-->

UPAYA MENCEGAH PENYAKIT PERNAPASAN

Terlalu padat dapat meningkatkan kemungkinan infeksi penyakit pernapasan. (Foto: Istimewa)

Mengingat pentingnya sistem dan pencegahan penyakit pernapasan, tentunya tidak boleh dianggap remeh. Apalagi di tengah ketidakpastian harga produk perunggasan saat ini, penting menjaga pernapasan ayam agar peternak bisa “bernapas” lega.

Dalam dunia medis ada tiga organ vital yang dapat menjadi penyebab kematian pada makhluk hidup, yakni otak, jantung, dan paru-paru. Otak berkaitan dengan sistem syaraf, bisa dibilang adalah “server induk” suatu organisme. Jantung, berkaitan dengan sistem sirkulasi dan peredaran darah. Sedangkan paru-paru berkaitan dengan sistem respirasi atau pernapasan.

Jika salah satu di antara ketiga sistem tersebut tidak bekerja dengan baik, maka konsekuensinya adalah kematian. Pada unggas, terutama unggas komersil, sistem pernapasan merupakan sistem yang kerap menjadi masalah dan rentan.

Alasan Penyakit Kerasan
Mengapa penyakit pernapasan sering terjadi dan cenderung berulang? Ayam modern saat ini yang sudah melalui perkembangan genetik, rentan dan membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik, biosekuriti yang terjaga, dan lain sebagainya.

Perkembangan genetik ayam ras yang sangat cepat ini kadang tidak diiringi dengan penerapan cara beternak yang baik. Dapat terlihat dari indeks performa dan hasil panen yang kurang memuaskan, serta mudahnya ayam terserang penyakit yang mengakibatkan mortalitas tinggi dan kerugian besar.

Menurut Prof Thaweesak Songserm, dari Kaetsart University, yang juga seorang konsultan perunggasan, mengemukakan bahwa peternak tradisional di Indonesia, Thailand, dan kawasan Asia Tenggara lainnya hampir memiliki kesamaan, yakni memeliharan ayam dengan ala kadarnya. Padahal biasanya pabrik pakan, technical service perusahaan obat, atau penyuluh lapangan sudah melakukan berbagai upaya dalam mendukung manajemen peternak.

Walaupun ada beberapa peternak yang menjalankan apa yang diberikan, walau tidak sepenuhnya, ia tetap semangat menjalankannya. Bahkan beberapa komplain ia telaah, dan rata-rata manajemen pemeliharaan ternak yang memang kurang baik. Jika sudah begitu hasilnya tidak akan baik dan keuntungan yang didapat tidak maksimal.

Harus Dicegah, Jangan Melulu Diobati
Pada 2003, Indonesia pernah dilanda wabah avian influenza (AI), banyak peternak yang kehilangan ternak ayamnya akibat mortalitas tinggi. Tidak butuh waktu lama, AI pun terus berkembang dengan berbagai macam strain dan clade, begitu juga dengan beberapa penyakit lain. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan pencegahan semakin bertambah.

Walau riset dan pengembangan sediaan farmasetik maupun vaksin terus ditingkatkan, dengan kemajuan dunia medis yang semakin canggih, bukan berarti membuat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025. (CR)

TENTANG GANGGUAN PERNAPASAN PADA AYAM

Ilustrasi kondisi kandang ayam yang nyaman. (Foto: Istimewa)

Memahami risiko penyakit pernapasan pada pemeliharaan ayam sangat penting. Karena dengan begitu peternak menjadi mengetahui bahwa bukan hanya berpengaruh kepada kesehatan ayam, tetapi juga pada produktivitasnya.

Penyakit pernapasan adalah salah satu masalah kesehatan paling signifikan bagi populasi ayam di seluruh dunia. Ini bukan hanya masalah kesejahteraan, kesehatan pernapasan yang buruk dapat memiliki konsekuensi yang jauh ke depan yang memengaruhi populasi maupun profitabilitas farm.

Statistik penyakit tersebut pun terbilang cukup mengkhawatirkan. Setiap tahun penyakit pernapasan bertanggung jawab terhadap 20% tingkat kematian di beberapa daerah. Kerugian ekonomi akibat penyakit pernapasan juga cukup besar. Menurut studi dari Inisiatif Kesehatan Unggas, setiap kasus penyakit pernapasan menghabiskan biaya sekitar $3 per ekor ayam. Untuk populasi 10.000 ekor, berarti $30.000 per tahun. Tapi ini bukan hanya tentang angka, kesehatan pernapasan yang buruk dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan dan penurunan produksi telur (The Poultry Pro, 17 Juni 2025).

Memahami dampak penyakit pernapasan pada peternakan ayam menjadi sangat penting untuk menerapkan strategi manajemen yang efektif. Untuk melakukan ini, peternak perlu memantau ayam-ayamnya secara teratur, mencatat angka kematian, produksi telur, dan kesehatan ayam secara keseluruhan. Deteksi awal dan keterlibatan aktif adalah kunci, sebab dengan menangkap masalah pernapasan lebih awal dapat menyelamatkan nyawa, mengurangi biaya, dan meningkatkan produktivitas.

Penyakit pernapasan menjadi salah satu masalah kesehatan paling umum yang memengaruhi ayam di seluruh dunia. Infeksi virus seperti infectious bronchitis (IB) dan avian influenza (AI) adalah penyakit yang utama yang sering menyebar melalui kontak dengan ayam terinfeksi atau peralatan yang terkontaminasi. Sementara infeksi bakteri seperti Mycoplasma gallisepticum (MG) dan E. coli juga berkontribusi pada penyakit pernapasan. Penyakit ini berkembang biak di lingkungan dengan ventilasi yang buruk, kelembapan tinggi, dan kebersihan yang tidak memadai.

Faktor lingkungan memainkan peran penting dalam memicu masalah pernapasan pada ayam. Kualitas udara yang buruk akibat debu, amonia, atau polutan lainnya dapat memperburuk kondisi kesehatan. Misalnya, paparan suhu ekstrem (panas atau dingin) dapat membuat ayam stres yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi. Praktik manajemen seperti kepadatan populasi berlebihan, nutrisi tidak memadai, dan ketidakcukupan akses air bersih juga ikut berkontribusi terhadap penyakit pernapasan.

Untuk mengurangi risiko-risiko tersebut, sangat penting menjaga kepadatan jumlah ayam yang optimal, memberikan pakan seimbang, dan memastikan akses mudah ke air segar setiap saat. Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan keterlibatan tenaga medis/dokter hewan yang cepat dapat membantu mengidentifikasi dan menangani masalah potensial sebelum berkembang menjadi penyakit pernapasan yang serius.

Identifikasi Tanda Peringatan Awal
Sebagai peternak ayam, kemampuan untuk mengidentifikasi tanda peringatan awal penyakit pernapasan sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi dan mempertahankan kesehatan ayam. Jadi, apa yang harus diperhatikan?... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat  
Praktisi Perunggasan

REALITA PETERNAKAN AYAM MODERN: METAMORFOSA GANGGUAN PERNAPASAN

Kondisi dalam kandang yang kotor, pengap, dan berdebu akan menjadi faktor pencetus gangguan pernapasan pada ayam modern.

Oleh: Tony Unandar
Private Poultry Farm Consultant - Jakarta

Mencermati sejarah kosmopolitan gangguan pernapasan pada ayam modern dan diperkuat refleksi hasil observasi lapangan selama lebih dari empat dekade di lapangan, penulis memberanikan diri membuat tulisan ilmiah popular terkait pergeseran wajah (metamorfosa) gangguan pernapasan pada ayam modern.

Tulisan ini bertujuan agar para peternak dan sejawat praktisi perunggasan tidak lagi terjebak dengan pola-pola lama yang hanya mengandalkan program vaksinasi dan/atau medikasi semata dalam merancang strategi kesehatan ayam selama pemeliharaan, khususnya terkait gangguan pernapasan.

Gangguan Pernapasan Ayam Modern
Efektivitas penanganan gangguan pernapasan pada peternakan ayam modern bisa dipahami dari tiga lapis sudut pandang, yaitu dimensi biologi (agen penyebab), dimensi manajemen (sistem dan lingkungan pemeliharaan ayam), dan dimensi filosofis gangguan pernapasan (beserta makna strategi yang diterapkan).

1. Dimensi Biologi
Problem pernapasan pada ayam modern biasanya mencakup infeksi patogen berupa virus (misalnya ND, IB, AI) atau bakteri (misalnya E. coli, mycoplasma), serta faktor-faktor non-infeksius seperti debu, amonia, atau kondisi akibat ventilasi buruk.

Dengan demikian, pemahaman filosofis dari dimensi biologi ini adalah:
• Sistem pernapasan ayam juga merupakan gerbang kehidupan alias barier mekanik (termasuk komponen innate immunity) bagi ayam modern, maka setiap gangguan yang ada langsung memengaruhi oksigenasi sampai di tingkat jaringan tubuh, laju metabolisme pada tataran sel-sel tubuh, feed intake, hingga performa akhir.

• Suatu gangguan pernapasan pada ayam modern umumnya jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kombinasi atau interaksi antara sesama agen infeksius atau antara faktor non-infeksius dengan agen infeksius, misalnya interaksi virus (ND, IB, AI) membuka jalan bagi infeksi bakteri E. coli, atau kondisi kandang dengan amonia tinggi (> 25 ppm) akan mempermudah infeksi mikoplasma atau bakteri E. coli.

2. Dimensi Manajemen
Dalam konteks peternakan ayam modern, beberapa kondisi manajemen pemeliharaan mempunyai dasar filosofis yang adekuat untuk mencegah dan/atau mereduksi prevalensi gangguan pernapasan di lapangan, misalnya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025. (toe)

BERTAHAN DARI PENYAKIT PERNAPASAN

Sediakan pakan bernutrisi tinggi untuk memperkuat sistem imun ayam sehingga mampu bertahan terhadap serangan penyakit pernapasan. (Foto: Dok. Infovet)

Alat pernapasan merupakan organ tubuh yang mudah terserang penyakit, karena adanya hubungan langsung antara rongga hidung dengan alveoli di dalam paru-paru. Adapun jenis penyakit pernapasan yang dapat terjadi pada peternakan ayam antara lain avian influenza (AI-H5NI), newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), infectious laryngo-tracheitis (ILT), swollen head syndrome (SHS), chronic respiratory disease (CRD) atau CRD kompleks (CRDK), infectious coryza, kolera unggas, koliseptisemia, dan aspergilosis.

Meskipun telah diketahui bahwa sejumlah agen penyakit secara individual bertanggung jawab atas terjadinya penyakit pernapasan, namun di lapangan kejadiannya biasanya bersifat kompleks. Hal ini terjadi karena berbagai etiologi ikut terlibat di dalamnya, yaitu interaksi antar mikroorganisme (virus, bakteri, mikoplasma), agen imunosupresif, dan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (Kleven dan Glisson, 1997).

Kejadian penyakit pernapasan cenderung meningkat selama curah hujan tinggi, kemarau panjang, maupun saat peralihan musim dari kemarau ke penghujan atau sebaliknya. Pada umumnya, infeksi virus dan mikoplasma terjadi dalam waktu berdekatan untuk mendapatkan efek yang sinergistik. Ayam yang bebas mikoplasma akan mempunyai gejala klinik yang lebih ringan setelah ditantang virus IB, dibandingkan dengan ayam yang secara kronik sudah terinfeksi mikoplasma (Tabbu, 2002).

Penyakit imunosupresif (gumboro, mikotoksin, leukosis, chicken anemia virus (CAV), Marek) dan infeksi reovirus dapat meningkatkan kepekaan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit pernapasan.

Dalam diagnosis penyakit pernapasan ayam, selain tanda klinik umum (lesu dan nafsu makan menurun), perlu diperhatikan adanya suara yang abnormal dari pernapasan, misalnya bersin, sesak napas atau ngorok, atau bernapas dengan mulut, serta gejala tidak langsung atau yang tidak ada hubungannya dengan pernapasan seperti mata berair dan gejala syaraf.

Sedangkan pada pemeriksaan patologi anatomi dapat dijumpai adanya kekeruhan/penebalan kantong udara, peradangan pada saluran pernapasan bagian atas dan paru-paru. Agen infeksi yang sering ditemukan di lapangan adalah yang disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum (MG) dan Mycoplasma synoviae (MS). Tingkat keparahan infeksi MG dan MS pada ayam dapat diperberat oleh adanya infeksi campuran dengan virus-virus respiratorik antara lain IB, ND, Avian metapneumovirus, AI, serta reaksi terhadap vaksin live yang diberikan. Keparahan juga dapat terjadi dengan infeksi sekunder dari bakteri lain seperti E. coli dan Pasteurella spp.

Dengan kondisi lingkungan yang tidak optimal (temperatur dingin, litter lembap dan berdebu, serta level amonia tinggi) dapat meningkatkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manager
PT Romindo Primavetcom

DUKUNG BUDI DAYA UNGGAS PENUHI KESRAWAN, REGULASI SEGERA DISAHKAN

Pemeliharaan cage-free pada ayam petelur. (Foto: Istimewa)

Pemerintah Indonesia menunjukkan dukungan nyata terhadap sistem budi daya unggas yang memenuhi kaidah kesejahteraan hewan (Kesrawan), termasuk di antaranya sistem budi daya ayam petelur bebas sangkar (cage-free).

Melalui regulasi baru tentang penyelenggaraan kesejahteraan hewan yang saat ini tengah difinalisasi, pemerintah memberi sinyal kuat bahwa masa depan peternakan, termasuk ayam petelur akan semakin berorientasi pada praktik pemeliharaan yang lebih ramah terhadap hewan dan berkelanjutan.

Ketua Tim Kerja Advokasi Kesejahteraan Hewan, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Ditkesmavet), Kementerian Pertanian, Drh Puguh Wahyudi MSi, menegaskan bahwa pemerintah serius mendorong penerapan praktik Kesrawan di Indonesia, termasuk pada peternakan ayam petelur seperti sistem budi daya cage-free.

Ia juga menambahkan, saat ini pemerintah tengah menyiapkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Hewan yang telah masuk tahap harmonisasi. Regulasi ini nantinya akan menjadi payung hukum terkait norma kesejahteraan hewan di Indonesia.

“Regulasi terkait penyelenggaraan kesejahteraan hewan saat ini sedang difinalisasi dan siap disahkan. Aturan ini akan menjadi landasan hukum standar kesejahteraan hewan di Indonesia, yang meliputi hewan ternak, hewan kesayangan, hewan jasa, hingga hewan laboratorium,” kata Puguh.

“Selain itu, juga terdapat poin sertifikasi kesejahteraan hewan dalam regulasi ini yang dapat menjadi acuan bagi peternak dalam mengembangkan sistem pemeliharaan yang lebih berorientasi pada kesejahteraan hewan. Termasuk di dalamnya, pada peternakan ayam petelur.”

Lebih lanjut disampaikan, pemerintah juga memberikan dukungan kepada peternak yang mulai menerapkan sistem cage-free. Menurutnya, tren global saat ini mengarah ke sana. Karena itu, penerapan prinsip Kesrawan, termasuk melalui sistem cage-free diperkirakan akan berkembang secara bertahap di Indonesia. Apalagi, jika di masa mendatang produk Indonesia menghadapi tantangan ekspor dan tuntutan cage-free, pemerintah tegaskan akan menyiapkan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen.

“Di Uni Eropa, regulasi sudah mengatur dan mereka telah 100% beralih ke cage-free. Kita melihat hal ini pasti berdampak pada perekonomian dunia, sehingga kita juga harus siap. Jika Uni Eropa sudah begitu, biasanya negara lain akan ikut. Bahkan bisa menjadi yurisprudensi, karena WTO pernah memutuskan bahwa isu kesejahteraan hewan dapat dijadikan dasar hambatan perdagangan apabila dianggap mengganggu moral publik,” tambahnya.

Sejalan dengan arah cage-free, Sustainable Poultry Program Manager Indonesia Lever Foundation, Sandi Dwiyanto, mengungkapkan bahwa Kesrawan kini menjadi perhatian publik global sekaligus tuntutan persaingan perdagangan internasional yang tidak bisa dihindari. Menurutnya, sejak 2015 tren produksi telur dari ayam cage-free mulai mendapat perhatian masyarakat luas.

“Banyak perusahaan internasional ternama telah membuat komitmen global untuk beralih ke sistem cage-free pada 2025. Hingga akhir 2021, lebih dari 2.000 perusahaan di seluruh dunia, termasuk restoran, penyedia layanan makanan, ritel, dan hotel telah berkomitmen untuk menggunakan telur cage-free. Termasuk di antaranya sekitar 100 perusahaan di Indonesia yang telah mengomunikasikan terkait telur cage-free. Sebagian besar menargetkan implementasi penuh pada 2025, dan jumlah komitmen dari perusahaan terus bertambah,” jelas Sandi dalam keterangan resminya, Rabu (15/10/2025).

Di Indonesia, sejumlah perusahaan makanan global juga telah membuat komitmen atau sedang dalam proses menerapkan kebijakan telur cage-free, di antaranya KFC, Pizza Hut, Taco Bell, Burger King, dan The Coffee Bean & Tea Leaf. Perusahaan besar seperti Nestlé bahkan menargetkan penggunaan telur cage-free sepenuhnya pada 2025.

Komitmen ini juga mulai diikuti beberapa perusahaan yang mempunyai basis di Indonesia, misalnya Superindo dan beberapa kafe dan restoran ternama seperti Ismaya, Bali Budha, hingga Jiwa Jawi. 

Sementara itu, Owner PT Inti Prima Satwa Sejahtera (IPSS), Roby Tjahya Dharma Gandawijaya, menilai bahwa prospek pasar cage-free akan terus tumbuh di masa depan. “Keberhasilan sistem cage-free di Indonesia membutuhkan dukungan berbagai pihak. Karena itu, peran seluruh pemangku kepentingan perunggasan nasional sangat penting, mulai dari industri pakan, DOC, peralatan, hingga obat-obatan. Dengan kolaborasi, kita dapat mengembangkan peternakan cage-free di Indonesia, sehingga ketika perubahan itu benar-benar tiba, kita sudah siap dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.

Selain isu kesejahteraan hewan dan tren global, European Food Safety Authority (EFSA) dalam laporannya menyebutkan bahwa risiko salmonella lebih tinggi pada sistem kandang baterai dibandingkan pada sistem cage-free. Temuan ini menegaskan bahwa sistem cage-free tidak hanya menguntungkan secara perdagangan, tetapi juga berkontribusi pada keamanan pangan dan kesehatan masyarakat.

Dengan berkembangnya tren global serta rencana pengesahan regulasi penyelenggaraan Kesrawan di Indonesia, semakin membuka peluang besar di sektor peternakan ayam petelur. Kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan diharapkan menjadi kunci terwujudnya praktik budi daya yang berkelanjutan di Indonesia. (INF)

SINERGI BIOSEKURITI, VAKSINASI, DAN NUTRISI DI ERA TANPA AGP

Vaksinasi melengkapi perlindungan ayam dari serangan penyakit. (Foto: Sansubba/iStock)

Industri perunggasan modern saat ini menghadapi tantangan besar dengan meningkatnya kasus antimicrobial resistance (AMR) dan diberlakukannya pelarangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP). Dalam situasi ini, keberhasilan manajemen kesehatan ayam tidak lagi dapat mengandalkan satu pendekatan tunggal, melainkan membutuhkan sinergi antara tiga pilar utama, yaitu biosekuriti, vaksinasi, dan dukungan nutrisi yang presisi.

Biosekuriti berperan sebagai benteng pertama untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen penyakit, vaksinasi menjadi perlindungan spesifik ketika risiko paparan tetap ada, sementara nutrisi yang tepat menjaga sistem imun ayam selalu siap menghadapi tantangan penyakit di lapangan.

Peta Musuh Virus, Bakteri, dan Jamur
Penyakit unggas bisa datang dari berbagai arah. Virus seperti avian influenza (AI), newcastle disease (ND), infectious bursal disease (IBD/gumboro), dan infectious bronchitis (IB) dikenal cepat menular, bermutasi, dan menimbulkan kerugian besar. AI dan ND menyerang system pernapasan dan saraf, IBD melemahkan kekebalan dengan merusak bursa fabricius, sementara IB menurunkan produksi telur secara drastis.

Sementara itu, sergapan bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella spp., Clostridium perfringens, dan Mycoplasma gallisepticum sering memanfaatkan kondisi stres atau kelemahan sistem pertahanan untuk menyerang. E. coli menjadi infeksi sekunder pasca gangguan respirasi, Salmonella mengancam keamanan pangan, sementara C. perfringens memicu necrotic enteritis yang sering berhubungan dengan koksidiosis subklinis.

Selain itu, serangan penyakit juga bisa datang dari kontaminasi jamur dan mikotoksin yang sangat berbahaya. Aspergillus dapat menyerang saluran pernapasan terutama pada DOC melalui spora dari litter atau udara lembap. Mikotoksin seperti aflatoksin, DON, fumonisin, dan T-2 toksin sering menurunkan imunitas, mengganggu organ vital, dan menyebabkan kerugian subklinis yang sulit terdeteksi tanpa monitoring.

Mana Lebih Penting, Biosekuriti atau Vaksinasi?
Biosekuriti adalah benteng utama yang tidak bisa... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2025.

Ditulis oleh:
Henri E. Prasetyo DVM MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

BIOSEKURITI DAN VAKSINASI, TUGAS BERBEDA TUJUAN SAMA

Ilustrasi rute infeksi penyakit kepada ayam yang mungkin terjadi. (Foto: Istimewa)

Sebagian besar orang di industri perunggasan tahu bahwa biosekuriti dan vaksinasi adalah alat berharga untuk melindungi unggas dari penyakit virus, bakteri, dan parasit. Dan perlu diingat bahwa keberhasilan keduanya menjadi bagian dari program strategis dan terintegrasi.

Vaksinasi dan biosekuriti harus dianggap sebagai mitra yang tidak terpisahkan untuk pencegahan penyakit yang memadai. Dengan kata lain, vaksinasi tanpa biosekuriti adalah formula lemah untuk perlindungan, sedangkan biosekuriti tanpa vaksinasi adalah proposal yang tidak realistis untuk pencegahan penyakit (Guillermo Zavala, DVM, MAM, PhD, Dipl ACPV, International Avian Health, LLCAthens, Georgia).

Mencegah Patogen Masuk
Dasar pemahaman biosekuriti dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi tujuan utamanya adalah mencegah masuknya unsur patogen yang tidak diinginkan ke dalam fasilitas/farm unggas. Sama pentingnya untuk mencegah keluarnya unsur patogen dari fasilitas yang terkontaminasi.

Melakukan biosekuriti yang tepat harus menghasilkan hilangnya unsur patogen yang tidak diinginkan atau setidaknya mengurangi unsur patogen tersebut ke tingkat yang dapat dikelola melalui vaksinasi dan/atau penundaan paparan pada ayam yang rentan terhadap patogen potensial di lapangan.

Biosekuriti secara ketat mengontrol akses ke peternakan unggas dan mengharuskan pengunjung untuk mengenakan pakaian dan sepatu boots yang disediakan, serta mendisinfeksi alas kaki sebelum memasuki kandang, juga minimalkan lalu lintas kendaraan dengan mengurangi pergerakan kendaraan di peternakan dan mendisinfeksi kendaraan yang mungkin pernah mengunjungi peternakan lain.

Memelihara sistem “semua masuk, semua keluar” dimana ayam dibesarkan bersama dan diangkat sebagai kelompok untuk meminimalkan penyebaran penyakit. Sanitasi dan disinfeksi rutin dengan menerapkan protokol sanitasi dan disinfeksi yang komprehensif, termasuk bak kaki dan pembersihan peralatan yang tepat.

Ada delapan hal yang penting dilaksanakan sebagai bagian dari biosekuritas dalam rangka mengeliminasi kemungkinan patogen masuk ke dalam tubuh ayam dan menginfeksinya: 1) Kolam kaki dengan disinfektan di pintu masuk utama. 2) Penggunaan hand sanitizer untuk staf dan pengunjung. 3) Mandi untuk staf sebelum memasuki dan setelah keluar kandang. 4) Pakaian bersih yang khusus untuk akses kandang. 5) Rendaman ban dan semprotan kendaraan (air + disinfektan) untuk kendaraan yang masuk. 6) Pencucian dan disinfeksi peralatan secara rutin. 7) Mengisolasi, mengobati, dan memantau ayam yang terinfeksi. 8) Pengelolaan bangkai ayam yang terinfeksi (mengubur atau membakar).

Adapun praktik tambahan yang harus dilaksanakan:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi perunggasan

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer