-->

KERJA SAMA LINTAS SEKTORAL TANGANI STUNTING

Cegah stunting itu penting. (Foto: ANTARA FOTO)

Presiden Joko Widodo mengatakan salah satu program prioritas di periode kedua pemerintahannya adalah pembangunan sumber daya manusia. Komitmen pemerintah untuk mencetak generasi emas yang sehat dan kuat salah satunya adalah dengan menekan angka stunting di Indonesia.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Lembaga Ketahanan Nasional, melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama mendukung program pengentasan daerah rentan rawan pangan sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam penurunan prevalensi stunting atau angka kekurangan gizi.

Dalam arahannya, Mentan Syahrul menegaskan bawah kerjasama ini merupakan bentuk kehadiran negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. “Ini merupakan keterpanggilan tanggung jawab moralitas kebangsaan, saya berharap negara tidak salah memilih kita untuk mengurus bangsa ini,” kata Syahrul di Hotel Bidakara, Jakarta (30/10/2019). 

Syahrul mengungkapkan, banyak penyebab kerawanan pangan yang terjadi di Indonesia, karena itu penyelesaiannya harus dilakukan secara multisektor, “Indonesia adalah negara besar ke empat dunia yang terdiri dari 17 ribu lebih pulau dengan jumlah penduduk mencapai 267 juta jiwa, tidak mudah menajaga negara ini dengan baik. Cara satu-satunya adalah bagaimana kita sama-sama bertanggung jawab terhadap pangan rakyat,” ungkapnya.

Berdasarkan hasil Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA) pada 2018, masih terdapat 88 kabupaten/kota atau 17,1% di Indonesia yang masih masuk katergori daerah rentan rawan pangan. Isu pangan, kata dia, bersifat sangat kompleks dan multidimensi. Namun dengan sinergi lintas sektor dan target waktu yang tepat, permasalahan kerawanan pangan didaerah akan lebih mudah diurai.

“Misalnya begini, terdapat 34 provinsi, 582 kabupaten/kota itu yang rawan berapa, kita sama-sama konsentrasi dan bersatu, kita maping data yang benar, kita fokus pada data daerah rawan yang kita miliki, saya yakin bisa,” tegas dia.

Sementara, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi, mengatakan situasi ketahanan pangan di Indonesia mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan data FSVA 2015. Terdapat 177 kabupaten mengalami peningkatanan status ketahanan pangan.

“Berdasarkan hasil FSVA 2018, ada 426 kabupaten dan kota atau 82,9 % di Indonesia, yang sudah masuk katergori daerah tahan pangan, jika dibanding 2015, ada peningkatan status ketahanan pangan di 177 kabupaten” ujar Agung.

Lebih lanjut disampaikan Agung, pengentasan rawan pangan juga kemiskinan termasuk stunting harus diupayakan bersama sesuai kebutuhan di lapangan. Intervensi program diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan yang menjadi faktor penyebab kerentanan pangan.

“Sinergitas lintas sektor telah dilakukan, kita sepakat untuk bekerja bersama. Sebelum penandatanganan, proses memperkuat sinergitas telah kita lakukan dalam bentuk FGD mensinergikan program tersebut” tukasnya. (INF)

KEMENTAN JAMIN KETERSEDIAAN STOK PANGAN ASAL HEWAN JELANG HBKN

Ilustrasi

Dua bulan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yakni Natal 2019 dan juga tahun baru 2020, Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) memastikan bahwa stok pangan asal hewan yang terdiri dari daging ayam dan telur ayam ras serta daging sapi, dalam kondisi aman. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita di ruang kerjanya, Rabu, 30 Oktober 2019.

Menurutnya, berdasarkan laporan realisasi produksi secara online dari para pelaku usaha perunggasan periode Januari-Oktober 2019, potensi produksi November-Desember 2019, serta data konsumsi daging ayam ras sesuai hasil Survei Bapok (Bahan Pokok) BPS 2017 sebesar 12,13 kg/kapita/tahun, maka dapat diperkirakan bahwa kebutuhan daging ayam tahun 2019 adalah sebesar 3.251.745 Ton, sedangkan ketersediaan daging ayam adalah 3.526.991 Ton. Dalam tahun 2019 ini diperkirakan terdapat surplus produksi daging ayam sebesar 275.246 Ton, atau rata-rata surplus sebesar 22,937 Ton/bulan.

I Ketut Diarmita

“Surplus ini merupakan potensi yang bisa dikelola lebih lanjut menjadi sumber devisa melalui ekspor ataupun diolah menjadi produk olahan untuk menambah nilai jualnya”, ucapnya.

Terkait kondisi stok telur ayam ras, Ketut menjelaskan bahwa berdasarkan hasil kajian Tim Analisa dan Asistensi Supply-Demand Ditjen PKH tahun 2019 serta data konsumsi telur sesuai dengan hasil survei Bapok BPS 2017 sebesar 17,69 kg/kapita/tahun, diperkirakan ketersediaan telur ayam ras di Indonesia sebesar 4.753.382 Ton, dan angka kebutuhan sebessar 4.742.240 Ton. Hal ini berarti masih ada neraca surplus sebesar 11.143 Ton atau 929 Ton per bulan.

“Ini salah satu contoh lain, dimana surplus telur ini seharusnya kita kelola untuk meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan industri olahan telur dalam negeri”ungkapnya.

Lanjut Ketut memaparkan bahwa berdasarkan perhitungan kebutuhan dan ketersediaan untuk daging sapi, pada tahun 2019 ini kebutuhan nasional untuk daging sapi diperkirakan sekitar 686.271 Ton dengan asumsi konsumsi sebesar 2,56 kg/kapita/tahun. Adapun ketersediaan daging sapi berdasarkan produksi dalam negeri sebesar 404.590 Ton yang dihasilkan dari 2.25 juta ekor sapi yang dipotong. Berdasarkan data tersebut, masih diperlukan tambahan sebanyak 281.681 Ton yang dipenuhi melalui impor daging sapi (92 ribu Ton), daging kerbau (100 ribu Ton), dan sapi bakalan (500 ribu ekor setara 99.980 Ton daging).

Secara khusus, Ketut menjelaskan bahwa untuk bulan Oktober-Desember 2019 diperkirakan kebutuhan daging sapi adalah 168.870 Ton, sedangkan ketersediaan daging sapi lokal sebesar 99.558 Ton. Stok sisa akan dipenuhi dari stok sapi bakalan di feedlotter per 28 oktober 2019 sebanyak 216.544 ekor, stok daging sapi impor, stok daging kerbau impor, dan stok jeroan dengan total keseluruhan sebanyak 77.060,51 Ton. Hal ini berarti pada bulan Oktober-Desember 2019, terdapat surplus persediaan daging sebesar 7.748,51 Ton.

“Dengan data tersebut, saya yakin sampai akhir tahun 2019 ini, stok daging sapi kita mencukupi” tegas Ketut.

Menurut Ketut, secara umum, Indonesia sudah mandiri dalam penyediaan protein hewani dalam negeri, dimana untuk kebututuhan daging ayam dan telur ayam ras sepenuhnya merupakan produksi dalam negeri, bahkan masih ada surplus. Namun demikian, khusus untuk daging sapi, ketersediaannya masih memerlukan dukungan impor. Ketut meyakini bahwa dengan program pengembangan sapi yang dikerjakan pemerintah saat ini, swasembada daging sapi dapat tercapai pada tahun 2026.

"Kami harapkan dengan ketersediaan stok pangan asal hewan yang cukup ini, harga semestinya tetap stabil sampai akhir tahun nanti, dan konsumen bisa tenang” pungkasnya. (Rilis)

MENGAMANKAN SALURAN PENCERNAAN

Pentingnya menjaga kualitas pakan. (Sumber: Istimewa)

Ada sebuah pepatah yang berbunyi “Perut merupakan sumber segala penyakit”. Mungkin pepatah tersebut ada benarnya, bukan hanya pada manusia tetapi juga hewan.

Mengapa saluran pencernaan memegang peran yang penting? Karena hakikatnya makhluk hidup memang butuh makan. Bahkan jika diingat kembali ke masa sekolah dulu, salah satu ciri dari makhluk hidup adalah butuh makan dan minum. Makan dan minum tentunya dilakukan dalam rangka memperoleh nutrisi untuk menunjang keberlangsungan hidup.

Mempengaruhi Efisiensi
Dalam dunia perunggasan sudah dipahami bahwa pakan memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup, baik ayam maupun peternaknya. Seringkali didengar dalam seminar, kolokium dan lain sebagainya, bahwa persentase terbesar dalam bisnis perunggasan berasal dari pakan, yakni sekitar 60-70%. 

Kembali penulis mengingatkan bahwa siapa yang paling efisien dalam biaya pakan maka dialah yang akan mendapat margin terbesar. Hal tersebut juga sering ditemui dalam program-program kemitraan bisnis unggas, plasma berusaha seefisien mungkin untuk menghasilkan performa terbaik dengan pakan. 

Dari kacamata lain, juga tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan genetik ayam di masa kini sangat pesat. Jika pada masa awal perkembangannya, ayam broiler baru bisa dipanen dalam kurun waktu dua bulan, kini mereka sudah bisa dipanen dalam waktu separuhnya. Hal yang hampir serupa juga terjadi pada ayam petelur yang genetiknya sudah berkembang sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan telur yang sangat banyak dalam kurun waktu tertentu.

Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Prof Nahrowi, ketika ditemui oleh Infovet dalam suatu acara mengamini pernyataan di atas. Menurutnya, kini ayam memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, namun begitu ayam modern memiliki kekurangan.

“Perkembangan ternak ayam terutama pedaging ini sangat luar biasa, mereka boleh saja kita sebut monster, sebab pada waktu berumur sehari bobotnya masih 40-an gram lalu dalam waktu kurang dari sebulan bobotnya bisa mencapai lebih dari 1 kilogram, itu artinya naik lebih dari 20 kali lipat,” ujarnya. 

Pun begitu, Nahrowi mengakui bahwa walaupun pertumbuhannya cepat, keluhan-keluhan peternak terutama masalah penyakit kerap kali datang menyerang. “Ayam modern bisa dibilang mudah stres kalau tidak dipelihara dengan baik pasti sakit, pakannya tidak cocok juga sakit, begitupun jika kandang kondisi kurang layak ayam juga sakit, lalu mati berjamaah,” jelasnya.

Oleh karenanya perlu diterapkan manajemen yang baik dalam pemeliharannya terutama pakan. “Karena makhluk hidup itu nutrisinya dari situ, kualitas pakan juga harus terjaga, coba lihat kalau nutrisinya tidak mendukung, pasti stres ayam, gampang terkena penyakit karena itu. Belum lagi kalau pakannya terkontaminasi oleh zat yang bahaya seperti mikotoksin, tentunya akan makin parah,” ucap dia.

Nahrowi juga tidak memungkiri bahwa... (CR) Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2019.

HATN 2019 SUKSES DIGELAR DI PEKANBARU; RIAU POS TAMPILKAN LAPORAN KHUSUS

Peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) ke 9 berjalan lancar dan sukses di Pekanbaru Provinsi Riau. Rangkaian acara dimulai dengan talkshow mengenai HATN di Riau TV Sabtu 26 Oktober, dilanjutkan dengan Talkshow di RRI Minggu pagi tanggal 27 Oktober. Pada Minggu pagi juga dilakukan aksi bagi-bagi telur di area car free day Pekanbaru sebanyak 5.000 butir. Pembagian telur dilakukan oleh tim dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau beserta tim dari Riau Pos .

bagi bagi telur
Talhow di Riau TV menghadirkan narasumber Ketua Panitia Pusat HATN Ricky Bangsaratoe, Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Ir Ely Suryani,dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Dr edi Erwan, dan perwakilan FAO Drh Erry Setyawan. Di RRI talkshow juga menghadirkan narasumber tersebut kecuali Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan yang berhalangan hadir karena ada tugas ke Jakarta.

Talkshow Riau TV
Topik talkshow meliputi penjelasan mengenai apa kegiatan HATN, edukasi tentang manfaat ayam dan telur serta informasi lainnya untuk melawan hoax tentang ayam dan telur. Talkhsow dilakukan secara live.

Talkshow RRI Pro 2 Riau
Acara puncak berlangsung Minggu 27 Oktober berlokasi di depan gedung RRI Riau yang merupakan wilayah area car free day,  dimulai sejak pukul 6.00 pagi dengan acara senam pagi bersama. Acara tersebut dihadiri oleh Plt kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Ir. Ely Suryani MS beserta para kepala Bidang, Ketua ASOHI Bidang Antar lembaga Drh, Andi Wijanarko, Perwakilan FAO drh. Erry Setyawan, Ketua Panitia HATN Pusat yang juga Ketua Bidang Promosi dan Usaha Pinsar Indonesia Ricky Bangsaratoe, sejumlah tamu undangan serta para warga kota yang sedang melakukan aksi jalan sehat.

Makan telur bersama di car free day dipimpian oleh Plt Kadis PKH Riau
Acara aksi bagi-bagi telur dan leaflet edukasi gizi ayam dan telur kepada warga Kota Pekanbaru yang sedang berolahraga jalan kaki, senam, naik sepeda disambut antusias oleh warga kota. Sebagian warga menyatakan baru tahu ada Hari Ayam dan Telur Nasional.

Seminar Nasional Gizi, Biosekuriti, Perunggasan

Erry Setyawan (FAO), Alfred Kompudu (FAO) beserta moderator
Senin, 28 Oktober 2019 bertepatan dengan  Hari Sumpah pemuda, acara HATN masih berlanjut dengan kegiatan seminar Nasional tentang Gizi Protein, Biosekuriti dan Perunggasan. Acara dibuka oleh asisten2 Sekda Provinsi Riau Andi, menghadirkan 3 pembicara yaitu Erry Setyawan (FAO) , Alfred Kompudu (FAO) dan Bambang Suharno (Infovet/wakil ketua panitia pusat HATN).

Acara makan telur bersama dipimpin oleh asisten 2 sekda (no 7) dan Plt Kadis PKH Ely Suryani (no 6)
Acara seminar dihadiri oleh perwakilan ibu-ibu PKK, mahasiswa Pertanian, peternakan dan Mahasiswa Ilmu Gizi UIN SUSKA, para peternak dan perwakilan dari perusahaan peternakan antara lain Charoen Pokphand Indonesia, Japfa Comfeed Indonesia (Ciomas dan Indojaya), Cheil Jedang, Malindo dan lain-lain.

Erry menyampaikan topik tentang Biosekuriti, sedangkan Alfred Kompudu menjelaskan mengenai manfaat ayam  dan telur untuk kesehatan dan kecerdasan, dan Bambang Suharno menyampaikan materi mengenai peluang dan tantangan agribisnis perunggasan di Indonesia

Pemberitaan Riau Pos

Riau Pos 29 Okt
Riau Pos Memberitakan acara ini dengan porsi khusus. Menurut Direktur Riau Pos dan Riau TV Ahmad dardiri, informasi mengenai manfaat ayam dan telur bagi masyarakat Riau sangat penting, jadi Riau Pos ingin berkontribusi dalam memberikan informasi mengenai pentingnya ayam dan telur bagi masyarakat sebagai sumber protein hewani yang berkualitas dan terjangkau harganya.

Liputan tentang HATN mulai tampal sejak Tim HATN Pusat mengadakan diskusi dengan Dinas PKH dan peternak awal tahun 2019 serta berturut-turut sebelum acara dan pasca acara berlangsung.

Tanggal 26 Oktober, Riau Pos memberitakan tentang rencana aksi bagi bagi telur gratis di hari Minggu 27 Oktober. Tanggal 28 Oktober Roau Pos menampilkan 1 halaman penuh berisi foto-foto dan berita kegiatan HATN. Sedangkan tanggal 29 Oktober menampilkan berita seminar setengah halaman. Selain berita cetak, Riau Pos juge memberitakan kegiatan HATN di Riau pos versi online.



FAPET UB HELAT ANIMAL PRODUCTION INTERNATIONAL SEMINAR

Para peneliti bergambar bersama dalam acara 4th Animal Production International Seminar. (Foto: Dok. UB)

Bertempat di Ijen Suites Ballroom and Resort, Malang pada 23-27 Oktober 2019 pekan silam, Animal Production International Seminar (APIS) adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Brawijaya (UB) setiap tiga tahun sekali.

Ketua Pelaksana Dr Ir Eko Widodo, MAgr Sc menyampaikan, acara ini bertujuan mewadahi hasil-hasil penelitian di bidang produksi ternak, juga untuk membuka jalinan kerjasama dengan institusi dari dalam maupun luar negeri, sekaligus mempromosikan UB khususnya Fapet ke kancah internasional.

Tahun 2019 adalah kali keempat perhelatan APIS, dimana kali ini Infovet menjadi media partner acara yang bertajuk “Strengthening Research and Networking for Sustainable Animal Production in the Era of Revolution Industry 4.0”.

Dihadiri oleh 146 peserta yang berasal dari Malaysia, Thailand, Taiwan, Filipina, India, Jepang, Sudan, Denmark dan Indonesia, acara diawali oleh empat keynote speaker yang terdiri dari Prof Pornthep Anussotnnitisarn, PhD (Kasetsart University, Thailand), Prof Shinichi Yonekura (Shinshu University, Japan), Rasmus Heller PhD (University of Copenhagen, Denmark) dan Prof Bambang Purwantara (IPB University).

Diawali kegiatan dalam dua hari pertama berupa presentasi di kelas paralel berdasarkan kategori penelitian masing-masing yang meliputi animal production, animal nutrition, animal reproduction and breeding dan animal product technology. Serta gelaran poster penelitian di ballroom hall. Dua hari berikutnya diisi dengan fieldtrip ke Gunung Bromo untuk memperkenalkan Kota Malang sekaligus menjalin kedekatan antar peneliti.

Acara yang dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Aulani’am, diakhiri pada hari kelima acara dengan pengumuman penerima penghargaan kategori Best Oral Presenter dan Best Poster yang masing-masing dimenangkan oleh Nur Wulan Purnama dari Fapet UB dan Ari Sulistyo Wulandari dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Keseluruhan acara kemudian ditutup oleh Prof Suyadi selaku Dekan Fapet UB. (INF)

ONE HEALTH CONFERENCE : PENDALAMAN KONSEP BARU MENANGGULANGI PENYAKIT INFEKSIUS

One Health Conference digelar di Bogor Senin (28/10) (Foto : CR)

Maraknya isu mengenai resistansi antimikroba kembali menjadi pembicaraan di Indonesia. Meningkatknya kekebalan mikroba, membuat manusia harus berpikir keras dalam mengatasinya. Oleh karena itu dibutuhkan upaya kolaborasi antar disiplin ilmu yang bekerja secara lokal, nasional dan global untuk mengatasi permasalahan tersebut. Target akhirnya, tentu saja mencapai kesehatan yang optimal bagi manusia, hewan dan lingkungan. Konsep ini dikenal dengan One health.

"Sekarang sudah saatnya bermitra dengan alam (partnership with nature). Banyak mikroorganisme yang berkembang pesat dan melintasi serta berpengaruh pada banyak sektor, misalnya kesehatan hewan, kesehatan manusia bahkan kesehatan tanah (lingkungan). Perkembangannya sendiri bisa dihambat dengan mengekstrak DNA nya," tutur mantan Menteri Pertanian yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof Bungaran Saragih seraya membuka acara One Health Conference di Bogor, Senin (28/10) yang lalu.

Karena itu, perlu ada konsep serta terobosan dalam sains dan teknologi yang memadukan berbagai disiplin ilmu untuk bisa mencegah sakit atau menyehatkan lingkungan berupa hewan, manusia bahkan tanah."Disinilah kita sepakat untuk mengubah paradigma bagaimana mencegah (prevent) supaya sakit tidak terjadi, maka perlu lingkungan, ternak dan masyarakat yang sehat," tambah Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof. drh. Bambang Poerwantara. 

Sehingga muncul konsep One Health yang menjadi bentuk kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu dan berdasarkan interaksi antara manusia, hewan dan lingkungan. "Contohnya bagaimana praktisi perunggasan yang tengah berusaha untuk mengurangi penggunaan antibiotik dalam praktik budidaya unggas," tutur Prof. drh. Bambang.

Karena itu, One Health Conference yang digelar Senin (28/10) kali ini diharapkan mampu memberikan langkah strategis untuk implementasi di lapangan. "Kita mengundang keynote speaker dari Italia dan Belanda. Ada Prof Stefano Mazzoleni dan timnya dari University of Naples, Italia, yang telah menemukan The No Self Principle, postulat tersebut simple-nya diartikan pertumbuhan organisme apapun dapat dihambat oleh DNA organisme itu sendiri, atau kita melawan mikroorganisme pathogen dengan bagian dari si mikroorganisme tadi," tutur Prof. drh. Bambang.

Penemuan dari Prof. Stefano pun memiliki potensi sebagai pengganti antibiotik yang merugikan di masa mendatang, terutama antibiotik yang dicampur dengan pakan hewan. "Penemuan-penemuan terbaru ini juga memiliki potensi untuk mengurangi penggunaan pestisida dan fungisida secara signifikan sehingga membantu sektor pertanian Indonesia menjadi “hijau”," tambahnya.

Dalam paparannya, Prof. Stefano sendiri mencontohkan penggunaan The No Self Principle untuk penanggulangan penyakit coccidiosis. "Kami sedang mengembangkan ini untuk ternak, sebagai contoh kami mengambil beberapa bagian DNA dari coccidia, dan lalu kami sisipkan kepada bahan baku pakan, setelah itu kami berikan kepada ayam, lalu seperti yang kami harapkan, hasilnya cukup baik dan sedang kami ujicobakan lebih lanjut, yang jelas ini memang teknologi yang benar - benar baru di bidang science, termasuk di Eropa, " tutur Prof. Stefano.

Hampir mirip dengan konsep vaksin dimana mikroorganisme pathogen dilemahkan dan kemudian diberikan kepada inangnya yang bertujuan untuk mencegah penyakit tersebut. Hal lain yang Prof. Stefano tuturkan adalah bahwa konsep ini tidak hanya dapat dilakukan pada hewan, tetapi juga pada tumbuhan, bahkan manusia. "Untuk manusia mungkin kami akan mencoba menggunakan sel kanker untuk digunakan melawan sel kanker lain, doakan saja penelitian ini berjalan lancar dan nantinya hasilnya akan kita nikmati bersama untuk kepentingan manusia di seluruh dunia," tutup Prof Stefano. (CR)






MENTAN SYL DUKUNG PEMBIBITAN AYAM KAMPUNG

Mentan SYL saat mengunjungi pembibitan ayam kampung di Unismu, Makassar. (Foto: Humas Pertanian)

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, untuk mengembangkan pembibitan ayam kampung dan menghasilkan bibit/day old chick (DOC) untuk melepas ketergantungan pasokan DOC dari Pulau Jawa.

“Saya berharap nantinya ada industri pembibitan ayam kampung di Makassar, sehingga tidak tergantung dari Pulau Jawa yang dapat mengakibatkan biaya menjadi mahal karena distribusi,” kata SYL melalui siaran persnya saat kunjungan kerja di Balai Diklat Universitas Muhammadiyah (Unismu), Makassar, Sabtu (26/10).

Dalam kunjungannya, Mentan SYL didampingi oleh para pejabat eselon I, salah satunya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, yang diimbau secara khusus untuk memastikan bidang peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia dalam kondisi aman. 

Sebegai informasi, agribisnis peternakan ayam kampung dan industri pakan ternak yang dikembangkan di Unismu ditujukan untuk mendidik dan melatih para peternak, serta mengembangkan sektor agribisnis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Kegiatan agribisnis ini berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.

Pada tahun ini ditargetkan produksi DOC ayam kampung mencapai 2 juta ekor dan ayam siap potong sebanyak 2,4 juta ekor per tahun. Tahun berikutnya ditargetkan bisa meningkat 100% hingga 8,8 juta ekor per tahun.

Saat ini peternakan ayam kampung milik Unismu memproduksi DOC dan daging ayam segar dengan kapasitas 100.000 ekor. Selain itu, Unismu juga mengembangkan produksi jagung industri sebanyak 3.200 ton per tahun, budidaya jagung 20.000 hektare per musim tanam atau 240.000 ton per tahun (asumsi panen 2x setahun). Untuk saat ini pemasaran komoditas tersebut masih difokuskan untuk kebutuhan dalam negeri. (INF)

IMBAUAN PEMKAB TOBA TERKAIT AFRICAN SWINE FEVER

Salah satu gejala penyakit ASF yaitu ternak babi kehilangan nafsu makan (Foto: scmp.com)


Pemerintah Kabupaten Toba Samosir melalui Kepala Dinas Ketahanan Pangan Toba, Darwin P Sianipar SPt, MSi, Jumat (25/10/2019) mengeluarkan imbauan terkait penyakit babi ASF (African Swine Fever) yang sedang mewabah.

Imbauan diantaranya menerangkan penyakit ASF adalah penyakit menular dan mematikan pada ternak babi yang disebabkan oleh virus African swine fever.

ASF awalnya dibawa dari Afrika Timur ke Georgia oleh produk babi yang terkontaminasi seperti sosis dan bakso hingga menyebar sampai ke Jepang, bahkan di Jepang telah disita sebungkus sosis dari seorang pelancong dari Cina.

Adapun gejala penyakit ASF ini mirip dengan gejala penyakit hog cholera antara lain demam dengan suhu tinggi (>41°C) pada ternak babi kemudian kehilangan nafsu makan, ternak babi muntah-muntah dan sulit bernafas.

Gejala lainnya yatu ternak babi diare dan mengalami kelumpuhan atau sulit berjalan lalu timbul bintik-bintik merah disekitar paha, perut dan leher ternak babi.

Jika menemukan gejala tersebut segera melapor kepada ke Kantor Kepala Desa, Kantor Camat, Penyuluh Pertanian Kecamatan dan ke Dinas Pertanian Kabupaten Toba Samosir.

Selanjutnya warga diimbau beberapa hal yaitu menghindari mengonsumsi makanan olahan daging babi yang bercampur darah dan bagian dalam dari ternak babi seperti sangsang, panggang dan tanggo-tanggo.

Disebutkan juga daging babi yang tersedia dalam menu pesta adat maupun dikonsumsi keluarga, jika harus memakannya dianjurkan agar memasak daging tersebut dengan suhu minimal 100°C atau memasaknya selama 30 menit.

Ini disebabkan karena virus ASF dapat bertahan hidup beberapa bulan dalam daging olahan dan beberapa tahun dalam daging babi beku.

Selanjutnya menghindari makanan atau produk olahan daging babi yang diimpor seperti sosis, meat ball, meat slice dan produk kaleng lainnya.

Waspada ketika membeli daging babi dipasar tradisional. Jika tidak meyakinkan jangan dibeli dan apabila harus dibeli maka daging tersebut dimasak selama 30 menit dalam suhu 100°C.

Menyemprot kandang hingga 100 meter sekitar kandang minimal setiap dua kali seminggu dengan desinfektan (pembasmi hama), dan dapat juga menggunakan air deterjen.

Selain itu, Ikut serta memantau keluar masuknya ternak babi ke Kabupaten Toba Samosir. 

Jika ditemukan ada yang membawa ternak babi memiliki gejala ASF untuk segera melaporkan ke Kantor Kepala Desa, Kantor Camat, Penyuluh Pertanian Kecamatan dan ke Dinas Pertanian Kabupaten Toba Samosir. (Rilis/INF)

UMKM INDONESIA DIDOMINASI SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN


 
Ilustrasi sektor peternakan (Foto: Pinterest) 

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia masih didominasi sektor pertanian dan peternakan. Sementara, UMKM non-pertanian didominasi oleh Perdagangan Besar dan Eceran. Hal ini dikemukakan Ekonom Indonesia serta Sekretaris Komite Ekonomi Nasional, Dr Aviliani dalam sesi seminar menyemarakkan HUT-40 Asosiasi Obat Hewan Indonesia, Jumat (25/10/2019).

Industri makanan memegang peranan penting dimana menyumbang 35% dari total PDB industri non migas. 

Dr Aviliani menjadi narasumber seminar memeriahkan HUT-40 ASOHI (Foto: Infovet)

Lebih lanjut, Aviliani menyebutkan pada tahun 2018, industri makanan minuman tumbuh 7,9% dimana pada tahun 2017 tumbuh 9,2%. Perlambatan disebabkan anjloknya harga sawit di pasar internasional yang menyebabkan menurunnya nilai ekspor industri makanan dan minuman. Penurunan nilai ekspor mencapai 6% di 2018. Padahal, di 2017, nilai ekspor mencapai 20,75%.

Menurut Aviliani, tantangan pertanian dan peternakan meredam inflasi komponen bergejolak (volatile food) salah satunya pemerintah membentuk Badan Pangan Nasional dibawah koordinasi Presiden RI.

“Nantinya Badan Pangan ini diharapkan mampu meredam gejolak seperti kenaikan harga daging sapi maupun mengatasi persoalan kartel pangan,” terang Aviliani dihadapan 200 tamu undangan yang memenuhi ballroom IPB International Convention Center. 

Aviliani menambahkan beberapa masukan dalam upaya mendorong industri peternakan Indonesia. Antara lain pemerintah perlu mendorong industri peternakan melalui insentif fiskal serta kemudahan dalam izin usaha.

Selain itu, pemerintah perlu untuk meningkatkan kolaborasi industri hulu dan hilir di bidang peternakan dimana nantinya hasil ternak UMKM dapat terserap industri.

“Dalam penerbitan regulasi, pemerintah harus berdiskusi dengan asosiasi. Sehingga, dapat menciptakan regulasi yang mendorong industri secara positif,” pungkasnya. (NDV)


SEMARAK ULANG TAHUN ASOHI KE-40: LAUNCHING BUKU HINGGA CEO AWARD



Foto bersama tamu undangan ASOHI CEO Forum (Foto: Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) merayakan hari ulang tahun ke-40, Jumat 25 Oktober 2019. Momen perayaan hari jadinya, ASOHI menggelar acara CEO Forum setelah sehari sebelumnya Kamis (24/10), menyelenggarakan Rakornas.

Tahun ini merupakan tahun kedua diselenggarakan ASOHI CEO Forum dimana dihadiri para pimpinan perusahaan, stakeholder peternakan, akademisi, pengurus asosiasi perunggasan/peternakan, dan tamu undangan dari instansi pemerintah.

Penyelenggaraan ASOHI CEO Forum kali ini dikemas secara istimewa dengan bersamaan dilaunching-nya buku “40 Tahun ASOHI: Peran dan Tantangan Menuju Indonesia Maju”. Selain itu, diperdengarkan pertama kalinya “Mars ASOHI” yang liriknya diciptakan oleh Dr Drh Sofjan Sudardjat D MS serta aransemen musik oleh Drh Dedy Kusmanagandhi MBA.

Momen launching buku "40 Tahun ASOHI"

Mengusung tema "Peran dan Tantangan Menuju Indonesia Maju", ASOHI CEO Forum dibuka dengan kata sambutan dari Ketua Panitia Drh Forlin Tinora disusul sambutan Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari.

“Semoga ASOHI CEO Forum menjadi agenda rutin yang diadakan setiap tahunnya, serta membawa manfaat bagi industri di bidang obat hewan dan peternakan,” tutur Irawati di hadapan 200 tamu undangan yang memenuhi ballroom IPB International Convention Center, Bogor.

Acara spesial menyemarakkan 40 tahun ASOHI ini diisi seminar dengan mengundang pembicara Ekonom Indonesia yang menjabat sebagai Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Dr Aviliani SE MSi.

Dilanjutkan dengan pemutaran video berisi ucapan “Selamat Ulang Tahun” dari relasi-relasi ASOHI. Puncak acara, dilakukan pemotongan tumpeng serta pemberian penghargaan “The Best CEO" untuk tiga pimpinan perusahaan.

Penerima award tersebut yaitu Drh Gowinda Sibit (PT Tekad Mandiri Citra). Drh Irawati Fari (PT Novindo Agritech Hutama), dan Drh Edy Purwoko (Ceva Animal Health Indonesia). Selamat ulang tahun yang ke-40. ASOHI Berjaya! (NDV)          

SERTIJAB MENTERI PERTANIAN, AMRAN: SYAHRUL TEGAS, DISIPLIN DAN PEKERJA KERAS

Serah Terima Jabatan Menteri Pertanian yang dilakukan Jumat pagi, (25/10/2019), di Gedung Auditorium Kementerian Pertanian. (Foto: Infovet/Ridwan)

Serah Terima Jabatan (Sertijab) Menteri Pertanian (Mentan) dari Andi Amran Sulaiman kepada Syahrul Yasin Limpo resmi dilakukan di Gedung Auditorium Kementerian Pertanian (Kementan), Jumat (25/10/2019).

Dalam acara Sertijab, Amran menegaskan, kehadiran Syahrul menjadi Menteri Pertanian baru periode 2019-2024 diyakini akan membawa Kementerian Pertanian menjadi lebih baik. “Kita sering berdiskusi, beliau itu sudah menjadi kakak saya. Saya yakin Kak Syahrul akan membawa pertanian menjadi jauh lebih baik lagi. Beliau tegas, disiplin dan pekerja keras,” tegas Amran.

Ia pun meminta seluruh jajaran di Kementan memberi dukungan penuh terhadap Syahrul dalam lima tahun ke depan. “Saya minta beri dukungan penuh. Kami juga siap kapan saja dipanggil untuk membantu Kementerian Pertanian,” ucap dia.

Pada kesempatan tersebut, Mentan Syahrul, mengapresiasi kerja keras yang telah dilakukan Amran beserta jajarannya selama lima tahun kemarin. “Saya hanya menyambung apa yang sudah dilakukan. Keberhasilan yang sudah dicapai itu suksesnya dari bawah. Semoga ke depan kita bisa kerja sama-sama dan bekerja secara cepat,” kata Syahrul.

Di awal masa kepemimpinannya, dalam waktu dekat Syahrul akan berupaya memperbaiki data pertanian yang selama ini masih berpolemik. “Dalam tiga sampai empat bulan ke depan data pertanian ini harus sudah selesai, harus ada pertanggung jawaban ke Pak Presiden,” jelasnya.

Untuk itu, ia pun meminta jajarannya bekerja dengan penuh tanggung jawab dan disiplin. “Untuk para pejabat struktural di Kementerian Pertanian, saya butuh leadership yang smart dan disiplin, agar kita bisa membangun kerjasama yang kuat dan berprestasi,” tandasnya. (RBS)

Ketua Umum ASOHI Lantik 8 Pengurus ASOHI Daerah di Rakornas

Drh Irawati (tengah) bersama pengurus ASOHI daerah yang dilantik di Rakornas
Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari melantik 8 kepengurusan ASOHI Daerah dalam acara Rakornas ASOHI yang berlangsung di IICC Botani Square Bogor, Kamis 24 Oktober 2019.

Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) merupakan agenda ASOHI untuk membahas berbagai masalah yang dihadapi ASOHI di berbagai daerah.

Saat ini ASOHI memiliki 17 ASOHI Daerah yang lokasinya di sentra usaha peternakan di wilayah Indonesia. Dari 17 daerah tersebut hanya 1 daerah yang berhalangan hadir dalam Rakornas, yaitu ASOHI Kaltim.

Drh Erwin Heriyanto 
Ketua Panitia Rakornas Drh Erwin Heriyanto mengatakan, sebelum Rakornas, dalam beberapa bulan ini ada 9 ASOHI Daerah yang baru saja menyelenggarakan Musda, yaitu: ASOHI Jawa Tengah, DIY, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan

Dari 9 ASOHI Daerah yang sudah menjalankan MUSDA tersebut, yang sudah dilantik adalah ASOHI Jawa Tengah dan ASOHI DIY. Sehingga dalam Rakornas kali ini, sekaligus dilaksanakan Pelantikan untuk 7 ASOHI Daerah ditambah ASOHI Sulsel yang belum sempat dilantik.

"Kami mengucapkan selamat kepada para pengurus ASOHI Daerah yang telah menyelenggarakan Musda semoga hasil Musda dapat ditindaklanjuti dengan baik," ujar Erwin saat menyampaikan sambutan.

Erwin menambahkan, selain Pelantikan pengurus ASOHI Daerah, Rakornas kali ini diisi dengan beberapa agenda, antara lain, Laporan pengurus ASOHI Daerah, Sosialisasi tentang Izin usaha dan peraturan lainnya, Sosialisasi Database ASOHI, Diskusi tentang keuangan dan keorganisasian ASOHI Daerah, Pengarahan Ketua Umum serta pembekalan dari Ketua Dewan Penasehat ASOHI Gani Haryanto.

Rakornas berlangsung hingga 25 okt 2019 dan dilanjutkan dengan acara CEO Forum dan Ultah ASOHI yang ke 40.***

SYAHRUL YASIN LIMPO AKAN SELESAIKAN DATA PERTANIAN DALAM 100 HARI KERJA

Syahrul Yasin Limpo (Foto: Dok. Kementan)



Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Maju, Syahrul Yasin Limpo menargetkan dalam 100 hari kerja akan memetakan data pertanian. Dengan adanya pemetaan ini, data pertanian menjadi lebih jelas.

“Jadi selama 1-3 bulan kedepan, saya akan menyelesaikan dahulu masalah pendataan. Dengan adanya data yang jelas, dapat diketahui gambaran pertanian setiap daerah. Data ini menjadi milik Kementerian Pertanian yang harus disepakati oleh semuanya. Tidak boleh kementerian lain punya data pertanian," tuturnya saat jumpa pers.

Syahrul menilai, data menjadi penting karena menyangkut kondisi pertanian saat ini. Apalagi ketahanan suatu negara ini ditentukan ketahanan pangan. Jika ketahanan pangan baik, maka negara tersebut keamananya terjamin. “Indonesia ini kelebihannya ada pada pertanian karena menjadi soko guru. Jadi ketahanan pangan harus diwujudkan,” tegasnya.

Karena itu, mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini meminta agar semua pihak dapat bekerja secara fokus dan maksimal.

“Keberhasilan ini datangnya bukan dari saya sebagai Menteri Pertanian, melainkan datang dari bawah lalu berakumulasi ke atas. Makanya kita harus bekerjasama untuk menyediakan pangan bagi 367 juta penduduk Indonesia," katanya.

Dari Lurah menjadi Gubernur

Dalam konferensi pers, Syahrul menceritakan karirnya di pemerintahan. Dimulai saat menjabat menjadi lurah, bahkan kelurahannya mendapatkan predikat kelurahan terbaik se-Sulawesi Selatan.

Keberhasilan menjadi lurah membawanya diangkat menjadi camat. Bahkan ia mendapat penghargaan sebagai camat teladan se-Indonesia. “Pada saat menjadi camat, saya adalah satu-satunya camat yang mendampingi Presiden RI, Soeharto saat mengunjungi Sulawesi Selatan," ungkap Syahrul bangga.

Setelah menjadi camat, karir Syahrul berlanjut. Ia terpilih menjadi Bupati Gowa selama 2 periode (1994-2002). Tak berhenti sampai disitu, Syahrul maju menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Selatan mendampingi Amin Syam.

Namun pada Pilkada 2007-2013, Syahrul maju mencalonkan menjadi Gubernur berpasangan dengan Agus Arifin Nu'mang (saat itu menjabat sebagai Ketua DPRD Sulsel). Pasangan yang dikenal dengan sebutan ‘Sayang’ ini memenangkan pertarungan dengan petahana Amin Syam. Pada periode berikutnya (2013-2018), Syahrul kembali tepilih menjadi Gubernur Sulawesi Selatan.

Pada era Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul mendapatkan Bintang Maha Putera Utama bidang Pertanian karena dinilai mampu memenuhi pangan untuk 17 provinsi.(Rilis)

BPPT KAJI KOMERSIALISASI USAHA INTEGRASI SAPI-SAWIT

Foto bersama dalam kegiatan ICOP 2019. (Foto: Infovet/Sadarman)

Bertempat di Ballroom Hotel JS Juwansa Jakarta (23/10), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Indonesia Australia Patnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector menyelenggarakan konferensi Integrated Cattle and Oil-Palm Production (ICOP) 2019.

Acara yang dihadiri oleh berbagai kalangan ini bertujuan untuk mengkaji hasil penelitian dan pengalaman dari akademisi dan pelaku industri dalam upaya melakukan integrasi produksi sapi dan kelapa sawit yang menguntungkan.

Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB), Dr Ir Soni Solistia Wirawan, dalam laporannya menyebutkan bahwa sampai dengan 2018, sekitar 40% dari total konsumsi domestik daging sapi di Indonesia masih mengandalkan impor.

Sebab, tantangan utama peningkatan populasi sapi di Indonesia adalah rendahnya investasi pembiakan sapi dalam negeri yang masih dianggap berbiaya besar dan kurang menguntungkan. Sehingga, upaya kerjasama dalam pembiakan sapi dengan memanfaatkan beragam lahan diharapkan dapat menurunkan nilai impor ke depannya.

Sedangkan menurut Kepala BPPT, Dr Ir Hammam Riza, saat ini pihaknya tengah mengkaji potensi pemanfaatan lahan perkebunan sawit untuk berintegrasi dengan peternak sapi, khususnya peternak rakyat.

“Konferensi ini dimaksudkan untuk menyampaikan hasil kajian BPPT selama lima tahun terakhir mengenai integrasi sapi-sawit oleh peternak rakyat di Pelalawan, Provinsi Riau, serta hasil uji coba Partnership selama tiga tahun melaksanakan integrasi sapi-sawit bersama empat perkebunan sawit di empat provinsi di Indonesia,” ujar Hammam.

Sementara Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal BKPM, Wisnu Wijaya Soedibjo, selaku Co-chair Indonesia Australia Partnership on Food Security in the Read Meat and Cattle Sector menyatakan, pihaknya melalui salah satu program Partnership telah mengujicoba integrasi sapi-sawit sejak 2016.

“Peningkatan populasi sapi di Indonesia dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang sudah ada, baik lahan bekas tambang atau perkebunan sawit yang jumlahnya mendekati 15 hektare,” ungkap Wisnu.

Dalam program Partnership, kerjasama tersebut mendorong upaya peningkatan produktivitas dan pembiakan sapi secara komersial, serta keberlanjutan usaha dan daya saing di sektor daging merah.

Sebagai informasi, ICOP 2019 merupakan forum pertama di Indonesia yang fokus mendiskusikan peluang dan tantangan integrasi sapi-sawit. Forum yang menyediakan platform bagi para akademisi dan pelaku industri peternakan ini, dapat dimanfaatkan untuk ajang pertukaran pengalaman, kolaborasi dan memberikan informasi terkini terkait inovasi dalam praktik integrasi sapi-sawit.

Dalam forum ini, BPPT dan Partnership juga meluncurkan inovasi-inovasi berbasis teknologi di sektor pembiakan sapi, seperti SI PINTER untuk pencatatan dan identifikasi ternak dengan perekaman RFID dan GPS tracker untuk memantau ternak dengan tepat dan cepat. Sedangkan Partnership melalui program Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding (IACCB) meluncurkan beberapa perangkat yang dapat digunakan oleh peternak rakyat maupun industri skala besar dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha. Inovasi dimaksud adalah CALFIN, yakni spreadsheet untuk mendukung investor dan pelaku usaha pembiakan sapi dalam membuat keputusan investasi. Lalu ada CALPROS, spreadsheet bagi peternak kecil untuk memantau kegiatan operasional dan produktivitas sapi indukan beserta keturunannya. Dan CALPROF, software manajemen ternak untuk pelaku usaha pembiakan sapi yang lebih besar untuk mendukung kegiatan operasional pemeliharaan ternak sapi sehari-hari, terutama pembiakan, penggemukan dan pengolahan pakan.

ICOP 2019 dihadiri oleh sekitar 200 orang peserta dari kalangan akademisi dan pelaku industri pembiakan sapi dan kelapa sawit. Acara ini juga melibatkan lebih dari 20 orang pembicara dan pengkaji makalah, termasuk pelaku integrasi sapi-sawit mancanegara, yakni dari Malaysia dan Papua New Guinea. Selain itu, ICOP 2019 juga mengundang inovator dan penyedia layanan termutakhir di bidang peternakan maupun intergrasi sapi-sawit, seperti SMARTernak, Nutrifeed dan Gallagher. (Sadarman)

PERAYAAN 20 TAHUN ANNIVERSARY CEVA SANTE ANIMALE

Ceva Animal Health Indonesia turut merayakan 20 tahun anniversary Ceva Sante Animale. (Foto: Istimewa)


Ceva Sante Animale merayakan anniversary-nya yang ke-20 tahun pada 15 Oktober 2019. Berdiri pada tanggal 15 Oktober 1999, Ceva kini menjadi perusahaan kesehatan hewan nomor lima di dunia. Hal tersebut membuktikan langkah yang luar biasa selama dua puluh tahun terakhir.

Dengan menggunakan topi baret “made in France”, perayaan anniversary ini berjalan dengan suasana kekeluargaan yang hangat dan ramah. Di kantor pusat, perayaan dilakukan bersama CEO Ceva, Marc Prikazsky. Terdapat hiburan, permainan di luar ruangan, dan suasana musik bersama grup C Bémol, ditemani karyawan yang berada di Libourne sepanjang hari. #OneCeva #AnimalHealth

Perayaan 20 tahun anniversary Ceva Sante Animale di seluruh penjuru dunia. (Foto: Istimewa)

Misi Ceva akan jauh lebih dari sekadar melindungi hewan/ternak, manusia, lingkungan sekitar yaitu Ceva memperkuat misi untuk melindungi bumi, populasi, populasi manusia, populasi hewan, keanekaragaman hayati yang sangat penting untuk masa depan.

Subsidary Ceva di Indonesia, Ceva Animal Health Indonesia juga turut merayakan momentum ini dengan perayaan sederhana yang dilakukan di empat cabang yaitu Medan, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta. (Rilis) 

RESMI DILANTIK, MENTERI PERTANIAN SYAHRUL YASIN LIMPO TIBA DI KANTORNYA

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (jas hitam), didampingi para Pejabat Eselon I Kementan dikantornya. (Foto: Infovet/Ridwan)

Setelah dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Rabu (23/10/2019), Menteri Pertanian (Mentan) baru periode 2019-2024, Syahrul Yasin Limpo, langsung mengunjungi kantor Kementerian Pertanian (Kementan), yang beralamat di Jl. Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan.


Dari pantauan Infovet, Mentan Syahrul yang tiba sekitar pukul 14:00 WIB mengenakan setelan jas berwarna hitam, langsung disambut oleh para Pejabat Eselon I Kementan. Terlihat dalam sambutan tersebut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita.

Setelah sambutan, Mentan beserta jajarannya langsung memasuki ruang rapat yang dilanjutkan dengan menunaikan ibadah shalat Dzuhur. Seusai ibadah, Mentan Syahrul langsung menemui awak media yang sudah sejak sebelum kedatangannya menunggu di Gedung F Kementan.

Dalam konferensi persnya, Syahrul menyampaikan kebahagiaannya dilantik menjadi Menteri Pertanian. “Saya merasa bahagai, merasa tenang, hari ini sudah bisa menginjak kantor, dimana Bapak Presiden dan Negara meletakkan amanah kepada saya. Bagi saya amanah ini adalah sebuah kepercayaan yang tidak boleh disia-siakan,” ujar Mentan Syahrul didampingi Sekjend Kementan dan seluruh Pejabat Eselon I Kementan.

Syahrul yang juga mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini mengaku sudah terbiasa mengemban jabatan sebagai pemimpin. “Saya pernah mendapat Bintang Mahaputera Utama dari Negara di bidang pertanian pada saat memberi makan 17 provinsi pada zaman Presiden SBY. Hari ini saya hadir di sini (Kementan) sekaligus meminta izin menjadi pimpinan dan saya yakin hati kita bisa kerja sama-sama. Ini menjadi bagian dari ibadah, karena tidak ada kelelahan yang tak terbayar dengan prestasi,” katanya.

Mengambil tugas sebagai Menteri Pertanian, Syahrul langsung meminta jajarannya untuk membuat pemetaan sektor pertanian. “Saya sudah bilang kepada Pak Sekjend hari ini saya mau dibuatkan pemetaan apa saja, laporkan apa yang harus saya tangani. Kemudian dalam 100 hari ini pemetaan data yang ada dari seluruh Indonesia harus menjadi satu data pertanian yang disepakati seluruhnya. Tidak boleh ada kementerian lain punya data mengenai pertanian, cuma ada satu data. Saya akan meminta presiden mempertegas itu sehingga data kita jelas,” tegasnya.

Karena menurutnya, dengan ketahanan pangan yang baik akan membuat ketahanan suatu negara menjadi baik pula. “Indonesia punya kelebihan yang sangat besar di sektor pertanian, itu menjadi soko guru bagi negara ini, dan itu hanya bisa dilakukan apabila kehadiran negara, aparat dan unit kerja departemental bekerjasama secara fokus dan maksimal. Karena ada 367 juta jiwa yang harus kita jamin pangannya tersedia dengan baik,” tandasnya.

Profil Mentan
Syahrul Yasin Limpo, merupakan pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 16 Maret 1955. Ia menjabat Menteri Pertanian ke-28 sejak 23 Oktober 2019, di Kabinet Indonesia Maju Periode 2019-2024 menggantikan Andi Amran Sulaiman.

Syahrul  memulai karier di lingkungan pemerintahan ketika dia diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada 1980. Jabatan penting yang pernah dia pegang antara lain Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa (1991), maupun Kepala Biro Humas Setwilda Tingkat I (1993).


Syahrul Yasin Limpo. (Foto: Infovet/Ridwan)

Syahrul yang merupakan lulusan S3 Universitas Hasanuddin ini meniti kariernya politiknya menjadi kader partai Golkar dan dipercaya sebagai Bupati di Kabupaten Gowa (1994-2002). Kemudian Syahrul naik menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (2003-2008), sebelum akhirnya memenangkan pertarungan dalam Pilkada Sulsel pada 2007 dan 2013. Syahrul menjabat sebagai Gubernur Sulsel selama dua periode berturut-turut (2008-2018). Dan sejak 2018, Syahrul berpindah dari partai Golkar ke Nasdem. (RBS)

REUNI AKBAR IKATAN KELUARGA ALUMNI PETERNAKAN UNILA

IKA Peternakan Universitas Lampung dalam Reuni Akbar (Foto: Dok. IKA Peternakan Unila)


Reuni Akbar dan Dies Natalies ke-29 digelar mahasiswa Jurusan Peternakan dan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Peternakan Universitas Lampung (Unila). Kegiatan tersebut bertempat di Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, kompleks Unila, Bandar Lampung, 19-20 Oktober 2019.

Ketua Umum IKA Peternakan Unila Aris Susanto mengatakan, potensi positif dapat dikembangkan melalui silahturahmi. Pengembangan dimaksud melalui jalinan silaturahmi kuat antara alumni dan komunikasi antar alumni.

“Jumlah alumni peternakan yang besar menjadi energi positif bagi perkembangan peternakan di Lampung,” kata Aris dalam keterangan tertulisnya.

Kuswanta F Hidayat, Wakil Dekan III Bidang Alumni dan Kemahasiswaan, menyambut baik Dies Natalis ke-29 dan Reuni Akbar. Pihaknya merasa bangga bisa melaksanakan acara akbar tersebut.

“Pada kesempatan ini, saya menyampaikan bahwa Jurusan Peternakan akan menjadi Fakultas Peternakan,” ujarnya.

Dies Natalis ke-29 dan Reuni Akbar Fakultas Peternakan Unila diwarnai dengan berbagai kegiatan antara lain lomba akustik, lomba memasak produk peternakan, bazar, dan inspiration Sharing Session, donor darah, dan job fair yang diikuti sebanyak 20 perusahaan. (Sumber: duajurai.co)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer