Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

POULTRY INDONESIA FORUM: WUJUDKAN DEMOKRASI EKONOMI DENGAN BERKOPERASI

Webinar Poultry Indonesia Forum mengenai koperasi peternak, Sabtu (7/11/2020). (Foto: Dok. Infovet)

“Mewujudkan Demokrasi Ekonomi dengan Jalan Peternak Berkoperasi” menjadi tema pada webinar Poultry Indonesia Forum seri ke-IV yang diselenggarakan Sabtu (7/11/2020).

Dalam pembukaan acara dikatakan koperasi di bidang peternakan, khususnya perunggasan, menjadi penolong bagi para pelaku usaha kecil untuk menghadapi tantangan industri dan mencari solusinya secara bersama-sama.

“Koperasi secara ide memang memberikan satu harapan yang dapat menjawab kebutuhan pengembangan industri perunggasan dan sektor pangan di Indonesia.” 

“Koperasi sesungguhnya memberikan satu solusi bagi kelompok strategis masyarakat perunggasan untuk dapat berperan meningkatkan daya saing, kapasitas dan menjadi pilar utama pemenuhan protein hewani,” ujar Menteri Koperasi dan UKM, diwakili Deputi Bidang Pengawasan Kemenkop UKM, Ahmad Zabadi.

Sebab jelas dia, kondisi yang terjadi di industri perunggasan dalam dua tahun terakhir sangat memprihatikan. Pada 2018-2019 sempat terjadi aksi demo peternak unggas rakyat, karena harga jual ayam hidup hanya Rp 8.000-10.000/kg , sementara ongkos produksinya Rp 18.500.

“Seharusnya bisnis unggas memberi manfaat bagi peternak, tapi kenyataannya tidak begitu. Sehingga dibutuhkan satu perencanaan yang baik, sistematik, berkoodinasi dengan pihak-pihak terkait termasuk pemangku kebijakan,” katanya.

Sementara disampaikan Ketua Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia, Suroto, jika ingin berjalan dengan baik, koperasi didasarkan pada nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab, persamaan, keadilan dan solidaritas. Serta dijalankan dengan prinsip keanggotaan sukarela dan terbuka, pengendalian oleh anggota secara demokratis, patisipan ekonomi anggota, otomoni dan kemandirian, pendidikan dan pelatihan, serta informasi, kerja sama antar koperasi, hingga kepedulian terhadap komunitas/lingkungan.

“Kita harus perkuat sistem koperasi peternak rakyat. Tidak hanya fokus pada on farm-nya saja seperti yang terjadi pada kerja sama berbasis korporasi yang hanya mengatur dan membuat ketergantungan peternak akan DOC, pakan dan sapronak lainnya dari perusahaan ternak unggas kapitalis,” kata Suroto.

Manfaat koperasi rakyat ternyata banyak memberi semangat bagi peternak ayam petelur di daerah Kendal. Hal itu dikatakan Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Kendal, Suwardi.

“Diantaranya memperpendek rantai distribusi, menjaga keseimbangan harga pasar, menjaga kecukupan stok bahan baku pakan sekaligus menyediakan jasa angkut pakan dan penyediaan DOC/pullet dengan harga terjangkau,” jelas Suwardi. Pihaknya pun bekerja sama dengan Bulog maupun perusahaan bidang perunggasan.

Hal senada juga disampaikan Ketua Koperasi Ternak Unggas Wirasakti Bogor, Sugeng Wahyudi. Dirinya memaparkan bahwa berkoperasi menjadi sangat penting apalagi sepanjang dua tahun belakangan peternak unggas broiler rakyat/mandiri kerap merugi.

“Merugi akibat harga sapronaknya tinggi, sementara harga jual ayam di tingkat peternak sangat rendah. Persaingan usaha tidak seimbang dan tidak ada perlindungan terhadap peternak. Ini juga yang membuat kami membentuk koperasi agar usaha kami tetapi eksis,” kata Sugeng.

Dijelaskan Sugeng, dengan berkoperasi identitas peternak mandiri lebih jelas karena memiliki bentuk badan usaha. Selain itu bargaining untuk akses ke supplier dan penjualan ke pasar lebih kuat.

Anggota berperan sebagai produsen dan konsumen. Akses dukungan modal juga menjadi lebih kuat baik berasal dari anggota maupun perbankan, serta kami dilindungi oleh regulasi,” pungkasnya. (RBS)

SEMINAR INTERNASIONAL VIA DARING ALA UNSOED

AnSTC 2020 digelar melalui daring


Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Fapet Unsoed) menggelar seminar internasional via daring selama dua hari pada 4-5 November 2020 yang lalu. Acara yang bernama Animal Science and Technology Conference 2020 (AnSTC 2020) tersebut dilaksanakan untuk kedua kalinya. Bedanya, dikarenakan wabah Covid-19, acara tersebut dilaksanakan via daring. Tema yang diusung pada seminar kali ini adalah Advancing Animal Production Systems for Rural Development and Environment Sustainability.

“Kegiatan dalam rangka Dies Natalis ke-54 Fapet Unsoed ini berlangsung secara daring dengan media Zoom Meeting dan ditayangkan secara live melalui streaming YouTube “Fapet Unsoed” pukul 08:30 - 15:30 setiap harinya," ujar Ir Alief Einstein M Hum, Humas Dies Natalis Fapet Unsoed.

Ketua panitia Moch Sugiarto SPt MM PhD menambahkan,  kegiatan ini akan diikuti 187 peserta berasal dari Indonesia, Afrika Selatan, India, Zimbabwe, Philippines dan Sudan. 

“Harapkan kami acara ini dapat menjadi wadah bertukar pengetahuan dan berbagi perspektif dalam memanfaakan peluang untuk memajukan industri masyarakat pedesaan secara berkelanjutan,” ujar Moch Sugiarto yang juga merupakan Sekjen PERSEPSI (Perhimpunan Ilmuwan Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia).

Acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber yakni Prof Henny Akit Ph D (University Putra Malaysia Malaysia), Prof Dr Yanin Opatpatanakit (Maejo University Thailand), Prof Bibin Bintang Andriana Ph D  (Kwansei Gakuin University Jepang), sementara itu Prof Vu Dinh Ton Ph D. (Vietnam National University of Agriculture Vietnam) bertindak sebagai keynote speaker.

Selain itu hadir juga Prof Suyadi (Universitas Brawijaya), Prof Edy Kurnianto (Universitas Diponegoro), Prof Dr Triana Setyawardani (Universitas Jenderal Soedirman), Prof Budi Guntoro (Universitas Gadjah Mada), Prof Juni Sumarmono Ph D (Universitas Jenderal Soedirman) dan Prof Dr Racheal Bryant (Lincoln University, New Zealand) sebagai pembicara tamu. (CR)



IKUTI WEBINAR HARI AYAM DAN TELUR NASIONAL KE 10

PROBLEMATIKA PETERNAKAN LAYER DI INDONESIA

Ternak ayam petelur. (Foto: Istimewa)

Peternakan layer atau ayam petelur yang tersebar hampir di semua pulau di Indonesia saat ini sebagian besar masih merupakan peternakan rakyat. Ternak layer merupakan bagian dari industri perunggasan bersama breeder, broiler, bebek dan puyuh. Karenanya peternakan layer pun tak lepas dari imbas problematika industri perunggasan di Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Konsultan Marketing PT Cheil Jedang Super Feed, Ir Adi Widyatmoko, yang membawakan tema “Himpitan Peternakan (Layer) Rakyat Di Antara Problematik Industri Perunggasan Indonesia”, pada webinar Selayang Pandang Industri Perunggasan di Indonesia yang diselenggarakan Fakultas Peternakan UGM pada September lalu. Adi membahas satu-per-satu permasalahan peternakan layer di Indonesia.

Populasi Menurun, Impor Jagung vs Impor Gandum
Data estimasi populasi layer pada 2016 sekitar 150 juta, kemudian turun pada 2018 menjadi sekitar 135 juta. Penurunan tersebut karena berbagai faktor, diantaranya akibat kerugian sepanjang 2012-2015 karena harga telur anjlok.

Faktor lain yaitu pada Oktober 2015 pemerintah mendadak menghentikan impor jagung sehingga harganya di 2016 melambung dari Rp 3.300 menjadi Rp 6.500 bahkan mencapai Rp 7.000. Ditambah lagi pada Oktober tidak ada (sedikit) panen jagung. Akibatnya banyak peternak bangkrut, sehingga otomatis populasi menurun.

Saat itu pemerintah mengharapkan swasembada jagung, padahal tidak mungkin karena lahannya tidak bertambah. Jika dipaksakan swasembada jagung bisa menyebabkan tidak bisa swasembada beras, karena lahan padi digunakan untuk menanam jagung.

Pola produksi jagung di Indonesia 65% diproduksi pada Februari-Maret, 25% pada Juni-Juli dan 10% pada September-November. Jadi jika di bulan Oktober impor dihentikan, berakibat jagung tidak ada di pasaran. Penghentian impor jagung sendiri ternyata diikuti terjadinya lonjakan impor gandum pada 2016. Impor tersebut digunakan sebagai pakan.

Pemerintah sebetulnya melarang penggunaan gandum untuk pakan. Sehingga ketika terpepet, timbul permintaan izin untuk membeli gandum yang dibeli dari industri makanan. Harga gandum lebih mahal, waktu itu jagung impor harganya sekitar Rp 2.900 dan gandum sekitar Rp 3.400, namun karena dibeli dari industri makanan harganya jadi mendekati Rp 5.000. Tentunya itu menyebabkan harga pakan menjadi tinggi dan lagi-lagi yang menanggung adalah peternak.

Ketika panen raya jagung juga sering terjadi jatuh harganya, karena banyak pabrikan yang mengimpor jagung sebelum panen raya yang memang bertujuan untuk menekan harga jagung. Pemerintah semestinya memahami hal ini dan melarang impor jagung ketika menjelang panen.

Meski banyak peternak yang bangkrut, namun tumbuh lagi peternak-peternak baru yang umumnya adalah peternak kecil. Adi mengatakan, ”Untuk 2020 saya belum melakukan survei, tapi estimasi saya populasi akan menjadi 143 juta,” ungkapnya.

Harga Telur Naik-Turun
Harga telur biasanya pada Februari-Maret akan turun. Lalu akan naik pada Mei-Juli karena ada momen yang memicu kenaikan harga seperti lebaran dan libur sekolah. Tetapi setelah masuk bulan Muharam dan Safar biasanya harga akan jatuh dan akan naik lagi di November dan Desember.

Awal Mei 2020 ini harga telur sempat jatuh sampai Rp 15.000 bahkan di beberapa tempat mencapai Rp 13.000. Hal ini disebabkan jatuhnya harga ayam sehingga terjadi penjualan hatching egg oleh breeding. Telur tetas yang seharusnya tidak boleh dijual, ternyata dijual di pasar dengan harga Rp 8.000-9.000, sehingga menyeret harga telur lokal. Sedangkan seharusnya sesuai pola dalam kondisi normal harga telur mestinya naik di bulan Mei.

Februari-Maret 2020 harga telur cukup tinggi. Hal ini karena banyak kasus penyakit seperti Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND). AI ada bermacam jenis diantaranya ada yang menyebabkan kematian dan ada yang menyebabkan penurunan produksi. Penyusutan produksi ini mencapai 20-30% dan tidak bisa kembali normal, maksimal hanya kembali 60-70% produksi. Akibatnya suplai telur berkurang dan harga naik cukup tinggi.

Rice Bran, Culling Bird dan DOC
Rice bran (bekatul) mencapai harga termurahnya pada April-Agustus. Jadi dalam setahun selama lima bulan peternak mendapatkan harga yang murah, namun bulan-bulan lainnya harga menjadi cukup tinggi. Saat harga tinggi ini biasanya banyak terjadi pemalsuan (pencampuran) rice bran yang merugikan peternak.

Dalam struktur keuntungan farm layer penjualan culling bird (ayam afkir) cukup membantu. Bahkan jika ayam afkir tidak bisa terjual dengan harga yang bagus, maka keuntungan peternak akan sangat tipis. Secara bisnis memang keuntungan layer tipis, peternak akan mendapatkan untung yang lumayan ketika harga afkir cukup tinggi. Harga ayam afkir tinggi biasanya saat Juli-Agustus karena momen puasa, lebaran dan libur sekolah. Lalu harga kembali turun mulai Oktober dan titik terendahnya terjadi di Februari.

Sementara itu harga DOC layer dalam tiga tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup fantastis dan sangat memberatkan peternak. Ditambah lagi untuk mendapatkan DOC sulit sekali, karena beberapa pabrikan memelihara DOC sendiri dan baru dijual dalam bentuk pullet. Hal itu juga menyebabkan DOC yang ada dijual dengan harga tinggi.

Profitability di 2020
Profitability peternak untuk tahun ini cukup bagus jika pemeliharaannya normal. Namun realitanya banyak kasus penyakit dan dua tahun terakhir mortalitas cukup tinggi, sehingga memberatkan peternak dan menurunkan keuntungan yang seharusnya didapatkan.

Setelah mengalami kerugian yang cukup panjang sejak 2012-2017, dalam tiga tahun terakhir ini mulai pulih dan mendapatkan keuntungan meskipun keuntungan itu belum layak.

Terpukul Policy Pemerintah
Yang paling memukul peternak adalah policy pemerintah seperti pemberhentian impor jagung dan pelarangan AGP (Antibiotic Growth Promoter). Entah karena efek AGP atau iklim belum bisa disimpulkan. Namun sejak dilarangnya AGP, mortalitas menjadi tinggi sekitar 20-30%.

Performa turun dan terjadi Necrotic Enteritis (NE), Dysbacteriosis (penyakit yang disebabkan oleh bakteri), wet litter dan biaya produksi naik. Untuk mengganti AGP membutuhkan biaya mahal. “Saya pernah menghitung, kalau itu di dalam konsentrat bisa menambah cost sekitar Rp 200/kilogram complete feed,” kata Adi.

Satu cage yang biasanya berisi 3-4 ekor ayam, peternak mengubahnya menjadi hanya 1-2 ekor untuk menekan kematian. Namun sekarang ini meski satu cage hanya diisi satu ekor ayam, angka kematian yang terjadi masih cukup besar.

Kemudian pemerintah mengizinkan company untuk budi daya layer komersial meski masih dibatasi maksimal 2%. Selama ini layer adalah peternakan rakyat, pemberian ruang pada perusahaan dikhawatirkan akan menjadi awal habisnya peternakan rakyat. Sebagaimana ayam broiler dimana peternakan rakyatnya sekarang sudah hampir punah.

NPP dan SNI
Dua tahun terakhir ini NPP (Nomor Pendaftaran Pakan) menyulitkan industri feedmill. Registrasi pakan normalnya memakan waktu tiga bulan, tapi kenyataannya bisa butuh waktu sampai lima bulan baru selesai.

Selain itu, SNI (Standar Nasional Indonesia) juga menyulitkan karena inovasi pakan juga menjadi sulit. Misalnya pembuatan pakan yang menyesuaikan kondisi peternak. Contoh pembuatan pakan konsentrat ditambah katul, sehingga peternak hanya menambah jagung saja. Atau konsentrat ditambah jagung sehingga peternak tinggal menambah katul saja.

Contoh lain adalah jika di suatu daerah banyak limestone makan pakan yang dibuat, dibuang kandungan limestone-nya agar peternak bisa menambahkan sendiri. Ketika betul-betul tidak ada jagung maka dibuat corn homolog, terbuat dari bahan-bahan baku yang ada tetapi nutrisinya mendekati jagung.

Tetapi sekarang dengan adanya peraturan pemerintah, pembuatan pakan seperti itu sudah tidak bisa dilakukan karena tidak ada SNI-nya. Yang dibuat SNI adalah konsentrat, bukan complete feed, sedangkan konsentrat adalah bahan pelengkap maka semestinya harus lebih luwes.

Adi menceritakan, “Waktu di Payakumbuh mengambil pakannya dari Medan, saya lihat transportasinya mahal sekali kalau tidak salah Rp 700. Sehingga konsentrat yang ada saya lepas limestone-nya. Tapi sekarang ini jadi tidak bisa karena ketika didaftarkan menurut SNI tidak masuk karena tidak ada limestone-nya. Padahal limestone nanti kita tambahkan dari lokasi setempat.”

Corn homolog pun tidak ada SNI-nya, dia tidak termasuk konsentrat karena sumber energi, jadi belum ada ketentuannya.“Hal-hal seperti inilah yang membuat kita kesulitan membantu peternak sehingga cost menjadi mahal,” sambung Adi.

Potential Loss Akibat Kualitas Telur
Permasalahan juga dijumpai terkait kualitas telur seperti telur yang pecah, berkulit putih, telur yang jatuh ke bawah kandang dan lain sebagainya.


Perubahan Strategi Supplier
Kebijakan yang diambil supplier juga mempengaruhi peternak. Misalnya jika terjadi perubahan di raw material yang setiap saat bisa terjadi, feedmill akan berusaha memformulasikan dan efeknya biasanya pada farm.

Premix consultant yang memberikan masukan pada feedmill juga mempunyai pengaruh. “Saya melihat ada premix yang dipakai oleh banyak feedmill, ketika efeknya keliru, ini ke peternak dengan performa yang tidak bagus,” ungkap Adi.

Peternak biasanya memakai beberapa pakan dan suka membandingkan antara satu dengan yang lain. “Ketika dibandingkan ternyata performanya tidak bagus semua, mereka bisa berpikir kesalahan ada di pemeliharaan. Padahal itu bisa jadi karena feedmill mendapat advice yang tidak bagus,” ucapnya.

Peternak Layer Perlu Dilindungi
Jadi seolah-olah selama ini peternak layer dihimpit masalah dari segala arah. Mulai dari obat, DOC, pakan, hingga harga jual. Diantara supply chain industri layer adalah peternak yang paling tidak diuntungkan.

Maka peternak layer perlu dilindungi dan butuh regulasi dari pemerintah. Karena kalau tidak ada perlindungan, perusahaan bisa dengan mudahnya membuat kebijakan-kebijakan yang tentunya menguntungkan mereka.

Namun bagaimanapun ada perbaikan signifikan yang mendukung investasi bisnis layer dalam lima tahun mendatang, yaitu stabilitas ekonomi yang terkontrol, kondisi politik yang cukup kondusif, inflasi yang cukup terjaga dan pertumbuhan populasi manusia di Indonesia. (NDV)

BB LITVET MELUNCURKAN INBIG OF IRCVS

Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) pada Kamis (5/10/2020) menyelenggarakan webinar Focus Group Discussion. Dalam webinar tersebut BB Litvet mensosialisasikan proyek perubahan PKN II-Angkatan XVII dari Project Leader DR drh NLP Indi Dharmayanti, MSI yang juga menjadi Kepala BBLitvet-Balitbangtan.

Proyek tersebut berupa platform sistem informasi yang terintegrasi terkait Bigdata BBLitvet yang diberi nama Integrated of BigData of Indonesian Research Center for Veterinary Science (InBIG of IRCVS). 

Webinar ini dihadiri oleh stakeholder dan peserta dari berbagai institusi lingkup Kementerian Pertanian, Lembaga Riset, Perguruan Tinggi, Kementerian Kesehatan, Lembaga Pemerintah (TNI/POLRI), Asosiasi, PB PDHI, peneliti, dan lainnya.

InBIG of IRCVS merupakan terobosan inovasi dalam wadah platform system informasi yang terintegrasi terkait Bigdata Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLitvet) sebagai lembaga penelitian veteriner yang telah berdiri sejak tahun 1908, dengan tujuan terintegrasinya data riset veteriner yang mencakup tiga data besar yaitu:

  • Sourcing-Absorptive Capacity
  • Research and Development Capacity 
  • Disseminating capacity

InBIG of IRCVS berisi berbagai informasi terintegrasi tentang riset veteriner yang dapat diakses secara global dan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan. Di dalamnya terdapat data penyakit hewan, advanced technology, fasilitas laboratorium, fasilitas sarana dan prasarana, invensi, inovasi, lisensi, hasil riset, rencana, program penelitian dan informasi terkait veteriner lainnya. (Sumber: rilis BB Litvet)

GRATIS WEBINAR "AGAR CATTY & DOGGY SEHAT SAAT PANDEMI DAN MUSIM BERGANTI"

 

Ketika musim berganti alias musim pancaroba, Anda perlu memberi perhatian lebih buat hewan kesayangan Anda, baik tentang makanan, pubertas maupun yang lainnya.

Ikuti webinar Majalah Cat & Dog seri #1 dengan narasumber praktisi yang berpengalaman,  pada :
– Hari, tanggal : Sabtu, 7 Nov 2020
– Pukul             : 09.00-11.00 WIB (10.00-12.00 WITA)
– Platform         : Zoom & Youtube
– Biaya               : Gratis

Narasumber & Topik :
1. Drh Sri Deniati (Praktisi hewan kecil) :  Cara Gampang Tangani Alergi dan AFR (Adverse Food Reaction)
2.Ahmad Hartarto S.kh: Pubertas Catty & Doggy Saat Musim Berganti
Moderator : Drh Rakhmat Nuriyanto MBA (dokter hewan senior, Ketua Umum ASOHI 2010-2015)

Pendaftaran online klik :

FAPET UNHAS GELAR KONFERENSI INTERNASIONAL ICAST III 2020

ICAST III 2020 yang dilaksanakan oleh Unhas. (Foto: Infovet/Sadarman)

Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Hasanuddin (Unhas) melaksanakan The 3rd International Conference of Animal Science and Technology (ICAST) III 2020. Acara digelar secara daring pada Selasa (3/11/2020), dengan mengangkat tema “Animal Production and Sustainable Agriculture for Food Security in the Tropical Environment”.

ICAST III 2020 menghadirkan pembicara yang piawai di bidangnya masing-masing, diantaranya Prof Han Jian Lin (ILRI-CAAS Joint Lab on Livescock and Forege & Genetic Resource), Prof NaosiIsobe (Hirosima University Jepang), Prof Dr Drh Anjas Asmara Samsudin (Universiti Putra Malaysia), Assoc Prof Dr Linh Bui (Vietnam Nasional University of Agriculture) dan Prof Dr Ir Djoni Prawira Prahardja (Unhas).

Konferensi dimulai dengan opening ceremony. Chairman ICAST III, Dr Ir Sri Purwanti, menyebut pelaksanaan kegiatan ini bertujuan mewadahi para peneliti, dosen dan mahasiswa pasca sarjana untuk menyampaikan hasil penelitian terbaru di dunia peternakan.

Hal senada juga disampaikan Dekan Fapet Unhas, Prof Dr Ir Lellah Rahim. “Kita mencoba mewadahi hasil-hasil riset bidang peternakan dari para peneliti, dosen dan mahasiswa pasca sarjana yang memang membutuhkan legalitas publikasi untuk kelulusannya,” kata Prof Lellah.

Sementara Prof Dr Muh. Nasrum Massi mewakili Rektor Unhas menyambut dengan hangat dan bangga atas terlaksananya ICAST III 2020, mengingat pelaksanaannya di tengah pandemi COVID-19. 

“Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap penambahan jumlah publikasi yang bereputasi, sampai saat ini akumulasinya sudah mencapai 1.752 dokumen yang terindeksasi Scopus sehingga melampaui target tahun 2020,” kata Prof Nasrum.

Laporan yang dihimpun Infovet dari kepanitian acara menyebutkan setidaknya terkumpul sekitar 283 paper yang dipresentasikan dari 13 topik oleh berbagai negara, diantaranya mengenai animal genetic, breeding and livestock production, animal nutrition and feed technology, animal physiology and behavior, animal product technology, animal production technology, animal reproduction, animal welfare and environment technology, animal welfare and health, extension of agriculture, grassland science, integrated farming and sustainable agriculture, poultry production and nutrition, & socio-economic of animal science.

“Para peneliti dari berbagai negara tersebut memaparkan hasil risetnya dilanjutkan diskusi room sesuai bidang masing-masing,” tambah Sri Purwanti. Negara yang ikut ambil bagian antara lain China, Egypt, Filiphina, India, Indonesia, Iraq, Jepang, Jordania, Pakistan dan Vietnam.

Diakhir acara, panitia menetapkan the best presenter bagi peserta dengan presentasi apik. Sebanyak 20 peserta terpilih, diantaranya Isnaini Nur Cholisa, Anuraga Jayanegara, M. Abdelbagi, Wisri Puastuti, Dwi Lestari, Rafika Febriana Putri, Hamdan Has, Sri Rachma AB, Har Dwi Utami, Hamja Abdul Halik, Eko Widodo, Selvi Tharrukilling, Agus Setiawan, Vidyawati Tenrisanna, Puji Akhiroh, Indrawirawan, Serdam Supratman, Eko Lela Fitriana, Fahruddin Wakano dan Renny F. Utamy. (Sadarman)

CHEIL JEDANG INDONESIA LEPAS EKSPOR PRODUK TRYPTOPHAN GRANULE SENILAI RP 23 MILIAR

Pelepasan ekspor Tryptophan Granule milik PT Cheil Jedang Indonesia. (Foto: Istimewa)

Selasa, 3 November 2020. PT Cheil Jedang Indonesia (CJI) resmi melepas ekspor perdana bahan baku asal hewan sediaan premiks (feed suplement) berupa Tryptophan Granule (asam amino pakan hewan), dengan total ekspor sebanyak 327 ton bernilai USD 1,5 juta atau sekitar Rp 23 miliar.

CJI yang merupakan satu-satunya produsen asam amino di Indonesia baik untuk pakan (feed grade) maupun pangan (food grade), menyasar ekspor ke pasar Eropa dan Asia, yaitu Jerman, Inggris, Vietnam, India, Prancis, Polandia dan Belanda. Hal ini menjadi bukti bahwa produk asam amino asal Indonesia bisa diterima dan sesuai dengan standar internasional.

Presiden PT Cheil Jedang Indonesia, Yoon Tae Sang, menyampaikan bahwa dengan adanya Tryptophan Granule, CJI telah menjawab permintaan pasar global khususnya produk asam amino untuk pakan ternak dan hewan yang lebih ramah lingkungan.

Ia menyebut, pada 2021 mendatang CJI menargetkan bisa lebih melebarkan sayap di negara Eropa dan Asia lainnya dengan target penjualan 36.000 MT atau setara USD 183 juta.

"Pada peluncuran kali ini kami sangat berterima kasih kepada Menteri Pertanian telah hadir dan sekaligus sebuah kehormatan bagi kami karena secara tak langsung kami mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia. Kami harap dukungan ini terus dilakukan ke depannya," ujar Yoon Tae.

Sementara Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, yang hadir dalam pelepasan ekspor turut memberikan apresiasinya. Mentan Syahrul menilai CJI terus berupaya memproduksi produk berstandar dunia di tengah cekaman wabah COVID-19.

"Kami ucapkan selamat atas terealisasinya ekspor ini, berarti semua yang telah diupayakan oleh pihak perusahaan dan telah membuahkan hasil yang baik," ujar Mentan dalam pelepasan ekspor.

Ia menjelaskan, kebutuhan asam amino dalam negeri rata-rata pertahun sebanyak 53.226 ton dengan kapasitas produksi sebesar 381.500 ton. Maka masih ada potensi ekspor asam amino sebesar 328.274 ton dan sampai September 2020 sudah terealisasi ekspor sebanyak 119.496 ton.

Langkah ekspor pun, lanjut dia, sejalan dengan amanah Presiden Joko Widodo yang menyebut ekspor dan investasi adalah kunci penting kemajuan ekonomi Indonesia, sekaligus sejalan dengan program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (GRATIEKS).

"Saya sangat menghargai dan mengapresiasi lompatan kemajuan PT Cheil Jedang Indonesia yang pertama kalinya melaksanakan ekspor bahan asal hewan berupa asam amino. Saya berharap perusahaan terus meningkatkan kinerja ekspornya," ucap dia.

Ia juga menekankan pentingnya aspek kualitas, kuantitas dan kontinunitas yang harus dipenuhi dalam mengisi peluang ekspor.

"Perlu adanya jaminan kualitas yang dapat bersaing, kemampuan memenuhi kuantitas yang dibutuhkan negara importir dan kontinuitas pasokan, disamping efisiensi usaha agar produk kita semakin kompetitif," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, Nasrullah, memaparkan bahwa komoditas peternakan Indonesia hingga saat ini telah mampu menembus pasar internasional.

"Terbukti dari beberapa ekspor daging ayam olahan, sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, susu olahan, ternak babi, kambing dan domba hidup sampai larva kering. Total ekspor mencapai 97 negara," kata Nasrullah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor komoditas peternakan 2020 periode Januari-September (angka sementara) sudah tercatat mencapai 235.728 ton dengan nilai USD 632.085.614 atau setara Rp 9,48 triliun.

Catatan ini meningkat dibanding periode yang sama pada 2019 (year on year) yang hanya mencapai 199.135 ton dengan nilai setara Rp 7,05 triliun. Peningkatan volume ekspor sebesar 18,38% dan nilai ekspor meningkat sebanyak 34,32%.

"Nah, lewat GRATIEKS kami targetkan pertumbuhan volume ekspor peternakan pada 2024 nanti naik 300% menjadi 884.212 ton ke 100 negara tujuan," imbuhnya.

Dengan terbukanya akses pasar  internasional ini, kata Nasrullah, diharapkan CJI terus meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk siap ekspor, sehingga produk peternakan Indonesia bisa lebih bersaing di perdagangan internasional dan menjadi motivasi bagi para pelaku usaha lainnya.

"Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada PT Cheil Jedang Indonesia dan semua pihak terkait atas dukungannya terhadap upaya ekspor komoditas peternakan Indonesia," tandasnya. (INF)

ILC KE-13: PENTINGNYA MENJAGA KEAMANAN PANGAN PROTEIN HEWANI

ILC edisi 13 dengan tema “Menjaga Keamanan Pangan Protein Hewani”. (Foto: Istimewa)

Di setiap mata rantai sistem pasok produk hasil ternak, masing-masing memiliki tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya kontaminasi atau pencemaran produk hasil ternak yang mengakibatkannya menjadi berbahaya bagi kesehatan konsumen. Persyaratan akan produk pangan yang aman dikonsumsi inilah yang dikenal dengan istilah keamanan pangan.

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi13 yang mengangkat topik “Menjaga Keamanan Pangan Protein Hewani” pada Sabtu (31/10/2020) melalui aplikasi daring. ILC yang diselenggarakan ke-13 kalinya tersebut diselenggarakan oleh Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), bekerja sama dengan Majalah Poultry Indonesia.

Hadir sebagai narasumber utama pada ILC yang diikuti sekitar 200 peserta yakni Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), DIrektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syamsul Ma’arif, yang membahas seputar regulasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) untuk penjaminan keamanan pangan protein hewani. Hadir pula Staf Pengajar pada Departemen Kesmavet FKH Universitas Airlangga, A.T. Soelih Estoepangestie, yang menyampaikan materi strategi menjaga keamanan pangan produk protein hewani sejak dari awal, serta narasumber dari kalangan praktisi, yakni Vice President Head of Marketing & Sales PT Ciomas Adisatwa, M. Zunaiydi, yang memaparkan pengalaman industri pengolahan produk hasil unggas dalam menjaga keamanan pangan.

Salah satu regulasi penting dalam upaya penjaminan keamanan pangan protein hewani adalah adanya Peratutan Menteri Pertanian No. 11/2020 tentang sertifikasi nomor kontrol veteriner unit usaha produk hewan. Syamsul menjelaskan, sertifikat NKV adalah bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan pangan produk hewan pada unit usaha produk hewan. NKV dalam bentuk sertifikat tersebut diberikan oleh pejabat otoritas veteriner provinsi.

Adapun jenis usaha peternakan dan olahannya yang wajib memiliki NKV yakni rumah pemotongan hewan, budi daya (unggas petelur dan sapi perah), distribusi (cold storage, kios daging, ritel, gudang kering, pengumpulan, pengemasan, pelabelan telur konsumsi, penampung susu), sarang burung walet (rumah, pencucian, pengumpulan dan pengolahan), pengolahan produn pangan asal ternak, serta pengolahan hewan non-pangan.

“Pengawasan keamanan dan mutu produk hewan dilakukan dengan pengujian mutu dan sertifikasi produk hewan, monitoring dan surveilan produk hewan, serta pengawasan keamanan produk hewan,” tutur Syamsul.

Keamanan pangan juga menjadi isu penting dalam menghindari penyebaran COVID-19, terutama dalam alur proses rantai pasok mulai dari peternak, rumah pemotongan, pabrik pengolah, pengemas, hingga ke distribusi dan konsumen. Oleh karena itu, penerapan keamanan pangan dalam setiap mata rantai sistem pasok pangan mutlak harus diintegrasikan dengan protokol penanganan COVID-19, seperti cuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker.

Sementara ditambahkan M. Zunaiydi, keamanan pangan harus dijaga sejak awal, mulai dari budi daya dengan menerapkan tata cara produksi ternak yang baik, sehingga dihasilkan produk yang sehat dan berkualitas.

“Dengan demikian proses selanjutnya, yakni proses pengolahan produk pun diharapkan dapat terjaga kualitas dan keamanan pangannya. Hal itu sejalan dengan seruan dari World Health Organization (WHO) yang mendeklarasikan bahwa keamanan pangan adalah kewajiban semua pihak. (IN)

TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DOMESTIK DI ERA 4.0

Industri susu di Indonesia harus selalu berinovasi memanfaatkan perkembangan teknologi. (Foto: Istimewa)

Susu adalah cairan yang berwarna putih kekuningan atau putih kebiruan yang merupakan sekresi kelenjar ambing sapi yang sedang laktasi tanpa ada penambahan atau pengurangan komponen dan belum mengalami pengolahan.

Berdasarkan daerah asal, pengelompokan sapi perah dibagi menjadi dua, yaitu sapi perah daerah sub tropis, yakni negara yang memiliki empat musim (semi, panas, dingin dan gugur). Sapi tersebut diantaranya Friesian Houlstein (FH), Jersey, Guernsey, Ayrshire dan Brown Swiss. Adapun daerah tropis adalah negara yang memiliki dua musim (kemarau dan penghujan) layaknya di Indonesia. Sapi daerah tersebut yakni Red Sindhi, Sahiwal dan PFH.

Dua kategori besar bangsa sapi perah dunia tersebut dijelaskan oleh Kepala Quality Contol & Research and Development CV Cita Nasional, Moh. Nur Ali Muslim SPt dalam Bincang Peternakan bertema “Strategi Keberlangsungan Peternakan Sapi Perah di Era Industri 4.0” pada Minggu (1/11/2020).

Acara diselenggarakan oleh KSPTP, BEM FAPET UNPAD, panitia MUNAS ISMAPETI XVI dan Indonesia Livestock Alliance (ILA) melalui aplikasi daring tersebut dilangsungkan dalam rangka menyongsong Musyawarah Nasional ISMAPETI XVI yang menurut rencana akan dilaksanakan pada 9-15 November 2020.

Dalam webinar tersebut, hadir juga narasumber penting lain, yakni Ir Raden Febri Christi, SPt MS IPM (Pengajar Fakultas Peternakan UNPAD), Septian Jasiah Wijaya (owner Waluya Wijaya Farm). Acara diikuti sekitar 200 peserta dari berbagai latar belakang, baik dari kalangan akademisi, pemerintahan, serta swasta dan umum.

Dijelaskan Nur Ali Muslim, di Indonesia sapi perah yang umum dibudidayakan adalah sapi jenis Peranakan Friesien Houlstein (PFH), merupakan sapi hasil persilangan antara sapi asli Indonesia yakni sapi jawa atau madura dengan sapi FH. Ciri fisik sapi PFH yakni secara penampilan menyerupai jenis sapi perah FH, produksi air susunya relatif lebih rendah daripada sapi perah FH, bentuk badannya juga lebih kecil dibandingkan sapi FH, produksi susunya berkisar 2.500-3.000 liter per masa laktasi. 

Di era industri 4.0 yang dicirikan oleh adanya penggabungan teknologi automatisasi dengan teknologi siber tersebut, membawa konsekuensi pada teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia, menjadi inovasi baru, temuan baru, teknologi baru, sistem baru dan juga peluang bisnis baru yang sangat besar.

Menghadapi hal itu, Ali mengatakan, industri pengolahan susu memiliki berbagai tantangan untuk segera berbenah. “Harus selalu berinovasi, karena jika tidak maka akan tertinggal dengan industri dan produk lain, terus mencari informasi-informasi terkait dan terkini, ketersediaan tenaga ahli menjadi hal yang diharuskan, serta mampu menggunakan media seperti Facebook dan Instgram sebagai sarana pemasaran, kemudian mampu menggunakan startup e-commerce agar produk lebih dikenal masyarakat,” kata Ali.

Sementara ditambahkan oleh Septian Jasiah, salah satu kendala juga suplai susu lokal Indonesia yang masih jauh dalam mencukupi kebutuhan nasional.

“Dari kebutuhan susu, Indonesia masih mengimpor hampir 78% sedangkan susu dari peternak sapi perah Indonesia hanya 22% saja. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang dalam sektor peternakan sapi perah maupun pengolahan produk susu,” ujar Septian.

Padahal susu merupakan produk yang memiliki nilai gizi tinggi untuk masyarakat. Peluang usahanya pun masih terbuka lebar. “Kebutuhan inilah yang menjadi salah satu peluang berbisnis di sektor pengolahan susu,” tukasnya. (IN)

FOOD HEROES DAY: PERKUAT INOVASI UNTUK PAHLAWAN PANGAN YANG SEMAKIN TANGGUH

Tampilan situs pahlawanpangan.com

Puncak acara dari serial kampanye FAO Indonesia untuk Hari Pangan Sedunia diadakan hari ini (31/10) melalui Webinar “Food Heroes Day” yang menghadirkan pahlawan pangan sepanjang rantai pangan mulai dari petani, nelayan sampai penggerak komunitas dari kaum muda yang disiarkan live oleh MNC Trijaya FM dan sosial media FAO. 

Krisis kesehatan global COVID-19 membuat kita merefleksikan hal-hal yang sangat kita hargai dan paling mendasar namun sering dianggap remeh: Pangan.  Kita harus mendukung para pahlawan pangan kita – petani, pekerja, penggerak komunitas di seluruh sistem pangan - yang memastikan bahwa pangan terus bergerak dari ladang, laut, tambak sampai ke meja makan di tengah pandemi COVID-19.

“Kami memberikan penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pahlawan pangan, khususnya para petani. Tantangannya memang tidak mudah, tapi kita harus terus bergerak memberikan pangan kepada lebih dari 200 juta orang di Indonesia, ”ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam rekaman sambutannya untuk“ Food Heroes Day ”

Ketahanan yang melekat pada pahlawan pangan kita ditantang tidak hanya oleh situasi pandemi saat ini, tetapi juga oleh ketidakseimbangan sistem pangan. Kelaparan dan di sisi lain, obesitas, degradasi lingkungan, kehilangan dan pemborosan makanan, serta kurangnya keamanan bagi pekerja rantai makanan hanyalah sebagian dari masalah yang menggarisbawahi ketidakseimbangan ini.

Menurut Kementerian Kesehatan RI tingkat obesitas di Indonesia menunjukkan peningkatan dari 14,8 persen pada tahun 2013 menjadi 21,8 persen pada tahun 2018. Sedangkan  sampah makanan seperti dilansir Economist Intelligence Unit tahun 2016, Indonesia merupakan negara pembuang makanan kedua di dunia yang menyia-nyiakan 300 makanan kg/orang setiap tahunnya. 

“Kami membutuhkan tindakan cerdas dan sistemik untuk menyampaikan pangan kepada mereka yang membutuhkan dan memastikan kualitas gizinya. Kami membutuhkan gerakan dari semua sektor untuk mengeluarkan kekuatan inovasi untuk memastikan setiap orang memiliki akses yang pangan bergizi, ”kata Victor Mol, Perwakilan FAO ad interim.

Hari Pangan Sedunia menyerukan solidaritas global untuk membantu semua populasi, dan terutama yang paling rentan untuk pulih dari krisis, dan untuk membuat sistem pangan lebih tangguh dan kuat.

Wakil Direktur Kesehatan  USAID Indonesia David Stanton mengatakan, “Pemerintah Amerika Serikat, melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), telah bermitra selama lebih dari 14 tahun untuk memajukan kemandirian Indonesia dalam pengendalian dan pencegahan penyakit, yang berkontribusi pada ketahanan pangan. Kami bangga dapat bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat kewaspadaan masyarakat dan kesehatan masyarakat sambil meningkatkan ketahanan terhadap wabah penyakit dan krisis ketahanan pangan — untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi generasi mendatang. ”

Diperlukan investasi dalam sistem pangan yang berkelanjutan dan tangguh. Hal Ini mensyaratkan peluang baru yang ditawarkan melalui digitalisasi dan e-commerce, dan juga praktik pertanian yang melestarikan sumber daya alam bumi, kesehatan kita, dan iklim.  

Kebun Kumara, sebuah penggerak komunitas untuk pertanian di  perkotaan yang terletak di pinggiran Jakarta, mendukung penduduk kota untuk terhubung kembali dengan alam dengan cara memperkuat pengetahuan tentang menanam makanan dari rumah.

“Bagi kami di Kebun Kumara, menanam pangan dari rumah adalah tindakan sederhana yang dapat membangkitkan kesadaran kolektif seputar pangan dan urgensi memelihara alam sebagai sumber kehidupan,”kata Sandra

Hari Pahlawan Pangan merupakan puncak dari kampanye Hari Pangan Sedunia 2020 untuk mengapresiasi pahlawan pangan di Indonesia. CEO Startup di bidang pangan dan pertanian, pemimpin komunitas perkotaan, serta selebriti termasuk di antara pembicara di festival virtual yang berlangung selama satu hari.

pahlawanpangan.com, sebuah pameran virtual untuk mengekspos kisah pahlawan makanan Indonesia juga diluncurkan pada acara tersebut. (FAO /CR)

TELUR TETAS CJ PIA DIEKSPOR KE MYANMAR


Pelepasan ekspor telur tetas ke Myanmar oleh PT CJ PIA 

Rabu (28/10) yang lalu PT CJ PIA (CJ Group) melakukan seremonial pelepasan ekspor telur tetas miliknya ke Myanmar. Kegitan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, H. Iwan Karmawan dan tamu undangan lainya.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi Iwan Karmawan mengungkapkan, jika ekspor telur yang dilakukan oleh CJ PIA tersebut menjadi suatu kebanggan bagi Kabupaten Sukabumi, sebab dari sekian perusahan yang bergerak di produk yang sama, baru CJ PIA yang melakukan ekspor ke luar negeri, yakni Myanmar.

”Disaat pandemi ini, CJ PIA mampu membuktikan bahwa perusahaanya tetap bisa berjalan dengan pembuktian melakukan ekspor. Selain itu juga mampu mendongkar laju pertubuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat,”ungkapnya. Untuk itu pihaknya selalu memacu dan mendorong kepada perusahaan lain agar  bisa melakukan hal yang sama.

”Peternakan tetap eksis walau terguncang kondisi pandemi Covid-19. Ekspor telur tetas ke negara Myanmar merupakan suatu solusi menghadapi kondisi pandemi Covid-19 yang berdampak juga terhadap lumpuhnya perkonomian,”pungkasnya.

Associate Direktur PT. Super Unggas Jaya Dewa putu Sumerta mengatakan, bahwa hari itu sebanyak 58 ribu telur tetas dengan nilai sekitar USD 1,3 juta atau 1,88 miliar rupiah diberangkatkan dari Sukabumi. 

"Ini merupakan pembuktian dari kami, sekaligus kebanggan bagi kami. Memang Covid-19 melumpuhkan ekonomi kita, tetapi kami berhasil membuktikan bahwa selalu ada jalan, dengan ini kami sudah menjawab tantangan pemerintah untuk melakukan ekspor," tutur Dewa.

Dewa melanjutkan bahwa tahun ini ada satu kali ekspor telur tetas. Kedepannya Myanmar berencana meminta dua kali lipat dari jumlah yang diekspor sekarang. Dirinya juga mengakui bahwa telur tetas milik perusahaannya juga tengah dilirik oleh negara tetangga lainnya yaitu Vietnam.

"Semoga saja Vietnam tertarik dan berminat, kita minta dukungannya agar dapat menjawab tantangan ekspor sekaligus mengharumkan sektor peternakan Indonesia," pungkas Dewa (INF/CR)

MILAD KE-41: ASOHI SERENTAK BAGIKAN 5.000 MAKANAN BAGI WARGA TERDAMPAK COVID-19

Pengurus ASOHI Nasional membagikan paket makanan berupa daging ayam dan telur bagi warga terdampak COVID-19. (Foto: Dok. Infovet)

Pengurus Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Nasional maupun Daerah pada Minggu (25/10), serentak menggelar kegiatan bagi-bagi makanan dengan menu daging ayam dan telur sebanyak 5.000 paket kepada warga terdampak COVID-19 di beberapa daerah di Indonesia.

Kegiatan ASOHI Peduli bertajuk “Ayo Makan Daging Ayam dan Telur” di 17 daerah diselenggarakan dalam rangka memperingati Milad ke-41 tahun ASOHI yang menghimpun pelaku industri obat hewan di Indonesia.

Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh anggota yang telah ikut melaksanakan kegiatan ASOHI Peduli bagi warga terdampak COVID-19.

“Terima kasih kepada seluruh jajaran pengurus ASOHI Nasional dan Daerah yang telah meluangkan waktu, tenaga, sumber daya lainnya untuk menyukseskan acara ulang tahun ASOHI ke-41 dalam bentuk kegiatan CSR/ASOHI Peduli. Alhamdulillah acara berjalan lancar, sukses dan aman,” ujar Irawati dalam keterangannya.

Menurutnya, kegiatan ini menjadi bagian kontribusi ASOHI dalam mengedukasi masyarakat dan meningkatkan konsumsi protein hewani.

“Sebab mengonsumsi daging ayam dan telur itu menyehatkan dan mencerdaskan masyarakat, sekaligus kita membantu meningkatkan industri peternakan,” ucapnya.

Ia pun berharap kegiatan yang baik ini mendapat berkah dari Sang Pencipta “Semoga amalan yang dilakukan dengan mulia ini dibalas oleh Allah SWT dengan berkah dan rahmat yang berlipat ganda. Semoga ASOHI makin jaya, salam sehat,” pungkas Ira.

Kegiatan di Daerah
ASOHI Cabang Jawa Tengah ikut membagikan ratusan menu makanan daging ayam dan telur yang langsung dimasak besama warga di dapur darurat di Nayu Timur, RT 01 RW 08, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari.

Ketua ASOHI Jawa Tengah, Agus Eko Sulistiyo, menyatakan total sebanyak 409 paket makanan dibagikan kepada warga yang membutuhkan. “Serentak ini dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia dengan total keseluruhan 5.000 paket. Kebetulan Solo menjadi kota penyelenggara khusus wilayah Jawa Tengah,” kata Agus dikutip dari Radar Solo.

Dengan dibantu warga sekitar, kegiatan amal tersebut pun berjalan lancar. “Kami libatkan masyarakat untuk meningkatkan semangat gotong royong di tengah pandemi COVID-19. Tentu selama kegiatan kami menerapkan protokol kesehatan ketat,” ucapnya.

Sementara kegiatan yang sama di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dilakukan secara maraton mulai 23-25 Oktober 2020, yang difokuskan disejumlah panti asuhan di Kota Makassar dan Maros.

Kegiatan ASOHI Peduli di daerah. (Foto: Istimewa)

Dilansir dari Otomakassar.com, Ketua ASOHI Sulsel, Drh Djatmiko, mengungkapkan bahwa pemberian asupan gizi protein hewani penting untuk menjaga kesehatan tubuh dari serangan COVID-19.

“Kita pilih panti asuhan karena komunitas masyarakatnya terbilang daya belinya cukup rendah, sekaligus ASOHI memberi perhatian untuk kelangsungan generasi muda,” kata Djatmiko.

ASOHI Sulsel sendiri menyediakan 400 boks makanan dengan menu daging ayam dan telur. Pada hari pertama diberikan ke panti Yakartuni di Kota Makassar dan sekolah Tahfidz Qur’an Rabbani di Kabupaten Maros. Hari kedua dilaksanakan di panti asuhan Al Ma’arifah dan panti asuhan Al Abrar, serta kelompok ojek online di Kota Makassar. Pada hari terakhir dipusatkan kampanye makan daging ayam dan telur di pantai Losari dan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di Kota Makassar. (RBS)

WASPADA HAMA PEMBAWA PENYAKIT PADA HEWAN DAN MANUSIA

Kehadiran lalat yang merupakan hama di suatu peternakan unggas akan mengakibatkan kerusakan/gangguan, kerugian, hingga timbulnya penyakit. (Foto: Dok. Infovet)

Lingkungan peternakan, baik peternakan unggas, sapi, domba/kambing, maupun babi, kerap menjadi sasaran polusi lingkungan di sekitarnya. Hal ini terutama karena bau tak sedap dari kotoran ternak hingga secara kasat mata terlihat berbagai macam hama yang berkeliaran di sekitar lingkungan kandang untuk mencari makan.

Untuk menekan anggapan yang kurang baik itu dan mencegah ternak maupun pekerjanya terjangkit penyakit, maka sudah sepatutnya pengusaha peternakan rutin dan kontinu menjaga kebersihan lingkungan, termasuk pengendalian hama.

Kata hama memang sering didengar utamanya di sekitar peternakan. Namun masyarakat termasuk peternak belum banyak mengetahui kehidupan maupun bahayanya. Padahal ini sangat penting untuk meminimalisir masalah yang timbul di kemudian hari. Diperlukan Integrated Pest Management yang merupakan strategi bijaksana dengan menggunakan berbagai macam metode seperti fisika, mekanika, kimia, biologi, kebiasaan dan penyuluhan untuk menanggulangi hama dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Menurut Aardwolf Pestcare (2006), hama merupakan makhluk hidup yang keberadaannya mengganggu/merugikan kehidupan manusia. Kehadiran hama akan mengakibatkan kerusakan, gangguan, timbulnya penyakit, terjadinya hal yang bertentangan dengan peraturan dan rasa takut. Sedangkan New York State Agriculture & Markets (2006), menyebut 33% penyebab kerusakan oleh hama dialamatkan pada serangga dan tikus.

Hama pun dikelompokan menjadi empat macam yaitu, 1) Disease Bearing Pests/Vector (lalat, nyamuk, kutu, tikus). 2) Stored Product Pests (kecoak, kumbang, gegat tepung Indian). 3) Structural Pests (semut kayu, tawon kayu, rayap). 4) Wildlife Intruders (tikus, burung pembawa hama, ular, cicak).

Berdasarkan masa aktifnya hama dikelompokkan menjadi, 1) Diurnal Pests yang aktif diwaktu siang, seperti lalat, nyamuk dan semut. 2) Nocturnal Pests yang aktif di malam hari, diantaranya tikus, kecoak, nyamuk Culex, nyamuk Malaria, cicak dan ular.

Mengapa Ada Hama?
Pentingnya mengetahui mengapa hama bisa sampai berada di lingkungan agar dapat melakukan pencegahan di titik-titik yang memberi peluang datangnya hama. Berdasarkan hasil pengamatan mendalam, ternyata hama hadir karena tersedianya air, makanan, lingkungan yang hangat, hingga menjadi tempat singgah (shelter) yang nyaman. Hama bisa datang sendiri (self entry) atau terbawa alat transportasi (lihat Bagan 1).

Bagan 1: Faktor dan Akses Masuknya Hama

Untuk memutus lingkaran penyebab hadirnya hama di lingkungan (rumah, kandang/farm, gudang dan lain sebagainya), maka perlu secara disiplin dalam menjaga lingkungan (bersih dan rapih), membiasakan diri membuang sampah/ceceran makanan atau pakan ternak pada tempatnya, kemudian memelihara alat monitoring (alat deteksi hama) dan menutup akses masuknya hama (pintu, jendela, plafon, lubang angin, saluran dan lain-lain).

Mekanisme Penularan Penyakit Melalui Hama
Hewan/manusia berperan sebagai induk semang (host) dari bakteri patogen yang menular bisa melalui gigitan vektor yang dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu hewan yang berperan sebagai induk semang maupun vektor, perlu dihambat akses masuknya dan dibasmi perkembangbiakannya.

Bagan 2: Berbagai Elemen Penularan Penyakit

Cara Pengendalian Hama
• Lalat. Pengendalian bisa dilakukan untuk area luar dengan cara pengumpanan, hot fogging, spraying. Sementara untuk area dalam bisa dilakukan sparying alkohol 70% dan memasang AFC (Aardwolf Fly Catcher/alat penangkap lalat).
• Tikus. Untuk area luar dengan cara meracuni dengan kotak ATRB, teknologi antikoagulan (anti pembekuan darah tikus) yang mematikan dalam tiga hari. Untuk anak tikus bisa dengan menggunakan lem atau perekat untuk tikus.
• Semut. Pengendalian untuk area luar menggunakan penyemprotan peptisida. Untuk area dalam menggunakan penyemprotan alkohol 70%, menutup akses memakai sealant, menyedotnya memakai vaccum atau memasang perangkap lem.
• Nyamuk. Pengendalian bisa dilakukan dari area luar dengan hot fogging, spraying peptisida dan larvacide. Untuk areal dalam dengan cold fogging (khusus kantor) dan memasang AFC (alat penangkap nyamuk dan lalat).
• Kecoak. Pengendalianya bisa dengan melakukan pengasapan dan penyemprotan peptisida. Untuk areal dalam dengan cold fogging, pemberian umpan racun, penyemprotan alkohol 70%, penyedotan memakai vaccum atau memasang perangkap lem.
• Burung liar. Untuk area luar memasang kawat burung di lubang-lubang yang memungkinkan burung masuk dan untuk areal dalam memasang jaring perangkap burung liar.
• Rayap dan Tawon. Pengendaliannya bisa dilakukan penyemprotan dengan larutan soda api atau dengan larutan anti rayap.

Karena itu, keberadaan hama tidak bisa dianggap remeh karena dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, gangguan kesehatan dan lain sebagainya.

Cara penanggulangan hama yang paling baik adalah dengan mencegah hama masuk melalui akses dan meminimalkan ketersediaaan air, makanan dan tempat tinggal bagi hama.

Kebersihan dan kebiasaan yang baik (membuang sampah pada tempatnya, mencuci bekas pakan/minum, mengepel lantai dan lain-lain) sangat membantu untuk mengurangi hama. Sebab, mencegah lebih baik dan lebih murah dari pada mengobati. ***

Ditulis oleh:
Ir Sjamsirul Alam
Praktisi peternakan, alumni Fapet Unpad

KEKURANGAN JAGUNG DI NIGERIA BERDAMPAK BESAR BAGI PETERNAK UNGGAS

Kekurangan jagung di Nigeria membuat produsen unggas berjuang keras untuk memberi makan unggas mereka.

Presiden Poultry Association of Nigeria (PAN) mengatakan bahwa produsen unggas masih berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan pakan untuk unggas mereka.

Meskipun pengiriman jagung baru telah memasuki pasar Nigeria, peternak unggas belum dapat menggunakannya untuk pakan karena kandungan air yang tinggi.

PAN menjelaskan bahwa peternak unggas terkena dampak negatif dari lockdown COVID-19 di negara itu. Kekurangan pasokan membuat harga pakan meroket dan pembatasan pergerakan menyebabkan banyak petani dan penggilingan tidak bisa bekerja.

Nigeria mampu mengimpor jagung untuk memenuhi kekurangan dan mencegah krisis pangan nasional, tetapi PAN prihatin tentang tingkat suku bunga barang impor. (Sumber thepoultrysite.com)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer