Produksi telur yang optimal merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam industri peternakan unggas, namun berbagai faktor dapat memengaruhi kemampuan produksi telur. Faktor-faktor tersebut sangatlah kompleks, mulai dari nutrisi, manajemen, hingga kesehatan hewan, semuanya berperan penting dalam menentukan tingkat produksi telur.
MUSIM BERGANTI, NUTRISI HARUS TETAP PRESISI
Efisiensi saat ini hampir menjadi bahasan di sebagian kalangan masyarakat, termasuk di budi daya perunggasan. Efisiensi menjadi sesuatu yang harus dicapai untuk memastikan profitabilitas usaha unggas yang dijalankan tercapai secara optimal.
Dalam budi daya unggas, efisiensi mengandung arti sebagai upaya untuk mencapai tingkat produktivitas tertinggi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal, baik dari sisi input seperti pakan, tenaga kerja, dan lain-lain, maupun dari output seperti produksi daging ayam dan telur.
Saat ini aspek pakan menjadi titik fokus untuk dilakukan efisiensi, mengingat pakan merupakan komponen biaya tertinggi dalam budi daya unggas dan nutrisi pakan memegang peranan penting dalam produktivitas ternak. Oleh karena itu, sangat penting untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan nutrisi ternak dan nutrisi yang disediakan dalam pakan untuk dapat memaksimalkan keuntungan.
Pemberian pakan dengan nutrisi yang presisi merupakan praktik penyesuaian dan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak berlebihan, dan tidak kekurangan. Untuk mengurangi kesenjangan antara kandungan nutrisi dalam pakan dengan nutrisi yang dibutuhkan ternak, maka perlu dilakukan formulasi pakan yang tepat dan sesuai.
Jika nutrisi yang diberikan berlebihan, nantinya akan terbuang dan tentu dapat membebani biaya pakan karena nutrisi yang dibuang tidak menjadi output produksi yang memiliki nilai jual. Selain itu, nutrisi yang berlebih juga dapat membebani metabolisme tubuh ternak, seperti ketika kandungan protein di pakan yang berlebih akan memicu proses deaminasi yang memerlukan energi dan memicu stres metabolisme, khususnya di wilayah panas karena dapat meningkatkan beban panas tubuh.
Nutrisi yang presisi merupakan dasar kesehatan, produktivitas, dan profitabilitas. Menurut Moss et al. (2021), dalam mengimplementasikan konsep nutrisi yang presisi, diperlukan pemenuhan tiga persyaratan utama yang meliputi karakteristik bahan baku pakan yang digunakan, ketepatan dalam menentukan kebutuhan nutrisi harian ternak dan manajemen yang ketat, serta cermat dalam pemenuhan dua persyaratan tersebut. Genetik, jenis kelamin, usia, dan kondisi lingkungan harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan persyaratan-persyaratan di atas.
Lingkungan terutama cuaca atau musim dapat memengaruhi kedua persyaratan dalam implementasi nutrisi yang presisi. Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa dengan iklim tropis yang mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Suhu harian di Indonesia dapat melebihi 35° C dengan fluktuasi antara 29-36° C dengan kelembapan 70-80% (Hery, 2010).
Pergantian musim ini menjadi tantangan dalam mempertahankan nutrisi agar tetap presisi. Musim yang berbeda dapat menghasilkan karakteristik bahan baku pakan yang berbeda, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pemantauan kualitas bahan baku pakan pada musim yang berbeda sangat penting dilakukan untuk memastikan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2025.
Ditulis oleh:
Wardiman SPt
Feed Formulator PT Mensana Aneka Satwa
SPLIT FEEDING: ASUPAN NUTRISI LEBIH PRESISI
Ditulis oleh:
Tony Unandar
Anggota Dewan Pakar ASOHI - Jakarta
Dalam dua dekade terakhir, perbaikan genetika ayam petelur modern (modern layer) memang sangat mencengangkan. Bayangkan, sampai umur 100 minggu mampu menghasilkan sekitar 500 butir telur/ekor ayam. Performa produksi yang luar biasa ini, selain sangat tergantung pada kualitas pullet yang masa pertumbuhannya semakin singkat, juga menuntut kondisi lingkungan kandang, program feeding, dan tataran fisiologi ayam yang tetap prima sepanjang masa produksi telur.
Walaupun pengamatan detail lapangan penulis belum tuntas, namun penulis mencoba memperkenalkan konsep split feeding agar pemeliharaan ayam petelur modern dengan asupan nutrisi yang lebih presisi serta semakin efisien di tengah tekanan harga pakan yang terus bergejolak.
Realita Lapangan
Observasi kritis penulis terhadap performa ayam petelur modern pasca pandemi COVID-19 menimbulkan beberapa tanda tanya. Walaupun performa akhir berdasarkan potensi genetik menurut supplier strain ayam petelur modern bisa tercapai dalam kondisi di Indonesia pada beberapa peternakan ayam petelur, namun beberapa fenomena lapangan tampaknya masih perlu dicari solusinya.
Observasi kritis penulis terhadap performa ayam petelur modern pasca pandemi COVID-19 menimbulkan beberapa tanda tanya. Walaupun performa akhir berdasarkan potensi genetik menurut supplier strain ayam petelur modern bisa tercapai dalam kondisi di Indonesia pada beberapa peternakan ayam petelur, namun beberapa fenomena lapangan tampaknya masih perlu dicari solusinya.
Beberapa fenomena konsisten yang sudah dicermati terjadi di lapangan berupa:
• Saat mulai bertelur (first egg) cenderung mundur 1-2 minggu, atau bahkan lebih dari itu. Padahal, sejatinya ayam petelur modern meletakkan telur pertama berkisar umur 15-16 minggu. Demikian juga persentase HD secara mingguan (weekly % HD) > 90% yang seharusnya sudah tercapai pada umur 24-25 minggu, kebanyakan mundur 1-2 minggu.
• Pada paruh pertama masa produksi telur, ayam layer modern cenderung mengalami overweight (kelebihan bobot badan), umumnya berkisar 10-20%. Pada peternakan tertentu bahkan bisa lebih dari 20% dibandingkan dengan bobot badan standar. Dalam kondisi seperti ini tentu terjadi pemborosan pakan dan tereduksinya daya topang kinerja sistem kandang tertutup. Ujung-ujungnya adalah ayam dengan mudah mengalami oxidative stress dan terjungkalnya performa akhir produksi telur.
• Adanya gangguan kualitas kerabang yang signifikan, baik menjelang puncak produksi telur (di beberapa peternakan) dan/atau pasca puncak produksi telur, khususnya ketika ayam berumur di atas 35 minggu (pada peternakan ayam petelur modern umumnya).
• Walaupun sudah dipelihara dalam kandang sistem tertutup, pada beberapa peternakan berat telur rata-rata tidak dapat mencapai berat standar sesuai potensi genetik.
• Adanya kerontokan bulu lebih dini, bahkan pada beberapa peternakan ayam petelur hal itu secara masif sudah mulai terlihat ketika ayam masih berumur 30-an minggu.
• Adanya total deplesi ayam yang relatif tinggi yang umumnya terkait dengan kasus prolaps yang diikuti dengan kanibalisme pada area kloaka.
• Penurunan produksi telur (% HD) yang relatif lebih cepat dibanding standar strain dan/atau adanya drop produksi telur yang tiba-tiba tanpa sebab, terutama ketika ayam sudah berumur di atas 45 minggu.
Tampaknya, beberapa fenomena tersebut di atas ada kaitannya dengan... (toe) Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2025.
MENJAGA KESEIMBANGAN SALURAN CERNA
![]() |
Berbagai faktor terkait pakan dan agen penyakit dapat berdampak negatif pada keseimbangan mikroflora usus serta memengaruhi kesehatan dan produksi unggas. (Foto: Cobb) |
Saluran pencernaan ayam memiliki saluran permukaan yang paling terbuka dan terus-menerus terpapar berbagai macam zat yang berpotensi membahayakan kesehatan saluran cerna. Saluran pencernaan bertindak sebagai penghalang selektif antara jaringan unggas dan lingkungan luminalnya. Penghalang ini terdiri dari komponen fisik, kimia, imunologi, dan mikrobiologi.
Berbagai faktor yang terkait dengan pakan dan agen penyakit menular dapat berdampak negatif pada keseimbangan mikroflora usus serta memengaruhi status kesehatan dan produksi unggas. Adanya aturan yang melarang penggunaan antibiotic growth promotor (AGP) kemungkinan akan mengubah profil mikroba lingkungan saluran pencernaan pada unggas komersial.
Mikroflora di dalam saluran pencernaan merupakan campuran bakteri, jamur, dan protozoa, namun bakteri merupakan mikroorganisme yang dominan (Gabriel et al., 2006). Mikroflora saluran cerna secara umum dapat dibagi menjadi kelompok yang berpotensi patogen atau non-patogen (menguntungkan). Beberapa organisme non-patogen mempunyai efek menguntungkan seperti produksi vitamin, stimulasi sistem kekebalan tubuh melalui mekanisme non-patogenik, dan penghambatan pertumbuhan kelompok mikroba berbahaya (Jeurissen et al., 2002).
Sementara itu, mikroba yang patogen membuat kerugian antara lain terlibat persaingan dengan mikroba non-patogen untuk mendapatkan nutrisi, stimulasi pergantian sel epitel secara cepat, sekresi senyawa beracun, dan induksi respons inflamasi yang berlangsung di saluran pencernaan karena spesies bakteri yang berbeda mempunyai preferensi substrat dan kebutuhan pertumbuhan yang berbeda. Komposisi kimia dari pencernaan sebagian besar menentukan komposisi komunitas mikroba dalam saluran pencernaan (Apajalahti et al., 2004).
Bahan baku pakan ayam yang mengandung berbagai jenis bahan baku seperti jagung, sorgum, barley, oat, atau rye mempunyai berbagai dampak terhadap perkembangan bakteri. Bahan baku berbahan dasar jagung dan sorgum meningkatkan jumlah Enterococcus, sedangkan pakan berbahan dasar barley meningkatkan jumlah Lactobacillus, kemudian untuk pakan berbahan dasar oat meningkatkan pertumbuhan Escherichia dan Lactococcus, serta bahan pakan berbahan dasar gandum meningkatkan jumlah Streptococcus pada ayam. (Apajalahti, 2004).
Seperti disebutkan di atas bahwa profil mikroba usus dapat dipengaruhi bentuk pakan dan perubahan komposisi bahan baku yang dapat mengubah komunitas mikroba. Komposisi bahan baku dan mikroflora serta interaksinya dapat memengaruhi perkembangan usus, permukaan mukosa, dan jumlah lendir usus.
Bahan pakan yang dimakan ayam dapat mengandung unsur hara, non-unsur hara, serta organisme bermanfaat dan berpotensi membahayakan. Saluran pencernaan harus secara selektif membiarkan nutrisi melewati dinding usus ke dalam tubuh sekaligus mencegah komponen makanan yang merusak melewati penghalang usus (Korver, 2006).
Meskipun terdapat berbagai macam senyawa antinutrisi yang terdapat dalam berbagai bahan pakan termasuk sereal, kelompok utamanya adalah polisakarida non-pati (NSP). Semua sereal yang digunakan dalam pakan unggas mengandung berbagai tingkat NSP seperti β-glucan dan arabinoxylans (Iji, 1999). Sifat umum dari berbagai NSP adalah tidak bisa tercerna enzim endogen dan kecenderungannya untuk menciptakan lingkungan kental di dalam lumen usus, yang mengakibatkan ekskresi kotoran yang lengket (Choct dan Annison, 1992a,b).
Viskositas usus yang tinggi terbukti menyebabkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025.
Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departement Manager
PT Romindo Primavetcom
KECACINGAN PADA AYAM: INFEKSI, DIAGNOSIS, DAN PENANGANANNYA
![]() |
Gambar beserta ukuran nematoda dan cacing pita yang menginfeksi ayam. (Sumber: Lilian Mahrous, dkk Egypt) |
Sekitar 100 spesies cacing telah diakui pada ayam liar dan domestik di Amerika Serikat. Nematoda (cacing gelang) adalah yang paling signifikan dalam jumlah spesies dan dampak ekonominya. Banyak studi lapangan menunjukkan bahwa unggas yang dipelihara dalam kondisi liar/bebas mungkin sangat mudah terinfeksi parasit ini.
Oleh karena itu, langkah-langkah pengendalian seperti mencegah infeksi atau pengobatan dengan kemoterapi dapat mengembalikan dampak negatif sehingga terjadi penambahan berat badan dan peningkatan produksi telur yang awalnya terganggu. Dalam survei, ayam-ayam yang dipelihara secara liar di negara lain insiden infeksi >80% tidak jarang terjadi.
Adapun ukuran dan bentuk spesies nematoda sangat bervariasi. Nematoda merupakan kelompok parasit cacing unggas yang paling penting. Baik dalam jumlah spesies maupun jumlah kerusakan yang terjadi, mereka jauh melebihi trematoda dan cestoda.
Nematoda atau cacing gelang biasanya berbentuk gelendong dengan ujung anterior dan posterior dilemahkan, penutup tubuh atau kutikula, sering ditandai dengan alur melintang. Nematoda unggas memiliki jenis perkembangan langsung atau tidak langsung, sekitar setengahnya tidak memerlukan inang perantara invertebrata, sedangkan yang lain bergantung pada inang perantara seperti serangga dan siput untuk perkembangan tahap awal.
Nematoda biasanya melewati empat tahap perkembangan sebelum mencapai tahap kelima atau terakhir. Tahap berturut-turut didahului dengan pengelupasan kulit (molting). Pada beberapa nematoda, kulit atau kutikula yang longgar dipertahankan untuk waktu singkat sebagai penutup/pelindung, di sisi lain terkelupas sekaligus.
Infeksi cacing/kecacingan dari golongan nematoda seperti Ascaridia galli (cacing gelang), Heterakis gallinarum (cacing rambut), Capillaria sp. maupun dari golongan cestoda seperti Raillietina sp. (cacing pita) kadang banyak dilupakan para peternak ayam dalam hal control atau monitoring gangguan pada ayam.
Padahal terdapat lebih dari 100 spesies cacing gelang dikenal di negara lain seperti di Amerika yang pada umumnya menginfeksi ayam liar maupun ayam peliharaan, yang mana hal tersebut berdampak sangat nyata pada kerugian ekonomis seperti adanya pengurangan berat badan dan gangguan pada produksi telur. (MSD Veterinary Manual, Sept 2024).
Ada suatu kejadian yang perlu penulis bagikan kepada para peternak yang menjadi pengalaman berharga, dimana ada seorang peternak mengeluhkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025.
Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi peternakan
MUSUH DALAM SELIMUT: MENGAPA CACINGAN BISA MENJADI ANCAMAN SERIUS?
Problem infeksi cacing berdampak terhadap penurunan pertumbuhan dan produksi telur. (Foto: Unsplash) |
Problem cacing pada ayam bisa berdampak besar pada kesehatan dan produktivitas, terutama dalam sistem pemeliharaan cage free atau free range, dimana paparan terhadap telur dan larva cacing lebih tinggi.
Menurut S. Steenfeldt, S. Knorr and M. Hammershoj dari Aarhus University, Denmark, pada jurnal berjudul "Nutrition and Feeding Strategies in Extended Egg Production in Different Production System" mengatakan bahwa ayam petelur yang memiliki akses keluar ruangan dengan sistem pemeliharaan cage free atau free range memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi karena adanya tantangan penyakit di lapangan, peningkatan aktivitas fisik, dan variasi suhu. Studi ini menyoroti potensi untuk mengoptimalkan strategi pemberian pakan guna meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan hewan dalam produksi telur.
Beberapa jenis cacing yang sering menginfeksi ayam di antaranya Ascaridia galli atau cacing gilig yang menginfeksi melalui pakan atau lingkungan yang terkontaminasi telur cacing, kemudian Heterakis gallinarum atau cacing gilig di sekum dan Capillaria spp. atau cacing rambut yang menginfeksi melalui telur dan inang perantara seperti cacing tanah yang termakan oleh ayam, serta Raillitetina spp. atau cacing pita yang menginfeksi melalui inang perantara seperti semut dan serangga kecil.
Dampak Kesehatan dan Ekonomi
Problem infeksi cacing pada ayam kerap menyerang pada ayam petelur komersial dan ayam breeder. Problem infeksi cacing jarang dijumpai pada ayam broiler, hal ini dikarenakan siklus hidup broiler yang singkat antara 35-40 hari, sementara proses pendewasaan beberapa strain cacing seperti Ascaridia galli memerlukan waktu 28-30 hari hingga dapat menimbulkan efek pendarahan pada usus ayam.
Problem infeksi cacing berdampak terhadap... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025.
Ditulis oleh:
Drh Henri E. Prasetyo MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC
KOLABORASI PT GANEETA FORMULA NUSANTARA DAN BIOCHEM
Gangguan saluran pernapasan kerap menjadi tantangan utama dalam pemeliharaan ayam broiler maupun layer. Gangguan ini tidak hanya terkait patogen penyakit, tetapi juga bergantung pada faktor manajemen dan lingkungan yang berdampak pada kesejahteraan dan performa hewan.
Melalui latar belakang tersebut, PT Ganeeta Formula Nusantara selaku distributor dan Biochem selaku produsen, menggelar launching perdana produk BronchoVest di Hotel Santika BSD, Tangerang Selatan, Selasa (18/3), dan Hotel Santika Blitar, Jawa Timur, Kamis (20/3).
BronchoVest merupakan produk essential oil dengan formulasi water-based tanpa residu minyak dan bebas alkohol dengan kombinasi natural eucalyptus oil, natural mint oil, dan menthol crystals yang efektif mengatasi gangguan pada saluran pernapasan dan stres.
PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DI INDONESIA
Avian influenza (AI) disebabkan oleh virus ssRNA yang tergolong famili Orthomyxoviridae. Virus ini dikenal mudah mengalami mutasi karena tidak memiliki mekanisme proof reading (kemampuan untuk memperbaiki kesalahan cetak materi genetik saat perbanyakan di dalam sel tubuh unggas) sehingga kesalahan cetak dapat terjadi.
Kesalahan cetak dapat berupa substitusi, delesi, dan insersi asam amino dalam materi genetik. Secara kompleks proses ini sering dikenal dengan antigenic shifting atau antigenic drifting. Perubahan materi genetik dapat berbahaya jika terjadi pada protein yang berperan penting dalam proses infeksi (protein Hemagglutinin dan Neuraminidase).
Selain potensi virus yang mudah mengalami mutasi, kontrol lalu lintas yang kurang ketat antar daerah juga sering kali berperan dalam introduksi masuknya virus baru di Indonesia. Kedua hal inilah yang berpengaruh besar dalam variasi virus AI yang beredar di Indonesia.
Secara umum AI dibagi menjadi subtipe berdasarkan protein Hemagglutinin (H) dan Neuraminidase (N). Walaupun demikian karena begitu banyaknya variasi yang terjadi, kini pengklasifikasian diperkecil lagi menjadi clade dan subclade. Pada 2003, AI yang merebak di Indonesia termasuk dalam subtipe H5N1 clade 2.1. Virus ini menyebabkan mortalitas yang sangat tinggi pada ayam dan kerugian yang besar bagi peternak. Namun, virus ini belum terdeteksi lagi sejak 2019 hingga sekarang.
Pada 2012, terjadi kasus AI yang ditandai dengan infeksi pada bebek. Dimana bebek merupakan unggas yang dianggap lebih kuat daripada unggas komersil justru menjadi hospes pertama yang terinfeksi sebelum kemudian menyebar pada unggas komersil. Virus yang teridentifikasi pada tahun tersebut adalah AI subtipe H5N1 clade 2.3.2. Virus ini diduga masuk melalui introduksi dari luar Indonesia dan termasuk dalam patotipe high pathogenic avian influenza (HPAI). Sejak saat itu hingga kini, variasi dalam tingkat subclade terus terjadi.
Selanjutnya pada 2016, dunia peternakan Indonesia kembali dihebohkan dengan penyakit yang menyebabkan turunnya produksi telur dari 90% menjadi 30% hingga sering disebut sebagai penyakit 90-30. Kasus ini kemudian teridentifikasi disebabkan oleh virus AI subtipe H9N2 lineage Y280 yang merupakan virus AI low pathogenic (LPAI) dan tidak menyebabkan kematian tinggi pada ayam. Virus AI H9N2 ini menginfeksi ke dalam sel telur sehingga sel telur akan dihancurkan oleh sel kebal yang ada dalam tubuh ayam itu sendiri, hal inilah yang menyebabkan pembentukan telur terganggu yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produksi.
Tidak berhenti sampai di situ, pada 2022 ditemukan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2025. (SANBIO)
ARTIKEL POPULER MINGGU INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler. FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Cara menjadi mitra JAPFA untuk kemitraan ayam pedaging adalah dengan melalui PT Ciomas Adisatwa, yang merupakan anak perusahaan dari PT JAPF...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Artikel ini membahas secara singkat anatomi ayam (struktur tubuh ayam) meliputi bagian tubuh ayam dan fungsinya. Juga organ tubuh ayam dan f...
-
Ayam abang adalah ayam ras petelur yang sudah memasuki masa “pensiun” bertelur. (Foto: Dok. Infovet) Ayam abang menjadi salah satu bisnis “s...
-
Atap menyesuaikan jenis dan konstruksi kandang yang didirikan. (Foto: Dok. Andy) Kandang merupakan salah satu komponen penting dalam me...