Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

POLEMIK SEKTORAL PERUNGGASAN, MASIHKAH DAPAT DISELAMATKAN?

BEM Peternakan UGM dalam acara rutin Husbandry Week's 2020 pada Senin (30/11/2020) mengadakan webinar dengan tema yang menarik. "Polemik Sektoral Perunggasan, Masih Dapatkah Diselamatkan?".

Webinar menghadirkan 6 pembicara yaitu Prof Dr Ir Ali Agus DAA, DEA, IPU, ASEAN Eng (Dekan Fapet UGM); Ir Sugiono MP (Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH Kementan); H Ir Achmad Dawami (Ketua GPPU); Ir Didiek Purwanto (Ketua PB ISPI); H Sugeng Wahyudi (Sekjen GOPAN); dan Prof Dr Sc Agr Ir Suyadi MS, IPU, ASEAN Eng. 

Sugiono memaparkan bahwa potensi perunggasan Indonesia sebenarnya luar biasa, mengingat penduduknya yang 260 juta jiwa merupakan konsumen yang sangat potensial.

Menurutnya bisnis unggas harus bisa menghidupi banyak orang dari peternak hingga integrator, dan seterusnya. Dia juga menyinggung adanya jarak lebar antara harga ayam di kandang dan di pasaran.

Hal itu disikapi Ditjen PKH dengan mengatur kesesuaian supply dan demand. Di antaranya sampai saat ini dengan menerbitkan 5 surat edaran dalam rangka mengatur supply dan demand tersebut.

Sementara itu Suyadi dalam presentasinya menyimpulkan:

  • Untuk menjamin kestabilan usaha peternakan yang profit dan sustainable perlu dihitung secara cermat kebutuhan riil konsumsi dalam negeri – trend peningkatan dari waktu ke waktu.
  • Ekspor ternak dan produk ternak merupakan alternatif penstabil sistem peternakan (unggas) dalam negeri.
  • Pembangunan depo produk unggas (cold storge) di pusat-pusat produksi merupakan alternatif temporer untuk menstabilkan produksi dan harga.
  • UU no 11 / 2020 yang memungkinkan untuk melindungi peternak perlu dirinci dalam peraturan turunan untuk diimplementasikan secara konsisten.
  • Perlu penguatan promosi konsumsi dalam negeri termasuk bidang peternakan “bangga produk dan konsumsi dalam negeri”.

Kemudian Sugeng Wahyudi menutup materinya dengan beberapa saran berikut:

  1. Regulasi yang berkeadilan untuk perlindungan peternak mandiri.
  2. Perubahan paradigama dalam berbudidaya sehingga menghasilkan produk yang berdaya saing (upgrade perkandangan, penjualan produk melalui modern marketplace).
  3. Pengelompokan peternak dalam wadah koperasi untuk menciptakan koneksitas antara penyedia input (sapronak) dengan pelaku pembudidaya.
  4. Pengembangan dan segementasi pasar sehingga ada pembedaan pasar antara perusahaan integrasi yang mengerjakan pasar modern/pengolahan/ekspor yang massif, dan peternak mandiri menggarap pasar lokal.

COVID-19: EUROTIER MENJADI DIGITAL PADA FEBRUARI 2021

Via bewital-agri.de

Acara peternakan dua tahunan EuroTier akan diadakan hanya secara digital karena COVID-19. Acara online tersebut akan berlangsung pada 9-12 Februari 2021.

Kabar tersebut disampaikan oleh German Agricultural Society (DLG), yang menyelenggarakan acara tersebut. Event ini biasanya diadakan setiap November di Hanover, Jerman, tetapi 2020 ini telah ditunda hingga Februari 2021 karena alasan COVID-19.

EnergyDecentral, elemen acara untuk pasokan energi inovatif, yang selalu diadakan di lokasi yang sama dengan EuroTier, juga akan diadakan secara digital.

Pengunjung EuroTier versi online dapat masuk di "EuroTier Digital" mulai 1 Februari, untuk melihat perusahaan yang berpartisipasi dan program teknis. Membuat janji meeting audio-video juga dimungkinkan, serta untuk menghubungi peserta lain.

Peserta pameran akan menampilkan diri mereka di kartu nama interaktif. Kartu nama tersebut akan mengarah ke profil peserta pameran, menawarkan kontak langsung ke karyawan perusahaan dengan rapat audio-video serta ke ruang pamer.

SELAMAT JALAN PROF SOERIPTO



In Memoriam

Prof Drh Soeripto MVsc PhD dikenal sebagai Peneliti Utama di lembaga penelitian Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLITVET UI) Bogor telah wafat meninggalkan para teman sejawatnya para dokter hewan, yang tak habis pikir dan sangat terkejut di pagi hari tanggal 30 November 2020.

Soeripto sejatinya adalah dokter hewan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 1974. Meniti karier pertama sebenarnya di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kemudian melanjutkan studi S2-nya di Melbourne University Australia dalam bidang Patologi Veteriner selesai pada 1977.

Setelah menyelesaikan studi S2, Soeripto dikembalikan ke Balai Penelitian Ternak Bogor sebagai Veterinary Services. Bekerja beberapa saat di tempat itu, akhirnya ia memutuskan untuk meneruskan studi S3-nya di universitas yang sama. Kali ini dipilih bidang Bacteriology. Praktis beliau sesudah 5 tahun (masuk program PhD tahun 1982 dan selesai tahun 1987) menyelesaikan studi S3. Bidang yang ditekuninya adalah Bacteriology khususnya Mycoplasma.

Prestasi yang sangat luar biasa dari Soeripto menurut catatan dari lembar SDM Badan Litbang adalah menjadi penerima royalty dari Melbourne University sampai saat ini untuk pengembangan vaksin TS11 pencegahan CRD pada ayam yang beredar di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Hampir seluruh hidupnya didekasikan untuk penelitian. Terbukti ia telah menghasilkan 91 karya tulis, 47 dalam bentuk buku, 3 buah artikel makalah berbahasa inggris, 10 buah artikel berbahasa inggris, 16 buah makalah berbahasa Indonesia dan 15 artikel ilmiah populer majalah peternakan.

Per 1 Desember 2004, Soeripto meraih jabatan Jenjang Fungsional sebagai APU, Ahli Peneliti Utama bidang penyakit unggas.

Berkat segala prestasi dan ketekunannya sebagai peneliti, maka pada 11 Agustus 2009 lalu pemerintah memberikan Profesor Riset kepada Soeripto. Ini juga sebenarnya sebagai hadiah ulang tahunnya yang jatuh sehari sesudahnya. Soeripto lahir pada 12 Agustus 1946. Judul orasi guru besarnya adalah “Teknologi Vaksin Mutan MTGS 11: Solusi Tepat Program Penyakit Menahun pada Ayam.”

Soeripto adalah sosok yang selalu gembira, optimis dan selalu siap membantu. Dari pengalaman Penulis yang pernah meneliti di Balai Penelitian Veteriner di tahun 1988, beliau sempat memberikan arahan bagaimana mengambil sampel penelitian ayam kampung secara proporsional untuk penyusunan tesis nantinya.

Pria berputra tiga orang dan dianugerahi enam orang cucu ini bersaudara 12 orang sebagai anak keempat warisan orang tua yang tergolong generasi baby boomers, banyak anak. Lulusan SMA Teladan 1 Yogyakarta, sebagai dokter hewan tak lupa menyenangi majalah peternakan dan kesehatan hewan semisal Infovet, Poultry Indonesia, Trobos, Cat&Dog seperti yang Soeripto tulis dalam akun Facebook-nya.

Soeripto resmi purna tugas pada 1 September 2011. Ia dianggap sebagai contoh seorang peneliti yang tekun sampai akhir hayatnya. Tidak menyangka secepat itu dan mendadak sakit di seputar perutnya. Sakit sebentar, dibawa ke RS Senior di Tajur dan langsung menghembuskan napas terakhirnya tanpa meninggalkan pesan apapun. Tentu keluarga terdekat paling merasakan kehilangan sosok seorang ayah, suami dan eyang bagi anak, isteri dan cucunya.

Tapi kita semua dokter hewan, khususnya para peneliti merasa kehilangan seorang tokoh inovatif di bidang vaksin unggas. Semoga akan terus bermunculan sosok Soeripto muda di kalangan veteriner yang terus berinovasi membangun sektor peternakan dan kesehatan hewan Indonesia. Selamat jalan prof, Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. ***

Depok, 30 November 2020
M. Chairul Arifin

MEMANFAATKAN HERBAL SEBAGAI TERAPI MEDIS PADA HEWAN

Indonesia memiliki potensi herbal yang dapat dimanfaatkan dalam terapi medis veteriner


Di masa kini tren gaya hidup manusia semakin berubah, termasuk dalam hal kesehatan. Manusia di masa kini banyak mengonsumsi obat - obatan herbal dan jejamuan dalam menunjang kesehatannya. Pada kenyataannya sediaan herbal juga dapat digunakan sebagai terapi dalam kesehatan hewan.

Hal ini dibahas secara mendalap pada webinar Dr. B The Vet show pada Minggu (29/11) melalui daring Zoom Meeting. Bertindak sebagai narasumber dalam webinar tersebut adalah Drh Slamet Raharjo, praktisi dokter hewan sekaligus peneliti dan staff pengajar dari FKH UGM. 

Menurut beliau, Indonesia sebagai salah satu negara mega biodiversity memiliki potensi yang besar karena keanekaragaman tanaman obatnya. 

"Ada ratusan bahkan ribuan jenis tanaman obat yang tersedia di negara ini dan banyak belum termanfaatkan dengan maksimal dalam hal ini pada sektor medis veteriner," tutur Slamet.

Pria kelahiran Kebumen tersebut kemudian menjelaskan beberapa penelitiannya yang bisa dibilang sederhana tapi mind blowing. Seperti misalnya ketika ia meneliti tentang potensi daun sambiloto pada luka iris pada beberapa jenis hewan seperti domba dan anjing.

"Ini berawal dari pengalaman pribadi saya, ketika mengalami kecelakaan, saya mencoba pada diri saya. Lalu berpikir bahwa seharusnya pada hewan juga memiliki efek yang sama, dan saya mencobanya, ternyata bisa," tutur dia.

Selain daun binahong, Slamet juga menyebut beberapa jenis tumbuhan obat lain yang telah banyak digunakan sebagai obat pada hewan. Misalnya kunyit dan meniran yang dikombinasikan sebagai imunomodulator pada ayam petelur yang telah terbukti dapat meningkatkan ketahanan tubuh aya terhadap serangan AI.

Namun begitu Slamet juga menjelaskan hal - hal yang harus diperhatikan terkait penggunaan herbal sebagai media terapi pada hewan. Menurut dia, herbal digunakan sebagai terapi suportif, untuk itu penggunaan herbal akan lebih baik jika dikombinasikan dengan sediaan konvensional. 

Ia juga mengingatkan agar para dokter hewan untuk memahami jenis herbal yang digunakan serta spesies pasien yang akan diterapi dengan herbal, karena hal ini juga berkaitan dengan efek fisiologis dari pasien tersebut. Cara pemberian sediaan herbal juga harus diperhatikan, karena terkait dengan jenis herbal dan spesies yang diobati tadi.

Terakhir ia juga mengingatkan bahwa agar sediaan herbal memiliki khasiat obat, volume, konsentrasi, dan aplikasinya harus tepat dan digunakan sesuai kaidah medis.

"Jika volume kurang tidak berefek, jika berlebih bisa jadi toksik, oleh karena itu harus tepat. Lebih penting lagi, gunakan herbal yang memang sudah diteliti memiliki efek dan khasiat, jadi jangan serampangan juga menggunakan tumbuhan yang belum pernag diteliti di laboratorium," pungkasnya.

Dr. B The Vetshow sendiri merupakan sebuah media edukasi dan diskusi bagi para dokter hewan dari berbagai sektor yang digagas oleh Drh Ridzki Muhammad Firdaus Binol, seorang alumnus FKH IPB. Webinar tersebut merupakan seri ke-2 dari acara Dr. B The Vetshow. Untuk webinar, podcast , dan acara lainnya, lebih lengkap dapat dilihat pada instagram @Dr.b_thevetshow. (CR)


FLU BURUNG KEMBALI ANCAM PERUNGGASAN BENUA BIRU

Migrasi unggas liar ditengarai sebagai biang keladi outbreak AI di Eropa


Beberapa pekan terakhir kasus flu burung ditemukan di beberapa negara benua biru seperti Prancis, Belanda, Jerman, Inggris, Belgia, Denmark, Irlandia, Swedia, dan untuk pertama kalinya pada pekan ini ditemukan di Kroasia, Slovenia dan Polandia, setelah melanda Rusia, Kazakhstan, dan Israel.

Sebagian besar kasus terjadi pada unggas liar yang bermigrasi tetapi kini wabah telah dilaporkan sampai ke peternakan, yang menyebabkan kematian atau pemusnahan setidaknya 1,6 juta ayam dan bebek sejauh ini di seluruh wilayah, menurut laporan Reuters, 27 November 2020.

Di Belanda sendiri, sebagai pengekspor daging dan telur ayam terbesar di Eropa, terhitung hampir 500.000 ayam mati atau dimusnahkan karena virus pada musim gugur ini, dan lebih dari 900.000 ayam mati di satu peternakan tunggal di Polandia minggu ini, kata kementerian kedua negara tersebut.

"Risiko penularan di peternakan unggas dan lebih banyak kasus di antara unggas liar lebih tinggi daripada dua tahun terakhir karena kemunculan masif berbagai virus flu burung di Eropa," kata juru bicara Institut Friedrich-Loeffler, sebuah badan penelitian penyakit hewan federal Jerman.

Unggas yang mati di Rusia mencapai 1,8 juta ekor pada akhir Oktober, dengan hampir 1,6 juta di antaranya terjadi di satu peternakan dekat Kazakhstan, menurut data Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE).

Strain utama virus flu burung yang ditemukan tahun ini di Eropa adalah H5N8, yang memusnahkan ternak pada 2016/17 ketika wilayah tersebut mencatat wabah terbesar pada unggas dan burung liar, tetapi ada juga laporan H5N5 dan H5N1.

Meskipun risiko terhadap manusia rendah, Badan Keamanan Pangan Eropa (EFSA) mengatakan minggu ini bahwa evolusi virus perlu dipantau secara ketat. Suatu strain H5N1 telah diketahui bisa menyebar ke manusia.

Pelaku industri unggas Uni Eropa mengatakan mereka sangat prihatin dengan wabah terbaru tetapi mereka yakin sekarang lebih berpengalaman dalam menangani wabah.

"Kami telah bekerja sangat keras untuk meningkatkan keamanan, untuk melatih peternak dan meningkatkan keterlacakan sehingga kami berharap jika ada kasus, kami dapat mengatasinya," kata Anne Richard, kepala lobi industri unggas ANVOL di Perancis.

Sebagian besar kabupaten telah menaikkan status kewaspadaan mereka ke level "tinggi", yang menyiratkan bahwa unggas dan burung dari semua jenis dipelihara di dalam ruangan atau dilindungi untuk menghindari kontak dengan burung liar.

Wabah flu burung seperti penyakit hewan lainnya seringkali mendorong negara pengimpor untuk memberlakukan pembatasan perdagangan.

Tindakan ini akan menambah beban akibat lockdown virus corona yang sudah diberlakukan, dan mengancam penjualan selama liburan akhir tahun.

"Sudah sulit untuk mengekspor dengan adanya COVID, itu akan membuatnya lebih buruk," kata Denis Lambert, kepala eksekutif grup unggas terbesar Prancis LDC, mengatakan pada Rabu.

Namun, pendekatan negara pengimpor unggas untuk membatasi pembatasan ke wilayah yang terkena virus akan membantu meringankan dampaknya.

Cina, misalnya, telah menghentikan impor produk unggas dari empat wilayah di Rusia karena flu burung, kantor berita TASS melaporkan pada hari Rabu. (INF/Reuters)

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI: KAWASAN TERINTEGRASI DIPERLUKAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN POPULASI TERNAK

Upaya pemerintah untuk mewujudkan kawasan industri yang terintegrasi sebagai salah satu langkah strategis untuk mendukung implementasi revolusi industri generasi ke-4 perlu diapresiasi dengan baik. Pasalnya, kawasan industri dapat berperan penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional melalui industrialisasi, khususnya di bidang peternakan. 

Program Pascasarjana Universitas Jambi bekerjasama dengan Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perguruan Tinggi Sustainable Integrated Farming System (PUI-PT SIFAS), telah menyelenggarakan Webinar Nasional Peternakan secara online melalui Zoom Meeting. Kegiatan dengan topik Akselerasi Pengembangan Kawasan Terintegrasi ini dilaksanakan pada Selasa (24/11/2020), dengan peserta dari kalangan dosen, peneliti, mahasiswa dan peternak.

Ketua LPPM Universitas Jambi Dr Ade Octavia menyambut baik atas terselenggaranya Webinar Nasional Peternakan. “Webinar Nasional Peternakan ini merupakan suatu pencapaian besar kita di tengah kondisi pandemi Covid19. Sejatinya kita harus tetatp bergerak ke depan mengerjakan sesuatu yang dapat memberikan manfaat untuk dunia kampus kita, utamanya adalah dunia peternakan, melaluinya dapat dihasilkan pangan yang mengandung protein tinggi,” kata Dr Ade.

Panitia Webinar Nasional Peternakan menghadirkan pembicara handal seperti Ir Sugiono (Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak) menyampaikan materi tentang Kebijakan Percepatan Produksi Ternak Nasional, Dr Andre R Daud (Dosen dan Peneliti Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran) dengan materi Lahan Bekas Tambang untuk Pengembangan Peternakan, Wayan Supadno (Pengusaha Kelapa Sawit, Pelaku Integrasi) dengan materi Nilai Tambah Sistem Integrasi Sawit dan Sapi, dan Ir H Yusrizal (Peneliti Senior PUI-PT SIFAS Universitas Jambi) yang berbicara tentang Sumberdaya Pakan Unggas Potensial Asal Bungkil Inti Sawit. Keempat narasumber ini dimoderatori oleh Dr Ir Mairizal, Peneliti PUI-PT SIFAS Universitas Jambi.

Direktur Pascasarjana Universitas Jambi Prof Dr Hj Anis Tatik Maryani memberikan apresiasi positif atas terlaksananya Webinar Nasional Peternakan ini. “Kita harus bangga dan bersyukur bahwa kita masih diberi kesempatan oleh Nya untuk tetap bisa aktif di tengah pandemi Covid 19,” kata Prof Anis. Ditambahkannya, berbicara terkait pengembangan kawasan terintegrasi, Jambi adalah tempatnya. “Kita mempunyai areal perkebunan kelapa sawit nan luas, darinya dapat diambil biomassa yang bisa didaulat sebagai bahan pakan ternak, baik untuk ternak ruminansia maupun non ruminansia,” papar Prof Anis.

Rektor Universitas Jambi, Prof Drs H Sutrisno menyebut bahwa usaha di bidang peternakan harus tetap digalakkan, hal ini mengingat bahwa pangan bergizi dan menyehatkan itu asalnya dari ternak yang dipelihara, untuk itu upaya menyediakan kawasan yang terintegrasi, misalnya sawit dengan sapi, sawah dengan sapi dan lainnya perlu menjadi kajian yang intens dan terus menerus. “Negeri ini perlu menyediakan kawasan khusus yang terintergrasi, artinya semua hal yang ada di dalam kawasan tersebut dapat bersinergi dengan mutualisme yang terus menerus, hingga didapatkan manfaat besar darinya,” kata Prof Sutrisno. Prof Sutrisno pun menyebut, Provinsi Jambi sampai saat ini masih tercatat sebagai wilayah dengan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia, artinya beberapa kawasannya dapat dijadikan sebagai kawasan pengembangan ternak. “Kita terus melakukan kajian pada kesesuaian lahan dengan kondisi fisik lahan serta flora yang ada untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak, disamping adanya produk samping dari perkebunan kelapa sawit serta biomassanya,” tutur Prof Sutrisno sebelum membuka kegiatan tersebut. 

Dari ke-4 narasumber yang tampil di Webinar Nasional Peternakan ini, dapat disimpulkan bahwa percepatan peningkatan produksi ternak nasional harus diikuti dengan penyediaan lahan yang luas dengan ketersediaan pakan yang mumpuni untuk ternak, baik untuk aktivitas hariannya maupun untuk berproduksi dan bereproduksi. Terkait dengan penyediaan lahan tersebut, kawasan tambang sejatinya bisa dialihfungsikan untuk kawasan pemeliharaan ternak, namun sebelumnya perlu dilakukan perbaikan terutama yang menyangkut pada pengembalian hara tanah agar flora dapat tumbuh subur kembali. Disamping itu, lahan perkebunan kelapa sawit juga dapat dijadikan sebagai kawasan yang terintegrasi, sapi dan sawit yang disebut dapat saling menguntungkan, baik dari produk biomassanya maupun dari produk sampingnya berupa bungkil inti sawit yang kaya dengan beragam nutrien yang dibutuhkan oleh ternak. Namun demikian, peran teknologi terkait dengan perpakanan diperlukan untuk meminimalkan konstrain yang dikandung oleh berbagai produk samping dari industri kelapa sawit dimaksud. (Sadarman).

MASA BROODING ITU PENTING

Cukupi kebutuhan tempat pakan dan air minum saat periode brooding. (Sumber: Istimewa)

Kualitas periode brooding sangat diperlukan untuk mendapat performa produksi yang maksimal, karena periode brooding sangat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan dan potensi genetik ayam untuk mencapai target produksi. Periode brooding sangat krusial terutama pada minggu pertama karena pada masa ini merupakan awal perkembangan sistem rangka tubuh, sistem pencernaan dan sistem kekebalan.

Tujuan utama brooding yaitu menyediakan lingkungan yang nyaman, sehat untuk pertumbuhan ayam secara efisien dan ekonomis. Suhu, kualitas udara, kelembapan dan penerangan merupakan faktor kritis yang harus diperhitungkan. Kegagalan untuk menyediakan lingkungan yang cukup selama masa brooding akan mengurangi keuntungan, yang dapat dibuktikan dengan penurunan pertumbuhan dan perkembangan, konversi pakan yang buruk dan peningkatan kejadian penyakit, afkir dan kematian.

Indikator Keberhasilan Brooding
Pencapaian target berat badan dan tingkat keseragaman berat badan ayam pada umur tujuh hari merupakan indikator keberhasilan tata laksana brooding. Pencapaian bobot ayam tersebut dapat digunakan peternak sebagai indikator apakah tata laksana brooding telah dilakukan sebaik-baiknya atau tidak. Bila pencapaian target berat badan dan tingkat keseragaman berat badan ayam tidak tercapai, persiapan dan pelaksanaan brooding harus dievaluasi peternak.

Keberhasilan pencapaian target berat badan pada umur tujuh hari ditentukan oleh manajemen udara, air dan pakan. Manajemen udara dilakukan dengan mengelola temperatur brooding dan ruangan kandang, mengelola kualitas udara, ventilasi dan litter.

Persiapan Brooding
Keberhasilan periode brooding sangat ditentukan oleh persiapannya. Persiapan brooding yang minimal berarti peternak akan mendapatkan performa yang minimal. Untuk meningkatkan efektivitas periode brooding, penerapan biosekuriti harus dilaksanakan secara ketat, dimulai dari proses sanitasi dan disinfeksi. Lakukan proses sanitasi dengan pembersihan sebaik mungkin. Gunakan disinfektan yang efektif dan tepat untuk membunuh berbagai mikroorganisme patogen, antara lain PRIMADIN yang spesifik untuk virus Gumboro. Kegagalan proses disinfeksi atau salah memilih disinfektan mengakibatkan anak ayam sangat rentan terhadap paparan penyakit sejak dini. Setelah proses disinfeksi dan sanitasi, lakukan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2020.

Drh Yuni
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021-8300300

KONSUMSI DAGING AYAM AS MENINGKAT SELAMA PANDEMI

Konsumen AS telah beralih ke daging ayam selama pandemi COVID-19. Selama 9 bulan terakhir penjualan ayam eceran telah meningkat sebesar $ 1,3 miliar, naik 19,5% dari periode yang sama tahun lalu.

Menurut survei, separuh orang Amerika yang disurvei mengatakan bahwa mereka lebih suka ayam daripada ham (52%) atau kalkun (49%), dan lebih dari separuh makan sayap ayam sebagai bagian dari Thanksgiving (57%) atau makan malam Natal ( 61%).

Sejak pandemi di AS ayam telah menjadi sumber protein bergizi yang andal, mudah disiapkan, terjangkau, dan sehat.

USDA-ERS memperkirakan bahwa konsumsi per kapita ayam pedaging pada tahun 2020 diproyeksikan 1,6% lebih tinggi dari tahun lalu menjadi 43,8 kg. Kenaikan akan berlanjut pada tahun 2021, meskipun pada tingkat yang sedikit lebih lambat, dengan konsumsi yang diproyeksikan tumbuh sebesar 0,7% menjadi 44,1kg.

AGAR BROODING TIDAK PONTANG-PANTING

Setting pemanas harus tepat. (Foto: Istimewa)

Oleh karena brooding disebut juga dengan masa kritis dan vital, maka saat brooding selain memenuhi kebutuhan DOC seperti yang telah dijabarkan sebelumnya perlu juga perhatian lebih, bahkan khusus.

Hal ini tentu saja dilakukan agar meminimalisir terjadinya stres pada ayam. Ayam yang stres ketika dimasukkan ke area brooding akan cenderung lebih banyak diam, tidak aktif makan dan minum.

Imbasnya, masa-masa awal pertumbuhan yang optimal bisa hilang. Untuk menghindari hal ini dan bisa memenuhi semua kebutuhan anak ayam, tentu peternak perlu melakukan beberapa persiapan. Apa saja persiapan yang dimaksud? Berikut penjelasannya.

Kandang Harus Siap
Pada saat chick-in dan ayam masuk ke brooder, peternak harus memastikan bahwa kandang telah siap secara “lahir dan batin”. Maksudnya adalah secara kualitas dan kuantitas infrastruktur harus memadai, kesiapan alat pemanas, pembatas, tempat pakan dan minum harus memadai. Selain itu perlu juga dipastikan bahwa semua peralatan yang dipakai sudah terdisinfeksi dengan baik. Tentunya sebelum masa chick-in datang, istirahat kandang juga harus cukup.

Seperti yang acap kali dilakukan Dadang, peternak asal Cikembar, Sukabumi. Ia memaparkan hal-hal yang dia lakukan dalam membersihkan kandangnya. Dadang menguras habis semua kotoran sisa periode sebelumnya sampai tak tersisa, setelah itu ia melakukan pembersihan dengan menggunakan campuran air dan detergen yang dimasukkan ke dalam pompa bertekanan tinggi dan mencuci seluruh bagian kandangnya tanpa lupa menyikatnya. Setelah dibilas dan kering, ia menyemprotkan disinfektan ke kandangnya. Disinfektan yang digunakan bukan produk mahal, melainkan pemutih pakaian dengan perbandingan 1:10 bagian.

“Diajarinnya begitu dan menurut saya sampai saat ini efektif. Saya enggak pernah pakai obat mahal karena enggak sanggup. Yang penting seluruh bagian ter-cover, sikat yang bersih dan kalau perlu istirahat kandangnya dilebihin beberapa hari,” tutur Dadang.

Sebelum DOC datang kira-kira 2-3 hari, tidak lupa Dadang menyemprotkan kembali campuran pemutih pakaian dan air ke sekam yang hendak digunakan sebagai litter. Tujuannya tentu saja untuk mengurangi mikroba terutama patogen yang berada di dalam litter. Jangan lupa pula siapkan seluruh peralatan baik pemanas, tempat pakan dan air minum yang jumlahnya sesuai dengan jumlah ayam. Bila perlu tambahkan kertas koran di atas sekam untuk memudahkan DOC beraktivitas.

Jika menggunakan baby feeder, beberapa praktisi menganjurkan perbandingan ideal sebesar… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2020 (CR)

PEKAN KESADARAN ANTIMIKROBA SEDUNIA, MERIAH DENGAN PEMECAHAN REKOR MURI PEROLEHAN NKV

Seremoni penyerahan sertifikasi NKV kepada peternak layer 

Menutup Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia 2020, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal PKH bersama dengan FAO ECTAD, didukung oleh USAID, mengadakan acara bertema “Bersatu Perkuat Sistem Pangan dan Sejahterakan Peternak” di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/12/2020).

Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan resistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) khususnya di sektor peternakan. Selama ini antibiotik disalahgunakan untuk pencegahan penyakit dan memacu pertumbuhan  ternak. Padahal penggunaan antibiotik yang sembarangan dan tidak sesuai anjuran dokter hewan dapat membuat bakteri yang resistan terhadap antimikroba.

“Resistensi antimikroba terjadi di sini dan saat ini. Dalam pengendaliannya, AMR bukan hanya permasalahan mandiri sektor kesehatan hewan, karena penanganan  antimikroba yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit menular pada hewan mungkin sama dengan yang digunakan untuk manusia. Bakteri resisten yang timbul pada hewan, manusia, atau yang tersebar di lingkungan dapat menyebar dari satu ke yang lain, tanpa mengenal batasan hewan-manusia. AMR juga tidak mengenal batasan geografis mengingat laju perdagangan internasional yang pesat. Oleh karena itu, diperlukan  pendekatan ‘One Health’ yang melibatkan multisektor, ” ujar Team Leader FAO ECTAD Indonesia, Luuk Schoonman, dikutip dari siaran pers.

Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster mengatakan, “Pemerintah Amerika Serikat, melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), telah bermitra selama lebih dari 14 tahun untuk memajukan kemandirian Indonesia dalam pengendalian dan pencegahan penyakit, dan, baru-baru ini, untuk mengendalikan resistensi antimikroba (AMR). USAID bekerja bersama Pemerintah dan rakyat Indonesia untuk memperkuat kapasitas Indonesia dalam mengatasi muncul dan menyebarnya AMR, membangun ketangguhan kesehatan, serta meningkatkan stabilitas dan kemakmuran.”

Pemecahan Rekor MURI Perolehan NKV dan Keterlibatan Pelaku Usaha

Salah satu cara  untuk pemutusan  resistensi antimikroba dalam produk pangan asal ternak, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengeluarkan Permentan No. 11/2020 tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) Unit Usaha Produk Hewan, sebagai pengganti Permentan No. 381/2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.

Beberapa perubahan di Permentan 11 tahun 2020 antara lain penandatangan NKV dilakukan oleh Pejabat Otoritas Veteriner, penambahan jenis unit usaha produk hewan baik pangan maupun non pangan menjadi 21 jenis, persyaratan dan pengangkatan auditor NKV oleh Gubernur, serta adanya pengaturan sanksi terhadap pelaku unit usaha produk hewan yang tidak mengajukan permohonan NKV dan yang tidak memenuhi persyaratan. 

Tahun ini Jawa Tengah mendapatkan penghargaan MURI sebagai propinsi dengan perolehan Sertifikat NKV terbanyak untuk Budidaya Unggas Petelur  sebanyak 20, menyalip rekor tahun lalu yang dipegang oleh Lampung sebanyak 14 sertifikasi NKV.

NKV (Nomor Kontrol Veteriner) adalah sertifikat jaminan keamanan pangan asal ternak  yang  telah memenuhi persyaratan higiene-sanitasi dan implementasi biosekuriti di peternakan.

“Sertifikasi NKV adalah bukti komitmen kita bersama dalam menjamin keamanan pangan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) untuk masyarakat. Dengan adanya sertifikasi NKV ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah memberikan jaminan pangan yang baik untuk dikonsumsi masyarakat.  Harapannya akan semakin banyak produk pangan asal ternak yang mempunyai sertifikat NKV,” kata Ir Lalu Muhamad Syafriadi MM, Kadis Peternak dan Kesehatan Hewan Propinsi Jawa Tengah saat menerima penghargaan MURI.

Sebanyak 20 sertifikasi NKV diberikan kepada peternak layer yang telah menerapkan biosekuriti 3 zona di peternakannya.

“Daripada menyalahgunakan antimikroba yang menghabiskan waktu, tenaga dan biaya, lebih baik mempraktekkan biosekuriti 3-zona dari FAO dan Kementerian Pertanian yang dapat memutus rantai resistensi antimikroba dan menguntungkan bagi peternak. Penerapan biosekuriti 3-zona  yang benar dan konsisten mengurangi penyebaran penyakit sehingga pertumbuhan ternak optimal, meningkatkan produksi, dan mengurangi pengeluaran untuk pengobatan dan desinfeksi. Ini akan memberikan lebih banyak manfaat,” bagi Robby Susanto, Dewan Pengawas Pinsar Petelur Nasional.

Selama Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia berlangsung, diadakan beberapa kegiatan seperti kompetisi debat resistensi antimikroba yang melibatkan mahasiswa, kampanye peningkatan kesadaran pengunaan antimikroba bagi peternak, praktisi kesehatan hewan, dan kepada publik melalui webinar, siaran TV, dan radio. (NDV)

WEBINAR NASIONAL ASOHI, DAMPAK PANDEMI PADA BISNIS PETERNAKAN

Webinar Nasional ASOHI Outlook Bisnis Peternakan 2020 “Dampak Pandemi COVID-19 pada Bisnis Peternakan”. (Foto: Dok. Infovet)

Selasa, 24 November 2020. Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali mengadakan agenda rutin tahunannya yakni Webinar Nasional Outlook Bisnis Peternakan 2020 bertemakan “Dampak Pandemi COVID-19 pada Bisnis Peternakan”.

Kegiatan kali ini diadakan secara virtual mengingat kondisi pandemi yang urung usai. “Indonesia menghadapi pandemi COVID-19 yang terjadi di luar prediksi. Usaha peternakan menghadapi tantangan penurunan daya beli, namun di sisi lain terjadi perubahan pola belanja masyarakat dimana transaksi online mengalami peningkatan. Begitu juga pada kegiatan-kegiatan tatap muka yang kini bergeser pada kegiatan online/daring,” ujar Ketua Panitia, Drh Yana Ariana.

Namun begitu diharapkan webinar kali ini tetap bisa memberikan referensi bagi para pelaku industri peternakan dalam menyusun rencana dan melakukan evaluasi bisnis. Hal itu ditambahkan Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari dalam sambutannya.

“Kegiatan ini selalu mengikuti perkembangan situasi aktual. Pada 2020 diprediksi terjadi pelemahan ekonomi global, sehingga dunia usaha harus berhati-hati. Kini dengan adanya pandemi COVID-19, semua hal terjadi di luar prediksi. Sehingga diharapkan melalui webinar ini peserta mendapat informasi yang bermanfaat mengenai situasi peternakan saat ini dan prediksinya 2021 mendatang,” ungkap Irawati.

Khusus membahas penanganan COVID-19 dan dampak COVID-19 terhadap perekonomian Indonesia, ASOHI menghadirkan pembicara tamu Koordinator Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, dan ekonom Dr Faisal Basri.

Menurut paparan Faisal, kondisi ekonomi Indonesia saat ini shock akibat pandemi yang merajalela. “Saat ini situsinya masih memburuk, perekonomian kita menurun. Ini juga pengaruh dari perekonomian dan perdagangan dunia yang berantakan,” ujar Faisal.

Lebih lanjut, kondisi tersebut juga mempengaruhi pendapatan masyarakat yang semakin melemah, yang turut berdampak pada berkurangnya konsumsi protein hewani (daging) Indonesia.

“Pemerintah juga enggak serius menangani COVID-19 ini, karena bukannya membuat aturan darurat memerangi pandemi, malah membuat aturan antisipasi dampak pandemi. Sehingga efeknya Indonesia banyak mengalami penurunan ekonomi,” ucap dia. Dari prediksinya, tahun depan penurunan ekonomi juga masih terjadi.

Untuk keluar dari kemerosotan, Faisal mengimbau pemerintah fokus pada peningkatan konsumsi rumah tangga.

Sementara menurut Prof Wiku, untuk meminimalisir gelombang pandemi, pengontrolan penyakit melalui masyarakat menjadi kunci, selain menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati.

“Ekosistem dan keanekaragaman hayati adalah penopang dan penentu keberlangsungan hidup manusia. Bersikap eksploitatif terhadap alam adalah investasi untuk bencana di masa mendatang,” kata Prof Wiku.

Hal itu juga yang menjadi perhatian untuk meminimalisir adanya ancaman penyakit baru di Indonesia. “Kita harus waspada terhadap ancaman penyakit baru. Dalam 16 tahun terakhir ada empat penyakit baru muncul, diantaranya H1N1, H7N9, Mers-Cov dan COVID-19. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan alam menjadi hal yang harus dilakukan,” tukasnya.

Selain mereka berdua, turut pula dihadirkan narasumber dari para ketua asosiasi bidang peternakan, diantaranya Achmad Dawami (Ketua GPPU), Desianto B. Utomo (Ketua GPMT), Eddy Wahyudin dan Samhadi (Pinsar Indonesia), Yudi Guntara Noor (Ketua HPDKI), Teguh Boediyana (Ketua PPSKI), Sauland Sinaga (Ketua AMI) dan Irawati Fari (Ketua ASOHI), yang masing-masing memberikan pemaparan mengenai situasi bisnis di 2020 dan proyeksinya pada 2021 mendatang. (RBS)

AURORA AKAN MEMBANGUN PABRIK PAKAN UNGGAS & BABI BERTEKNOLOGI TINGGI

Perusahaan Brazil Aurora akan membangun pabrik pakan unggas dan babi yang besar dan berteknologi tinggi di Erechim, negara bagian Rio Grande do Sul, senilai US $ 10,9 juta.

Pabrik tersebut menempati lahan seluas 17 ha, yang dibeli seharga US $ 600.000. Negara bagian Rio Grande do Sul adalah negara bagian paling selatan Brazil, dan bersama dengan Paraná dan Santa Catarina, terkenal dengan produksi ternaknya.

Pembangunannya dimulai pada Januari 2021, dan diperkirakan selesai pada pertengahan 2022. Pabrik baru tersebut direncanakan memiliki kapasitas untuk memproduksi 60 ton pakan per jam atau 35.000 ton per bulan baik untuk unggas maupun babi. Ini berarti peningkatan 20% dari kapasitas produksi pakan mereka saat ini. Aurora juga merencanakan pembangunan 4 silo baja untuk penyimpanan biji-bijian di kompleks pabrik, dengan kapasitas statis masing-masing 10.000 ton. Kapasitas penyimpanan total 40.000 ton sama dengan 660.000 karung.

Pabrik akan menerapkan prosedur yang sepenuhnya otomatis menggunakan peralatan modern termasuk perangkat lunak, robotika, dan kendali jarak jauh untuk menghasilkan pelet.

MENGURANGI DAMPAK AMR DAN MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI PENINGKATAN BIOSEKURITI

Bijak dalam menggunakan antimikroba dalam semua aspek kesehatan

Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Peternakan Provinsi Lampung berkomitmen dalam mengurangi dampak resistensi AMR pada sektor peternakan. Hal tersebut disampaikan oleh Drh Syamsul Ma'arif dalam Webinar yang digelar Dinas Peternakan Provinsi Lampung yang berkolaborasi dengan FAO ECTAD Indonesia, USAID, Pinsal Petelur Nasional Lampung, dan Kementerian Pertanian. Webinar tersebut berlangsung pada Senin (23/11) lalu.

Syamsul juga menjabarkan mengenai pentingnya sertifikasi NKV dalam produk pangan asal hewan, dimana sertifikat tersebut menjamin kualitas dan keamanan pangan tersebut.

"Kita sedang menggalakkan adanya sertifikasi NKV pada unit produksi pangan asal hewan, diantaranya adalah peternakan ayam petelur dan peternakan sapi perah. Dimana salah satunya persyaratan NKV peternakan tersebut harus memiliki sistem biosekuriti yang baik," tukas Syamsul.

Syamsul juga menambahkan bahwa penerapan biosekuriti yang baik dalam suatu peternakan akan berdampak positif bagi peternak dan konsumen. Dirinya juga menyebutkan data WHO dimana diperkirakan nanti pada tahun 2050 kematian manusia akibat resistensi antimikroba akan lebih tinggi ketimbang penyakit lain seperti kanker.

"Ini sangat urgen, oleh karena itu saya salut dengan Lampung yang mau berusaha untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan aman untuk konsumen. Semoga program serupa dapat diduplikasi oleh provinsi lainnya," tutur Syamsul.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pinsar Petelur Nasional Lampung Jenny Soelistiyani mengapresiasi kerjasama antara peternak dan stakeholder terkait di Lampung. Menurutnya kerjasama ini merupakan suatu contoh apik dimana komitmen bertemu dengan kerja keras hingga menghasilkan sesuatu yang baik.

"Kami peternak layer di Lampung berkomitmen untuk ini. Target kami waktu itu dalam setahun ada 11 peternak yang memiliki NKV, tetapi kenyataannya kurang dari setahun kita ada 14 yang mendapatkan sertifikasi NKV, sampai kita mendapatkan rekor MURI," tutur Jenny.

Jenny juga menuturkan bahwa dengan menerapkan biosekuriti tiga zona yang baik di peternakannya, selain berimbas pada performa ternak juga berujung pada keuntungan secara ekonomi.

"Ayam jadi jarang sakit, kalaupun ada yang sakit tracebility-nya lebih mudah. Keuntungan meningkat, penggunaan antibiotik berkurang, meskipun penggunaan disinfektan meningkat, tetapi kita tetap untung dan jadi lebih enak tidur," pungkas dia.

Seminar tersebut merupakan rangkaian acara dari Pekan Kesadaran Antimikroba Se-dunia (World Anti Microbial Awareness Week) yang digulirkan oleh WHO pada minggu ketiga di bulan November. Dengan adanya event ini diharapkan agar masyarakat dunia lebih bijak dalam menggunakan antimikroba baik di sektor kesehatan manusia dan hewan (CR).

KOREA SELATAN MELARANG UNGGAS FREE RANGE HINGGA FEBRUARI 2021 KARENA MASALAH FLU BURUNG

Korea Selatan mengumumkan larangan ayam dan bebek free range hingga Februari 2021 karena negara tersebut berjuang untuk menahan wabah flu burung.

Otoritas kesehatan menasihati peternak unggas dan pemelihara agar hewan mereka tetap di dalam ruangan untuk mencegah kontak dengan burung liar atau kotorannya. Larangan itu muncul setelah Korea Selatan melaporkan enam kasus flu burung yang sangat patogen sejak Oktober 2020. Kasus terbaru dilaporkan pada 22 November.

"Penting bahwa peternakan benar-benar dipisahkan dari habitat burung liar yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran penyakit," kata Menteri Pertanian Kim Hyeon-Soo dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Lingkungan Korea Selatan memperkirakan sekitar 950.000 burung migran telah tiba di negara itu pada November ini. (Sumber thepoultrysite.com)

ADM BERINVESTASI UNTUK MEMBANGUN PABRIK PROTEIN SERANGGA TERBESAR DI DUNIA

ADM, perusahaan besar asal AS, telah berinvestasi di perusahaan bioteknologi Prancis, Innovafeed dan mengumumkan rencana untuk membangun pabrik protein serangga terbesar di dunia di Decatur, Illinois.

Pengumuman itu muncul di tengah kenaikan harga biji-bijian pakan global dan pengetatan pasokan, dan lebih banyak perusahaan berupaya mengurangi jejak karbon dari operasi mereka. Serangga dipandang sebagai alternatif berkelanjutan untuk tepung ikan dan pakan berprotein tinggi lainnya.

Pabrik itu akan menghasilkan 60.000 ton protein pakan ternak setiap tahun dari Hermetia Illucens, sejenis lalat bergizi tinggi, bersama dengan 20.000 ton minyak untuk ransum unggas dan babi, serta 400.000 ton pupuk.

Pembangunan fasilitas dijadwalkan dimulai tahun depan, menunggu izin dan persetujuan. Fasilitas tersebut akan dibangun berdekatan dengan kompleks pengolahan jagung besar milik ADM dan akan memanfaatkan produk sampingan jagung sebagai pakan serangga, serta limbah panas dan uap dari pabrik pengolahan jagung. Skema kolaboratif akan mengeluarkan 80 persen lebih sedikit karbon dioksida.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer