Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ternak Sapi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

WASPADAI PENYAKIT STRATEGIS PADA RUMINANSIA

Beberapa daerah asal ternak ruminansia di Indonesia masih endemis atau tertular penyakit strategis. (Foto: Istimewa)

Pada momen-momen tertentu seperti Iduladha, perdagangan ternak ruminansia dari daerah sentra ternak ke beberapa daerah cukup tinggi. Ternak ruminansia bisa berada di tempat baru selama beberapa bulan dengan tujuan penambahan bobot badan guna memperoleh harga yang lebih tinggi. Masuknya ternak baru dengan izin masuk sebagai ternak potong berpotensi juga memasukkan penyakit baru dari daerah tertular ke daerah baru yang belum tertular penyakit.

Ternak baru sebagai karier bisa masuk antar pulau ataupun provinsi. Secara klinis, ternak tidak menampakkan penyakit, tetapi dalam fisik tubuhnya terdapat agen penyakit berbahaya yang tidak terdeteksi, hanya sebagian ternak saja yang dilalulintaskan diuji laboratorium. Tidak adanya bahan uji dan desakan waktu, ternak tidak diuji sesuai persyaratan, akibatnya agen penyakit yang tidak terdeteksi dan sapi pembawa agen penyakit lolos ke daerah baru.

Ada juga beberapa oknum pedagang ternak yang biasanya membawa ternak ruminansia saat malam atau siang hari melalui rute yang tidak lazim, sehingga lolos dari pengawasan petugas.

Beberapa daerah asal ternak ruminansia di Indonesia masih endemis atau tertular penyakit strategis, menular, berpotensi mematikan, dan mewabah. Beberapa penyakit baru ternak ruminansia bisa muncul, apalagi saat momen penting, di antaranya jembrana, penyakit mulut dan kuku (PMK), brucellosis, antraks, septicaemia epizootica (SE), maupun surra.

Lalat pengisap darah dapat bertindak sebagai transmitter penyakit menular, menyebarkan virus maupun parasit darah antar ternak. Penyakit jembrana dapat muncul dan menyebar cepat antar populasi sapi Bali, menurunkan harga penjualan sapi, hingga menimbulkan kematian.

Adapun penyakit surra juga bisa menyebar di daerah baru akibat lalat pengisap darah yang ikut terbawa ternak atau lalat yang sudah ada pada sapi di daerah baru.
Terdapat tiga penyakit penting yang bisa muncul akibat perdagangan dan lalu lintas ternak dari daerah endemis. Ketiganya bisa muncul sporadik maupun epidemis, terjadi pada ternak secara terbatas atau meluas melintas daerah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2023.

Ditulis oleh: 
Sulaxono Hadi,
Medik Veteriner Ahli Madya Balai Veteriner Banjarbaru &
Ratna Loventa Sulaxono,
Medik Veteriner Ahli Pertama Loka Veteriner Jayapura

MENCENGANGKAN, PRIA INI TERNAK SAPI DI BALKON APARTEMEN

(Sumber : South China Morning Post 2023)

Peternakan adalah tempat terbaik untuk seseorang yang ingin memelihara hewan ternak dalam jumlah yang sangat banyak. Tak hanya soal lokasi, keberadaan peternakan juga harus jauh dari perumahan agar tidak mengganggu kenyaman anggota masyarakat lain.

Di peternakan, hewan-hewan ternak akan menghuni sebuah lahan kosong yang luas dan mudah untuk menemukan rumput sebagai makanan dan berkeliaran dengan bebas. Namun berbeda dengan yang dilakukan peternak sapi satu ini. Bukannya di lahan kosong atau padang rumput, ia `beternak` sapi di balkon apartemennya.

Kejadian ini membuat geger media sosial di China ketika sebuah keluarga diketahui memelihara sapi di balkon apartemen mereka. Tak cuma seekor, dalam video yang beredar, terlihat tujuh ekor sapi tengah menikmati makanan di balkon apartemen yang berada di Provinsi Sichuan, China.

Seorang penghuni apartemen mengatakan, hewan itu sudah seharian berada di balkon tersebut. Para tetangga akhirnya melaporkan kejadian tersebut kepada petugas karena merasa terganggu oleh lenguhan dan bau busuk yang dihasilkan dari `peternakan` tersebut. 

Kepolisian setempat akhirnya memindahkan hewan-hewan itu pada 14 Juli lalu. Sekretaris partai masyarakat, Zhang Dayou, mengatakan bahwa berat anak sapi masing-masing antara 10 kg dan 20kg. Sejak sapi-sapi itu disingkirkan, staf penjaga apartemen kerap memergoki penghuni itu kembali mencoba menyelundupkan mereka masuk.

Video itupun viral di media sosial hingga menuari beragam komentar warganet.

“ Saya yakin ternak tidak pernah membayangkan mereka bisa hidup di sebuah gedung suatu hari nanti,” kata seorang netizen.

" Anak sapi yang malang, terjepit di balkon sekecil itu," kata yang lain.

" Setidaknya itu membuktikan bahwa bangunan itu berkualitas baik." (INF)

LANGKAH PEMERINTAH KENDALIKAN ANTRAKS DI GUNUNGKIDUL

Pengendalian antraks melalui vaksinasi dan membangun kesadaran deteksi dini gejala antraks. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) kendalikan penyakit antraks melalui pengoptimalan vaksinasi pada hewan khusus ruminansia seperti sapi, kerbau, atau kambing. Selain vaksinasi, pihaknya bersama pemerintah daerah juga membangun kesadaran masyarakat melakukan pengecekan dini guna mengenali gejala antraks.

“Langkah kolaboratif ini diharapkan mampu menurunkan penyebaran antraks sekaligus meningkatkan sistem kekebalan hewan ternak,” ujar Kepala Dinas Veteriner dan Kesehatan Hewan Gunung Kidul, Wibawanti, di Desa Candirejo, Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Kamis (13/7/2023), melalui siaran pers Kementan.

Sementara Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Syamsul Ma'arif, mengatakan antraks yang merupakan penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis yang hidup di tanah. Bakteri ini dapat menyerang hewan pemakan rumput dan dapat menular ke manusia.

“Pelaporan adanya penyakit atau kematian hewan yang tidak biasa, wajib dilakukan pemilik ternak dan perusahaan peternakan untuk menanggulangi penyebaran,” kata Syamsul.

Ia mengimbau semua pihak bisa bekerja sama, utamanya dalam melaporkan hewan yang sedang sakit. Sesuai aspek keamanan pangan, ketika hewan sakit harus dilaporkan ke dokter hewan untuk memastikan bahwa penyakit tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya.

“Bila dokter mendiagnosis penyakit antraks, maka sesuai aturan berdasarkan sifat penyakit, hewan tersebut dilarang untuk dipotong dan/atau membuka bangkainya. Sebab bakteri antraks yang keluar dari tubuh, begitu terpapar udara akan segera membentuk spora, dimana spora tersebut akan dapat bertahan di lingkungan hingga puluhan tahun,” jelasnya.

Lebih lanjut, spora tersebut akan menginfeksi manusia dan dapat menimbulkan empat tipe penyakit, yaitu tipe saluran pencernaan bila masyarakat mengonsumsi, tipe kulit yang ditunjukkan dengan adanya keropeng khas, tipe paru- paru bila mengirup spora dan tipe radang otak.

“Kalau hewan sudah mati harusnya langsung dikubur dengan kedalaman tertentu hingga tanah uruknya kira-kira dua meter, agar tidak digali oleh hewan pemakan daging lainnya,” sebutnya.

Berkaitan dengan antraks, Syamsul mengatakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang sangat masif pada masyarakat sangat penting untuk membangun kesadaran akan kesehatan hewan dan menjamin keamanan pangan.

“Penyembelihan hewan di RPH juga sangat penting untuk memastikan hewan yang disembelih sehat atau tak berpenyakit yang membahayakan kesehatan masyarakat,” tukasnya. (INF)

USAHA RUMPUT SEKALI TANAM PANEN BERKALI-KALI

Panen rumput gajah. (Foto: Istimewa)

Prospek usaha tanaman untuk pakan ternak cukup menggiurkan. Asal punya lahan luas, bertanam rumput gajah dipastikan bisa meraup untung besar. Namun bisnis ini juga memiliki kelemahan yang harus dipahami. Tertantang untuk menekuni?

Sejak pagi hari kesibukan di kandang sapi di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat, sudah tampak menggeliat. Para pekerja mulai sibuk bekerja di kandang seluas 3.000 meter persegi tersebut. Ada yang sedang mencacah rumput, ada pula yang menuangkan cacahan rumput hijau ke dalam tempat pakan sapi, sekaligus menyiapkan minumnya. Di antara mereka ada tiga pekerja yang tengah memandu sapi-sapi dengan kendali tambang berjalan mengelilingi kandang, lalu kembali memasukkannya ke dalam, mengajak sapi untuk berolahraga.

Inilah kesibukan setiap pagi yang tampak di kandang milik Nurtantio. Pemilik peternakan sapi yang juga seorang dokter hewan ini hampir setiap pagi mengecek kondisi ternaknya. “Apalagi menjelang Hari Raya Iduladha yang sebentar lagi, saya harus mengecek kondisi kesehatan sapi satu per satu,” tutur Nurtantio kepada Infovet.

Pria yang akrab disapa Dokter Tio ini menuturkan, menjadi peternak sapi tidak semudah diperkirakan banyak orang. Apalagi lokasi kandang masih termasuk di perkotaan. Urusan rumput untuk pakan, sering kali membuat khawatir.

Sediaan rumput kerap menjadi masalah serius, mengingat pasokan tidak selalu aman. Meski ladang rumput di luar Kota Depok cukup luas, namun untuk sebagian peternak pasokan pakan hijauan ini tidak bisa diandalkan sepenuhnya.

“Ternak itu butuh makan setiap hari. Kalau mengandalkan pasokan dari petani rumput agak sulit. Untuk mengatasinya kami ngarit sendiri untuk menutupi kekurangan. Kadang juga kami berikan pakan tambahan ampas tahu dan konsentrat,” ujar Dokter Tio.

Menjelang Iduladha jumlah sapi yang ada di kandangnya lebih banyak dibanding hari biasa. Sapi Bali miliknya didatangkan dari beberapa peternak di Jawa Timur, seperti Jember. Sedikitnya ada 160 ekor sapi di kandang miliknya. Dengan asumsi per ekor makan rumput 20 kg pakan tiap hari, maka dalam sehari minimal Dokter Tio harus menyediakan pakan sebanyak 320 kg rumput. Bukan perkara mudah.

Peluang Menantang
Besarnya kebutuhan pakan sapi milik para peternak tampaknya menjadi peluang bisnis tersendiri bagi yang jeli dan mau bekerja keras. Jika ditekuni dan memiliki lahan luas, ini menjadi ladang bisnis yang memiliki keuntungan luar biasa.

Menanam rumput tidak... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (AK)

MEMPERCEPAT PEMULIHAN KULIT SAPI PASCA LSD

Sapi jantan yang dipersiapkan untuk kurban namun bekas LSD masih terlihat. (Foto: Infovet/Joko)

Prevalensi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) di Indonesia mulai melandai, walau di beberapa daerah masih dalam kondisi aktif sporadis. Beberapa daerah sentra sapi yang telah mengalami LSD lebih awal saat ini sudah masuk pada fase kesembuhan.

Penyakit LSD telah menunjukan kondisi seleksi alam. Sapi yang sembuh merupakan sapi yang mempu melawan virus karena daya tahan tubuh lebih baik, atau sapi segera mendapat penanganan lebih awal, ataupun sapi mendapatkan penanganan berkelanjutan dengan pemberian ivermectin, antibiotik, multivitamin dan terapi suportif lainnya. Sebagian sapi yang kurang memiliki daya tahan tubuh baik, atau terlambat penanganan maupun sapi yang tidak mendapatkan pelayanan penanganan intensif telah mengalami kematian atau potong paksa.

Para peneliti dari Turki yakni Eda Balkan, dkk. (2022), melakukan penelitian menarik tentang daya hambat ivermectin pada masing-masing infeksi virus capripox (termasuk LSD dan cacar pada kambing-domba). Penelitian menunjukan bahwa ivermectin memiliki daya hambat sangat kuat pada replikasi virus LSD hingga mencapai 99.8% serta daya hambat sheeppox (cacar domba) mencapai 99.7%. Treatment ivermectin 2.5 μM pada LSD mampu menurunkan secara signifikan virion infektif pada fase penempelan, penetrasi dan replikasi virus. Treatment ivermectin 2.5 μM pada cacar domba mampu menurunkan secara signifikan virion infektif pada fase penempelan dan replikasi virus. Ivermectin memengaruhi siklus replikasi virus capripox (cacar kambing) lebih efektif pada tahap pasca masuknya virus daripada tahap sebelum virus masuk.

Informasi dari penelitian di atas sangat bermanfaat untuk menjawab keraguan banyak orang terkait efektivitas ivermectin untuk penanganan LSD pada saat infeksi aktif ataupun pada saat setelah penyembuhan. Pengalaman penulis menangani LSD di lapangan dengan ivermectin sangat efekif. Pada infeksi ringan pemberian ivermectin yang tersedia di pasaran (harga bervariasi) masih efektif. Pada infekasi sedang-berat membutuhkan ivermectin dengan kualitas menengah-bagus (identik dengan harga lebih mahal). Pada infeksi sedang-berat pemberian ivermectin dilakukan dengan 2-3 kali treatment interval selama tiga hari sampai satu minggu.

Penyakit LSD menyerang di semua umur, jenis kelamin dan breed. Sapi jantan bakalan, penggemukan dan sapi kurban tak luput dari serangan LSD. Hal ini menjadi kendala serius untuk aktivitas jual beli kurban ataupun di rumah pemotongan hewan. Sapi jantan terinfeksi LSD dengan bentol di seluruh tubuh akan menimbulkan jejas-jejas yang ada di permukaan kulitnya. Bentol yang masih bernanah sudah pasti tidak layak untuk dikonsumsi daging atau untuk kurban. Para pekurban akan menganggap adanya bekas bentol kulit sebagai cacat, walau pada masa penyembuhan sapi sudah terlihat gemuk.

Pengalaman lapangan menunjukan ada tiga jenis treatment yang membantu pemulihan jejas pada kulit agar… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023.

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Koresponden Infovet Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

PERGERAKAN LSD, KEWASPADAAN JELANG IDUL KURBAN

Klinis pedet limosin yang terinfeksi LSD. (Foto: Istimewa)

Virus Lumpy Skin Disease (LSD) atau yang merupakan genus Capripoxvirus, satu keluarga dari Poxviridae. Pertama kali muncul di Afrika pada 1928. Merebak di Zambia pada 1929, mejalar ke berbagai negara di Afrika hingga menyeberang ke utara ke area Mediterania. Lalu lintas penggembalaan, perdagangan ternak ruminansia untuk mencukupi keperluan ternak potong menyebabkan penyakit ini menyeberang lintas perbatasan negara, antar benua.

Penyakit bergerak ke timur memasuki Asia Selatan. India, Nepal, Bhutan Sri Langka kemasukan dan kedatangan virus LSD, termasuk China. Penyakit pada akhirnya masuk ke Asia Tenggara. Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam dan semenanjung Malaysia kemasukan juga turut diserangnya. Manifestasi klinis muncul pada ternak sapi di negara-negara tetangga dekat Indonesia ini. Pergerakan lalu lintas antar negara di Asia Selatan ke Asia Tenggara dan antar negara di negara-negara utara Indonesia sulit dikontrol, melintas batas negara dengan mudahnya. Ancaman di utara Indonesia pada akhirnya masuk juga ke Indonesia, LSD ditemukan telah menginfeksi sapi di Sumatra, kemudian menyeberang ke Pulau Jawa, masuk ke Kalimantan Tengah dengan izin sapi potong.

Potensi Penyebaran Dalam Pulau
Sapi potong lintas pulau diizinkan masuk dengan kondisi sehat dan memang untuk dipotong. Pada kenyataannnya sapi datang dengan kapal akan dibagi dan disetok ke beberapa kandang penampungan milik pedagang yang patungan modal mendatangkan ternak dari pulau produsen ternak sapi ke pulau lain konsumen sapi. Menjelang Idul Kurban, sapi bisa distok 2-3 bulan, untuk dipelihara dan digemukkan, sebagian dipotong di rumah potong pribadi yang dekat dengan kandang penampungan, sebagian juga dikirimkan lintas kabupaten bahkan lintas provinsi.

Tidak dipungkiri, klinis LSD akan tampak diantara sapi jantan yang datang di kandang. Subklinis dari daerah asal atau klinis tersisip diantara sapi pejantan yang sehat. Akibatnya klinis LSD akan ada diantara sapi yang berada di tempat penampungan. Potong segera sapi demikian dengan pengawasan adalah langkah yang tepat memotong siklus penularan dan penyebaran virus. Melakukan disinfeksi tempat pemotongan dan membakar kulit terinfeksi termasuk kelenjar pertahanan sapi.

Klinis Penyakit
Penyakit LSD ada yang menyebut “penyakit lato-lato”, sesuai saat kemunculan dan penyebaranya bersamaan dengan musimnya anak-anak bermain lato-lato. Muncul benjolan bulat-bulat pada kulit sapi hingga sebesar bulatan plastik mainan lato-lato. Masyarakat juga menamai “penyakit benjol-benjol kulit”.

Sapi terinfeksi virus LSD akan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023.

Ditulis oleh:
Drh Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya

POTENSI SAPI SUMBA ONGOLE

Sapi SO sebagai potensi sapi lokal memiliki beberapa kelebihan. (Foto: Infovet/Joko)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, ketersediaan daging sapi dan kerbau di Indonesia masih mengalami defisit sebesar 258,69 ribu ton. Defisit ini disebabkan rendahnya produksi daging sapi dan kerbau yakni sebesar 436,70 ribu ton dibanding kebutuhan daging sapi dan kerbau sebesar 695,39 ribu ton.

Supply dan demand daging sapi dan kerbau memperlihatkan bahwa secara umum dan hampir menyeluruh di enam pulau besar di Indonesia, kebutuhan (demand) daging sapi dan kerbau lebih tinggi dibandingkan ketersediaannya. Namun di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara justru mengalami surplus masing-masing sebesar 3,57 ribu ton dan 18,36 ribu ton. Hal ini dapat terjadi mengingat pulau-pulau tersebut merupakan sentra produksi daging sapi dan kerbau di Indonesia. Defisit tertinggi terjadi di pulau dengan penduduk terpadat yaitu Jawa. Produksi daging sapi dan kerbau yang hanya sebesar 258,17 ribu ton ternyata tidak mampu memenuhi permintaan konsumen sebanyak 500,43 ribu ton, sehingga terjadi defisit sebesar 242,26 ribu ton. Hal serupa terjadi juga di Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Papua. Namun, ternyata surplus yang terjadi di pulau-pulau sentra produksi daging sapi dan kerbau belum dapat memenuhi kebutuhan daging secara nasional.


Sapi lokal untuk bakalan penggemukan semakin langka, setelah sapi PO, Simental, Limousine sekarang banyak peternak penggemukan mencari bakalan dari jenis sapi Bali, Madura, Kupang, dan Sumba Ongole. Sapi Sumba Ongole (SO) adalah sapi Ongole asli Indonesia berasal dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur dengan perawakan seperti sapi Ongole (Jawa), warna asli putih, memiliki rangka dan perfoma produksi yang lebih baik dari sapi Ongole. Frame yang tinggi panjang, bertanduk, perototan dan pertulangan kuat. Di daerah asalnya sapi ini dipelihara di lahan penggembalaan (ranch) di area ribuan hektare, pemilik sapi biasanya memiliki puluhan hingga ratusan ekor sapi dan menandai sapinya dengan sobekan di telinga atau cap bakar di paha.

Sapi SO sebagai potensi sapi lokal memiliki beberapa kelebihan, yaitu pemeliharaan ekstensif menggunakan pejantan memiliki produktivitas sangat baik, perfoma reproduksi angka kebuntingan lebih dari 85%. Biaya produksi rendah (low cost) karena di musim penghujan rumput tersedia melimpah dan mendukung biaya produksi pedet rendah. Sapi SO memiliki daya tahan tubuh yang sangat baik. Hingga saat ini sapi tersebut bebas dari beberapa jenis penyakit menular strategis seperti Brucellosis, Antrax, Penyakit Mulut dan Kuku, Lumpy Skin Disease dan penyakit lainnya. Pemeliharaan secara intensif di feedlot menghasilkan pertumbuhan berat badan sangat baik 1,4-2,0 kg/hari  dengan karkas berkelas premium lebih dari 53%.

Kelebihan lainnya pemeliharaan sistem ekstensif di ranch adalah pembentukan rangka yang kuat dan panjang, exercise cukup, mendapatkan vitamin D cukup dari sinar matahari dan mendapatkan sebagian mineral (Ca) dari tanah atau bebatuan di sekitar ranch. Perkawinan dengan kawin alami juga menghasilkan angka kebuntingan dan angka panen pedet cukup tinggi. Hidup di alam terbuka dengan tingkat kelembapan rendah sangat baik untuk kesehatan ternak.

Kelemahan dari sistem ranch pada musim kemarau akan sangat kekurangan air, akibat dari asupan air yang rendah akan terjadi kekurangan rumput, rendahnya perfoma reproduksi dan produksi, meningkatnya kematian pedet karena susu indukan kurang mencukupi. Berkurangnya rumput dan air pada musim kemarau menyebabkan turunnya kondisi fisik sapi, sehingga kejadian penyakit meningkat seperti demam tiga hari (Bovine Epiferal Fever), kekurusan (skinny) dan kelemahan (weakness). Saat musim kemarau terjadi peningkatan kejadian masuknya benda asing (kain, plastik, kayu, lidi, paku, kawat) ke dalam tubuh sapi yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan, jantung, paru paru dan sistem organ lain. Selain itu, tingginya kejadian inbreeding, recording reproduksi dan produksi relatif sulit, susahnya kontrol penyakit parasiter (cacing), sapi kecil akan selalu kalah dalam kompetisi perebutan pakan.

Pemeliharaan sapi SO oleh masyarakat di Sumba Timur masih dikelola secara tradisional bergantung pada alam. Pada musim kemarau tidak ada pakan, hingga saat ini belum ada teknologi pengembangan pakan untuk cadangan pakan ataupun pakan tambahan. Sumber air minum kering di musim kemarau juga belum dilakukan intervensi untuk penyediaannya. Sistem pemeliharaan ternak juga masih sebatas tabungan tahunan ataupun tabungan untuk acara adat setempat. Penjualan sapi-sapi jantan dilakukan untuk penghasilan tahunan, sementara sapi betina jarang dijual kecuali kondisi sangat membutuhkan. Semua sapi dipelihara dengan pola yang sama rata sama rasa, sehingga golden moment sapi-sapi jantan tidak tersentuh maksimal dan pedet sering menjadi objek penderita dalam hal perebutan pakan.

Sumba Ongole Perlu Sentuhan Teknologi dan Manajemen
Pengembangan breeding dialihkan dari ekstensif ke semi intensif. Sapi dipelihara di ranch dan akan dievaluasi produktivitas, reproduksi dan status kesehatannya secara berkala. Sapi-sapi bunting tua di musim kemarau akan dipelihara intensif di kandang dengan asupan nutrisi cukup agar pedet lahir sehat dan cukup air susu induk. Kelahiran pedet hingga masa sapih di musim kemarau dilakukan di dalam kandang. Pedet yang lahir di ranch secara alami memiliki risiko mati lebih tinggi daripada dipelihara intensif. Kondisi cuaca ekstrem di musim kemarau, minimnya ketersediaan suplai air dan rumput berisiko menyebabkan kematian. Di musim hujan, kondisi hujan lebat menyebabkan stres pada pedet memicu masuknya penyakit seperti diare, pernapasan, demam dan permasalahan tali pusar. Pedet jantan akan dipanen setelah masa sapih tiga bulan masuk ke dalam kandang rearing (pembesaran).

Pengembangan peternakan pola pembesaran dan penggemukan sapi jantan menjadi hal yang harus dilakukan. Selama ini perkembangan pedet jantan sangat fluktuatif juga sesuai dengan musim. Pertumbuhan pedet jantan hingga lepas sapih dan masuk ke periode bakalan penggemukan belum bisa terukur dan tertarget. Pedet jantan lepas sapih sebaiknya dipelihara intensif dengan pakan tambahan seperti konsentrat atau pelet dengan target berat badan pada umur 18 bulan mencapai 350 kg. Selanjutnya sapi umur 18 bulan masuk fase penggemukan dengan masa penggemukan 3-6 bulan dengan pemeliharaan dan pakan tambahan seperti konsentrat penggemukan. Sistem penggemukan bakalan sapi SO sudah banyak dilakukan di Jawa dan Lampung dengan hasil perfoma yang memuaskan.

Hal lain yang perlu dilakukan adalah teknologi pengolahan pakan untuk peningkatan produktivitas ternak. Lahan-lahan yang memiliki tekstur yang cocok akan dilakukan penanaman beberapa jenis hijauan pakan ternak seperti jagung, barley, king grass, odot, pakcong, indigofera dan lainnya. Jenis pakan ternak tersebut selanjutnya diberikan secara langsung melalui proses pencoperan dan juga diproses menjadi silase untuk cadangan pakan musim kemarau. Rumput sabana yang berlebih di musim penghujan dengan ketinggian 60 cm dilakukan pemanenan untuk disimpan dalam bentuk haylage sebagai cadangan pakan saat musim kemarau. Proses pembuatan pakan konsentrat dengan bahan bahan pakan yang tersedia seperti dedak, polard, bran, tetes tebu, premix, mineral, garam dan lainnya. Pakan konsentrat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan sapi pada program rearing dan fattening. ***

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Koresponden Infovet Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer