-->

DONGKRAK PERFORMA MELALUI KINERJA SALURAN CERNA

Masalah pada pakan (cangkang sawit) dan saluran pencernaan yang bermasalah. (Foto: Istimewa)

Kesehatan usus sangat penting untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi, karenanya merupakan faktor kunci dalam menentukan performa unggas. Masalah kesehatan usus sangat umum terjadi pada unggas dengan performa tinggi akibat tingginya asupan pakan, yang memberikan tekanan pada fisiologi sistem pencernaan.

Kelebihan nutrisi yang tidak tercerna dan terserap di usus halus dapat memicu disbiosis, yaitu perubahan komposisi mikrobiota di saluran usus. Disbiosis serta penyebab stres lainnya menimbulkan respons inflamasi dan hilangnya integritas antara sel-sel epitel, yang menyebabkan kebocoran usus (Richard et al., 2023 ).

Perkembangan Mikroba Usus
Sel epitel usus, mikroba, dan sistem kekebalan merupakan komponen ekosistem usus. Sebelum adanya penetasan telur skala besar di inkubator, penetasan metode alami membuat telur-telur tersebut bersentuhan dengan sarang atau ayam selama masa inkubasi dan dengan demikian memastikan transmisi vertikal mikrobiota induk ke anak ayam.

Namun di tempat penetasan komersial, anak ayam ditetaskan di lingkungan yang bersih dan tidak ada kontak dengan ayam betina. Oleh karena itu, mikrobiota usus anak ayam yang baru menetas sepenuhnya bergantung pada sumber lingkungan yang dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman mikroba dan peningkatan kolonisasi patogen bawaan dari makanan yang berada di usus.

Anak ayam dapat memperoleh mikrobiota pada tahap embrio selama pembentukan telur di saluran telur dan selama pengangkutan melalui saluran reproduksi. Perolehan mikroba pasca penetasan bergantung pada berbagai faktor, seperti praktik produksi, pola makan, dan lingkungan. Dengan adanya modernisasi produksi ayam di tempat penetasan skala besar, transmisi vertikal alami mikrobiota dari ayam menjadi sangat berkurang.

Spesies pertama yang menghuni saluran pencernaan ayam adalah kelompok bakteri Coliform dan Sterptococcus fecal, yang melimpah pada hari ketiga setelah menetas. Mikrobiota usus kecil terbentuk pada usia sekitar dua minggu. Pada hari ke-40, Lactobacillus mendominasi mikroflora usus kecil. Mikrobiota cecal terbentuk dalam waktu 6-7 minggu dan didominasi oleh mikroba anaerobik fakultatif dan obligat, yang terdiri dari Clostridia, Enterobacteria, Streptococci fecal, Pediococci, dan Pseudomonas aeruginosa. Peningkatan komposisi dan kompleksitas mikroba pada saluran pencernaan bagian distal menyebabkan fluktuasi komposisi mikroba fecal.

Mikrobiota di Crop
Tembolok menampung komunitas bakteri besar yang terdiri dari sel bakteri dengan urutan 1 × 108 hingga 1 × 109 CFU g−1. Tembolok ini didominasi oleh bakteri gram positif seperti Lactobacillus spp. Spesies bakteria lain yang dikoleksi dari tembolok termasuk Bifidobacterium, Klebsiella pneumoniae, K. ozaenae, Escherichia coli, E. fergusonii, Enterobacter aerogenes, Eubacterium spp., Pseudomonas aeruginosa, Micrococcus luteus, Staphylococcus lentus, dan Sarcina spp.

Mikrobiota tembolok memfermentasi serat makanan menjadi asam lemak rantai pendek atau Short Chain Fatty Acid (SCFA). Asetat adalah SCFA utama dalam tanaman. SCFA menurunkan pH tanaman untuk menghambat pertumbuhan patogen yang berkoloni dan berkembang biak pada pH netral atau sedikit basa.

Mikrobiota di Proventrikulus dan Gizzard
Proventrikulus dan gizzard memiliki pH asam yang tidak ideal untuk kolonisasi mikroba. Asam lambung dapat menembus membran sel mikroba sehingga mengakibatkan penurunan pH intraseluler dan terganggunya gaya gerak proton trans-membran. Demikian pula asam laktat dan asam asetat mencegah kolonisasi patogen yang sensitif terhadap pH asam.

Lactobacilli merupakan spesies dominan pada proventrikulus dan gizzard. Enterobacteria laktosa-negatif, Enterococci, dan bakteri Coliform juga banyak ditemukan di proventrikulus dan gizzard. Konsentrasi bakteri dalam gizzard sama dengan tembolok, namun fermentasi bakteri terhambat oleh pH asam yang mengakibatkan penurunan konsentrasi asetat dan laktat dalam gizzard.

Mikrobiota di Usus Halus
Konsentrasi bakteri di usus kecil kira-kira... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

KORELASI ANTARA MUSIM PENGHUJAN DENGAN PENYAKIT PENCERNAAN

Masa brooding, bila perlu diperpanjang. (Foto: Istimewa)

Beberapa waktu belakangan cuaca cenderung sulit diprediksi dan berubah-ubah. Misalnya saja kemarau panjang yang terjadi akibat El-Nino beberapa waktu lalu, tentu sangat memengaruhi manajemen pemeliharaan dan membawa dampak terhadap penurunan performa produksi ayam broiler. Bulan berganti begitupun musim, dari kemarau panjang yang menerpa, kini curah hujan mulai meninggi di awal tahun.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan terjadi pada Januari dan Februari 2024. Untuk persebarannya yaitu sebanyak 385 Zona Musim (ZOM) atau sebesar 55,08% wilayah yang mengalaminya.

Di sisi lain, genetik ayam pedaging modern saat ini memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap suhu lingkungan dan DOC baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal pada umur minggu kedua. Oleh karena itu, DOC umur pemeliharaan minggu pertama hingga minggu kedua, peran brooder (pemanas) dan manajemen yang optimal sangat memengaruhi dalam upaya menjaga suhu kandang tetap dalam zona nyaman hingga diakhir periode mampu mencapai produksi yang optimal.

Akhir November sampai awal Desember 2023, merupakan awal perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan. Banyak peternak yang terlambat menyadari untuk merubah tipe manajemen kandang. Kebanyakan dari mereka masih berpatokan dengan manajemen musim panas yang menitikberatkan pada sirkulasi udara yang lancar dengan cara membuka lebar tirai kandang (untuk menghindari heat stress). Sehingga ketika musim hujan tiba-tiba datang, angin yang berhembus kencang disertai air hujan akan masuk ke dalam kandang dan langsung mengenai ayam.

Kondisi tersebut menjadi pemicu awal terjadinya penyakit. Karena perubahan suhu lingkungan yang berubah secara ekstrem akan menyebabkan penurunan kerja sistem imun tubuh. Secara fisiologis tubuh ayam akan merespon perubahan suhu yang ekstrem dengan membangkitkan mekanisme sistem imun.

Mewaspadai Peralihan Musim
Hal utama yang menjadi kendala saat musim peralihan dari kemarau ke penghujan adalah penurunan suhu menjadi lebih rendah. Suhu rendah memicu perlu dilakukannya pemanjangan masa brooding. Masa brooding yang dilakukan pada musim hujan seharusnya dilakukan hampir sepanjang hari (siang dan malam) dan bahkan akan melebihi dari dua minggu (> 14 hari).

Jika tidak dilakukan pemanasan ekstra pada siang hari, DOC tidak mendapat suhu ideal untuk pertumbuhannya dan akan kedinginan. Dampak lebih lanjut, pertumbuhan DOC tidak akan seragam sehingga performanya menjadi buruk (bad uniformity). Keseragaman yang buruk merupakan indikasi lanjutan bahwa penyerapan nutrisi di dalam tubuh ayam tidak berjalan optimal, yang berimbas pada buruknya efisiensi pakan yang menjadi daging (FCR tinggi).

Kemudian pergantian dari musim kemarau ke penghujan biasanya akan diikuti dengan munculnya angin kencang dari arah yang tidak menentu. Kecepatan angin yang tinggi dan mengenai ayam secara langsung dapat membuat ayam terkena... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Rizqy Arif Ginanjar
Technical Support PT Gold Coin Indonesia

PENCEGAHAN PENYAKIT PENCERNAAN UNTUK MEMBANTU OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS AYAM

Kesehatan saluran cerna akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan tubuh ayam, termasuk juga pertumbuhan organ yang berperan dalam sistem imun ayam. (Foto: Istimewa)

Kinerja saluran pencernaan memiliki peran krusial dalam pencapaian performa produksi. Sistem pencernaan berperan mencerna makanan dan menyerap nutrisi esensial. Nutrisi yang diserap tubuh inilah yang berperan dalam pertumbuhan dan produktivitas ayam sebagai penghasil daging dan telur.

Kesehatan saluran cerna akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan tubuh ayam, termasuk juga pertumbuhan organ yang berperan dalam sistem imun ayam. Sistem imun yang berkembang baik dapat membantu ayam dalam mengatasi permasalahan infeksi penyakit di lapangan. Efeknya jelas saat terjadi penyakit maka produktivitas akan menurun. Melihat hal tersebut untuk mencapai performa produksi ayam yang optimal, kesehatan saluran cerna pastinya menjadi faktor krusial untuk diupayakan.

Menjaga kesehatan saluran cerna dari berbagai penyakit berbahaya penting untuk dilakukan. Secara umum, berbagai penyakit berbahaya yang bisa mengganggu saluran pencernaan adalah sebagai berikut:

Clostridium perfringens: Penyebab necrotic enteritis, rentan menyerang ayam broiler umur 2-5 minggu, sedangkan pada ayam petelur biasanya rentan umur 3-6 bulan. Serangannya mengganggu terutama di usus kecil yang menjadi rapuh dan berisi gas. Lapisan usus dilapisi oleh lapisan pseudomembran berwarna kuning. Ayam menjadi tidak nafsu makan dan diare.

Escherichia coli (E. coli): Penyebab colibacillosis yang dapat menyerang unggas pada berbagai tingkatan umur, tetapi lebih banyak terjadi pada ayam muda terutama umur 2-4 minggu. Bersifat oportunistik, infeksi yang hebat pada saluran pencernaan menyebabkan hemoragi petekie pada submukosa dan subserosa, gastritis, dan enteritis. Ayam menjadi lesu, ompalitis, oedema, dan jaringan sekitar pusar lembek.

• Newcastle disease: Paramyxovirus, ayam umur muda memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibanding ayam dewasa. Tipe velogenik viscerotropik menyebabkan gangguan organ saluran cerna. Tipe mesogenik memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, namun hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi dapat terjadi. Gangguan organ pencernaan seperti perdarahan bintik (petekie) pada proventrikulus, nekrosa pada usus, dan juga perdarahan pada secatonsil.

• Gumboro: Virus RNA dari genus Avibirnavirus. Ayam muda terutama umur 3-6 minggu memiliki kerentanan yang tinggi. Virus ini sebenarnya lebih berdampak pada sistem kekebalan tubuh karena target utamanya adalah sel pre-B pada bursa fabrisius sehingga menyebabkan terjadinya imunosupresif. Imunosupresif yang ditimbulkan akan meningkatkan kepekaan ayam terhadap agen patogen lainnya. Gangguan organ pencernaan dapat dilihat dari ditemukannya perdarahan pada mukosa dekat pertautan antara proventrikulus dengan ventrikulus.

Inclusion body hepatitis: Adenovirus dari famili Adenoviridae. Ayam muda umur 4-10 minggu. Perubahan anatomi organ lebih terfokus pada hati, dimana hati tampak membengkak, berwarna kuning kecokelatan, terdapat bercak, perdarahan di bawah membran, serta konsistensi terasa lebih lunak.

Helicopter disease: Virus utama yang menyebabkan penyakit ini di Indonesia adalah Reovirus. Rentan terhadap anak ayam terutama broiler. Anak ayam yang terinfeksi helicopter disease menunjukkan laju pertumbuhan yang lambat pada umur 5-7 hari sehingga bobot badan rendah. Selain itu, banyak ditemukan tungkai bulu sayap primer yang patah. Perubahan patologi anatomi pada organ pencernaan yang dapat teramati adalah peradangan pada usus dan proventrikulus, usus tampak berdilatasi dan pucat.

Pencegahan utama untuk melindungi berbagai penyakit pencernaan ini dapat dilakukan dengan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

MENYIASATI TRAUMA KONSUMSI DAGING AYAM

Daging ayam bukan hanya murah, tetapi banyak kandungan gizinya yang menyehatkan, salah satunya bisa dibuat menjadi sup. (Foto: Shutterstock)

Ibu rumah tangga yang pintar masak, bisa jadi “terapis” andal untuk menghilangkan trauma konsumsi daging ayam pada keluarga. Bagaimana caranya?

Tak semua orang suka mengonsumsi daging ayam karena alasan tertentu. Ada yang lebih memilih makanan yang bersumber dari tumbuhan dengan asumsi lebih rendah lemak atau karena vegetarian. Namun ada juga yang sudah tidak mau sama sekali mengonsumsi daging ayam lantaran “trauma”.

Untuk alasan trauma rasanya perlu dicari tahu penyebabnya. Umumnya, bukan karena tersedak tulang ayam di tenggorokan, namun karena adanya kejadian tak mengenakkan yang dilihatnya sendiri saat akan mengonsumsinya.

Akibat kejadian tersebut bisa menimbulkan seseorang tak mau lagi mengonsumsi daging ayam. Bisa hanya sementara waktu, bahkan bisa juga ada yang selamanya. Inilah yang disebut trauma dalam tulisan ini.

Hal tersebut seperti dialami oleh Isfahani, warga Perumahan Bumi Sawangan Indah, Kota Depok, Jawa Barat, yang sudah hampir lima tahun lebih tidak mau makan daging ayam. Apapun jenis olahannya, ia akan menolak saat disuguhi. “Pokoknya walaupun kata orang lain olahan ayam di restoran enak banget, saya tetap enggak mau makan,” tuturnya kepada Infovet.

Pensiunan ASN di Kementerian Perhubungan ini mengaku, setiap kali istrinya memasak olahan daging ayam, ia tak pernah menyentuh sama sekali. Sang istri pun memahami kondisi suaminya, maka itu sajiannya hanya untuk anak-anaknya saja. Pun di saat mengikuti acara jamuan makan-makan di manapun, ia menghindari menu makanan yang sebenarnya sangat sehat dan lezat ini.

Apa gerangan yang terjadi sampai-sampai pria berumur 59 tahun ini antipati dengan olahan daging ayam? Apakah karena sedang menjalani ritual tertentu dan berpantangan makan daging ayam?

Ternyata ada kejadian kurang mengenakkan yang pernah ia lihat sendiri, terkait proses pemotongan ayam di pasar tradisonal tempat istrinya biasa berbelanja. Isfahani menuturkan, waktu itu ayam-ayam pedaging hidup yang baru saja diturunkan dari mobil boks, tak semua dalam kondisi hidup. Ada juga yang sudah mati dan bau menyengat. Ayam-ayam yang sudah mati itu dijadikan satu di tempat pemotongan di pasar itu. Rupanya, ayam yang sudah mati dan banyak mengundang lalat pun dipotong juga oleh juru sembelih di rumah pemotongan ayam tersebut.

“Aduh, saya lihat sendiri kok begini mereka jualannya. Ayam yang sudah mati juga dipotong dan dicampur dengan ayam-ayam yang tadinya masih hidup,” ujarnya.

Gara-gara kejadian tersebut, Isfahani langsung mengajak istrinya pergi dan tidak jadi membeli ayam di tempat itu dan memutuskan membeli bahan makanan lain. Sejak saat itu, dia benar-benar trauma mengonsumsi daging ayam. Padahal, sebelumnya orang ini gemar makan ayam goreng.

Tapi itu kejadian setahun lalu. Dalam beberapa bulan, Isfahani perlahan sudah mulai mau mengonsumsi daging ayam. Hanya saja bukan daging ayam yang disajikan secara utuh, seperti ayam goreng atau olahan gulai.

“Saya mau makan kalau sudah dalam bentuk olahan campuran dengan bahan lain, misalnya jadi risoles atau makanan bentuk lainnya. Pokoknya asal jangan masih bentuk utuh paha ayam atau bagian dada,” tukasnya.

Ngibuli Suami untuk Asupan Gizi
Apa yang menjadi penyebab Isfahani akhirnya mau “come back” konsumsi daging ayam? Ternyata semua itu berkat kelihaian sang istri, Mintarsih, dalam memasak. Setelah hampir lima tahun tak pernah menyuguhkan masakan daging ayam untuk suaminya, ia mulai mencari cara agar Isfahani mau kembali mengonsumsi daging ayam.

Dengan berbagai cara sang istri mencampurkan daging ayam yang sudah digiling halus ke dalam olahan lauk seperti bakwan, nasi goreng, tahu atau tempe goreng yang dibalut dengan tempung.

“Kadang juga saya bikin kue yang bisa dicampur pakai daging ayam giling. Ternyata suami saya suka karena ternyata jadi lebih gurih. Awalnya tanya ke saya, ini tumben bikin lauknya enak? Nah, setelah selesai makan baru saya jawab, itu dicampur daging ayam,” tutur Mintarsih sembari tertawa.

Ngibuli suami tapi untuk asupan gizi yang baik, begitu Mintarsih mengibaratkan. Upaya ibu rumah tangga yang satu ini tergolong smart dan bijak dalam menjaga asupan gizi keluarganya. Ternyata mengonsumsi daging ayam tak selalu dengan sajian ayam utuh, tetapi bisa diolah menjadi beragam menu makanan yang menggoda selera.

“Buat saya daging ayam atau telur itu lauk yang harganya cukup terjangkau, tapi kandungan gizinya sangat baik untuk keluarga. Enggak perlu setiap hari, biar enggak bosan,” ucapnya.

Nalar Kesehatan
Contoh lain kasus trauma terhadap olahan daging ayam juga terjadi pada Hadi Rahman, seorang jurnalis sebuah media online di Jakarta. Hanya saja tidak separah Isfahani. Hadi, hanya enggan menyantap daging ayam yang diolah menjadi sup ayam kuah bening.

Tampilan daging ayam yang masih tampak putih, mirip dengan daging ayam mentah membuat ia langsung menggeser mangkuk supnya yang tersaji di meja makan. Hadi hanya mau memakan ayam yang sudah digoreng agak kering atau daging ayam yang berbalut tepung krispi.

“Dulu gara-garanya waktu makan di warung dekat stasiun kereta di Jakarta, waktu pesan sup ayam begitu digigit ternyata daging ayamnya masih ada darahnya. Saya enggak jadi makan. Selera makan jadi hilang, geli banget,” tuturnya kepada Infovet.

Sejak itu, baik di rumah atau kemana pun tugas kerja, ia menghindari menu sup ayam. Kendati demikian, Hadi tetap mengonsumsinya jika dalam bentuk ayam goreng atau menu lainnya. Menurutnya, daging ayam bukan hanya murah, tetapi banyak kandungan gizinya yang menyehatkan orang yang mengonsumsinya.

Apa yang dialami oleh Isfahani dan Hadi hanyalah sebagian kecil persoalan konsumsi daging ayam. Masih banyak hal lain yang menjadi penyebab orang enggan mengonsumsi daging ayam. Bukan karena persoalan daya beli masyarakat yang rendah. Tetapi bisa juga dipengaruhi nalar kesehatan sebagian masyarakat yang masih rendah.

Sebagai contoh, ada orang yang pengeluarannya di luar urusan makan mencapai Rp 300 ribu per bulan hanya untuk membeli rokok. Per hari para perokok bisa menghabiskan uang Rp 10 ribu untuk urusan bakar-bakar keretek. Gaya hidup merokok sangat sulit untuk dihentikan, karena sudah candu.

Andai saja pengeluaran uang tersebut dibelanjakan dengan nalar yang sehat, bisa untuk membeli 10 ekor daging ayam dalam sebulan. Artinya, dalam tiga hari sekali satu keluarga bisa makan olahan daging ayam. Sementara jika dibelikan rokok, hanya dinikmati seorang diri.

Ibu Terapis Jitu
Kembali ke topik awal, tentang menghapus trauma konsumsi daging ayam. Memang bukan hal mudah untuk dipraktikkan menghilangkan trauma terhadap konsumsi daging. Apalagi jika penyebab trauma adalah kejadian menjijikan yang dilihatnya sendiri. Sungguh akan menyayat jiwa dan butuh waktu untuk memulihkan dan mau “bersahabat” lagi dengan daging ayam.

Terapis yang paling pas untuk mengatasi trauma ini adalah istri (jika yang trauma adalah suami) dan ibu (jika yang trauma adalah anak-anak). Ibu rumah tangga yang pintar memasak akan menjadi “dokter” keluarga dalam urusan makanan.

Sajian daging ayam panggang yang menggugah selera. (Foto: Food Network)

Dia harus pintar membuat olahan apapun untuk keluarganya, dengan bahan daging ayam yang tersembunyi. Artinya, daging ayam tak harus dimasak dalam bentuk sajian daging utuh. Namun bisa diolah dengan berbagai bentuk yang menggugah selera.

Selain itu, ada hal lain yang perlu diperhatikan, yakni bagaimana mengolah daging ayam secara baik dan sehat. Sebab, daging ayam yang dibeli di pasar atau bakul sayur, tetap harus dicermati kebersihannya. Cegah potensi bahaya. Setelah mengetahui ada potensi tersebut, tak perlu panik apalagi sampai menghindari makan ayam pedaging.

Yang harus dilakukan hanya memastikan ayam tersebut diolah dengan baik, agar kandungan bakteri dan zat berbahaya lainnya yang ada di dalamnya hilang atau berkurang ke level aman bagi kesehatan manusia.

Simpanlah daging ayam yang belum dimasak dalam wadah tertutup dan masukkan ke dalam kulkas. Masak daging ayam hingga benar-benar matang. Salah satu tanda kematangan adalah tidak ada lagi darah yang merembes maupun tersisa pada daging.

Masaklah ayam dengan cara merebusnya, sebagai cara terbaik untuk mengurangi risiko yang menyangkut kesehatan. Jangan letakkan ayam matang ke wadah yang sama dengan wadah bekas ayam mentah. Selain itu, hindari penggunaan talenan serta pisau bekas memotong ayam mentah untuk mengiris daging ayam yang sudah dimasak.

Pastikan pula mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah mengolah daging ayam. Dan dengan memasak hingga matang seluruhnya sebelum menyantapnya, bisa meminimalisir rasa khawatir dalam mengonsumsi daging ayam. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MANFAAT DATA SCIENCE DI BISNIS PERUNGGASAN

Data sience dapat menjadi pedoman bagi peternak dalam mengambil keputusan di kemudian hari, sehingga performa produksi bisa lebih optimal. (Foto: Istimewa)

Industri perunggasan merupakan lini bisnis paling maju di antara bisnis peternakan lainnya, lengkap dengan berbagai adopsi teknologi di dalamnya. Namun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak celah-celah yang harus diantisipasi. Untuk itu penggunaan data science menjadi hal penting, sehingga peluang kebocoran bisa tertutupi.

Data science merupakan suatu multidisiplin ilmu yang mempelajari pemrograman, visualisasi data, statistik, dan domain bisnis itu sendiri. Jadi ketika peternak melakukan riset secara manual dan ada sentuhan statistiknya, maka itu masih masuk ke ranah tradisional riset. Namun ketika sudah dimasukkan tentang computer science akan berkembang menjadi software development dan gabungan antara keduanya akan menghasilkan mesin learning. Jadi, intinya data science ini adalah gabungan antara ketiganya, yakni lini bisnisnya seperti apa dalam hal ini kita di perunggasan, dipadukan ke computer science, IT, dan statistic mathematic-nya.

Data science telah sejak lama digunakan secara luas di berbagai bidang bisnis, namun sifatnya spesifik dan harus mengerti betul berbagai ilmunya. Data science harus mencakup qualitative analysis, unstructured data, multidisciplinary, dan data product. CEO & Co-Founder BroilerX, Prastyo Ruandhito, dalam sebuah seminar nasional beberapa waktu lalu pernah mengatakan, dalam sebuah pemeliharaan ayam ras tentu sudah ada berbagai indikator-indikator tertentu yang telah dikeluarkan perusahaan pembibitan, seperti temperatur, kelembapan, kadar amonia, riwayat penyakit, dan lain-lain.

Sebagai peternak tentu berusaha semaksimal mungkin kondisi dalam kandang bisa atau mendekati acuan yang telah ada. Dari berbagai indikator inilah yang bisa dicatat dan dikumpulkan, sehingga kelak dapat diolah dan menjadi data science pada bisnis perunggasan tersebut. Dari data-data ini dapat menjadi pedoman bagi peternak dalam mengambil keputusan di kemudian hari, sehingga performa produksi bisa lebih optimal.

Dalam tataran praktik di lapangan, sebanyak 80% pekerjaan data science adalah mengumpulkan data mentah di lapangan, seperti indikator lingkungan, indikator harian meliputi FI, FCR, mortalitas, dan sebagainya. Dari data lapangan ini akan menghasilkan data mentah (raw data), kemudian akan diproses (data processing) yang menghasilkan clean data. Dari sini data akan dieksplor lebih jauh melalui proses exploratory analysis data. Dalam proses ini data akan dibuat sedemikian rupa sesuai kebutuhan penggunanya, sehingga menghasilkan model dan algoritmanya seperti apa. Serangkaian proses tersebut akan menghasilkan data produk yang dapat menjadi bahan laporan serta pedoman untuk mengambil sebuah keputusan di lapangan.

Data mentah dapat diperoleh dari berbagai sumber, bisa dari ERP dan Apps Data Base, survei pasar, catatan pembelian dan penjualan perusahaan, rekap data organisasi perunggasan, online marketplace, rekap indikator pemeliharaan, dan lainnya. Namun, karena bersifat data mentah dan berasal dari berbagai sumber, maka penting untuk mengolah data yang telah dikumpulkan. Jadi misalnya diperoleh berbagai data mentah harga ayam hidup (LB) dari asosiasi, Badan Pangan Nasional, info pedagang, dan sebagainya, dari situ biasanya kami mengolah dengan bantuan berbagai aplikasi pengolahan data, seperti Google Big Query, MySQL, Hadoop, mongoDB, dan masih banyak lainnya. Setelah diolah, akan didapatkan hasil yang lengkap, komprehensif, dan mudah dipahami, sehingga kita bisa mengikuti pergerakan harga LB dan mendapatkan insight dari sudut pandang data yang tersaji dengan tepat.

Terkait model data yang dihasilkan, hal itu dapat berupa estimasi, forecasting, klasifikasi, clustering, dan asosiasi. Misalnya untuk data forecasting atau memperkirakan tentang kondisi harga LB satu bulan ke depan, bisa diperkirakan secara akurat dengan data science ini. Model data tersebut harus dengan kebutuhan setiap pelaku usaha perunggasan, sehingga harapannya dapat menjadi data yang utuh untuk melakukan analisis.

Membantu Meningkatkan Efisiensi Produksi
Dalam konteks perunggasan, penerapan data science dapat meningkatkan efisiensi produksi, pemantauan kesehatan ternak, hingga prediksi dan penentuan strategi pemasaran. Untuk dapat menghasilkan data science yang baik, maka data mentah yang telah dikumpulkan harus dianalisis terlebih dahulu. Hal ini untuk mengetahui apakah data tersebut dapat menjadi data yang berarti. Kemudian, dari data yang telah dikumpulkan harus diakurasi dan diseleksi terlebih dahulu, dengan dikembalikan lagi ke user untuk mengetahui bagaimana tingkat validitas datanya.

Data science yang baik itu harus relevan dengan tujuan dan analisis yang akan diambil. Kemudian agar data tersebut mempunyai tingkat akurasi yang baik dan minim kesalahan, sehingga perlu terus dilakukan koreksi secara berkala. Selain itu, secara kuantitas juga harus memadai dan tidak cuma beberapa saja. Dan yang tidak kalah penting adalah datanya dari fakta terbaru, konsisten, berintegritas, dan bisa ditelusuri. Sebagai contoh data science yang berkualitas adalah yang saat ini tengah dikembangkan dalam ekosistem BroilerX, dengan menerapkan Enterprise Resource Planning (ERP) dan berbagai data sensor dari internet of thing (IoT), sehingga pihak pengelola dapat memastikan tingkat akurasinya memiliki kualitas tinggi. Data science tersebut selanjutnya bisa digunakan untuk berbagai analisis bisnis unggas ke depan.

Di tingkat nasional, tantangan pemanfaatan data science adalah pada tingkat akurasi datanya, dimana harus mengklasifikasikan data-data tersebut dari sumbernya. Seandainya semua data di industri perunggasan bisa terbuka, maka akan lebih mudah dalam mengolah dan menganalisis data-data tersebut. Untuk itu sangat dibutuhkan adanya validasi lagi dari user, misalkan melalui tim sales atau lapangan untuk dapat menjadi data intelijen yang bisa mengumpulkan data, seperti populasi dan sebagainya.

Ke depan persoalan keakuratan data ini harus dapat lebih disempurnakan. Hal itu sangat diperlukan adanya kolaborasi dan elaborasi antara berbagai pihak, tidak hanya dari praktisi atau pelaku bisnis perunggasan, tentu harus melibatkan para pemangku kepentingan perunggasan yang lain, seperti perguruan tinggi, perusahaan, maupun pemerintah. ***

Ditulis oleh:
Andang S. Indartono SPt
Koordinator Indonesia Livestock Alliance (ILA)

MENGHAMBAT PENYAKIT BAKTERIAL SEBELUM TERLAMBAT

Menjaga kesehatan ternak demi menuai performa yang produktif wajib hukumnya. (Foto: Freepik.com/Istimewa)

Dalam dunia mikroorganisme, bakteri merupakan salah satu yang paling sering dibicarakan. Terutama bakteri yang bersifat patogen. Celakanya, dalam dunia peternakan khususnya unggas, bakteri-bakteri patogen kerap menjadi permasalahan bagi peternak.

Menjaga kesehatan ternak demi menuai performa yang produktif wajib hukumnya. Terlebih lagi dalam perunggasan, selain penyakit non-infeksius, ada penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri yang kerap mewabah. Kadang wabah dari infeksi bakteri yang terjadi di suatu peternakan ayam dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Oleh karenanya, dibutuhkan trik jitu dalam menanganinya.

Karena Bakteri Jadi Merugi
Kesuksesan mengontrol bakteri patogen, menghindari kontaminasi, mencegah multifikasi, dan menyebabkan penyakit menurut Ensminger (2004), adalah salah satu kunci sukses menjaga performa dan produksi ternak. Namun tidak semua peternak mampu melakukannya. Cerita datang dari Junaidi, peternak asal Tanah Tinggi, Tangerang. Pernah ia mengalami kerugian akibat wabah penyakit chronic respiratory disease (CRD) kompleks beberapa tahun lalu.

Awal mula menjadi peternak broiler ia mengira bahwa memelihara ayam itu mudah, hanya tinggal memberi pakan dan menunggu saja, walaupun kenyataannya tidak. Dirinya baru mengetahui bahwa ayamnya terserang colibacillosis ketika ada staf technical service dari perusahaan obat mendatangi kandangnya.

“Saya enggak tahu-menahu awalnya, yang saya tahu penyakit ayam ya kalau enggak tetelo, flu burung,” tukas Junaidi. Ia kemudian perlahan belajar mengenai manajemen pemeliharaan yang baik dan benar dari berbagai sumber. Ketika diserang colibacillosis, kerugian ekonomi yang diderita Junaidi mencapai 50% dari total ayamnya.

Sementara kata Product & Registration Manager PT Sanbe Farma, Drh Dewi Nawang Palupi, bahwa infeksi bakteri sangat berbahaya dan merugikan. Penyakit bakterial seperti colibacillosis ditentukan oleh manajemen kebersihan kandang. Terlebih jika manajemen kebersihan kandang buruk dan tidak menerapkan sanitasi dalam kandang dan air minum.

“Kematian sekitar 1-2% dan bisa berlangsung lama bila tidak ditangani dengan baik. Jika terjadi di minggu pertama masa pemeliharaan, kematian bisa mencapai 10-15%. Jika kematian sampai 50% mungkin ada campur tangan penyakit lain (komplikasi),” katanya.

Walaupun begitu, ia menjelaskan bahwa colibacillosis sesungguhnya bukan penyakit yang serta-merta menyerang begitu saja. Kemungkinan jika ada kandang yang terserang colibacillosis itu hanya dampak sampingan saja.

E. coli itu bakteri komensal di usus dan organ pencernaan, jadi kalau tiba-tiba berubah jadi patogen pasti karena penyebab lain. Ini yang harus diwaspadai, sampingannya saja bisa berakibat begitu, apalagi bakteri patogen yang memang dapat menyebabkan penyakit secara langsung,” jelas dia.

Potensi Zoonotik
Selain kerugian pada hewan, yang tidak boleh dilupakan juga adalah beberapa penyakit infeksi bakterial pada unggas juga dapat menular ke manusia. Sebut saja penyakit salmonellosis, kadang banyak dilupakan bahwa penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. bisa menular kepada manusia dan penyebabkan penyakit pencernaan.

Bakteri Salmonella sp. sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4971/2012 tentang Zoonosis Prioritas, bahwa salmonellosis menempati urutan kelima dan merupakan zoonosis yang banyak menyebabkan kasus pada manusia, salah satunya bersifat foodborne yaitu ditularkan melalui makanan.

Menurut pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dr Drh Denny Widaya Lukman, beberapa zoonosis yang bersifat foodborne pada produk unggas (karkas dan telur) di antaranya diakibatkan oleh Salmonella enterica serotype (serovar) enteritidis (S. enteritidis), Salmonella typhimurium, Salmonella infantis, Salmonella reading, Salmonella blockey, Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, dan E. coli.

Denny menjelaskan, insidensi salmonellosis non-tifoid di dunia diperkirakan sekitar 1,3 miliar kasus dan 3 juta kematian setiap tahunnya. “Nah, kadang kita hanya berkonsentrasi di hulu saja, lupa akan hilir. Ini padahal juga kerugian yang diakibatkan oleh infeksi bakterial,” kata Denny.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa cara penularan Salmonella ke manusia umumnya melalui konsumsi makanan yang tercemar (jalur fekal-oral). Beberapa Salmonella memiliki sumber (reservoir) spesifik dan makanan tertentu sebagai media penularnya, misal Salmonella enteridis (SE) terkait dengan unggas dan produknya.

Secara gamblang Denny menjelaskan bahwa bakteri SE ditularkan dari induk ke telur secara transovarial, sehingga bakteri tersebut dapat ditemukan dalam isi telur dengan kondisi kerabang telur utuh. SE berkoloni di ovarium ayam petelur. Jika bakteri ini telah menginfeksi kelompok atau peternakan ayam maka sulit diberantas karena keberadaan bakteri ini dipelihara di lingkungan, pakan, dan rodensia di peternakan.

“Tidak usah jauh-jauh kita bicara mengenai ekspor produk unggas Indonesia dan flu burung. Produk kita sudah bebas dari yang tadi saya sebutkan semuanya belum? Jika sudah, apakah konsistensinya terjaga? Jangan sampai karena fokus di hulu kita lupa juga dengan sektor hilir,” tegasnya.

Pencegahan Sejak Dini
Banyak cara yang bisa dilakukan agar ayam selamat dari ancaman infeksi bakteri patogen. Sebenarnya, ayam memiliki sistem kekebalan sendiri di dalam tubuhnya. Oleh karenanya, harus dimaksimalkan hal tersebut. Bisa dibilang 70% dari sistem kekebalan tubuh ayam dibentuk pada minggu pertama (periode brooding). Karena itu, periode brooding merupakan masa yang menentukan tingkat keberhasilan pembentukkan sistem kekebalan tubuh ayam.

Marketing Manager PT Elanco Animal Health Indonesia, Drh M. Aura Maulana, mengingatkan bahwa, “Pada fase brooding, sel-sel ayam mengalami proliferasi atau perbanyakan. Semua sel tanpa terkecuali termasuk juga sistem imunitas. Maka kalau brooding bagus, nanti hasilnya pasti oke,” ujar Aura.

Pada masa brooding juga terjadi peralihan antara kekebalan pasif ke kekebalan aktif. Kekebalan pasif berasal dari penyerapan kantung kuning telur selama periode pengeraman dan beberapa hari setelah menetas. Kekebalan pasif mungkin cukup efektif untuk mencegah infeksi pada anak ayam, namun jangka waktunya pendek dan tingkat protektivitasnya akan terus menurun sejalan dengan waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan kekebalan pengganti yaitu kekebalan aktif.

Hubungan antara penggertakan kekebalan aktif dan perkembangan organ kekebalan mendasari diperlukannya vaksinasi sebagai tindakan efektif menggertak kekebalan aktif. Rangsangan yang diberikan vaksin akan mempercepat pematangan sel-sel pertahanan tubuh milik anak ayam, sehingga merangsang terbentuknya kekebalan aktif lokal maupun seluruh tubuh.

Oleh karena itu, beberapa vaksinasi dilakukan pada periode awal misalnya ND (4 hari), IB (4 hari), Gumboro (7 atau 14 hari), serta AI (10 hari). Diharapkan ketika antibodi maternal sudah tidak protektif, antibodi aktif hasil gertakan vaksinasi sudah mampu melindungi ayam dari infeksi lapang.

Vaksinasi penyakit bakterial pada ayam broiler mungkin jarang atau tidak dilakukan sama sekali terkait dengan masa pemeliharaan yang singkat juga pertimbangan cost. Namun pada ayam layer, vaksinasi menjadi penting karena pemeliharaannya panjang. Banyak beredar program vaksinasi penyakit bakterial yang baik harus dapat memberikan protektivitas yang baik, serta disesuaikan dengan keadaan lapangan, juga pertimbangan biaya.

Selain itu, perkuat aspek higiene, sanitasi, dan disinfeksi. Apabila dilakukan dengan baik dan benar dapat mengurangi penularan penyakit, sehingga penggunaan antibiotik dapat dikurangi. ***

Ditulis oleh: 
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

AGAR AYAM HIAS TETAP SEHAT

Ayam serama. (commons.wikimedia.org/Rsteagall)

Semua orang yang memelihara ayam hias tentu akan sangat senang apabila hewan peliharaannya dalam kondisi baik. Terlebih lagi bagi para hobiis yang gemar mengikuti kontes, prestasi ayam yang menanjak membuat pundi-pundi rupiah kian menjanjikan.

Sebagai hewan peliharaan, ayam memang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Selain bermanfaat sebagai sumber protein hewani (telur dan dagingnya), suara kokokan, keindahan, serta tingkah laku ayam sudah sejak lama dinikmati masyarakat sebagai penghilang stres.

Dengan maraknya masyarakat yang memelihara ayam, komunitas ayam hias di kota-kota besar kian populer, kontes unjuk kebolehan ayam pun makin marak. Berikut ini Infovet mencoba menghimpun beberapa informasi dan tips yang berguna dari beberapa hobiis ayam di Indonesia agar ayam hias memiliki performa yang baik dan bisa unjuk gigi ketika mengikuti kontes.

Kenali Potensi dan Karakter Ayam
Ayam memiliki potensi dan karakter tersendiri. Potensi bukan hanya sekadar dari segi fisik, tapi suara kokokan, mentalitas, dan kemampuan reproduksi. Potensi dari suatu makhluk hidup diatur secara kompleks oleh gen. Faktor genetik tentu tidak bisa dikendalikan, tetapi biasanya terlihat secara kasat mata dari penampilan dan performa ayam. Genetik merupakan faktor paling dasar yang dimiliki ayam untuk bersaing dalam suatu kontes. Untuk mendapatkan ayam bergenetik baik, disarankan memperolehnya langsung dari breeder, karena biasanya mereka melakukan pencatatan yang baik dalam mengawinkan ayam peliharaannya.

Seperti yang dilakukan Kresna Renra Saputra, seorang breeder sekaligus hobiis ayam Serama. Dirinya selalu membuat catatan pada tiap ayam yang dipelihara, tujuannya agar tidak terjadi inbreeding dan jelas keturunannya. Biasanya Kresna mengawinkan ayam jantan yang pernah menjadi juara dengan betina produktif yang memiliki daya tetas telur tinggi. Diharapkan anak yang dihasilkan banyak dan menurunkan sifat unggul dari pejantannya. Tentunya dengan mengenali potensi genetik yang dimiliki ayam akan mempermudah pemilik dalam merawat ayam kesayangannya.

“Enggak bisa dipungkiri memang kalau genetik itu termasuk faktor yang menentukan. Kalau kita punya ayam yang genetiknya bagus, apalagi keturunan juara, harus dilakukan pencatatan perkawinannya biar enggak inbreeding. Setahu saya inbreeding mengurangi kualitas genetik dari yang saya baca-baca di literatur begitu,” kata Kresna.

Perawatan Penting
Makhluk hidup dengan genetik yang baik apabila tidak mendapatkan perawatan yang apik tentu hasilnya juga tidak akan ciamik. Ayam dengan potensi genetik biasa saja apabila dirawat dengan baik dan benar akan sehat dan memiliki performa yang baik, kemungkinan mendapatkan juara dalam kontes bisa meningkat. Dari beberapa hobiis ayam hias, beberapa perawatan rutin yang biasanya dilakukan di antaranya:

• Memenuhi Kebutuhan Gizi dan Vitamin
Pakan merupakan sumber tenaga untuk segala aktivitas ayam dan memengaruhi performa ayam. Untuk pakan biasanya ayam yang disiapkan untuk kontes dikondisikan sebulan sebelum kontes. Menurut Dani Wardana, seorang hobiis ayam Pelung asal Depok, sebulan sebelum kontes sebaiknya ayam diberikan asupan protein lebih banyak. Biasanya Dani memberikan pakan tambahan selain pakan pabrikan berupa keong sawah.
Keong direbus kemudian ditumbuk beserta cangkangnya. Jadi selain protein, kebutuhan mineral ayam juga terjamin. Hal serupa dapat diaplikasikan pada ayam Ketawa dan ayam Bangkok aduan, tetapi jangan dilakukan pada ayam Serama. Karena bobot badan ayam Serama akan naik drastis apabila terlalu banyak protein yang tentunya tidak baik apabila terlalu gemuk dalam kontes. Ada satu tips unik yang biasanya digunakan oleh hobiis menjelang kontes. Ayam Pelung dan ayam Ketawa biasanya diberi makan dengan belut mentah. Tekstur daging belut yang licin dapat membantu membersihkan tenggorokan ayam dari lendir yang dapat mengurangi volume dan kemampuan ayam dalam berkokok.

• Menjaga Kebersihan
Kandang ayam idealnya dibersihkan setiap hari atau minimal dua hari sekali. Terutama alas kandang, apabila dipenuhi dengan feses dan kotoran bisa mengakibatkan penyakit bumble foot karena infeksi dari bakteri patogen. Selain kebersihan kandang, kebersihan ayam juga perlu dijaga. Seperti yang dilakukan Dani. Ia selalu memandikan ayam peliharaannya setiap hari selama satu bulan berturut-turut menjelang kontes, hal ini bertujuan agar kebersihan dan keindahan bulunya terjaga. Untuk memandikan ayam, sebaiknya gunakan air hangat bersuhu 28-30° C. Bila perlu ayam dimandikan dengan air rebusan daun sirih yang dinilai bermanfaat sebagai anti kutu alami. Setelah dimandikan ayam dijemur di bawah matahari. Waktu memandikan disarankan pada pukul 07:00 pagi, kemudian ayam dijemur dari pukul 08:00 sampai pukul 12:00 siang. Selain menambah kebugaran, menjemur ayam juga dapat meningkatkan metabolisme agar performanya lebih baik. Tetapi ingat, jangan pernah menjemur ayam seharian, karena dapat membuat dehidrasi bahkan mati.

• Tenggeran yang Nyaman
Untuk ayam Ketawa, kontes biasanya dilakukan pada saat ayam berada dalam posisi bertengger. Oleh karenanya, sediakan tempat bertengger favoritnya. Tenggeran bisa dibuat sendiri menggunakan tiang kayu yang dibentuk seperti huruf T, atau mirip tenggeran burung paruh bengkok. Tenggeran akan membuat ayam lebih sering mengeluarkan suara kokoknya. Untuk melatih ayam Ketawa agar selalu tenang di atas tenggeran, Anda bisa mengikat salah satu kakinya menggunakan seutas tali. Ujung tali yang lainnya diikatkan pada tenggeran.

• Pola Latihan
Banyak pola latihan yang dapat digunakan. Pada ayam yang dikonteskan suara kokokannya seperti ayam Ketawa dan ayam Pelung, metode yang digunakan biasanya dengan menjemur beberapa ayam bersamaan. Selain memancing agar ayam berkokok, mental ayam juga akan terasah. Tidak jarang hobiis juga mengondisikan keadaan seperti halnya kontes. Selain menjemur secara bersamaan, metode yang juga sering digunakan adalah mendekatkan betina pada saat ayam jantan dijemur di kandang atau tenggeran. Ayam jantan akan cenderung memperlihatkan dominasinya, salah satu bentuknya adalah dengan sering berkokok. Tentu metode ini dapat digunakan untuk hobiis yang tidak memiliki ayam jantan lebih dari satu ekor.
Sementara untuk ayam Serama agar mampu tampil sempurna dan memikat juri saat dilombakan harus melalui proses latihan rutin dan berkala. Layaknya peragawan dan peragawati yang melenggak-lenggok, ayam harus latihan sebelum berjalan di atas catwalk sesungguhnya, bahkan satu hari menjelang fashion show berlangsung. Untuk melatih agar Serama dapat menggunakan meja persegi yang dilapisi karpet, di situ Serama dilatih agar tetap di atas meja dan mau berjalan dengan berdiri tegak, membusungkan dada, menengok kanan-kiri, dan bergaya layaknya di arena lomba. Umumnya ayam Serama yang sudah terbiasa di atas meja akan tampil maksimal dan percaya diri, hal tersebut bisa dilihat dari kebasan sayap, berjalan jinjit sesekali, dan mengitari meja. Untuk beberapa Serama berkualitas, bisa melakukan kejet slam (kepala sampai tenggelam tidak kelihatan), bahkan sampai ada yang leher kepalanya bergetar kencang. Peran seorang perawat atau joki sangat berpengaruh terhadap performa Serama. Keseharian joki saat merawat dan melatih ayam menimbulkan kedekatan emosional, terlebih biasanya sang joki memberikan bunyi-bunyian tertentu untuk menyemangati Serama agar tampil maksimal.
Saat di atas meja penjurian, Serama dilarang turun dari meja sebanyak tiga kali, bahkan melompat menyerang ayam lainnya. Untuk itulah kestabilan emosi sangat penting, hal tersebut bergantung dari pola rawatan, makanan, dan extra fooding yang diberikan.

Kendala Saat Melatih Ayam
Masalah yang sering muncul saat melatih ayam adalah jika tidak mau/malas berkokok. Untuk mengatasinya, ayam harus dilatih sendirian atau dipisahkan dari ayam lainnya. Perdengarkan audio sehingga ayam mau mengikutinya tanpa ketakutan melihat ayam lainnya.

Untuk mencegah stres sebelum dan setelah kontes, ayam bisa dibiarkan untuk menghibur dirinya sendiri. Misalnya dengan memberinya kesempatan mandi pasir. Terapi ini bertujuan menghilangkan stres, mengusir kutu pada bulu, dan membuang bulu mati yang bisa menyebabkan rasa gatal.

Dengan melakukan latihan rutin, terutama pada ayam yang belum pernah dikonteskan, maka ayam akan terbiasa berkokok di atas tenggeran dengan tenang. Sebenarnya pelatihan tidak membutuhkan waktu lama, cukup beberapa hari sebelum kontes. Tetapi lebih baik jika disiapkan jauh hari sebelum kontes, agar ayam kesayangan tidak canggung berada dalam kerumunan. Ayam juga tidak boleh terlalu berlebihan dalam latihannya, biasanya sehari menjelang kontes ayam diistirahatkan agar tidak mengalami kelelahan.

Pemberian Jamu
Tidak hanya manusia, ayam juga terkadang diberikan jamu sebagai suplemen untuk menjaga kondisi dan vitalitas tubuh, serta mencegah penyakit. Berikut ini beberapa resep jamu untuk ayam yang biasanya digunakan hobiis menjelang kontes. 

Bahan yang dibutuhkan yakni 2-3 ruas jahe, satu buah tomat, satu buah gula merah, dan sesendok makan madu.

Adapun cara pembuatannya bersihkan jahe dari kotoran, kemudian kupas kulitnya dan masukkan ke dalam panci. Kemudian gula merah dipotong kecil-kecil dan masukkan pula ke dalam panci. Tambahkan tomat yang diblender hingga halus ke dalam panci sambil diaduk hingga adonan merata. Setelah itu panci yang berisi adonan dipanaskan di atas kompor sambil terus diaduk sehingga adonan mengental. Tambahkan madu secukupnya ke dalam adonan, aduk lagi beberapa menit sebelum dimatikan. Adonan yang sudah dingin (suhu normal) bisa diberikan kepada ayam dengan cara dicekok tiap satu hari sekali selama seminggu sebelum kontes.

Menurut praktisi dokter hewan yang juga peneliti dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Drh Slamet Raharjo, pemberian jamu bisa dilakukan untuk upaya suportif. Namun perlu diingat, jamu bukanlah untuk menyembuhkan penyakit atau obat paten.

“Jamu untuk kesehatan agar mencegah terserang penyakit itu sah saja. Tetapi kalau hewannya sakit, sebaiknya juga diberikan terapi medikatif secara konvensional. Nah, jamu ini nantinya dikombinasikan dengan terapi konvensional sebagai suportif,” tutur pria kelahiran Kebumen ini.

Ia juga mengimbau terkait cara pemberian sediaan herbal, karena setiap spesies memiliki toleransi berbeda, juga terhadap khasiat, volume, konsentrasi, dan aplikasinya harus tepat sesuai kaidah medis. “Apabila kondisi ayam memburuk atau mengalami penurunan, sebaiknya langsung periksakan ke dokter hewan,” pungkasnya. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer