Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam Petelur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TELUR INFERTIL, BISA HEMAT BIAYA JADI TAMBAHAN PAKAN

Telur infertil ternyata bisa dimanfaatkan sebagai tambahan pakan. (Foto: Istimewa)

Banyak cara yang dilakukan peternak ayam, khususnya peternak skala kecil untuk menambahkan nutrisi pada pakan ayam peliharaanya. Ada yang menggunakan aneka rempah, dedaunan, dan lainnya sebagai pakan tambahan. Setiap peternak dipastikan akan berusaha agar pengeluaran biaya pakan lebih hemat.

Pola pemberian pakan tambahan dengan menggunakan bahan-bahan non-pabrikan, lazimnya dilakukan para peternak ayam buras, baik ayam kampung biasa, ayam KUB (Kampung Unggulan Balitnak), ayam Joper, dan varian lainnya. Sementara untuk peternak ayam ras broiler maupun ras petelur, umumnya mereka menggunakan pakan pabrikan.

Jika ada peternak ayam yang memberikan pakan tambahan berupa limbah tahu (ampas tahu), itu sudah banyak yang melakukan. Tapi bagaimana jika pakan tambahan yang diberikan berupa telur ayam yang dihasilkan dari kandang ayam yang sama? Amankah?

“Aman. Dari pengalaman saya selama ini tidak ada masalah. Saya sering memberikan pakan tambahan untuk ayam Joper dan KUB saya pakai telur-telur yang gagal menetas atau infertil,” tutur Zulkarnaen Nasution, peternak ayam kampung mandiri di Kota Asahan, Sumatra Utara, kepada Infovet.

Kendati demikian, dengan diberi pakan telur dari kandang yang sama, apakah tidak memunculkan sifat kanibal pada ayam? Karena ayam memakan bagian yang dikeluarkan dari dirinya sendiri. Menurut zulkarnaen hal itu tidak terjadi. “Saya sudah praktikkan bertahun-tahun dan aman-aman saja,” sebutnya.

Zulkarnaen adalah peternak ayam kampung jenis KUB dan Joper. Usaha peternakannya dimulai sejak empat tahun lalu. Masih tergolong baru, namun omzet dan keuntungan yang dinikmati tergolong besar. Masih sedikitnya peternak yang ada di daerahnya, menjadikan aparatur sipil negara (ASN) ini leluasa mengembangkan usahanya karena minim persaingan.

Usaha ternak yang dijalani Zulkarnaen tergolong mandiri. Ia tak hanya memiliki kandang pembesaran, tetapi juga usaha penetasan. Bahkan, belakangan ia merambah ke penjualan telur yang siap tetas (fertil). Pelanggannya tak hanya berasal dari Kota Asahan, tapi juga dari luar kota.

Di lahan pekarangan yang cukup luas di belakang rumahnya, Zulkarnaen memiliki lebih dari 10 kandang indukan. Satu kotak kandang berisi lima indukan betina dan satu pejantan. “Alhamdulillah, selain panen ayam kampung pedaging, bisa panen telur tetas juga,” ujarnya.

Dengan jumlah indukan 100 ekor, dalam sehari produksi telur fertil antara 50-60 butir. Sebagai peternak yang tak mau merugikan pelanggan atau mitranya, Zulkarnaen memberikan garansi 85% telur menetas. Artinya, jika telur yang diserahkan kepada mitra hanya menetas 75%, maka selisihnya yang 10% akan diganti.

“Jadi, misalnya orang beli 100 butir, maka yang digaransi adalah 85 butir benar-benar dibuahi oleh pejantan. Tentu saja dengan catatan mesin tetasnya bagus dan tidak bermasalah,” ucap dia.

Pakan Tambahan
Sebagian telur tetasnya di masukkan ke dalam mesin tetas dan sebagian lagi dikemas untuk dikirim para pemesannya. Untuk mengirim telur, Zulkarnan ekstra hati-hati dalam pengemasannya. Mengemas telur sangat berbeda dengan mengemas produk lain.

“Harus sangat hati-hati, karena telur mudah pecah. Makanya setiap 100 butir telur yang dikirim, saya kasih lebihan dua butir untuk jaga-jaga jika ada yang pecah selama pengiriman,” ungkapnya.

Sementara untuk yang akan ditetaskan, telur-telur yang sudah dibersihkan masuk ke dalam mesin tetas. Seperti biasa, di hari keempat Zulkarnaen melakukan pengecekan kualitas telur, memastikan semua telur tersebut layak tetas (fertil) atau tidak (infertil).

Dengan menggunakan lampu pijar, telur yang tampak kemerahan dan ada semacam serat berwarna merah (menyerupai bentuk akar tanaman) di dalam telur dimasukkan kembali ke dalam mesin tetas. Telur-telur tersebut dipastikan sebagai telur fertil atau telur yang dibuahi oleh sperma ayam pejantan. Telur ini dipastikan bisa ditetaskan dengan baik.

Sedangkan telur yang tampak terang dan tak terlihat ada serat warna merah, dikeluarkan dari mesin tetas. Beberapa telur yang infertil segera dipisahkan di keranjang. Telur infertil merupakan telur yang tidak dibuahi oleh sperma pejantan dan tidak dapat ditetaskan.

Telur-telur yang gagal tetas akan dipisahkan. Telur infertil yang sudah empat hari masuk ke mesin tetas, belum mengalami perubahan komposisi kuning dan putih telurnya. Artinya telur masih aman untuk dikonsumsi. Sebab itu, banyak para peternak yang tak membuang telur yang baru empat hari berada di dalam mesin tetas.

Zulkarnaen memanfaatkan telur infertil yang sudah empat hari di mesin tetas sebagai sumber protein ayam indukan pejantan. “Ini bisa jadi sumber protein yang bagus untuk ayam pejantan,” katanya.

Selain telur infertil yang masih bagus, Zulkarnaen juga mencampur dengan telur yang sudah bercampur bagian kuning dan putihnya. Cara ini tentu saja akan mengurangi biaya pakan untuk ayam-ayam di kandangnya.

“Saya kan peternak, kalau jumlah telurnya yang infertil terlalu banyak enggak mungkin dimakan semua. Makanya sebagian saya jadikan puding dan dikasih ke ayam pejantan. Ayamnya lebih sehat,” ungkapnya.

Peternak ini mengaku tak tahu persis berapa nilai penghematannya setelah memanfaatkan telur-telur infertil sebagai pakan tambahan indukan pejantan miliknya. Yang pasti, asupan nutrisi untuk pejantan indukan terpenuhi dan ayam-ayamnya tergolong sehat.

“Sampai saat ini saya tidak pernah hitung berapa persentase penghematannya. Yang penting begitu ada telur yang gagal tetas, saya olah jadi puding untuk pakan tambahan ayam indukan,” ujarnya.

Pahami Arti Infertil
Bagi para peternak pemula, sebutan telur fertil dan infertil masih terdengar asing. Pemahaman jenis telur fertil dan infertil ini penting dimiliki oleh para peternak, khususnya peternak pemula, agar terhindar kerugian yang terlalu besar.

Untuk para peternak pemula yang memilih membeli telur fertil, sebaiknya perlu memahami lebih dulu istilah telur fertil dan infertil. Kalau telur fertil mudah dipahami, yakni telur yang dibuahi oleh ayam pejantan dan kemungkinan besar bisa menetas.

Lalu, apa itu telur infertil? Bagi peternak pemula, bisa mengecek laman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Di laman ini dijelaskan secara rinci tentang telur infertil. Secara definisi, telur infertil bisa dikatakan telur yang tidak mengalami pembuahan (fertilisasi) oleh sel sperma dari ayam jantan.

Infertilitas bisa juga disebut sebagai kemandulan, yaitu istilah dapat juga diartikan sebagai kegagalan, tidak berhasil, atau tidak dapat membentuk. Ada dua jenis telur infertil yang dibedakan berdasarkan asal sumber telurnya.

Jenis telur infertil yang pertama yaitu telur infertil bersumber dari ayam ras petelur atau layer komersial hasil budi daya atau telah lazim disebut telur konsumsi. Bukan telur hasil pembibitan, dalam pemeliharaannya tidak dicampur dengan pejantan. Telur ini merupakan telur infertil yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, serta tidak dicirikan oleh warna cangkang tertentu. Warna cangkang atau kerabang telur dari semua strain ayam layer yang dibudidayakan di Indonesia umumnya cokelat. Warna kerabang sendiri dipengaruhi deposit pigmen induk selama proses pembentukan telur dan ditentukan oleh genetik ayam.

Sedangkan telur infertil jenis kedua yaitu telur infertil hasil dari breeding farm ayam ras. Telur infertil ini adalah telur tetas atau hatching egg (HE) yang tidak dibuahi oleh sel sperma dari ayam jantan. Pembuahan telur HE melalui inseminasi buatan (IB) atau pencampuran dengan pejantan dalam pemeliharaannya. Telur infertil ini merupakan ayam ras yang telah melewati masa inkubasi 18 hari (dalam mesin setter/inkubator).

Dengan menguasai informasi ilmiah ini, para peternak pemula bisa lebih cermat dan hemat dalam pemberian pakan kepada ternak ayamnya. Meski angka penghematannya tak terlalu besar, setidaknya tidak ada kata mubazir dengan memanfaatkan telur infertil untuk pakan tambahan ternak. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

AYAM AUSTRALORP: KARAKTERISTIK DAN KEUNGGULANNYA

Ayam Australorp

Pada awal tahun 1900-an, William Cook mengimpor ayam Orpington dari Inggris ke Australia. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ayam petelur sekaligus pedaging yang cocok dengan iklim Australia.

Ayam Orpington tersebut kemudian disilangkan dengan Rhode Island Red, Minorca, White Leghorn, Langshan, dan mungkin Plymouth Rock. Hasilnya adalah ayan Australian Orpington atau ayam Australorp.

Ayam Australorp adalah ayam bertubuh besar dan berat dengan bulu yang lembut dan rapat. Ayam ini juga mempunyai jenis bantam.

Keunggulan ayam Australorp pertumbuhannya cukup cepat. Bobot ayam Australorp yang jantan antara 3,8-4,5 kg, dan betina antara 2,9-3,6 kg. Sedangkan yang bantam beratnya 0,9-1,2 kg untuk jantan dan 0,7-0,9 kg untuk betina.

Australorp umumnya berbulu hitam namun ada juga yang berbulu putih dan biru. Bulunya lembut dan indah. Ketika terkena sinar matahari tampak sedikit warna-warna cerah seperti ungu dan hijau.

Cara berjalannya anggun mirip cara berjalan ayam Orpington. Temperamennya lembut dan jinak.

Bisa dipelihara dalam kandang tapi lebih suka dibiarkan berkeliaran bebas. Yang baik bagi ayam Australorp karena agak rentan obesitas jika terus dikandang.

Rata-rata menghasilkan 250-300 butir telur per tahun. Jika dipelihara secara komersial bisa bertelur lebih banyak lagi.

Harapan hidupnya rata-rata antara 6-10 tahun. Merupakan ayam yang kuat dan cukup tahan terhadap penyakit. Australorp tidak dianggap memiliki penyakit tertentu yang spesifik untuk rasnya.

Mampu beradaptasi dengan baik pada iklim panas maupun dingin. Namun perlu diberikan akses ke tempat berteduh, karena lebih rentan terhadap sengatan panas dibandingkan jenis ayam lainnya.


BERINVESTASI PADA BIOSEKURITI

Ilustrasi biosekuriti. (Sumber: ahdb.org.uk)

Pentingnya aspek biosekuriti juga membuat orang terkadang salah kaprah, oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mendalam. Selain itu, kini penerapan biosekuriti dapat berbuah manis bagi siapapun yang mengaplikasikannya.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak, namun begitu karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010) yakni kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, serta kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk diimplementasikan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, sewaktu FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan sedang giat menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer di sana. Bersama akademisi dari UNILA, dinas peternakan setempat, dan perusahaan swasta yang berkecimpung di dunia peternakan, FAO memberikan penyuluhan dan mengajak peternak untuk “hijrah” agar sistem beternak mereka lebih baik dan mengutamakan biosekuriti.

Salah satu peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, Kusno Waluyo, bercerita mengenai keputusannya mengubah  sistem beternak konvensional menjadi rasional. Bisa menjadi salah satu rujukan jika ingin mengetahui efektivitas penerapan biosekuriti.

Peternak berusia 48 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya memang cukup memuaskan, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya dengar kalau ini bagus, makanya saya coba ikut. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Ia mengatakan bahwa salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah disaat ayam menginjak usia sekitar 29 minggu produksi telurnya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi. “Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati, enggak seperti sebelumnya,” ungkap dia.

Selain itu, Kusno sudah sejak lama tidak menggunakan antibiotik tertentu dalam upaya pencegahan penyakit. Ia bahkan bekerja sama dengan peneliti dari UGM terkait penggunaan sediaan herbal (jamu) untuk meningkatkan performa dan mencegah penyakit.

“Kami sudah bekerja sama sejak lama, awalnya coba-coba, tetapi kini saya mulai berkonsultasi dan bekerja sama dengan UGM. Hasilnya lebih dari yang saya harapkan, performa naik, penggunaan antibiotik berkurang, dan kami berhasil membuka pasar untuk produk telur herbal kami,” tukasnya.

Disinfeksi sebelum masuk dan keluar kandang. (Foto: Istimewa)

Diwajibkan Pemerintah
Pentingnya aspek biosekuriti di unit usaha peternakan telah lama digaungkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian. Unit usaha yang bergerak di bidang peternakan dan menghasilkan produk pangan asal hewan wajib memiliki sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner). Sertifikat NKV ini adalah bukti sah bahwa telah diterapkannya praktik higiene dan sanitasi yang baik di unit usaha tersebut, dimana penerapan higiene dan sanitasi merupakan bagian dari biosekuriti.

Sejak 2005 melalui Permentan No. 381/2005 pemerintah telah mengatur hal tersebut (Sertifikasi NKV). Belakangan pemerintah melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Ditjen PKH, kembali menunjukkan sikap bernasnya dalam sertifikasi NKV. Peraturan baru terkait NKV tertuang dalam Permentan No. 11/2020 yang gencar disosialisasikan.

Direktur Kesmavet, Drh Syamsul Maarif, mengatakan bahwa di Indonesia program jaminan mutu dan keamanan pangan sudah diatur oleh banyak peraturan perundangan. “Permentan ini dibuat khususnya dalam mencegah dari risiko penyakit zoonotik yang dapat ditularkan melalui produk-produk asal hewan seperti susu, telur, dan produk olahan asal hewan lainnya,” tutur Syamsul.

Ia mengatakan bahwa sudah menjadi tugas pemerintah untuk memastikan produk pangan asal hewan yang dikonsumsi masyarakat adalah produk yang ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal), serta terjamin mutunya.

Lalu apa hubungannya NKV, biosekuriti, dan peternakan? Seperti yang sudah disampaikan bahwa NKV adalah bukti suatu unit usaha telah menerapkan sanitasi dan higene pada unit usahanya, dimana kedua aspek tersebut merupakan bagian dari biosekuriti.

Drh Ira Firgorita dari Direktorat Kesmavet mengatakan bahwa beberapa unit usaha peternakan langsung menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi, misalnya peternakan layer, peternakan sapi, dan kambing perah. Hal ini tentunya membutuhkan jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi.

“Oleh karenanya dibutuhkan penerapan biosekuriti yang baik dan kita akan berikan NKV jika memang memenuhi. Kalau di ayam broiler produknya tidak langsung dikonsumsi, jadi yang kita wajibkan NKV itu di RPA-nya (rumah pemotongan ayam),” kata Ira.

Ira juga bilang bahwa nantinya unit usaha penghasil produk ternak seperti peternakan penghasil telur dan susu wajib memiliki NKV. Apabila kedapatan tidak memiliki NKV akan diberikan sanksi berupa denda hingga kurungan penjara.

“Ayo dilakukan penerapan biosekuritinya, terus kita audit dan bimbing supaya bisa dapat NKV, banyak keuntungan juga kalau punya NKV,” tutur Ira. Keuntungan yang dimaksud yakni ada pada nilai tambah produk. Dengan kata lain, produk-produk yang memiliki sertifikat NKV lebih memiliki daya saing di tingkat retail bahkan ekspor. Hal ini dikarenakan produk yang hendak diekspor wajib memiliki NKV, dimana persyaratan yang ada pada NKV mirip dengan persyaratan produk ekspor. Hal itu juga yang dikatakan oleh Syamsul Maarif.

“Kami menyamakan prasyarat tersebut tentunya dengan merujuk pada peraturan internasional, jadi kalau sudah terpenuhi semuanya yang ada di situ otomatis sudah sama dengan ketentuan yang ada dan berlaku di tingkat internasional. Jadi tidak main-main,” kata Syamsul.

Melalui sertifikasi NKV ini, ia berharap agar peternak semakin peduli dengan biosekuriti di kandangnya, utamanya peternak penghasil susu dan telur. Namun begitu, bukan berarti juga bahwa peternak selain penghasil telur dan susu boleh abai pada biosekuriti. Ia tetap mengimbau agar peternak concern dengan biosekuriti. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

HARGA JAGUNG NAIK, PETERNAK AYAM PETELUR TERCEKIK

Peternak Ayam Petelur Mengeluhkan Harga Jagung Yang Melambung

Peternak ayam petelur di Jawa Timur terus menjerit akibat harga pakan khususnya harga jagung yang melambung tinggi. Dampaknya, biaya produksi yang tinggi sedangkan harga jual telur murah membuat peternak defisit.

Salah satu peternak Jatim Arum Sabil menyebut bencana untuk peternak telur lokal sudah terjadi berbulan-bulan. Bencana terjadi karena jagung yang menjadi bahan baku utama pakan ayam harganya terus melambung tinggi.

"Sekarang seluruh peternak ayam petelur se-Indonesia sudah terkapar betul. Jagung sebagai pakan utama harganya melambung tinggi yang mengancam terjadinya kebangkrutan massal bahkan bencana bagi peternak telur lokal," kata Arum Sabil saat dikonfirmasi, Senin (22/1/2024).

Dampak dari bencana ini, lanjut Arum, seluruh peternak ayam petelur bisa-bisa mengalami kebangkrutan massal dan tidak ada produksi telur dalam negeri.

Peternak asal Jember tersebut ingin agar kondisi ini tidak dibiarkan oleh pemerintah. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian kepada peternak dengan mengambil kebijakan yang adil agar memberi keseimbangan harga jagung supaya tidak terjadi kegaduhan bisnis dan tetap menghasilkan produksi telur yang sehat dan aman dikonsumsi.

"Saya kira sudah jelas bahwa Presiden Jokowi itu memberikan perintah kepada seluruh pemangku kebijakan untuk melindungi peternak. Perintah presiden ini harus dijalankan dengan baik oleh para menteri dan pemangku kebijakan lainnya. Jika ditemukan penyelewengan yang dilakukan pihak-pihak tertentu, maka pemerintah wajib menindak tegas. Terapkan sistem reward and punishment. Kami peternak tidak egois karena semua harus seimbang," tambahnya.

Arum membeberkan saat ini terjadi kelangkaan jagung karena Indonesia baru saja mengalami kekeringan panjang atau El Nino. Hal ini membuat pemerintah melakukan impor jagung. Sayangnya, di bagian distribusi, jagung impor tidak disalurkan kepada pihak-pihak yang benar-benar membutuhkan.

"Jadi kalau jagung impor, prioritaskan ke peternak telur lokal dulu. Jangan sampai diprioritaskan kepada pabrikan atau perusahaan besar. Bagaimana pun peternak lokal itu menjadi roda perekonomian di desa," jelasnya.

Arum mengusulkan agar jagung impor diprioritaskan untuk peternak lokal. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya persaingan antara peternak lokal dan perusahan pabrik pakan.

"Ini harus diseimbangkan. Kalau perlu jangan sampai jagung lokal dikuasai oleh pihak tertentu. Negara harus hadir. Bulog harus terlibat dengan distribusi ke peternak agar harga seimbang," ucapnya.

Arum juga meminta pemerintah untuk membuat regulasi yang mengatur bahwa pabrik pakan tidak boleh mendirikan ternak ayam. Satu sisi mereka punya pabrik pakan dan satu sisi punya kandang ayam telur yang besar membuat peternak lokal tersisih.

"Akibatnya peternak kecil akan mati. Pertenak kecil dibunuh sedangkan perusahaan besar dihidupkan. Kalau perusahaan besar mereka bisa tutup, tapi peternak kecil mereka lah yang tetap konsisten dan memberikan keseimbangan," kata Arum.

"Kalau ingin melindungi konsumen telur, maka lindungilah peternaknya. Karena kalau sampai nanti para peternak kita mati, maka menjadi ancaman yang tidak baik terhadap sumber protein yang murah yang berasal dari peternakan rakyat," tambahnya.

Idealnya, kata Arum, harga telur saat ini berada di kisaran 35-45 ribu rupuah per Kg karena bahan baku pakan sangat mahal. Peternak tidak ingin harga mahal tapi harga yang seimbang dengan biaya produksi agar usahanya tetap berjalan dengan baik.

"Masyarakat harus diberi edukasi oleh pihak berwenang. Jangan mudah menganggap dan memberikan penilaian sepihak bahwa telur mahal. Masyarakat juga punya tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ini semua. Jangan sampai isu kemahalan harga pangan mematikan sumber pangan itu sendiri. Masyarakat harus diedukasi tentang sumber pangan yang sehat dikonsumsi," tegasnya.

Arum juga mengimbau ke masyarakat agar mewaspadai telur infertil atau telur gagal tetas yang beredar. Sebab, telur infertil memiliki dua bahaya yakni untuk kesehatan konsumen, dan kesehatan bisnis peternak.

Arum menyebutkan, tingginya tingkat peredaran telur infertil di pasaran membuat peternak menjerit. Telur infertil ini biasanya dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding telur biasa. Padahal, menurut Peraturan Kementerian Pertanian atau Permentan Nomor 32 tahun 2017, telur infertil dan telur tertunas dilarang diperjualbelikan sebagai telur konsumsi.

"Telur ayam infertil memiliki usia layak konsumsi yang sangat pendek, karena itulah telur ayam infertil tidak direkomendasikan untuk dijual. Satgas pangan dan aparat penegak hukum harus terus melaksanakan tugasnya memberantas beredarnya telur infertil," ungkapnya.

"Tak sedikit masyarakat yang minim literasi kesehatan pangan terpaksa membeli telur yang murah, padahal belum tentu sehat dan aman dikonsumsi. Itulah sebabnya kami harap pemerintah memberi policy untuk kebijakan jagung agar diprioritaskan kepada peternak lokal yang selama ini memang menghasilkan produk telur terbaik," tandas Arum Sabil. (INF)



RAGAM PENYAKIT YANG MENGHAMPIRI & BAGAIMANA PREDIKSINYA

Ayam mengalami gangguan akibat serangan penyakit. (Foto: Istimewa)

Banyak masalah yang merintangi budi daya perunggasan, mulai dari cost pakan hingga kesehatan hewan. Penyakit merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi oleh peternak unggas. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Yang Terjadi Bisa Diprediksi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam menerka dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka rutin menyajikan data dan memprediksi penyakit unggas dalam beberapa tahun terakhir di negara tempat mereka beroperasi, salah satunya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2023. Dimana Ceva secara rutin mengunggahnya di website mereka sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum dapat mengaksesnya. Data tersebut diunggah secara berkala setiap bulannya.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Ceva melalui program GPS, sampai Desember 2023 setidaknya ada lima penyakit yang dominan menjangkiti peternakan ayam broiler maupun petelur. Kelima penyakit tersebut yakni IBD (gumboro) 12%, chronic respiratory disease (CRD) 11%, dan newcastle disease (ND) 11%.

Pada ternak broiler, serangan ND masih mendominasi sebanyak 14% kasus, IBD 12%, dan CRD 12%. Sedangkan pada ayam petelur kejadian kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MELAWAN TRADISI “NGASREP” DENGAN TELUR

Telur ayam merupakan sumber gizi yang sangat baik dan dibutuhkan bagi kaum ibu yang baru melahirkan atau sedang masa menyusui. (Foto: Istimewa)

Ngasrep atau hanya makan nasi putih masih menjadi tradisi sebagian orang di desa-desa. Meski edukasi tentang nutrisi digencarkan, namun tak mudah menghilangkan lelakon yang sudah jadi tradisi.

Dina Nuraini merasa khawatir dengan kondisi bayinya yang baru berumur tiga bulan. Maklum sejak lahir, berat badan anaknya hanya bertambah 1 ons. Air susu ibu (ASI) yang diberikan tak terlalu banyak. Meski secara fisik terlihat sehat dan ia termasuk ibu muda, namun produksi ASI-nya tergolong kurang.

Usut punya usut, ternyata warga Kampung Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini sedang menjalani tradisi ngasrep. Tradisi yang hanya mengonsumsi nasi putih tanpa lauk sama sekali. Kalaupun ditambah lauk, porsinya sangat sedikit.

Kepada Infovet Dina menceritakan sudah tiga bulan lebih dirinya hanya makan nasi putih dan jarang sekali mengonsumsi lauk, baik ikan, daging, ataupun sayur-sayuran. Lelakon ngasrep ini ternyata bukan kemauan Dina sendiri. “Ini yang suruh ibu saya, masih ngikutin kebiasaan orang zaman dulu di kampung sini. Katanya sudah tradisi orang-orang di sini sejak dulu,” tuturnya.

Lantaran tak tahan tiap hari ngasrep, Dina mensiasati agar tetap bisa menikmati menu lainnya. Perempuan berusia 29 tahun ini mengaku sering “kucing-kucingan” dengan ibunya soal urusan makanan. Contohnya saat sang ibu tak ada di rumah, Dina kerap mengambil lauk dan memakannya.

Sebab ia mengaku sering lemas dan produksi ASI-nya tak sebanyak ibu-ibu lain yang juga baru melahirkan. Agar bayinya tak menangis karena haus, Dina memberikan susu formula sebagai tambahan. Ini pun juga atas saran dari sang ibu.

Penasaran dengan tradisi ngasrep, Infovet mencoba mengorek informasi dari warga lainnya di kampung tempat tinggal Dina. Ada seorang tukang pijat bayi, Sumiyati (70), yang menceritakan bahwa ngasrep sudah menjadi tradisi di lingkungannya untuk perempuan yang baru melahirkan. “Tapi enggak semua orang mau jalani tradisi ini. Ada juga yang makan bebas, enggak ada pantangan,” ujarnya.

Menurut perempuan yang sudah menekuni profesi tukang pijat bayi selama 10 tahun lebih ini, ngasrep tidak selalu hanya makan nasi putih saja. Tetapi bisa juga diganti dengan singkong atau ubi. Yang pasti tidak memakan lauk. “Orang zaman dulu nyebutnya mutih, makan makanan yang warna putih,” ungkapnya.

Sumiyati mengaku tidak tahu persis sejak kapan tradisi ngasrep berlaku di kampungnya. Ia hanya menyebut sudah turun-temurun. Meski demikian, seiring perkembangan zaman, tradisi ngasrep perlahan makin sedikit yang menjalaninya. Hanya orang-orang yang masih percaya saja yang melakoninya. “Sekarang zamannya beda, orang sekarang pada pinter soal urusan makanan. Tapi masih tetap ada yang jalani tradisi ini,” ucapnya.

Jika ditelisik asal mula tradisi ngasrep yang juga masih terjadi di beberapa daerah, ternyata ini ada kaitannya dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia. Banyak literatur yang menuliskan riwayat tradisi ngasrep.

Seperti diketahui, penjajah Belanda dikenal licik dalam mengelabuhi rakyat Indonesia. Konon, tradisi ngasrep merupakan taktik penjajah yang diterapkan kepada rakyat Indonesia. Setiap wanita yang baru melahirkan hanya disuruh makan nasi, singkong, atau ubi saja. Tidak diperbolehkan mengonsumsi sayuran atau makanan lainnya yang bergizi.

Tujuannya jelas, dengan ngasrep maka asupan gizi anak-anak pada masa itu sangat sedikit. Pertumbuhan anak hingga dewasa menjadi kurang dan tubuh menjadi lemah. Dengan begitu, generasi muda Indonesia pada masa itu mudah dikalahkan pasukan penjajah Belanda.

Sayangnya, taktik tersebut malah menjadi tradisi oleh sebagian masyarakat hingga sekarang. Mungkin saja ini ada kaitannya dengan orang-orang Indonesia zaman dulu yang sedang lelakon untuk ilmu yang berkaitan dengan supranatural. Untuk mencapai puncak kekuatan fisiknya (bisa dibilang sakti) salah satu syaratnya adalah puasa dan berbuka hanya dengan ngasrep. Puasa ngasrep, begitu orang zaman dulu menyebutnya.

Mitos Ngasrep
Yang pasti tradisi ngasrep ini sungguh miris. Di era yang sudah maju dan informasi seputar gizi mudah didapat, mengonsumsi makanan minim gizi masih berlaku bagi sebagian masyarakat. Semestinya masyarakat yang masih bersikeras menjalankan tradisi ini mulai sadar bahwa kebutuhan gizi tidak bisa dianggap sepele.

Apalagi bagi kaum ibu yang baru saja melahirkan, ini akan berbahaya bagi pertumbuhan sang anak yang membutuhkan asupan gizi cukup. Tradisi ngasrep ini tak cuma mengganggu pertumbuhan, namun bisa menimbulkan efek kesehatan bagi anak dan ibunya.

Anak bisa mengalami masalah stunting atau kekerdilan pertumbuhan. Daya tahan atau imun juga akan rendah karena terbatasnya asupan gizi. Sementara ibunya juga akan sedikit produksi ASI-nya.

Ada mitos kuat yang masih berlaku di kampung ini, tentang seorang ibu menjalani tradisi ngasrep. Sumiyati juga sempat menyebutkan dengan ngasrep maka bayinya akan keliatan putih bersih kulitnya.

Selain itu, jika sang ibu mengonsumsi telur dikhawatirkan anak akan bisulan. Begitu juga kalau makan lauk lainnya, seperti daging ayam, daging sapi, ikan, atau lauk lainya, akan berdampak buruk bagi bayinya. Ini benar-benar pemahaman yang sungguh keliru.

Telur dan daging ayam merupakan sumber gizi yang sangat baik dan dibutuhkan bagi kaum ibu yang baru melahirkan atau sedang masa menyusui. Fakta membuktikan, konsumsi telur ayam bagi wanita yang baru melahirkan membuat produksi ASI melimpah.

Konsumsi telur ayam juga sangat diperlukan, khususnya untuk wanita yang baru saja melahirkan melalui bedah sesar. Fungsinya untuk mempercepat penyembuhan bekas luka jahit dan lainnya.

Harga telur ayam masih di bawah harga makanan lainnya yang kandungan gizinya sangat minim. (Foto: Dok. Infovet)

Mitos Bisul
Mitos tentang konsumsi telur bisa mengakibatkan bisul pada anak-anak juga terkadang diperparah oleh pendapat segelintir dokter anak yang “mengiyakan” mitos tersebut. Dokter anak yang masih menganut pemahaman keliru macam ini sudah selayaknya segera diluruskan.

Menurut dokter spesialis anak, dr Triza Arif Santosa, kekhawatiran munculnya bisul pada anak bukan semata-mata karena mengonsumi telur. Diakui, memang ada beberapa anak yang alergi terhadap telur. “Tapi bukan semata-mata karena konsumsi telur, lalu keluar bisul,” ujarnya dalam Diskusi secara online tentang “Pentingnya Nutrisi dan Pertumbuhan Anak”.

Ahli gizi ini menjelaskan, pemberian telur satu butir setiap hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan stunting. Penelitian dari Washington University, bayi-bayi dengan rentang usia tersebut yang diberikan satu butir telur setiap hari, kadar kolin dan DHA-nya lebih tinggi dibandingkan pada bayi-bayi yang tidak diberikan telur.

Konsumsi telur untuk ibu menyusui juga berkhasiat untuk menjaga daya tahan tubuh. Vitamin A, B12, dan selenium di dalam telur penting untuk sistem pertahanan tubuh. Nutrisi ini penting agar ibu menyusui tidak mudah sakit meski harus sering begadang mengurus bayi.

Di zaman yang sudah maju sekarang ini sudah seharusnya para orang tua tak lagi memercayai mitos-mitos yang tak jelas sumbernya. Sekali lagi, telur merupakan sumber nutrisi penting yang dibutuhkan oleh anak balita dengan harga terjangkau.

Jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga makanan lainnya yang kandungan gizinya sangat minim. Edukasi tentang pentingnya mengonsumsi telur dan daging ayam kepada masyarakat tampaknya masih harus terus digalakkan. Maraknya bergam jenis kuliner berbahan daging ayam dan telur mestinya menjadi media edukasi yang efektif. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

SEMINAR AYAM PETELUR BERGENGSI KEMBALI DIGELAR

Para Pembicara di Layer QFeed Quality Conference

Untuk kesekian kalinya Buletin Asian Agribiz kembali menyelenggarakan seminar tahunan terkait manajemen pemeliharaan ayam petelur yakni Layer Feed Quality Conference. Pada edisi 2023 kali ini, acara tersebut diselenggarakan di Hilton Garden Inn, Jakarta Barat pada 27-28 November 2023 yang lalu. Kali ini tema yang dibahas mengenai pullet management, heat stress, dan berbagai tren kekinian dalam pakan ayam petelur. 

David Faulkner selaku Chairman Asian Agribiz menyatakan dalam sambutannya bahwa acara tahunan ini digelar untuk mengikuti isu - isu kekinian di bidang ayam petelur. Ia juga bilang bahwa dalam seminar tersebut diharapkan peserta dapat mengetahui isu - isu kekinian di bidang manajemen pemeliharaan ayam petelur dan menjadi ajang berdiskusi terutama di bidang teknis antar peserta dan pembicara. 

Pada hari pertama acara tersebut ada tiga sesi yang dibahas yakni pemahaman mengenai nutrisi yang tepat pada fase pullet dan produksi, formulasi yang tepat untuk menunjang produksi telur, dan titik kritis serta manajeen yang tepat agar produksi tetap optimal. 

Para pembicara yang dihadirkan juga merupakan expert di bidangnya misalnya saja Erwan Julianto, Technical Service Manager Hendrix Genetics Indonesia dan Filipina, Doug Korver seorang konsutlan dari Alpine Poultry Nutrition sekaligus Profesor Emeritius dari University of Alberta, dan Xabier Arbe, dan lain sebagainya. 

Para peserta yang hadir dalam seminar tersebut kebanyakan berasal dari kalangan formulator dan nutrisionis dari produsen pakan terkemuka di Indoensia, banyak juga peternak mandiri yang ikut hadir dalam acara tersebut untuk memperoleh informasi, bertanya, dan bahkan berkonsultasi tentang dinamika yang dihadapinya di farm agar lebih efektif dan efisien. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer