-->

KOLABORASI PT GANEETA FORMULA NUSANTARA DAN BIOCHEM

Gangguan saluran pernapasan kerap menjadi tantangan utama dalam pemeliharaan ayam broiler maupun layer. Gangguan ini tidak hanya terkait patogen penyakit, tetapi juga bergantung pada faktor manajemen dan lingkungan yang berdampak pada kesejahteraan dan performa hewan.

Melalui latar belakang tersebut, PT Ganeeta Formula Nusantara selaku distributor dan Biochem selaku produsen, menggelar launching perdana produk BronchoVest di Hotel Santika BSD, Tangerang Selatan, Selasa (18/3), dan Hotel Santika Blitar, Jawa Timur, Kamis (20/3).

BronchoVest merupakan produk essential oil dengan formulasi water-based tanpa residu minyak dan bebas alkohol dengan kombinasi natural eucalyptus oil, natural mint oil, dan menthol crystals yang efektif mengatasi gangguan pada saluran pernapasan dan stres.



PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DI INDONESIA

Potensi virus mudah mengalami mutasi. (Foto: Damian Dovarganes-Associated Press)

Avian influenza (AI) disebabkan oleh virus ssRNA yang tergolong famili Orthomyxoviridae. Virus ini dikenal mudah mengalami mutasi karena tidak memiliki mekanisme proof reading (kemampuan untuk memperbaiki kesalahan cetak materi genetik saat perbanyakan di dalam sel tubuh unggas) sehingga kesalahan cetak dapat terjadi.

Kesalahan cetak dapat berupa substitusi, delesi, dan insersi asam amino dalam materi genetik. Secara kompleks proses ini sering dikenal dengan antigenic shifting atau antigenic drifting. Perubahan materi genetik dapat berbahaya jika terjadi pada protein yang berperan penting dalam proses infeksi (protein Hemagglutinin dan Neuraminidase).

Selain potensi virus yang mudah mengalami mutasi, kontrol lalu lintas yang kurang ketat antar daerah juga sering kali berperan dalam introduksi masuknya virus baru di Indonesia. Kedua hal inilah yang berpengaruh besar dalam variasi virus AI yang beredar di Indonesia.

Secara umum AI dibagi menjadi subtipe berdasarkan protein Hemagglutinin (H) dan Neuraminidase (N). Walaupun demikian karena begitu banyaknya variasi yang terjadi, kini pengklasifikasian diperkecil lagi menjadi clade dan subclade. Pada 2003, AI yang merebak di Indonesia termasuk dalam subtipe H5N1 clade 2.1. Virus ini menyebabkan mortalitas yang sangat tinggi pada ayam dan kerugian yang besar bagi peternak. Namun, virus ini belum terdeteksi lagi sejak 2019 hingga sekarang.

Pada 2012, terjadi kasus AI yang ditandai dengan infeksi pada bebek. Dimana bebek merupakan unggas yang dianggap lebih kuat daripada unggas komersil justru menjadi hospes pertama yang terinfeksi sebelum kemudian menyebar pada unggas komersil. Virus yang teridentifikasi pada tahun tersebut adalah AI subtipe H5N1 clade 2.3.2. Virus ini diduga masuk melalui introduksi dari luar Indonesia dan termasuk dalam patotipe high pathogenic avian influenza (HPAI). Sejak saat itu hingga kini, variasi dalam tingkat subclade terus terjadi.

Selanjutnya pada 2016, dunia peternakan Indonesia kembali dihebohkan dengan penyakit yang menyebabkan turunnya produksi telur dari 90% menjadi 30% hingga sering disebut sebagai penyakit 90-30. Kasus ini kemudian teridentifikasi disebabkan oleh virus AI subtipe H9N2 lineage Y280 yang merupakan virus AI low pathogenic (LPAI) dan tidak menyebabkan kematian tinggi pada ayam. Virus AI H9N2 ini menginfeksi ke dalam sel telur sehingga sel telur akan dihancurkan oleh sel kebal yang ada dalam tubuh ayam itu sendiri, hal inilah yang menyebabkan pembentukan telur terganggu yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produksi.

Tidak berhenti sampai di situ, pada 2022 ditemukan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2025. (SANBIO)

MENCERMATI LAGI PERKEMBANGAN AI

Virus AI telah berulang kali mengalami mutasi, menjadi tantangan bagi sektor peternakan. (Sumber: finddx)

Tahun kemarin kasus AmPV dan CRD banyak dilaporkan yang kemungkinan besar masih banyak dialami oleh para peternak sampai saat ini. Kendati demikian, peternak tetap perlu waspada dengan adanya berita outbreak Avian influenza (AI) di Selandia Baru pada Desember 2024, yang diindikasikan HPAI dengan varian H7N6.

Migrasi burung dari daerah setempat yang terjadi outbreak AI saat memasuki musim dingin dan bermigrasi ke tempat yang hangat menjadi salah satu pemicu daerah yang disinggahi akan terdampak penyakit AI. Dimana penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksius pada unggas yang bersifat zoonotik dan menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi.

Penyakit AI disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family Orthomyxoviridae tipe A, virus influenza A diklasifikasikan berdasarkan antigenitas dari glikoprotein hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) yang diekspresikan pada permukaan partikel virus. Virus AI mempunyai 18 subtipe HA dan 11 subtipe NA (Tong et al., 2012; Tong et al., 2013; Wu et al., 2014; Heider et al., 2015).

Berdasarkan patogenisitasnya, virus AI dibedakan menjadi highly pathogenic avian influenza (HPAI) menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan sering menimbulkan wabah dan low pathogenic avian influenza (LPAI) menyebabkan gejala ringan atau tidak memiliki gejala pada unggas yang terinfeksi.

Unggas dapat menunjukkan gejala klinis maupun tidak menunjukkan gejala (subklinis). Gejala-gejala seperti penurunan produksi telur, hemoragis pada permukaan serosa dan mukosa organ visceral, terutama hemoragis pada jaringan lemak koroner dan otot jantung (epikardium) dapat mengarahkan diagnosis disebabkan oleh virus AI (Swayne, 2008).

Gejala penyakit berupa penurunan produksi telur yang tidak menimbulkan kematian besar sering kali diabaikan peternak karena tidak menimbulkan kerugian ekonomis yang berarti. Meskipun demikian keberadaan peternakan tersebut dapat membahayakan bagi unggas di daerah sekitarnya karena dapat merupakan sumber penularan infeksi AI bagi ayam lainnya dan kemungkinan juga pada manusia terutama petugas kandang yang bekerja di peternakan tersebut.

Team Veterinary Representatif PT Romindo dalam tiga bulan terakhir telah menangani kasus AI sebanyak sembilan kasus. Kasus yang dilaporkan menunjukkan penurunan produksi telur tidak drastis, tetapi diikuti kematian yang terus-menerus dengan presentasi tidak besar dalam 1.000 ekor ayam terdapat kematian lima ekor. Melalui pemeriksaan di BBVet Maros dari 30 sampel yang diperiksa menunjukkan 96,6% hasil positif terhadap AI H5 clade 2.3.2.

Bagaimana mencermati kondisi di lapangan terhadap perkembangan AI sehingga peternak bisa terhindar oleh kerugian-kerugian yang diakibatkannya? Seperti diketahui bersama bahwa virus AI telah berulang kali mengalami mutasi. Hal ini tentu menjadi tantangan bersama bagi pihak yang intens berkecimpung di dunia peternakan, terutama dalam pengendalian penyakit, baik pada penerapan biosekuriti maupun program vaksinasi.

Menurut WOAH (2018), melakukan kegiatan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departement Manager
PT Romindo Primavetcom
0812-8644-9471

PENYEBAB TELUR AYAM KECIL

telur ayam kecil

Untuk penyebab pastinya perlu dikonsultasikan dengan dokter hewan. Kami disini hanya memberikan informasi beberapa hal yang bisa menyebabkan ukuran telur ayam menjadi kecil.

Penyebab pertama adalah ayam terserang penyakit seperti Newcastle Disease (ND) dan Egg Drop Syndrome (EDS). Keduanya menyebabkan ukuran telur mengecil.

Penyakit ND belum ada obatnya. Yang bisa dilakukan adalah merangsang nafsu makan ayam dan mengupayakan agar kondisi ayam segera membaik. EDS pun sama belum ada obatnya.

Meski demikian kedua penyakit tersebut bisa dicegah dengan vaksinasi dan penerapan biosekuriti yang ketat.

Penyebab kedua adalah berat badan ayam di bawah normal. Hal itu bisa menyebabkan ukuran telur juga mengecil. Berat badan ayam harus sesuai standar saat memasuki masa produksi, jika tidak maka bisa berpengaruh pada ukuran telur yang dihasilkan.

Penyebab berat badan ayam di bawah normal bisa karena kualitas pakan yang kurang bagus atau konsumsi pakan ayam (feed intake) rendah.

Ayam yang beratnya di bawah normal perlu dipisahkan dan diberikan treatment. Diperbaiki kualitas pakannya atau konsumsi pakannya atau keduanya kalau perlu. Sehingga diharapkan beratnya normal kembali.

Perbaikan feed intake juga dilakukan sesuai sebabnya. Misalnya karena ayam stres atau terserang penyakit tertentu.

Penyebab ketiga adalah kualitas pakan yang jelek. Akibatnya kebutuhan nutrisi ayam tidak terpenuhi sehingga mempengaruhi kualitas telur termasuk ukurannya. Solusinya tentu segera perbaiki kualitas pakan.

Penyebab keempat adalah ayam mengalami kematangan seksual terlalu dini, belum cukup umur. Biasanya ayam yang demikian berat badannya masih di bawa standar. Akibatnya juga bisa menyebabkan ukuran telur yang dihasilkan lebih kecil.

TRYPTOPHAN PADA LAYER: MENGURANGI STRES DAN AGRESIVITAS, TINGKATKAN PRODUKSI TELUR

L-Tryptophan termasuk dalam golongan asam amino esensial, dimana tubuh ayam tidak dapat memproduksi sendiri sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh, salah satunya melalui konsumsi pakan.




POLRES PELABUHAN MAKASSAR DORONG MASYARAKAT UNTUK MANFAATKAN LAHAN SEMPIT UNTUK BETERNAK AYAM

Beternak di Lahan Sempit Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Pangan
(Foto : Istimewa)


Polres Pelabuhan Makassar bersama masyarakat sekitar terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program pemerintah terkait ketahanan pangan. Di tengah keterbatasan lahan perkotaan, mereka berinovasi dengan membangun peternakan ayam petelur. Program ini bertujuan untuk menyediakan sumber pangan bergizi seperti telur segar yang dapat dipanen setiap hari.

Kombinasi semangat gotong royong dan pemanfaatan lahan kecil membuahkan hasil yang besar. Selain menyediakan kebutuhan harian masyarakat, program ini sejalan dengan upaya pemerintah memberikan makanan bergizi kepada anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah.

Menurut Kasubsipenmas Polres Pelabuhan Makassar Aipda Adil, peternakan ini juga menjadi inspirasi bagi masyarakat di desa yang memiliki lahan lebih luas untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan swasembada pangan nasional. Dengan memanfaatkan lahan yang ada dan meningkatkan pengetahuan di bidang pertanian serta peternakan, masyarakat diharapkan mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.

“Inisiatif ini bukan hanya tentang ketahanan pangan lokal, tetapi juga membangun semangat dan kesadaran bahwa kita semua bisa berkontribusi untuk ketahanan pangan nasional. Melalui urban farming seperti ini, kita menunjukkan bahwa lahan kecil pun bisa memberikan manfaat besar,” ujar Adil.

Melalui kolaborasi ini, Polres Pelabuhan Makassar ingin mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih aktif dalam memanfaatkan sumber daya yang ada demi masa depan pangan yang lebih baik. Peternakan ayam petelur di kota ini menjadi langkah kecil yang memberikan dampak besar bagi ketahanan pangan masyarakat dan generasi penerus bangsa. (INF)

DITLANTAS POLDA BABEL KEMBANGKAN PETERNAKAN AYAM PETELUR

Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mengembangkan peternakan ayam petelur yang berada di kawasan Polda Bangka Belitung.
(Foto : RRI)

Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Kepulauan Bangka Belitung (Babel) sukses mengembangkan peternakan ayam petelur yang berada di kawasan Polda Bangka Belitung. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program Asta Cita Presiden terkait ketahanan pangan nasional.

"Alhamdulillah, hari ini kita panen telur ayam hasil dari peternakan yang kita buat disini dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional," kata Dir Lantas Polda Bangka Belitung Kombes Pol Hendra Gunawan, Rabu (22/1/2025).

Hendra menyebutkan, peternakan ayam yang dibuat oleh pihaknya ini berukuran 4 meter x 6 meter dengan memelihara ayam sebanyak 106 ekor ayam petelur. Rata-rata hasil dari peternakan itu, lanjut Hendra menghasilkan sebanyak 90 sampai 100 butir telur perharinya.

"Seperti hari ini, setelah kita kumpul-kumpul ada sekitar 480 butir telur ayam. Itu sudah 5 hari berarti rata-rata perhari ada 100 butir telur yang dihasilkan,"ucapnya.

Telur ayam hasil peternakan ayam ini nantinya akan dibagikan ke masyarakat. Sehingga, kata Hendra, peternakan ayam yang dibuat ini bermanfaat serta memberikan contoh ke masyarakat untuk memanfaatkan lahan dengan kegiatan produktif seperti ini.

"Ini setiap 5 hari sekali kami bagikan ke masyarakat. Untuk panen telur kali ini kami salurkan ke Pondok Pesantren Alamatudunia Beruas sebanyak 480 telur. Kedepan kita juga akan salurkan ke pondok-pondok pesantren dan yayasan yatim piatu dan yang membutuhkan," ujarnya.

Sementara, Amri warga Pangkalpinang mengapresiasi kepolisan yang saat ini selain tugas utamanya juga membantu masyarakat lewat program yang ada.

"Polisi saat ini selain mereka ada tugas pkok mereka juga punya program seperti ini, kita bangga lah ya," ujar Amri. (INF)

WASPADALAH! KONTEN VIDEO MAKAN AYAM YANG MENYESATKAN

Ilustrasi daging ayam. (Foto: Istimewa)

Video singkat tentang konsumsi ayam ras berdampak pada pria jadi lemah gemulai seperti perempuan sedang viral di media sosial. Kontennya meresahkan masyarakat dan merugikan dunia peternakan ayam ras.

Dunia peternakan ayam kembali dihebohkan oleh unggahan di media sosial yang menyebutkan makan daging ayam dianggap berbahaya karena kandungan lisin dan metionin sitentik. Konten video berdurasi kurang dari satu menit itu jelas-jelas berisi kampanye negatif.

Iwan Benny Purwowidodo, “aktor” dalam konten video tersebut menjelaskan secara ngawur dan menyesatkan. Dia mengaku sebagai sarjana peternakan, namun justru salah dalam menjelaskan tentang ayam broiler. Artinya, orang ini tidak paham dengan dunia peternakan, khususnya ayam.

Kampanye negatif Iwan memicu reaksi banyak kalangan, terutama para pelaku bisnis di peternakan ayam dan penelitinya. Masyarakat awam yang menonton video pendek ini dikhawatirkan akan terpengaruh dengan konten yang dianggap berbahaya.

“Video ini harus segara di-counter. Kalau tidak bisa membuat masyaraat bingung dan merugikan dunia peternakan ayam,” ujar Prof Dr Ir Budi Tangendjaja, peneliti senior bidang peternakan sekaligus pakar di bidang pakan ternak, kepada Infovet.

Menurut Budi, jika masyarakat “termakan” dengan apa yang disampaikan dalam konten video ini, maka bisa takut makan daging ayam sebagai sumber protein hewani. Ujung-ujungnya, bisa merugikan para peternak. Bahkan bisa merugikan negara, karena peternakan merupakan salah satu pilar ekonomi nasional.

Budi Tangendjaja

Banyak versi reaksi yang beredar di masyarakat terkait munculnya video ini. Ada yang menduga ini hanya “ngawur yang kebangetan” pengisi konten videonya karena dangkal ilmu. Ada juga yang menduga ini beraroma politis terkait program makan gratis dari pemerintah. Konten video ini dianggap untuk menggiring opini, agar lauk dalam program makan gratis tidak menggunakan daging ayam, tapi diganti dengan lauk lain.

“Dulu juga pernah ada kampanye yang menyesatkan macam ini, katanya ayam disuntik hormon dan berdampak laki-laki jadi kayak perempuan, dan isu negatif lainnya. Jadi memang sering orang bikin kampanye sesat soal telur dan daging ayam,” ungkap Budi.

Menurutnya, sejak dulu orang makan daging dan telur ayam ras sering diributkan, mulai dari isu suntik hormon, ada antibiotik, dan lainnya. Banyak kampanye negatif yang berseliweran yang dilakukan orang yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada perkembangan genetik ayam selama 100 tahun lebih.

“Mereka tidak paham bahwa ilmu genetik dan ilmu nutrisi itu terus berkembang dan berubah. Mereka hanya mengira ayam cepat besar dan banyak telur itu gara-gara disuntik hormon. Akibatnya, muncullah kampanye negatif bahwa pakan ayam itu jelek dan dianggap berbahaya,” ujarnya.

Di sinilah perlunya mendidik konsumen agar paham bahwa ayam dan telur itu adalah makanan sehat, bernutrisi tinggi, dan harga terjangkau. Konsumen perlu diberi pemahaman agar tidak terpengaruh dengan kampanye negatif yang berseliweran di banyak platform media sosial.

Dokter Perlu Diedukasi
Menurut Budi, ketidaktahuan perkembangan dunia peternakan ayam ras tak hanya dialami oleh masyarakat awam. Tetapi, di kalangan orang berpendidikan tinggi dan aktif di dunia kesehatan pun banyak yang belum paham.

“Yang memprihatikan, masih banyak juga dokter yang terpengaruh dan berpikiran keliru tentang daging dan telur ayam. Masih ada dokter-dokter yang mengatakan bahwa ayam broiler itu jelek dan jangan dimakan,” ujarnya.

Para dokter manusia ini tidak mengerti apa yang terjadi pada perkembangan dunia peternakan ayam dan dengan mudah terpengaruh oleh kampanye negatif. Celakanya, para dokter kerap memberikan informasi yang salah kepada pasiennya. Mereka melarang pasiennya untuk tidak mengonsumsi daging ayam broiler, namun tidak memiliki dasarnya.

“Dokter-dokter ini harus dididik agar tahu apa yang terjadi pada ayam broiler yang sudah berkembang sejak 100 tahun lalu, bagaimana ilmu genetika berkembang, dan bagaimana nutrisi yang terkandung pada pakan, sehingga menghasilkan ayam yang ada sekarang ini,” ungkapnya.

Pasalnya, omongan dokter sangat berpengaruh pada pasiennya dan juga pada masyarakat. Maka, dokter manusia perlu diberikan pemahaman bahwa ayam broiler tidak ada hubungannya dengan suntik hormon dan suntik antibiotik. Jadi salah besar jika ada yang menyebut konsumsi daging ayam broiler bisa berkibat laki-laki menjadi gemulai seperti perempuan.

“Jadi harus dijelaskan bahwa ayam broiler cepat tumbuh besar karena murni gara-gara genetika, yaitu melalui proses seleksi dan pengetahuan nutrisi yang makin berkembang, sehingga kita bisa memberikan pakan pada ayam dengan nutrisi yang benar,” ungkapnya.

Lisin dan metionin yang diceritakan oleh Iwan Benny Purwowidodo dalam konten video di media sosial itu dijelaskan secara ngawur, makanya jadi kampanye negatif. Menurut Budi, penggunaan lisin dan metionin sudah puluhan tahun. Pemakaian metionin sudah dijalankan sejak 1950-an. Untuk memberikan pakan ayam itu dibutuhkan 20 jenis asam amino yang esesnial dan non-esensial. Asam amino itu yang dipakai untuk membentuk telur dan daging ayam. Asam amino itu harus diperoleh dari makanan.

“Kebutuhan protein yang begitu banyak dalam pakan, maka dengan penemuan asam amino sintetik, baik itu lisin dan metionin, bisa mengurangi protein di dalam pakan ayam. Sehingga lebih efisien,” terangnya.

Nutrisi Pakan Ayam
Sebagai pakar perunggasan, wajar jika Budi geram dengan konten video kampanye negatif tentang ayam. Sebab, yang bicara di video tersebut mengaku sebagai sarjana peternakan, tapi sama sekali tidak paham dengan daging ayam.

“Kalau memang benar dia sarjana peternakan, mestinya tahu dong tentang perkembangan ternak ayam. Ini malah bikin konten video yang ngawur,” ucapnya.

Budi mengakui, masih banyak orang-orang yang kuliah di fakultas peternakan tetapi tidak mempelajari secara mendalam. Mereka hanya belajar “kulit-kulitnya” saja. Akibatnya, saat menjelaskan tentang daging ayam jadi keliru. Itulah fakta yang terjadi.

Pakan ayam yang diproduksi pabrikan banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan ayam. Tidak ada hubungannya dengan estrogen yang dimakan oleh manusia, lalu dianggap berdampak pada gemulainya laki-laki seperti perempuan. Maka itu, menurut Budi, konten video kampanye negatif yang viral ini benar-benar teori yang tidak jelas dan tidak berdasar.

Peneliti senior ini mengimbau agar masyarakat jangan terpengaruh dengan pernyatan yang ada dalam video kampanye negatif yang tersebar di media sosial. Daging ayam dan telur adalah makanan sehat dan sangat baik untuk kesehatan manusia.

“Maka itu, ini ada maksud apa di balik pembuatan konten video soal ayam broiler dan disebar di media sosial. Padahal, ayam ras ini kan sudah berkembang sejak tahun 1950, kok masih muncul pemikiran-pemikiran yang negatif seperti ini, ini aneh,” ungkapnya.

Yang harus dilakukan masyarakat dalam menyikapi seringnya muncul kampanye negatif di media sosial seputar ayam broiler, masyarakat harus dididik dan diberikan informasi yang tepat. Termasuk dokter-dokter manusia, harus diberikan pemahaman tentang perkembangan peternakan ayam broiler.

Pendamping ASI
Viralnya video yang diunggah Iwan Benny Purwowidodo di media sosial tersebut juga mengundang reaksi dari pakar nutrisi dr RR. Ratih Dewanti Sari dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah. Menurutnya, daging ayam ras dan telur merupakan sumber protein hewani yang sehat dan dibutuhkan tubuh. Dengan harga yang terjangkau, kebutuhan nutrisi masyarakat bisa terpenuhi dengan baik.

Telur dan daging ayam sangat baik dikonsumsi kaum ibu hamil dan menyusui. Selain murah, kandungan gizi dalam sebutir telur sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin di dalam kandungan, maupun anak balita dalam mencegah terjadinya stunting.

Ratih Dewanti Sari

Ahli nutrisi ini menyebut, kampanye negatif tentang konsumsi daging ayam ras dan telur sudah sering terjadi. Bisa berdampak buruk, jika tidak segera dinetralisir. “Inilah satu salah alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam,” ujarnya kepada Infovet.

Menurutnya, kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh. Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai makanan pendamping air susu ibu (ASI) sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya hingga anaknya mengonsumsi makanan padat.

Sedangkan daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa mengonsumsi daging dan telur ayam ras jelas sangat baik bagi tubuh, tak perlu takut dan terpengaruh dengan banyaknya konten video yang berisi kampanye ngawur soal dua protein hewani tersebut. Selama konsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan, tetap sehat. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer