-->

REVIEW 100 TAHUN RABIES DI INDONESIA

Rabies atau penyakit anjing gila merupakan penyakit zoonotik yang keberadaannya meresahkan di Indonesia. Hingga saat ini Indonesia masih berjuang untuk dapat bebas dari satu dari Sembilan penyakit hewan menular strategis tersebut.

Sejarah dan Perjalanan Rabies di Indonesia

Kemunculan rabies di Indonesia terjadi pada akhir tahun 1880-an, tepatnya dengan ditemukannya kasus rabies pada hewan pertama yang terdokumentasi pada masa pendudukan Hindia-Belanda pada tahun 1884. Kasus tersebut terjadi pada seekor kuda di Jawa Barat.

Pada tahun 1889, lima tahun kemudian, kejadian rabies padaa kerbau juga terjadi di wilayah yang sama. Kasus yang serupa sebenarnya sudah dilaporkan sebelumnya dan terjadi pada sapi di tiga daerah di Kabupaten Bekasi. Selain itu, terdapat laporan mengenai dua kasus rabies pada anjing yang terjadi sekitar 3–4 bulan sebelumnya, yang mengakibatkan kematian dua orang.

 Laporan kerja di Institut Pasteur memberikan gambaran tentang manifestasi klinis dan kelainan yang terlihat yang sesuai dengan diagnosis klinis rabies; namun, tidak ada informasi mengenai hasil pengujian laboratorium pada saat itu karena uji diagnosis rabies di Institut Pasteur baru tersedia pada tahun 1895 di Jakarta.


Gambar 1. Peraturan untuk Institut Pasteur terkait dengan penyakit rabies yang dicetak pada tahun 1895. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Setelah laporan kejadian rabies di Jawa Barat, terdapat laporan kasus dugaan rabies pada manusia di 22 lokasi di Pulau Jawa, 5 lokasi di Pulau Sumatera, dan di Sulawesi pada tahun 1897. Kasus dugaan rabies pertama juga tercatat di Sulawesi Utara pada tahun 1903; Ambon pada tahun 1904; Kalimantan pada tahun 1906; dan Ternate pada tahun 1907. Beberapa tahun setelahnya, pada tahun 1912, empat kejadian rabies pada manusia muncul di Lombok, dan pada tahun yang sama, tercatat satu kejadian lagi terjadi di Papua (Tabel 1 di bawah).

 Namun demikian, laporan menunjukkan bahwa pasien yang berasal dari Lombok tidak mengalami gigitan anjing rabies, dan pada saat itu tidak diketahui informasi adanya kasus rabies di pulau ini. Sementara itu, di Nusa Tenggara Timur, Institut Pasteur juga menerima laporan adanya tiga kasus pada manusia di Pulau Timor pada tahun 1903, 1908, dan 1913, dan satu kasus dilaporkan berasal dari Flores pada tahun 1910.


Tabel 1. Kejadian Rabies di Indonesia (Sumber : Kementan 2023)

Periode pemerintahan

Tahun

Pulau

Lokasi

Hindia-Belanda

1884

Jawa

Jawa Barat

 

1897

Sumatera

Bangka Belitung, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Utara, dan Aceh

 

1897

Sulawesi

Sulawesi Selatan

 

1903

Timor

Nusa Tenggara Timur

 

1904

Ambon

Maluku

 

1906

Kalimantan

Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat

 

1907

Ternate

Maluku Utara

 

1910

Flores

Nusa Tenggara Timur

 

1912

Lombok

Nusa Tenggara Barat

 

1912

Papua

Papua Barat

Penjajahan Jepang

-

-

-

Indonesia

1953

Jawa

Jawa Tengah, Jawa Timur

 

1953

Sumatera

Sumatera Barat

 

1958

Sulawesi

Sulawesi Selatan

 

1974

Kalimantan

Kalimantan Timur

 

1997

Flores

Nusa Tenggara Timur

 

2008

Bali

Bali

 

2010

Nias

Sumatera Utara

 

2010

Larat

Maluku

 

2012

Dawera

Maluku

 

2019

Sumbawa

Nusa Tenggara Barat

 

2023

Timor

Nusa Tenggara Timur

 


Gambar 2. Persebaran kasus rabies di Indonesia pada masa Pemerintah Hindia-Belanda periode 1897-1916 (Sumber : Kementan 2020).

Masih Terus Berulang

Berdasarkan data yang tersedia, tercatat bahwa antara tahun 1903 dan 1916, terdapat peningkatan yang signifikan pada jumlah pasien yang mencari pengobatan karena infeksi rabies. Demikian pula, terdapat adanya peningkatan laporan kasus rabies pada hewan. Di antara kasus paparan rabies pada manusia, anjing merupakan penyebab 6.797 dari 6.973 kasus paparan rabies pada manusia atau sekitar 97,5%.

Catatan medis juga menunjukkan bahwa terdapat paparan rabies dari kucing (100 kasus), sesama manusia (34), monyet (18), sapi (12), kuda (9), dan babi (2) yang dicurigai atau terkonfirmasi terinfeksi rabies. Sedangkan dari 4.215 kasus yang dilaporkan pada hewan, 4.123 (97,8%) terjadi pada anjing.

Hingga periode Perang Dunia I, keberadaan rabies pada hewan tercatat di gugusan Kepulauan Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi), serta di sejumlah pulau kecil di nusantara.

Sejak itu, rabies menjadi kondisi umum di wilayah Hindia-Belanda dan dianggap sebagai penyakit serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat Eropa yang ingin tinggal menetap di Hindia-Belanda. Beruntungnya, vaksin rabies pertama untuk manusia berhasil diproduksi di dalam negeri pada periode tersebut. Vaksin ini dibuat menggunakan otak monyet (Macacus gynomolgus) dan pertama kali diproduksi di Bandung, ibu kota Jawa Barat, pada tahun 1916.

Saat itu, tercatat adanya peningkatan frekuensi lalu lintas secara bertahap, khususnya lalu lintas tentara yang membawa hewan pendamping, terutama anjing, dari Pulau Jawa ke wilayah lain. Hal ini diyakini berkontribusi terhadap penyebaran penyakit rabies di Hindia-Belanda. Sebenarnya, upaya pengendalian rabies telah dilaksanakan sejak tahun 1889; namun, hal tersebut masih belum banyak didokumentasikan secara komprehensif. Peraturan yang mengatur lalu lintas hewan peliharaan (khususnya anjing, kucing, dan monyet) di dalam negeri, serta impor hewan peliharaan, ditetapkan pemerintah pada tahun 1890. Peraturan tersebut kemudian diubah pada tahun 1906 dan diperkuat kembali pada tahun 1915.

Peraturan tersebut (Official Gazette/Peraturan Negara Nomor 302) dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober 1915 untuk menangani penyakit rabies dan mencakup unsur-unsur penting sebagai berikut: “1) pada daerah yang bebas rabies, dilarang membawa masuk anjing, kucing, dan monyet; 2) anjing, kucing, atau monyet yang digigit hewan rabies harus disuntik mati, dibakar, atau dikuburkan pada kedalaman minimal 1,5 meter; 3) jika ada kasus rabies yang dilaporkan di suatu wilayah, wajib bagi semua pemilik anjing untuk memakaikan Brangus untuk anjing peliharaannya saat berada di luar ruangan, baik di halaman rumah sendiri atau saat jalan ke luar; selain itu, lalu lintas anjing, kucing, dan monyet dari wilayah administratif tersebut juga dilarang; 4) pada wilayah yang tidak memiliki persyaratan lisensi anjing, semua anjing wajib memakai kalung sebagai tindakan untuk mengurangi populasi anjing liar”. Namun demikian, peraturan-peraturan ini tidak ditegakkan secara konsisten atau secara tegas.

Tabel 3. Jumlah kasus rabies pada hewan pada periode Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1903-1916. (Sumber : Kementan 2020)

Tahun

Anjing

Kucing

Monyet

Sapi

Kuda

Babi

1903

213

3

-

-

-

-

1904

312

5

1

1

-

-

1905

295

4

-

-

2

-

1906

256

4

1

-

-

-

1907

244

7

-

1

1

-

1908

290

3

-

1

-

-

1909

350

10

3

-

1

-

1910

351

3

4

-

-

-

1911

302

2

-

-

2

-

1912

321

5

3

2

-

1

1913

390

4

-

1

1

-

1914

512

8

3

-

-

-

1915

Tidak ada data

Tidak ada data

Tidak ada data

Tidak ada data

Tidak ada data

Tidak ada data

1916

287

2

1

-

1

1

Total

4,123

60

16

6

8

2

 

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1926, pemerintah Hindia-Belanda memperketat peraturan rabies dengan memberlakukan Ordonansi Pasal 451 dan 452 tentang pengendalian rabies.

Berdasarkan peraturan tersebut, Departemen Pertanian beserta lembaga kesehatan hewan di bawahnya bertanggung jawab untuk mengendalikan rabies pada hewan. Di sisi lain, Departemen Kesehatan Masyarakat bertanggung jawab menangani kasus gigitan anjing dan korbannya, di mana pendekatan ini tidak berubah hingga saat ini. Setelah diberlakukannya undang-undang tahun 1926, sebuah program nasional dilaksanakan untuk menangani rabies, yang mencakup pemusnahan massal anjing-anjing liar dan vaksinasi massal terhadap anjing, kucing, dan monyet berpemilik menggunakan vaksin kultur jaringan yang diproduksi secara lokal.

Selama periode perang dunia pertama hingga perang dunia kedua, tidak banyak data tersedia mengenai rabies dan penanganannya di Indonesia. Pelaporan rabies kemudian kembali dilakukan pasca kemerdekaan Indonesia, di mana kasus rabies terdeteksi pada tahun 1953 di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Kemudian, rabies muncul kembali di Pulau Sulawesi dan Kalimantan masing-masing pada tahun 1958 dan 1974.

Dua dekade setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1967, pemerintah Indonesia mengeluarkan undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan hewan: Undang-undang No. 6 Tahun 1967 yang secara jelas mengatur cara-cara pengendalian dan pemberantasan rabies. Beberapa tahun kemudian, sebuah kolaborasi dilakukan pada tahun 1978 oleh Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan tujuan untuk menetapkan surat keputusan bersama yang didasarkan pada undang-undang yang disahkan pada tahun 1926 dan 1967.

Meskipun peraturan pemberantasan sudah diperkuat, rabies terus merajalela di Indonesia. Pada pertengahan tahun 1980-an, tepatnya pada tahun 1985 hingga tahun 1986, dilaporkan terjadi wabah rabies di Provinsi Jawa Tengah, di mana daerah tersebut sebenarnya telah bebas rabies selama 10 tahun sebelumnya. (WFH)

Oleh : Wahid Fakhri Husein – praktisi manajemen kesehatan hewan dan One Health; Direktur Sahabat Anti Rabies*


RUSIA MEMULAI SISTEM VETERINER BARU UNTUK MELAWAN FLU BURUNG

Pemerintah Rusia telah merancang rencana untuk memperkenalkan sistem kompartemen dalam industri unggas untuk melawan Avian Influenza. Pendekatan ini akan serupa dengan yang ada di industri babi, di mana telah terbukti berperan baik dalam memerangi ASF.

Otoritas Rusia telah menerbitkan rancangan dekrit di mana sistem kompartemen akan diberlakukan pada 1 Maret 2025, untuk berlaku setidaknya hingga 1 Maret 2031. Serupa dengan industri babi, rencana tersebut memperkirakan membagi semua peternakan unggas menjadi 4 kategori, atau kompartemen, tergantung pada tingkat perlindungan biologis mereka. Kompartemen 1 dan 2 untuk peternakan dengan tingkat perlindungan biologis rendah atau buruk, sementara kompartemen 3 untuk peternakan dengan tingkat perlindungan standar.

Hampir semua peternakan babi industri Rusia memiliki kompartemen 4, menunjukkan mereka mematuhi aturan veteriner yang paling ketat. Keuntungan utamanya adalah memungkinkan peternakan babi yang berada di wilayah yang terkena ASF untuk terus menjual produk di luar wilayah, bahkan ke luar negeri.

Untuk menjaga ekspor berjalan, diharapkan bahwa peternakan unggas dengan kompartemen tertinggi akan memenuhi syarat untuk melanjutkan ekspor unggas. Dalam catatan penjelasan dekrit, Kementerian Pertanian Rusia mengklaim bahwa sistem kompartemen akan mengamankan keuntungan perdagangan untuk industri unggas Rusia.

Kementerian tersebut mengatakan, "Ini akan melibatkan prosedur ekspor yang disederhanakan, memperbaiki situasi epizootiologi di fasilitas peternakan unggas, dan memastikan keamanan veteriner produk unggas."

Peternakan unggas Rusia meminta pengawas veteriner Rusia Rosselhoznadzor untuk memperkenalkan sistem kompartemen, Sergey Dankvert, kepala Rosselhoznadzor, mengungkapkan pada April 2023. Dia juga mengkritik cara sistem veteriner diorganisir di peternakan unggas Barat.

"Kerugian akibat flu burung yang mereka derita di Eropa, Amerika, bahkan Jepang dapat diprediksi karena mereka memilih untuk tidak memperkuat perlindungan biologis, atau, seperti yang kami sebut, kompartemen, tetapi mengikuti jalur hijau bahwa uanggas-unggas perlu berjalan, bernapas udara segar dan tidak hidup dalam kandang," ujar Dankvert saat itu. (Via Poultryworld)

MANAJEMEN VENTILASI PENGARUHI HASIL PANEN

Pemasangan tirai luar kandang. (Foto: Istimewa)

Salah satu faktor yang memengaruhi hasil akhir produksi ayam broiler adalah beban panas yang tinggi (heat stress). Hal ini terjadi karena ternak broiler merupakan tipe ayam pedaging yang pada prinsipnya adalah penumpuk lemak di dalam tubuh dalam jumlah besar pada masa produksi akhir (panen).

Salah satu kendala akibat iklim yang ekstrem yakni heat stress. Umumnya stres akibat panas terjadi karena penumpukan lemak menjadi penghambat pembuangan panas yang dibentuk oleh tubuh, sedangkan ayam broiler juga mendapat panas tubuh dari hasil metabolisme dan aktivitas lingkungan sekitar.

Aktivitas yang menyebabkan terjadinya panas lingkungan dipengaruhi temperatur, kelembapan, dan sirkulasi udara. Ketiga faktor tersebut merupakan elemen penting yang memengaruhi produksi broiler. Karena ketiga faktor tersebut berperan dalam proses terbentuknya kenyaman pada ayam, dimana akan menghasilkan produksi yang maksimal atau malah sebagai predisposisi timbulnya penyakit pencernaan (colibacillosis) dan pernapasan (chronic respiratory disease/CRD), atau bahkan keduanya (CRD kompleks).

Mengatur Ventilasi  
Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi stres akibat panas yang muncul akibat ketiga faktor di atas adalah manajemen ventilasi. Ventilasi merupakan pergerakan udara yang memungkinkan terjadinya pertukaran antara udara di dalam dan di luar kandang. Dengan manajemen ventilasi yang baik, maka angka temperatur, kelembapan, dan sirkulasi udara dapat diatur untuk memberikan rasa nyaman pada ayam.

Dalam sistem kandang terbuka, cara menciptakan pergerakan udara di dalam kandang dapat dilakukan dengan pemberian kipas angin, penerapan sistem buka-tutup tirai kandang, serta pembuatan model kandang monitor.

Adapun manajemen ventilasi yang mendukung juga penting dilakukan pada saat brooding, dimana pada fase tersebut merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan broiler hingga satu periode ke depan. Karena di fase ini DOC akan mengalami pertambahan jumlah sel (hiperplasia) terutama otot. Oleh karena itu, kondisi di dalam kandang harus sangat mendukung yang dimulai dari suhu ideal, kelembapan yang tepat, serta kualitas oksigen yang memadai untuk proses perkembangan.

Kebanyakan peternak cenderung hanya memperhatikan suhu dan kelembapan saja. Sehingga tidak jarang pada umur 7-10 hari tirai masih tertutup. Hal ini diperkuat oleh fakta yang didapat dari Veterinary Health and Care Services PT Gold Coin Indonesia, Drh Rizqy Arief Ginanjar.

“Kenyataan yang terjadi ketika tirai masih ditutup akan mengakibatkan sirkulasi udara di dalam kandang minimal, bahkan tidak terjadi. Sehingga kelembapan dan amonia di dalam kandang tidak bisa terkontrol. Dengan angka kelembapan dan amonia yang tinggi di dalam kandang akan memicu terjadinya penyakit,” ujar Rizqy.

Lebih lanjut, manajemen tirai yang baik harus mulai diperhatikan ketika masa brooding. Tirai yang digunakan harus menggunakan metode double screen guard (tirai luar dan dalam). Aplikasinya adalah dengan menggunakan dua buah tirai, satu untuk di dalam kandang dan satu lagi untuk di luar kandang. Pada saat DOC chick-in hingga umur tiga hari, tirai dalam masih dapat ditutup rapat agar panas di dalam brooder tercapai.

Ketika memasuki umur empat hingga tujuh hari, tirai luar pada siang hari sudah harus mulai dibuka disertai dengan pelebaran dari sekat (chick guard). Tirai dibuka ± 10-20 cm yang bertujuan agar terjadi pertukaran udara oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Sedangkan untuk tirai dalam masih dipertimbangkan untuk ditutup, namun juga melihat kondisi ayam.

Ketika malam, tirai masih harus ditutup agar ayam tidak terkena cold shock. Pada umur 7-10 hari dengan asumsi pertumbuhan bobot badan yang makin berkembang, maka tirai dan pelebaran sekat juga harus mengikuti. Tirai luar pada siang hari diturunkan seperempat dari tinggi kandang (± 40-50 cm), sedangkan untuk tirai dalam sudah bisa mulai dilepas. Pada malam hari tirai dapat ditutup kembali.

Pada umur 10-14 hari, tirai luar pada siang hari sudah dapat dibuka setengah tiang kandang dan pada malam hari tirai dapat dibuka seperempat tiang kandang. Pada umur 15-20 hari, tirai luar pada siang hari sudah dapat dibuka seluruhnya, namun pada malam hari tirai masih ditutup untuk antisipasi stres akibat cuaca dingin. Pada umur 21 hari hingga panen, tirai sudah dapat dibuka seluruhnya baik pada siang maupun malam hari. Namun masih dengan pertimbangan kondisi cuaca, adakalanya dinaikan (ketika hujan atau angin besar).

Disamping manajemen tirai, faktor sirkulasi udara juga dapat dibantu dengan penambahan kipas angin dan pembuatan kandang monitor. Pemberian kipas angin sering dipasang di dalam kandang yang memiliki alas litter. Tujuan pemberian kipas adalah untuk mempercepat perpindahan udara di dalam kandang. Jenis kipas angin yang digunakan adalah kipas pendorong (blower fan) dengan berbagai ukuran 24”, 36”, dan 42”. Kipas angin dapat ditempatkan pada ketinggian 50-100 cm dari lantai.

Di daerah tropis jenis kandang tipe terbuka yang memiliki konstruksi panggung diharapkan memiliki atap berbentuk monitor. Karena cuaca pada wilayah tropis sangat memengaruhi dalam tata laksana manajemen ventilasi. Selain dengan manajemen buka-tutup tirai, pembuatan kandang jenis panggung dan atap monitor pada kandang terbuka sangat membantu dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida atau bahkan pembuangan senyawa berbahaya H2S dan NH3.

Salah satu peternak yang sudah mengaplikasikan manajemen ventilasi adalah Suhardi. Menurutnya, di tengah iklim dan cuaca ekstrem seperti saat ini manajemen ventilasi yang baik akan menunjang performa, apalagi jika dibarengi dengan pemeliharaan yang baik.

“Saya selalu rutin dalam mengatur ventilasi, karena saya kurang biaya untuk bikin closed house jadi mau tidak mau saya harus bisa mengatur ventilasi. Paling sebagai tambahan saya sedikit rajin semprot disinfektan dan memisahkan ayam yang mati. Biar enggak nular penyakitnya,” kata Suhardi.

Ia mengatakan, pengaturan ventilasi ini sangatlah penting. Sebab hal buruk pernah menimpanya dikala anak kandangnya lupa melakukan maintenance buka-tutup tirai. “Pernah cuaca lagi panas, lupa buka tirai, ayam malah mati kepanasan semua, mana baru chick-in. Peristiwa seperti ini sudah jadi makanan sehari-hari, makanya saya rutin mengatur ventilasi, supaya ayam tetap oke performanya,” tandasnya. (CR)

DONGKRAK PERFORMA MELALUI KINERJA SALURAN CERNA

Masalah pada pakan (cangkang sawit) dan saluran pencernaan yang bermasalah. (Foto: Istimewa)

Kesehatan usus sangat penting untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi, karenanya merupakan faktor kunci dalam menentukan performa unggas. Masalah kesehatan usus sangat umum terjadi pada unggas dengan performa tinggi akibat tingginya asupan pakan, yang memberikan tekanan pada fisiologi sistem pencernaan.

Kelebihan nutrisi yang tidak tercerna dan terserap di usus halus dapat memicu disbiosis, yaitu perubahan komposisi mikrobiota di saluran usus. Disbiosis serta penyebab stres lainnya menimbulkan respons inflamasi dan hilangnya integritas antara sel-sel epitel, yang menyebabkan kebocoran usus (Richard et al., 2023 ).

Perkembangan Mikroba Usus
Sel epitel usus, mikroba, dan sistem kekebalan merupakan komponen ekosistem usus. Sebelum adanya penetasan telur skala besar di inkubator, penetasan metode alami membuat telur-telur tersebut bersentuhan dengan sarang atau ayam selama masa inkubasi dan dengan demikian memastikan transmisi vertikal mikrobiota induk ke anak ayam.

Namun di tempat penetasan komersial, anak ayam ditetaskan di lingkungan yang bersih dan tidak ada kontak dengan ayam betina. Oleh karena itu, mikrobiota usus anak ayam yang baru menetas sepenuhnya bergantung pada sumber lingkungan yang dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman mikroba dan peningkatan kolonisasi patogen bawaan dari makanan yang berada di usus.

Anak ayam dapat memperoleh mikrobiota pada tahap embrio selama pembentukan telur di saluran telur dan selama pengangkutan melalui saluran reproduksi. Perolehan mikroba pasca penetasan bergantung pada berbagai faktor, seperti praktik produksi, pola makan, dan lingkungan. Dengan adanya modernisasi produksi ayam di tempat penetasan skala besar, transmisi vertikal alami mikrobiota dari ayam menjadi sangat berkurang.

Spesies pertama yang menghuni saluran pencernaan ayam adalah kelompok bakteri Coliform dan Sterptococcus fecal, yang melimpah pada hari ketiga setelah menetas. Mikrobiota usus kecil terbentuk pada usia sekitar dua minggu. Pada hari ke-40, Lactobacillus mendominasi mikroflora usus kecil. Mikrobiota cecal terbentuk dalam waktu 6-7 minggu dan didominasi oleh mikroba anaerobik fakultatif dan obligat, yang terdiri dari Clostridia, Enterobacteria, Streptococci fecal, Pediococci, dan Pseudomonas aeruginosa. Peningkatan komposisi dan kompleksitas mikroba pada saluran pencernaan bagian distal menyebabkan fluktuasi komposisi mikroba fecal.

Mikrobiota di Crop
Tembolok menampung komunitas bakteri besar yang terdiri dari sel bakteri dengan urutan 1 × 108 hingga 1 × 109 CFU g−1. Tembolok ini didominasi oleh bakteri gram positif seperti Lactobacillus spp. Spesies bakteria lain yang dikoleksi dari tembolok termasuk Bifidobacterium, Klebsiella pneumoniae, K. ozaenae, Escherichia coli, E. fergusonii, Enterobacter aerogenes, Eubacterium spp., Pseudomonas aeruginosa, Micrococcus luteus, Staphylococcus lentus, dan Sarcina spp.

Mikrobiota tembolok memfermentasi serat makanan menjadi asam lemak rantai pendek atau Short Chain Fatty Acid (SCFA). Asetat adalah SCFA utama dalam tanaman. SCFA menurunkan pH tanaman untuk menghambat pertumbuhan patogen yang berkoloni dan berkembang biak pada pH netral atau sedikit basa.

Mikrobiota di Proventrikulus dan Gizzard
Proventrikulus dan gizzard memiliki pH asam yang tidak ideal untuk kolonisasi mikroba. Asam lambung dapat menembus membran sel mikroba sehingga mengakibatkan penurunan pH intraseluler dan terganggunya gaya gerak proton trans-membran. Demikian pula asam laktat dan asam asetat mencegah kolonisasi patogen yang sensitif terhadap pH asam.

Lactobacilli merupakan spesies dominan pada proventrikulus dan gizzard. Enterobacteria laktosa-negatif, Enterococci, dan bakteri Coliform juga banyak ditemukan di proventrikulus dan gizzard. Konsentrasi bakteri dalam gizzard sama dengan tembolok, namun fermentasi bakteri terhambat oleh pH asam yang mengakibatkan penurunan konsentrasi asetat dan laktat dalam gizzard.

Mikrobiota di Usus Halus
Konsentrasi bakteri di usus kecil kira-kira... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

MIKOTOKSIN DALAM PAKAN UNGGAS BISA MENINGKAT AKIBAT PENGALIHAN RUTE KAPAL

Tantangan yang dihadapi rantai pasokan pakan hewan dapat menyebabkan peningkatan level mikotoksin. Pengalihan pengiriman di Laut Merah memperpanjang waktu transit dan penyimpanan. Sekitar 40% perdagangan Asia-Eropa biasanya melalui area Laut Merah. Dengan pengiriman yang dialihkan karena serangan geopolitik, memperpanjang waktu pengiriman dapat memungkinkan jamur merusak nutrisi dalam bahan dan menghasilkan mikotoksin.

Dr Swamy Haladi, manajer teknis komersial global untuk Manajemen Risiko Mikotoksin di Selko, mengatakan paparan yang diperpanjang terhadap kelembapan selama penyimpanan dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi jamur untuk berkembang biak.

"Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa pengalihan pengiriman dapat memperpanjang waktu transit tanaman setidaknya 25%. Karena biaya pengiriman melonjak (5 kali lebih) dan waktu transit diperpanjang, sangat penting bahwa tanaman dilindungi dan integritas bahan pakan hewan dijaga," kata Haladi.

Berbicara di tinjauan mikotoksin tahunan Selko, Haladi mengatakan data yang dimasukkan dari seluruh dunia berarti bahwa Selko menganalisis sekitar 1.250 analisis per minggu. Total pada tahun 2023, ada 66.280 pengamatan dari 35 negara, terdiri dari 67% bahan mentah dan 33% pakan lengkap. Sampel ini termasuk 21.601 sampel pakan, 16.923 sampel biji-bijian, 12.383 produk sampingan biji-bijian, 3.682 makanan protein, 4.039 sampel silase, dan 7.652 sampel tidak spesifik.

Sebagian besar sampel biji-bijian adalah jagung (11.984) diikuti oleh gandum (2.754) dan barley (1.611) dengan oat, sorgum, beras, dan millet menjadi sampel yang tersisa. Dari sampel pakan, yang utama adalah pakan babi (8.362), pakan broiler (4.541), pakan layer (4.086), dan pakan ruminansia (2.640). Makanan hewan peliharaan, pakan anak babi, dan pakan akuakultur adalah kategori lain yang diambil sampelnya.

Dominasi Kontaminasi Mikotoksin

Haladi mengatakan berdasarkan seluruh dataset, persentase kontaminasi terbesar adalah melalui Zearalenone (ZEA) sebesar 78%, yang mengejutkan karena tradisionalnya mikotoksin lain lebih dominan. Mengaitkan ini dengan perubahan iklim, Haladi mengatakan prevalensi mikotoksin lain dalam sampel termasuk T2HT2 (67%), fumonisin (FUM) (63%), deoxynivalenol (DON) 57% dan aflatoksin (AFLA) (50%).

Konsentrasi per miliar menunjukkan FUM tertinggi (945ppb) diikuti oleh DON (582ppb) untuk konsentrasi rata-rata dan kemudian ZEA (93ppb). Konsentrasi median menunjukkan FUM pada 438ppb, diikuti oleh DON pada 200ppb dengan ZEA jauh di belakang pada 31ppb. DON memiliki konsentrasi maksimum pada 150.000 ppb. Rata-rata dari ppb yang terkontaminasi menunjukkan FUM pada 1.465ppb dan DON pada 990ppb. Haladi mengatakan perbedaan antara FUM dan DON lebih dekat daripada tahun-tahun sebelumnya.

Kontaminasi di Bahan Mentah

Mengomentari hasil bahan mentah, Haladi mengatakan tingkat kontaminasi tinggi telah terlihat di seluruhnya kecuali untuk beras ketika melihat sampel biji-bijian dibandingkan dengan barley, jagung, oat, sorgum, dan gandum. Persentase kontaminasi T2 yang sangat tinggi telah ditemukan pada oat dan barley dengan tingkat kontaminasi FUM yang tinggi pada jagung tetapi juga sekarang meningkat pada gandum.

Melihat tren konsentrasi mikotoksin pada jagung tahun lalu, konsentrasi DON telah meningkat pada paruh kedua tahun ketika suhu lebih dingin, sedangkan tingkat FUM berada pada ketinggian puncak di bulan-bulan musim panas.

Persentase kontaminasi tinggi, terutama ZEA, ditemukan pada produk sampingan biji-bijian, sementara hingga 97% silase diuji positif untuk T2, 92% untuk ZEA, 88% untuk FUM, dan 86% untuk DON. Tingkat konsentrasi juga tinggi sekitar 600-700ppb dan Haladi mendesak produsen untuk memperhatikan silase dan kualitas produksi.

Kontaminasi di Pakan Unggas

Beralih ke pakan unggas, Haladi mengatakan tidak banyak variasi antara kontaminasi pakan layer dan broiler tetapi kontaminasi DON lebih tinggi pada pakan layer.

Konsentrasi cukup tinggi dengan FUM memimpin grafik sekitar 800-900ppm diikuti oleh DON. Haladi mengatakan penelitian terbaru telah menemukan tingkat yang beracun bagi unggas, misalnya untuk broiler kurang dari 250ppb aman dan tidak perlu tindakan; 250-500ppb mewakili risiko rendah; 500-1.000ppb sedang, 1.000+ppb risiko tinggi. Dia mengatakan unggas sensitif terhadap FUM dan DON dan dampaknya terhadap kesehatan usus lebih dari yang sebelumnya disadari, yang akan menjadi masalah yang meningkat bagi sektor ini di tahun mendatang.

Tingkat kontaminasi tinggi ditemukan pada pakan babi tetapi satu anomali mencolok, pakan anak babi menunjukkan tingkat kontaminasi yang relatif lebih rendah. Sebagian besar sampel menunjukkan konsentrasi tinggi

FUM, DON, dan ZEA

Untuk pakan ruminansia, tingkat kontaminasi sekitar 74-75% untuk T2 dan ZEA diikuti oleh DON (62%) dan AFLA (51%). Tingkat kontaminasi yang signifikan tinggi untuk DON dan AFLA terlihat pada pakan ruminansia untuk anak sapi.

Tingkat kontaminasi ZEA ditemukan sangat tinggi (82%) dalam makanan hewan peliharaan tetapi tingkat konsentrasi DON dan FUM jauh lebih tinggi daripada mikotoksin lainnya. Dan di sektor akuakultur tingkat kontaminasi dalam pakan ikan lebih tinggi daripada pakan udang karena bahan baku berkualitas lebih baik dalam pakan udang.

Model Prediksi

Avinash Bhat, spesialis teknis untuk analisis mikotoksin di Masterlab, mengatakan penting untuk menjaga pakan dari stres untuk mencapai pakan yang lebih aman. Pola kontaminasi berubah karena perubahan iklim, peningkatan suhu dan perubahan pola presipitasi yang pada gilirannya menyebabkan perubahan patogenisitas jamur pada tanaman.

Kualitas data sangat penting untuk keberhasilan strategi pemodelan apa pun, katanya. Data harus bersih, akurat, dan mewakili populasi target. Set data mikotoksin global dari 2020-23 (total 272.096 entri data) digunakan untuk mengembangkan model peramalan, yang secara khusus melihat 60.184 entri data kontaminasi AFLA yang digunakan untuk mengembangkan model peramalan untuk 4 wilayah.

Berdasarkan 4 tahun terakhir, Bhat memprediksi bahwa tingkat AFLA akan berada di antara 26.1ppb bulan ini, naik menjadi 29.8ppb pada April sebelum sedikit turun menjadi 27.8ppb pada Juni. Tingkat di bagian dunia lain termasuk Afrika dan Timur Tengah serta Amerika Latin akan cukup datar selama paruh pertama 2024. Eropa tidak kondusif untuk AFLA jadi Bhat mengharapkannya menjadi 3ppb selama 6 bulan pertama tahun ini. (Via Poultryworld)

KORELASI ANTARA MUSIM PENGHUJAN DENGAN PENYAKIT PENCERNAAN

Masa brooding, bila perlu diperpanjang. (Foto: Istimewa)

Beberapa waktu belakangan cuaca cenderung sulit diprediksi dan berubah-ubah. Misalnya saja kemarau panjang yang terjadi akibat El-Nino beberapa waktu lalu, tentu sangat memengaruhi manajemen pemeliharaan dan membawa dampak terhadap penurunan performa produksi ayam broiler. Bulan berganti begitupun musim, dari kemarau panjang yang menerpa, kini curah hujan mulai meninggi di awal tahun.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan terjadi pada Januari dan Februari 2024. Untuk persebarannya yaitu sebanyak 385 Zona Musim (ZOM) atau sebesar 55,08% wilayah yang mengalaminya.

Di sisi lain, genetik ayam pedaging modern saat ini memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap suhu lingkungan dan DOC baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal pada umur minggu kedua. Oleh karena itu, DOC umur pemeliharaan minggu pertama hingga minggu kedua, peran brooder (pemanas) dan manajemen yang optimal sangat memengaruhi dalam upaya menjaga suhu kandang tetap dalam zona nyaman hingga diakhir periode mampu mencapai produksi yang optimal.

Akhir November sampai awal Desember 2023, merupakan awal perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan. Banyak peternak yang terlambat menyadari untuk merubah tipe manajemen kandang. Kebanyakan dari mereka masih berpatokan dengan manajemen musim panas yang menitikberatkan pada sirkulasi udara yang lancar dengan cara membuka lebar tirai kandang (untuk menghindari heat stress). Sehingga ketika musim hujan tiba-tiba datang, angin yang berhembus kencang disertai air hujan akan masuk ke dalam kandang dan langsung mengenai ayam.

Kondisi tersebut menjadi pemicu awal terjadinya penyakit. Karena perubahan suhu lingkungan yang berubah secara ekstrem akan menyebabkan penurunan kerja sistem imun tubuh. Secara fisiologis tubuh ayam akan merespon perubahan suhu yang ekstrem dengan membangkitkan mekanisme sistem imun.

Mewaspadai Peralihan Musim
Hal utama yang menjadi kendala saat musim peralihan dari kemarau ke penghujan adalah penurunan suhu menjadi lebih rendah. Suhu rendah memicu perlu dilakukannya pemanjangan masa brooding. Masa brooding yang dilakukan pada musim hujan seharusnya dilakukan hampir sepanjang hari (siang dan malam) dan bahkan akan melebihi dari dua minggu (> 14 hari).

Jika tidak dilakukan pemanasan ekstra pada siang hari, DOC tidak mendapat suhu ideal untuk pertumbuhannya dan akan kedinginan. Dampak lebih lanjut, pertumbuhan DOC tidak akan seragam sehingga performanya menjadi buruk (bad uniformity). Keseragaman yang buruk merupakan indikasi lanjutan bahwa penyerapan nutrisi di dalam tubuh ayam tidak berjalan optimal, yang berimbas pada buruknya efisiensi pakan yang menjadi daging (FCR tinggi).

Kemudian pergantian dari musim kemarau ke penghujan biasanya akan diikuti dengan munculnya angin kencang dari arah yang tidak menentu. Kecepatan angin yang tinggi dan mengenai ayam secara langsung dapat membuat ayam terkena... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Rizqy Arif Ginanjar
Technical Support PT Gold Coin Indonesia

LEBIH BANYAK NEGARA UE MENUNTUT PEMBATASAN IMPOR UNGGAS DARI UKRAINA

Dewan Nasional Unggas Polandia telah mendukung gagasan untuk membatasi impor unggas dari Ukraina, menggemakan kekhawatiran yang diungkapkan oleh peternak di bagian lain Eropa. Impor unggas dari Ukraina ke UE mencapai hampir 250.000 ton pada tahun 2023, sementara sebelum liberalisasi perdagangan, hanya berkisar di 90.000 ton, Dariusz Goszczyński, presiden Dewan Nasional Unggas, mengatakan kepada publikasi lokal Rzechpospolita.

Peternak unggas di Polandia, produsen daging broiler terbesar di UE, gagal bersaing dengan impor dari Ukraina, terutama produk yang dihasilkan oleh MHP, Goszczyński mengakui. Raksasa Ukraina ini tidak perlu mematuhi standar produksi Eropa yang ketat, yang membuat produknya lebih terjangkau, dia memperingatkan.

"Sebelum perang, MHP menjual dagingnya ke Arab Saudi dan negara-negara Afrika, di mana sekarang digantikan oleh produk Rusia. Ini terjadi, di satu sisi, karena masalah logistik, tetapi terutama karena akses yang lebih mudah ke produk Ukraina di pasar UE," klaim Goszczyński.

Aksesi Ukraina ke UE di masa depan seharusnya sebagian memecahkan masalah ini, karena peternak Ukraina akan harus mematuhi standar produksi yang sama seperti produsen Eropa, klaim Goszczyński. Menambahkan bahwa dipertanyakan apakah memungkinkan bea cukai impor dari Ukraina memperkuat ekonomi Ukraina, karena MHP terdaftar di Siprus, sebuah surga pajak.

Pembatasan dalam Diskusi

Pertanian Eropa menderita karena impor berlebihan dari Ukraina, Janusz Wojciechowski, Komisaris Eropa untuk Pertanian, mengatakan kepada Radio Polska. Langkah-langkah yang diusulkan oleh Komisi Eropa sejauh ini tidak akan menangani masalah ini, dia bersikeras.

Wojciechowski mengungkapkan bahwa kekhawatiran para pejabat Eropa terutama berkaitan dengan impor telur, unggas, dan gula dan menunjukkan bahwa memberikan petani Ukraina akses penuh ke pasar Eropa membantu Rusia menggantikan makanan Ukraina di Asia dan Afrika.

"Rusia mencapai 2 tujuan: mendorong Ukraina keluar dari pasar dunia, dan pada saat yang sama destabilisasi pasar di Eropa," tekan Wojciechowski, menambahkan bahwa UE tidak boleh membiarkan Rusia secara permanen mengambil bagian Ukraina dari negara-negara Asia dan Afrika.

Komisaris menyatakan harapan bahwa solusi akan ditemukan yang akan menstabilkan situasi dan mencegah pengulangan situasi dramatis tahun lalu, ketika impor biji-bijian berlebihan dari Ukraina memicu kekacauan di pasar Eropa, dan memaksa Polandia dan negara-negara tetangga lainnya untuk membatasi impor tanpa persetujuan dari Komisi Eropa. (Via Poultryworld)

PENCEGAHAN PENYAKIT PENCERNAAN UNTUK MEMBANTU OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS AYAM

Kesehatan saluran cerna akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan tubuh ayam, termasuk juga pertumbuhan organ yang berperan dalam sistem imun ayam. (Foto: Istimewa)

Kinerja saluran pencernaan memiliki peran krusial dalam pencapaian performa produksi. Sistem pencernaan berperan mencerna makanan dan menyerap nutrisi esensial. Nutrisi yang diserap tubuh inilah yang berperan dalam pertumbuhan dan produktivitas ayam sebagai penghasil daging dan telur.

Kesehatan saluran cerna akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan tubuh ayam, termasuk juga pertumbuhan organ yang berperan dalam sistem imun ayam. Sistem imun yang berkembang baik dapat membantu ayam dalam mengatasi permasalahan infeksi penyakit di lapangan. Efeknya jelas saat terjadi penyakit maka produktivitas akan menurun. Melihat hal tersebut untuk mencapai performa produksi ayam yang optimal, kesehatan saluran cerna pastinya menjadi faktor krusial untuk diupayakan.

Menjaga kesehatan saluran cerna dari berbagai penyakit berbahaya penting untuk dilakukan. Secara umum, berbagai penyakit berbahaya yang bisa mengganggu saluran pencernaan adalah sebagai berikut:

Clostridium perfringens: Penyebab necrotic enteritis, rentan menyerang ayam broiler umur 2-5 minggu, sedangkan pada ayam petelur biasanya rentan umur 3-6 bulan. Serangannya mengganggu terutama di usus kecil yang menjadi rapuh dan berisi gas. Lapisan usus dilapisi oleh lapisan pseudomembran berwarna kuning. Ayam menjadi tidak nafsu makan dan diare.

Escherichia coli (E. coli): Penyebab colibacillosis yang dapat menyerang unggas pada berbagai tingkatan umur, tetapi lebih banyak terjadi pada ayam muda terutama umur 2-4 minggu. Bersifat oportunistik, infeksi yang hebat pada saluran pencernaan menyebabkan hemoragi petekie pada submukosa dan subserosa, gastritis, dan enteritis. Ayam menjadi lesu, ompalitis, oedema, dan jaringan sekitar pusar lembek.

• Newcastle disease: Paramyxovirus, ayam umur muda memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibanding ayam dewasa. Tipe velogenik viscerotropik menyebabkan gangguan organ saluran cerna. Tipe mesogenik memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, namun hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi dapat terjadi. Gangguan organ pencernaan seperti perdarahan bintik (petekie) pada proventrikulus, nekrosa pada usus, dan juga perdarahan pada secatonsil.

• Gumboro: Virus RNA dari genus Avibirnavirus. Ayam muda terutama umur 3-6 minggu memiliki kerentanan yang tinggi. Virus ini sebenarnya lebih berdampak pada sistem kekebalan tubuh karena target utamanya adalah sel pre-B pada bursa fabrisius sehingga menyebabkan terjadinya imunosupresif. Imunosupresif yang ditimbulkan akan meningkatkan kepekaan ayam terhadap agen patogen lainnya. Gangguan organ pencernaan dapat dilihat dari ditemukannya perdarahan pada mukosa dekat pertautan antara proventrikulus dengan ventrikulus.

Inclusion body hepatitis: Adenovirus dari famili Adenoviridae. Ayam muda umur 4-10 minggu. Perubahan anatomi organ lebih terfokus pada hati, dimana hati tampak membengkak, berwarna kuning kecokelatan, terdapat bercak, perdarahan di bawah membran, serta konsistensi terasa lebih lunak.

Helicopter disease: Virus utama yang menyebabkan penyakit ini di Indonesia adalah Reovirus. Rentan terhadap anak ayam terutama broiler. Anak ayam yang terinfeksi helicopter disease menunjukkan laju pertumbuhan yang lambat pada umur 5-7 hari sehingga bobot badan rendah. Selain itu, banyak ditemukan tungkai bulu sayap primer yang patah. Perubahan patologi anatomi pada organ pencernaan yang dapat teramati adalah peradangan pada usus dan proventrikulus, usus tampak berdilatasi dan pucat.

Pencegahan utama untuk melindungi berbagai penyakit pencernaan ini dapat dilakukan dengan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

IMPOR UNGGAS KE AFRIKA SELATAN MENINGKAT

Pada tahun 2023, impor unggas ke Afrika Selatan meningkat setelah mengalami penurunan selama 4 tahun. Impor unggas (terutama ayam) mencapai puncaknya pada tahun 2018 dengan 566.000 ton tetapi sejak itu telah mengalami penurunan yang stabil hingga hanya 373.000 ton pada tahun 2022. Namun, untuk 11 bulan pertama tahun 2023, impor lebih tinggi dari total tahun 2022, lapor BizCommunity.

Laporan mencatat bahwa alasan penurunan impor yang panjang adalah kompleks dan mencakup wabah flu burung yang luas di Eropa, AS, dan Argentina, gangguan produksi akibat pandemi Covid, depresiasi mata uang lokal (rand) dan, mungkin dalam tingkat yang lebih rendah, tarif impor yang lebih tinggi.

Kategori impor terbesar adalah daging ayam yang dipisahkan secara mekanis (62,6% dari impor ayam pada bulan November) dan jeroan (18,5%). Sumber utama keduanya adalah Brasil, yang kini menyuplai 80% impor ayam Afrika Selatan. BizCommunity menyoroti UE, yang dulu menjadi pemasok terbesar hingga terkena flu burung, telah perlahan pulih menjadi 7%.

Merugikan Sektor Lokal

AS, meskipun menghadapi infeksi flu burung, tetap menjadi sumber utama impor yang paling merugikan industri lokal – bagian ayam dengan tulang seperti paha, paha atas, dan drumstick. Ini, lapor BizCommunity, masuk bebas dari bea anti-dumping setelah AS memaksa kuota bebas bea cukup besar pada Afrika Selatan pada tahun 2016, sebagai syarat untuk memperbarui kesepakatan perdagangan Agoa.

Volume yang lebih kecil datang dari Brasil dan UE, di mana perusahaan-perusahaan dinyatakan bersalah karena penetapan harga yang tidak adil dan dikenakan bea anti-dumping.

Sementara impor ayam dengan tulang menurun (volume turun dari 287.000 ton pada tahun 2018 menjadi 66.000 ton pada 11 bulan pertama tahun 2023), impor tahun 2023 masih memiliki harga sebesar R1,17 miliar, yang mendekati €50 juta. (Via Poultryworld)

RAT KOPERASI BERKAH TELUR BLITAR BAHAS SITUASI SULIT PETERNAK AYAM

Kepengurusan Koperasi Berkah telur Blitar (Foto: Istimewa)


Minggu, 4 Februari 2024 Koperasi Berkah Telur Blitar menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai wujud pertanggungjawaban pengurus pada semua anggota.

Koperasi Berkah Telur Blitar merupakan kumpulan peternak rakyat dan pelaku UMKM berbasis peternakan beranggotakan sebagian besar profesional muda dan sarjana di bidangnya, serta beroperasional di kawasan Blitar Timur.

Anggota yang tergabung terdiri dari peternak ayam petelur, peternak kambing/domba, peternak ikan, dan UMKM produsen pangan.

Ketua Umum Koperasi Berkah Telur Blitar, Yesi Yuni Astuti mengemukakan ide untuk membuat wadah legal formal di kawasan Blitar timur sebagai wadah peternak rakyat ini pada September 2021. 

“Tanggal 8 Juli 2023 tercapai kesepakatan untuk membuat sebuah wadah berbentuk koperasi. Kemudian 23 Juli 2023 terbit akta dari Kemenkumham dan 2 Sebtember 2023 Koperasi Berkah Telur Blitar di-launching oleh bapak direktur SPHP Badan Pangan Nasional,” terang Yesi dalam keterangan resminya.

Empat bulan beroperasi, per tgl 31 Desember 2023 Koperasi Berkah Telur Blitar bisa membuat Laporan pertanggung jawaban pengurus, pengawas tahun buku 2023 dan rencana kerja dan rencana anggaran belanja tahun buku 2024.

“Dalam agenda hari ini RAT tahun buku 2023, kami manfaatkan juga untuk rapat koordinasi bagi para anggota dalam menghadapi situasi yang sulit saat ini yaitu harga pakan yang terus naik dan harga telur yang masih di bawah HPP,” kata Yesi. 

Lanjut Yesi, sudah 2 bulan lebih harga jagung jauh diatas HPP normal (harga terakhir Rp 9300) dan harga telur jauh dibawah HPP normal (harga terendah menyentuh Rp 21.000). 

Tentu hal ini adalah masa-masa sulit bagi peternak rakyat. “Semoga ke depan ada kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang strategis yang bisa cepat meng-cover peternak rakyat di masa sulit,” harap Yesi.

Bidang ekonomi koperasi Berkah Telur Blitar yang terdiri dari divisi telur, divisi pakan/jagung, divisi ruminansia, divisi perikanan, divisi pangan dan olahan masing-masing memaparkan rencana kerja untuk satu tahun ke depan. (INF/NDV)


ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer