya dalam mengendalikan AMR, sebagaimana tertuang dalam rencana aksi nasional.

“Kami berharap dapat bekerja sama dengan Anda semua untuk mempromosikan penggunaan antimikroba yang bijak dan bertanggung jawab dalam sistem pertanian pangan, melalui kebijakan dan edukasi publik yang efektif,” kata Rajendra Aryal, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste. (CR)


CJ PIA KONSISTEN JADI EKSPORTIR TELUR KE MYANMAR


Tasyakuran CJ PIA di Sukabumi (19/11)

PT CJ PIA salah satu pemain besar sektor perunggasan Indonesia kembali mengekspor telur tetasnya ke Myanmar. Hal ini diungkapkan oleh Fendi Sabara selaku General Manager Produksi CJ PIA di Sukabumi pada acara tasyakuran yang berlangsung pada Jumat (19/11) yang lalu. Fendi juga mengatakan bahwa ekspor telur ke Myanmar merupakan salah satu upaya CJ PIA dalam mendukung program pemerintah yakni Gerakan Tiga Kali Ekspor Pertanian (GRATIEKS).

“Kami bersyukur ini adalah kali kedua kami bisa mengekspor telur tetas ke Myanmar, ini adalah suatu kebanggaan bagi kami. Semoga kami bisa konsisten mengharumkan nama bangsa,” tutur Fendi.

Sebanyak 58.600 butir telur tetas Parent Stock senilai 3 Milyar Rupiah akan diberangkatkan ke Myanmar pada Selasa 22 November 2021 nanti. Fendi juga mengatakan bahwa kini selain Myanmar CJ PIA sedang mencoba menjajaki produknya ke beberapa Negara tetangga di kawasan ASEAN seperti Vietnam.

Di tempat yang sama Mr Seo Kyung Suk Wakil Presiden CJ PIA dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kerja keras timnya yang luar biasa. Ia juga tak hentinya mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada pemerintah daerah setempat yang membantu proses kelancaran ekspor ke Myanmar.

“Kami akan berusaha lebih baik lagi, dan ini adalah suatu pekerjaan yang luar biasa. Semoga kami dapat konsisten dengan ini,” kata Mr Seo ketika ditemui Infovet.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, Dedah Herlina mengungkapkan apresiasi yang setinggi - tingginya kepada PT CJ PIA atas ekspor yang telah dilakukan untuk kedua kalinya. Ia juga berkomitmen untuk menjadi mitra yang baik bagi seluruh stakeholder peternakan di kawasan Sukabumi.

“CJ PIA ini memang membanggakan, mereka selain aktif menyukseskan program pemerintah juga aktif dalam CSR. Kami berterima kasih kepada CJ PIA yang juga banyak membantu program Pemda dalam pemberantasan stunting pada balita di kawasan Sukabumi melalui CSR-nya. Semoga CJ PIA selalu sukses dan dapat memberikan manfaat bagi warga,” papar Dedah.

DITJEN PKH MENGIMBAU WASPADAI PENINGKATAN KASUS AI

Laporan FAO menyebut bahwa ada potensi peningkatan dan penyebaran penyakit AI ke wilayah Eropa, Afrika dan Asia. (Foto: Dok. Infovet)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari OIE WAHIS, beberapa laporan kejadian Avian Influenza (AI) subtipe H5Nx (HPAI/High Pathogenic Avian Influenza) pada unggas dibeberapa negara diantaranya Jerman, Republik Ceko, Finlandia, Denmark dan Rusia dengan kecenderungan peningkatan kasus.

Laporan FAO menyebut bahwa ada potensi peningkatan dan penyebaran penyakit ke wilayah Eropa, Afrika dan Asia berkaitan dengan musim migrasi unggas selama musim dingin 2021-2022. Untuk itu diperlukan tidakan antisipasi untuk mencegah penyebaran dan meluasnya kasus tersebut di Indonesia dan diperlukan rencana kontigensi dalam upaya kesiagaan munculnya AI subtipe H5Nx.

Melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bernomor 08113/PK.320/F/11/2021 pada 8 November 2012, tentang peningkatan kewaspadaan HPAI subtipe H5Nx dan subtipe lainnya, serta penyakit African Swine Fever (ASF), mengimbau kepada para pejabat dan dinas, serta balai terkait untuk melakukan analisis risiko pemasukan unggas dan produknya ke Indonesia.

“Memantau dan melaporkan update dugaan AI H5Nx dan subtipe lainnya melalui iSIKHNAS. Menfasilitasi pelatihan diagnosis AI, menyiapkan sarana dan prasarana pengendalian dan penanggulangan untuk mengantisipasi masuknya AI H5Nx dan subtipe lainnya. Melakukan analisis hasil surveilans sebagai bahan kebijakan dalam penentuan program pengendalian AI,” kata Surat Edaran tersebut.

Hal lain yang juga ditekankan dalam surat tersebut adalah memperketat pengawasan pemasukan unggas dan produknya dari negara-negara yang berpotensi terinfeksi AI, meningkatkan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) risiko pemasukan virus AI.

Surat Edaran Ditjen PKH terkait peningkatan kewaspadaan AI.

Untuk balai besar penelitian veteriner juga diimbau melakukan penelitian AI subtipe H5Nx, melakukan koordinasi dengan pejabat otoritas veteriner dan balai besar veteriner/balai veteriner terkait dugaan infeksi dan pengujian AI subtipe H5Nx. Juga imbauan kepada para asosiasi bidang peternakan dan kesehatan hewan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya virus AI dan berkoodinasi dengan otoritas kesehatan hewan setempat. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer