-->

AYAM PLYMOUTH ROCK

Ayam Plymouth Rock


Ayam Plymouth Rock dikenal mempunyai pola bulu khas hitam putih. Ayam ini merupakan salah satu ras Amerika yang tertua.

Dipelihara untuk diambil telur dan dagingnya, mampu bertelur sekitar 200 butir per tahun. Telurnya yang coklat berukuran besar.

Ayam ini toleran pada berbagai iklim dan berkarakter jinak. Beratnya mencapai 3 kg lebih dan bisa dipanen pada umur 8 hingga 12 minggu.

IFTAR BERSAMA PDHI

Suasana cair saat acara berlangsung


Momentum Ramadan nyatanya juga dimanfaatkan oleh PB PDHI dalam menjalin kebersamaan. Sebagaimana terlihat pada Minggu (2/5) yang lalu, ketika PB PDHI melaksanakan iftar atau berbuka puasa bersama para pengurus dan anggotanya di Menara 165, TB Simatupang, Jakarta Selatan.

Acara juga digelar secara online melalui daring Zoom Meeting, antusiasme anggota dalam mengikuti acara bisa dibilang tinggi, terlihat dari jumlah peserta yang hadi secara online pun mencapai lebih dari 60 orang.

Ketua Umum PDHI Drh M. Munawaroh dalam sambutannya berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas terselenggaranya acara tersebut. Ia juga mengatakan bahwa bulan ramadan identik dengan perjuangan melawan hawa nafsu, sehingga sangat penting dalam menjaga kebersihan hati agar total dalam beribadah di bulan ramadan.

"Nah untuk itu saya kira penting sekali bagi kita menjaga hati, bukan hanya di bulan ramadan saja, tetapi bulan lainnya juga. Maka dari itu saya di sini mengundang trainer dari ESQ yang akan memberikan wawasan baru bagi kita semua dalam menjaga hati kita," tutur Munawaroh.

Launching Produk Pakan

Acara tersebut juga diwarnai dengan launching produk pakan kucing oleh PT Nutricell Pacific. CEO PT Nutricell Pacific Suaedi Sunanto mengatakan bahwa kini PT Nutricell dengan bangga dapat mempersembahkan lini produk terbarunya di sektor pakan hewan kesayangan. Ia mengatakan bahwasanya produk pakan hewan kesayangan ini dapat terwujud berkat kerjasama yang apik antara Nutricell bersama komunitas dokter hewan terutama PB PDHI. 

"Kami hadir di sini dengan satu keyakinan bahwa kami tidak akan sukses jika tidak mendapat dukungan dari saudara sekalian. Kami sangat concern dengan lingkungan dan produk kami. Selain itu kami juga concern dalam social enterpreneurship, kami bersama sahabat dokter hewan bekerja sama dalam mengembangkan produk, ide, dan lainnya. Oleh karenanya kami sedang jajaki juga kerja sama dengan fakultas kedokteran hewan di seluruh Indonesia, agar juga dapat berkontribusi mengembangkan keilmuannya melalui produk kami," tutur Suaedi.

Tampilnya Nutricell dalam bisnis ini, tentunya akan menambah khazanah dan warna dalam kancah produk pakan hewan kesayangan di Indonesia. Sebagai informasi, kini Nutricell Pacific merupakan satu - satunya perusahaan lokal yang memiliki pabrik pengolahan pakan hewan kesayangan dalam bentuk basah di Indonesia. Selain itu, produk yang dihasilkan juga sudah memiliki sertifikat Nomor Kontrol Veteriner.

"Kenapa produk kami ber-NKV?, karena ini menunjukkan komitmen bahwa kami serius dalam semua produk kami. Jadi kalau memiliki NKV kan artinya kami sudah memenuhi standar higiene dan sanitasi di fasilitas produksi kami. Harapannya dengan terpenuhinya standar tersebut hewan yang mengonsumsi produk kami juga akan jauh dari penyakit terutama yang sifatnya zoonosis, sehingga hewan dan pemiliknya aman," tutur Drh Siska Aryana Registration Officer PT Nutricell Pacific.

Menikmati Training ESQ 

Nyatanya acara tersebut memang bukan hanya sekedar iftar biasa. Turut hadir pula coach Bram Wibisono ESQ NLP Director yang memberikan kuliah motivasi. Tema yang diusung oleh Coach Bram dalam kuliahnya yakni "Vaksin Hati Untuk Mendekatkan Diri Pada Ilahi".

Dalam kuliah yang berdurasi sekitar satu jam tersebut coach Bram mengajak peserta agar tidak terlalu memusingkan keadaan kini, dirinya mengajak para peserta untuk membuang semua kekhawatirannya dengan berbagai macam teknik dan motivasi yang jenaka.

"Kita ini penyakitnya cuma dua yakni depresi dan anxiety, terlalu khawatir dengan hal yang belum terjadi. Untuk itu kita harus persiapkan diri dan hati, yakin bahwa selalu akan ada jalan dalam segala keadaan, oleh karena itu kita harus mengubah kekhawatiran kita menjadi inovasi dan tindakan nyata, dan jangan lupa bersyukur atas yang diberikan oleh Tuhan hingga saat ini," tukasnya.

Tidak lupa coach Bram mengapresiasi kinerja dokter hewan di Indonesia. Menurutnya salah satu peran penting dari dokter hewan adalah teaching about compassion atau memberikan kasih sayang terhadap mahluk hidup lain selain manusia. (CR)

AYAM DELAWARE

Ayam Delaware


Ayam Delaware dibiakkan pada tahun 1940-an di Amerika Serikat untuk produksi daging dan warna bulunya yang putih. Namun pada 1950-an ayam ini digantikan oleh Cornish Cross sebagai pilihan ayam pedaging.

Ayam ini karakternya ramah, tahan pada iklim panas maupun dingin. Ia juga dipelihara untuk diambil telurnya dan mampu bertelur antara 150-200 butir per tahun.

Beratnya antara 3-4 kg dan bisa dipanen pada umur 8 bulan. Bagus dipelihara pada kandang free range.

AYAM SERAMA SI KECIL YANG TEGAP

Ayam Serama

Ayam Serama merupakan salah satu ayam terkecil di dunia. Berasal dari Malaysia dan dikembangkan sejak 1600-an, namun populer di Amerika Serikat baru sejak tahun 2000. Kemungkinan berasal dari persilangan bantam Malaysia dan Jepang.

Breed ayam Serama modern merupakan upaya Wee Yean Een dari Kelantan, ia menamai ayam ini Serama diambil dari Rama, Raja Thailand. Pertama kali dipamerkan pada 1990 dan pada 2004 banyak yang dimusnahkan karena epidemi flu burung Asia.

Serama mempunyai postur tegak, bulu ekornya vertikal tegak dan rapa ke tubuh. Sayapnya hampir menyentuh tanah. Di Malaysia digambarkan sebagai pejuang pemberani karena penampilannya yang mirip manusia.

Ayam yang ramah ini adalah ayam peliharaan/kesayangan dan ayam show. Beratnya sekitar 170-340 gram dan mampu bertelur hingga 120 butir per tahun.

AYAM ORPINGTON



Ayam orpington dikembangkan pada abad ke-19 oleh William Cook dan dinamai seperti kota asalnya, Orpington, Inggris. Ayam ini menjadi salah satu favorit peliharaan rumah tangga Amerika Serikat.

Orpington pertama berwarna hitam, sangat mirip dengan ayam langshan. Dibiakkan pada tahun 1886 dengan menyilangkan ayam minorca, langshan, dan plymouth Rock.

Negara asal: Inggris

Manfaat: telur, daging, pengeraman

Karakter: ramah, jinak

Berat rata-rata: 7-8,5 pound

Umur panen: 22 minggu

Telur: besar, berwarna coklat terang, sekitar 180 butir/tahun

Ayam orpington mudah beradaptasi dan dapat pelihara di kandang kecil, area luas adalah pilihan yang lebih baik. Mereka cenderung makan berlebihan dan membutuhkan banyak aktivitas.

Jinak, penyayang, dan mudah ditangani, ayam ini adalah hewan peliharaan yang ideal. Awalnya hanya ditemukan di Inggris, sekarang tersebar di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.


WEBINAR PENTING: MENGATASI DROP PRODUKSI TELUR DENGAN MANAJEMEN HOLISTIK


INFOVET
adalah majalah yang berkomitmen terhadap perkembangan informasi Bisnis Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kini di usia ke 29 tahun (2 Mei 1992 – 2021) telah bersama stekholder peternakan membangun komunikasi produktif dan memberikan manfaat yang luas terhadap perkembangan peternakan di Indonesia melaui terbitan majalah offset printing, media sosial,  serta berbagai kegiatan diskusi terkait melalui seminar.

Dalam rangka HUT Infovet yang ke 29 akan dihelat kegiatan seminar untuk semua kalangan pembacanya. Sehubungan masih situasi Pandemi Covid-19 saat ini, maka kegiatan tatap muka masih sangat dibatasi, sehingga seminar diselenggarakan secara daring (via Zoom) yang bertemakan “MENGATASI DROP PRODUKSI TELUR DENGAN MANAJEMEN HOLISTIK...

Webinar ini akan menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya. Kegiatan direncanakan juga tayang livestreaming youtube sekaligus launching buku terbitan GITAPustaka yang berjudul “KUMPULAN PEMBAHASAN PENYAKIT UNGGAS AKTUAL.

 Kegiatan Webiar via Zoom livestreaming youtube.

Segera mendaftar.. yess

Daftar Klik: http://bit.ly/webinar_infovet

WAKTU PELAKSANAAN

Hari/Tanggal       : Rabu, 5 Mei 2021

Pukul                  : 09.00 – 12.00 WIB (Zoom) dan livestreaming Youtube

TOPIK & NARASUMBER

·      Drh. Baskoro Tri Caroko

(National Poultry Technical Consultant)

·      Ir Darmanung Siswantoro

 Moderator

AYAM POLAN (POLANDIA) SI JAMBUL BINTANG

Ayam Polan

Ayam Polan atau Polandia atau Padua mempunyai ciri khas jambul yang tinggi berbentuk bintang yang menutupi kepalanya. Asal-usul ayam ini tidak diketahui dengan pasti. Namun ayam Polan dibahas pada buku-buku tahun 1800an dan ditemukan patung-patung dari jaman Romawi yang mirip dengan ayam ini.

Warna dan marking bulunya bervariasi. Warna solid biasanya diantaranya adalah hitam, putih, dan biru. Beberapa memiliki marking renda berwarna emas, perak, dll.

Jambul terkadang bisa menutupi mata ayam, jadi mereka bisa terkejut dengan mudah. Untuk minum sebaiknya gunakan tempat khusus seperti nipple drinker, agar jambulnya tetap kering dan bersih.

Karena jambulnya yang tebal serangan tungau bisa terjadi. Gunakan semprotan anti serangga yang direkomendasikan dokter hewan untuk mencegahnya, hati-hati agar tidak mengenai mata ayam. Bulu ayam Polan yang tebal harus tetap kering karena bisa menahan kelembaban lebih lama.

Ayam ini bisa bertelur antara 125-150 butir per tahun. Namun sayangnya bukan induk yang baik dan diketahui sering meninggalkan atau menghancurkan telurnya.

BERINVESTASI PADA BIOSEKURITI

Disinfeksi sebelum masuk dan keluar kandang. (Foto: Infovet/CR)

Pentingnya aspek biosekuriti juga membuat orang terkadang salah kaprah, oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mendalam. Selain itu, kini penerapan biosekuriti dapat berbuah manis bagi siapapun yang mengaplikasikannya.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak, namun begitu karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010) yakni: 1) Kontrol lalu lintas. 2) Vaksinasi. 3) Recording flock. 4) Menjaga kebersihan kandang. 5) Kontrol kualitas pakan. 6) Kontrol air. 7) Kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk diimplementasikan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di Lampung sedang giat menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer di sana. Bersama akademisi dari UNILA, dinas peternakan setempat dan perusahaan swasta yang berkecimpung di dunia peternakan, FAO memberikan penyuluhan dan mengajak peternak untuk “hijrah” agar sistem beternak mereka lebih baik dan mengutamakan biosekuriti.

Kusno Waluyo merupakan peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya untuk hijrah dari sistem beternak konvensional menjadi rasional. Bisa menjadi salah satu rujukan jika ingin mengetahui efektivitas penerapan biosekuriti.

Peternak berusia 48 tahun tersebut memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya memang cukup memuaskan, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya dengar kalau ini bagus, makanya saya coba ikutin saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Kusno enggan bercerita mengenai modal yang ia keluarkan dalam pembangunan fasilitas biosekuriti miliknya, tetapi dengan sejumlah uang yang ia gelontorkan, menurutnya hasil yang diperoleh benar-benar menguntungkan.

Ia mengatakan bahwa salah satu tolak ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. (CR)

AYAM INDIO GIGANTE DARI BRASIL

ayam indio gigante
Via Milanuncios.com

Ayam indio gigante dikenal juga dengan nama indian giant. Merupakan salah satu ras ayam terbesar di dunia.

Dikembangkan di Brasil dengan menyilangkan ayam aduan besar dan jenis ayam besar lainnya, seperti ayam shamo dan ayam melayu. Indio gigante ayam yang besar massa ototnya dan tahan banting.

  • Negara asal: Brasil
  • Manfaat: daging, show
  • Iklim: tropis, toleran terhadap panas
  • Karakter: jinak
  • Berat rata-rata: 10-13 pound
  • Tinggi rata-rata: 41 inci
  • Umur panen: 18 minggu
  • Telur: berwarna sawo matang, sekitar 160 butir/tahun
  • Warna bulu: bervariasi

BIOSEKURITI DAN DISINFEKSI PENJAGA GAWANG KESEHATAN UNGGAS

Penyemprotan disinfektan di areal kandang ternak. (Sumber: Istimewa)

Secara alamiah, kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan ayam tidaklah terjadi secara mendadak alias revolutif, akan tetapi secara bertahap, sesuai dengan interaksi antara bibit penyakit (BP) yang ada dengan ayam yang dipelihara.  Pemahaman atas tulisan ini tentu saja akan mempermudah peternak untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dalam lingkungan peternakannya secara efektif dan strategis.

Kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap kondisi kemunculan kasus penyakit. Data dari BMKG untuk kondisi lingkungan pada April 2021, menyatakan curah hujan di sepanjang pulau di Indonesia adalah menegah dan ekstrem tinggi.

Sementara prediksi penyakit yang terjadi April 2021, baik di broiler dan layer masih didominasi penyakit viral seperti Newcastle Disease (ND) dan Infectious Bursal Disease (IBD), dimana penyakit tersebut juga menunjukkan perannya biosekuriti dan disinfeksi sebagai preventive action terhadap kejadian tersebut.

Kemunculan kasus penyakit viral tidak lain berkaitan erat dengan keberhasilan/kegagalan program biosekuriti. Biosekuriti adalah program yang dirancang untuk melindungi agar ayam terhindari dari bibit penyakit dari luar dan agar bibit penyakit tidak menyebar keluar peternakan, serta menginfeksi peternakan lain. Maka dalam operasionalnya dikenal tiga konsep utama, yaitu pengendalian lalu lintas (transportasi), isolasi dan sanitasi, seperti diagram di bawah ini:


Bagaimana Bibit Patogen Bisa Masuk ke dalam Farm?

1. Pengaturan Lalu Lintas/Transportasi
Pengaturan lalu lintas bertujuan menyeleksi agar barang-barang yang masuk ke lingkungan kandang hanyalah barang-barang yang benar-benar diperlukan. Yang boleh masuk diantaranya adalah bibit (DOC/pullet), ransum, air, peralatan yang penting, vaksin, obat disinfektan dan pekerja. Selain itu, semua kendaraan yang mau masuk ke kandang wajib dilakukan disinfeksi terlebih dahulu.

Selain lingkungan yang... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. 

Ditulis oleh: 
Drh Sumarno Wignyo
Senior Manager AHS PT Sreeya Sewu Indonesia

MEMBERI NILAI TAMBAH PADA PALM KERNEL MEAL SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK

PKM, jika di handling dengan benar dapat menjadi substituen bungkil kedelai dan jagung

Pandemi Covid-19 nyatanya juga berpengaruh terhadap kenaikan harga bahan baku pakan ternak. Terhambatnya suplai dan menumpuknya cargo akibat pandemi menyebabkan kenaikan harga bahan baku pakan impor semisal bungkil kedelai dan jagung. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh Makmun dalam sebuah acara launching bahan baku pakan berbasis bungkil inti sawit (Palm Kernel Meal / PKM) di Bogor, Senin (26/4) yang lalu.

"Peternak butuh solusi alternatif bahan baku pakan terutama sumber energi dan protein yang harganya terjangkau dan kontinuitasnya panjang. Nah Indonesia sebagai penghasil sawit nomor wahid di dunia seharusnya lebih bisa memanfaatkan PKM untuk kepentingan ini," tutur Makmun.

Mengamini pernyataan Makmun, perwakilan GPMT Sri Subekti juga memaparkan beberapa kendala mengapa hingga saat ini PKM belum menjadi primadona dalam komponen penyusunan ransum ternak, terutama unggas di Indonesia.

"Permasalahan utamanya itu pada cangkangnya, banyak rumor beredar bahwa kandungan cangkang PKM ini menyebabkan luka pada usus ayam. Selain itu kecernaan dari PKM juga masih diperdebatkan karena kandungan serat kasarnya yang tinggi. Yang tidak kalah penting adalah perubahan warna pada pakan yang menjadi kehitaman apabila menggunakan PKM, ini juga menyangkut selera dari orang Indonesia," tutur Sri.

Memanfaatkan Teknologi

Nyatanya memang butuh perlakuan khusus agar PKM benar - benar dapat digunakan dan memberi manfaat pada suatu ransum pakan ternak untuk unggas. Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Prof. Nahrowi menyatakan bahwa proses hidrolisis pada PKM merupakan sebuah solusi untuk meningkatkan nilai tambah pada PKM.

Dengan label Palmofeed, Nahrowi menjabarkan beberapa keunggulan produk yang diluncurkan pada hari itu. Beberapa keunggulan Palmofeed dibanding PKM biasa adalah : 1. Kandungan cangkang lebih rendah, 2. Warna lebih cerah, 3. protein dan energi lebih tinggi, dan 4. serat kasar lebih rendah.

"Dengan menambahkan proses hidrolisis, kami memberi nilai tambah pada PKM ini. Trial pun sudah dilakukan di ayam petelur komersil, dan hasilnya pun tidak mengecewakan. Meskipun begitu kami baru akan mengnajurkan pemakaian PKM ini pada fase grower dan finisher saja. Dari segi cost pun ini masih affordable dan menguntungkan," papar Nahrowi.

Nahrowi menghimbau kepada para peternak, feedmill, dan nutrisionis agar mau dan berani menggunakan PKM sebagai bahan baku pakan. Karena menurutnya ini adalah sebuah keniscayaan bahwa ketika suatu bahan baku pakan sulit didapatkan atau harganya melangit, maka bahan baku alternatif merupakan suatu solusi.

"Saya mengajak kepada saudara - saudara sekalian, ayo kita pakai PKM, enggak harus palmofeed enggak apa - apa. Yang penting kita manfaatkan ini, hasil bumi kita sendiri, supaya kita enggak tergantung lagi dari bahan baku pakan impor," tutup Nahrowi. (CR) 



MOU BISNIS BROILER PT ASPUTRA PERKASA MAKMUR DENGAN YAYASAN DAARUT TAUHID

MoU kemitraan broiler antara PT ASputera Perkasa Makmur dengan Yayasan Daarut Tauhid. (Foto: Infovet/Sjamsirul)

Pada Rabu (21/4/2021), dilaksanakan penandatanganan kerja sama nota kesepahaman (MoU) antara PT ASputra Perkasa Makmur (ASPM) dengan Yayasan Daarut Tauhid (DT) Bandung, bertempat di Kampung Cijanggel, Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, Bandung Barat, dalam rangka kemitraan bisnis ayam broiler.

Acara penandatanganan pukul 16:00 WIB diawali dengan pembacaan Al Quran yang dilanjutkan sambutan CEO PT ASputra Perkasa Makmur, Aif Arifin Sidhik, yang menekankan bahwa MoU ini sekaligus penyerahan peminjaman kandang closed house berkapasitas 5.000 ekor yang diharapkan sebagai sarana edukasi bagi santri-santri, disamping introduksi peternakan broiler ke pesantren-pesantren.

Lebih lanjut dikatakan, kalaborasi dengan Yayasan Daarut Tauhid yang dipimpin Aa Gym ini dimaksudkan untuk menggagas dan mendorong suatu terobosan baru dalam konsep kemitraan broiler yang modern dan didasari semangat pemberdayaan masyarakat. Permodalan merupakan komponen yang besar dalam suatu usaha peternakan broiler, maka untuk itu melalui brand “Paranje” perusahaan ingin memberikan kemudahan kepada masyarakat yang ingin memulai usaha ini.

Sementara dijelaskan EVP Poultry Operation, Co. Founder PT ASPM, Nabia Nurhamdani, konsep bisnis Paranje adalah suatu ekosistem konsep ekonomi berbagi (sharing economy), sebagaimana konsep ini pernah disampaikan Guru Besar Fakultas Ekonomi UI, Pof Renald Kasali, bahwa sharing economy adalah sikap partisipasi dalam kegiatan ekonomi yang menciptakan value, kemandirian dan kesejahteraaan, dimana partisipasi dari pelaku yang terlibat berbagi peran masing-masing yang nanti akan terjadi bagi hasil.

Kemudian ditambahkan EVP Business Operation dan Co. Founder PT ASPM, Rifqi Ardliansyah, konsep Paranje berbeda dengan kemitraan ayam pada umumnya, dimana ASPM memfasilitasi mitra melalui peminjaman kandang closed house tanpa dibebankan biaya dengan sistem pemeliharaan dipantau dan dipandu menggunakan aplikasi berbasis digital, serta selalu dimonitor technical service dan tenaga kesehatan. Dengan sistem ini, kata dia, kejadian human error dapat diminimalisir dan terjadi efisiensi dalam manajemen produksi dan pencapaian performa ayam yang baik.

Ketua Yayasan Daarut Tauhid, H. Gatot Kunta Kumara, mengemukakan bahwa DT kini diamanahi 152 aset lahan wakaf yang tersebar di berbagai pelosok Tanah Air. “Kolaborasi antara perusahaan dan yayasan kami diharapkan sebagai media perjuangan ekonomi dan dakwah umat yang saat ini sedang terpuruk pandemi COVID-19 dengan tujuan akhir kesejahteraan dunia dan akhirat bersama,” kata Gatot.

Bila 40-60% lahan wakaf ini bisa dimanfaatkan, maka target tahun 2025 mendatang sudah terbangun 25 kandang modern closed house kapasitas 5.000 ekor broiler dan diutamakan dulu untuk wilayah Jawa Barat. Selanjutnya diharapkan usaha pendukung dan pemasaran lainnya dari hulu sampai dengan hilir seperti rumah pemotongan ayam sampai outlet kuliner berbahan daging ayam yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal), juga mampu menyerap tenaga kerja. (SA)

HARI KEDOKTERAN HEWAN SEDUNIA 2021: APRESIASI DOKTER HEWAN DALAM PENANGANAN COVID-19

Dokter hewan berperan sebagai pemain kunci dalam mentransformasikan teori One Health

Pandemi COVID-19 telah mengubah cara hidup dan mempengaruhi kesehatan manusia secara signifikan. Upaya pengendalian penyakit menjadi perhatian besar, termasuk dampaknya terhadap ketahanan pangan dan mata pencaharian perternak di sepanjang rantai nilai pangan.

Dalam situasi ini, dokter hewan mampu mengatasi dan menyesuaikan perannya untuk mendukung kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan, serta menjaga kelangsungan dan keamanan pangan asal hewan.

Pada Hari Kedokteran Hewan Sedunia, kita memperingati pekerjaan mulia dokter hewan yang telah menunjukkan kemampuannya beradaptasi dalam berbagai situasi. Mulai dari dokter hewan yang bekerja mengawasi kualitas produk pangan asal hewan di pasar atau di rumah potong hewan, hingga dokter hewan ahli kesehatan masyarakat yang terjun dalam penanggulangan COVID-19.

“Banyak dokter hewan yang memainkan peran penting di masa pandemi COVID-19. Ada yang bekerja untuk percepatan pengujian sampel COVID-19 di laboratorium kesehatan hewan, terlibat dalam pengembangan vaksin nasional, menjadi bagian Satuan Tugas COVID-19, serta menjaga ketahanan pangan dan stabilitas produk pangan asal hewan,” ujar FAO ECTAD COVID-19 Team Leader Farida Camallia Zenal.

“Dari persoalan seperti keamanan dan ketahanan pangan hingga penyakit yang dapat ditularkan antara manusia dan hewan, dokter hewan memiliki pengetahuan dan pengalaman unik yang dapat dimanfaatkan selama pandemi global ini. Keahlian ini mendukung pendekatan One Health, membantu mencegah pandemi di masa mendatang dan menjaga infrastruktur kesehatan masyarakat termasuk keamanan pekerja yang terlibat dalam produksi pangan asal hewan,” tambah Farida.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Ditjen PKH Kementan) bersama FAO Emergency Center for Transboundary Animal Disease (ECTAD) dan didanai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah bekerja bersama dokter hewan dalam penanggulangan COVID-19 di 10 provinsi di Indonesia.

Area keterlibatan termasuk keamanan pangan dan mata pencaharian pekerja pangan, diagnosis laboratorium COVID-19, dan memberi nasihat tentang langkah-langkah untuk meminimalkan risiko penularan COVID-19 dari manusia ke hewan dan konsekuensinya.

“Dengan pengalaman sebelumnya dalam pengendalian wabah flu burung, para dokter hewan di empat Laboratorium Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, yaitu BBVet Maros di Sulawesi Selatan, BBVet Wates di DI Yogyakarta, BVet Bukittinggi di Sumatera Barat, dan BVet Subang di Jawa Barat mampu melaksanakan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) virus COVID-19 di wilayah kerja masing-masing. Sudah ada 75.595 sampel yang diuji hingga awal April 2021,” ujar Nasrullah, Direktur Jenderal PKH Kementan.

Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster mengatakan, “Pemerintah Amerika Serikat, melalui USAID, telah memberikan komitmen senilai lebih dari 14,5 juta dolar untuk mendukung respons COVID-19 di Indonesia. Kami gembira dapat mendukung tenaga kesehatan garis depan, termasuk dokter hewan, dalam melawan penyakit yang bisa menyebabkan kematian ini. Dengan dukungan dari USAID dan FAO ECTAD, Indonesia memanfaatkan keahlian Balai/Balai Besar Veteriner (B/BVET) Kementerian Pertanian untuk menguji COVID-19 pada sampel manusia. Keterlibatan B/BVET mempercepat dan memungkinkan dilakukannya lebih banyak tes COVID-19 sehingga dapat menyelamatkan jiwa. Kerja sama ini menggambarkan kekuatan pendekatan One Health untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons penyakit.”

Kiprah dokter hewan dalam kesehatan hewan dan masyarakat di saat pandemi COVID-19 patut mendapatkan apresiasi yang tinggi. “Dokter hewan adalah pekerjaan yang mulia. Mereka adalah pemain kunci dalam mentransformasikan teori One Health menjadi aksi kolaboratif yang berfokus pada ketahanan pangan, navigasi pandemi COVID-19, dan mencegah pandemi di masa depan,” tambah Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Dr. drh. M Munawaroh, M.M.

“Contoh dokter hewan yang turut memberi kontribusi nyata dalam penanganan COVID-19 adalah Prof. Dr. Fedik A. Rantam sebagai peneliti ahli virus dan drh. Sudirman sebagai CEO PT. Biotis Pharmaceutical yang memiliki fasilitas pembuatan vaksin telah bekerja sama dalam mewujudkan vaksin nasional.” tutupnya. (INF/FAO)

UP ANIMAL SCIENCE TALK: MAKSIMALKAN PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKTIVITAS KERBAU

Webinar pemanfaatan produk sampingan kelapa sawit yang diselenggarakan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. (Foto: Infovet/Sadarman)

Program Studi Peternakan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai (UP) menyelenggarakan webinar internasional, Sabtu (24/4/2021), mengenai "Pemanfaatan Biomasa Produk Samping Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Kerbau."

Rektor UP Prof Dr Amir Luthfi dalam sambutan yang dibacakan langsung oleh Wakil Rektor II, Muhammad Nizar Syarif Hamidi, menyambut baik atas terlaksananya kegiatan ini. Menurutnya, pembahasan terkait perkembangan keilmuan peternakan perlu digali tanpa henti. Ini mengingat bahwa ilmu peternakan sejatinya bersifat dinamis dan selalu ada pembaharuan.

“Dinamisasi keilmuan bidang peternakan terus mengalir, semua atas buah pemikiran para periset, ketika para akademisi diam maka yang akan terjadi adalah ketinggalan informasi, sehingga peran akademisi sebagai penyampai terkait teknologi terkini bidang peternakan tidak dapat dioptimalkan,” ujarnya.

Sementara hadir pula Ketua Umum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI), Dr Osfar Sjofyan, sebagai pendukung acara turut memberikan apresiasi.

“AINI DPW Riau telah melakukan gebrakan awal, menggagas webinar internasional bersama Prodi UP. Kegiatan ini harus didukung karena menyangkut berbagi informasi terkini tentang usaha peternakan, apapun itu topiknya, yang penting roh ilmu peternakan tetap hidup dengan adanya webinar seperti UP Animal Science Talk,” kata Dr Osfar.

Kegiatan yang dihadiri oleh para akademisi, peneliti dan mahasiswa ini menghadirkan Dosen Pembina Prodi Peternakan UP dari UIN Suska Riau, Dr Ir Sadarman, untuk memandu narasumber yakni Assoc Prof Dr Hasliza Abu Hassim dari Universiti Putra Malaysia dan Dr Rakhmad Perkasa Harahap, dosen muda Universitas Tanjungpura Pontianak.

Hasliza yang tampil disesi pertama memaparkan materi optimalisasi pertumbuhan kerbau melalui pakan berkualitas. Dijelaskan, pada dasarnya kerbau sama dengan ruminan lainnya, herbivora yang mengonsumsi rumput dan HPT lainnya sebagai pakan utama. Namun tak sebatas itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka pemikiran bahwa produk samping agroindustri dan perkebunan, misal kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pakan.

“Kerbau itu bagian dari ruminan, sama dengan sapi dan ruminan lainnya, juga dapat mengolah pakan dari HPT atau produksi samping kelapa sawit menjadi daging dan susu, diberikan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas,” kata Hasliza yang juga Ketua Laboratori Produksi Haiwan Lestari dan Biodiversiti, Institut Pertanian Tropika dan Sekuriti Makanan (ITAFoS), Universiti Putra Malaysia.

Lebih lanjut dijelaskan, produk samping kelapa sawit masih perlu diolah, disamping untuk meningkatkan utilisasi sesaat setelah dikonsumsi, namun yang terpenting dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan tersebut, serta disukai ternak. Hasil risetnya sendiri menyebutkan bahwa oil palm frond dengan penambahan white rot fungi + fibrolytic enzyme dapat memberikan akses pada mikroba rumen untuk melepaskan ikatan selulosa dan hemiselulosa melalui degradasi oil palm frond.

“Tantangan terbesar jika membudidayakan kerbau dengan menggunakan produk samping kelapa sawit terletak pada upaya memecah ikatan selulosa dan hemiselulosa, sehingga pakan tersebut dapat diutilisasi secara keseluruhan untuk didepositkan menjadi daging dan susu,” jelasnya.

Sementara terkait dengan pemecahan serat kasar yang tidak mudah dicerna, ditambahkan pembicara berikutnya Rakhmad Perkasa Harahap, diperlukan teknik jitu yang telah ditelitinya dalam nutrisi dan pakan. Menurutnya, penggunaan Fibre Cracking Teknology (FCT) dapat menurunkan kandungan Serat Kasar (SK) hingga 10% dari kontrol.

“Pelepah daun sawit (PDS) dengan FCT memberikan hasil optimal dalam menurunkan SK, menariknya adalah terjadi peningkatan Protein Kasar (PK) dari 8.74% (kontrol) menjadi 11.4% PDS + FCT yang berasal dari larutan urea 3% atau disebut Non Protein Nitrogen (NPN). Artinya penggunaan FCT memberikan benefit pada PDS, yaitu tidak hanya menurunkan SK, namun PK ikutan naik, kemungkinan dari proses penambahan urea yang di-spray langsung ke sampel,” kata Rakhmad.

Lebih lanjut, kemampuan FCT dalam menurunkan SK tidak hanya sekedar isapan jempol semata, dari hasil risetnya disebutkan PDS + FCT mampu menurunkan NDF 29.8% dan ADF 14.2%.

“Penurunan SK pada dasarnya adalah dapat meningkatkan kecernaan dari PDS, sehingga PDS layak dijadikan sebagai pakan kerbau,” pungkasnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas kerbau, produk samping kelapa sawit mulai dari sludge (daging buah), bungkil inti sawit dan PDS dapat dimanfaatkan. Pemanfaatannya perlu mendapat sentuhan teknologi, baik melalui pembuatan silase, FCT dan menambahkan beberapa enzim yang dapat meminimalkan antinutrisi. Dengan demikian, upaya meningkatkan produktivitas kerbau dapat diwujudkan di masa mendatang. (Sadarman)

COBB MENYUMBANGKAN LEBIH DARI 9 TON DAGING

Cobb menyumbangkan lebih dari 9 ton daging beku untuk mendukung bantuan kelaparan di komunitas lokal di Northwest Arkansas dan Northeast Oklahoma.

Donasi diserahkan ke The Manna Center, sebuah organisasi sipil yang menyediakan bantuan makanan dan sandang bagi mereka yang membutuhkan. Kontribusinya setara dengan lebih dari 40.000 kali makan.

Selama bertahun-tahun, Cobb telah menyumbangkan makanan dan menjadi sukarelawan untuk mendukung penduduk setempat. Pada tahun 2020 menyumbangkan 4,5 ton protein beku ke Manna Center pada saat-saat kritis.

Kontribusi tersebut berasal dari program internal di Cobb yang disebut Miles That Matter. Untuk setiap mil yang dilalui anggota tim Cobb dalam olahraga berjalan, berlari, atau bersepeda, organisasi akan menyumbangkan satu pon protein untuk mendukung pengurangan kelaparan. Kontribusi tahun ini begitu signifikan sehingga The Manna Center bekerja sama dengan beberapa dapur umum lain untuk mendistribusikan protein kepada warga yang paling rentan. (via poultryworld.net)

MENGHAYATI DISINFEKSI DAN BIOSEKURITI

Disinfeksi alat transportasi peternakan juga penting dilakukan. (Foto: Istimewa)

Tanpa terasa semakin hari tantangan dalam budi daya peternakan semakin banyak. Setelah dilarangnya AGP (Antibiotic Groth Promoter) dan beberapa jenis antibiotik, kemudian nantinya kemungkinan antibiotik kombinasi juga dilarang. Peternak semakin harus mengencangkan ikat pinggang. Namun, sudahkah peternak mengaplikasikan biosekuriti yang baik di kandangnya?

Krusialnya Peran Biosekuriti
Di era non-AGP yang sudah berlangsung kurang lebih dua tahun, peternak sudah pasti tahu dan mengerti bahwa performa ayam di lapangan sedikit berkurang ketimbang pada saat AGP masih boleh digunakan. Belum lagi beberapa jenis antibiotik seperti colistin dan anti-koksidia yang juga ikut dilarang, tentunya ini akan lebih “njelimet” lagi bagi peternak. Terakhir yang Infovet dengar, pemerintah akan melakukan pelarangan penggunaan antibiotik kombinasi, namun sediaan apa saja yang dilarang masih belum dapat dijelaskan.

Walaupun begitu, ini jelas merupakan tantangan bagi para peternak, dimana hewan ternak dituntut agar lebih sehat dan memiliki performa dan produksi yang baik. Berbagai upaya dijajaki oleh peternak dalam mendapatkan performa yang baik, yang mampu akan membangun dan berinvestasi pada closed house, bagaimana dengan yang tidak?

Jangan buru-buru berkecil hati jika tidak dapat membangun closed house. Ingat selalu bahwa penerapan biosekuriti yang baik juga akan mendongkrak performa. Fokus beternak adalah membuat hewan senyaman mungkin dan sesehat mungkin, sehingga performa meningkat.

Yang sering peternak lupakan yakni manajemen biosekuriti yang baik dan benar. Padahal dalam usaha budi daya unggas, manajemen biosekuriti adalah hal yang wajib dilaksanakan dan sangat diproritaskan. Bukan tanpa alasan, hal ini karena biosekuriti merupakan benteng pertahanan utama dalam menghalau berbagai penyakit infeksius. Perlu diingat kembali bahwa prinsip biosekuriti adalah langkah-langkah pengamanan biologik yang dilakukan untuk pencegahan menyebarnya agen infeksi patogen pada ternak.

Sekretaris Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI), Drh Muhammad Azhar, mengatakan bahwa biasanya kendala dari penerapan biosekuriti di lapangan yang paling utama adalah keengganan dari peternak.

“Kemitraan, integrator, bahkan peternak mandiri besar mereka pasti punya staf kesehatan hewan, punya program keswan, punya program biosekuriti dan lainnya, tetapi kenapa performa jelek kadang menyalahkan hal lain? Bisa dibilang aplikasinya di lapangan yang kurang oleh petugas kandangnya, entah karena malas, lupa, atau apapun, harusnya tidak bisa ditolerir seperti itu,” tuturnya kepada Infovet.

Lebih lanjut dijelaskan, “Dalam beternak, bukan pemberian obat, antibiotik atau jamu, yang penting bagaimana caranya ayam sehat. Percuma kalau kita kasih obat terus tapi performa enggak bagus, malah bahaya buat yang makan. Ini peternak yang sering mindset-nya kaya gitu.”

Menurutnya, penerapan biosekuriti tidak hanya dapat diterapkan di farm, tetapi juga pada tiap komponen rantai pasokan, sehingga menjaga keamanan pangan yang dikonsumsi alias healthy from farm to table.

Komentar Azhar juga diamini oleh Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Drh Irawati Fari. Menurut dia, ketika era non-AGP telah berakhir dan dilarangnya berbagai jenis antibiotik, kini penerapan biosekuriti harus digalakkan.

“Kemarin masih ada AGP cukup terbantu peternak, namun karena peraturannya sudah begini, mau bagaimana? Ya dari dulu sih harusnya biosekuriti itu diaplikasikan dengan baik, bukan sekarang-sekarang saja,” ujar Ira.

Ia juga mengatakan bahwa dirinya beserta perusahaan tidak henti-hentinya untuk menggalakkan aplikasi biosekuriti yang baik pada peternak. Selain itu lanjut dia, ketika kondisi wabah COVID-19 merebak, seharusnya biosekuriti semakin diperketat. Hal ini tentu saja juga berkaitan dengan kehidupan manusia yang bekerja di peternakan atau unit rantai pasok produk peternakan.

“Coba bayangkan ketika COVID-19 merebak, ini kan berbahaya, sekarang peternak juga tidak hanya fokus kepada menjaga kesehatan ternak saja, tetapi juga dengan kesehatan tiap pegawai yang ada di farm dan juga kesehatan lingkungannya,” ucapnya.

Ia juga mengimbau kepada para peternak agar… Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi April 2021. (CR)

PELATIHAN FORMULASI PAKAN BABI BATCH II

Webinar mengenai pelatihan formulasi ransum babi. (Foto: Infovet/Sadarman)

Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) kembali menyelenggarakan webinar Training Formulasi Ransum Babi Batch II, Selasa (13/4/2021). Acara ini diikuti peserta dari berbagai wilayah di Indonesia, khususnya para peternak babi, akademisi dan praktisi.

Ketua Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), Dr Sauland Sinaga, sebagai penyelenggara, menyambut baik atas terlaksananya kegiatan yang sudah kedua kalinya ini.

“Ini menunjukkan akan pentingnya tata cara memformulasikan pakan untuk babi. Peserta pun tetap banyak hingga pelaksanaan kedua ini,” kata Sauland.

Kegiatan yang digelar atas kerja sama GITA Organizer, Infovet dan US Soybean Export Council (USSEC) Indonesia, menghadirkan pembicara Feed and Nutrition Consultant PT Tekad Mandiri Citra, Ir Hariyanto Sutikno, yang membawakan materi formulasi kebutuhan ransum induk babi.

Dijelaskan, “Memaksimalkan pemberian pakan pada induk babi penting dilakukan mengingat induk akan memasuki masa kawin (mating), gestasi (bunting hingga melahirkan) dan laktasi (menyusui).”

Lebih lanjut dijelaskan, pakan yang diberikan pada masing-masing periode berbeda, yaitu pakan untuk periode induk sebelum dikawinkan (pree-sow) tujuh hari sebelum dikawinkan, pakan untuk induk bunting 0-100 hari dan pakan untuk induk menyusui yang dimulai dari hari ke-101 pasca melahirkan hingga penyapihan (weaned).

“Kesalahan dalam memformulasikan pakan induk babi dapat berdampak pada feed intake, padahal dalam pemberian pakan induk babi, feed intake harus dimaksimalkan, artinya Ketika feed intake rendah maka nutrient intake akan rendah. Akibatnya macam-macam, bisa saja rendahnya bobot badan anak babi sapihan, skor tubuh sow juga rendah dan terjadi peningkatan jumlah afkir dari sow yang dipelihara,” jelas Hariyanto.

Untuk mengatasi hal ini maka menurutnya perlu upaya memformulasikan pakan induk babi dengan baik, mengawinkan induk babi sesuai dengan standar bobot badan (120-130 kg) dan memberikan pakan dalam jumlah cukup (2,50 kg/ekor untuk babi bunting dan minimal 5 kg/ekor untuk babi laktasi), serta pakan harus diberikan 2-3 kali/hari.

Selain formulasi pakan dengan baik, upaya menjaga kesehatan dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh induk babi juga penting. Hal ini disampaikan Business Consultant PT Better Pharma Indonesia, Drh Michael Indra Wahyudi. Menurutnya, pertahanan induk babi terhadap paparan bibit penyakit dapat diperkuat oleh pakan berkualitas, menjaga kesehatan mukosa usus, menjaga kestabilan populasi mikroflora dan meningkatkan system kekebalan tubuh induk babi itu sendiri.

“Untuk mendapatkan bahan pakan berkualitas lumayan sulit, apalagi jika formulasi pakan dilakukan sendiri oleh peternak, sehingga konten nutrien dari pakan hasil formulasi sulit didapatkan sesuai dengan standar yang disarankan,” kata Michael.

Untuk mendapatkan pakan hasil formulasi berkualitas, lanjut dia, dianjurkan untuk menggunakan imbuhan pakan dari produk sintetis yang sudah dikomersialisasikan maupun herbal.

“Kedua jenis produk imbuhan pakan tersebut sama-sama dapat berperan sebagai imbuhan pakan yang dapat memberikan benefit pada induk babi dan pada peternak itu sendiri,” pungkasnya. (Sadarman)

SITUASI PENGEMBANGAN JAGUNG INDONESIA SAAT INI

Muhammad Saifullah, Asisten Deputi Pangan Kemenko Bidang Perkenomian, dalam webinar FGD Pataka bertema "Harga Jagung Melambung", Selasa (20/4) menjelaskan situasi pengembangan jagung Indonesia saat ini.

Ada beberapa hal disoroti Saifullah, pertama adalah penanaman jagung masih tergantung pada musim dan penanaman terbanyak terjadi ketika musim hujan. Menurutnya petani mempunyai feel dan insting alami yang baik kapan menanam, kapan memanen, dsb. Sehingga pemerintah, akademisi, peneliti, dll harus lebih banyak mendengarkan mereka. Kehadiran pemerintah dan pihak-pihak terkait adalah untuk meningkatkan hal-hal baik yang sudah dimiliki petani, dan memperbaiki apa yang belum baik.

Untuk rantai pasar jagung yang masih panjang, dimana harga pasar lebih banyak ditentukan peran pedagang pengumpul, Saifullah mempunyai solusi tersendiri. Yaitu meregistrasi para middleman, merangkul mereka menjadi bagian dari logistik yang bisa di-trace dengan baik. Sehingga jika terjadi bottle neck pemerintah sebagai stake holder utama bisa langsung tahu. Karena, menurut Saifullah, bottle neck adalah salah satu pemicu kenaikan harga dan ada permainan di sana.

Kenaikan harga jagung internasional yang terjadi pada Oktober 2020 sampai April 2021 yaitu sekitar 36%. Hal ini sempat memukul para pelaku industri peternakan.

Di sisi lain kebutuhan jagung per bulan relatif sama. Sehingga harga akan turun ketika pasokan berlebih dan harga naik ketika pasokan berkurang, sehingga perlu dirumuskan mekanisme pengelolaan stok. Saifullah menyampaikan akan berdiskusi dengan Bulog bagaimana Bulog bisa lebih berperan terhadap mekanisme lalu lintas perjagungan. Sehingga tidak hanya beras yang ada KPSH-nya (Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga), kalau bisa jagung juga mendapatkan kanal seperti itu, sehingga pemerintah bisa lebih banyak mengendalikan harganya.

Terakhir, belum ada mekanisme cadangan jagung pemerintah. Sehingga rawan permasalahan muncul di tingkat petani ketika harga jatuh dan di tingkat pengguna terutama peternak layer ketika harga jagung naik.

“Kami harap Bulog mempunyai peran utama dalam konteks mekanisme cadangan jagung pemerintah,” kata Saifullah. (NDV)

BIOSEKURITI: BUKAN TEORI, TAPI AKSI NYATA

Tata letak dan struktur bangunan dalam lokasi suatu unit farm juga dapat menopang tingkat efektivitas operasional implementasi biosekuriti yang ada. (Foto: Istimewa)

Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI-Jakarta)

Pada tataran lapangan, seorang praktisi perunggasan memandang kejadian kasus penyakit infeksius pada ayam modern umumnya bersifat multifaktor, baik faktor secara langsung ataupun tidak. Dengan demikian, interaksi antar faktor dan atribut yang menyertainya pada titik tertentu akan menghasilkan manifestasi gejala klinis dan/atau gejala patologi anatomis penyakit dalam populasi ayam yang ada. Biosekuritas merupakan salah satu strategi yang sifatnya wajib alias “mandatory” untuk diterapkan dalam rangka mencegah dan/atau mengurangi prevalensi kejadian kasus infeksius di lapangan. Tulisan singkat ini bertujuan berbagi pengalaman dalam strategi mereduksi kasus-kasus infeksius di lapangan terutama pasca pakan non-AGP (Antibiotic Growth Promoter).

Deskripsi Biosekuriti
Biosekuriti adalah satu perangkat tata laksana praktis lapangan yang kalau diimplementasikan secara kolektif dapat mereduksi introduksi potensial patogen dan mencegah penyebarannya ke dalam, antar dan sekitar lokasi, dimana induk semang berada (ayam). Dengan demikian, aspek terpenting yang mesti dipahami dalam implementasi biosekuriti di lapangan adalah bukan teori, melainkan aksi nyata mencegah introduksi dan penyebaran patogen di dalam lingkungan ayam.

Walaupun skala prioritas dan bentuk-bentuk nyata pelaksanaan biosekuriti pada masing-masing farm belum tentu sama, namun dalam realitanya sangat dibutuhkan komunikasi yang baik dan integritas tinggi setiap level personal di peternakan tersebut.

Prioritas segenap tindakan implementasi biosekuriti yang realistis adalah mempertimbangkan besarnya risiko yang dihadapi dan juga jenis patogen yang dominan dalam lingkungan lokasi farm tertentu, misalnya:

a. Apakah mereduksi patogen yang bersifat sangat menular dan/atau menyebabkan mortalitas yang tinggi, misalnya HPAI, ND ataupun Gumboro.

b. Apakah mereduksi tantangan penyakit endemik yang menyebabkan kematian dan/atau gangguan performa, misalnya Koksidiosis, Kolibasilosis ataupun Nekrotik Enteritis (NE).

c. Apakah mereduksi atau mengeliminasi patogen yang memberikan efek imunosupresi bagi ayam, misalnya Gumboro, Mareks, Reo, CAV, IBH.

d. Apakah bertujuan untuk mereduksi patogen yang penting untuk kesehatan manusia (foodborne disease) alias bersifat zoonosis, misalnya Salmonellosis dan Campylobacteriosis.

Interaksi Ayam & Patogen
Ayam dan patogen, termasuk juga makhluk hidup lainnya, pada hakikatnya mempunyai karakter “Ego”. Tegasnya, ekspresi sifat ego adalah dalam menjaga kelestarian kehidupannya (baca: eksistensinya di atas muka bumi) dan sifat ini menjadi sangat penting sekali. Sebab kalau tidak, makhluk hidup yang bersangkutan (termasuk patogen) dalam tempo cepat atau lambat pasti akan lenyap dari permukaan bumi alias punah.

Pada patogen, manifestasi dari sifat ego ini adalah kemampuannya untuk menerobos mekanisme pertahanan tubuh ayam (kemampuan melakukan invasi/invasiveness), termasuk kemampuannya menggagalkan kinerja suatu preparat antibiotika (kemampuan membentuk reaksi resisten).

Di sisi lain, sifat ego pada ayam dimanifestasikan dengan keberadaan mekanisme pertahanan tubuhnya yang berlapis-lapis, mulai dari mekanisme pertahanan fisiko-kimiawi (epidermis kulit dan mukosa beserta kelenjar pelengkapnya), pertahanan seluler via sel darah putih (innate immunity via mekanisme fagositosis) ataupun melalui sel limfosit yang terkait dengan sistem kekebalan (adaptive immunity baik humoral immunity dan cell-mediated immunity).

Kemampuan melakukan invasi dari suatu patogen dapat mengalami perubahan, tergantung… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. (toe)

MENCARI ALTERNATIF PAKAN AYAM PETELUR

Ayam petelur ibarat sebuah pabrik biologis yang butuh asupan nutrisi dalam jumlah mencukupi

FKS Multi Agro bersama dengan US Soybean Export Council dan US Grain Council melaksanakan webinar FEEDS (Feed Ingredient Dialouge Series) pada Selasa (21/4) lalu. Webinar tersebut merupakan seri ke-3 dari FEEDS dimana webinar kali ini bertemakan “Mencari Alternatif Bahan Baku Pakan Petelur”. Bertindak sebagai narasumber yakni Prof. Budi Tangendjaja peneliti BALITNAK Ciawi yang sudah melanglangbuana di dunia formulasi pakan ternak.

Dalam presentasinya Prof. Budi menyebutkan bahwa dalam budi daya ternak pakan merupakan komponen biaya terbesar, bahkan dirinya berani menyebut bahwa cost pakan bisa mencapai 80% bahkan lebih. Lalu Prof. Budi juga menyebut bahwa ketergantungan terhadap jagung dan bungkil kedelai dalam formulasi pakan sangat tinggi. Rerata di dunia, penggunaan jagung berada pada kisaran 45% dan bungkil kedelai sekitar 27%.

Sedikit mengkritik, Budi juga menambahkan bahwa Indonesia dihadapkan dengan permasalahan lokal dimana Indonesia yang katanya produksi jagungnya surplus, tetapi sangat sulit bagi peternak layer selfmixing dan industri pakan untuk mendapatkan jagung dengan kualitas yang baik.

“Artinya apa?, kita sudah sangat tergantung dengan dua bahan baku tersebut, padahal sebagaimana kita ketahui bahwa ketersediaan dari keduanya cukup fluktuatif, sehingga harga dari kedua komoditas tersebut pun ikut pasang surut. Nah, bagaimana kita bisa lepas dari ketergantungan ini?,” tutur Budi.

Budi pun menyebut bahwasanya dalam budi daya, efisiensi merupakan suatu harga mati. Karena persaingan, tentunya para pembudi daya juga akan didorong untuk lebih efisiensi, terutama dalam hal ini adalah efisiensi dari sisi cost pakan.

Oleh karena itu untuk para “penganut” sistem selfmixing harus pandai – pandai mengatur formulasi pakan agar harga tetap murah, tetapi kualitas dari pakan tetap terjaga sehingga tidak mempengaruhi performa produksi dari ayam.

“Dalam formulasi patokannya itu harga, nutirisi (gizi), pengolahan, dan ternaknya. Kalau harga masuk, kita pakai bahannya, kalau nutrisinya memenuhi, kita pakai juga, kalau praktis tidak butuh banyak pengolahan, kita ambil, dan terakhir biarkan ternak bicara apakah formulasi yang kita buat ini cocok apa enggak,” tutur Budi.

Selanjutnya kemudian Budi memberikan contoh teknik formulasi ransum hanya dengan menggunakan software Microsoft Excel. Dalam formulasi yang ia demonstrasikan, Budi hanya menggunakan 25% jagung dan sedikit bungkil kedelai, sebagai gantinya ia menggunakan gandum dan DDGS. Di atas kertas, formulasi yang dibuat olehnya dapat menghasilkan pakan dengan harga dibawah rerata. Namun begitu tidak sedikit pertanyaan yang masuk kepada Budi terkait dari kualitas ransum yang barusan ia demonstrasikan.

Dengan santai ia menjawab bahwa untuk lebih meyakinkan hasil dari demonstrasi formulasi tersebut, jalan satu – satunya adalah mencoba. Ia menyarankan agar formulasi tadi diujicobakan kepada peternak yang hadir sebagai peserta di kandang masing – masing.

“Dicobakan dulu untuk ayam – ayam tua yang usianya 75 atau 80 minggu, kalau cocok pakai, kalau enggak naikkan jagungnya dan bungkilnya lagi, turunkan DDGS nya mulai dari 10%. seharusnya formulasi seperti ini bisa kok,” tukas Budi percaya diri.

Kepercayaan diri Prof. Budi bukan tanpa sebab, hal ini dikarenakan bahwa formulasi tadi telah diujicobakan di beberapa peternakan di Jawa Timur dan dapat digunakan (tidak mempengaruhi performa), sehingga dapat digunakan oleh peternak ketika harga jagung dan kedelai sedang melambung misalnya seperti saat ini.

Ia pun memberi contoh lebih ekstrem lagi dimana formulasi tadi juga sudah diujicobakan di Iowa University, Amerika serikat bahkan penggunaan DDGS nya pun mencapai 60% tanpa berefek negatif pada performa ayam.

“Ini hanya satu dari sekian contoh saja, masih banyak formulasi alternatif lain dengan bahan baku yang lain. Intinya saya mau tegaskan saja bahwa dalam formulasi kita harus pandai mencari bahan baku dan harganya paling murah, terus patokan kita itu nutrisi, dan nutrisi itu bukan hanya protein tetapi ME (Metabolism Energy). Jadi memang gampang – gampang susah, agak tricky deh, tergantung kita mau efisien apa enggak,” tutup Budi (CR).

FAPET UGM BERDAYAKAN ISTRI PETERNAK DI DESA TAHUNAN PACITAN MENGOLAH SUSU SEGAR

Fakultas Peternakan UGM memberdayakan istri peternak di Desa Tahunan, Pacitan, mengolah susu sapi segar menjadi susu pasteurisasi kombinasi empon-empon. Hal ini dilakukan karena susu segar yang tidak terjual seringkali terbuang akibat dari minimnya pengetahuan dan keterampilan tentang pengolahan susu. Dengan pendampingan tersebut, susu segar dapat diolah menjadi produk pangan olahan susu yang lezat, bergizi, tahan cukup lama, dan bernilai jual lebih tinggi. Empon-empon dipilih sebagai bahan tambahan karena merupakan tanaman unggulan di desa tersebut. Selain itu, tanaman ini dipercaya dapat meningkatkan antibodi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Prof Ir Ambar Pertiwiningrum, MSi, PhD, IPM, ASEAN Eng, dosen Fakultas Peternakan UGM selaku ketua kegiatan pengabdian kepada masyarakat, Selasa (20/4) di Fakultas Peternakan UGM. Ambar menuturkan, kelompok peternak Bumi Rahayu di Desa Tahunan menggantungkan penjualan susu kepada koperasi. Mereka menjual susu dalam keadaan segar dan tidak mengolahnya apabila tidak habis terjual. Susu yang tidak terjual diberikan secara cuma-cuma kepada tetangga atau dicampurkan pada pakan sapi. 

Kondisi ini menjadikan pendapatan harian para peternak menjadi berkurang terlebih dengan adanya pandemi Covid-19. Bahkan, ada peternak yang mulai menjual sapinya karena tidak dapat membeli pakan.

Kelompok yang beranggotakan 25 orang tersebut memiliki lebih dari 50 ekor sapi dengan rata-rata produksi per hari mencapai 6-10 liter per ekor dengan nilai jual ke koperasi sebesar Rp5.000,00 per liter. Pendapatan rata-rata setiap peternak di kelompok tersebut hampir sama, yaitu kurang lebih Rp80.000,00 per hari atau sekitar Rp2.400.000,00 per bulan. Padahal, sebagian besar istri peternak tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan pendapatan suami. 

Pendampingan pembuatan susu pasteurisasi diawali dengan pelatihan cara memerah susu yang benar dan sehat. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pengolahan susu yang mengombinasikan dengan potensi lokal, yaitu empon-empon. 

Ambar mengungkapkan, pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi dapat meningkatkan pendapatan peternak. Selain itu, tidak ada lagi susu yang terbuang. Setelah diberikan pelatihan pengolahan susu, peternak dilatih untuk memasarkan produk susu pasteurisasi secara online melalui media sosial. Peternak dilatih mempublikasikan video dan foto produk, memilih kata-kata kreatif dalam promosi, dan dilatih menggunakan hashtag agar produk mudah ditemukan oleh konsumen. 

Selain melakukan pendampingan pengolahan susu, Ambar bersama tim peneliti lainnya (Prof. Catur Sugiyanto, MA, PhD dan Dr drh Soedarmanto Indarjulianto) melakukan pendampingan dan penguatan kelembagaan wanita. Hal ini penting dilakukan karena dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan konsumsi pangan rumah tangga yang menjadi anggota kelompoknya. Ambar dan timnya melaksanakan asistensi, fasilitasi, serta pengembangan kapasitas anggota kelompok berupa peningkatan pendidikan pangan dan gizi. (Rilis/INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer