-->

HALALBIHALAL PB PDHI, SILATURAHMI SAMBIL BERKOLABORASI PERKUAT PETERNAKAN & KESEHATAN HEWAN

Foto bersama halalbihalal PB PDHI. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Minggu (13/4/2025), bertempat di Arion Suites Hotel Kemang, Jakarta Selatan, Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), menggelar halalbihalal sekaligus silaturahmi antar pengurus, pemerintah, swasta, organisasi, dan para akademisi yang terkait di industri peternakan dan kesehatan hewan.

"Hari ini menjadi hari yang paling bahagia karena kita bisa bersilaturahmi, saling memberikan maaf antar kita semuanya," ujar Ketua Umum PB PDHI, Drh M. Munawaroh.

Di tengah tingginya tantangan di bidang peternakan dan kesehatan hewan, ia mengajak pemangku kepentingan dan para stakeholder terkait untuk terus bergandengan tangan menciptakan peternakan yang aman dari ancaman penyakit guna mewujudkan ketahanan pangan asal produk peternakan.

"Permasalahan penyakit makin hari makin bertambah, kita masih terus berjuang bersama Kementerian Pertanian dalam mengendalikan penyakit mulut dan kuku (PMK), kemudian penyakit lumpy skin disease (LSD) juga belom selesai. Negara kita luas, ini menjadi potensi besar bagi peran dokter hewan kita," katanya.

Namun demikian, lanjut Munawaroh, terbatasnya tenaga dokter hewan yang menyebar di seluruh wilayah Tanah Air turut menjadi kendala dalam penanganan sektor kesehatan hewan.

"Jumlah dokter hewan masih terbatas, di PDHI hanya terdaftar 15 ribu orang, harus ditambah lagi dan diperkuat kualitasnya. Ke depan akan ada tambahan delapan program studi fakultas kedokteran hewan di beberapa universitas, semoga kualitas dokter hewan yang dihasilkan bisa lebih baik. Kita dorong, karena yang akan menangani kesehatan hewan di Indonesia itu dokter hewan," ucapnya.

"Selain itu, kita juga terus upayakan undang undang yang akan menjadikan payung hukum dalam penyelenggaraan dan pelayanan dokter hewan, kita terus lakukan audiensi bersama pemerintah dan DPR. PDHI terus berjuang, bahkan nanti melalui kepemimpinan baru semakin hari harus semakin maju. Kami ingin dokter hewan memiliki kompetensi yang terus meningkat, kita lakukan pembinaan supaya tidak tertinggal dengan negara negara lain."

Momen bersalam-salaman acara halalbihalal PB PDHI.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Hewan, Drh Imron Suandy, yang mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, bahwa momentum silaturahmi ini bisa menjadi ajang untuk memperkuat organisasi profesi dan pemerintah.

"Kami sangat apresiasi ke PDHI yang terus ikut berkontribusi dalam membangun sektor peternakan dan kesehatan hewan. Peran kolaboratif antara pemerintah, organisasi profesi, akademisi, dan masyarakat harus terus kita pertahankan. Kita memiliki budaya gotong royong atau guyub, itu terus kita perkuat untuk mengatasi dan mengendalikan penyakit hewan menular strategis," kata Imron.

Lebih lanjut disampaikan, pemerintah membuka diri dan menerima setiap masukkan untuk membantu menjaga keamanan ternak dan mewujudkan ketahanan pangan menuju Indonesia Emas 2045.

"Harapannya itu bisa terwujud, karena kita memiliki status kesehatan yang sama dengan negara negara lain. Oleh karena itu, seluruh sumber daya yang kita miliki kita upayakan untuk menggairahkan sektor peternakan dan kesehatan hewan supaya investasi di dalamnya makin berkembang," tukasnya.

Sementara itu, ditambahkan oleh Dewan Pembina PB PDHI, Prof Wiku, yang menyampaikan, "Intinya, panggung untuk dokter hewan sudah tersedia, kita harus akur dan bekerja sama dalam manangani dan mengendalikan kesehatan hewan agar ketahanan pangan dapat terwujud. Mari kita cegah tantangan penyakit bersama-sama, saya yakin PDHI mampu mengatasi dengan kompetensinya, makin kompak dan kolaboratif untuk meraih prestasi bersama." (RBS)

PETERNAKAN DI AUSTRALIA BERKOMITMEN LATIH DAN PEKERJAKAN DISABILITAS

Suasana di peternakan ayam "Rise and Shine Pastured Eggs" di Finniss, Australia Selatan

                                                                                                                      (Foto : Istimewa)

Sebuah peternakan di Kota Finniss, Australia Selatan, memiliki misi untuk memberikan lapangan pekerjaan tetap kepada orang-orang dengan disabilitas. Pegawai Rise and Shine Eggs, Jinda Holland, mengidap Sindrom Waardenburg dan tuli pada telinga kirinya. Awal-awal bekerja di peternakan itu, ia sebenarnya tidak suka berada di sekitar ayam. 

“Seiring waktu, giliran kerja saya semakin banyak di peternakan ini. Saya pun mulai menyukai ayam-ayam ini,” kata Holland.

Ia sebelumnya bekerja di industri pariwisata dan di sebuah pabrik, tapi tidak bertahan lama. 

“Mereka tidak memahami disabilitas saya, pendengaran saya, penglihatan saya, dan itu menjadi sebuah tantangan,” kata Holland tentang pekerjaannya dulu.

Gabi Kinsley juga pegawai Rise and Shine Eggs yang memiliki disabilitas. Cukup lama ia memilih untuk tidak memberi tahu atasannya mengenai disabilitas yang ia miliki. Alasannya, agar tidak diperlakukan secara berbeda. “Yang jelas mereka tidak bilang ‘kami tidak ingin [mempekerjakan]mu karena kamu punya disabilitas’, tapi saya merasa seperti itu,” ungkapnya.

Keraguan Kinsley untuk mengakui disabilitasnya secara terbuka tidak mengherankan bagi Tracey Davis, seorang staf pembantu. 

“Sungguh membuat frustrasi bahwa kita memperlakukan orang-orang dengan disabilitas dengan sangat tidak hormat,” ungkap Davis.

Perlakuan buruk dan sedikitnya kesempatan bagi kelompok disabilitas mendorong pemilik Rise and Shine Eggs untuk membuat perubahan. Mereka mempekerjakan beberapa pegawai dengan disabilitas untuk mengerjakan berbagai tugas, dari membuat pagar, merapikan taman, hingga mengumpulkan, membersihkan, menyeleksi dan mengantarkan telur ke kota-kota sekitar.

Kakak-beradik Heather dan Alistair Pearce adalah pemilik peternakan tersebut. Heather adalah seorang terapis okupasi, sementara Alistair memiliki pengalaman di industri pertanian selama puluhan tahun.

“Saya rasa yang menjadi faktor penting adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak banyak dipekerjakan, orang-orang yang tidak punya pekerjaan padahal bisa bekerja dan dipekerjakan, tapi tidak pernah benar-benar diberi kesempatan sebelumnya,” imbuh Heather.

Bisnis peternakan mereka sangat sukses, bahkan berencana membuka yang kedua. “Nanti kami ingin mereka bisa melatih orang lain yang ingin bergabung dalam program ini dan menjalankannya melalui semacam program selama 12 minggu, jadi saya rasa ke sanalah tujuan kami,” kata Pearce.

Bagi orang dengan disabilitas seperti Holland, bekerja di peternakan telah mengubah hidupnya. “Pekerjaan ini memberi saya harapan, memberi saya pekerjaan, memberi saya sesuatu untuk dinantikan setiap harinya ketika pergi bekerja,” pungkasnya. (INF)


ANNUAL MEETING PT GALLUS: OPTIMALISASI SUMBER DAYA DAN SUKSES DI ERA DIGITAL

Foto bersama Annual Meeting PT Gallus Indonesia Utama. (Foto-foto: Infovet/Ridwan)

Bertempat di Gedung Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Selasa (21/1), Annual Meeting PT Gallus Indonesia Utama diselenggarakan dengan mengambil tema “Optimalisasi Sumber Daya Menuju Sukses di Era Digital”.

Direktur Utama PT Gallus, Ir Bambang Suharno, mengawali acara dengan membahas situasi bisnis di 2024, dimana kondisi ekonomi peternakan yang belum membaik dan cenderung stagnan menjadi tantangan bagi perusahaan dalam menapaki bisnis.

“Namun alhamdulillah kita masih bisa mendapat beberapa partner baru dan mencapai hasil yang baik. Kita bersyukur dan berterima kasih kepada rekan-rekan yang sudah berusaha dengan maksimal, semoga ke depannya bisa menjadi lebih baik dan lebih sukses di era digital ini, kita persiapkan diri,” ujar Bambang.

Oleh karena itu, beberapa strategi pun dipersiapkan untuk menghadapi 2025 yang juga memiliki beragam tantangan dan peluang, di antaranya optimalisasi sumber daya/asset digital, pengembangan sumber daya berbasis digital, hingga mengoptimlisasi integrasi pemasaran dan multi layanan.

Suasana Annual Meeting PT Gallus Indonesia Utama.

Pada kesempatan yang sama, Komisaris PT Gallus, Gani Hariyanto, turut menekankan perusahaan untuk bisa mempertahankan dan meningkatkan apa yang telah diraih. “Kita harus pertahankan kunci keberhasilan kita di tahun kemarin untuk keberhasilan di tahun depan,” katanya.

Lebih lanjut disampaikan, tema yang diangkat tahun ini juga menurutnya sangat relevan dengan kondisi saat ini. “Apa yang kita punya harus kita optimalisasi dan berfokus pada era digital, kita harus masuk ke sana sehingga kita bisa memiliki lebih banyak ide dan inovasi,” ungkapnya.

Pengarahan dari Komisaris PT Gallus, Gani Hariyanto.

Ia pun mengimbau untuk bisa menetapkan sasaran yang tepat melalui usaha, inovasi, dan sinergi dalam menghadapi situasi apapun. “Dengan beragam situasi dan kondisi tantangan di 2025, diharapkan Gallus akan tetap melaju. Kita tinggalkan era kerugian dan melanjutkan dengan era yang selalu meningkat. Kita optimalkan sumber daya yang kita miliki, kita sesuaikan untuk menuju sukses di era digital ini,” harapnya.

Sementara Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, yang turut hadir juga memberikan pandangan yang sama. “Ke depan memang banyak tantangan, kita harus berusaha melawatinya dengan penuh strategi dan taktik untuk menghadapinya. Lakukan inovasi dan efisiensi dengan output yang tetap efektif melalui ide, kerja keras, serta kreativitas dalam memanfaatkan digitalisasi,” tukasnya.

Katua Umum ASOHI, Irawati Fari, saat memberi arahannya.

Annual Meeting yang dimulai sejak pagi hari turut menampilkan pemaparan ASSA oleh Manajer Unit Penerbitan, Ir Darmanung Siswantoro, yang menyampaikan kinerja per unit usaha di antaranya Infovet, GitaPustaka, Gita EO, Gita Consultant, Info Akuakultur, dan Cat&Dog. Kemudian dilanjutkan dengan paparan dari Manajer Divisi EO, Consultant, dan Cat&Dog, Maryam Safitri. Acara juga dilengkapi dengan training karyawan yang disampaikan oleh Bambang Suharno, serta Direktur HRD dan Keuangan PT Gallus Drh Rakhmat Nuriyanto. (RBS)

MONIMAX (MONENSIN + NICARBAZINE)

Monimax (Monensin + Nicarbazine)
Reveal your hidden potential



UNRAM GANDENG PELAKU USAHA PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Suasana Workshop Yang Digelar Unram
(Foto : Unram)


Tim Peneliti The Center for Sustainable Farm Systems (CESFARMS) Universitas Mataram (Unram) menggelar workshop bersama para pelaku usaha bidang pertanian dan peternakan di Pulau Lombok. Kegiatan yang dilaksanakan di Mataram itu mengangkat tema Creating Resilient Communities in Indonesia Through Smallholder-Inclusive Tourism Markets.

Workshop ini merupakan kegiatan kedua pada 2024 setelah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada 2023 lalu. Antara Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) dengan Universitas Mataram (Unram), Universitas Udayana (Unud), Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam bidang pertanian.

Workshop dibuka Rektor Unram Prof Bambang Hari Kusumo PhD. didampingi Tim Peneliti Ag4 Tourism Prof Sri Widyastuti PhD, Prof Dr Sukartono, Prof Dahlanuddin PhD, I GL Parta Tanaya PhD. Juga peneliti dari BRIN Dr Tanda Sahat Panjaitan dan Dr Nurul Hilmiati.

Hadir Project Leader ACIAR Ag4T Jeremy Badgery-Parker dari University of Adelaide Australia. Serta 40 tamu undangan yang berasal dari para pelaku usaha tani seperti kangkung, nanas, peternak ayam dan pedagang ketiga komoditas ini.

Sinergi antara akademisi dan pelaku usaha tani serta ternak ini mampu menciptakan produk unggulan berbasis pertanian dan peternakan.

Tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tapi juga menarik minat wisatawan melalui agrowisata dan kuliner khas daerah.

”Melalui inovasi dan riset akademis, peningkatan kualitas, kuantitas dan keberlanjutan hasil pertanian oleh petani kita dapat menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan,” ujar Prof Bambang.

Permasalahan dalam rantai pasok produk pertanian menuju sektor hotel, restoran, dan katering kini menjadi perhatian utama.

Mengingat pentingnya memastikan keberlanjutan pasokan bahan makanan berkualitas. Berbagai tantangan dalam peredaran rantai pasok mengancam efisiensi dan kestabilan pasokan. Serta berdampak pada kualitas dan harga produk yang sampai ke konsumen akhir.

Ketua Tim Ag4T Unram Prof Sri Widyastuti PhD menuturkan, kolaborasi ini adalah langkah penting menuju keberlanjutan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penyerapan produk pertanian oleh horeca dapat ditingkatkan secara signifikan.

”Inisiatif ini tidak hanya memperkuat rantai pasokan pangan tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi lokal,” ucapnya.

Dr Tanda Sahat Panjaitan, peneliti dari BRIN mengatakan, permasalahan utama yang dihadapi pembudi daya dan peternak dalam memasok produk adalah ketidakstabilan kualitas.

Workshop itu hadir sebagai upaya sinergis yang praktis untuk menjawab tantangan dalam menjaga kualitas produk yang stabil.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi yang erat antara petani dan akademisi untuk menerapkan temuan Iptek dalam kampanye edukasi yang efektif.

Petani lokal yang sering kali menghadapi tantangan dalam menjangkau pasar yang lebih luas kini mendapatkan dukungan dalam bentuk pelatihan tentang teknik pertanian modern dan pengelolaan rantai pasok.

”Dengan mengadopsi teknik pertanian inovatif dan membangun kemitraan yang erat dengan hotel, restoran, dan katering, petani dapat memastikan pasokan bahan makanan yang berkualitas dan beragam,” pungkasnya. (INF)

KONSISTENSI PEMKAB PASURUAN MEMBANGUN SEKTOR PETERNAKAN DAERAH

Penyerahan Bantuan Secara Simbolis Oleh Pj Bupati Pasuruan
(Foto : Istimewa)


Banyak cara dilakukan Pemerintah Daerah dalam memajukan sektor peternakan. Diantaranya dengan intens menyelenggarakan kegiatan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan peternak dalam mengelola usahanya.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan yang kerap kali memfasilitasi para peternak dengan memberikan sarana prasarana (sarpras), seperti yang dilakukan pada hari Selasa (10/12/2024).

Bertempat di Hotel Tanjung Plaza Prigen, Pj. Bupati Nurkholis menyerahkan beberapa peralatan yang dibutuhkan para peternak yang banyak tersebar di beberapa Kecamatan. Seperti sarpras pengolahan pakan silase sebanyak 10 paket. Rinciannya, 1 unit mesin chooper, 10 unit tong plastik, 1 terpal plastik, 10 unit cangkul, 10 unit sekrop dan  36 botol probiotik.

Selain itu juga diserahkan bantuan sarpras berupa peralatan pengolahan pakan konsentrat sebanyak 10 paket. Rinciannya,  1 unit mesin diskmill, 10 unit tong plastik, 10 unit cangkul, 10 unit sekrop, 1 unit timbangan digital, 1 unit mesin jahit karung, 1 uit terpal da 36 botol probiotik.

Lebih lanjut, Pj. Bupati Nurkholis menyerahkan bantuan sarpras pengolahan kompos sebanyak 10 paket. Rinciannya, 1 unit mesin pencacah kompos,10 unti tong, 10 unit cangkul, 30 unit sekrop, 1 unit gerobak dorong, 1 unit timbangan digital, 1 unit mesin jahit karung, 1 unit alat sablon, 1 unit sealer plastic,1 unit terpal dan 36 botol decomposer.

Bantuan diserahkan kepada 90 orang yang merupakan perwakilan dari Kelompok Ternak penerima Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) 2024. Secara simbolis diterima oleh perwakilan Kelompok Ternak penerima Dana Alokasi Umum (DAU), Petugas Teknis Kecamatan, Petugas Inseminasi Buatan (IB) Swadaya dan staf Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan.

"Saya titip pesan kepada kelompok penerima bantuan bisa memanfaatkan sebaik-baiknya bantuan sarpras peternakan yang telah diberikan. Semoga bermanfaat untuk kemajuan bersama para anggota Kelompok Tani Ternak," pesannya didampingi oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, drh. Ainur Alfiyah.

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Bakti Jati Permana, Camat dan Kepala Desa, Pj. Bupati Nurkholis berkesempatan berkeliling untuk memantau bantuan sarpras ang diterima Kelompok Peternak. Sekaligus memberikan semangat dan motivasinya kepada para peternak agar lebih produktif memajukan usaha agribisnisnya.   

Diketahui, Kabupaten Pasuruan memiliki potensi peternakan yang besar. Diantaranya populasi Sapi Perah sebanyak 90.096 ekor, Sapi Potong 95.415 ekor, Domba 65.503 ekor, Kambing 82.946 ekor, Ayam Petelur 1.766.803 ekor dan Ayam Pedaging 1.772.803 ekor. Dengan potensi yang dimiliki, Kabupaten Pasuruan mendukung berkembangnya usaha peternakan. Diantaranya dilakukan dengan membuka peluang investasi perusahaan peternakan. Baik di sektor perunggasan, persusuan maupun pakan ternak. Diantaranya, PT. Japfa Comfeed Indonesia, PT. Charoen Phokpand, PT. Super Unggas Jaya, PT. Malindo dan PT Wonokoyo. Ada juga industri pengolahan susu seperti PT. Nestle, PT Indolakto, PT. Cimory dan lainnya.

Hal itu memberikan peluang dan tantangan tersendiri bagi peternakan rakyat agar mampu bersaing dalam usaha agribis peternakan menuju peternak maju dan mandiri. Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten Pasuruan memfasilitasi peningkatan kemampuan usaha agribisnis peternak rakyat melalui kegiatan pelatihan. Juga memberikan pelayanan melalui penyediaan sarpras peternakan untuk menunjang kelangsungan usaha peternakan rakyat. (INF)

KETUM PPSKI : PROGRAM MBG BISA SELAMATKAN SEKTOR PETERNAKAN

Salah Satu Kegiatan di Peternakan Sapi Perah 
(Foto : Istimewa)



Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Subendro mengaku optimistis, terkait program makan bergizi gratis (MBG) pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ia menyebut program itu dapat menjadi titik terang bagi industri peternakan dalam negeri. Pasalnya, menurut Nanang, saat ini minat masyarakat Indonesia untuk beternak mulai menurun.

“Saya berkeyakinan makan bergizi gratis akan menimbulkan multiplier effect yang sangat bagus sekali bagi para peternak maupun para pengusaha di pedesaan. Ada banyak usaha-usaha baru yang tumbuh, termasuk usaha para peternak dan petani yang akan menyediakan bahan,” ucapnya.

Nanang melanjutkan, bahwa saat ini profesi peternak kurang diminati oleh anak muda. Oleh karena itu, peluang yang ditimbulkan oleh program makan bergizi gratis diharapkan mampu menarik minat anak-anak muda untuk terjun ke dunia peternakan.

"Jika kita lihat programnya dari sudut pandang kesejahteraan peternak, ini akan membuat para calon peternak tertarik untuk menduduki usaha peternakan, sehingga tanpa didorong-dorong, mereka akan tertarik ke industri peternakan," ucap Nanang.

Ia melanjutkan, targetnya bukan hanya tentang siswa yang mendapatkan makan bergizi gratis, tetapi juga orang-orang di balik bahan baku makanannya, termasuk industri peternakan.

"Saya cukup sering diundang ke banyak perguruan tinggi yang ada fakultas peternakan maupun fakultas kedokteran hewan. Setiap saya memberikan pertanyaan, adakah di antara kalian yang nanti ketika lulus itu mau menjadi peternak sesuai dengan bidang studi mereka? Ternyata animo pada mahasiswa untuk menjadi peternak itu minim sekali," jelasnya.

Perlu diketahui, bahwa lebih dari 56% peternak yang saat ini masih menggeluti usahanya umurnya sudah di atas 50 tahun. "Jadi kita bisa bayangkan kalau yang 56% nanti sudah pensiun dari profesi sebagai peternak, siapa yang akan menggantikan?" lanjut Nanang.

Terakhir, Nanang mengatakan bahwa peluang ekonomi yang dihasilkan oleh industri peternakan Indonesia masih menjanjikan untuk masa depan.

"Situasi Indonesia saat ini masih defisit. Defisit dalam arti prospek bisnis untuk ditekuni masih sangat bagus karena suplai dari lokalnya masih sangat-sangat minim. Sementara sumber daya alam Indonesia benar-benar sangat cukup untuk menunggu kembangnya industri peternakan di Indonesia," pungkas Nanang dalam menanggapi program makan bergizi gratis. (CR)


DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KABUPATEN DEMAK LAKUKAN VAKSINASI PMK

Vaksinasi PMK Dilakukan Untuk Mencegah Wabah PMK di Kabupaten Demak
(Foto : DPP Kabupaten Demak)



Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak melalui petugas P2K BPP Karangawen menggelar kegiatan vaksinasi untuk mencegah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi di Desa Kuripan, Kecamatan Karangawen.

Kegiatan ini melibatkan sejumlah tenaga medis, di antaranya Agus Arifin selaku petugas P2K, paramedik Puskeswan Dinpertan dan Pangan Kabupaten Demak, serta dokter hewan. Acara juga didampingi oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa. 

Kepala Dinas Pertanian Agus Herawan menjelaskan bahwa Vaksinasi ini menyasar seluruh sapi yang ada di Desa Kuripan, dengan syarat sapi yang divaksin harus dalam kondisi sehat, tidak sakit atau sudah sembuh dari PMK.

Selain itu, sapi yang divaksin juga harus memiliki umur minimal 6 bulan, tidak dalam kondisi bunting, dan bukan sapi yang akan dipotong dalam waktu dekat. 

“Pemberian vaksinasi PMK pada sapi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh hewan ternak dan mengurangi risiko penyebaran penyakit yang dapat merugikan peternak. Vaksinasi ini diharapkan dapat memperkecil peluang sapi terinfeksi PMK, yang dapat berdampak pada penurunan produktivitas ternak serta kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani,” jelasnya. 

Kegiatan ini sendiri mendapat sambutan positif dari para peternak setempat, yang menyadari pentingnya upaya pencegahan penyakit untuk menjaga kesehatan ternak dan keberlanjutan usaha peternakan mereka.

Dengan dilakukannya vaksinasi ini, diharapkan Desa Kuripan dapat bebas dari PMK, dan produksi ternak sapi di wilayah tersebut tetap aman dan produktif. (INF)




ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer