-->

MENGHINDARI DAMPAK IMUNOSUPRESI

Pilih vaksin yang tepat untuk mencegah penyakit, terutama penyakit penyebab imunosupresi. (Foto: iStock)

Imunosupresi merupakan masalah utama bagi industri perunggasan, tetapi angka aktual yang menunjukkan skala masalah tersebut sulit ditemukan. Infeksi agen penyakit dan faktor lingkungan, serta adanya kesalahan manajemen dapat memperburuk masalah kejadian imunosupresi.

Untuk menghindari dampak imunosupresi pada ayam, peternak perlu menciptakan lingkungan kandang yang nyaman, memastikan pakan berkualitas, melakukan vaksinasi yang tepat, dan menerapkan biosekuriti yang ketat. Sebab, imunosupresi atau penurunan kekebalan tubuh membuat ayam lebih rentan terhadap berbagai penyakit.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan mengatasi imunosupresi pada ayam:

1. Manajemen Pemeliharaan yang Baik (Good Husbandry Practices)
Kenyamanan kandang dapat diciptakan dari lingkungan kandang yang nyaman dengan memastikan ventilasi yang baik, suhu yang sesuai, dan kepadatan kandang yang tidak berlebihan. Suhu yang nyaman untuk ayam bervariasi tergantung pada usia dan jenis ayam. Umumnya, ayam paling bahagia pada suhu sedang hingga hangat antara 18-30°C. Ayam yang baru menetas (DOC) membutuhkan suhu yang lebih hangat, sekitar 32-35°C di minggu pertama, kemudian diturunkan bertahap setiap minggunya. Ayam dewasa lebih toleran terhadap suhu yang lebih rendah, sekitar 20-25°C. Kepadatan kandang yang tidak berlebihan memberikan suasana nyaman ayam dalam kandang, berikut kepadatan yang ideal berdasarkan jenis ayam.

a. Kepadatan kandang  yang ideal untuk ayam broiler:
• Fase starter (0-14 hari): 10-12 ekor/m²
• Fase grower (15-27 hari): 8-10 ekor/m²
• Fase finisher (28 hari ke atas): 6-8 ekor/m²

b. Kepadatan Kandang Ideal untuk ayam petelur:
• Fase grower (0-17 minggu): 9-14 ekor/m² (floor), 25-29 ekor/m² (cage)
• Fase dewasa (18 minggu ke atas): 7-17 ekor/m² (floor), 19-22 ekor/m² (cage)

Berikan pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ayam, terutama pada fase starter yang penting untuk perkembangan organ kekebalan tubuh. Ayam broiler memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dengan ayam petelur. Ayam broiler membutuhkan pakan dengan kandungan protein dan energi tinggi untuk pertumbuhan cepat, sementara ayam petelur membutuhkan pakan dengan kalsium tinggi untuk pembentukan telur.

2. Vaksinasi yang Tepat
Jadwal vaksinasi dapat dilakukan sesuai jadwal yang direkomendasikan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan peternakan. Pilih vaksin yang tepat untuk mencegah penyakit yang umum menyerang di daerah setempat, terutama penyakit... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manager
PT Romindo Primavetcom 
HP: 0812-8644-9471

MENCEGAH IMUNOSUPRESI PADA AYAM: KUNCI SUKSES PETERNAKAN MODERN


Imunosupresi pada ayam komersial adalah kondisi dimana sistem kekebalan ayam melemah, sehingga ayam menjadi rentan terhadap infeksi. Hal ini berdampak negatif pada peforma produksi dan kesejahteraan ayam.

Menurut penelitian Xiaoli Ma, dkk, yang ditulis pada kumpulan jurnal Poultry Scince Volume 102, Issue 12, Desember 2023 yang berjudul “Stress-induced immunosuppression inhibits immune response to infectious bursal disease virus vaccine partially by miR-27b-3p/SOCS3 regulatory gene network in chicken”. Beliau menyatakan imunosupresi akibat stres atau Stress-induced immunosuppression (SIIS) merupakan salah satu masalah umum dalam produksi unggas intensif, yang sering kali mengurangi efek pencegahan dan pengendalian berbagai vaksin, termasuk vaksin virus penyakit gumboro atau infectious bursal disease virus (IBDV), dan membawa kerugian ekonomi sangat besar bagi industri unggas. Hal ini sangat penting untuk diketahui apa saja penyebab terjadinya imunosupresi dan strategi pencegahannya.

Faktor Penyebab Imunosupresi
Problem penyebab imunosupresi yang paling tinggi adalah faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit. Program kesehatan yang tidak berjalan dengan baik seperti biosekuriti, sanitasi, serta program vaksinasi yang ketat akan menjadi pintu masuknya infeksi penyakit.

Problem infeksi virus seperti gumboro atau IBD, Marek’s disease, chicken anemia virus (CAV), dan reovirus merupakan beberapa infeksi virus yang paling sering mengakibatkan imunosupresi pada ayam.

Sementara pada problem infeksi bakteri seperti Mycoplasma spp, Salmonella spp, dan E. coli juga berdampak terhadap imunosupresi pada ayam, begitupun infeksi jamur dan parasit seperti aspergillosis, coccidiosis, dan histomoniasis.

Keseimbangan nutrisi pada pakan ayam sangat berdampak terhadap sistem imunitas dalam menjaga kesehatan ayam. Defisiensi vitamin dan mineral seperti vitamin A, C, E, B, zinc selenium dan copper berpengaruh penting dalam pembentukan sistem imun tubuh ayam.

Pemilihan bahan baku pakan, terutama sumber protein alternatif yang sulit dicerna akan mengakibatkan defisiensi asam amino esensial seperti metionin dan lisin. Kontaminasi pakan oleh mikotoksin seperti aflatoksin dan okratoksin dapat merusak sistem imun tubuh ayam.

Ayam modern sangat rentan terhadap... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025. 

Ditulis oleh:
Henri E. Prasetyo Drh MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

BANGUN PERTAHANAN AYAM SEJAK DINI: CEGAH IMUNOSUPRESI

Perhatikan kualitas DOC. (Foto: Istimewa)

Pernah mendengar ungkapan “mencegah lebih baik daripada mengobati?”. Dalam budi daya unggas pepatah ini berlaku sangat mutlak terutama saat berbicara soal imunosupresi.

Ketika sistem kekebalan tubuh ayam melemah, bukan hanya risiko penyakit yang meningkat, tapi juga performa produksi bisa anjlok. Tak pelak, kerugian ekonomi pun mengintai di balik kandang. Maka dari itu, mencegah imunosupresi bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan strategis untuk menjamin keberhasilan budi daya.

Kunci Pertama: Fase Brooding yang Optimal
Segala pencapaian dalam peternakan modern bermula dari satu fase krusial, brooding. Masa awal kehidupan ayam, baik broiler maupun layer merupakan periode emas, dimana organ kekebalan tubuh terbentuk dan berkembang.

Bila fase tersebut terganggu, maka pertahanan alami ayam akan lemah sejak awal. Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM), Prof Michael Haryadi Wibowo, menekankan pentingnya menjaga brooding tetap optimal.

“Peternak harus mampu mengendalikan faktor-faktor penekan imunitas seperti penyakit infeksi, parasit, dan mikotoksin,” jelasnya. Tidak kalah penting adalah menghindari stres akibat manajemen ventilasi yang buruk, pakan yang terlambat, atau suhu kandang yang tak sesuai.

Selain itu menurut Michael, langkah strategis yang biasanya dieksekusi adalah early feeding. Pemberian pakan sesegera mungkin usai menetas, akan menstimulasi perkembangan organ pencernaan dan meningkatkan imun lokal di saluran cerna.

“Jangan lupakan juga kenyamanan suhu. Brooder harus dijaga di atas 30°C agar feed intake optimal dan imun tubuh terbentuk dengan maksimal,” lanjutnya.

Biosekuriti dan Vaksinasi Tepat, Kekebalan Lebih Kuat
Biosekuriti dan vaksinasi adalah senjata utama mencegah penyakit. Tapi di era modern, keduanya bukan sekadar rutinitas, melainkan strategi cerdas. Apalagi dengan teknologi vaksin terkini yang menghadirkan beberapa jenis inovasi. Mulai dari jenis vaksin (immune-complex, vektor vaksin), sampai cara vaksinasi (hatchery vaccination, in ovo vaccination). Kesemuanya diklaim dapat memberikan perlindungan lebih efisien dan tahan lama.

Menurut Drh Fauzi Iskandar dari PT Ceva Animal Health Indonesia, ragam teknologi vaksin kekinian memungkinkan vaksinasi dilakukan sejak dini di hatchery, bahkan sejak dalam telur, in ovo vaccination.

“DOC yang divaksin di hatchery cenderung lebih siap menghadapi tantangan lapangan karena sudah memiliki sistem imun yang tergertak sejak dini,” kata Fauzi.

Pilihan metode pun makin beragam. Ada yang disuntikkan ke kantung amnion saat inkubasi, ada pula yang dilakukan saat DOC baru menetas. Metodenya bisa subkutan atau semprot, semua disesuaikan dengan kondisi farm dan tujuan vaksinasi.

Fauzi melanjutkan, teknologi vaksin sekarang akan bersinergi positif dengan diterapkannya biosekuriti yang baik. Ia meyakinkan kepada seluruh peternak di Indonesia bahwa mengaplikasikan biosekuriti sampai hal sedetail apapun akan menurunkan risiko ayam dari imunosupresi, bahkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025. (CR)

MENGANTISIPASI IMUNOSUPRESI AGAR TIDAK MERUGI

Kasus imunosupresi merupakan masalah besar bagi industri perunggasan. (Foto: Istimewa)

Imunosupresi adalah kata yang sering terdengar di kalangan praktisi kesehatan unggas. Masalahnya, imunosupresi bukanlah suatu penyakit, melainkan kondisi yang kerap menerpa ayam tanpa menunjukkan gejala klinis (subklinis).

Memahami Imunosupresi
Sistem kekebalan berfungsi untuk mengenali, menetralisasi, dan mengeliminasi patogen dalam tubuh. Selain itu juga berperan mengenali kembali patogen yang masuk dengan adanya sel memori, serta mencegah terjadinya imunopatologi (kerusakan sel-sel kekebalan). Jika fungsi kekebalan ini terganggu, maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut imunosupresi.

Dikemukakan oleh Guru Besar SKHB IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan, bahwa imunosupresi didefinisikan sebagai suatu kondisi terganggunya respons imun secara sementara atau permanen akibat gangguan terhadap sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit.

Kondisi tersebut tentunya meningkatkan kerentatan bagi suatu organisme untuk menghalau agen patogen yang menginfeksi dari luar.

Menurutnya, imunosupresi merupakan masalah besar bagi industri perunggasan, namun memang belum ada data pasti yang menunjukkan sejauhmana permasalahan ini, karena imunosupresi biasanya bersifat subklinis. Terlebih lagi katanya, ayam modern meskipun performa tinggi nyatanya lebih rentan terhadap penyakit ketimbang di zaman dahulu.

“Kalau faktor penyebabnya banyak, bisa dari infeksi patogen atau faktor lingkungan, termasuk kesalahan manajemen. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan imunosupresi dan interaksi antara keduanya biasanya memperburuk kondisi tersebut,” tutur Prof Wayan.

Ia melanjutkan, stres dari lingkungan seperti pada periode akhir inkubasi, penetasan, dan penanganan DOC yang kurang baik juga dapat menyebabkan imunosupresi. Stresor lainnya termasuk kondisi kandang yang tidak optimal dan cemaran mikotoksin pada hatchery juga memungkinkan terjadinya imunosupresi.

Imunosupresi Akibat Faktor Non-Infeksius
Jika merujuk pada faktor non-infeksius, yang paling umum memungkinkan terjadinya imunosupresi yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025. (CR)

TELAAH LAPANGAN: GERAK-GERIK IMUNOSUPRESI

Problem infeksi jamur (mikosis) pada jaringan kulit (epidermis) atau jaringan selaput lendir (mukosa) dengan prevalensi yang tinggi dapat menjadi indikasi (petunjuk awal) adanya problem imunosupresi subkronis sampai kronis pada suatu populasi ayam di lapangan.

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Drama gangguan respons imunitas alias imunosupresi pada ayam modern ibarat kinerja hembusan angin yang semilir, secara kasat mata tidak tampak namun efeknya dapat dirasakan secara signifikan.

Seiring dengan peningkatan performa ayam akibat perbaikan genetik yang cukup progresif dan kondisi iklim yang terus gonjang-ganjing, perjalanan kasus imunosupresi di lapangan seolah mendapatkan karpet merah.

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran sepintas bagi para kolega praktisi lapang terkait faktor penyebab dan dinamika kasus imunosupresi pada ayam modern, termasuk bagaimana mendeteksinya di lapangan secara sistematik serta strategi taktis mereduksi dampak yang ditimbulkannya.

Sekilas Respons Imunitas Ayam
Hampir sama seperti pada mamalia, sistem imunitas ayam modern terdiri dari dua komponen dasar yang saling berinteraksi satu sama lain, yaitu sistem pertahanan non-spesifik (innate immune system) dan sistem kekebalan (adaptive immune system).

Sistem pertahanan non-spesifik ini secara mendasar merupakan gugus pertahanan terdepan (first line of defense) dalam sistem imunitas yang bertujuan untuk melawan pelbagai bentuk patogen (virus, bakteri, jamur, atau parasit) dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menginisiasi reaksi spesifik pada sistem kekebalan.

Sistem imunitas dapatan (adaptive immune system) yang diaktivasi pada tahap lanjut dan didasarkan atas pengenalan molekul asing yang spesifik berasal dari patogen dengan terminologi antigen (PAMPs/Pathogen-Associated Molecular Patterns). Responsnya umumnya berlangsung 3-4 minggu setelah adanya aktivasi awal oleh kombinasi antara sinyal dari respons innate immunity dan pengenalan antigen yang dimediasi oleh sel-sel limfost. Ini berarti, pada induksi primer sistem adaptive immunity sangat tergantung dengan respons innate immunity dalam rangka bereaksi terhadap keberadaan patogen (Kasper et al., 2022).

Sinyal dari respons innate immunity akan mendorong ekspansi secara selektif dan aktivasi populasi sel-sel limfosit T dan B dengan spesifisitas sesuai dengan jenis tantangan patogen yang sedang berlangsung. Mekanisme efektor utama dalam sistem adaptive immunity adalah dengan memproduksi sejumlah antibodi oleh sel limfosit B, menghancurkan sel induk semang yang sudah terinfeksi oleh cytotoxic T-cells, dan pelbagai mekanisme mengeliminasi patogen yang terkait dengan rentetan aktivitas lanjut helper T-cells (Sproul et al., 2000; Radoja et al., 2006).

Yang juga perlu diingat bahwa aktivasi sistem adaptive immunity akan menghasilkan sejumlah sel-sel memori, baik sel B ataupun sel T. Adaptive immunity juga akan memberikan proteksi yang relatif lama dan spesifik untuk menghadang laju invasi patogen yang sama di kemudian hari (Cheeseman, 2007; Schat et al., 2014; Kasper et al., 2022).

Deskripsi Imunosupresi
Kemungkinan adanya kondisi yang bersifat imunosupresif di lapangan sebenarnya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025. (toe)

MENGHINDARI DAMPAK IMUNOSUPRESI, KUNCI MENUJU AYAM SEHAT DAN PRODUKTIF

Heat stress pada ayam petelur. (Sumber: layinghens.hendrix-genetics)

Industri peternakan ayam memiliki peran penting dalam menyediakan protein hewani bagi masyarakat. Keberhasilan budi daya ayam sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan dan sistem imun ayam. Salah satu tantangan utama yang sering dihadapi peternak adalah imunosupresi, yaitu kondisi menurunnya sistem kekebalan tubuh ayam sehingga rentan terhadap berbagai penyakit.

Penyebab Imunosupresi pada Unggas
Heat Stress
Heat stress merupakan tantangan yang signifikan dalam industri unggas, memberikan dampak besar terhadap kesehatan dan kinerja reproduksi unggas. Heat stress didefinisikan sebagai ketidakmampuan ayam untuk mempertahankan keseimbangan termal di tengah-tengah beban panas lingkungan.

Stres panas muncul dari interaksi yang kompleks dari berbagai faktor termasuk suhu lingkungan, kelembapan, radiasi panas, dan kecepatan udara, dengan suhu lingkungan yang tinggi memainkan peran penting.

Ayam menunjukkan pertumbuhan optimal dalam kisaran suhu termoneutral 18-21°C, dengan suhu lingkungan yang melebihi 25°C dapat menyebabkan stres panas. Selain mengganggu fungsi kekebalan tubuh, stres panas juga mengganggu berbagai proses fisiologis, bermanifestasi dalam peningkatan asupan pakan yang dibarengi dengan penurunan tingkat pertumbuhan dan produksi telur.

Selain itu, stres panas memicu aktivasi aksis hipofisis-adrenal simpatis, yang mengakibatkan peningkatan kadar kortikosteron plasma melalui aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA).

Penekanan kekebalan tubuh akibat tekanan panas terutama bermanifestasi sebagai regresi pada organ-organ kekebalan tubuh seperti limpa, timus, dan jaringan limfatik. Penurunan ini terlihat dari berkurangnya jumlah sel darah putih/white blood cell (WBC) dan tingkat antibodi, serta peningkatan rasio heterofil terhadap limfosit (H/L) pada unggas yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (Bakker & Garza, 2024).

Stres panas memberikan berbagai efek pada hewan dan sumbu neuroendokrin-hipotalamus-hipofisis-adrenal, sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid, hipotalamus-hipofisis-gonad, dan sumsum tulang simpatis-adrenal, memiliki peran regulasi yang penting dalam mediasi efek ini. Penemuan utama mengenai neuroendokrinologi unggas yang mengalami stres panas dalam beberapa tahun terakhir diuraikan dalam gambar (Huang et al., 2024).

• Mikotoksikosis
Mikotoksikosis merupakan faktor penting dalam menyebabkan imunosupresi. Mikotoksikosis terjadi akibat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2025.

Ditulis oleh:
Drh Dzaki Muh. Iffanda & Drh Bayu Sulistya
Technical Support, PT Mensana Aneka Satwa

SUKSES GELAR MUNAS KE-V, HERRY DERMAWAN KEMBALI PIMPIN GOPAN

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, saat mengukuhkan kepengurusan GOPAN periode 2025-2030. (Foto: Dok. Infovet)

Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) resmi menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) ke-V di Bogor pada Rabu (6/8/2025). Kegiatan ini menjadi momen strategis untuk mengevaluasi perjalanan organisasi sekaligus merumuskan arah perjuangan lima tahun ke depan.

Beberapa agenda utama pun dibahas dalam forum tersebut, antara lain Laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Pusat (DPP); pembahasan dan pengesahan AD/ART; penyusunan dan pengesahan program kerja dan rekomendasi nasional, serta pemilihan Ketua Umum GOPAN periode 2025-2030.

Dalam Munas tersebut, Herry Dermawan kembali dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum GOPAN untuk masa bakti 2025-2030. Dirinya terpilih secara aklamasi dan dipercaya penuh oleh para anggota untuk meneruskan perjuangan organisasi dalam meningkatkan kesejahteraan peternak.

"Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas kepercayaan yang kembali diberikan kepada saya untuk memimpin GOPAN lima tahun ke depan. Kita harus kembali kepada tujuan awal berdirinya organisasi ini, yaitu meningkatkan kesejahteraan peternak ayam, yang dalam lima tahun terakhir justru mengalami degradasi," ujar Herry dalam sambutannya saat Munas dan Rembuk Peternakan Nasional, Kamis (7/8/2025).

Herry Dermawan. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam keterangannya, Herry juga menegaskan bahwa tim formatur yang telah terbentuk akan segera merumuskan strategi dan rekomendasi konkret guna menghadapi tantangan industri perunggasan ke depan.

Ia juga optimis terhadap masa depan peternak nasional, terlebih dengan adanya program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis yang diprediksi bisa meningkatkan permintaan ayam secara signifikan.

“Indonesia ke depan bukan gelap, justru sangat cerah bagi para peternak ayam. Kami berharap pemerintah bisa menggandeng peternak rakyat dalam program-program tersebut, dan GOPAN siap menjadi jembatannya,” ucapnya.

Terkait program kerja, Herry menyampaikan bahwa prioritas jangka pendek GOPAN adalah memperkuat konsolidasi internal dan sistem administrasi organisasi. Selain itu, pihaknya juga akan memperluas jejaring kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan akademisi, untuk memastikan kesejahteraan peternak dapat terwujud secara berkelanjutan.

"GOPAN akan berperan aktif dalam menangkal masuknya ayam impor ke pasar domestik demi melindungi kepentingan peternak lokal," tegasnya.

Dengan terselenggaranya Munas ke-V, GOPAN meneguhkan komitmennya sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan peternak ayam nasional. Kepemimpinan Herry Dermawan diharapkan dapat membawa semangat baru dan memperkuat konsolidasi organisasi dalam menghadapi dinamika industri perunggasan yang semakin kompleks, serta optimistis bahwa melalui kerja sama yang kuat dan berkelanjutan, cita-cita untuk menjadikan peternak sebagai pilar ketahanan pangan nasional dapat terwujud secara nyata.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, yang turut hadir memberikan apresiasinya kepada GOPAN. Ia menanggapi terpilihnya kembali Herry Dermawan menjadi ketua umum adalah hal yang tepat.

"Sudah sangat tepat Pak Herry menjadi Ketua GOPAN. Kami sangat apresiasi kepada GOPAN yang telah menyelenggarakan Munas dan Rembuk Peternakan Nasional. Kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk menyatukan visi dan menyusun rencana bersama dalam menghadapi dinamika industri perunggasan saat ini," katanya. (RBS)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer